P1A1 Post Ekstraksi Forceps dan Post Rehecting Ruptur Perineum Grade IV
Pembimbing:
1. dr. Daniel H. Usmany, SpOG
2. dr. Ariel Timy Chiprion
Disusun oleh :
Kurnia Sari
0110840044
Hari :
Tanggal :
Jayapura, 2017
..................................................
Dr. Daniel H. Usmany, SpOG
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya penulis
dapat menyelesaikan laporan kasus kepaniteraan klinik ilmu kandungan dan
kebidanan yang berjudul P1A1 Post Ekstraksi Forceps dengan Ruptur Perineum
Grade IV.
Adapun penyusunan laporan kasus ini untuk memenuhi tugas yang diberikan
pada kepaniteraan klinik di RSUD Kota Jayapura, dan juga membantu penyusun,
untuk memahami lebih lanjut mengenai laporan kasus ini.
Penyusun ingin mengucapkan terima kasih kepada dr. Daniel H.Usamny,
SpOG selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan dengan sabar hingga
akhirnya laporan kasus ini dapat diselesaikan. Terima kasih kepada dokter residen, dr.
Aril dan dr. Sulaeman yang telah meluangkan waktu, ilmu dan tenaga dalam
penyelesain laporan kasus ini. Terima kasih juga saya sampaikan kepada orangtua dan
teman- teman yang telah memberikan dukungan selama kami menjalan kepaniteraan
klinik di RSUD Kota Jayapura.
Penyusun menyadari banyak kekurangan dalam penyusunan laporan kasus ini
yang menyebabkan laporan kasus ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun kami harapkan dari berbagai pihak. Semoga laporan kasus ini
dapat bermanfaat bagi berbagai pihak.
Jayapura, 2017
BAB I
PENDAHULUAN
Proses persalinan dipengaruhi oleh bekerjanya tiga faktor yang berperan yaitu
kekuatan mendorong janin keluar (power) yang meliputi his (kekuatan uterus),
kontraksi otot dinding perut, kontraksi diafragma dan ligamentum action, faktor lain
adalah faktor janin (passager) dan faktor jalan lahir (passage). Apabila ketiga faktor
ini dalam keadaan baik, sehat dan seimbang, maka proses persalinan akan
berlangsung secara normal/spontan. Namun apabila salah satu dari ketiga faktor
tersebut mengalami kelainan, misalnya keadaan yang menyebabkan kekuatan his
tidak adekuat, kelainan pada bayi atau kelainan jalan lahir maka persalinan tidak
dapat berjalan secara normal.
Setiap persalinan mempunyai risiko baik pada ibu maupun janin, berupa
kesakitan sampai pada risiko kematian. Apabila ibu maupun janin dalam kondisi yang
menyebabkan terjadinya penyulit persalinan, maka untuk segera menyelamatkan
keduanya, perlu segera dilakukan persalinan dengan tindakan yaitu persalinan
pervaginam dengan suatu tindakan alat bantu tertentu, seperti dengan forsep, ekstraksi
vakum, atau tindakan perabdominam yaitu seksio sesarea.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Ekstraksi forceps adalah suatu persalinan buatan untuk melahirkan janin
dengan tarikan pada kepala dengan menggunakan alat yang disebut cunam atau
forcep.1,2 Cunam dipakai untuk membantu atau mengganti his, akan tetapi sekali-
kali tidak boleh digunakan untuk memaksa kepala janin melewati rintangan dalam
jalan lahir yang tidak dapat diatasi oleh kekuatan his yang normal. Jika ini tidak
diindahkan, maka ekstraksi dengan cunam akan mengakibatkan luka pada ibu dan
terutama pada anak. Cunam ialah suatu alat yang sangat berguna untuk melahirkan
janin, akan tetapi berbahaya bagi ibu dan janin apabila disalahgunakan. Kesalahan
yang dibuat dalam hal ini ialah tidak diindahkannya syarat-syarat yang harus
dipenuhi dan kesalahan dalam cara pemasangan dan ekstraksi. Cunam yang banyak
dipakai di Indonesia adalah cunam Naegele yang mempunyai lengkungan kepala,
lengkungan panggul, dan sejenis kunci yang menghubungkan kedua sendok dalam
dalam posisi yang tetap. 1,3
B. SEJARAH
Riwayat Cunam Obstetrik teramat panjang, sekitar tahun 1500 SM sudah
terdapat tulisan bahasa sansekerta yang mengulas tentang alat ini.
Cunam Obstetrik modern yang digunakan untuk janin hidup diperkenalkan
pertama kali oleh Peter Chemberlen (1600) dan setelah itu dikenal lebih dari 700
jenis cunam obstetrik.
William Smellie (1745) memberikan penjelasan tentang rincian aplikasi
cunam yang benar pada kepala janin dalam panggul.
Sir James Simpson (1845) mengembangkan jenis cunam obstetrik yang
sesuai dengan lengkungan kepala dan lengkungan panggul.
Joseph DeLee (1920) membuat modifikasi dari cunam obstetrik yang telah
ada dan menyarankan sebuah tindakan yang disebut sebagai Prophylactic
Forceps Delivery.
Pada praktek obstetrik modern, dimana sudah dikenal tranfusi darah dan
berbagai jenis antibiotika serta semakin langkanya ahli obstetri yang memiliki
ketrampilan melakukan ekstraksi cunam maka ekstraksi cunam sebagai alternatif
persalinan pervaginam nampaknya semakin jarang digunakan dan digantikan
dengan tindakan seksio sesar.
Pada tahun 1980, beberapa penelitian menunjukkan bahwa persalinan cunam
tengah (mid forceps delivery) seringkali menimbulkan adanya efek samping
jangka panjang terhadap anak. Faktor-faktor ini menyebabkan banyak ahli obstetri
yang semakin enggan menggunakan persalinan ekstraksi cunam.
Daun Penahan
Kunci
Pemasangan cunam sendok kiri dan kanan harus dikerjakan secara terpisah.
Daun cunam :
Fenestrated ( berlubang)
Solid ( tidak qberlubang)
Tangkai (leher ) cunam:
Terbuka (cunam Simpson)
Tertutup (cunam Kielland)
Cunam Kielland dengan ciri-ciri tertentu : Kunci geser, lengkungan pelvik minimal
dan ringan
Arah traksi yang sesuai dengan jenis klasifikasi ekstraksi cunam ; Pada
cunam out-let, arah traksi elevasi tangkai cunam sedikit kearah atas.
10. Traksi definitif diawali dengan tarikan horisontal secara intermiten sampai
perineum teregang. Episiotomi dikerjakan saat perineum teregang.
11. Setelah oksiput meregang vulva, tangkai cunam dielevasi dengan cara
meletakkan empat jari tangan diatas permukaan atas pegangan cunam dan
dorongan ibu jari dan sisi belakang permukaan bawah pegangan cunam
12. Setelah vulva teregang dan dahi teraba pada perineum, lahirnya kepala anak
selanjutnya dapat dilakukan dengan cunam yang masih terpasang atau
cunam yang sudah dibuka (dilepas) dan selanjutnya kepala anak dilahirkan
dengan maneuver Ritgen.
Melakukan ekstraksi kepala dengan tangan kanan sambil menahan
13. Persalinan tubuh anak lebih lanjut dilakukan seperti pertolongan persalinan
presentasi belakang kepala seperti biasanya.
14. Setelah bayi lahir, dilakukan manual plasenta sambil melakukan eksplorasi
jalan lahir untuk melihat adanya cedera pada jalan lahir.
Pada keadaan ini, telinga kanan janin adalah telinga posterior dan sendok kanan
harus dipasang lebih awal.
Pemasangan tidak berbeda, sendok pertama yang dipasang adalah sendok yang
akan ditempatkan setinggi telinga posterior dan sendok kedua dipasang setinggi
telinga depan (setelah digeser kedepan).
Dengan pemasangan diatas, satu sendok akan berada didepan sacrum dan satu
sendok lagi dibelakang simfisis pubis.
M. PERSALINAN CUNAM RENDAH DENGAN UBUN-UBUN KECIL
POSTERIOR
POSISI OKSIPITALIS POSTERIOR KIRI ATAU KANAN :
Tidak terjadi fleksi kepala yang maksimal.
Pada beberapa kasus, tindakan vaginal toucher saat menentukan lokasi telinga
posterior dapat menyebabkan occiput berputar spontan kedepan dengan
sendirinya.
Rotasi manual.
Rotasi manual :
Tehnik :
1. Persiapan persalinan dengan ekstraksi cunam.
2. Tangan yang sesuai dimasukkan vagina dan mencekap sinsiput, jari-jari berada
pada satu sisi telinga dan ibu jari pada sisi telinga yang lain.
3. Tangan luar mencari bahu depan anak dan menghelanya kedepan bersamaan
dengan gerakan tangan untuk memutar kepala dari dalam.
4. Tangan dalam memutar kepala sehingga occiput berada disebelah depan.
5. Pada posisi kepala seperti itu diharapkan dapat terjadi persalinan spontan atau
dengan ekstraksi cunam (dengan cunam Kielland).
Rotasi manual dari posisio oksipitalis posterior kiri : (A) . Tangan kiri operator
ditempatkan diatas abdomen dan menarik bahu kanan kearah kanan ibu. ; Secara
serentak, tangan kanan operator memegang kepala janin pada diameter biparietal
dan memutarnya dengan gerak pronasi sejauh 180 0 ; (B) : pada akhir tindakan,
oksiput janin berada disebelah anterior
Persalinan dengan cunam dapat dilakukan dengan occiput tetap di posterior atau
occiput di anterior
Tehnik :
1. Dikerjakan traksi horisontal sampai pangkal hidung berada dibawah simfisis.
2. Dilakukan gerakan elevasi pada pegangan cunam secara perlahan sampai oksiput
secara bertahap muncul didepan perineum
3. Mengarahkan pegangan cunam kebawah dan lahirlah pangkal hidung, muka dan
dagu didepan vulva.
4. Tindakan ini memerlukan episotomi yang cukup luas.
Pada awalnya dilakukan traksi curam bawah sampai dagu nampak dibawah
simfisis.
O. KOMPLIKASI
Morbiditas Maternal:
Carmon dkk (1995) : persalinan dengan cunam out-let elektif dengan rotasi tidak
lebih dari 450 tidak menyebabkan peningkatan angka kejadian morbiditas maternal
yang bermakna.
Hankins dan Rowe (1996) : cedera maternal meningkat bila rotasi lebih dari 45 0 dan
pada station kepala yang tinggi.
Sherman dkk ( 1993) : kebutuhan tranfusi darah pada ekstraksi cunam 4.2%, pada
ekstraksi vakum 6.1% dan sectio caesar 1.4% .
1. Laserasi jalan lahir:
Robekan servik dapat terjadi bila dilatasi belum lengkap atau terjepit diantar
daun cunam dengan kepala janin.
Ruptur perineum
4. Infeksi.
5. Inkontinensia urinae dan inkontinensia alvi.
Morbiditas Anak:
I. IDENTITAS
Nama : Ny. F
Umur : 23 tahun
Alamat : Arso VII
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Suku/ Bangsa : Indonesia
Tanggal Masuk RS: 06 Februari 2017 pukul: 23.00 WIT
Keluar RS : 11 Februari 2017
II. ANAMNESIS
Keluhan Utama : Pasien rujukan dari RS Keerom, dengan keluhan nyeri perut
bagian bawah ingin melahirkan sejak pagi hari.
BAB/BAK biasa
Riwayat Obstetri
1. Riwayat Kehamilan
1) Kehamilan pertama tahun 2015, post abortus usia kehamilan 1 bulan.
Tidak dilakukan kuretase
2) Kehamilan ini
2. Riwayat Menstruasi
Haid pertama dialami pada usia 14 tahun dengan siklus yang teratur dan
lamanya haid setiap siklus adalah 7 hari. HPHT 12 Mei 2016, taksiran tanggal
persalinan 19 Februari 2017.
3. Pemeriksaan Antenatal Care (ANC)
ANC 8x dilakukan di Puskesmas Arso dan 2x dilakukan suntikan TT.
4. Riwayat Menikah
Pasien menikah 1 kali. Pernikahan ini sudah berlangsung 2 tahun.
5. Keluarga Berencana
Pasien tidak pernah mengikuti KB
Inspekulo
Pemeriksaan Dalam
v/v : tidak ada kelainan, valsava (+), pooling (+)
Portio : tidak teraba
Pembukaan : lengkap
Ketuban : (-) putih keruh, mekonium (+)
Presentasi : kepala H-IV, caput (+)
Pemeriksaan Panggul
Tidak dilakukan
V. DIAGNOSA SEMENTARA
G2P0A1 hamil 39 - 40 minggu inpartu kala I fase aktif + gawat janin. Janin
presentasi kepala tunggal hidup.
VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Laboratorium
Hb : 11,7 g/dL
PLT : 207 x 103 / uL
DDR : negatif
b. USG
Tidak sempat dilakukan
c. Foto Rontgen
Tidak dilakukan
VII.RESUME MASUK
G2P0A1, 23 tahun MRS tanggal 06 Februari 2017 dengan keluhan utama nyeri
perut bagian bawah ingin melahirkan. Pelepasan lendir campur darah ada,
pelepasan air dari jalan lahir ada, pergerakan janin dirasakan aktif SMRS. Nyeri
ulu hati disangkal, nyeri kepala disangkal, pandangan kabur disangkal. Riwayat
penyakit darah tinggi, jantung, ginjal, paru, kencing manis, asam urat disangkal.
BAB/BAK lancar. ANC dilakukan 8x di puskesmas Arso. HPHT: 12 Mei 2016
TTP: 19 Februari 2017.
X. OBSERVASI PERSALINAN
Jam His DJJ TD N R SB Ket
23.30 3x/10/40 126 120/90 80 20 37,0
23.45 3x/10/40 112 110/70 88 20 37,6
Pemeriksaan Dalam
v/v : tidak ada kelainan
Portio : tipis, lunak, arah axial
: lengkap
Ket : (-) mekonium (+)
Presentasi : kepala, H IV, caput (+)
Diagnosis Kerja :
G2P0A1 hamil 39 - 40 minggu inpartu kala II memanjang + gawat janin. Janin
presentasi kepala tunggal hidup.
Rencana Kerja:
Rencana partus pervaginam percepat kala II
Observasi KU, TTV, DJJ, His tiap 5 menit
Observasi gawat janin dengan melakukan resusitasi intrauterin
Konseling sterilisasi postpartum
Lapor konsulen, advis : percepat kala II dengan ekstraksi forceps.
XVI. FOLLOW UP
07 Februari 2017
S: keluhan tidak ada
O: KU = cukup kes = CM
TD = 92/55 N= 84x/m R=18x/m S=36,60C
St. purpuralis = Mammae : laktasi -/-
Abdomen : TFU : 2 jari di bawah pusat
Kontraksi : baik
Vulva : oedem ()
Perineum : terawat
Lochia : rubra
Infus D5 %
DC (+) dipertahankan selama 2 hari
A: P1A1, post ekstraksi forceps atas indikasi kala II memanjang dan
post rehecting ruptur perineum grade IV
P: - Observasi tanda-tanda vital, kontraksi uterus, perdarahan
- Asi on demand
- Rawat perineum
- Injeksi metronidazole 500 mg
- Injeksi ceftriaxone 1x2 gr
08 Februari 2017
S: Keluhan tidak ada
O: KU = cukup kes = CM
TD = 100/70 N= 80x/m R=20x/m S=36,20C
St. purpuralis = Mammae : laktasi -/-
Abdomen : TFU : 2 jari di bawah pusat
Kontraksi : baik
Vulva : oedem ()
Perineum : terawat
Lochia : rubra
Infus RL 500 cc
DC (+) dipertahankan
A: P1A1, post ekstraksi forceps atas indikasi kala II memanjang dan
post rehecting ruptur perineum grade IV
P: - Observasi tanda-tanda vital, kontraksi uterus, perdarahan
- Asi on demand
- Rawat perineum
- Terapi injeksi lanjut
- Terapi oral (+)
09 Februari 2017
S: Keluhan tidak ada
O: KU = cukup kes = CM
TD = 110/80 N= 78x/m R=20x/m S=36,00C
St. purpuralis = Mammae : laktasi -/-
Abdomen : TFU : 2 jari di bawah pusat
Kontraksi : baik
Vulva : oedem ()
Perineum : terawat
Lochia : rubra
Infus RL 500 cc
DC (+) dipertahankan
A: P1A1, post ekstraksi forceps atas indikasi kala II memanjang dan
post rehecting ruptur perineum grade IV
P: - Observasi tanda-tanda vital, kontraksi uterus, perdarahan
- Rawat perineum
- Terapi injeksi lanjut
- Terapi oral (+)
10 Februari 2017
S: Keluhan tidak ada
O: KU = cukup kes = CM
TD = 120/90 N= 88x/m R=18x/m S=37.00C
St. purpuralis = Mammae : laktasi -/-
Abdomen : TFU : 2 jari di bawah pusat
Kontraksi : baik
Vulva : oedem ()
Perineum : terawat
Lochia : rubra
Pada pasien ini telah dilakukan rencana partus pervaginam dengan percepat
kala II menggunakan partus buatan yaitu ekstraksi forcepss.
Komplikasi
Komplikasi yang biasa ditemukan pada ibu akibat ekstraksi forceps yaitu
perlukaan jalan lahir, perdarahan, dan infeksi. Sedangkan pada bayi yaitu tejadinya
fraktur pada tengkorak, perlukaan pada kepala janin, dan paresis nervus fasialis. 3
Pada kasus ini komplikasi pada ibu yaitu ruptur perineum grade IV dan pada
bayi yaitu perlukaan ringan pada sisi depan kepala.
Prognosis
Pada kasus ini keadaan ibu dan bayi setelah persalinan tidak terlalu baik,
dimana terdapat perlukaan ruptur perineum grade IV yang ditangani di kamar operasi
serta dan adanya perlukaan ringan pada sisi depan kepala bayi. Tetapi selama
perawatan 5 hari di ruangan kondisi ibu dan bayi dalam keadaan sehat. Maka
prognosisnya adalah dubia ad bonam.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
1. Pada pasien ini dapat ditegakkan diagnosis ekstraksi forceps atas indikasi
kala II memanjang + gawat janin berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik, serta observasi persalinan.
2. Dasar diagnosis kala II memanjang untuk kasus ini yaitu durasi median
kala II lebih dari 80 menit, serta diagnosis gawat janin berdasarkan tanda
mekonium kental berwarna hijau yang terdapat di cairan ketuban pada letak
kepala.
3. Penanganan dengan ekstraksi forceps atas indikasi ibu yaitu kala II
memanjang dan indikasi janin yaitu gawat janin.
4. Komplikasi akibat penanganan ekstraksi forceps pada ibu yaitu ruptur
perineum grade IV dan pada bayi yaitu perlukaan ringan pada sisi depan
kepala bayi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Roshni P, Deirdre M. Forceps Delivery in Modern Obstetric Pratice. In:
British Medical Journal. 1302-5 : 2004.
2. Tim Pengajar Obstetri dan Ginekologi FK UNSRAT. Pedoman Diagnosis dan
Terapi Obstetri dan Ginekologi. Bagian/SMF Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran UNSRAT. Manado: 36-38.1996.
3. Wiknjosastro, Hanifa. Usaha Melahirkan Janin Hidup per Vaginam. Dalam:
Buku Ilmu Kebidanan, edisi ketiga cetakan kesembilan. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 808-853: 2007.
4. Tim Pengajar Obstetri dan Ginekologi FK UNSRAT. Pedoman diagnosis dan
terapi Obstetri dan Ginekologi. Manado: Bagian/SMF Obstetri dan
Ginekologi Fakultas Kedokteran UNSRAT. Manado; 67-78 1996.
5. Wiknjosastro H. Partus Lama. Dalam: Buku Ilmu kebidanan. Edisi ketiga
cetakan kesembilan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
281-300: 2007.
6. Roeshadi R. Gawat Janin. Dalam: Ilmu Kedokteran Fetomaternal. Edisi
perdana. Surabaya: Himpunan Kedokteran Fetomaternal Perkumpulan
Obstetri dan Ginekologi Indonesia. 494-499: 2004.
7. Mochtar R. Partus Lama. Dalam: Lutan G, editor. Sinopsis Obstetri jilid I.
Jakarta: EGC. 207: 1998.