Anda di halaman 1dari 9

TUGAS MATA KULIAH

EVIDANCE BASED PRACTICE

Nama : Imas Sumarni


NPM: F623068

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN


FAKULTAS KEBIDANAN
INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI
BANDUNG
2023/2024
⮚ Evidance on: Birthing Position – Evidance Based Birth
Bukti posisi Melahirkan
Dalam posisi melahirkan atau menggambarkan seperti saat terlentang atau semi
duduk di tempat tidur, jongkok atau berlutut.
Tahap 1 : Beberapa definisi kala II persalinan dimuali ketika serviks sudah melebar
sempurna ( pembukaan 10 cm ) dan berakhir lahirnya bayi .
Tahap 2 : Menurut penelitian kohort 2002 fase aktif, fase dorong dan kelahiran
bola yang sebenarnya (persalinan).
Fase pasif dari kala II persalinan adalah periode istirahat atau menunggu (laboring
down) dimana bola berputar dan turun menuju dasar panggul. Fase aktif terkadang
terjadi ketika anda sudah melebar sepenuhnya, menunggu dorongan untuk
mengejan. Fase aktif tidak terjadi jika anda mulai mengejan segera setelah
mencapai dilatasi serviks lengkap.
Fase mengejan aktif adalah saat bagian presentasi bayi (kepala/bokong) berada di
dasar panggul dan anda mengejan secara spontan setelah merasakan dorongan
untuk mengejan sekali, tergantung pada situasi anda dan kekuatan otot dalam
epidural anda. Perslainan terjadi ketika kepala, bahu, dan badan bayi mulai muncul.
Newton thn 1987, mengemukakan: Beberapa kelahiran yang tidak diobati, fase
mengejan dan melahirkan secara aktif mungkin lebih tepat di gambarkan sebagai
reflex penolakan janin.
Manfaat posisi bagi persalinan atau kelahiran normal:
a) Posisi melahirkan tegak meliputi:
- berdiri, jongkok, di bantu pasangan / penyangga
- berlutut tegak / Hand-and-imees
Para peneliti percaya bahwa melahirkan dalam posisi tegak bermanfaat karena:
- gravitasi dapat membantu bayi jatuh
- Risiko mengompresi organ anda lebih kecil
- lebih banyak aliran darah melalui itu menyebabkan sssuplai oksigen
yang lebih baik ke bayi yang mengarah pada penurunan risiko pada
jantung bayi yang tidak normal menyebabkan risiko opersai sesar
darurat lebih rendah.
- Rahim dapat berkontraksi lebih kuat dan efisien
- Janin bisa mendapatkan posisi yang lebih baik untuk melewati panggul
b) Posisi terlentang dan semi terlentang
- terlentang posisi berbaring terlentang : jika sandaran tempat tidur di
tinggikan atau setengah duduk atau setengah berbaring.
- posisi terlentang dengan pinggul dan kaki ditekuk, paha di buka, dan
kaki ditopang dengan penyangga yang menahan kaki.
Menurut Borges 2011: Proses persalinan bahwa ketika tulang ekor dibiarkan
bergerak bebas maka tulang tersebut dapat bergerak hamper 16 derajat.
Menurut Edavist 2016: Posisi yang mengurangi beban sacrum / tulang ekor dan
memungkinkan panggul melebar dapat membuat kelahiran spontan.
c) Posisi berlutut
- kedudukan tangan dan garis berbaring miring
d) Posisi Jongkok
- menggunakan kursi bersalin berbentuk U
e) Posisi terlentang
- tanpa alas kepala / tempat tidur ditinggikan.
Menurut Hilarrick dan Gamen 2011: lebih banyak petugas kesehatan memilih pola
untuk menggunakan posisi melahirkan yang tidak tegak.
Kenyamanaa bagi tenaga kesehatan:
- posisi terlentang / setengah duduk
- posisi menyamping
Penggunaan Epidural :
- dapat menyebabkan penggunaan posisi terlentang yang lebih tinggi
- perlu bantuan terlatih apalagi dengan epidural dosis tinggi
Mitos tentang melindungi perineum:
- teknik pijat perineum
- episiotomy untuk melebarkan vagina
- maneuver ritgen untuk menekan bagian luar rectum. Tekinik ini paling
mudah untuk posisi litotomi, setengah duduk atau berbaring.
Para peneliti mengecualikan menggunakan posisi litotomi karena diketahui
membahayakan dan meningkatkan risiko.

Uji coba BUMPES dengan posisi berbaring menyamping


Epidural uji coba bumpes adalah uji coba acak dan terkontrol dalam jumlah besar
mengenai posisi melahirkan yang dilakukan oleh sekelompok peneliti di inggris
(thn2017)
Dalam uji coba BUMPES ini banyak peneliti yang mengemukakan nebjadikan
kelompok persalinan dengan banyak bermacam posisi seperti di tahun 2010-2014
peneliti di inggris mengemukakan pada usia 37 minggu atau lebih ini melakukan
secara persalinan normal, sekitar 80 % kelompok tegak dan berbaring bahwa
mereka mendapatkan epidural dosis rendah. Lalu di AS hanya sedikit orang yang
posisi melahirkan tegak mengalami kelahiran pervaginam spontan di bandingkan
dengan kelompok berbaring menyamping selebihnya di lakukan melahirkan baik
cara operasi sesar atau Vacum forcep (Martin 2017).
Pada penelitian pertama pada posisi litotomi dengan epidural sebagian peneliti
menugaskan 199 peserta yang melahirkan di sebuah rumah sakit di spanyol ke
dalam : model kelahiran tradisional atau model kelahiran alternative (Walker 2012).
orang yang menggunakan model tradisional mulai mengejan dalam posisi litotomi
segera setalah mereka mencapai sepuluh sentimeter dan melahirkan dalam posisi
litotomi.
Pada kasus kedua tentang poisi litotomi dengan epidural: disini peneliti
menugasakan 150 orang yang melahirkan untuk melakukan perubahan posisi setiap
lima hingga 30 menit dalam fase pasif kala II persalinan atau dalam posisi berbaring
selama seluruh kala dua (Simarro 2017).

Bukti Kursi kelahiran


Kursi bersalin menghasilkan waktu persalinan kal II yang lebih singkat rata-rata 6-
13 menit, serta lebih sedikit penggunaan Pitocin untuk augmentasi persalinan.
- tidak ada perbedaan dalam kecepatan bantuan forcep/vakum. orang yang
melahirkan dengan kursi bersalin memiliki peningkatan risiko kehilangan darah
pasca melahirkan tetapi tidak berpengaruh pada kadar hemoglobin.
- tidak ada perbedaan kelompok dalam hal robekan perineum, bahwa kursi
berslain berhubungan lebih sedikit dengan tindakan ibu melakukan dengan
episiotomy hanya 14 % dari sebagian mereka yang melahirkan dengan posisi lain.
Bukti mengenai posisi melahirkan dari studi observasional tepatnya di swedia
layanan ini berpusat pada perempuan dengan layanan standar. Kelompok yang
menerima layanan yang berpusat pada permpuan memiliki :
● Dorongan spontan (usaha dorongan tidak dilatih/diarahkan)
● posisi melahirkan sacrum yang fleksibel (berlutut, berdiri, tangan dan lutut
berbaring menyimpang, kursi bersalin)
● kelahiran kepala dan bahu bayi dalam dua kontrkasi terpisah
Penelitian di swedia mengamati posisi melahirkan dengan robekan yang paarah
seperti robekan perineum derajat tiga dan empat, komplikasi seperti inkontensia
anal, disfungsi sensual, nyeri dan penurunan kualitas hidup . Robekan perineum
yang parah paling rendah terjadi pada orang yang melahirkan posisi pesitian berdiri
dan tingkat tertinggi robekan perineum parah terjadi pada meraka yang melahirkan
dengan posisi litotomi.
Jika penelitian di swedia mengamati ke posisi melahirkan dengan robekan, beda
dengan penelitian di italia yang mengamati posisi melahirkan dengan inkontensia
urin (Serati 2016) menunjukan bahwa perslinan dalam posisi tegak berhubungan
dengan tingkat episiotomy yang lebih rendah. Namun, tingkat robekan perineum
derajat tiga dan empat sedikit lebih tinggi di bandingkan dengan pesalinan dalam
posisi berbaring. Yang terpenting bagi para peneliti italia mengemukakan bahwa
posisi perslainan berbaring meningkatkan risio inkontensia urin pasca persalinan
dan inkontensia urin stress yang di definisikan sebagai keboocoran, yang tidak
disengaja sat berusaha atau beraktivitas. Ada kemungkinan bahwa peningkatan
risiko inkontensia urin ini mungkin terkait dengan tingginya angka episiotomy
dengan posisi berbaring.
Posisi saat mendorong vs pengiriman sebenarnya.
Ini terjadi banyaknya persalinan yang ditolong di RS, yang dengan adanya tindakan
dalam mempercepat proses persalinan dengan melibatkan dokter seperti, pada
persalinan normal dengan induksi yang pembukaan atau serviks melebar hingga
lengkap tapi saat persalinan kurang mengejan sehingga dibantu dengan sedikit
dorongan fundus agar kepala bayi terlahir lebih dulu lalu disusul dengan dorongan
mengejan.
Pedoman praktik posisi melahirkan
Menurut WHO menyimpulkan bahwa agar penolong persalinan mendapatkan
pelatihan dalam mendukung kelahiran tegak. Dan jika menurut ACOG menyatakan
bahwa bagi kebanyakan orang tidak ada satu posisi pun yang perlu di wajibkan atau
ditentukan.
Menurut Royal college of Midwives (RCM), di inggris merekomendasikan
penggunaan posisi aktif dan tgeak untuk membantu proses persalinan. bidan untuk
proaktif dalam menunjukkan dan mendorong berbagai posisi dalam persalina,
karena orang yang melahirkan sering kali “memilih untuk melakukan apa yang
diharapkan dari mereka”.
Ringkasan manfaat dan Risiko
Ringkasannya, bukti dari uji coba menunjukkan bahwa bagi orang yang tidak
menggunakan epidural, posisi tegak selama kala II persalinan memberikan beberapa
manfaat risiko lebih rendah terhadap pola detak jantung janin yang tidak normal,
lebih sedikit rasa sakit, dan lebih sedikit penggunaan vacuum/forcep, dan
episiotomy. Persalinan tegak posisi juga dapat mempersingkat kala II persealinan
dan mengurangi penggunaan augmentasi dengan oksitosin. Selain itu, tingkat
robekan juga dapat dikurangi dengan menunjukkan metode lepas tangan berbaris
bukti pada kala II persalinan.
Garis Bawah
Intinya orang yang melahirkan berhak mengejan dan melakukan dengan posisi
apapun yang paling nyaman baginya.

Materi II
Evidance base and postpartum fatigue
Penelitian ini bertujuan untuk mensintesis literature ilmiah dan jika mungkin
melakukan meta analisis, untuk memperjelas efektivitas beragam intervensi non
farmakologis untuk mengurangi kelelahan pasca persalinan pada mas anifas.
Kelelahan pasca persalinan dan rasa kompetensi dalam mengasuh anak,
kelelahanyang terus menerus mengurangi kemampuan orangtua untuk
berkonsentrasi, memicu gejala kesusahan dan membebani interaksi orang tua – anak
bahwa menunda perkembangan bagi pentingnya strategi untuk mengurangi
kelelahan pascapersalinan dan meringankan kondisi fisik perempuan. Hal ini
merupakan pencegahan awal untuk masalah psikologis perempuan.
Metode dan Analisis
Untuk meninjau sistematis, memandu dan mematikan pelaporan yang transparan
dan ketat.
Kriteria kelayakan memilih studi jenis penelitian
Mengacu pada kohort, uji coba terkontrol secara acak/non acak (RCT).
Uji coba akan disertakan jika kelompok intervensi di bandingkan dengan control.
Kelelahan pasca persalinan di perkirakan sebagai tingkat atau rata-rata keparahan
kelelahan yang menjadi hasil utama dalam pengukuran sistematis. Namun kelelahan
pasca persalinan dapat dievaluasi menggunakan pengukuran valid tidak berbatas
seperti :
- skala pasca persalinan
- skala kelelahan
- formulir identifikasi kelelahan
- skala keparahan kelelahan
Kriteria pengecualian
- publikasi duplicat ( hanya penelitian dengan peserta terbanyak yang akan di
ikutsertakan)
- analisa intervensi berdasarkan kelelahan pasca persalinan pada beberpa kondisi
khusus. misalnya, perdarahan pasca perslainan.
- penelitian tanpa data yang cukup untuk diekstraksi.
Strategi Pencarian
Pencarian literature secara sistematis, daftar refensi artikel dan ulasan terkait
kelelahan pasca persalinan yang di tinjau secara cermat untuk mendapatkan studi
yang memenuhi syarat.
Pemilihan studi
4 tahapan, yaitu:
- Penyaringan judul abstrak
- Penyaringan teks lengkap
- Rincian/intervsni jenis, isi durasi, frekuensi dan kelompok control
- Hasil: tingkat keparaha kelelahan variable psikologis ( seperti depresi dan stress).
Risiko Bias
- Pembuatan urutan acak
- penyembunyian alokasi
- pembuatan pemilai hasil, data hasil yang tidak lengkap
- pelaporan selektif dan bias lainnya
- Bias dievaluasi sebagai penilaian tinggi/rendah/tidak jelas
- Setiap penilaian dinilai memiliki resiko bias yang tinggi/sedang/rendah.
Analisis Data
Di lakukan pendekatan naratif untuk pengumpulan data dalam ulasan setelah
membandingkan kesamaan dan perbedaan antara hasil penelitian dan data yang
digali. Maka sintesis akan menghasilkan desititian yang komprehensif dan rinci.
Tentunya akan meningkatkan pemahaman tentang bagaimana kelelahan pasca
persalinan diukur pada jenis intervensi terutama intervensi spesifik dan efektivitas.

Materi III
Evidance Based and postpartum depretion
Pendekatan berbasis bukti untuk depresi pasca persalinan. Pada abad ke 21 beralih
laporan khusus literature depresi pasca melahirkan terbagi menjadi 4 kelompok :
a. Faktor resiko
b. Intervensi deteksi pencegahan dan pengobatan
c. dampak terhadap hubungan ibu – bayi dan tumbuh kembang anak
d. Intervensi kesehatan masyarakat yang dapat mengurangi dampak PPD
terhadap hubungan ibu – bayi dan anak.
Di tahun 1990 dan 2002, kriteria PPD temporal yang digunakan hanya kasus
depresi. PPD merupakan masalah kesehatan masyarakat yang signifikan, sekitar
13% wanita pada tahun pertama setelah melahirkan. Meskipun tingkat depresi
tampaknya tidak lebih tinggi pada wanita setellah melahirkan dibandingkan dengan
kelompok control yang di sesuaikan usia, tingkat depresi pertama kali dan depresi
berat. Depresi pada masa kritis kehidupan ini mempunyai arti dan resiko khusus
bagi perempuan dan keluarganya.

Materi IV
Evidance based pain manajemen in labor
Sejarah Kedokteran dan Bedah
Bahwa teknik penatalaksanaan nyeri persalinan secara farmakologi dan non
farmakologi dalam rangka sumber daya terbatas.
Dalam jurnal : Amare Anley Beyable, Samuel Debas Bayable yang melatar
belakangi sejarah dalam perbaikan program manajemen nyeri, nyeri persalinan
masih banyak diabaikan mengacu pada sebagian tempat / negara berpendapatan
rendah dan menengah.
Tujuan dari penelitian ini : untuk menetapkan pedoman kerja kilinis yang jelas untuk
manajemen nyeri persalinan dipengaturan terbatas sumber daya.
1. Perkenalan
Persalinan merupakan fenomena psikologis tang tergambar bahwa kontraksi uterus
yang teratur dan menyakitkan yang berhubungan denganiskemia uterus selama
berkontraksi, penipisan, pelebaran serviks, peregangan vagina, perineum dan
kompresi struktur panggul.
2. Pembenaran
Bahwa sebagian tempat atau negara berpendapatan rendah dan menengah cenderung
kurang berperhatian atau kurangnya kesadaran untuk mengetahui manfaat metode
farmakologis dan non farmakologis untuk meredakan nyeri persalinan. Sebagian
negara maju menganggap analgesia persalinan sebagian penting dari perawatan
antarpartum dan semuaa perempuan memiliki pilihan akses terhadap semua pilihan
Pereda nyeri selama persalinan.
3. Tujuan
Untuk melakukan dan meningkatkan kualitas pelayanan manajemen nyeri
persalinan dengan menggunakan sumber daya yang tersedia dan hemat biaya.
4. Metode
Penelitian ini dilakukan dan pedoman pelaporan umtuk tinjauan sistematis dan
analisis meta tahun 2020.
Literatur kualitas di kategorikan berdasarkan tingkat bukti dan tingkat rekomendasi.
4.1 Pemilihan studi
Dalam artikel ini peneliti menggunakan analisis meta, tinjauan sistematis, uji coba,
control acak, studi kompreatif dan cross sectional mengenai manajemen nyeri
persalinan farmakologi dan non farmakologis.
5. Diskusi
ACOG telah mengakui bahwa permintaan seorang perempuan untuk meredakan
nyeri persalinan merupakan indikasi medis yang cukup dan mencegah kejadian
terburuk yang berhubungan dengan respon stress terhadap nyeri, termasuk depresi
pasca persalinan.
6. Kesimpulan
Penelitian ini untuk mempraktikan metode analgesia persalinan yang paling andal,
tersedia dan hemat biaya.

Anda mungkin juga menyukai