MAKALAH
untuk memenuhi tugas mata kuliah ……………………
yang dibina oleh ………………………….
Oleh :
Anggrana Lapudooh (202002029)
UNIVERSITAS PAPUA
PASCA SARJANA
ILMU LINGKUNGAN
NOVEMBER 2021
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah melimpahkan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
dengan judul Faktor Kesehatan Lingkungan.
Makalah ini diselesaikan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak ........................ selaku dosen pengampu mata kuliah ……………yang
banyak membantu dan membimbing penulis,
2.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Dalam penyusunan makalah ini tentu masih terdapat kekurangan dan
kesalahan. Untuk itu penulis berharap adanya masukan yang bersifat inovatif dan
konstruktif agar makalah ini menjadi lebih sempurna. Di samping itu penulis
berharap agar hasil tugas ini nantinya dapat berguna bagi semua pihak khususnya
kalangan pendidikan.
ii
DAFTAR ISI
Halaman
COVER....................................................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2
1.3 Tujuan........................................................................................................2
BAB II ISI...............................................................................................................3
2.1 Pengertian Kesehatan Lingkungan............................................................3
2.2 Faktor Penyebab Kesehatan Lingkungan..................................................5
BAB III PENUTUP..............................................................................................11
3.1 Kesimpulan..............................................................................................11
3.2 Saran........................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................12
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, rumusan masalah pada
makalah ini yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan kesehatan lingkungan?
2. Apa saja faktor kesehatan lingkungan?
1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu
1. Mengetahui definisi dari kesehatan lingkugan
2. Mengetahui faktor-faktor kesehatan lingkungan
2
BAB II
ISI
3
Sebagai salah satu negara berkembang dengan jumlah penduduk lebih dari
200 juta jiwa, masalah kesehatan lingkungan di Indonesia menjadi sangat
kompleks terutama di kota-kota besar. Hal tersebut disebabkan oleh, antara lain:
1. Urbanisasi penduduk
Di Indonesia, terjadi perpindahan penduduk dalam jumlah besar dari desa ke
kota. Lahan pertanian yang semakin berkurang terutama di pulau Jawa dan
terbatasnya lapangan pekerjaan mengakibatkan penduduk desa berbondong-
bondong datang ke kota besar mencari pekerjaan sebagai pekerja kasar seperti
pembantu rumah tangga, kuli bangunan dan pelabuhan, pemulung bahkan menjadi
pengemis dan pengamen jalanan yang secara tidak langsung membawa dampak
sosial dan dampak kesehatan lingkungan, seperti munculnya pemukiman kumuh
dimana- mana.
2. Tempat pembuangan sampah
Di hampir setiap tempat di Indonesia, sistem pembuangan sampah
dilakukan secara dumping tanpa ada pengelolaan lebih lanjut. Sistem pembuangan
semacam itu selain memerlukan lahan yang cukup luas juga menyebabkan
pencemaran pada udara, tanah, dan air selain lahannya juga juga dapat menjadi
tempat berkembangbiaknya agen dan vector penyakit menular.
3. Penyediaan sarana air bersih
Berdasarkan survei yang pernah dilakukan, hanya sekitar 60 % penduduk
Indonesia mendapatkan air bersih dari PDAM, terutama untuk penduduk
perkotaan, selebihnya mempergunakan sumur atau sumber air lain. Bila datang
musim kemarau, krisis air dapat terjadi dan penyakit gastroenteritis mulai muncul
dimana-mana.
4. Pencemaran udara
Tingkat pencemaran udara di Indonesia sudah melebihi ambang batas
normal terutama di kota-kota besar akibat gas buangan kendaraan bermotor.
Selain itu, hampir setiap tahun asap tebal meliputi wilayah nusantara bahkan
sampai ke negara tetangga akibat pembakaran hutan untuk lahan pertanian dan
perkebunan.
5. Pembuangan limbah industri dan rumah tangga
Hampir semua limbah cair baik yang berasal dari rumah tangga dan industri
4
dibuang langsung dan bercampur menjadi satu ke badan sungai atau laut,
ditambah lagi dengan kebiasaan penduduk melakukan kegiatan MCK dibantaran
sungai. Akibatnya, kualitas air sungai menurun dan apabila digunakan untuk air
baku memerlukan biaya yang tinggi.
6. Bencana alam/pengungsian
Gempa bumi, tanah longsor, gunung meletus, atau banjir yang sering terjadi
di Indonesia mengakibatkan penduduk mengungsi yang tentunya menambah
banyak permasalahan kesehatan lingkungan.
7. Perencanaan tata kota dan kebijakan pemerintah
Perencanaan tata kota dan kebijakan pemerintah seringkali menimbulkan
masalah baru bagi kesehatan lingkungan. Contoh, pemberian izin tempat
pemukiman, gudung atau tempat industry baru tanpa didahului dengan studi
kelayakan yang berwawasan lingkungan dapat menyebabkan terjadinya banjir,
pencemaran udara, air, dan tanah serta masalah sosial lain.
5
Permenkes No. 416/Menkes/PER/IX/1990). Persyaratan tersebut juga
memperhatikan pengamanan terhadap sistem distribusi air bersih dari instalasi air
bersih sampai pada konsumen.
Sedangkan air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat-syarat
kesehatan yang dapat diminum. Alasan kesehatan dan teknis yang mendasari
penentuan standar kualitas air minum adalah efek-efek dari setiap parameter jika
melebihi dosis yang telah ditetapkan. Pengertian dari standar kualitas air minum
adalah batas operasional dari kriteria kualitas air dengan memasukkan
pertimbangan non teknis, misalnya kondisi sosial-ekonomi, target atau tingkat
kualitas produksi, tingkat kesehatan yang ada dan teknologi yang tersedia.
Sedangkan kriteria kualitas air merupakan putusan ilmiah yang mengekspresikan
hubungan dosis dan respon efek, yang diperkirakan terjadi kapan dan dimana saja
unsur-unsur pengotor mencapai atau melebihi batas maksimum yang ditetapkan,
dalam waktu tertentu. Dengan demikian, maka kriteria kualitas air merupakan
referensi dari standar kualitas air.
2. Pengelolaan air buangan dan pengendalian pencemaran
Penyakit-penyakit yang menyerang manusia dapat juga ditularkan dan
disebabkan melalui air sehingga menimbulkan wabah penyakit dimana-mana
(Chandra, 2009). Penyediaan sumber air bersih harus dapat memenuhi kebutuhan
masyarakat kerena persediaan air bersih yang terbatas akan memudahkan
timbulnya berbagai penyakit di masyarakat. Sumur sanitasi adalah jenis sumur
yang telah memenuhi persyaratan sanitasi dan terlindung dari kontaminasi air
kotor. Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam membangun sumur antara
lain: a) Lokasi. Langkah pertama adalah menentukan tempat untuk mendirikan
sumur. Jarak dari sumber pencemaran, seperti kakus, kandang ternak, sampah dan
lain-lainnya, minimal 15 meter dan terletak lebih tinggi dari sumber pencemaran..
b) Dinding sumur. Harus dilapisi dengan batu yang disemen dan paling tidak
sedalam 6 meter dari permukaan tanah. c) Dinding parapet merupakan dinding
yang berbatasan dengan dinding sumur dan harus dibuat setinggi 70-75 cm dari
permukaan tanah serta merupakan satu kesatuan dengan dinding sumur. d) Lantai
kaki lima. Harus terbuat dari semen dan lebih kurang 1 meter ke seluruh jurusan
melingkari badan sumur dengan kemiringan sekitar 10 derajat ke arah tempat
6
pembuangan air (drainage). e) Drainage yaitu saluran tempat pembuangan air
harus dibuat berhubungan dengan parit supaya tidak terjadi genangan air di sekitar
sumur. f) Tutup sumur. Sumur sebaiknya ditutup dengan penutup terbuat dari batu
terutama pada sumur umum agar dapat mencegah kontaminasi langsung pada
sumur. g) Pompa tangan/listrik. Sumur harus dilengkapi dengan pompa
tangan/listrik karena bila memakai ember/timba kemungkinan terjadinya
kontaminasi cukup besar. h) Tanggung jawab pemakai. Pada sumur umum harus
dijaga kebersihannya bersama-sama oleh masyarakat karena kontaminasi dapat
terjadi setiap saat. i) Kualitas air. Kualitas sumur perlu terus dijaga dengan
pemeriksaan fisik, kimia dan bakteriologis secara teratur terutama pada saat
terjadinya wabah muntaber atau penyakit saluran pencernaan lainny
3. Pembuangan Sampah Padat
Sampah padat dapat dibagi menjadi beberapa kategori, seperti berikut: a)
Berdasarkan zat kimia yang terkandung didalamnya terdiri atas organik dan
anorganik. b) Berdasarkan dapat atau tidaknya dibakar yaitu mudah terbakar dan
tidak mudah terbakar. c) Berdasarkan dapat atau tidaknya membusuk yaitu mudah
membusuk dan sulit membusuk. d) Berdasarkan ciri atau karakteristik sampah
yaitu garbage, rubbish, ashes, street sweeping, dead animal, house hold refuse,,
abandoned vehicle, demolision waste, construction waste, sampah industri,
santage solid dan sampah khusus.
4. Pengendalian Vektor
5. Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusia
Pembuangan kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang tidak
dipakai lagi oleh tubuh dan yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Dalam
ilmu kesehatan lingkungan yang termasuk kotoran manusia adalah tinja dan air
seni yang memiliki karakteristik tersendiri, yang dapat menjadi sumber
timbulnya penyakit. Kurangnya perhatian terhadap pengelolaan tinja disertai
dengan cepatnya pertambahan penduduk, jelas akan mempercepat pertumbuhan
penyakit. Penyakit yang dapat disebarkan oleh tinja manusia diantara adalah tifus,
disentri, kolera, bermacam-macam cacing (gelang, kremi, tambang, pita). Untuk
mengurangi sumber penyakit akibat pembuangan kotoran manusia, maka setiap
perumahan harus memiliki jamban sendiri yang sehat selalu bersih dan tidak
7
berbau (konstruksi leher angsa). Jarak dari sumber air minum mencapai 15m
dan terletak di bagian hilir tanah maka apabila ada penderita penyakit
muntaber sasarannya harus diawasi karena dapat menular pada orang lain.
Jamban harus mudah dijangkau dan mudah dibersihkan yang tidak dapat
dijangkau oleh serangga dan vektor lain, cukup cahaya, ventilasi dindingnya
harus rapat, sehingga terjamin rasa aman bagi sipemakai serta dilengkapi
dengan tanda-tanda sanitasi yang berisi pesan mengenai kebersihan dan
Kesehatan.
6. Higiene makanan, termasuk higiene susu
7. Pengendalian pencemaran udara
Pencemaran udara dibedakan menjadi pencemaran primer dan pencemaran
sekunder. Pencemar primer adalah substansi pencemar yang ditimbulkan langsung
dari sumber pencemaran udara. Karbon monoksida adalah sebuah contoh dari
pencemar udara primer karena ia merupakan hasil dari pembakaran. Pencemar
sekunder adalah substansi pencemar yang terbentuk dari reaksi pencemar-
pencemar primer di atmosfer. Pembentukan ozon dalamsmog fotokimia adalah
sebuah contoh dari pencemaran udara sekunder.
8. Pengendalian radiasi
9. Kesehatan kerja
10. Pengendalian kebisingan
11. Perumahan dan pemukiman
Perumahan sehat merupakan konsep dari perumahan sebagai faktor yang
dapat meningkatkan standar kesehatan penghuninya. Konsep tersebut melibatkan
pendekatan sosiologis dan teknis pengelolaan faktor risiko dan berorientasi pada
lokasi, bangunan, kualifikasi, adaptasi, manajemen, penggunaan dan pemeliharaan
rumah dan lingkungan di sekitarnya, serta mencakup unsur apakah rumah tersebut
memiliki penyediaan air minum dan sarana yang memadai untuk memasak,
mencuci, menyimpan makanan, serta pembuangan kotoran manusia maupun
limbah lainnya (Komisi WHO Mengenai Kesehatan dan Lingkungan, 2001).
Menurut American Public Health Association (APHA) rumah dikatakan
sehat apabila :a) Memenuhi kebutuhan fisik dasar seperti temperatur lebih rendah
dari udara di luar rumah, penerangan yang memadai, ventilasi yang nyaman, dan
8
kebisingan 45-55 dB.A. b) Memenuhi kebutuhan kejiwaan. c) Melindungi
penghuninya dari penularan penyakit menular yaitu memiliki penyediaan air
bersih, sarana pembuangan sampah dan saluran pembuangan air limbah yang
saniter dan memenuhi syarat kesehatan. d)Melindungi penghuninya dari
kemungkinan terjadinya kecelakaan dan bahaya kebakaran, seperti fondasi rumah
yang kokoh, tangga yang tidak curam, bahaya kebakaran karena arus pendek
listrik, keracunan, bahkan dari ancaman kecelakaan lalu lintas (Sanropie, 1992;
Azwar, 1996).
12. Aspek kesling dan transportasi udara
13. Perencanaan daerah dan perkotaan
14. Pencegahan kecelakaan
15. Rekreasi umum dan pariwisata
Pariwisata telah menjadi salah satu kegiatan ekonomi global terbesar dan
menjadi industri sipil yang terpenting di dunia. Hampir 10% jumlah pekerja
dunia, bekerja di sektor pariwisata dan tidak kurang dari 11% GDP seluruh dunia
juga berasal dari sektor ini. Di Indonesia, pariwisata juga telah memberikan
kontribusi yang besar terhadap devisa negara. Namun seiring dengan
perkembangannya, pariwisata yang dikembangkan di negara-negara berkembang
telah menjadi sorotan para pemerhati lingkungan karena dampak yang
ditimbulkan dari kegiatan tersebut cukup memprihatinkan. Meskipun pariwisata
merupakan usaha yang sangat menguntungkan namun jika dilakukan secara masal
(mass tourism) dapat menimbulkan dampak negatif sebagai akibat kunjungan
yang berlebihan.
Secara umum, wisata ekologis harus dikembangkan secara
partisipatif misalnya dikelola oleh kelompok kecil, dengan usaha kecil yang di
kelola masyarakat setempat. Dengan demikian wisata ekologis sebenarnya
berupaya mengembangkan sumber-sumber lokal dan peluang kerja lokal menjadi
potensi-potensi wisata dan peningkatan pendapatan masyarakat setempat serta
sekaligus meningkatkan perhatian penduduk lokal dan pengunjung pada
pelestarian alam.
Selain itu, wisata ekologis ditujukan untuk mengurangi pengaruh negatif
pada alam dan sosial budaya masyarakat setempat serta mendukung perlindungan
9
dan pelestarian alam dengan memberikan manfaat (benefit) dari pengelolaan alam
tersebut.Saat ini, perubahan pola pengelolaan wisata massal menuju pengelolaan
wisata ekologis mendesak untuk segera didorong. Namun perubahan dan
pengembangnya masih memerlukan proses dan waktu. Dukungan kebijakan
pariwisata, peningkatan kapasitas teknis masyarakat untuk mengelola wisata,
memperkuat jaringan ekowisata, dan pemasaran produk wisata menjadi hal
penting yang perlu dipersiapkan
16. Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan
epidemi/wabah, bencana alam dan perpindahan penduduk
17. Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan
Usaha kesehatan lingkungan adalah suatu usaha untuk memperbaiki atau
mengoptimumkan lingkungan hidup manusia yang merupakan media yang baik
untuk terwujudnya kesehatan yang optimum bagi manusia yang hidup
didalamnya. Usaha kesehatan lingkungan (sanitasi) lebih menitikberatkan kepada
perbaikan lingkungan hidup secara fisik atau kepada faktor lingkungan yang
mempengaruhi kesehatan perorangan/masyarakat.
Contoh usaha sanitasi antara lain adalah membuat jamban keluarga (MCK),
penyediaan sumber air minum yang bersih, pembuatan tempat pembuangan
sampah, pengendalian pencemaran tanah, udara dan air serta pengawasan terhadap
sektor penyebab penyakit. Jika dikelompokkan masalah-masalah yang perlu
mendapat perhatian untuk diperbaiki, dijaga, dan ditingkatkan adalah masalah air,
barang bekas dan limbah, makanan dan minuman, perumahan, pencemaran,
pengawasan hewan perantara yang menyebarkan penyakit dan kesehatan kerja.
Usaha memperbaiki atau meningkatkan kondisi lingkungan dari masa ke
masa, dan dari masyarakat satu ke masyarakat yang lain bervariasi dan bertingkat,
dari teknologi primitif, teknologi menengah (teknologi tepat guna) sampai dengan
teknologi mutakhir
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Masalah kesehatan lingkungan sangat berpengaruh pada kehidupan mahkluk
hidup terutama manusia, yang merupakah salah satu faktor yang berperan penting
dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas. Menurut World
Health Organization (WHO) ada 17 faktor kesehatan lingkungan, yaitu : 1)
penyediaan air minum, 2) pengelolaan air buangan dan pengendalian pencemaran,
3) pembuangan sampah padat, 4) pengendalian vektor, 5)
pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusia, 6) higiene
makanan, termasuk higiene susu, 7) pengendalian pencemaran udara, 8)
pengendalian radiasi, 9) kesehatan kerja, 10) pengendalian kebisingan, 11)
perumahan dan pemukiman, 12) aspek kesling dan transportasi udara, 13)
perencanaan daerah dan perkotaan, 14) pencegahan kecelakaan, 15) rekreasi
umum dan pariwisata 16) tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan
keadaan epidemi/wabah, bencana alam dan perpindahan penduduk, dan 17)
tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan
3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini perlu dilakukan peningkatan budaya sehat yang
dimulai dari diri sendiri dan diterapkan dalam kehidupan kita sehari-hari demi
terciptanya lingkungan yang bersih dan sehat agar setiap kegiatan mahkluk hidup
terutama manusia dapat berjalan dengan baik.
11
DAFTAR PUSTAKA
12
Sinar Grafika
13