Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

DAN
ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
PADA NY. U GIIIP1011 UK 39 2/7 MINGGU DENGAN LETAK SUNGSANG
DI RS AURA SYIFA - POLIKLINIK

Disusun Oleh:
Anggraini Khodijahturrohmah (1302460019)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI D-IV KEBIDANAN KEDIRI
TAHUN 2015

BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 KONSEP TEORI
A. Definisi
o Presentasi bokong (sungsang) yaitu, letak di mana bayi letaknya sesuai dengan sumbu
badan ibu, kepala berada pada fundus uteri sedangkan bokong merupakan bagian
terbawah (di daerah pintu atas panggul/simfisis).
(Sarwono, 2009: 520)
o Letak sungsang adalah letak memanjang dengan bokong sebagai bagian yang terendah
(presentasi bokong).
(Ai Yeyeh Rukiyah, 2010: 239)
o Presentasi bokong adalah suatu keadaan dimana bokong atau tungkai janin sebagai
bagian yang terendah di dalam panggul ibu.
(Fadlun, 2012: 122)
B. Etiologi
1. Multipara
2. Prematuritas karena bentuk rahim relatif kurang lonjong, air ketuban masih banyak,
dan kepala janin relatif besar.
3. Hidramnion karena janin mudah bergerak
4. Plasenta previa karena menghalangi turunnya kepala janin ke dalam pintu atas panggul
5. Kelainan bentuk kepala janin seperti anensefalus dan hidrosefalus karena keduanya
dapat mempengaruhi bentuk fungsi atau gerakan janin (kepala kurang sesuai dengan
bentuk pintu atas panggul)
6. Penyebab lain seperti : anomali rahim, kehamilan ganda, panggul sempit dan tumor
pelvis.
(Fadlun, 2012: 122)
7. Tungkai ekstensi. Versi sefalik spontan dapat terhambat jika tungkai janin mengalami
ekstensi dan membelit punggung.
8. Kehamilan kembar. Karena dapat membatasi ruang yang tersedia untuk perputaran
janin, yang dapat menyebabkan salah satu janin atau lebih memiliki presentasi bokong.
(Myles, 2009: 551)
C. Diagnosis
1. Anamnesis : pergerakan anak teraba oleh ibu di bagian perut bawah,dan ibu sering
merasa benda keras (kepala) mendesak tulang iga dan rasa nyeri pada daerah tulang iga
karena kepala janin.
2. Palpasi : teraba bagian keras, bundar dan melenting pada fundus uteri. Punggung dapat
diraba pada salah satu sisi perut, bagian kecil pada sisi yang berlawanan, diatas
simpisis teraba bagian yang kurang bundar dan lunak.
3. Auskultasi : DJJ sepusat atau DJJ ditemukan paling jelas pada tempat yang lebih tinggi
(sejajar atau lebih tinggi dari pusat)
4. Vagina Toucher : terbagi tiga tonjolan tulang yaitu kedua tubera osis ischii dan ujung
os sacrum, anus, genetalia anak jika edema tidak terlalu besar dapat diraba. Perbedaan
antara letak sungsang dan kepala pada pemeriksaan dalam jika anus posisi terendah

maka akan teraba lubang kecil, tidak ada tulang, tidak menghisap, keluar mekonium.
Jika presentasi kaki maka akan teraba tumit dengan sudut 90 derajat, terasa jari-jari.
Pada presentasi lulut akan terasa patela dan poplitea. Pada presentasi mulut maka akan
terasa ada hisapan di jari, teraba rahang dan lidah. Presentasi tangan dan siku: terasa
jari panjang, tidak rata, patela (-).
(Ai Yeyeh Rukiyah, 2010: 246)
D. Klasifikasi
Ada empat macam letak sungsang :
1. Letak bokong murni (Frank breech)
Yaitu bokong saja yang menjadi bagian depan sedangkan kedua tungkai lurus ke atas.
Atau kedua paha janin berfleksi dan kedua tungkai berekstensi pada lutut.
(Fadlun, 2012: 122)
2. Letak bokong kaki/lengkap (Complete breech)
Sikap janin pada posisi ini fleksi sempurna dengan pinggu; dan lutut fleksi dan kaki
terlipat ke dalam disamping bokong.
(Myles, 2009: 551)
3. Presentasi kaki (Incomplete breech)/ bokong footling (footling breech)

Satu atau kedua kaki menjadi bagian presentasi karena baik pinggul atau lutut tidak
sepenuhnya fleksi. Kaki lebih rendah daripada bokong, yang membedakannya dari
presentasi bokong sempurna.
(Myles, 2009: 551)
4. Presentasi lutut
Satu atau kedua pinggul mengalami ekstensi dengan lutut fleksi.
(Myles, 2009: 551)
Berdasarkan jalan yang dilalui, maka persalinan sungsang dibagi menjadi:
1) Persalinan pervaginam
Spontaneous breech (Bracht)
Partial breech extraction: manual aid, assisted breech delivery
Total breech extraction
2) Persalinan per abdominam : Seksio sesarea
Pada persalinan secara Bracht ada 3 tahap :
Fase lambat (bokong lahir sampai umbilikus/ skapula anterior)
Fase cepat (dari umbilikus sampai mulut/hidung)
Fase lambat (dari mulut hidung sampai seluruh kepala lahir)
(Sarwono, 2009: 520)
E. Jenis Pimpinan Persalinan Sungsang
1. Persalinan pervaginam
Berdasarkan tenaga yang dipakai dalam melahirkan janin pervaginam, persalinan per
vaginam dibagi menjadi tiga yaitu:
a. Persalinan spontan (spontaneus breech) janin dilahirkan dengan kekuatan dan
tenaga ibu sendiri. Cara ini lazim disebut bracht.
b. Manual aid. Janin dilahirkan sebagian dengan tenaga dan kekuatan ibu dan
sebagian lagi dengan tenaga penolong.
c. Ekstraksi sungsang. Janin dilahirkan seluruhnya dengan memakai tenaga penolong.
2. Persalinan per abdominam (seksio sesarea)
(Sarwono 2010:100)
F. Prognosis

o Bagi ibu: robekan perineum lebih besar, jika ketuban pecah dini (KPD) dapat terjadi
partus lama, dan infeksi.
o Bagi janin: prognosis tidak terlalu baik karena adanya gangguan peredaran darah
plasenta setelah bokong dan perut lahir karena tali pusat terjepit.
o Pertolongan persalinan dilakukan di rumah sakit atau fasilitas kesehatan yang dapat
melakukan operasi, bila memungkinkan lakukan versi luar, bila tidak berhasil lakukan
persalinan sungsang pervaginam atau SC
(Ai Yeyeh Rukiyah, 2010: 243)
G. Komplikasi
o Komplikasi pada janin:
1. Kematian perinatal
2. Prolaps tali pusat
3. Trauma pada bayi akibat: tangan dan kepalan yang menjuntai, pembukaan serviks
yang belum lengkap, CPD.
4. Asfiksia karena prolaps tali pusat, kompresi tali pusat, pelepasan plasenta dan
kepala macet.
5. Perlukaan/ trauma pada organ abdominal atau pada leher.
(WHO, 2013: 144)
o Komplikasi pada ibu :
1. Pelepasan plasenta atau plasenta terlepas sebelum waktunya.
(Myles, 2009: 562)
2. Perlukaan vagina atau serviks
3. Endometritis
(WHO, 2013:144)
4. Jika ketuban pecah dini (KPD) dapat terjadi partus lama, dan infeksi.
(Ai Yeyeh Rukiyah, 2010:243)
H. Pemeriksaan Penunjang
o Pemeriksaan ultrasound. Digunakan untuk memastikan perkiraan klinis presentasi
bokong, bila bila mungkin untuk mengidentifikasi adanya anomali janin. USG
dilakukan pada usia kehamilan 32-34 minggu yang bergunan baik untuk menegakkan
diagnosis maupun untuk memperkirakan ukuran dan konfigurasi panggul ibu.
(Fadlun, 2012: 124)
o Pemeriksaan sinar-X. Meskipun sudah digantikan secara besar-besaran oleh
ultrasound, sinar-X memiliki manfaat tambahan yang memungkinkan dilakukannya
pelvimetri secara bersamaan.
(Myles, 2009: 553)
I. Penatalaksanaan
1) Sewaktu Kehamilan
Presentasi bokong dapat diketahui melalui pemeriksaan palpasi abdomen.
Manuver leopold perlu dilakukan pada setiap kunjungan antenatal bila umur
kehamilannya 34 minggu. Untuk memastikan apabila masih terdapat keraguan pada
pemeriksaan palpasi, dapat dilakukan pemeriksaan dalam atau pemeriksaan USG.
Pemeriksaan yang hanya menunjukkan adanya presentasi bokong saja belum
cukup untuk membuat perkiraan besarnya risiko guna pengambilan keputusan cara
persalinan. Taksiran berat janin, presentasi boong, keadaan selaput ketuba, ukuran dan

struktur tulang panggul ibu, keadaan hiperekstensi kepala janin, kemajuan persalinan,
pengalaman menolong, dan ketersediaan fasilitas pelayanan intensif neonatal,
merupakan hal-hal yang penting untuk diketahui.
Tujuan penanganan pada masa kehamilan adalah mencegah malpresentasi
pada waktu persalinan. Perubahan spontan menjadi presentasi kepala sebagian
besar akan terjadi pada umur kehamilan 34 minggu, sehingga penemuan adanya
presentasi bokong mulain umur kehamilan 34 minggu akan bermanfaat dan dapat
segera diberikan penanganan.
(Sarwono, 2009: 588)
Knee chest position (Posisi dada-lutut) merupakan posisi bersujud dengan posisi
perut seakan-akan menggantung kebawah. Greenhill menyatakan bahwa versi spontan
adalah yang diharapkan setelah melakukan Knee Chest Position. Usia kehamilan yang
dianjurkan untuk Knee Chest Position adalah usia kehamilan 30-32 minggu. Bila posisi
ini dilakukan dengan baik dan teratur, kemungkinan besar bayi yang sungsang dapat
kembali ke posisi yang normal. Posisi sujud bisa dilakukan 2-3 kali selama 10-15
menit setiap hari. Seminggu kemudian diperiksa ulang untuk mengetahui berubah
tidaknya letak janin. Bila letak janin tidak berubah, tindakan sujud bisa diulang.
2) Tata lakasana umum
1. Persalianan lama pada presentasi sungsang adalah indikasi seksio sesarea
2. Seksio sesarea lebih aman dan direkomendasikan pada
a. Presentasi bokong pada primigravida
b. Double footling breech
c. Pelvis yang kecil atau malformasi
d. Janin yang sangat besar
e. Bekas seksio sesarea dengan indikasi CPD
f. Kepala yang hiperekstensi atau defleksi.
3. Persalinan pada presentasi kaki sebaiknya dilahirkan dengan seksio sesarea.
Persalinan pervaginam hanya bila:
a. Persalinan sudah sedemikian maju dan pembukaan sudah lengkap
b. Bayi preterm yang kemungkinan hidupnya kecil
c. Bayi kedua pada kehamilan kembar
(WHO, 2013: 145)
3) Tatalaksana khusus
Pada upaya persalinan pervaginam, lakukan langkah berikut:
Tentukan apakah persalinan pervaginam mungkin dilakukan. Persalinan pervginam
oleh tenaga penolong yang terlatih akan cenderun aman bila:
a. Pelvis adekuat
b. Presentasi bokong lengkap/murni
c. Kepala fleksi
d. Tidak ada riwayat seksio sesarea karena CPD
e. Janin tidak terlalu besar
(WHO, 2013: 146)
4) Pertolongan pada kelahiran spontan.
A. Cara Bracht
Biasanya ditolong secara Bracht. Pada primigravidae selalu didahului dengan
episiotomi. Pada pertolongan secara Bracht bokong diangkat ke atas supaya badan
anak searah dengan paksi jalan lahir, tidak diakukan tarikan.
Prinsip :

Penolong melakukan hiperlordosis pada badan janin guna mengikuti gerakan


rotasi anterior, yaitu punggung janin didekkan pada

peru ibu. Penolong hanya

mengikuti gerakan ini tanpa melakukan tarikan, sehingga gerakan tersebut hanya
disesuaikan dengan gaya berat janin. Bersamaan dengan dimulainya gerakan
hiperlordosis ini, seorang asisten melakukan ekspresi kristeler.
Tehnik:
Pertolongan dimulai setelah bokong anak lahir. Pada letak bokong ini dipegang
dengan dua tangan sedemikian rupa, hingga kedua ibu jari pada permukaan belakang
pangkal paha dan 4 jari-jari lainnya pada permukaan bokong.
Kalau kaki sudah lahir seperti pada letak bokong kaki, letak lutut dan letak kaki
maka bokong dipegang sedemikian rupa hingga kedua ibu jari terletak pada lipat paha
dan jari lainnya menggenggam bokong.
Bokong ini dibawa ke atas, ke arah perut ibu dan sedikit ke kiri atau ke kanan
sesuai dengan letaknya punggung anak: sama sekali tidak boleh dilakukan tarikan
karena dengan tarikan lengan dapat menjungkit.
Bokong ini terus dibawa ke atas ke arah perut ibu sampai kepala lahir.
Keuntungan dari pertolongan secara Bracht ialah bahwa tangan sama sekali tidak
masuk ke dalam jalan lahir, yang mengecilkan kemungkinan infeksi.
B. Ekstraksi parsiil (sebagian) atau manual aid.
Biasanya letak sungsang dapat lahir spontan sampai pusat lahir karena rintangan
timbul pada waktu kelahiran bahu.
Kalau pusat sudah lahir dan tidak ada kemajuan misalnya karena his lemah atau
karena rintangan bahu maka tidak boleh kita menunggu terlalu lama karena pada saat
ini kepala mulai masuk ke dalam rongga panggul dan menekan tali pusat pada dinding
panggul hingga anak harus dilahirkan dalam 8 menit.
Untuk melahirkan anak dalam keadaan ini kita pergunakan ekstraksi parsiil atau
manual aid. Ekstraksi disebut parsiil karena sebagian tubuh anak sudah lahir.
Tehnik:
Panggul dipegang begitu rupa, hingga ibu jari berdampingan pada os sakrum,
kedua jari telunjuk pada krista iliaka dan jari lainnya menggenggam bokong dan
pangkal paha. Sekarang dilakukan tarikan ke bawah ke arah kaki penolong sampai ada
rintangan. Pada saat ini kita dapat melahirkan bahu dengan 2 cara:
a. Cara klasik (cara Deventer)
Prinsip melahirkan klasik adalah melahirkan bahu dan lengan secara klasik
ini ialah melahirkan lengan belakang terlebih dahulu, karena lengan belakang
berada diruangan yang lebih luas (sakrum), baru kemudian melahirkan lengan
depan yang berada dibawah simpisis. Tetapi bila lengan depan sulit dilahirkan,
maka lengan dapat diputar menjadi lengan belakang, yaitu dengan memutar gelang
bahu ke arah belakang dan baru kemudian lengan belakang ini dilahirkan.
Pada cara klasik kita lahirkan tangan belakang dulu, masukkan tangan yang
sesuai dengan tangan anak yang akan dilahirkan (misal: tangan kiri anak
dilahirkan dengan tangan kiri penolong), maka untuk meluaskan daerah yang akan

dimasuki, tangan satunya memegang kedua kaki dengan jari telunjuk di antaranya
dan jari lainnya menggenggam kedua kaki tersebut.
Kaki ini dibawa keatas ke arah berlawanan dengan bahu yang akan
dilahirkan (misal lengan ada di kanan belakang, maka kaki dibawa ke kiri depan).
Jari telunjuk dan jari tengah dari tangan dalam melalui punggung dan skapula
pergi ke lengan atas sampai kelipatan siku, kedua ibu jari diletakkan searah dengan
lengan atas dan bekerja sebagai spalk. Kemudia lipat siku ditekan, hingga seolah
anak itu menghapus mukanya dan akhirnya lengan dan bahu lahir.
Untuk melahirkan bahu depan maka kaki pindah tangan dan dibawa ke
kanan belakang ke arah yang berlawanan dengan tempat diman bahu depan ada
dan kemudian lengan depan dilahirkan sebagaimana kita melahirkan lengan
belakang.
Setelah kedua bahu lahir, maka kepala anak dilahirkan secara Mauriceau.
Tangan yang masuk ialah tangan yang berhadapan dengan perut anak. Mula-mula
tangan luar menggenggam kaki dengan jari telunjuk diantara kedua kaki dan
mengangkat kaki tinggi ke atas.
Sekarang tangan dalam masuk dan jari tengah dimasukkan kedalam mulut
atau jari tengah dan jari telunjuk ditempatkan pada fossa canina. Maksud jari ini
ialah untuk mempertahankan fleksi dan untuk memutar dagu anak ke belakang
kalau dilakukan tarikan, bukan untuk menarik. Badan anak sekarang diturunkan
hingga menunggang lengan dalam. Tangan luar menggenggam leher sedemikian
rupa hingga leher terdapat antara jari telujuk dan jari tengah dan jari lainnya
terletak pada pundak. Tangan luar melakukan tarikan dan tangan dalam memutar
dagu ke belakang sampai sub oksiput terdapat di bawah simpisis.
Kemudian badan anak dibawa ke atas dan berturu-turut lahirlah dagu, mulut,
hidung, dahi, dan akhirnya belakang kepala pada komisura posterior. Kalau kepala
anak agak lama lahir dianjurkan perasat De Lee: dipasang spekulum pada dinding
vagina belakang yang ditekan ke bawah supaya hidung dan mulut anak bebas dan
anak dapat bernapas walaupun kepala belum lahir.
b. Cara Muller
Prinsip melahirkan bahu dan lengan secara mueller ialah melhirkan bahu dan
lengan depan lebih dahulu dengan ekstraksi, baru kemudian melahirkan bahu dan
lengan belakang. Pada cara Muller lengan depan dilahirkan lebih dulu kemudian
lengan belakang. Keuntungan cara Muller adalah bahwa jari tidak jauh masuk ke
dalam jalan lahir, hingga kemungkinan infeksi kurang tetapi metode klasik lebih
berhasil pada bahu yang sulit lahir karena rongga sakrum lebih luas. Karena itu
cara Muller dipergunakan kalau bahu terhenti di pintu bawah panggul sedangkan
cara klasik kalau bahu masih tinggi.
(Rustam Mochtar 2011:243

J. Pencegahan

1) Jika diketahui janin letak sungsang pada usia kehamilan kurang dari 34 minggu tidak
perlu dilakukan intervensi apapun, karena janin masih cukup kecil dan cairan amnion
masih cukup banyak, sehingga kemungkinan besar janin masih dapat memutar dengan
sendirinya.
2) Lakukan rujukan atau kolaborasi dengan dokter kandungan untuk melakukan USG
pada usia kehamilan 35 36 minggu. Untuk mengetahui presentasi janin, mengetahui
jumlah cairan amnion, letak plasenta dan keadaannya.
3) Konseling mengenai pilihan untuk melahirkan jika saat umur kehamilan 35 36
minggu bagian terendah janin bukan kepala.

2.2 KONSEP MANAJEMEN PADA IBU HAMIL DENGAN LETAK SUNGSANG


I.
PENGKAJIAN
Identitas (Biodata)
Merupakan data umum pribadi yang dikaji melalui anamnesa/ pertanyaan kepada ibu

hamil
Nama

komunikasi saat memberi asuhan kepada klien.


Usia
: Menurut Puji Rochyati, primipara muda berusia kurang dari 16 tahun,

: pengkajian nama dapat memudahkan bidan dalam melakukan

primipara tua berusia lebih dari 35 tahun memiliki resiko tinggi terhadap kehamilan.
Sedangkan menurut Ida Bagus Gde Manuaba, menyederhanakan faktor resiko yang

perlu diperhatikan adalah Usia ibu (< 19 tahun dan > 35 tahun.
Agama : mengetahui apa yang dilarang dan dianjurkan dalam agama klien sehingga

dalam memberikan asuhan akan lebih mudah.


Pendidikan
: mengetahui tingkat pendidikan ibu agar memudahkan dalam
melakukan koseling.
Menentukan status sosial ibu dan pengetahuan ibu mengenai perawatan selama

kehamilan.
Pekerjaan
Penghasilan

mengenai pembiayaan ibu dalam menghadapi persalinan.


Telepon dan alamat : memudahkan tenaga kesehatan dalam mengidintifikasi apakah

: mengetahui aktivitas-aktivitas ibu sehari-hari.


: mengetahui tingkat perekonomian klien dan menentukan persiapan

daerah di sekitar ibu beresiko tinggi penularan penyakit.


A. DATA SUBYEKTIF
1. Keluhan Utama
Pergerakan anak teraba oleh ibu di bagian perut bawah,dan ibu sering merasa benda
keras (kepala) mendesak tulang iga dan rasa nyeri pada daerah tulang iga karena
kepala janin.
(Ai Yeyeh Rukiyah, 2010: 246)
2. Riwayat Menstruasi
HPHT (Periode menstruasi terakhir) : tanggal pada hari pertama periode menstruasi
terakhir atau last normal menstrual periode (LNMP) digunakan sebagai dasar
untuk menentukan usia kehamilan dan perkiraan taksiran partus (TP), maka

penting untuk mendapatkan tanggal perkiraan kelahiran yang seakurat mungkin.


(Varney, Hellen. 2007 : 521)
Usia Kehamilan dan Taksirann Persalinan (menggunakan rumus Neagel : tanggal
HPHT ditambah 7 dan bulan dikurangi 3)
(Prawiroharjo, Sarwono. 2010 : 279)

3. Riwayat hamil ini


Riwayat kehamilan sekarang digunakan untuk mendeteksi adanya komplikasi,
ketidaknyamanan, dan setiap keluhan seputar kehamilan yang dialami wanita sejak
HPHT nya.
Mengidentifikasi kehamilan
- Jumlah kunjungan ANC ke bidan
- Keluhan beserta terapi yang sudah diberikan pada trimester sebelumnya

Penyuluhan yang sudah didapat seputar kehamilan baik dari bidan maupun

dari sumber lainnya.


Jumlah suntikan TT juga dikaji, untuk mengetahui dalam tubuh ibu sudah

terdapat kekebalan terhadap penyakit.


Gerakan bayi dalam kandungan.

(Prawiroharjo, Sarwono. 2010 : 279)


Penggunaan obat-obatan dan pengobatan selama kehamilan merupakan hal yang
kompleks dan bidan perlu meninjau setiap obat dan menyeimbangkan

alasan

penggunaan obat dengan resiko yang dapat timbul bila obat digunakan selama
masa hamil.
(Varney, Hellen. 2007 : 527)
4. Riwayat kehamilan, persalinan dan Nifas yang lalu
Asuhan antenatal, persalinan, dan nifas kehamilan sebelumnya.
Cara persalinan.
Jumlah dan jenis kelamin anak hidup.
Berat badan lahir.
Cara pemberian asupan bagi bbayi yang dilahirkan.
Informasi dan saat persalinan atau keguguran terakhir.
(Prawiroharjo, Sarwono. 2010 : 280)
5. Riwayat Kesehatan penyakit yang pernah diderita
Riwayat penyakit yang pernah diderita ibu hamil yaitu penyakit menahun seperti
jantung, penyakit menurun seperti hipertensi, DM, penyakit menular seperti TBC,
Hepatitis, PMS baik yang sudah sembuh/yang masih dalam penyembuhan dan lain-lain
yang akan mempengaruhi kehamilan dan persalinan
6. Riwayat penyakit keluarga (Ayah, Ibu, Mertua) yang pernah menderita sakit
Kaji apakah di dalam silsilah keluarga klien mempunyai penyakit keturunan, misalnya
DM, asma, dan penyakit menular seperti TBC, Hepatitis, dan HIV/AIDS.
(Nugroho, Taufan.,dkk. 2014: 148)
7. Status Perkawinan
Hal ini penting untuk dikaji karena dari data ini bidan akan mendapatkan gambaran
mengenai suasana rumah tangga pasangan.
(Sulistyawati, Ari. 2009: 114)
8. Riwayat psiko sosial ekonomi
Bagaimana keadaan ibu dengan keluarga dan dukungan dari mereka. Dengan keadaan
psikologis yang baik pada ibu hamil trimester III memungkinkan dalam proses
persalinan seperti rasa cemas dan takut terhadap persalinan dapat teratasi.
(Prawiroharjo, Sarwono. 2010 : 281)
9. Riwayat KB dan rencana KB
Untuk mengetahui alat kontrasepsi yang digunakan ibu, jenisnya dan berapa lama,
apakah ada keluhan atau tidak
10. Riwayat Ginekologi
Untuk mengetahui riwayat penyakit ginekologi yang pernah dialami ibu seperti
penyakit kanker payudara, kanker serviks, kista, tumor dll.
11. Pola makan / minum/ eliminasi/ istirahat
Pola aktivitas sehari-hari

Aktivitas yang terlalu berat dianjurkan untuk dikurangi karena semakin tua usia

kehamilan.
Pola eliminasi
Pola eliminasi merupakan indikator adakah masalah BAB/BAK yang timbul saat

kehamilan sudah memasuki trimester III.


Pola makan dan minum
Pemenuhan nutrisi pada ibu hamil trimester III dapat diketahui dengan pengkajian
pola makan dan minum, bidan akan mengetahui bagaimana pemenuhan nutrisi ibu
selama hamil.

B. DATA OBYEKTIF
1) Pemeriksaan umum
Keadaan umum
Ibu dalam keadaan baik apabila ibu memperlihatkan respon yang baik bagi
lingkungan sekitar dan orang lain, serta dalam keadaan lemah bila tidak
memperlihatkan respon yang baik pada lingkungan sekitar dan orang lain.
(Sulistyawati, Ari. 2009: 121)

Kesadaran
Ibu dalam keadaan sadar (composmentis) atau coma?
(Sulistyawati, Ari. 2009: 122)

Tanda vital :
- TD : 110/70-120/80 mmHg (normal) <140 mmHg
- N : 80-100 x/mnt
- S : 36.5-37.5o C
- RR : 16-24 x/mnt
Lila : >23.5 cm
Berat Badan : berat badan diperkirakan akan bertambah 12,5 kg.
Tinggi Badan : >145 cm
(WHO. 2013 : 24)
2) Pemeriksaan Khusus
Abdomen :
Palpasi :
- Teraba keras, bundar, melenting pada fundus. Punggung dapat diraba pada
salah satu sisi perut,bagian keci pada sisi yang berlawanan, diatas symphisis
teraba bagian yang kurang bundar dan lunak.
-

(Ai Yeyeh Rukiyah,dkk. 2010)


TFU (menggunakan pita ukur bila usia kehamilan >20 minggu)
TFU kehamilan TM III adalah berkisar antara 26 cm 33 cm.
TFU yang normal untuk usia kehamilan 20-36 minggu dapat diperkirakan
dengan rumus : (UK dalam minggu + 2 ) cm
TFU

1/3 diatas pusat


pusat prosessus xifoideus
Setinggi prosesus xifoideus
Dua jari (4cm) di bawah prosesus xifoideus

Usia Kehamilan
28 minggu
34 minggu
36 minggu
40 minggu

Leopold I : menentukan tinggi fundus uteri dan bagian janin yang terletak di
fundus uteri (lakukan sejak trimester I).

Leopold II : menentukan bagian janin pada sisi kiri dan kanan ibu(dilakukan
pada akhir trimester II).
Leopold III : menentukan bagian janin yang terletak dibagian bawah uterus
(dilakukan pada akhir trimester III).
Leopold IV : menentukan berapa jauh masuknya janin ke pintu atas panggul
(dilakukan bila usia kehamilan > 36 minggu)

(WHO 2013: 27)


Auskultasi : denyut jantung janin(DJJ) sepusat atau DJJ ditemukan paling jelas

pada tempat yang lebih tinggi (sejajar atau lebih tinggi dan lunak)
Anogenital
Vagina Toucher : terbagi 3 tonjolan tulang yaitu kedua tubera ossis ischi dan ujung

os sacrum,anus, genetalia anak jika edema tidak terlalu besar dapat diraba.
(Ai Yeyeh Rukiyah,dkk. 2010)
3) Pemeriksaan Laboratorium
Hemoglobin
: >12, 5 g/dl
(Prawiroharjo, Sarwono. 2010 : 183)
Pemeriksaan ultrasound. Digunakan untuk memastikan perkiraan klinis presentasi
bokong, bila bila mungkin untuk mengidentifikasi adanya anomali janin. USG
dilakukan pada usia kehamilan 32-34 minggu yang bergunan baik untuk
menegakkan diagnosis maupun untuk memperkirakan ukuran dan konfigurasi
panggul ibu.

(Fadlun, 2012: 124)


Pemeriksaan sinar-X. Meskipun sudah digantikan secara besar-besaran oleh
ultrasound, sinar-X memiliki manfaat tambahan yang memungkinkan dilakukannya
pelvimetri secara bersamaan.
(Myles 2009:553)

C. ANALISA / INTEPRETASI DATA


Dx : G..P....UK (28-40) minggu dengan letak sungsang
Janin tunggal, hidup
Janin intrauterine (Pemeriksaan USG)
D. PENATALAKSANAAN
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu, ibu memahami.
2. Memfasilitasi KIE tentang pentingnya nutrisi bagi kehamilan Trimester III dan minum
10-12 gelas air mineral setiap hari, dan menghindari mengkonsumsi minuman yang
mengandung kafein, ibu memahami apa yang disampaikan oleh petugas.
3. Memfasilitasi KIE tentang tanda-tanda bahaya TM III seperti, keluar darah dari
kemaluan, sakit kepala hebat, masalah penglihatan, bengkak pada muka dan tangan,
janin kurang bergerak seperti biasa, kejang, dan demam tinggi, ibu memahami apa
yang disampaikan oleh petugas.
4. Memfasilitasi KIE tentang pentingnya melakukan pemeriksaan USG dan konsultasi ke
dr. SpOG untuk mengetahui letak janin apakah presentasi kepala ataukah bokong,
kondisi janin dalam uterus, serta tindakan pertolongan persalinan yang tepat seperti
apa, ibu memahami, aktif bertanya, dan bersedia melakukan pemeriksaan USG.

5. Memfasilitasi KIE tentang posisi knee-chest (sujud) saat ibu mengetahui kehamilannya
dengan letak sungsang. Posisi tersebut dapat dilakukan 2-3 kali selama 10-15 menit
setiap hari saat usia kehamilan 30-32 minggu, ibumemahami apa yang disampaikan
oleh petugas, aktif bertanya, dan juga bersedia untuk melakukan apa yang disarankan
oleh petugas.
6. Memfasilitasi KIE tentang persiapan persalinan meliputi rencana tempat persalinan,
persiapan transportasi, dan persiapan kelengkapan ibu dan bayi (pakaian ibu dan bayi),
ibu memahami dan dapat mengulang kembali apa yang disampaikan oleh petugas, ibu
juga bersedia untuk melakukan persiapan persalinan.
7. Memfasilitasi KIE kepada ibu tentang tanda-tanda persalinan, seperti lebih sering
buang air kecil, sering mengalami kontraksi, muncul flek, ketuban pecah, an adanya
pembukaan. Bila muncul tanda-tanda tersebut segera menuju ke Fasilitas Pelayanan
Kesehatan terdekat, ibu memahami dan bersedia ke fasilitas pelayanan kesehatan
terdekat bila menemui tanda-tanda persalinan.
8. Melakukan kolaborasi dengan dr. SpOG untuk pemeriksaan USG, pertolongan
persalinan, terapi selama kehamilan, serta persiapan persalinan Seksio sesarea.

DAFTAR PUSTAKA
Varney, Hellen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Vol.1. Jakarta : EGC.
Sulistyawati, Ari. 2009. Buku Ajar Kebidanan Pada Ibu Nifas. Yogyakarta: ANDI
Sarwono, 2009. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
Diane Fraser et all. 2009: Myles Buku Ajar Bidan. Jakarta:EGC. Alih bahasa : Sri Rahayu,
dkk.
Prawiroharjo, Sarwono. 2010 . Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Manuaba, Ida Bagus Gde Fajar, dkk. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB.
Jakarta : EGC
Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta : YBPSP
Rukiyah, Ai Yeyeh. 2010. Asuhan Kebidanan IV (Patologi Kebidanan). Jakarta : TIM.
Mochtar Rustam. 2011. Sinopsis Obstetri Jilid 1. Jakarta:EGC.
Nanny, Vivian.2011.Asuhan Kehamilan untuk Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika
Fadlun. 2012. Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta: Salemba Medika.
WHO. 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan.
Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Nugroho, Taufan.,dkk. 2014. Buku Ajar Asuhan Kebidanan 3 Nifas. Yogyakarta: Nuha
Medika.

Anda mungkin juga menyukai