Disusun Oleh:
i
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kemudahan
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik.
Kami mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga
anggota mampu untuk menyelesaikan pembuatan tugas ini.
Kami tentu menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami
mengharapkan kritik serta saran, supaya tugas ini nantinya dapat menjadi lebih
baik lagi.Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat
dalam penyusunan makalah ini.
Demikian, semoga tugas ini dapat bermanfaat. Terima kasih.
Penulis,
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN DEPAN........................................................................................i
KATA PENGANTAR......................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................2
1.3 Tujuan......................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengaturan mengenai pembuangan limbah pabrik di Indonesia..............4
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Dampak pembuangan limbah pabrik terhadap pencemaran air, udara,
dan tanah...................................................................................................7
2. Cara menghadapi dampak limbah pabrik industri terhadap pencegahan
pencemaran lingkungan hidup..................................................................10
BAB IV PENUTUP
1. Kesimpulan...........................................................................................14
2. Saran.....................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................16
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
5
1.2 Rumusan Masalah
6
BAB II
PEMBAHASAN
7
beracun, yang karena sifatnya, konsentrasinya, dan jumlahnya secara
langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan, merusak, dan
dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsung hidup
manusia, serta makhluk hidup lainnya3
Dalam Pasal 20 ayat (3) UUPPLH, yang menegaskan bahwa setiap orang
diperbolehkan untuk membuang limbah ke media lingkungan hidup dengan
persyaratan: a. memenuhi baku mutu lingkungan hidup dan; b. mendapat izin
dari Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.
Berdasarkan ketentuan pasal tersebut bahwa perusahaan industri dalam proses
pembuangan limbah pabriknya harus memperhatikan apakah baku mutu limbah
sudah memenuhi baku mutu lingkungan serta telah mendapat izin dari pihak
yang tertera dalam ketentuan tersebut.
Pasal 1 angka 24 UUPPLH, menyatakan bahwa dumping atau pembuangan
adalah kegiatan membuang, menempatkan, dan/atau memasukkan limbah
dan/atau bahan dalam jumlah, konsentrasi, waktu, dan lokasi tertentu dengan
persyaratan tertentu ke media lingkungan hidup tertentu. Berdasarkan Pasal 60
UUPPLH, yang menegaskan bahwa “setiap orang dilarang melakukan
dumping limbah dan/atau bahan ke media lingkungan hidup tanpa izin”.
Dengan demikian, bahwa setiap individu maupun badan hukumn yang
beroperasi perusahaan industri harus mendapat izin terkait pembuangan limbah
yang dihasilkan.
Limbah pabrik yang memiliki unsur racun akan menyebabkan kerusakan pada
lingkungan serta menyebabkan gangguan kesehatan. Dalam pembuangan air
limbah atau limbah cair harus memenuhi persyaratan kesehatan sebagaimana
diatur dalam BAB III Persyaratan Kesehatan Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 32 Tahun 2017 tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan,
yaitu:
a. Air yang digunakan harus dalam keadaan terlindungi dari sumber
pencemaran, binatang pembawa penyakit, dan tempat
perkembangbiakan vektor;
.
8
b. Air yang digunakan aman dari kemungkinan kontaminasi;
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalia Pencemaran Air (PP No. 82/2001) mengatur
tentang pembuahan air limbah ke air atau sumber air. Pemerintah daerah wajib
menentukan baku mutu air limbah di daerahnya, namun apabila baku mutu
tersebut belum ditentukan maka dapat ditetapkan berdasarkan baku mutu air
limbah nasional, ketentuan tersebut berdasarkan PP No. 82/2001. Pasal 36 PP
No. 82/2001 mengatur tentang pemrakarsa melakukan kajian terkahadp
pengaruh pembuangan air limbah, yang sekurang-kurangnya mempunyai
pengaruh etrhadap pembudidayaan ikan, hewan, dan tanaman; pengaruh
terhadap kualitas tanah dan air tanah; dan pengaruh terhadap kesehatan
masyarakat.
Kemudian terkait dengan pembuangan limbah B3 diatur dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun (PP No. 101/2014) . Dalam Pasal 176 ayat (3) PP No.
101/2014, yang menegaskan bahwa Izin dari Menteri sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) berupa izin Dumping (Pembuangan) Limbah B3 ke media
lingkungan hidup berupa: tanah dan laut. Limbah B3 yang dapat dilakukan
pembuangan ke media lingkungan hidup di laut adalah berupa tailing dari
kegiatan pertambangan dan serbuk bor dari hasil pemboran usaha dan/atau
hasild ari eksploitasi di laut. Hal tersebut berdasarkan ketentuan Pasal 177 PP
No. 101/2014. Dalam Pasal 180 PP No. 101/2014, mengatur tentang lokasi
tempat sebagai pembuangan limbah B3 yang harus memenuhi syarat yang
meliputi:
a. Terletak di dasar laut pada laut yang memiliki lapisan termoklin permanen;
dan
b. Tidak berada di lokasi tertentu atau di daerah sensitif sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Setiap pelaku usaha baik individu maupun badan hukum yang melakukan
kegiatan perusahaan industri yang wajib melakukan Amdal (Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan), harus mendapatkan izin lingkungan. Izin lingkungan ini
9
termasuk juga izin terkait pembuangan limbah. Ketentuan tersebut berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 Tentang Izin Lingkungan.
Apabila dalam melakukan dumping atau pembuangan limbah tanpa izin dapat
dikenakan sanksi berdasarkan Pasal 104 UUPPLH, yang menyatakan bahwa
“Setiap orang yang melakukan dumping limbah dan/atau bahan ke media
lingkungan hidup tanpa izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60, dipidana
penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp
3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).
10
BAB III
11
Beberapa jenis limbah tidak terlalu berbahaya, namun limbah juga sangat
berpotensi menimbulkan pencemaran lingkungan karena menyebabkan
menurunnya kualitas lingkungan hidup serta dapat merusak ekosistem
alaminya. Dampak negatif dari menurunnya kualitas lingkungan hidup, baik
karena terjadinya pencemaran atau kerusakannya sumber daya alam adalah
timbulnya ancaman bahaya terhadap kesehatan, menurunnya nilai estetika,
kerugian ekonomi (economic cost), dan terganggunya sistem alami (natural
system). 4 Selain itu, limbah juga menyebabkan masalah kesehatan
masyarakat yang akan dirasakan dalam kurun waktu jangka panjang. Nilai
estetika dari lingkungan tersebut juga akan menurun dengan tercemarnya
lingkungan hidup, lingkungan yang tercemar tersebut akan terlihat kumuh
dan tidak nyaman untuk digunakan dalam kepentingan atau kegiatan sehari-
hari. Tercemarnya lingkungan juga akan mengganggu sistem alami dari
lingkungan tersebut, komponen yang terdapat pada lingkungan tersebut akan
menjadi rusak atau bahkan menimbulkan bencana alam.
Dampak dari pembuangan limbah pabrik dapat menyebabkan, antara
lain:
e. Pencemaran Udara
Pencemaran udara adalah suatu kondisi di mana kualitas udara menjadi
rusak karena terkontaminasi oleh asap buangan seperti CO2, SO, SO2, CFC,
CO, dan asap rokok. Pabrik-pabrik dapat mengeluarkan gas beracun seperti,
gas CO2. Kadar gas CO2 yang semakin meningkat di udara tidak dapat
segera diubah menjadi oksigen oleh tumbuhan, dikatakan demikian karena
banyaknya hutan yang ditebang secara tidak bertanggungjawab. Ini
merupakan masalah global. Bumi seperti di selimuti oleh gas dan debu
pencemar. Kandungan gas CO2 yang tinggi dan tidak segera diubah menjadi
oksigen ini menjadi faktor utama cahaya matahari yang masuk ke bumi tidak
dapat di pantulkan lagi ke angkasa, sehingga suhu bumi semakin tinggi atau
memanas dari tahun ke tahun atau yang dikenal dengan efek rumah kaca
12
(Green House). Jika hal ini terjadi secara terus menerus dan dalam jangka
waktu lama, maka es di kutub akan mencair dan daerah dataran rendah akan
terendam air.
Selain itu juga asap buangan pabrik dapat menganggu pengelihatan serta
pernafasan. Debu yang keluar dari pabrik juga mengganggu pernafasan dan
bila beracun dapat menimbulkan gangguan syaraf, saluran pernafasan, dan
parahnya lagi dapat menyebabkan anemia dan kanker.
Dampak terhadap tanaman karena terkena gas SO2 dan NO2 yang
menimbulkan hujan asam yang akan mengakibatkan perubahan struktur dari
komunitas tanaman daratan dan perairan serta mempengaruhi produktivitas
hutan dan fiksasi nitrogen.
f. Pencemaran Air
Pencemaran ini biasanya disebabkan oleh limbah pabrik yang bentuknya
cair dan biasanya akan dibuang langsung ke saluran perairan, kali, sungai atau
selokan. Contohnya seperti pengawet cair, sisa pewarna pakaian yang
bentuknya cair, kandungan besi pada air, kebocoran minyak di laut, dan lain-
lain. Hal ini dapat menyebabkan pencemaran air, air yang tercemar tidak
dapat digunakan lagi untuk keperluan rumah tangga atau sebagai penunjang
kehidupan manusia dan akan menimbulkan dampak sosial yang sangat luas
serta memakan waktu yang lama untuk memulihkannya. Selain itu juga
limbah parbik yang didegradasi oleh mikroorganisme akan menimbulkan bau
yang tidak sedap disertai dengan pelepasan gas yang berbau tidak sedap juga.
Dampak bagi kesehatan adalah dapat menimbulkan penyakit, seperti penyakit
diare dan penyakit kulit.5
Selain itu limbah pabrik yang berbentuk cair dapat menimbulkan masalah
lingkungan, seperti kematian ikan, keracunan pada manusia dan ternak,
kematian plankton, dan kerusakan lingkungan perairan.
g. Pencemaran Tanah
13
Pencemaran yang terjadi ketika zat-zat limbah pabrik yang meresap ke
tanah tidak dapat hilang dalam jangka waktu yang lama. Zat-zat limbah
pabrik yang masuk ke tanah lalu diserap oleh tanaman dan akan tetap
menetap di dalam tumbuhan itu, karena tumbuhan tidak dapat
menguraikannya. Limbah pabrik yang mengotori tanah biasanya adalah
pupuk yang berlebihan dan penggunaan herbisida serta pestisida. Pencemar
yang menetap pada tumbuhan terus berpindah melalui jalur rantai makanan,
sehingga perpindahan itu menyebabkan adanya zat pencemar dalam setiap
tubuh organisme yang melangsungkan proses rantai makanan. Jika dilihat
dari kasus ini, maka menimbulkan menurunnya kualitas organisme, berupa
kurangnya ketahanan terhadap gangguan dari luar.
2. Cara menghadapi dampak limbah pabrik industri terhadap pencegahan
pencemaran lingkungan hidup
Limbah pabrik industri yang dihasilkan oleh suatu kegiatan industri dapat
menimbulkan dampak negatif terhadap keseimbangan dan kelestarian
lingkungan hidup apabila dalam proses pembuangannya ke media lingkungan
hidup penerima seperti sungai, selokan, lahan, dan lain sebagainya tidak
melalui proses pengolahan terlebih dahulu. Tujuan pengolahan suatu limbah
mempunyai hubungan dengan:
a. Penghilangan bahan tersuspensi dan terapung;
b. Pengolahan senyawa organic yang terbiodegradasi;
c. Penghilangan organisme pathogen;
d. Peningkatan pengertian tentang dampak pembuangan limbah yang
tidak diolah terhadap lingkungan;
e. Peningkatan pengetahuan terhadap efek jangka Panjang yang mungkin
ditimbulkan oleh limbah yang dibuang ke media lingkungan hidup;
f. Peningkatan kepedulian nasional untuk pelestarian, pemeliharaan, dan
perlindungan lingkungan;
g. Pelestarian sumber daya alam;
14
h. Pengembangan berbagai metode dan cara pengolahan limbah.6
Oleh karenanya diperlukan cara penanganan agar limbah pabrik industri tidak
merusak lingkungan hidup, yakni dengan beberapa sebagai berikut:
a. Penanganan limbah cair
1) Penyaringan (Screening). Proses penyaringan air limbah dilakukan
dengan menggunakan tangki atau bak yang ebrfungsi untuk
memisahkan partikel padat yang tercampur dengan air limbah.
2) Pengendapan. Proses pengendapan ini dilakuakn di tangki
pengendapan yang bertujuan agar partikel-partikel padat mengendap
ke dasar tangki. Pada cara ini dapat dilakukan dengan cara melibatkan
mikroorganisme yang dapat mengurai bahan organik. Mikroorganisme
yang digunakan umumnya adalah bakteri aerob.7 Teknologi yang
digunakan pada car aini adalah teknologi aerasi. Aerasi merupakan
proses pemberian oksigen ke dalam air limbah yang akan diolah.
Proses aerasi ini menggunakan alat berupa aerator yang dapat
menghasilkan oksigen. Limbah cair disalurkan ke sebuah tangki yang
didalamnya dicampur dengan lumpur yang kaya akan bakteri aerob.
3) Pengapungan (Floation). Proses pengapungan ini bertujuan untuk
memisahkan polutan berupa minyak di dalam air limbah, sehingga
minyak tersebut akan mengapung di permukaan air limbah.
b. Penanganan limbah padat.
1) Penimbunan. Proses penimbunan dapat dilakukan di tempat terbuka
seperti membuka lahan. Metode penimbunan dapat dilakukan dengan
2 (dua) cara yaitu metode open dumping dan metode sanitary landfill.
Metode open dumping ini dilakukan dengan membuang sampah
bergitu saja di dalam lahan terbuka atau tempat pembuangan akhir
15
(TPA). Sedangkan metode sanitary landfill merupakan metode
pengelolaan sampah dengan cara membuang dan menumpuk sampah
di sebuah lahan kemudian ditimbun dengan tanah lagi. Namun, tidak
menutup kemungkinan zat-zat metan yang terkandung dalam sampah
akan mencemari tanah, sehingga diperlukan langkah untuk mengurangi
kebocoran zat etrsebut yaitu dengan membuat pipa-pipa yang
berfungsi untuk mengumpulkan gas mean tersebut.
2) Pembakaran limbah. Proses pembakaran ini menggunakan alat
incinerator. Tidak semua limbah padat cocok untuk dibakar dalam
incinerator. Jenis limbah yang cocok antara lain plastic, kertas, dan
karet. Panas yang dihasilkan dapat dimanfaatkan sebagai sumber
listrik.
3) Menggunakan Kembali (reuse). Proses ini merupakan upaya
pemanfaatan kembali limbah yang dihasilkan selama proses produksi.
Jenis limbah padat yang dapat didaur ulang seperti kertas, kaca, plastik,
besi dan lain sebagainya. Limbah yang sudah didaur ulang tersebut
dapat digunakan kembali untuk proses produksi oleh perusahaan
industri tanpa mengurangi mutu dan kualitasnya.
c. Penanganan limbah gas.
1) Pengurangan gas. Langkah ini dilakukan dengan cara mengontrol
jumlah gas yang dihasilkan oleh kegiatan industri, yaitu dengan 3 (tiga)
cara:
- Desulfurisasi (pembersihan gas)
- Menurunkan suhu pembakaran
- Menggunakan bahan bakar alternatif
2) Penggunaan metode fisika-kimia. Langkah ini dilakukan untuk
memurnikan gas buangan agar lebih ramah lingkungan.
16
d. Penanganan limbah B3.
17
BAB IV
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
18
b. Penanganan limbah padat: Penimbunan,Pembakaran
limbah,Menggunakan Kembali (Reuse).
c. Penanganan limbah gas: Pengurangan gas, Penggunaan metode
fisika-kimia.
d. Penanganan limbah B3: Metode kimia,Metode termal,Metode
fisik.
3.2. Saran
19
DAFTAR PUSTAKA
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN:
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 32 Tahun 2017 tentang Standar Baku Mutu
Kesehatan Lingkungan.
Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air
dan Pengendalia Pencemaran Air.
Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun.
20