Anda di halaman 1dari 11

KASUS LINGKUNGAN HIDUP

Dosen pengampu :
Siemon Egi Pradana, SH., MM

DI SUSUN
O
L
E
H
Nama : Faturrozi
NIM : 22440410012
Kelas : Karyawan
Program Studi : Teknik Industri

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PROKLAMASI 45
TAHUN 2023/2024

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya yang melimpah
sehingga penulis bisa menyelesaikan penulisan makalah yang berjudul “Kasus Lingkungan Hidup”
untuk mata kuliah Pendidikan Pancasila yang diampu oleh bapak Siemon Egi Perdana, SH., MM.
Dalam peoses penyusunannya, tidak lepas dari bantuan, arahan, dan masukan dari berbagai
pihak. Untuk itu, penulis ucapkan banyak terima kasih atas segala partisipasinya dalam
menyelesaikan makalah ini.
Meski demikian, penulis menyadari masih banyak sekali kekurangan dan kekeliruan di dalam
penulisan makalah ini, baik dari segi tanda baca, tata bahasa maupun isi sehingga penulis secara
terbuka menerima segala kritik dan saran positif dari pembaca.
Demikian apa yang penulis sampaikan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk
masyarakat umum, dan untuk saya sendiri khususnya.

Yogyakarta, februari 2023

Faturrozi

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………………
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………………..
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………………………..
A. LATAR BELAKANG……………………………………………………………………..
B. RUMUSAN MASALAH…………………………………………………………………..
C. TUJUAN……………………………………………………………………………………
BAB II PEMBAHASAN …………………………………………………………………………….
BAB III PENUTUP…………………………………………………………………………………..
A. KSEIMPULAN……………………………………………………………………………..
B. SARAN……………………………………………………………………………………...
DAFTAR PUSTAKA
………………………………………………………………………………...

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lingkungan hidup sebagai karunia dan rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa kepada rakyat
dan bangsa Indonesia merupakan ruang bagi kehidupan dalam segala aspek dan matranya sesuai
dengan wawasan nusantara. Dalam rangka mendayagunakan sumber daya alam untuk memajukan
kesejahteraan umum seperti diamanatkan dalam UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia
1945 dan untuk mencapai kebahagiaan hidup pembangunan berkelanjutan yang berwawasan
lingkungan hidup, berdasarkan kebijaksanaan nasional yang terpadu dan menyeluruh dengan
memperhitungkan kebutuhan generasi masa kini dan generasi masa depan. Untuk itu perlu
dipandang untuk melaksanakan pengelolaan lingkungan hidup yang serasi, selaras, dan seimbang
guna menunjang terlaksananya pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup.
Dalam penyelenggaraan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dalam rangka
pembangunan berkelanjutan berwawasan lingkungan hidup, harus memperhatikan tingkat
kesadaran masyarakat dan perkembangan lingkungan global serta perangkat hukum Internasional
yang berkaitan dengan lingkungan hidup. Kesadaran dan kehidupan masyarakat dalam kaitannya
dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup telah berkembang demikian rupa,
sehingga perlu disempurnakan untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan yang
berwawasan lingkungan hidup.
Regulasi yang diatur dalam UU No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup khususnya pada Bab VII bahwa pengelolaan bahan berbahaya dan beracun
serta limbah bahan berbahaya dan beracun wajib dilakukannya, guna meminimalisir sistem
pembuangan limbah dengan risiko yang amat kecil bagi lingkungan hidup, kelangsungan hidup
manusia dan makhluk hidup lainnya. Dengan menyadari hal tersebut, bahan berbahaya dan
beracun beserta limbahnya perlu dilindungi dan dikelola dengan baik.
Pencemaran lingkungan terjadi bila daur materi dalam lingkungan hidup mengalami
perubahan sehingga keseimbangan dalam hal struktur maupun fungsinya terganggu.
Ketidakseimbangan struktur dan fungsi daur materi terjadi karena proses alam atau juga karena
perbuatan manusia. Dalam abad modern ini banyak kegiatan atau perbuatan manusia untuk
memenuhi kebutuhan biologis dan kebutuhan teknologi sehingga banyak menimbulkan
pencemaran lingkungan. Dalam usaha merubah lingkungan hidup manusia untuk meningkatkan
kesejahteraan hidupnya dapat menimbulkan masalah yang disebut pencemaran. 1
Jika suatu usaha dan/atau kegiatan yang akan menghasilkan limbah, terlebih dahulu
dilakukan pengelolaan sebelum dibuang ke media lingkungan hidup, sehingga tidak menimbulkan
pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup. Dalam hal tersebut, limbah yang dihasilkan
oleh suatu usaha dan/atau kegiatan itu dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku produk. Namun
dari proses pemanfaatan tersebut akan menghasilkan limbah, sebagai residu yang tidak dapat
dimanfaatkan kembali, yang akan dibuang ke media lingkungan hidup. 2 Sebagai contoh faktual
dari adanya pembangunan limbah dari pabrik/industri dengan mengeluarkan bau yang tidak sedap,
atau berupa populasi bahan cair. Hal ini merupakan dampak dari pembangunan pabrik-pabrik atau
industri, di satu sisi memiliki multiplier effect yang positif bagi lingkungan sekitarnya, diantaranya
terbukanya lapangan pekerjaan dan terserapnya tenaga kerja. Namun di sisi lain juga perlu
ditanggulangi timbulnya pencemaran dan perusakan lingkungan di sekitar kawasan industri
tersebut, baik secara preventif maupun represif.
Pertumbuhan dan perkembangan industri di Indonesia semakin bertambah,
mengakibatkan pencemaran dan kerusakan lingkungan di kawasan industri Kota Semarang dari
tahun ke tahun akumulasinya selalu bertambah. Semua itu akibat dari perilaku manusia melalui
berbagai kegiatan yang menempatkan alam sebagai komoditas yang hanya di perlakukan sebagai
sebagai obyek eksploitasi, media pembuangan, dan kegiatan industry tanpa menghiraukan bahwa
lingkungan itu materi yang mempunyai keterbatasan dan bisa mengalami kerusakan.

1
Wisjachudin Faisal dan Elin Nuraini, 2010, Validasi Metode AANC Untuk Pengujian Unsur Mn, Mg dan Cr Pada
Cuplikan Sedimen di Sungai Gajahwong, Jurnal Badan Tenaga Nuklir Nasional, Yogyakarta
2
Siswanto Sunarso, op.cit., hlm. 72.

4
Selanjutnya beberapa kausu lingkungan yang ditimbulkan dari pencemaran:

1. Sumber Pencemar dari Industri


` Sumber pencemaran ini biasa ditimbulkan oleh aktivitas industri baik dalam skala kecil,
menengah dan besar dengan dampak yang ditimbulkan berbeda-beda. Dampak yang ditimbulkan
sangat luas, pada umumnya ada dampak langsung dan tidak langsung, seperti terganggunya
kesehatan masyarakat berupa penyakit pernafasan, gatalgatal pada kulit, terganggunya
kenyamanan dan ketenangan masyarakat dan lain sebagainya. Sedangkan dampak tidak
langsungnya berupa kurang kepedulian dari pihak perusahaan terhadap masyarakat sekitar
menerima/ merasakan dampak langsung dengan berpartisipasi aktif membantu warga masyarakat
sekitar seperti membantu penyediaan fasilitas yang dibutuhkan oleh masyarakat sekitar sehingga
terjalin keharmonisan hubungan antara industri dan masyarakat sekitar. Kebanyakan dari sumber
pencemaran ini, industri berskala kecil yang paling dominan atau banyak memberikan kontribusi
terhadap kerusakan lingkungan.

Hal ini disebabkan karena lokasi kegiatan usaha yang tersebut dimana-mana dan pada umumnya
berdekatan dengan lingkungan pemukiman serta mempunyai kemampuan baik teknis maupun
finansial dalam melakukan pengelolaan dan pengendalian dampak negatif yang ditimbulkan
sebagai akibat dari kegiatan usahanya.

2. Jika dilihat dari limbah yang dihasilkan dari aktivitas kegiatan industri dan kasus-kasus
lingkungan yang masuk, maka dapat dikategorikan dalam 3 (tiga) jenis limbahnya.

a) Limbah Cair
Limbah cair yang dihasilkan dapat menimbulkan bau, perubahan warna yang dapat menurunkan
kualitas air, juga menimbulkan gangguan penciuman dan pernafasan warga masyarakat
sekitarnya yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan.
b) Limbah Padat
Limbah padat dibagi 2 yaitu limbah padat organik dan limbah padat anorganik yang biasanya
akan menimbulkan bau dan limbah B3 yang akan menimbulkan kerusakan terhadap lingkungan
dan membahayakan kehidupan manusia.
c) Polusi Udara
Polusi udara seperti kebisingan dan debu sangat mengganggu dalam
kelangsungan hidup manusia seperti gangguan pendengaran, ketenangan, kenyamanan
dan pernafasan. Sebagai upaya pengendalian pada sumber pencemar udara ini dapat
dilakukan dengan pemasangan pengendali sumber emisi dan ambien serta penghijauan
sekitarnya.

B. Rumusan Masalah
Bertitik tolak kepada latar belakang di atas, maka permasalahan yang penulis bahas
Diantaranya :
1. Bagaimana mengatasi kerusakan lingkungan hidup yang semakin mengkhawatirkan?
2. Bagaimana memeberikan solusi kepada negara untuk mengelola kekayaan alam rakyat benar-
benar berdasarkan pasal 33 UUD 1945?
3. Bagaimana cara kekayaaan alam untuk menyejahterakan seluruh rakyat?
4. Bagaimana jika kekayaan alam bangsa ini dikuasai oleh inverstor asing?
5. Apa saja hal-hal yang dapat diterapkan dari nilai-nilai Pancasila yang berkaitan dengan
pelestarian lingkungan?

C. Tujuan
1. Cara mengatasi kerusakan lingkungan hidup
2. Memahami pengelolaan kekayaan alam sesuai dengan pasal 33 UUD 1945
3. Mengetahui cara mengelolah kekayaan alam untuk menyejahterahkan rakyat
4. Mengetahui bagaimana cara kekayaan alam bangsa ini tidak di kuasai oleh inverstor asing
5. Mengetahui hal-hal dan nilai-nilai pancasila dalam menjaga lingkungan hidup

5
BAB II
PEMBAHASAN

MENGATASI KERUSAKAN LINGKUNGAN


1. Menerapkan prinsip 4R
Perinsip 4R yaitu Reduce, Reuse, Recycle dan juga Replant.Prinsip ini berguna untuk
menaggulangi adanya bencana banjir yang sering terjadi. Apa yang di maksud prinsip itu. Yang
pertama yaitu Reduce yaitu mengurangi pemakian barang yang tidak berguna. Reuse yaitu
memakai ulang barang yang masih bisa digunakan. Recycle yaitu mendaur ulang barang
ataupun sampah untuk menjadi barang yang berguna. Replant yaitu menimbun sampah organik
untuk dijadikan kompos.Dengan menggunakan prinsip tersebut diharapkan sampah yang ada di
berbagai daerah dikurangi dengan kesadaran masing-masing masyarakat.
2. Reklamasi pantai
Reklamasi pantai merupakan kegiatan pemulihan pantai untuk menyelamatkan lahan
yang ktitis dan mati untuk menjadi lahan yang lebih produktif.
Adanya lahan kritis dikarenakan ulah penambangan pasir yang dilakukan oleh manusia. Nah
dengan reklamasi pantai dan penanaman tembakau ini menjadi “Cara Menanggulangi
Kerusakan Lingkungan Hidup Akibat Ulah Manusia”. Jika di perhitungkan antara penambangan
pasir dan biaya yang dibutuhkan untuk reklamasi pantai tidaklah seberapa. Justru lebih banyak
biaya yang digunakan untuk mereklamasi pantai.
3. Rehabilitasi Hutan dan Lahan,
Rehabilitas Hutan dan Lahan adalah upaya untuk memulihkan, mempertahankan, dan
meningkatkan fungsi hutan dan lahan guna meningkatkan daya dukung, produktivitas dan
perannya dalam menjaga sistem penyangga kehidupan. Adanya rehabilitasi ini juga menjadi salah
satu upaya untuk mengembalikan lahan secara ekologis. Rehabilitasi ini juga menjadi upaya
untuk mengembalikan lingkungan fisik untuk bisa di fungsikan lagi. Tanggung jawab yang
membuat rehabilitasi ini adalah pengusaha yang sudah melakukan penambangan di lahan
tersebut. Jika hal ini tidak dilakukan, maka tanah akan menjadi tandus dan mati.
4. Bioremidiasi
Bioremidiasi adalah penggunaan mikroorganisme untuk mengurai polutan di
lingkungan. Limbah tidak hanya terjadi di industri saja, ada juga limbah rumah tangga. Tapi,
yang sering menyebabkan efek yang terasa adalah limbah industri. Untuk itu suatu industri
haruslah mengetahui apa itu bioremidiasi. Terutama untuk industri yang mengeluarkan banyak
limbah berbahaya berupa zat-zat beracun. Dampaknya tidak hanya mencari lingukungan saja,
tapi bisa mengganggu kesehatan masyarakat di daerah sekitar. Bioremidiasi ini yaitu
pemanfaatan mikroba ataupun tanaman dari kontaminasi. Jadi limbah yang akan dibuang harus
di bersihkan dahulu kontaminasinya. Jadi dengan adanya bioremidiasi ini limbah yang akan
dibuang tidak menimbulkan dampak buruk bagi lingkungan.
5. Reboisasi
Reboisasi adalah melakukan penghijauan kembali agar alam menjadi hijau dan biasanya
dilakukan di hutan yang sudah menjadi gundul agar bisa berfungsi sebagimana mestinya. Hutan
di berbagai negara menjadi paru-paru dunia. Jika ada hutan yang dirusak maka beberapa negara
lain juga akan mendapatan efek tersebut. Tentunya yang akan menerima pertama akibatnya
yaitu negara yang sudah merusak lingkungannya sendiri. Untuk itu jangan pernah merusak
hutan yang ada. Jika and ingin menebang pohon, maka anda harus memiliki sikap tebang pilih
dan menanam benih untuk pohon yang baru.

MENGELOLA KEKAYAAN ALAM SESUAI PASAL 33 UUD 1945


Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 ayat (3) menegaskan bahwa bumi, air, dan kekayaan
alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar
kemakmuran rakyat. Mengingat mineral dan batubara sebagai kekayaan alam yang terkandung di
dalam bumi merupakan sumber daya alam yang tak terbarukan, pengelolaannya perlu dilakukan
seoptimal mungkin, efisien, transparan, berkelanjutan dan berwawasan lingkungan, serta
berkeadilan agar memperoleh manfaat sebesar-besar bagi kemakmuran rakyat secara
berkelanjutan. Guna memenuhi ketentuan Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945
tersebut, telah diterbitkan. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan

6
Pokok Pertambangan. Undang-undang tersebut selama lebih kurang empat dasawarsa sejak
diberlakukannya telah dapat memberikan sumbangan yang penting bagi pembangunan nasional.
Dalam perkembangan lebih lanjut, undang-undang tersebut yang materi muatannya
bersifat sentralistik sudah tidak sesuai dengan perkembangan situasi sekarang dan tantangan di
masa depan. Di samping itu, pembangunan pertambangan harus menyesuaikan diri dengan
perubahan lingkungan strategis, baik bersifat nasional maupun internasional. Tantangan utama
yang dihadapi oleh pertambangan mineral dan batubara adalah pengaruh globahsasi yang
mendorong demokratisasi, otonomi daerah, hak asasi manusia, hngkungan hidup, perkembangan
teknologi dan informasi, hak atas kekayaan intelektual serta tuntutan peningkatan peran swasta dan
masyarakat.
Untuk menghadapi tantangan lingkungan strategis dan menjawab sejumlah
permasalahan tersebut, perlu disusun peraturan perundang-undangan baru di bidang pertambangan
mineral dan batubara yang dapat memberikan landasan hukum bagi langkah-langkah pembaruan
dan penataan kembali kegiatan pengelolaan dan pengusahaan pertambangan mineral dan batubara.
Undang-Undang ini mengandung pokok-pokok pikiran sebagai berikut:
1. Mineral dan batubara sebagai sumber daya yang tak terbarukan dikuasai oleh negara dan
pengembangan serta pendayagunaannya dilaksanakan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah
bersama dengan pelaku usaha.
2. Pemerintah selanjutnya memberikan kesempatan kepada badan usaha yang berbadan hukum
Indonesia, koperasi, perseorangan, maupun masyarakat setempat untuk melakukan pengusahaan
mineral dan batubara berdasarkan izin, yang sejalan dengan otonomi daerah, diberikan oleh
Pemerintah dan/atau pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya masing-masing.
3. Dalam rangka penyelenggaraan desentralisasi dan otonomi daerah, pengelolaan pertambangan
mineral dan batubara dilaksanakan berdasarkan prinsip eksternalitas, akuntabilitas, dan efisiensi
yang melibatkan Pemerintah dan pemerintah daerah.
4. Usaha pertambangan harus memberi manfaat ekonomi dan sosial yang sebesar-besar bagi
kesejahteraan rakyat Indonesia.
5. Usaha pertambangan harus dapat mempercepat pengembangan wilayah dan mendorong
kegiatan ekonomi masyarakat/pengusaha kecil dan menengah serta mendorong tumbuhnya
industri penunjang pertambangan.
6. Dalam rangka terciptanya pembangunan berkelanjutan, kegiatan usaha pertambangan harus
dilaksanakan dengan memperhatikan prinsip lingkungan hidup, transparansi, dan partisipasi
masyarakat.

KEKAYAAN ALAM UNTUK MENSEJAHTERAHKAN RAKYAT


Indonesia adalah negara kepulauan yang terbentang di garis khatulistiwa terdiri dari 13 ribu
lebih pulau, mengandung kekayaan alam yang melimpah, mulai dari air, ikan, mineral, perak,
nikel, timah, bouksit, minyak bumi, emas dan hasil perkebunan sawiit dan pertanian lainnya.
Bersyukur kepada Allah seluruh warga negara Indonesia, mengingat kekayaan alam ini, berbeda
dengan Negara tetangga Singapura sebagai contoh perbandingan mereka, boleh dikatakan tidak
memiliki kekayaan alam kecuali sektor jasa pelabuhan transit dan jasa parriwisata.
Pertanyaan besarnya adalah sudah mampukah sumber daya alam yang kaya raya ini dapat
mensejahterakan rakyat nya? Jika belum mampu memberikan kontribusi kesjahteraan rakyat, apa
yang salah dengan pengelolaan sumber daya alam ini , untuk itu penulis mengajak seluruh
pembaca untuk mendiskusikan nya lewat tulisan ini.
Merujuk kepada Undang Undang Dasar Negara tahun 1945 khususnya pasal 33 berbunyi
sebagai berikut : ayat (1). Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas azas
kekeluargaan, ayat (2); Cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara dan yang menguasai
hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara, ayat (3) menyebutkan ; Bumi, air dan kekayaan
alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat, ayat (4), Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi
ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan
lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi
nasional dan ayat (5); Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang-
undang.
Pada pasal 33 UUD 1945 diatas khusus ayat 3 yang berkaitan dengan kekayaan alam sudah
sangat jelas tujuannya adalah untuk kemakmuran rakyat Indonesia, goal yang akan dicapai adalah
kesejahteraan rakyat Indonesia. Proses pencapaian tersebut harus dimulai dengan tindakan awal

7
yaitu ekplorasi sumber daya alam. Jika hal ini sudah dilakukan maka akan didapat data kongkrit
seluruh cadangan sumber daya alam kita. Gerakan kajian ilmiah dan pengumpulan data kekayaan
perlu dilakukan diseluruh pemerintahan mulai tingkat daerah sampai tingkat pusat. Maka
pemerintah akan memiliki buku bank data kekayaan alam. Keahadiran para ahli diberbagai bidang
termasuk perguruan tinggi sangat diperlukan.
Setelah kegiatan eksplorasi sda selesai dilakukan maka tindakan berikutnya adalah
eksploitasi sda itu sendiri. Kajian dan tindakan perlu dilakukan tentang penyelamatan species
tertentu atau kerusakan alam akibat eksploitasi tersebut. Pengelolaan sumber daya alam harus
memenuhi kaidah pembangunan berkelanjutan (suistanable development), yakni; (1). Pengelolaan
sda yang menguntungkan secara ekonomi untuk kemakmuran rakyat, (2). Pengelolaan sda yang
tidak merusak lingkungan, memperhatikan kebutuhan masa depan anak cucu bangsa indionesia,
(3). Pengelolaan sda yang memperhatikan kebutuhan sosial, tidak mengakibatkan perpecahan
persatuan, tidak mendatangkan mudharat sosial lainnya
Sesi berikut dari kegiatan eksploitasi adalah pengumpulan hasilnya dan kemana
diperuntukkan oleh Pemerintah sebagai lembaga Negara yang diberikan amanah menguasai SDA
tersebut. Peruntukan hasil itu sudahkah kepada kegiatan yang akan mengembangkan ekonomi dan
kesejahteraan rakyat. Dalam rangka inilah pemerintah melahirkan regulasi regulasi yang harus
menguntungkan rakyat secara keseluruhan. Para ahli pembantu pemerintah harus satu pikiran yaitu
dalam rangka mewujudkan kemakmuran seperti yang sudah diamanaahkan oleh UUD 1945.
Berbicara mengenai kemakmuran atau kesejahteraan harus disamakan persepsi masyarakat
kita. Penulis melihat perbandingan di Negara Negara maju seperti di Jepang, Korea dan Eropah
dewasa ini, tolak ukur makmur atau sejahtera tidak lagi diukur dari berapa banyak aset kekayaan
yang dimiliki, misalnya rumah mewah atau mobil mewah. Mereka meiliki aset tersebut lebih
fokus kepada fungsi produktifnya. Seseorang dikatakan sukses dalam hidup bukan lagi dilihat dari
unsur kekayaan yang dimiliki, tetapi sudah dititik beratkan kepada nilai guna (value) hidup
seseorang, mampukah seseorang itu bekerja dengan benar?, mampukah seseorang itu memberikan
dampak kebaikan kepada orang banyak?.
Kalau sudah seperti keadaan diatas situasinya maka kesejahteraan yang dimaksud sudah
bisa kita defenisikan adalah terjaminnya kehidupan seseorang dibidang sandang, pangan, papan,
keamanan, jaminan mengenyam pendidikan, kesehatan dan jaminan hidup layak lainnya
( asuransi asuransi). Setiap kepala Keluarga dan anggotanya semua berusaha dan bekerja dan
hasilnya mengarah kepada kebutuhan diatas, tidak lagi kepada kebutuhan menumpuk harta dan
kecemasan kecemasan terhadap anak cucu yang mesti ditinggalkan warisan untuk beberapa
keturunan.
Di Negara maju seorang kepala keluarga tidak akan mewariskan Aset aset berbentuk tanah
dan rumah mewah kepada anak seandainya anak tidak punya penghasilan dan pekerjaan yang
memadai. Meninggalkan warisan aset seperti itu sama dengan meninggalkan bencana besar kepada
anak cucu kerena anak akan dibebankan pajak aset, bisa berujung memasukkan anak kedalam
penjara kelak kerena anak tidak mampu memmbayar pajak. Maka seluruh orang berfokus kepada
kesiapan generasi kearah kelangsungan hidup dan jaminan sosial ( pendidikan, kesehatan,
keamanan) tidak lagi menumpuk kekayaan berupa aset aset.
Perubahan mental seperti ini bagus bagi kita bangsa Indonesia. Sukses tidak lagi
dipandang dari sekaya apa seseorang tetapi seberapa banyak kebaikan yang sudah
disumbangkannya dalam hidup. Maka suatu hari kita berharap, setiap orang berusaha sukses
kerena sudah mampu berkerja dengan baik dan profesional ( valuable life). Cara pandang
hidup (Paradigma) ini akan dapat menekan korupsi dikalangan oknum pejabat pemerintah dan
pengusaha.

KEKAYAAN ALAM BANGSA INI DI KUASAI INVERTOR ASING


Tidak dipungkiri bahwa Negara kita memiliki kekayaan sumber daya alam (SDA) yang
melimpah ruah dan menurut data Indonesia Mining Asosiation, Indonesia meraih peringkat ke-6 di
dunia dengan kategori Negara yang kaya akan sumber daya tambang. Mulai dari emas, nikel, batu
bara, minyak dan gas alam yang sebenarnya bisa menunjang perekonomian masyarakat Indonesia
jika dikelolah dengan baik oleh masyarakat Indonesia itu sendiri. Akan tetapi hampir sebagian
besar perusahaan tambang di Indonesia di control oleh Negara asing, sebab adanya kesenjangan
kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia, Teknologi dan pendanaan untuk pemanfaatan
SDA tersebut sehingga harus memanfatkan sumber dari luar negeri.

8
Pada pasal 97 Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan
Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara. Mengatur besaran saham yang harus didivestasi yaitu
saham paling sedikit 20% dimiliki Indonesia. Jadi, walaupun saat investor anda diperbolehkan
untuk memengang saham sebanyak 90%, namun 5 tahun kemudian setelah produksi investor
tersebut wajib melakukan divestasi saham sehingga saham investor asing tersebut menjadi
maksimal 80%. Pada pasal ini bisa dilihat bagaimana keuntungan dari pihak Negara asing.
Karena perusahaan tambang banyak yang dikuasai oleh Negara asing menyebabkan,
Pengelololaan sumber daya alam yang selalu berorientasi pada ekspor dan cenderung melupakan
kebutuhan dalam negeri, keuntungan pastinya dirasakan oleh perusahaan namun hanya sedikit
untuk kesejahteraan rakyat. Itupun melalui jatah yang diperoleh pemerintah pusat dan daerah
terlebih dulu, untuk kemudian disalurkan ke masyarakat.
Ini merupakan salah satu problematika yang harus lebih di perhatikan oleh pemerintah dan
masyarakat Indonesia terkhusus dibidang industri. Bagaimana mengelolah Sumber Daya Alam
(SDA) kita tanpa ada campur tangan dari warga Negara asing.
Maka dari itu kita harus menguasai IPTEK, karena mengingat pendidikan keteknikan
geologi masih saat terbatas, sedang wilayah Indonesia menyimpan beranekaragam sumber daya
alam yang harus terkelola dengan baik. Sebuah tantangan besar demi kemajuan bangsa dan
kesejahteraan rakyat.
Daerah perlu mengembangkan infrastruktur pendidikan yang terkait penguasaan
teknologi. Jika hal ini tidak menjadi pusat perhatian utama pemerintah akan dikhawatirkan
menimbulkan sebuah masalah, karena SDA yang berpotensi untuk peningkatan taraf hidup
masyarakat Indonesia akan menjadi sumber kemakmuran para warga Negara asing, sebab
pengelolaan sumber daya alam Indonesia diserahkan kepada pihak tenaga asing. penguasaan
teknologi harus di kuasai SDM Indonesia dalam mengelola SDA agar dapat membuka investasi di
berbagai sektor. Pengembangan industri pertambangan.
Pengelolaan sumber SDA sangat penting dikelola putra-putri terbaik Indonesia agar
proses pembangunan Indonesia dapat berlangsung secara merata untuk mencapai tujuan
pembangunan yaitu kesejahteraan dan kemakmuran tanpa mengorbankan dan menguras SDA
untuk generasi mendatang. Pemanfaatan secara optimal kekayaan sumber daya alam akan mampu
dikuasai SDM Indonesia jika pemerintah daerah fokus mengembangkan pendidikan dibidang
Industri dan Indonesia akan memiliki modal kuat dalam persaingan tanpa bergantung dengan
modal asing.
Perlu diingat untuk menguasai SDA, SDM Indonesia harus menguasai iptek dengan
manajemen profesional dan berakhlak mulia untuk mengelola sumber daya alam untuk generasi
mendatang, perlu terobosan SDM agar lebih kompetitif dan pemerintah daerah fokus
pengembangan pendidikan dibidang Industri sebagai salah satu produk unggulan.
Dengan menghasilkan produk unggulan SDM yang kompetitif maka Indonesia tidak
perlu bergantung pada impor bahan pangan, impor minyak, impor gula, impor garam dan lain-lain
selama ini bahan tersebut ada di Indonesia dan jangan bergantung pada negara lain, karena
sesungguhnya negara kita diincar negara lain karena kekayaan alam yang dimilikinya.

NILAI PANCASILA YANG BERKAITAN DENGAN PELESTARIAN LINGKUNGAN


Pancasila seakan tercerabut dari masyarakatnya sendiri, tercerabut dari orang-orang yang sudah
bersepakat untuk mengambilnya sebagai jalan hidup. Kalau memang kita sudah terlepas dari akar,
dari tempat berpijak, maka kita tidak lagi menapak tanah, publik sudah menjadi publik di awang-
awang. Tak tahu lagi realitas, tak terikat lagi dengan sekitarnya. Bersenang-senang dengan segala
yang bersifat konsumerisme, lupa akan tanah tempat berpijak.
Pada konteks ini komunitas yang tak menapak tanah adalah orang-orang yang tak lagi paham akan
jernihnya air di sungai, gelepar ikan di sela bebatuan, kuningnya padi di musim panen yang
bercengkerama dengan pipit terbang rendah, tak paham lagi akan pekatnya air rawa gambut tempat
berlayar biduk nelayan pencari purun. Yang tampak di depan mata hanyalah hamparan alam yang
bisa menjadi sumber pundi-pundi, memandang lahan sebagai sumber kekayaan pribadi. Itulah
publik yang tak lagi berpijak, orang-orang jaman sekarang.
Melepaskan masyarakat dari hakekat alam semesta atau dari keterhubungannya dengan ekosistem
yang lebih besar, sama saja dengan melepaskannya dari pondasi bernegara. Pancasila sudah
merangkum semua dasar-dasar kehidupan, aspek ketuhanan, kemanusiaan, persatuan,
permusyawaratan dan keadilan sosial untuk semua makhluk. Sudah ditegaskan semua itu, yang
intinya menyatakan bahwa kehidupan ini adalah ekosistem yang besar. Dalam bahasa lain,

9
kehidupan ini terdiri atas geopolitik dan geospasial yang harus dipahami sebagai sebuah kesatuan.
Satu sudut pandang yang berangkat dari rasa kepentingan semua makhluk secara bersama-sama.
Wawasan nusantara begitulah bahasa yang kerap didengar.
Oleh karenanya, kalau sekarang kita banyak mendengar dan bahkan menderita karena bencana
yang tak jua hilang, seperti pekatnya kabut asap gara-gara kebakaran lahan atau derasnya banjir di
musim hujan, pada dasarnya kita sudah menjadi bagian dari publik yang tak dekat lagi dengan
dasar bernegara. Bencana bukan karena faktor alam semata, sangat kecil kemungkinannya, tapi
justru dominan karena ulah manusia. Manusialah yang membabat hutan, membakar lahan dan
manusia juga yang kemudian menderita serta dipusingkan dengan hal itu. Manusia yang
melepaskan diri dari tempatnya berpijak dan itu adalah manusia yang tidak menjiwai Pancasila.
Terhadap terjadinya kerusakan lingkungan, termasuk kebakaran hutan dan lahan (karhutla), sudah
cukup banyak usaha yang dilakukan, namun hampir bisa dipastikan semua tak tuntas dalam
menyelesaikan masalah. Kecenderungan hanya penawar rasa sakit, sikap cepat dalam tanggap
darurat tapi minim pada mitigasi. Bencanapun terus berulang.
Siapakah yang berada di sekitar kebakaran hutan dan lahan tersebut? Masyarakat desa, pemerintah
desa, pemerintah kabupaten dengan beragam SKPD nya, dan perusahaan perkebunan. Itulah
komponen yang terkait langsung, yang paling banyak beraktifitas dan memiliki tanggungjawab
langsung terhadap keadaan alam setempat. Andai setiap musim kemarau masih juga terjadi
karhutla maka bisa dipertanyakan ada apa yang terjadi sebenarnya. Jangan-jangan mereka justru
menjadi penyebab masalah alih-alih penyelesai masalah.
Begitupun, saat musim hujan, banjir selalu datang dan kita selalu disibukkan dengan soal dapur
darurat, tim penanggulangan, sarana prasarana dan seterusnya. Bencana seakan menjadi proyek
tahunan yang harus selalu masuk dalam mata anggaran. Bukan antisipasi tapi keyakinan bahwa
bencana itu pasti datang.
Apabila mau menyelesaikan masalah, lihatlah pada akar persoalan. Saya bisa pastikan bahwa akar
masalah kita adalah karena melupakan dasar bernegara, mengabaikan Pancasila sebagai sesuatu
yang konkrit. Tidak menjadikan Pancasila sebagai sesuatu yang penting, dan melepaskan Pancasila
dari kehidupan sehari-hari. Derita saat bencana terjadi, hanya ekses saja dari semua hal itu.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Sebagai rakyat bangsa Indonesia kita harus mejalankan Pancasila sebagi pedoman hidup
baik secara pribadi ataupun sosial tidak terlepass dari pemeliharaan lingkungan yang bertujuan
membuat suasana yang nyaman ataupun menfaatkannya sebagai sarana mencari uang, tetapi di
samping itu pula kita wajib melestarikannya dikarnakan rakyat Indonesia terutamannya sangat
acuh takacuh terhadap lingungan sekitarnya bahkan malah memperburuknya seperti membuang
sambah di sungai, hal ini malah menjadikan lingkungan yang semakin memburuk dan terus
memburuk apalagi penebangan hutan yang sudah menjadi kewajaran di Indonesia ini, tetapi jika
kita ikut melestarikan lingkungan bukan hanya memperindah lingkungan tetapi menjadikan
Indonesia akan lebih baik dan meminimalisir terjadinya bencana alam yang sering terjadi di
Indonesia dengan cara menerapkan 4R, reklamasi pantai, rehabilitasi hutan dan lahan,
bioremidiasi, dan reboisasi. Selain itu kita tidak akan melangkar hukum di karnakan melakukan
tindak kriminal yang sudah ada di dalam UU No. 32 tahun 2019
Pengelolaan lingkungan hidup menjadi hal yang sangat penting demi menjaga dan
memelihara fungsi lingkungan hidup kita dan juga mencegah terjadinya perusakan dan
pencemaran lingkungan. Dalam penerapannya, sangat dibutuhkan partisipasi atau peran serta dari
masyarakat kita dalam hal ini pelaku usaha restoran di kota Yogyakarta untuk mendukung
pelestarian fungsi lingkungan hidup kita yang lebih baik lagi dan juga partisipasi dari pejabat yang
berwenang melalui aturan atu ketentuan yang berlaku.
Kendala-kendala yang dihadapi dalam pengelolaan lingkungan hidup meliputi bahwa
peraturan perundang-undangan mengenai pengelolaan lingkungan hidup yang ada, perlu lebih
tegas lagi dan penerapan sanksi bagi siapa saja yang melanggar ketentuan mengenai pengelolaan
lingkungan hidup harus lebuh ditegakkan lagi. Begitupun dengan kesadaran masyarakat, dalam hal

10
ini pelaku usaha restoran untuk menjalankan kewajiban menjaga pelestarian fungsi lingkungan
hidup sehingga dapat mencegah terjadinya perusakan dan pencemaran lingkungan. Upaya-upaya
yang dapat dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala yang ada, antara lain dengan perencanaan
awal yang baik sebelum mendirikan usaha dan / atau kegiatan dan juga memberikan fasilitas-
fasilitas yang dapat mendukung pelaksanaan pelestarian fungsi lingkungan dan juga

B. SARAN
Pemerintah, Mengingat kesadaran masyarakat akan arti pentingnya pengelolaan
lingkungan hidup maka pemerintah harus lebih tegas akan sanksi apa yang diberikan kepada
masyarakat dalam hal ini pelaku usaha restoran sehingga dapat mencegah terjadinya perusakan
dan pencemaran lingkungan hidup.
Para pelaku usaha restoran Tetap menjaga kebersihan khususnya dilingkungan restoran
sehingga dapat mencegah terjadinya pencemaran dan perusakan lignkungan.

DAFTAR PUSTAKA

Dinas Lingkungan Hidup Kota Semarang. Diakses dari


https://dlh.semarangkota.go.id/5-cara-menanggulangi-dampak-kerusakan-lingkungan/
Pada kamis, 16 februari 2023
PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN
2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA. Diakses dari
https://jdih.kemenkeu.go.id/fulltext/2009/4TAHUN2009UUPenj.htm
DISPERSIP KABUPATEN KAMPAR “PENGELOLAAN SDA UNTUK KESEJAHTERAAN
RAKYAT”. Diakses dari https://pustakaarsip.kamparkab.go.id/artikel-
detail/1291/pengelolaan-sda-untuk- kesejahteraan-rakyat pada 05 Desember 2017
14 kompasiana. Diakses dari
https://www.kompasiana.com/ritapurnamasari/5dac40c50d82300d5d0ac974/sumber-
daya- alam-sda-kita-dikuasai-negara-asing pada 20 Oktober 2019 pukul 20:00
MONGABAY SITUS BERITA LINGKUNGAN. Diakses dari
https://www.mongabay.co.id/2018/06/08/refleksi-nilai-nilai-pancasila-dalam-
pelestarian-alam-indonesia/ pada 8 Juni 2018

11

Anda mungkin juga menyukai