Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan indikator penting yang dapat menggambarkan
tingkat kesejahteraan masyarakat dan pemanfaatan pelayanan kesehatan ibu dan bayi yang
berkualitas. Bahkan lebih jauh lagi Angka Kematian Ibu juga dapat dipakai sebagai indikator
untuk mengetahui derajat kesehatan suatu negara.
Di dalam rencana strategi nasional Making Pregnancy Safer (MPS) di Indonesia 2001
2010 disebutkan bahwa dalam konteks rencana pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat
2010, visi MPS adalah Kehamilan dan persalinan di Indonesia berlangsung aman serta bayi
yang dilahirkan hidup dan sehat. Salah satu sasarn yang di tetapkan untuk tahun 2010 adalah
untuk menurunkan angka kematian maternal menjadi 125 per 100.000 kelahiran hidup dan angka
kematian neonatal menjadi 16 per 1.000 kelahiran hidup (Saifuddin,2002).
Berdasarkan hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007,
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia tercatat 248/100.000 kelahiran hidup dan pada tahun
2008 tercatat sebesar 228/100.000 kelahiran idup. Walaupun dari tahun ke tahun menunjukkan
terjadi penurunan, hal ini masihlah cukup tinggi (Lestari,2010).
Penyebab tingginya Angka Kematian Ibu di Indonesia sebagian besar disebabkan oleh
penyebab langsung atau komplikasi kebidana yaitu perdarahan, eklampsi, dan infeksi.
Disamping itu partus lama dan aborsi dapat menyebabkan terjadinya perdarahan atau infeksi.
Kemudian baru oleh penyebab tidak langsung seperti rendahnya status gizi ibu hamil, kehamilan
4 Terlalu yaitu terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering dan terlalu banyak serta kondisi 3
Terlambat yaitu terlambat mengenali tanda bahaya dan mengambil keputusan, terlambat
mencapai fasilitas pelayanan rujukan dan terlambat memperoleh pelayanan adekuat di fasilitas
rujukan.
Retensio plasenta merupakan salah satu penyebab terjadinya perdarahan post partum.
Retensio plasenta adalah keadaan dimana plasenta belum lahir setelah 30 menit bayi lahir
sehingga kala III menjadi memanjang (mochtar,1998). Pada keadaan normal menurut CaldeyroBarcia plasenta akan lahir plasenta akan lahir spontan dalam waktu 6 menit setelah anak lahir
lengkap. Untuk mengetahui apakah plasenta telah lepas dari tempat implantasinya dipakai

beberapa perasat antara lain : perasat Kustner, perasat Strassmann, dan perasat Klein
(Prawirahardjo,2006).
Bila plasenta belum lepas sama sekali tidak akan terjadi perdarahan, tapi bila sebagian
plasenta sudah lepas akan terjadi perdarahan dan ini merupakan indikasi untuk segera
mengeluarkannya. Plasenta mungkin pula tidak keluar karena kandung kemih atau rectum penuh,
karena itu keduanya harus dikosongkan (Moctar,1998).
Pada kejadian retensio plasenta diman plasenta lepas sebagian akan menimbulkan
perdarahan. Plasenta hanya dapat dikeluarkan sepotong demi sepotong sehingga perdarahan dan
perforasi mengancam (Prawirahardjo,2006).
Ada beberapa faktor predisposisi yang mendukung terjadinya retensio plasenta pada ibu
bersalin yaitu grandemultipara, kehamilan ganda, kasus infertilitas, plasenta previa, bekas
operasi pada uterus (Manuaba,2007).
Disamping itu paritas tinggi dengan jarak persalinan pendek juga merupakan faktor
predisposisi terjadinya retensio plasenta (Lestari,2010).
Kelahiran yang memiliki jarak kurang dari dua tahun memiliki resiko kematian yang
tinggi, sedangkan jarak kelahiran lebih dari 3 tahun memiliki resiko kematian terendah (A
Wilopo,2005).
Berdasarkan studi awal yang dilakukan di ruang Kebidanan RSUD Dr.M. ZEIN Painan
pada 9 bulan terakhir 2012 terdapat 43 kasus retensio plasenta dari 500 kejadian persalinan
normal di Kamar Bersalin RSUD Dr.M.ZEIN Painan, angka ini lumayan tinggi, sekitar 9%
kejadian retensio plasenta dari semua kasus persalinan pervaginam di RSUD Dr.M.ZEIN Painan.

1.2 Batasan masalah


Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis membatasi pembahasan makalah tentang
penerapan Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin Ny R G3P2A0H2 Usia Kehamilan 40-41
Minggu Dengan Retensio Plasenta Di Bangsal Kebidanan RSUD Dr.M.ZEIN Painan.
1.3 Tujuan penulisan
1.3.1 Tujuan Umum

Mahasiswa mampu melaksanakan manajemen kebidanan Pada Ibu Bersalin Ny R


G3P2A0H2 Usia Kehamilan 40-41 Minggu Dengan Retensio Plasenta Di Bangsal Kebidanan
RSUD Dr.M.ZEIN Painan tanggal 13-15 oktober 2012.
1.3.2

Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian untuk memperoleh data subjektif dan data
objektif
b. Mahasiswa mampu mengidentifikasi diagnosa atau masalah secara teliti berdasarkan data
yang benar
c. Mahasiswa mampu mengantisipasi diagnosa atau masalah potensial yang mungkin dapat
terjadi dari masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi
d. Menilai adanya kebutuhan untuk intervensi segera atau tindakan
e. konsultasi atau kolaborasi berdasarkan kondisi klien
f. Mahasiwa mampu membuat rencana tindakan berdasarkan diagnosa atau masalah
g. Mahasiswa mampu melaksanakan tindakan sesuai rencana yang dibuat
h. Mahasiswa mampu mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan.
i. Mahasiswa mampu mendokumentasikan asuhan kebidanan.

1.4 Manfaat Penulisan


1.4.1

Bagi Penulis
Dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta dapat mengaplikasikan ilmu
dalam penerapan manajemen asuhan kebidanan dengan pendokumentasian varney dalam
penanganan kasus retensio plasenta.

1.4.2

Bagi insitusi
1. Insitusi Pendidikan

Diharapkan berguna sebagai bahan referensi dalam pengembangan ilmu pengetahuan


selanjutnya

khususnya

dalam

proses

pembelajaran

mahasiswa

STIKes

MERCUBAKTIJAYA Padang dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu


bersalin dengan Retensio Placenta.
2. Institusi Pelayanan
Sebagai bahan masukan untuk upaya peningkatan mutu pelayanan asuhan kebidanan
dalam penanganan kasus retensio plasenta.
1.5 Ruang Lingkup
Ruang lingkup study kasus ini adalah mengetahui asuhan kebidanan pada ibu Bersalin Ny
R G3P2A0H2 Usia Kehamilan 40-41 Minggu Dengan Retensio Plasenta Di Bangsal Kebidanan
RSUD Dr.M.ZEIN Painan tanggal 13-15 oktober 2012.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A.

Landasan Teori

2.1 Persalinan
-

Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari
uterus ibu. (APN,2011)

Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang
cukup bulan, disususl dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu.

Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari
dalam uterus melalui vagina ke dunia luar. ( Sarwono,2010)

Teori yang menerangkan proses persalinan:


1.

Teori Kadar Progesteron


Progesteron yang bertugas mempertahankan kehamilan semakin menurun dengan makin
tuanya kehamilan, sehingga otot rahim mudah diransang oleh oksitosin.

2.

Teori Oksitosin
Menjelang kelahiran oksitosin makin meningkat, sehingga cukup kuat untuk
merangsang persalinan.

3.

Teori Regangan Otot Rahim


Dengan meregangnya otot rahim dalam batas tertentu menimbulkan kontraksi
persalinan dengan sendirinya.

4.

Teori Prostaglandin
Prostaglandin banyak dihasilkan oleh lapisan dalam rahim yang diduga dapat
menyebabkan kontraksi rahim. Pemberian prostaglandin dari luar dapat merangsang
kontraksi otot rahim dan terjadi persalinan atau gugur kandung. (Manuaba,2007).

2.2 Retensio Plasenta


2.2.1

Definisi
-

Retensio plasenta adalah plasenta lahir terlambat lebih dari 30 menit setelah bayi
lahir ( Manuaba,2007).

Retensio plasenta adalah plasenta belum lahir setengah jam setelah bayi lahir
( Prawirahardjo,2006).

Retensio plasenta adalah keadaan dimana plasenta belum lahir dalam waktu 1 jam
setelah bayi lahir ( Moctar,1998).

2.2.2

Etiologi
Sebab-sebab terjadinya retensio plasenta pada seorang ibu bersalin adalah

1. Plasenta belum lepas dari dinding uterus karena


a) Kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta (plasenta adhesiva);
b)

Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab vili korialis menembus desidua sampai
miometrium- sampai di bawah peritoneum (plasenta akreta-perkreta).

2. Plasenta yang sudah lepas dari dinding uterus akan tetapi belum keluar, disebabkan oleh tidak
adanya usaha untuk melahirkan atau karena salah penanganan kala III, sehingga terjadi lingkaran
konstriksi pada bagian bawah uterus yang menghalangi keluarnya plasenta (inkarserasio
plasenta). (Prawirohardjo,2006).
2.2.3

Faktor Predisposisi
Ada beberapa hal yang dapat mendukung terjadinya retensio plasenta pada seorang ibu bersalin
yaitu :

a.

Grandemultipara

b. Kehamilan ganda, sehingga memerlukan implantasi plasenta yang agak luas


c.

Kasus infertilitas karena lapisan endometriumnya tipis

d. Plasenta previa karena dibagian isthmus uterus, pembuluh darah sedikit, sehingga perlu masuk
jauh ke dalam
e.

Bekas operasi pada uterus.


(Manuaba,2007)

2.2.4. Diagnosa Patologi Klinik


a.

Plasenta Adhesiva
Tipis sampai hilangnya lapisan jaringan ikat Nitabush, sebagian atau seluruhnya sehingga
menyulitkan lepasnya plasenta saat terjadi kontraksi dan retraksi otot uterus.

b. Plasenta Akreta

Hilangnya lapisan jaringan ikat longgar Nitabush sehingga plasenta sebagian atau seluruhnya
mencapai lapisan desidua basalis. Dengan demikian agak sulit melepaskan diri saat kontraksi
atau retraksi
c.

Plasenta Inkreta
Implantasi jonjot plasenta sampai mencapai otot uterus sehingga tidak mungkin lepas sendiri

d. Plasenta Perkreta
Jonjot plasenta menembus lapisan otot dan sampai mencapai peritoneum kavum abdominalis.
Retensio plasenta tidak di ikuti oleh perdarahan
e.

Plasenta Inkarserata
Plasenta telah lepas dari tempat implantasinya, tetapi tertahan oleh kontraksi SBR.
(Manuaba,2007)

2.2.5. Patofisiologi
Setelah bayi dilahirkan, uterus secara spontan berkontraksi. Kontraksi dan retraksi otototot uterus menyelesaikan proses ini pada akhir persalinan. Sesudah berkontraksi, sel
miometrium tidak relaksasi, melainkan menjadi lebih pendek dan lebih tebal. Dengan kontraksi
yang berlangsung kontinyu, miometrium menebal secara progresif, dan kavum uteri mengecil
sehingga ukuran juga mengecil. Pengecian mendadak uterus ini disertai mengecilnya daerah
tempat perlekatan plasenta.
Ketika jaringan penyokong plasenta berkontraksi maka plasenta yang tidak dapat
berkontraksi mulai terlepas dari dinding uterus. Tegangan yang ditimbulkannya menyebabkan
lapis dan desidua spongiosa yang longgar memberi jalan, dan pelepasan plasenta terjadi di
tempat itu. Pembuluh darah yang terdapat di uterus berada di antara serat-serat oto miometrium
yang saling bersilangan. Kontraksi serat-serat otot ini menekan pembuluh darah dan retaksi otot
ini mengakibatkan pembuluh darah terjepit serta perdarahan berhenti.
Pengamatan terhadap persalinan kala tiga dengan menggunakan pencitraan ultrasonografi
secara dinamis telah membuka perspektif baru tentang mekanisme kala tiga persalinan. Kala tiga
yang normal dapat dibagi ke dalam 4 fase, yaitu:
1. Fase laten,
Ditandai oleh menebalnya dinding uterus yang bebas tempat plasenta, namun dinding uterus
tempat plasenta melekat masih tipis.
2. Fase kontraksi

Ditandai oleh menebalnya dinding uterus tempat plasenta melekat (dari ketebalan kurang dari 1
cm menjadi > 2 cm).
3. Fase pelepasan plasenta
Fase dimana plasenta menyempurnakan pemisahannya dari dinding uterus dan lepas. Tidak ada
hematom yang terbentuk antara dinding uterus dengan plasenta. Terpisahnya plasenta disebabkan
oleh kekuatan antara plasenta yang pasif dengan otot uterus yang aktif pada tempat melekatnya
plasenta, yang mengurangi permukaan tempat melekatnya plasenta. Akibatnya sobek di lapisan
spongiosa.
4. Fase pengeluaran
Dimana plasenta bergerak meluncur. Saat plasenta bergerak turun, daerah pemisahan tetap tidak
berubah dan sejumlah kecil darah terkumpul di dalam rongga rahim. Ini menunjukkan bahwa
perdarahan selama pemisahan plasenta lebih merupakan akibat, bukan sebab. Lama kala tiga
pada persalinan normal ditentukan oleh lamanya fase kontraksi. Dengan menggunakan
ultrasonografi pada kala tiga, 89% plasenta lepas dalam waktu satu menit dari tempat
implantasinya. (Kandrawilko,2009).
Tanda-tanda lepasnya plasenta adalah sering ada pancaran darah yang mendadak, uterus
menjadi globuler dan konsistensinya semakin padat, uterus meninggi ke arah abdomen karena
plasenta yang telah berjalan turun masuk ke vagina, serta tali pusat yang keluar lebih panjang.
Sesudah plasenta terpisah dari tempat melekatnya maka tekanan yang diberikan oleh
dinding uterus menyebabkan plasenta meluncur ke arah bagian bawah rahim atau atas vagina.
Kadang-kadang, plasenta dapat keluar dari lokasi ini oleh adanya tekanan inter-abdominal.
Namun, wanita yang berbaring dalam posisi terlentang sering tidak dapat mengeluarkan plasenta
secara spontan. Umumnya, dibutuhkan tindakan artifisial untuk menyempurnakan persalinan
kala tiga. Metode yang biasa dikerjakan adalah manajemen aktif kala III.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pelepasan Plasenta :
1.

Kelainan dari uterus sendiri, yaitu anomali dari uterus atau serviks, kelemahan dan tidak
efektifnya kontraksi uterus, kontraksi yang tetanik dari uterus, serta pembentukan constriction
ring.

2. Kelainan dari plasenta, misalnya plasenta letak rendah atau plasenta previa, implantasi di cornu,
dan adanya plasenta akreta.

3.

Kesalahan manajemen kala tiga persalinan, seperti manipulasi dari uterus yang tidak perlu
sebelum terjadinya pelepasan dari plasenta menyebabkan kontraksi yang tidak ritmik, pemberian
uterotonik yang tidak tepat waktunya yang juga dapat menyebabkan serviks kontraksi dan
menahan plasenta, serta pemberian anestesi terutama yang melemahkan kontraksi uterus.

2.2.6. Gejala Klinis


a.

Anamnesa
Meliputi pertanyaan tentang periode prenatal, meminta informasi mengenai episode perdarahan
postpartum sebelumnya, paritas, serta riwayat multipel fetus dan polihidramnion. Serta riwayat
pospartum sekarang dimana plasenta tidak lepas secara spontan atau timbul perdarahan aktif
setelah bayi lahir.

b. Pada pemeriksaan pervaginam


Plasenta tidak ditemukan di dalam kanalis servikalis tetapi secara parsial atau lengkap menempel
di dalam uterus.

2.2.7. Pemeriksaan Penunjang


1.

Hitung darah lengkap: untuk menentukan tingkat hemoglobin (Hb) dan hematokrit (Hct),
melihat adanya trombositopenia, serta jumlah leukosit. Pada keadaan yang disertai dengan
infeksi, leukosit biasanya meningkat.

2.

Menentukan adanya gangguan koagulasi dengan hitung protrombin time (PT) dan activated
Partial Tromboplastin Time (aPTT) atau yang sederhana dengan Clotting Time (CT) atau
Bleeding Time (BT). Ini penting untuk menyingkirkan perdarahan yang disebabkan oleh faktor
lain.

2.2.8. Diagnosa Banding


Meliputi plasenta akreta, suatu plasenta abnormal yang melekat pada miometrium tanpa
garis pembelahan fisiologis melalui garis spons desidua.
2.2.9. Pencegahan
a.

Pencegahan resiko plasenta adalah dengan cara mempercepat proses separasi dan melahirkan
plasenta dengan memberikan uterotonika segera setelah bayi lahir dan melakukan penegangan
tali pusat terkendali. Usaha ini disebut juga penatalaksanaan aktif kala III

b. Mengamati dan melihat kontraksi uterus.


2.2.10. Penanganan
Apabila plasenta belum lahir jam setelah anak lahir, harus diusahakan untuk
mengeluarkannya. Salah satu cara untuk melahirkan plasenta adalah cara Brant. Dengan salah
satu tangan penolong memegang tali pusat dekat vulva. Tangan yang lain diletakkan pada
dinding perut di atas symfisis sehingga palmar jari-jari tangan terletak dipermukaan rahim, kirakira pada batas segmen bawah rahim dan badan rahim. Dengan melakukan tekanan ke arah atas
belakang, maka badan rahim akan terangkat. Apabila plasenta telah lepas, maka tali pusat tidak
akan tertarik ke atas. Kemudian tekanan di atas symfisis diarahkan ke bawah belakang kearah
vulva. Pada saat ini dilakukan tarikan ringan pada tali pusat untuk membantu mengeluarkan
plasenta. Yang selalu tidak dapat dicegah ialah bahwa plasenta tidak lahir seluruhnya, melainkan
sebagian masih ketinggalan dan harus dikeluarkan dengan tangan. Pengeluaran plasenta dengan
tangan ini dianggap cara yang paling baik. Dengan tangan kiri menahan fundus uteri supaya
uterus jangan naik ke atas, tangan kanan dimasukkan ke dalam kavum uteri. Dengan mengikuti
tali pusat, tangan itu sampai pada plasenta dan mencari pinggir plasenta. Kemudian jari-jari
tangan itu dimasukkan antara pinggir plasenta dan dinding uterus. Biasanya tanpa kesulitan
plasenta sedikit demi sedikit dapat dilepaskan dari dinding uterus untuk kemudian dilahirkan.
Banyak kesulitan dialami dalam pelepasan plasenta pada plasenta akrata. Plasenta hanya
dapat dikeluarkan sepotong-sepotong dan bahaya perdarahan serta perforasi mengancam.
Apabila berhubungan dengan kesulitan-kesulitan tersebut diatas akhirnya diagnosis plasenta
akreta dibuat, sebaiknaya usaha mengeluarkan plasenta secara manual dihentikan, lakikan
histerektomi.
Pada plasenta yang sudah lepas, akan tetapi terhalang untuk dilahirkan karena lingkaran
konstriksi (inkarserasio plasenta) tangan kiri penolong dimasukkan ke dalam vagina dan ke
bagian bawah uterus dengan dibantu oleh anastesi umum untuk melonggarkan lingkaran
konstriksi. Dengan tangan kanan tersebut sebagai petunjuk dimasukkan cunam ovum melalui
lingkaran konstriksi untuk memegang plasenta, dan perlahan-lahan plasenta sedikit demi sedikit
ditarik ke bawah melalui tempat sempit itu (Prawirahardjo,2006).
2.2.11. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi meliputi:
a.

Komplikasi yang berhubungan dengan transfusi darah yang dilakukan.

b. Multiple organ failure yang berhubungan dengan kolaps sirkulasi dan penurunan perfusi organ.
c.

Sepsis

d. Kebutuhan terhadap histerektomi dan hilangnya potensi untuk memiliki anak selanjutnya.
2.2.12. Prognosis
Prognosis tergantung dari lamanya, jumlah darah yang hilang, keadaan sebelumnya serta
efektifitas terapi. Diagnosa dan penatalaksanaan yang tepat sangat penting.

B. Konsep Manajemen Asuhan Kebidanan


Manajemen kebidanan adalah

proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai

metode untuk mengorganisasikan fikiran serta tindakan berdasarkan teori ilmiah. Penemuanpenemuan keterampilan dalam rangkaian tahapan untuk mengambil keputusan yang berfokus
pada klien. Asuhan ini adalah bantuan yang diberikan bidan kepada klien yang pelaksanaanya
dilakukan dengan cara bertahap dan sistematis dan melalui suatu proses yang disebut Manajemen
Kebidanan menurut Varney,1997.
Proses manajemen menurut Varney terdiri dari 7 langkah yang berurutan dimana setiap
langkah disempurnakan secara periodik. Proses dimulai dengan pengumpulan data dasar dan
berakhir dengan evaluasi. Ketujuh langkah tersebut membentuk suatu kerangka lengkap yang
dapat diaplikasikan dalam situasi apapun. Yaitu :
1. Mengumpilkan data yang diperlukan untuk mengidentifikasi pasien secara lengkap
2. Mengidentifikasi masalah atau diagnosa berdasarkan interpretasi yang benar dari data tersebut
3.

Mengantisifasi masalah potensial atau diagnosa lainnya yang mungkin terjadi karena masalah
atau diagnosa yang telah di identifikasi.

4. Mengevaluasi perlunya intervensi segera oleh bidan dan dokter


5. Mengembangkan rencana asuhan yang menyeluruh
6. Mengembangkan rencana asuhan tersebut secara evisien dan aman
7. Mengevaluasi keefektifan dan asuhan yang telah diberikan.

Langkah-langkah dalam pelaksanaan pada dasarnya jelas, akan tetapi dalam pembahasan
singkat mengenai langkah-langkah tersebut mungkin akan lebih memperjelas proses pemikiran
dalam proses klinis yang berorientasi pada langkah ini. Penulis membatasi hanya pada kasus
retensio plasenta.

Ketujuh langkah tersebut adalah sebagai berikut:


I.

Pengkajian
Pengkajian atau pengumpulan data dasar adalah mengumpulkan semua data yang dibutuhkan
untuk mengevaluasi keadaan pasien. Merupakan langkah pertama untuk mengumpulkan semua

informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien.
a. Data subjektif
1) Biodata yang mencakup identitas pasien
a) Nama
Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari-hari agar tidak keliru dalam
memberikan penanganan.
b) Umur
Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko seperti umur kurang dari 20 tahun, alat-alat
reproduksi belum matang, mental dan psikisnya belum siap. Sedangkan umur lebih dari 35 tahun
rentan sekali untuk terjadi perdarahan dalam masa nifas.
c) Agama
Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk membimbing atau mengarahkan pasien
dalam berdoa.
d) Pendidikan
Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk mengetahui sejauh mana tingkat
intelektualnya, sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai dengan pendidikannya.
e) Suku/bangsa
Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari-hari.
f)

Pekerjaan

Untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial ekonominya, karena ini juga berpengaruh pada
gizi pasien tersebut.

g) Alamat
Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila diperlukan.
2) Keluhan Utama
Untuk mengetahui keluhan yang dirasakan ibu saat retensio plasenta terjadi, Ibu dengan retensio
plasenta mengatakan perutnya tidak terasa mules plasenta belum lahir.
3) Riwayat perkawinan
Menanyakan tahun berapa menikah, status perkawinan dan setelah menikah berapa lama baru
hamil. Gunanya untuk mengetahui fungsi alat reproduksi pasien baik atau tidak. Kejadian
retensia plasenta ini dapat berkaitan dengan usia ibu yang tidak dalam usia reproduksi yang sehat
diman wanita yang melahirkan anak pada usia dibawah 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
merupakan faktor risiko terjadinya perdarahan pascasalin.
4) Riwayat nenstruasi
Menanyakan tentang : Menarche, siklusnya, banyaknya, keluhan serta HPHTnya yang maksud
dari pertanyaan ini adalah untuk menentukan tafsiran persalinan dan usia kehamilan karna ini
merupakan salah satu cara untuk mengetahui apakah siklus menstruasi pasien normal, pada kasus
infertilitas kemungkinan akan terjadi retensio plasenta karena lapisan endometriumnya tipis.
5) Riwayat obstetric
Menyatakan tentang kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu normal atau tidak.
- Kehamilan yang lalu, kemungkinan pasien ada atau tidak mengalami anemia
Persalinan yang lalu, kemungkinan klien pernah mengalami persalinan spontan atau dengan
tindakan, persalinan aterm atau post-term. Riwayat bekas operasi pada uterus dapat
-

mengakibatkan retensio plasenta.


Nifas yang lalu, kemungkinan keadaan involusi uterus, lochea, infeksi dan laktasi berjalan
dengan normal atau disertai dengan komplikasi. Terdapat riwayat perdarahan post partum

berulang karena dapat menyebabkan retensio plasenta.


6) Riwayat kehamilan sekarang
- HPHT : untuk mengetahui usia kehamilan dan tafsiran persalianan
Keluhan-keluhan umum yang terjadi pada TM I, II, dan III : untuk mengetahui kemungkinan
adanya tanda-tanda bahaya pada ibu hamil. Pada kasus plasenta previa kemungkinan dapat

mengakibatkan retensio plasenta karena dibagian istmus uterus, pembuluh darah sedikit sehingga
-

perlu masuk jauh kedalam.


Obat / suplemen termasuk jamu-jamuan yang di konsumsi : untuk mengetahui apakah si ibu
mempunyai kebiasaan makan, minum obat-obatan / jamu, merokok, gaya hidup yang tidak sehat

selama waktu hamil atau tidak.


- Imunisasi : Kemungkinan apakah ibu ada mendapatkan imunisasi TT selama kehamilan.
7) Riwayat kesehatan
a) Riwayat kesehatan yang lalu
Untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat penyakit akut atau kronis seperti : Jantung,
ginjal, DM, Hipertensi, Asma, hipertensi, epilepsi, PMS dan mengalami operasi pada uterus atau
tidak.
b) Riwayat kesehatan keluarga
Mengetahui apakah keluarga ada yang mengalami penyakit seperti: jamtung, ginjal, asma, TBC,
hipertensui, DM, epilepsi dan PMS atau tidak.
8) Riwayat kontrasepsi
Kemungkinan klien pernah menggunakan alat kontrasepsi atau tidak. Dengan meningkatkan
penerimaan keluarga berencana maka dapat memperkecil terjadinya retensio plasenta karena
dengan kasus banyak anak (grandemultipara) merupakan salah satu predisposisi retensio
plasenta.
9) Riwayat seksualitas
Apakah klien mengalami masalah selama berhubungan atau tidak
10) Riwayat sosial, ekonomi dan budaya
Mengetahui bagaimana hubungan pasien dengan lingkungan sekitarnya apakah baik atau tidak
dan keadaan ekonomi pasien mampu atau kurang mampu serta budaya yang mempengaruhi
lingkungan klien, dengan adanya pantangan untuk memakan makanan tertentu bagi ibu hamil
juga akan mempengaruhi kesehatan ibu.
11) Riwayat spiritual
Kemungkinan klien melakukan ibadah agama dan kepercayaannya dengan baik.
12) Riwayat psikologis
Mengetahui kemungkinan adanya tanggapan klien dan keluarga yang baik terhadap kehamilan
dan persalinan ini.
Kemungkinan klien dan suaminya mengharapkan dan senang dengan kehamilan ini.
13) Kebutuhan dasar
Kemungkinan pemenuhan kebutuhan bio-psiko yang meliputi pemenuhan nutrisi, proses
eliminasi, aktifitas sehari-hari, istirahat dan personal hygiene dan kebiasaan-kebiasaan yang
dapat mempengaruhi kesehatan saat hamil dan bersalin.

b. Data objektif
Data objektif merupakan data yang dikumpulkan dari pemeriksaan umum dan khusus.
Pemeriksaan umum
1) Keadaan umum : untuk mengetahui keadaan ibu secara umum karena pada retensio plasenta KU
ibu kurang baik.
2) Keadaan emosional : untuk mengetahui apakah keadaan emosional ibu stabil atau tidak
3) Ukuran LILA : untuk mengetahui status gizi ibu.
4) Vital sign
Seperti tekanan darah, suhu, nadi, pernafasan yang ditujukan untuk mengetahui keadaan ibu
berkaitan dengan kondisi yang dialaminya karena pada beberapa kasus ditemukan keadaan
hipertensi postpartum.
a) Berat Badan (untuk mengetahui status gizi ibu)
-

Saat ini :

Sebelum hamil :

Kenaikan BB selama hamil :

b) Tinggi badan :
Pemeriksaan khusus
a.

Secara inspeksi, yaitu pemeriksaan pandang yang dimulai dari kepala sampai kaki.
Yang dinilai adalah kemungkinan bentuk tubuh yang normal, kebersihan kulit, rambut, muka,
konjungtiva, sklera, hidung dan telinga, mulut apakah caries, karang gigi, leher apakah ada
pembasaran kelenjar gondok, payudara apakah simetris kiri dan kanan, keadaan puting susu
menonjol atau tidak, colostrum ada atau tidak, perut membesar sesuai dengan usia kehamilan,
apakah ada bekas luka operasi atau tidak, vulva apakah bersih, ada varises atau tidak , edema dan
pengeluaran dari vagina, anus apakah ada hemoroid, apakah adakelainan ekstremitas atas dan
bawah.
Yang menjadi fokus pemeriksaan yaitu apakah conjungtiva pucat atau tidak dan biasanya pada
retensio plasenta mata klien anemis dan ada bekas operasi pada uterusnya, perdarahan 400 cc.

b. Secara palpasi yaitu, pemeriksaan yang di fokuskan pada abdomen dengan menggunakan cara
leopold.

Yang menjadi fokus pemeriksaan adalah pada daerah perut, biasanya di dapatkan uterus tidak
teraba, bulat dan keras, kontraksi kurang kuat, TFU 3 jari diatas pusat. Plasenta belum lahir lebih
dari 30 menitsetelah kelahiran bayi dan kontraksi kurang baik.
c.

Secara Auskultasi
Pemeriksaan dilakukan dengan cara mendengarkan

d. Secara perkusi
Kemungkinan reflek patella kiri dan kanan positif.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan labor dilakukan untuk mengetahui derajat anemia yang dialami klien yaitu dengan
melakukan pemeriksaan HB berhubungan dengan seberapa banyak perdarahan yang dialami
klien.
Pemeriksaan dalam
Pada pemeriksaan dalam dengan kasus retensio plasenta (plasenta akreta) sulit ditentukan tepi
plasenta karena implantasi yang dalam.
Pemeriksaan luar
Tanda penting untuk diagnosis pada retensio plasenta (plasenta akreta) pemeriksaan luar adalah
ikutnya fundus atau korpus bila tali pusat ditarik.
II.

Interpretasi Data Dasar, Diagnosa Masalah dan kebutuhan


Data dasar yang telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosa
yang spesifik, beberapa masalah tidak dapat diselesaikan seperti diagnosis tetapi sangat
membutuhkan penanganan yang dituangkan ke dalam sebuah rencana asuhan terhadap klien.
1. Diagnosa
Ibu P....A....H...., partus kala III dengan retensio plasenta
Dasar :
- Ibu mengatakan perutnya tidak terasa mules plasenta belum lahir.
- Ibu mengatakan merasa lega dan senang dengan kelahiran bayinya.
- Keadaan umum kurang baik
- Mata anemis
- Uterus tidak teraba bulat dan keras, kontraksi kurang kuat
- TFU 3 jari diatas pusat
- Plasenta belum keluar dari 30 menit
- Perdarahan 400 cc.
2. Masalah
Perdarahan dan kekurangan cairan.

III.

Identifikasi Diagnosa dan Masalah potensial

Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan
rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi,
bila kemungkinan dilakukan pencegahan sambil mengamati klien, bidan diharapkan dapat
bersiap-siap bila diagnosa/masalah potensial ini benar-benar terjadi.
Kemungkinan diagnosa atau masalah potensial yang timbul :
Ketidakseimbangan elektrolit dan syok
Dasar : kebutuhan cairan yang berkurang akibat pendarahan 400 cc.
IV.

Identifikasi Kebutuhan Uang Memerlukan Penanganan Segera dan Kolaborasi


Mengidentifikasi dan menetapkan perlunya tindakan segera atau tidak oleh bidan atau dokter
untuk dikonsultasi atau ditangani bersama dengan anggota TIM kesehatan yang lain sesuai
dengan kondisi klien.
Tindakan segeranya adalah :
Kolaborasi dengan dokter SPOG dan tenaga kesehatan lainnya bila terjadi komplikasi lebih
lanjut, pasang infus cairan dextrose 5 %, tranfusi darah dan manual plasenta.

V.

Perencanaan
Merencanakan asuhan menyeluruh yang rasional sesuai dengan temuan dari langkah
sebelumnya. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya mengikuti apa yang sudah

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah.


Intervensi :
Beritahu ibu tentang hasil pemeriksaan yang telah dilakukan
Lakukan inform consent dengan keluarga untuk melakukan tindakan yang akan dilakukan
Pasangkan infus cairan ringer dekstrose 5 % pada klien
Lakukan kolaborasi dengan dokter SPOG untuk memberikan penanganan segera
Persiapakan donor darah untuk transfusi darah untuk persiapan bila kekurangan darah pada klien
Lakukan manual plasenta
Lakukan observasi kontraksi uterus, periksa plasenta yang sudah dikeluarkan, selaput dan

kotiledonnya, kontrol luka yang terjadi pada vagina dan perineumtidak ada robekan
8. Lakukan masase fundus selama 15 detik
9. Bersihkan klien dan lakukan vulva hygiene setelah plasenta dilahirkan
10. Berikan minum pada klien dan anjurkan klien untuk istirahat
11. Dokumentasikan semua hasil pemeriksaan dan asuhan yang telah diberikan.
VI.

Pelaksanaan
Melaksanakan asuhan menyeluruh yang rasional sesuai dengan perencanaan dari langkah
sebelumnya serta mengembangkan rencana asuhan tersebut secara efisien dan aman.

VII.

Evaluasi

Mengevaluasi keefektifan dan asuhan yang telah diberikan, dengan begitu disini dapat
menentukan keberhasilan dan keefektifan dari asuhan yang telah diberikansesuai dengan apa
yang dibutuhkan klien.

Anda mungkin juga menyukai