Anda di halaman 1dari 11

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmat dan berkat-Nya
yang telah diberikan kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
Dampak Pembangunan Wilayah Pesisir.
Saya dapat menyelesaikan makalah ini karena adanya bantuan dari berbagai pihak yang
telah memberikan dukungan dan bimbingan kepada saya.
Dalam pembuatan makalah ini saya menyadari masih banyak kekurangan, sehingga saya
sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang dapat membangun sehingga makalah
ini menjadi lebih baik dan dapat bermanfaat bagi kita semua.

Ambon, Desember 2015

Tim penulis

ii

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...ii
DAFTAR ISI..iii
BAB I. PENDAHULUAN.....1
1.1. LATAR BELAKANG............................................................................1
1.2. PERUMUSAN MASALAH....................................................................1
1.3. TUJUAN......1
1.4. MANFAAT............................................................................................2
BAB II. PEMBAHASAN.........................................................................................3
2.1. PERMASALAHAN PESIS IR.................................................................3
2.2. PENYEBAB KERUSAKAN PESISIR...................................................3
2.3. PENANGGULANGAN KERUSAKAN PESISIR..................................5
BAB III. PENUTUP.................................................................................................8
3.1. KESIMPULAN.....................................................................................8
3.2. SARAN...8
DAFTAR PUSTAKA.....9

iii

BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia terletak sangat strategis ,yaitu di daerah tropis, diapit oleh dua benua (Asia dan Australia)
dan dua samudera (Hindia dan Pasifik). Letak yang strategis ini menjadikan Indonesia sebagai negara
yang kaya akan sumber daya alam khususnya pesisir. Wisata bahari, budi daya tambak, pertambangan dan
pemukiman adalah beberapa contoh potensi ekonomi yang bernilai tinggi. Tak heran apabila daerah
pesisir menjadi daya tarik bagi seluruh pihak untuk mengelola dan memanfaatkannya dari segi ekonomi
maupun politikya.
Delinom (2007:2) mendefinisikan, Daerah pesisir adalah jalur tanah darat/kering yang berdampingan
dengan laut, dimana lingkungan dan tata guna lahan mempengaruhi secara langsung lingkungan ruang
bagian laut, dan sebaliknya. Daerah pesisir adalah jalur yang membatasi daratan dengan laut atau danau
dengan lebar bervariasi.
Daerah ini selalu berkembang dengan pesatnya pembangunan yang dilakukan berbagai pihak. Pihakpihak tersebut secara tidak langsung mengakibatkan kerusakan lingkungan karena aktivitas yang
dilakukan di darat maupun di laut. Hal ini menjadikan ekosistem pesisir sebagai ekosistem yang rentan
terhadap kerusakan dan perusakan baik alami maupun buatan. Penanggulangan atas permasalahan
tersebut secara bijak dan tepat dapat mengurangi maupun mencegah kerusakan yang terjadi. Makalah ini
menyajikan permasalahan pesisir yang diakibat oleh faktor alam maupun manusia beserta
penanggulangannya yang tepat atas permasalahan yang dihadapi.
1.2. Perumusan Masalah
Permasalahan yang dirumuskan dan dibahas dalam makalah ini adalah :
1. Permasalahan apa saja yang terdapat di daerah pesisir?
2. Apa saja penyebab permasalahan pesisir?
3. Bagaimana cara menanggulangi permasalahan pesisir yang terjadi?
1.3. Tujuan
Tujuan makalah ini adalah :
1. Mengetahui permasalahan yang terdapat di daerah pesisir.
2. Mengetahui penyebab dari permasalahan yang terjadi di daerah pesisir.
3. Mengetahui cara menangani permasalahan yang terjadi di daerah pesisir.
1

1.4. Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat memberikan gambaran atas permasalahan pesisir dan penanggulangan
yang tepat atas permasalahan yang terjadi.
1. Makalah ini dapat memberikan literatur mengenai permasalahan pesisir dan penanggulangan
yang tepat bagi kalangan akademisi dan peneliti.
2. Makalah ini dapat menambah wawasan dan memberikan inspirasi dalam penanggulangan atas
permasalahan pesisir.
3. Makalah ini dapat memberikan inspirasi atas kebijakan hukum dalam mengelola sumber daya
pesisir secara lestari dan terpadu.

BAB II. PEMBAHASAN


2.1. Permasalahan Pesisir
Sumber daya pesisir memiliki produktifitas yang tinggi dalam pembangunan karena dapat
meningkatkan devisa, lapangan kerja, pendapatan dan kesejahteraan penduduk. Banyaknya kegiatan yang
dilakukan di daerah pesisir mengakibatkan daerah ini sangat rentan terhadap kerusakan dan pengrusakan.
Menurut Hinrichsen(1997) dalam Idris(2001), wilayah pesisir memiliki tingkat kepadatan penduduk dan
intensitas pembangunan industri yang tinggi, sehingga lingkungan pesisir sering mendapat tekanan
manusia yang tinggi. Kerusakan sumber daya alam saat ini tidak terlepas dari perilaku manusia dalam
memperlakukan alam. Perilaku manusia saat ini dipengaruhi oleh etika antroposentrisme dimana cara
pandang manusia hanya melihat dari sudut prinsip etika terhadap manusia saja, baik dari sisi
kebutuhannya maupun kepentingannya yang lebih tinggi dan terkadang sangat khusus dibandingkan
dengan makhluk lain. Makhluk selain manusia dan benda lainnya hanya dianggap sebagai alat peningkat
kesejahteraan manusia atau yang dikenal dengan prinsip instrumentalistik (Susilo 2008:61).
2.2. Penyebab Kerusakan Pesisir
Diposaptono, membagi penyebab kerusakan pesisir menjadi dua, yaitu: kerusakan karena faktor
alam dan kerusakan akibat antropogenik.
1. Kerusakan karena Faktor Alam
Kerusakan yang diakibatkan oleh faktor alam adalah gempa, tsunami, badai, banjir, el-Nino,
pemanasan, predator, erosi. Kerusakan yang diakibatkan oleh faktor alam dapat terjadi secara alami
ataupun akibat campur tangan manusia hingga mengakibatkan bencana alam. Bencana alam berupa
tsunami sering memakan korban yang tidak sedikit dan menimbulkan kerusakan di daerah pesisir akibat
gelombang laut yang ditimbulkan oleh suatu gangguan impulsif yang terjadi pada medium laut. Masalah
banjir di Indonesia lebih sering disebabkan oleh manusia. Contoh-contoh penyebabnya, yaitu:
pengembangan kota yang tidak mampu atau tidak sempat membangun sarana drainase, adanya bangunanbangunan liar di sungai, sampah yang dibuang di sungai, penggundulan di daerah hulu dan perkembangan
kota di daerah hulu. Masalah erosi yang terjadi dapat pula disebabkan oleh proses alami, aktivitas
manusia ataupun kombinasi keduanya.
2. Kerusakan Akibat Antropogenik
Perilaku manusia banyak dipengaruhi oleh etika antroposentrisme. Antroposentrisme ini
merupakan simbol kerakusan manusia yang tidak hanya bersifat individual tetapi dapat bersifat kolektif.
Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan maka muncul indutrialisasi yang kini marak dilakukan.

Manusia tidak hanya memanfaatkan alam sebatas keperluannya tetapi kini manusia telah
memanfaatkannya melebihi yang dibutuhkannya.
3
Hal ini berarti manusia mengeksploitasi alam dan lingkungan untuk mengeruk keuntungan
sebanyak-banyaknya tanpa berpikir panjang terhadap dampak yang akan terjadi. Dampak akibat aktivitas
tersebut dapat merusak sumber daya alam khususnya dalam hal ini ekosistem pesisir.
Aktivitas manusia pun dapat menimbulkan pencemaran yang mengancam ekosistem.
Pencemaran-pencemaran tersebut dapat menimbulkan kerusakan fisik yang fatal di daerah pesisir. Miller
(2004) dalam Mukhtasor (2007:7),pencemaran adalah sebarang penambahan pada udara, air dan tanah,
atau makanan yang membahayakan kesehatan, ketahanan atau kegiatan manusia atau organisme hidup
lainnya. Undang-Undang No.23 Tahun 1997 dalam Mukhtasor (2007:7), pencemaran adalah masuknya
atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan oleh
kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan
tersebut tidak dapat berfungsi sesuai peruntukannya. Hal ini berarti, pencemaran tidak hanya dapat
merusak tatanan ekosistem pesisir tetapi juga dapat membahayakan kesehatan manusia serta dapat
mematikan makhluk hidup yang memanfaatkan sumber daya pesisir yang telah tercemar tersebut.
Berdasarkan sumbernya, kerusakan yang disebabkan oleh antropogenik dapat dibagi menjadi dua,
yaitu:

Darat
Daerah-daerah pesisir yang memiliki pencemaran tinggi adalah daerah industri,
daerah yang padat penduduk dan pertanian. UNEP(1995) dalam Idris(2001), sumber
utama pencemaran pesisir dan lautan berasal dari daratan yang terdiri dari tiga jenis, yaitu
dari kegiatan industri, kegiatan rumah tangga, dan kegiatan pertanian. Kegiatan-kegiatan
tersebut telah menyumbangkan limbah berupa limbah cair dan padat yang menimbulkan
dampak serius pada daerah pesisir dan makhluk hidup sekitarnya.
Kegiatan rumah tangga seringkali menimbulkan limbah domestik berupa limbah
cair dan padat. Limbah cair domestik dapat dibagi dibagi dalam dua kategori, yaitu: (1)
limbah cair yang berasal dari air cucian seperti sabun, deterjen, minyak dan pestisida; (2)
limbah cair yang berasal dari kakus seperti sabun, shampoo, tinja dan air seni. Limbah
cair mengandung bahan organik dan anorganik serta jutaan sel mikroba dan bakteri.
Kandungan yang terdapat dalam limbah cair dapat mengancam kesehatan masyarakat
yang menggunakan air yang telah tercemar sehingga menimbulkan penyakit.
Pabrik-pabrik yang berada di sekitar pesisir pun menimbulkan pencemaran
berupa limbah industri. Limbah industri tersebut mengandung unsur yang sangat beracun,
seperti basa, logam berat dan bahan organik yang beracun. Menurut Diposaptono
(2001:8-15), pencemaran oleh industri dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:

perencanaan daerah industri yang tidak teratur, perencanaan tata kota yang kurang baik,
dan tidak tersedianya fasilitas pengolah limbah pada daerah industri.
4
Limbah padat berupa sampah kebanyakan berasal dari rumah tangga.
Pembuangan sampah ke laut sering menjadi alternatif penduduk karena pembuangan
sampah di daratan dinilai tidak efektif dan munculnya anggapan membuang sedikit
sampah tidak akan berpengaruh bagi lautan yang luas. Kebiasaan yang buruk tersebut
menimbulkan berbagai pengaruh terhadap kehidupan laut. Sampah-sampah yang
mengapung akan terdampar di pantai dan mengurangi keindahan laut serta menghalangi
penetrasi cahaya matahari. Sedangkan sampah yang berat akan tenggelam ke dasar laut
dan berpengaruh terhadap komunitas bentos (Mukhtasor 2007:137-142).

Laut
Aktivitas manusia yang dapat merusak ekosistem pesisir, yaitu: pengerukan
sedimen dan pembuangan material hasil pengerukan, tumpahan minyak. Aktivitas
tersebut menimbulkan pencemaran yang dapat merusak. Sumber pencemaran yang sangat
besar berasal dari pengerukan sedimen yang terus menerus dan pembuangan material
hasil pengerukan. Material hasil kerukan biasanya dibuang beberapa kilometer dari pantai
sehingga menimbulkan efek pencemaran bagi kehidupan perairan sekitar. Selain itu, juga
dapat menimbulkan turbiditas yang mengancam bentik. Hal ini berpengaruh bagi
kehidupan perairan karena kebanyakan bahan kerukan diambil dari daerah pelabuhan
yang biasanya telah tercemar.
Tumpahan minyak ke laut dapat berasal dari berbagai sumber . Tumpahan
minyak berasal dari tabrakan kapal tanker, atau dari proses yang disengaja seperti
pencucian tangki balas. Peristiwa tumpahan minyak di perairan Indonesia pun sering
terjadi, misalnya dalam kurun waktu 1997-2001. Tumpahan minyak tersebut merupakan
sumber pencemaran yang sangat membahayakan karena dapat menurunkan kualitas air
laut, baik karena efek langsung maupun efek jangka panjang. Efek jangka panjang yang
ditimbulkan pada lingkungan laut berupa perubahan karakteristik populasi spesies laut
atau struktur ekologi komunitas laut. Selain itu, tumpahan minyak dapat berdampak
buruk terhadap kesejahteraan masyarakat pesisir yang menggantungkan hidupnya di
sektor perikanan dan budi daya.

2.3. Penanggulangan Kerusakan Pesisir


Penanggulangan kerusakan pesisir dilakukan untuk menangani permasalahan yang terjadi di
daerah pesisir. Kegiatan penanggulangan ini dapat dilakukan dengan mitigasi, kegiatan
preventif/pencegahan dan kegiatan pemulihan yang meliputi rehabilitasi dan rekonstruksi.

Kegiatan Mitigasi
Kegiatan mitigasi dapat dilakukan untuk menangani permasalahan di daerah
pesisir seperti penanggulangan pada kerusakan yang diakibatkan oleh faktor alam.
Kegiatan penanggulangannya dengan menanam mangrove di wilayah pesisir yang rentan
terhadap bencana tsunami atau erosi. Penanaman mangrove dapat berfungsi sebagai
penghadang gempuran tsunami atau ombak, sehingga energi gelombang dapat diredam
dan akan mengurangi dampak negatif berupa korban jiwa dan harta benda.
Kegiatan Preventif/Pencegahan
Kegiatan preventif/pencegahan adalah kegiatan yang berupa untuk mencegah
terjadinya kerusakan. Kegiatan ini misalnya penerapan AMDAL yang berupaya
mencegah kerusakan pesisir. Pada masalah limbah domestik dapat dilakukan pengolahan
sampah dan Gerakan Bersih Pantai dan Laut sedangkan limbah pemanfaatan ikan dapat
diolah menjadi pakan ikan, terasi.
Kegiatan Pemulihan
Kegiatan pemulihan adalah kegiatan yang berupaya memulihkan keadaan yang
telah mengalami kerusakan. Menurut Diposaptono, kegiatan pemulihan dapat berupa
restorasi, rehabilitasi maupun rekonstruksi. Berdasarkan hasil penelitian Suhardi (2001:21), pendekatan sedimen sel dapat diterapkan di Indonesia dalam menangani masalah erosi
(tipe pantai terbuka) dan akresi (tipe pantai terlindung. Sedangkan pada kasus tumpahan
minyak dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu: metode fisika/mekanis
(penggunaan boom, absorben, dan skimmer metode kimia (penggunaan dispersan),
metode biologi (bioremediation), dan dengan pembakaran.

BAB III. PENUTUP


3.1. Kesimpulan
Daerah pesisir memiliki daya tarik dan potensi ekonomi yang tinggi. Oleh karena itu, berbagai
pihak berlomba-lomba untuk memanfaatkan dan mengelola daerah pesisir. Maraknya aktivitas yang
dilakukan menjadikan ekosistem pesisir rentan terhadap kerusakan dan perusakan yang terjadi.
Permasalahan yang terjadi disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor alam berupa bencana alam dan faktor
antropogenik. Kerusakan yang dilakukan akibat ulah manusia dapat bersumber dari darat maupun laut.
Sumber kerusakan yang berasal dari darat berupa limbah industri, limbah rumah tangga dan limbah
pertanian. Sedangkan kerusakan yang berasal dari laut berupa pengerukan sedimen dan pembuangan
material hasil pengerukan serta tumpahan minyak. Dampak negatif yang ditimbulkan tidak hanya
merugikan lingkungan dan biota yang ada tetapi juga dapat membahayakan manusia itu sendiri.
Penanggulangan atas permasalahan pesisir yang terjadi perlu dilakukan. Hal ini dapat dilakukan dengan
kegiatan mitigasi, kegiatan preventif/pencegahan dan kegiatan pemulihan.
3.2. Saran
Sebagai penduduk yang mencari nafkah di pesisir pantai, masyarakatnya harus menjaga
kebersihan pesisir pantai, melestarikannya agar wilayah pesisir pantai tetap terjaga.

DAFTAR PUSTAKA
Delinom RM & Lubis RF. 2007. Air tanah di pesisir dan pulau-pulau kecil. Dalam: Delinom RM,editor.
Sumber daya air di wilayah peisisir & pulau-pulau kecil di Indonesia. Jakarta: LIPI Press. Hal1-25.
Diposaptono Subandono. 2001. Riset teknologi pesisir: kini dan masa datang. Dalam: Rachmawati
Rita,editor. Prosiding forum teknologi konservasi dan rehabilitasi pesisir. Jakarta: Graha Sucofindo. Hal120.
Idris Irwandi. 2001. Kebijakan pengelolaan pesisir terpadu di Indonesia. Dalam: Rachmawati Rita,editor.
Prosiding forum teknologi konservasi dan rehabilitasi pesisir. Jakarta: Graha Sucofindo. Hal1-9.
Manik KES. 2003. Pengelolaan lingkungan hidup. Jakarta: Djambatan. 259hal.
Mukhtasor. 2007. Pencemaran pesisir dan laut. Jakarta: Pradnya Paramita. 322hal.
Satria Arif. 2009. Pesisir dan laut untuk rakyat. Bogor: IPB Press. 176hal.
Suhardi Idwan. 2001. Pengkajian dan penerapan sedimen sel di Indonesia serta aplikasinya dalam
konservasi dan rehabilitasi pesisir. Dalam: Rachmawati Rita,editor. Prosiding forum teknologi konservasi
dan rehabilitasi pesisir. Jakarta: Graha Sucofindo. Hal1-7.
Susilo RK. 2008. Sosiologi lingkungan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 214hal.

Anda mungkin juga menyukai