Dosen pengampu :
Siemon Egi Pradana, SH., MM
DI SUSUN
O
L
E
H
Nama : Faturrozi
NIM : 22440410012
Kelas : Karyawan
Program Studi : Teknik Industri
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PROKLAMASI 45
TAHUN 2023/2024
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya yang melimpah
sehingga penulis bisa menyelesaikan penulisan makalah yang berjudul “Kasus Lingkungan Hidup”
untuk mata kuliah Pendidikan Pancasila yang diampu oleh bapak Siemon Egi Perdana, SH., MM.
Dalam peoses penyusunannya, tidak lepas dari bantuan, arahan, dan masukan dari berbagai
pihak. Untuk itu, penulis ucapkan banyak terima kasih atas segala partisipasinya dalam
menyelesaikan makalah ini.
Meski demikian, penulis menyadari masih banyak sekali kekurangan dan kekeliruan di dalam
penulisan makalah ini, baik dari segi tanda baca, tata bahasa maupun isi sehingga penulis secara
terbuka menerima segala kritik dan saran positif dari pembaca.
Demikian apa yang penulis sampaikan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk
masyarakat umum, dan untuk saya sendiri khususnya.
Faturrozi
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………………
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………………..
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………………………..
A. LATAR BELAKANG……………………………………………………………………..
B. RUMUSAN MASALAH…………………………………………………………………..
C. TUJUAN……………………………………………………………………………………
BAB II PEMBAHASAN …………………………………………………………………………….
BAB III PENUTUP…………………………………………………………………………………..
A. KSEIMPULAN……………………………………………………………………………..
B. SARAN……………………………………………………………………………………...
DAFTAR PUSTAKA
………………………………………………………………………………...
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lingkungan hidup sebagai karunia dan rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa kepada rakyat
dan bangsa Indonesia merupakan ruang bagi kehidupan dalam segala aspek dan matranya sesuai
dengan wawasan nusantara. Dalam rangka mendayagunakan sumber daya alam untuk memajukan
kesejahteraan umum seperti diamanatkan dalam UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia
1945 dan untuk mencapai kebahagiaan hidup pembangunan berkelanjutan yang berwawasan
lingkungan hidup, berdasarkan kebijaksanaan nasional yang terpadu dan menyeluruh dengan
memperhitungkan kebutuhan generasi masa kini dan generasi masa depan. Untuk itu perlu
dipandang untuk melaksanakan pengelolaan lingkungan hidup yang serasi, selaras, dan seimbang
guna menunjang terlaksananya pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup.
Dalam penyelenggaraan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dalam rangka
pembangunan berkelanjutan berwawasan lingkungan hidup, harus memperhatikan tingkat
kesadaran masyarakat dan perkembangan lingkungan global serta perangkat hukum Internasional
yang berkaitan dengan lingkungan hidup. Kesadaran dan kehidupan masyarakat dalam kaitannya
dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup telah berkembang demikian rupa,
sehingga perlu disempurnakan untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan yang
berwawasan lingkungan hidup.
Regulasi yang diatur dalam UU No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup khususnya pada Bab VII bahwa pengelolaan bahan berbahaya dan beracun
serta limbah bahan berbahaya dan beracun wajib dilakukannya, guna meminimalisir sistem
pembuangan limbah dengan risiko yang amat kecil bagi lingkungan hidup, kelangsungan hidup
manusia dan makhluk hidup lainnya. Dengan menyadari hal tersebut, bahan berbahaya dan
beracun beserta limbahnya perlu dilindungi dan dikelola dengan baik.
Pencemaran lingkungan terjadi bila daur materi dalam lingkungan hidup mengalami
perubahan sehingga keseimbangan dalam hal struktur maupun fungsinya terganggu.
Ketidakseimbangan struktur dan fungsi daur materi terjadi karena proses alam atau juga karena
perbuatan manusia. Dalam abad modern ini banyak kegiatan atau perbuatan manusia untuk
memenuhi kebutuhan biologis dan kebutuhan teknologi sehingga banyak menimbulkan
pencemaran lingkungan. Dalam usaha merubah lingkungan hidup manusia untuk meningkatkan
kesejahteraan hidupnya dapat menimbulkan masalah yang disebut pencemaran. 1
Jika suatu usaha dan/atau kegiatan yang akan menghasilkan limbah, terlebih dahulu
dilakukan pengelolaan sebelum dibuang ke media lingkungan hidup, sehingga tidak menimbulkan
pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup. Dalam hal tersebut, limbah yang dihasilkan
oleh suatu usaha dan/atau kegiatan itu dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku produk. Namun
dari proses pemanfaatan tersebut akan menghasilkan limbah, sebagai residu yang tidak dapat
dimanfaatkan kembali, yang akan dibuang ke media lingkungan hidup. 2 Sebagai contoh faktual
dari adanya pembangunan limbah dari pabrik/industri dengan mengeluarkan bau yang tidak sedap,
atau berupa populasi bahan cair. Hal ini merupakan dampak dari pembangunan pabrik-pabrik atau
industri, di satu sisi memiliki multiplier effect yang positif bagi lingkungan sekitarnya, diantaranya
terbukanya lapangan pekerjaan dan terserapnya tenaga kerja. Namun di sisi lain juga perlu
ditanggulangi timbulnya pencemaran dan perusakan lingkungan di sekitar kawasan industri
tersebut, baik secara preventif maupun represif.
Pertumbuhan dan perkembangan industri di Indonesia semakin bertambah,
mengakibatkan pencemaran dan kerusakan lingkungan di kawasan industri Kota Semarang dari
tahun ke tahun akumulasinya selalu bertambah. Semua itu akibat dari perilaku manusia melalui
berbagai kegiatan yang menempatkan alam sebagai komoditas yang hanya di perlakukan sebagai
sebagai obyek eksploitasi, media pembuangan, dan kegiatan industry tanpa menghiraukan bahwa
lingkungan itu materi yang mempunyai keterbatasan dan bisa mengalami kerusakan.
1
Wisjachudin Faisal dan Elin Nuraini, 2010, Validasi Metode AANC Untuk Pengujian Unsur Mn, Mg dan Cr Pada
Cuplikan Sedimen di Sungai Gajahwong, Jurnal Badan Tenaga Nuklir Nasional, Yogyakarta
2
Siswanto Sunarso, op.cit., hlm. 72.
4
Selanjutnya beberapa kausu lingkungan yang ditimbulkan dari pencemaran:
Hal ini disebabkan karena lokasi kegiatan usaha yang tersebut dimana-mana dan pada umumnya
berdekatan dengan lingkungan pemukiman serta mempunyai kemampuan baik teknis maupun
finansial dalam melakukan pengelolaan dan pengendalian dampak negatif yang ditimbulkan
sebagai akibat dari kegiatan usahanya.
2. Jika dilihat dari limbah yang dihasilkan dari aktivitas kegiatan industri dan kasus-kasus
lingkungan yang masuk, maka dapat dikategorikan dalam 3 (tiga) jenis limbahnya.
a) Limbah Cair
Limbah cair yang dihasilkan dapat menimbulkan bau, perubahan warna yang dapat menurunkan
kualitas air, juga menimbulkan gangguan penciuman dan pernafasan warga masyarakat
sekitarnya yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan.
b) Limbah Padat
Limbah padat dibagi 2 yaitu limbah padat organik dan limbah padat anorganik yang biasanya
akan menimbulkan bau dan limbah B3 yang akan menimbulkan kerusakan terhadap lingkungan
dan membahayakan kehidupan manusia.
c) Polusi Udara
Polusi udara seperti kebisingan dan debu sangat mengganggu dalam
kelangsungan hidup manusia seperti gangguan pendengaran, ketenangan, kenyamanan
dan pernafasan. Sebagai upaya pengendalian pada sumber pencemar udara ini dapat
dilakukan dengan pemasangan pengendali sumber emisi dan ambien serta penghijauan
sekitarnya.
B. Rumusan Masalah
Bertitik tolak kepada latar belakang di atas, maka permasalahan yang penulis bahas
Diantaranya :
1. Bagaimana mengatasi kerusakan lingkungan hidup yang semakin mengkhawatirkan?
2. Bagaimana memeberikan solusi kepada negara untuk mengelola kekayaan alam rakyat benar-
benar berdasarkan pasal 33 UUD 1945?
3. Bagaimana cara kekayaaan alam untuk menyejahterakan seluruh rakyat?
4. Bagaimana jika kekayaan alam bangsa ini dikuasai oleh inverstor asing?
5. Apa saja hal-hal yang dapat diterapkan dari nilai-nilai Pancasila yang berkaitan dengan
pelestarian lingkungan?
C. Tujuan
1. Cara mengatasi kerusakan lingkungan hidup
2. Memahami pengelolaan kekayaan alam sesuai dengan pasal 33 UUD 1945
3. Mengetahui cara mengelolah kekayaan alam untuk menyejahterahkan rakyat
4. Mengetahui bagaimana cara kekayaan alam bangsa ini tidak di kuasai oleh inverstor asing
5. Mengetahui hal-hal dan nilai-nilai pancasila dalam menjaga lingkungan hidup
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
Pokok Pertambangan. Undang-undang tersebut selama lebih kurang empat dasawarsa sejak
diberlakukannya telah dapat memberikan sumbangan yang penting bagi pembangunan nasional.
Dalam perkembangan lebih lanjut, undang-undang tersebut yang materi muatannya
bersifat sentralistik sudah tidak sesuai dengan perkembangan situasi sekarang dan tantangan di
masa depan. Di samping itu, pembangunan pertambangan harus menyesuaikan diri dengan
perubahan lingkungan strategis, baik bersifat nasional maupun internasional. Tantangan utama
yang dihadapi oleh pertambangan mineral dan batubara adalah pengaruh globahsasi yang
mendorong demokratisasi, otonomi daerah, hak asasi manusia, hngkungan hidup, perkembangan
teknologi dan informasi, hak atas kekayaan intelektual serta tuntutan peningkatan peran swasta dan
masyarakat.
Untuk menghadapi tantangan lingkungan strategis dan menjawab sejumlah
permasalahan tersebut, perlu disusun peraturan perundang-undangan baru di bidang pertambangan
mineral dan batubara yang dapat memberikan landasan hukum bagi langkah-langkah pembaruan
dan penataan kembali kegiatan pengelolaan dan pengusahaan pertambangan mineral dan batubara.
Undang-Undang ini mengandung pokok-pokok pikiran sebagai berikut:
1. Mineral dan batubara sebagai sumber daya yang tak terbarukan dikuasai oleh negara dan
pengembangan serta pendayagunaannya dilaksanakan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah
bersama dengan pelaku usaha.
2. Pemerintah selanjutnya memberikan kesempatan kepada badan usaha yang berbadan hukum
Indonesia, koperasi, perseorangan, maupun masyarakat setempat untuk melakukan pengusahaan
mineral dan batubara berdasarkan izin, yang sejalan dengan otonomi daerah, diberikan oleh
Pemerintah dan/atau pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya masing-masing.
3. Dalam rangka penyelenggaraan desentralisasi dan otonomi daerah, pengelolaan pertambangan
mineral dan batubara dilaksanakan berdasarkan prinsip eksternalitas, akuntabilitas, dan efisiensi
yang melibatkan Pemerintah dan pemerintah daerah.
4. Usaha pertambangan harus memberi manfaat ekonomi dan sosial yang sebesar-besar bagi
kesejahteraan rakyat Indonesia.
5. Usaha pertambangan harus dapat mempercepat pengembangan wilayah dan mendorong
kegiatan ekonomi masyarakat/pengusaha kecil dan menengah serta mendorong tumbuhnya
industri penunjang pertambangan.
6. Dalam rangka terciptanya pembangunan berkelanjutan, kegiatan usaha pertambangan harus
dilaksanakan dengan memperhatikan prinsip lingkungan hidup, transparansi, dan partisipasi
masyarakat.
7
yaitu ekplorasi sumber daya alam. Jika hal ini sudah dilakukan maka akan didapat data kongkrit
seluruh cadangan sumber daya alam kita. Gerakan kajian ilmiah dan pengumpulan data kekayaan
perlu dilakukan diseluruh pemerintahan mulai tingkat daerah sampai tingkat pusat. Maka
pemerintah akan memiliki buku bank data kekayaan alam. Keahadiran para ahli diberbagai bidang
termasuk perguruan tinggi sangat diperlukan.
Setelah kegiatan eksplorasi sda selesai dilakukan maka tindakan berikutnya adalah
eksploitasi sda itu sendiri. Kajian dan tindakan perlu dilakukan tentang penyelamatan species
tertentu atau kerusakan alam akibat eksploitasi tersebut. Pengelolaan sumber daya alam harus
memenuhi kaidah pembangunan berkelanjutan (suistanable development), yakni; (1). Pengelolaan
sda yang menguntungkan secara ekonomi untuk kemakmuran rakyat, (2). Pengelolaan sda yang
tidak merusak lingkungan, memperhatikan kebutuhan masa depan anak cucu bangsa indionesia,
(3). Pengelolaan sda yang memperhatikan kebutuhan sosial, tidak mengakibatkan perpecahan
persatuan, tidak mendatangkan mudharat sosial lainnya
Sesi berikut dari kegiatan eksploitasi adalah pengumpulan hasilnya dan kemana
diperuntukkan oleh Pemerintah sebagai lembaga Negara yang diberikan amanah menguasai SDA
tersebut. Peruntukan hasil itu sudahkah kepada kegiatan yang akan mengembangkan ekonomi dan
kesejahteraan rakyat. Dalam rangka inilah pemerintah melahirkan regulasi regulasi yang harus
menguntungkan rakyat secara keseluruhan. Para ahli pembantu pemerintah harus satu pikiran yaitu
dalam rangka mewujudkan kemakmuran seperti yang sudah diamanaahkan oleh UUD 1945.
Berbicara mengenai kemakmuran atau kesejahteraan harus disamakan persepsi masyarakat
kita. Penulis melihat perbandingan di Negara Negara maju seperti di Jepang, Korea dan Eropah
dewasa ini, tolak ukur makmur atau sejahtera tidak lagi diukur dari berapa banyak aset kekayaan
yang dimiliki, misalnya rumah mewah atau mobil mewah. Mereka meiliki aset tersebut lebih
fokus kepada fungsi produktifnya. Seseorang dikatakan sukses dalam hidup bukan lagi dilihat dari
unsur kekayaan yang dimiliki, tetapi sudah dititik beratkan kepada nilai guna (value) hidup
seseorang, mampukah seseorang itu bekerja dengan benar?, mampukah seseorang itu memberikan
dampak kebaikan kepada orang banyak?.
Kalau sudah seperti keadaan diatas situasinya maka kesejahteraan yang dimaksud sudah
bisa kita defenisikan adalah terjaminnya kehidupan seseorang dibidang sandang, pangan, papan,
keamanan, jaminan mengenyam pendidikan, kesehatan dan jaminan hidup layak lainnya
( asuransi asuransi). Setiap kepala Keluarga dan anggotanya semua berusaha dan bekerja dan
hasilnya mengarah kepada kebutuhan diatas, tidak lagi kepada kebutuhan menumpuk harta dan
kecemasan kecemasan terhadap anak cucu yang mesti ditinggalkan warisan untuk beberapa
keturunan.
Di Negara maju seorang kepala keluarga tidak akan mewariskan Aset aset berbentuk tanah
dan rumah mewah kepada anak seandainya anak tidak punya penghasilan dan pekerjaan yang
memadai. Meninggalkan warisan aset seperti itu sama dengan meninggalkan bencana besar kepada
anak cucu kerena anak akan dibebankan pajak aset, bisa berujung memasukkan anak kedalam
penjara kelak kerena anak tidak mampu memmbayar pajak. Maka seluruh orang berfokus kepada
kesiapan generasi kearah kelangsungan hidup dan jaminan sosial ( pendidikan, kesehatan,
keamanan) tidak lagi menumpuk kekayaan berupa aset aset.
Perubahan mental seperti ini bagus bagi kita bangsa Indonesia. Sukses tidak lagi
dipandang dari sekaya apa seseorang tetapi seberapa banyak kebaikan yang sudah
disumbangkannya dalam hidup. Maka suatu hari kita berharap, setiap orang berusaha sukses
kerena sudah mampu berkerja dengan baik dan profesional ( valuable life). Cara pandang
hidup (Paradigma) ini akan dapat menekan korupsi dikalangan oknum pejabat pemerintah dan
pengusaha.
8
Pada pasal 97 Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan
Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara. Mengatur besaran saham yang harus didivestasi yaitu
saham paling sedikit 20% dimiliki Indonesia. Jadi, walaupun saat investor anda diperbolehkan
untuk memengang saham sebanyak 90%, namun 5 tahun kemudian setelah produksi investor
tersebut wajib melakukan divestasi saham sehingga saham investor asing tersebut menjadi
maksimal 80%. Pada pasal ini bisa dilihat bagaimana keuntungan dari pihak Negara asing.
Karena perusahaan tambang banyak yang dikuasai oleh Negara asing menyebabkan,
Pengelololaan sumber daya alam yang selalu berorientasi pada ekspor dan cenderung melupakan
kebutuhan dalam negeri, keuntungan pastinya dirasakan oleh perusahaan namun hanya sedikit
untuk kesejahteraan rakyat. Itupun melalui jatah yang diperoleh pemerintah pusat dan daerah
terlebih dulu, untuk kemudian disalurkan ke masyarakat.
Ini merupakan salah satu problematika yang harus lebih di perhatikan oleh pemerintah dan
masyarakat Indonesia terkhusus dibidang industri. Bagaimana mengelolah Sumber Daya Alam
(SDA) kita tanpa ada campur tangan dari warga Negara asing.
Maka dari itu kita harus menguasai IPTEK, karena mengingat pendidikan keteknikan
geologi masih saat terbatas, sedang wilayah Indonesia menyimpan beranekaragam sumber daya
alam yang harus terkelola dengan baik. Sebuah tantangan besar demi kemajuan bangsa dan
kesejahteraan rakyat.
Daerah perlu mengembangkan infrastruktur pendidikan yang terkait penguasaan
teknologi. Jika hal ini tidak menjadi pusat perhatian utama pemerintah akan dikhawatirkan
menimbulkan sebuah masalah, karena SDA yang berpotensi untuk peningkatan taraf hidup
masyarakat Indonesia akan menjadi sumber kemakmuran para warga Negara asing, sebab
pengelolaan sumber daya alam Indonesia diserahkan kepada pihak tenaga asing. penguasaan
teknologi harus di kuasai SDM Indonesia dalam mengelola SDA agar dapat membuka investasi di
berbagai sektor. Pengembangan industri pertambangan.
Pengelolaan sumber SDA sangat penting dikelola putra-putri terbaik Indonesia agar
proses pembangunan Indonesia dapat berlangsung secara merata untuk mencapai tujuan
pembangunan yaitu kesejahteraan dan kemakmuran tanpa mengorbankan dan menguras SDA
untuk generasi mendatang. Pemanfaatan secara optimal kekayaan sumber daya alam akan mampu
dikuasai SDM Indonesia jika pemerintah daerah fokus mengembangkan pendidikan dibidang
Industri dan Indonesia akan memiliki modal kuat dalam persaingan tanpa bergantung dengan
modal asing.
Perlu diingat untuk menguasai SDA, SDM Indonesia harus menguasai iptek dengan
manajemen profesional dan berakhlak mulia untuk mengelola sumber daya alam untuk generasi
mendatang, perlu terobosan SDM agar lebih kompetitif dan pemerintah daerah fokus
pengembangan pendidikan dibidang Industri sebagai salah satu produk unggulan.
Dengan menghasilkan produk unggulan SDM yang kompetitif maka Indonesia tidak
perlu bergantung pada impor bahan pangan, impor minyak, impor gula, impor garam dan lain-lain
selama ini bahan tersebut ada di Indonesia dan jangan bergantung pada negara lain, karena
sesungguhnya negara kita diincar negara lain karena kekayaan alam yang dimilikinya.
9
kehidupan ini terdiri atas geopolitik dan geospasial yang harus dipahami sebagai sebuah kesatuan.
Satu sudut pandang yang berangkat dari rasa kepentingan semua makhluk secara bersama-sama.
Wawasan nusantara begitulah bahasa yang kerap didengar.
Oleh karenanya, kalau sekarang kita banyak mendengar dan bahkan menderita karena bencana
yang tak jua hilang, seperti pekatnya kabut asap gara-gara kebakaran lahan atau derasnya banjir di
musim hujan, pada dasarnya kita sudah menjadi bagian dari publik yang tak dekat lagi dengan
dasar bernegara. Bencana bukan karena faktor alam semata, sangat kecil kemungkinannya, tapi
justru dominan karena ulah manusia. Manusialah yang membabat hutan, membakar lahan dan
manusia juga yang kemudian menderita serta dipusingkan dengan hal itu. Manusia yang
melepaskan diri dari tempatnya berpijak dan itu adalah manusia yang tidak menjiwai Pancasila.
Terhadap terjadinya kerusakan lingkungan, termasuk kebakaran hutan dan lahan (karhutla), sudah
cukup banyak usaha yang dilakukan, namun hampir bisa dipastikan semua tak tuntas dalam
menyelesaikan masalah. Kecenderungan hanya penawar rasa sakit, sikap cepat dalam tanggap
darurat tapi minim pada mitigasi. Bencanapun terus berulang.
Siapakah yang berada di sekitar kebakaran hutan dan lahan tersebut? Masyarakat desa, pemerintah
desa, pemerintah kabupaten dengan beragam SKPD nya, dan perusahaan perkebunan. Itulah
komponen yang terkait langsung, yang paling banyak beraktifitas dan memiliki tanggungjawab
langsung terhadap keadaan alam setempat. Andai setiap musim kemarau masih juga terjadi
karhutla maka bisa dipertanyakan ada apa yang terjadi sebenarnya. Jangan-jangan mereka justru
menjadi penyebab masalah alih-alih penyelesai masalah.
Begitupun, saat musim hujan, banjir selalu datang dan kita selalu disibukkan dengan soal dapur
darurat, tim penanggulangan, sarana prasarana dan seterusnya. Bencana seakan menjadi proyek
tahunan yang harus selalu masuk dalam mata anggaran. Bukan antisipasi tapi keyakinan bahwa
bencana itu pasti datang.
Apabila mau menyelesaikan masalah, lihatlah pada akar persoalan. Saya bisa pastikan bahwa akar
masalah kita adalah karena melupakan dasar bernegara, mengabaikan Pancasila sebagai sesuatu
yang konkrit. Tidak menjadikan Pancasila sebagai sesuatu yang penting, dan melepaskan Pancasila
dari kehidupan sehari-hari. Derita saat bencana terjadi, hanya ekses saja dari semua hal itu.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Sebagai rakyat bangsa Indonesia kita harus mejalankan Pancasila sebagi pedoman hidup
baik secara pribadi ataupun sosial tidak terlepass dari pemeliharaan lingkungan yang bertujuan
membuat suasana yang nyaman ataupun menfaatkannya sebagai sarana mencari uang, tetapi di
samping itu pula kita wajib melestarikannya dikarnakan rakyat Indonesia terutamannya sangat
acuh takacuh terhadap lingungan sekitarnya bahkan malah memperburuknya seperti membuang
sambah di sungai, hal ini malah menjadikan lingkungan yang semakin memburuk dan terus
memburuk apalagi penebangan hutan yang sudah menjadi kewajaran di Indonesia ini, tetapi jika
kita ikut melestarikan lingkungan bukan hanya memperindah lingkungan tetapi menjadikan
Indonesia akan lebih baik dan meminimalisir terjadinya bencana alam yang sering terjadi di
Indonesia dengan cara menerapkan 4R, reklamasi pantai, rehabilitasi hutan dan lahan,
bioremidiasi, dan reboisasi. Selain itu kita tidak akan melangkar hukum di karnakan melakukan
tindak kriminal yang sudah ada di dalam UU No. 32 tahun 2019
Pengelolaan lingkungan hidup menjadi hal yang sangat penting demi menjaga dan
memelihara fungsi lingkungan hidup kita dan juga mencegah terjadinya perusakan dan
pencemaran lingkungan. Dalam penerapannya, sangat dibutuhkan partisipasi atau peran serta dari
masyarakat kita dalam hal ini pelaku usaha restoran di kota Yogyakarta untuk mendukung
pelestarian fungsi lingkungan hidup kita yang lebih baik lagi dan juga partisipasi dari pejabat yang
berwenang melalui aturan atu ketentuan yang berlaku.
Kendala-kendala yang dihadapi dalam pengelolaan lingkungan hidup meliputi bahwa
peraturan perundang-undangan mengenai pengelolaan lingkungan hidup yang ada, perlu lebih
tegas lagi dan penerapan sanksi bagi siapa saja yang melanggar ketentuan mengenai pengelolaan
lingkungan hidup harus lebuh ditegakkan lagi. Begitupun dengan kesadaran masyarakat, dalam hal
10
ini pelaku usaha restoran untuk menjalankan kewajiban menjaga pelestarian fungsi lingkungan
hidup sehingga dapat mencegah terjadinya perusakan dan pencemaran lingkungan. Upaya-upaya
yang dapat dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala yang ada, antara lain dengan perencanaan
awal yang baik sebelum mendirikan usaha dan / atau kegiatan dan juga memberikan fasilitas-
fasilitas yang dapat mendukung pelaksanaan pelestarian fungsi lingkungan dan juga
B. SARAN
Pemerintah, Mengingat kesadaran masyarakat akan arti pentingnya pengelolaan
lingkungan hidup maka pemerintah harus lebih tegas akan sanksi apa yang diberikan kepada
masyarakat dalam hal ini pelaku usaha restoran sehingga dapat mencegah terjadinya perusakan
dan pencemaran lingkungan hidup.
Para pelaku usaha restoran Tetap menjaga kebersihan khususnya dilingkungan restoran
sehingga dapat mencegah terjadinya pencemaran dan perusakan lignkungan.
DAFTAR PUSTAKA
11