BAHASA INDONESIA
DAMPAK KESEHATAN PADA LIMBAH INDUSTRI
OLEH :
NABILA LATIFAH
2110933030
DOSEN PENGAMPU :
LILI MIWIRDI, S.S., M.Hum.
TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ANDALAS
2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun Oleh
NABILA LATIFAH
NIM. 2110933030
Disetujui Oleh :
Dosen Pengampu
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas
karya ilmiah yang berjudul “Dampak Kesehatan Pada Limbah Industri” dengan
tepat waktu.
Karya tulis ilmiah ini terwujud atas bimbingan dan pengarahan dari ibu Lili
Miwirdi, S.S., M.Hum. selaku dosen pengampu mata kuliah Bahasa Indonesia.
Karya tulis ilmiah ini dibuat untuk melengkapi tugas mata kuliah Bahasa
Indonesia dan memberikan informasi tentang pentingnya dampak kesehatan pada
limbah industri.
Saya mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu saya
dalam penulisan karya tulis ilmiah ini.
Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini saya menyadari bahwa masih banyak
kekurangan baik dalam hal penulisan maupun dalam hal tata bahasa. Oleh karena
itu, saya mengharapkan kerendahan hati dari para pembaca agar dapat
memberikan kritik dan saran agar saya dapat belajar lebih banyak dari penulisan
karya tulis ilmiah ini.
Nabila Latifah
2
DAFTAR ISI
2.3 Dampak akibat timbulnya masalah kesehatan akibat limbah industri ........................ 9
2.4 Upaya mengatasi timbulnya masalah kesehatan akibat limbah industri ..................... 16
BAB 3 PENUTUP................................................................................................................... 18
3
BAB 1
PENDAHULUAN
4
akan banyak terserap baik secara langsung maupun tidak langsung. Dengan
pembangunan industri dapat terbuka bidang-bidang usaha lainnya seperti berbagai
kegiatan dalam sektor jasa. Keberadaan kawasan industri memiliki dampak
negatif, salah satu dampak negatifnya yaitu adanya limbah cair dari hasil aktivitas
industri tersebut. Dengan adanya limbah tersebut, banyak pelaku industri yang
kurang baik dalam mengelola limbah industri.
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
5
BAB 2
PEMBAHASAN
6
sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah. Tingkat bahaya keracunan
yang ditimbulkan oleh limbah bergantung pada jenis dan karakteristik limbah.
Limbah industri pada umumnya dihasilkan akibat dari sebuah proses produksi
yang menghasilkan bahan baku/produk yang dapat dimanfaatkan langsung oleh
konsumen. Pengertian limbah sendiri merupakan zat atau bahan buangan yang
dihasilkan dari proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga),
yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki
lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis (Suharto, 2011). Pengertian
limbah industri menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 adalah sisa suatu
kegiatan dan/atau proses produksi industri.
Air limbah industri umumnya terjadi sebagai akibat adanya pemakaian air
dalam proses produksi. Di industri, air umumnya memiliki beberapa fungsi
berikut:
a) Sebagai air pendingin, untuk memindahkan panas yang terjadi dari proses
industri
b) Untuk mentransportasikan produk atau bahan baku
c) Sebagai air proses, misalnya sebagai umpan boiler pada pabrik minuman dan
sebagainya
d) Untuk mencuci dan membilas produk dan/atau gedung serta instalasi
Limbah industri bersumber dari kegiatan industri baik karena proses secara
langsung maupun proses secara tidak langsung. Limbah yang bersumber langsung
dari kegiatan industri yaitu limbah yang terproduksi bersamaan dengan proses
produksi sedang berlangsung, dimana produk dan limbah hadir pada saat yang
sama. Sedangkan limbah tidak langsung terproduksi sebelum proses maupun
sesudah proses produksi.
Jumlah aliran air limbah yang berasal dari industri sangat bervariasi
tergantung dari jenis dan besar-kecilnya industri, pengawasan pada proses industri,
derajat penggunaan air, derajat pengolahan air limbah yang ada. Puncak tertinggi
aliran selalu tidak akan dilewati apabila menggunakan tangki penahan dan bak
pengaman. Untuk memperkirakan jumlah air limbah yang dihasilkan oleh industri
yang tidak menggunakan proses basah diperkirakan sekitar 50 m3/ha/hari.
Sebagai patokan dapat dipergunakan pertimbangan bahwa 85 – 95% dari jumlah
7
air yang digunakan adalah berupa air limbah apabila industri tersebut tidak
menggunakan kembali air limbah. Apabila industri tersebut memanfaatkan
kembali air limbahnya, maka jumlahnya akan lebih kecil lagi (Said, 2017).
Limbah yang dihasilkan harus memenuhi standar baku mutu limbah dan
sesuai dengan baku mutu lingkungan yang berlaku bagi kondisi lingkungan
dimana kegiatan industri sedang berlangsung. Karena itu setiap parameter harus
tersedia nilainya sebelum masuk sistem pengolahan dan setelah limbah keluar
system pengolahan harus diterapkan nilai-nilai parameter kunci yang harus
dicapai. Artinyaharus diungkapkan kualitas limbah sebelum dan sesudah limbah
diolah dan apakah limbah ini memenuhi syarat baku mutu.
Menurut Azwar (2012), untuk menentukan derajat pengotoran air limbah
industri, ada beberapa cara, yakni:
a) Mengukur adanya E.Coli dalam air. Ukuran yang dipakai biasanya jumlah
E.Coli untuk setiap ml air limbah. Jelaslah yang diukur disini ialah bahan
pengotor yang bersifat organis.
b) Mengukur suspended solid, yang biasanya dinyatakan dalam ppm.
c) Mengukur zat-zat yang mengendap dalam air limbah industri yang dinyatakan
dalam ppm.
d) Mengukur kadar oksigen yang larut yang dinyatakan dalam ppm. Pengukuran
kadar oksigen yang larut ini dianggap pokok karena dengan diketahuinya
kadar oksigen, dapat ditentukan apakah air tersebut dapat dipakai untuk
kehidupan, misalnya untuk memlihara ikan, tumbuhan dan lain sebagainya.
Ada beberapa cara yang dikenal untuk mengukur kadar oksigen dalam air
limbah industri, antara lain yaitu Kebutuhan Oksigen Biologi (Biological
Oxygen Demand), Kebutuhan Oksigen Kimia (Chemical Oxygen Demand),
dan Oksigen Terlarut (Dissolved Oxygen).
8
seperti halnya limbah zat warna pada industri tekstil. Limbah zat warna yang
dihasilkan dari industri tekstil umumnya merupakan senyawa organik, yang dapat
menyebabkan pencemaran lingkungan terutama lingkungan perairan.
Pengamatan sumber pencemar industri dapat dilaksanakan pada masukan
proses maupun pada keluarannya dengan melihat spesifikasi dan jenis limbah
yang diproduksi. Pencemaran yang ditimbulkan oleh industri diakibatkan adanya
limbah yang keluar dari pabrik dan mengandung bahan beracun dan berbahaya
(B-3) seperti halnya limbah zat warna pada industri tekstil. Limbah zat warna
yang dihasilkan dari industri tekstil umumnya merupakan senyawa organik, yang
dapat menyebabkan pencemaran lingkungan terutama lingkungan perairan. Bahan
pencemar keluar bersama-sama dengan bahan buangan (limbah) melalui udara, air,
dan tanah yang merupakan komponen ekosistem alam (Kristanto, 2006)
Bila ditinjau secara kimiawi, limbah ini terdiri dari bahan kimia senyawa
organik dan senyawa anorganik. Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu,
kehadiran limbah dapat berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi
kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah.
Tingkat bahaya keracunan yang ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis
dan karakteristik limbah.
Jenis-Jenis Limbah Industri
1. Berdasarkan karakteristiknya
Menurut Kristanto (2004) berdasarkan wujud atau karakteristiknya limbah
industri dapat digolongkan menjadi tiga bagian, yaitu:
a. Limbah cair Limbah cair adalah limbah dalam wujud cair yang dihasilkan
oleh kegiatan industri yang dibuang ke lingkungan dan diduga dapat
mencemari lingkungan.
b. Limbah gas Limbah gas dan partikel adalah limbah yang banyak dibuang ke
udara. Gas/asap, partikulat, dan debu yang dikeluarkan oleh pabrik ke udara
akan dibawa angin sehingga akan memperluas jangkauan pemaparannya.
Partikel adalah butiran halus yang mungkin masih terlihat oleh mata telanjang,
seperti uap air, debu, asap, fume dan kabut.
c. Limbah padat Limbah padat adalah hasil buangan industri yang berupa
padatan, lumpur, dan bubur yang berasal dari sisa proses pengolahan. Limbah
9
ini dapat dikategorikan menjadi dua bagian, yaitu limbah padat yang dapat
didaur-ulang (misalnya plastik, tekstil, potongan logam) dan limbah padat
yang tidak memiliki nilai ekonomis
2. Berdasarkan sifat kimianya
Limbah ditinjau secara kimiawi, terdiri atas:
a. Limbah organik adalah limbah yang dapat membusuk atau terdegradasi oleh
mikroorganisme. Oleh karena bahan buangan organik dapat membusuk atau
terdegradasi maka akan sangat bijaksana apabila bahan buangan yang
termasuk kelompok ini tidak dibuang ke air lingkungan karena akan dapat
meningkatkan populasi mikroorganisme di dalam air. Dengan bertambahnya
populasi mikroorganisme di dalam air maka tidak tertutup pula
kemungkinannya untuk ikut berkembangnya bakteri patogen yang berbahaya
bagi manusia.
b. Limbah anorganik adalah limbah yang tidak dapat membusuk dan sulit
didegradasi oleh mikroorganisme. Apabila bahan buangan anorganik ini
masuk ke air lingkungan maka akan terjadi peningkatan jumlah ion logam di
dalam air. Bahan anorganik biasanya berasal dari industri yang melibatkan
penggunaan unsur-unsur logam seperti Timbal(Pb), Arsen (As), Kadmium
(Cd), Air raksa (Hg), Krom (Cr), Nikel (Ni), Kalsium (Ca), Magnesium (Mg),
Kobalt (Co), dan lain-lain (Arya, 2004).
3. Berdasarkan sumber pencemar
Penggolongan limbah berdasarkan sumber pencemar dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu:
a. Sumber domestik (rumah tangga)Limbah domestik adalah semua limbah
yang berasal dari kamar mandi, WC, dapur, tempat cuci pakaian, apotik,
rumah sakit, dari perkampungan, kota, pasar, jalan, terminal dan sebagainya.
b. Sumber non-domestik Limbah non-domestik sangat bervariasi, diantaranya
berasal dari pabrik, pertanian, peternakan, perikanan, transportasi, dan sumber
sumber lainnya (Kristanto, 2004).
10
banyak industri, tak heran jika pencemaran lingkungan di Indonesia seringkali
terjadi. Pencemaran sendiri diartikan sebagai masuk atau dimasukkannya makhluk
hidup, zat, energi atau komponen lain ke dalam air maupun ke dalam udara.
Limbah mengandung beragam material beracun. Untuk itu, pengolahan limbah
sebelum limbah dialirkan ke sungai merupakan sebuah keharusan. Pengolahan
dilakukan agar kadar Chemical Oxygen Demand (COD) dan Biochemical Oxygen
Demand (BOD) pada limbah menurun agar limbah menjadi ramah lingkungan dan
tidak menimbuikan dampak negatif. Namun, masih sangat banyak penggiat
industri yang tidak melakukan pengolahan limbah.
Pembuangan limbah yang dilakukan sembarangan ini memberikan dampak
negatif bagi lingkungan, contoh limbah cair dari pabrik antara lain adalah sisa
pewarna pakaian cair, sisa pengawet cair, limbah tempe, limbah tahu, kandungan
besi pada air, kebocoran minyak di laut serta sisa- sisa bahan kimia lainnya.
Pada umumnya, bila manusia dan lingkungannya berada dalam keadaan
seimbang, maka keduanya berada dalam keadaan sehat. Tetapi karena sesuatu
sebab sehingga keseimbangan ini tergangggu atau mungkin tidak dapat tercapai,
maka dapat menimbulkan dampak yang merugikan bagi kesehatan.
Bahan Berbahaya dan Beracun atau B3 adalah semua bahan/ senyawa baik
padat, cair, ataupun gas yang mempunyai potensi merusak terhadap kesehatan
manusia serta lingkungan akibat sifat-sifat yang dimiliki senyawa tersebut.
Limbah B3 diidentifikasi sebagai bahan kimia dengan satu atau lebih
karakteristik :
mudah meledak,
mudah terbakar,
bersifat reaktif,
beracun,
penyebab infeksi,
bersifat korosif.
Pembuangan limbah ke lingkungan akan menimbulkan masalah yang merata
dan menyebar di lingkungan yang luas. Limbah gas terbawa angin dari satu
tempat ke tempat lainnya. Limbah cair atau padat yang dibuang ke sungai,
dihanyutkan dari hulu sampai jauh ke hilir, melampaui batas-batas wilayah
11
akhirnya bermuara dilaut atau danau, seolah-olah laut atau danau menjadi tong
sampah. Limbah bermasalah antara lain berasal dari kegiatan pemukiman, industri,
pertanian, pertambangan dan rekreasi.
Limbah industri baik berupa gas, cair maupun padat umumnya termasuk
kategori atau dengan sifat limbah B3. Limbah bahan berbahaya dan beracun (B3)
yang sangat ditakuti adalah limbah dari industri kimia. Limbah dari industri kima
pada umumnya mengandung berbagai macam unsur logam berat yang mempunyai
sifat akumulatif dan beracun (toxic) sehingga berbahaya bagi kesehatan manusia.
Limbah pertanian yang paling utama ialah pestisida dan pupuk. Limbah B3 dari
kegiatan industri yang terbuang ke lingkungan akhirnya akan berdampak pada
kesehatan manusia. Dampak itu dapat langsung dari sumber ke manusia, misalnya
meminum air yang terkontaminasi atau melalui rantai makanan, seperti memakan
ikan yang telah menggandakan (biological magnification) pencemar karena
memakan mangsa yang tercemar.
Dampak B3 terhadap Kesehatan, antara lain :
1. Chromium
Chromium adalah suatu logam keras berwarna abu-abu dan sulit dioksidasi
meski dalam suhu tinggi. Chromium digunakan oleh industri : Metalurgi, Kimia,
Refractory (heat resistent application). Dalam industri metalurgi, chromium
merupakan komponen penting dari stainless steels dan berbagai campuran logam.
Dalam industri kimia digunakan sebagai :
12
Perumahan yang dibangun diatas bekas landfill, akan terpajan melalui
pernafasan (inhalasi) atau kulit.
Efek Fisiologi :
2. Cadmium (Cd)
Cadmium merupakan bahan alami yang terdapat dalam kerak bumi. Cadmium
murni berupa logam berwarna putih perak dan lunak, namun bentuk ini tak lazim
ditemukan di lingkungan. Umumnya cadmium terdapat dalam kombinasi dengan
elemen lain seperti Oxigen (Cadmium Oxide), Clorine (Cadmium Chloride) atau
belerang (Cadmium Sulfide).
13
Kebanyakan Cadmium (Cd) merupakan produk samping dari pengecoran seng,
timah atau tembaga cadmium yang banyak digunakan berbagai industri, terutama
plating logam, pigmen, baterai dan plastik.
Pemajanan
Sumber utama pemajanan Cd berasal dari makanan karena makanan menyerap
dan mengikat Cd. misalnya : tanaman dan ikan. Tidak jarang Cd dijumpai dalam
air karena adanya resapan dari tempat buangan limbah bahan kimia.
Pemajanan
Pada manusia melalui pernafasan, oral dan kulit yang berasal dari berbagai bahan
yang mengandung tembaga. Tembaga juga terdapat pada tempat pembuangan
limbah bahan berbahaya. Senyawa tembaga yang larut dalam air akan lebih
mengancam kesehatan. Cu yang masuk ke dalam tubuh, dengan cepat masuk ke
peredaran darah dan didistribusi ke seluruh tubuh.
14
Sumber emisi antara lain dari : Pabrik plastik, percetakan, peleburan timah, pabrik
karet, pabrik baterai, kendaraan bermotor, pabrik cat, tambang timah dan
sebagainya.
Tubuh menimbun timah selama seumur hidup dan secara normal mengeluarkan
dengan cara yang lambat. Efek yang ditimbulkan adalah gangguan pada saraf
perifer dan sentral, sel darah, gangguan metabolisme Vitamin D dan Kalsium
sebagai unsur pembentuk tulang, gangguan ginjal secara kronis, dapat menembus
placenta sehingga mempengaruhi pertumbuhan janin.
5. Nickel (Ni)
15
6. Pestisida
Pestisida mengandung konotasi zat kimia dan atau bahan lain termasuk jasad
renik yang mengandung racun dan berpengaruh menimbulkan dampak negatif
yang signifikan terhadap kesehatan manusia, kelestarian lingkungan dan
keselamatan tenaga kerja. Pestisida banyak digunakan pada sektor pertanian dan
perdagangan/ komoditi.
7. Arsene
Arsene berwarna abu-abu, namun bentuk ini jarang ada di lingkungan. Arsen di
air di temukan dalam bentuk senyawa dengan satu atau lebih elemen lain.
Senyawa Arsen dengan oksigen, clorin atau belerang sebagai Arsen inorganik,
sedangkan senyawa dengan Carbon dan Hydrogen sebagai Arsen Organik. Arsen
inorganik lebih beracun dari pada arsen organik.
16
Pemajanan Arsen ke dalam tubuh manusia umumnya melalui oral, dari makanan /
minuman. Arsen yang tertelan secara cepat akan diserap lambung dan usus halus
kemudian masuk ke peredaran darah.
Selain itu mengakibatkan penurunan pembentukan sel darah merah dan putih,
gangguan fungsi jantung, kerusakan pembuluh darah, luka di hati dan ginjal.
NOx merupakan bahan polutan penting dilingkungan yang berasal dari hasil
pembakaran dari berbagai bahan yang mengandung Nitrogen. Pemajanan manusia
pada umumnya melalui inhalasi atau pernafasan.
Dampak terhadap kesehatan berupa keracunan akut sehingga tubuh menjadi lemah,
sesak nafas, batuk yang dapat menyebabkan edema pada paru-paru.
Sumber SO2 bersal dari pembakaran BBM dan batu bara, penyulingan minyak,
industri kimia dan metalurgi.
17
Pemajanan lewat kulit terasa sangat nyeri dan kulit terbakar.
Karbonmonoksida adalah gas yang tidak berbau dan tidak berwarna, berasal dari
hasil proses pembakaran tidak sempurna dari bahan bakar yang mengandung
rantai karbon (C).
Keracunan akut
Keracunan kronis
Terjadi karena terpajan berulang-ulang oleh CO yang berkadar rendah atau sedang.
Keracunan kronis menimbulkan kelainan pada pembuluh darah, gangguan fungsi
ginjal, jantung, dan darah.
18
2.4 Upaya Mengatasi Timbulnya Masalah Kesehatan Akibat Limbah
Industri
Untuk meningkatkan taraf hidup bangsa Indonesia perlu pertumbuhan
ekonomi yang pesat dengan cara memajukan pembangunan. Salah satu unsur
penting dalam pembangunan tersebut adalah pembangunan di bidang industri.
Namun dalam kegiatan industri akan dikuti dengan dampak negatif limbah
industri terhadap lingkungan hidup manusia. Limbah industri yang toksik dapat
meningkatkan penyakit pada manusia, memperburuk kondisi lingkunga pada
komponen lingkungan lainnya. Dari hasil penelitian diketahui limbah cair industri
paling sering menimbulkan masalah lingkungan seperti kematian ikan, eracunan
pada manusia dan ternak, kematian plankton, akumulasi dalam daging ikan dan
moluska, terutama bila limbah cair tersebut mengandung zat racun seperti: Cr. Pb.
CN, Cu, F, As, Hg atau Zn.
Limbah industri harus ditangani dengan baik dan serius oleh Pemerintah
Daerah dimana wilayahnya terdapat industri Selain itu, dana pemulihan harus
berasal dari pihak pencemar. Sekalipun dalam kondisi darurat pemerintah dapat
menginisiasi penanggulangan dan pemulihan, mekanisme pengembalian dana
harus tetap menjadi pertanggungjawaban pencemar atau industri
Undang-undang di Indonesia seharus mewajibkan pelaku pencemaran
memulihkan fungsi lingkungan hidup, termasukpenghentian sumber pencemaran
dan pembersihan unsur pencemar, seperti remediasi, rehabilitasi, dan restorasi.
Jangan sampai ketakpedulian industri membebani warga sekitar dan rakyat
untuk pembayar pajak dengan kerugian pencemaran. Pemerintah harus mengawasi
pembuangan limbah industri dengan sungguh-sungguh. Pelaku industri harus
melakukan cara-cara pencegahan pencemaran lingkungan dengan melaksanakan
teknologi bersih, memasang alat pecegahan pencemaran seperti Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL), melakukan proses daur ulang dan yang
terpenting melakukan pengolahan limbah industri guna menghilangkan bahan
pencemaran atau palig tidak meminimalkan bahan pencemaran hingga batas yang
diperbolehkan. Di samping itu perlu dilakukan penelitian atau kajian-kajian lebih
banyak lagi mengenai dampak limbah industri yang spesifik (sesuai jenis
19
industrinya) terhadap lingkungan serta mencari metoda atau teknologi tepat guna
untuk pencegahan masalahnya.
Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Lingkungan Hidup
dijelaskan bahwa upaya penanganan terhadap permasalahan pencemaran terdiri
dari langkah pencegahan terhadap permasalahan pencemaran terhadap
permasalahan pencemaran terdiri dari langkah pencegahan dan pengendalian.
Upaya pencegahan adalah mengurangi sumber dampak lingkungan yang lebih
berat. Ada pun penanggulangan atau pengendaliannya adalah upaya pembuatan
standar bahan baku mutu lingkungan, pengaweasan lingkungan dan penggunaan
teknologi dalam upaya mengatasi masalah pencemaran lingkungan. Secara umum,
berikut ini merupakan upaya pencegahan atas pencemaran lingkungan.
20
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Limbah industri adalah semua jenis bahan sisa atau bahan buangan yang
berasal dari hasil samping suatu proses perindustrian. Limbah industri dapat
menjadi limbah yang sangat berbahaya bagi lingkungan hidup dan manusia (Palar,
2004). Limbah saat ini menjadi permasalahan yang serius di setiap daerah baik di
dunia maupun di Indonesia. Limbah yang bermunculan menjadi salah satu
penyebab ketidaknyamanan di lingkungan sekitar. Terlebih lagi limbah industri.
Saat ini para pelaku dunia industri tidak menyadari dampak dari sisa
pembuangan pabrik yang dimiliki. Banyak dampak yang ditimbulkan akibat
limbah industri yang mengancam kesehatan masyarakat sekitar. Oleh sebab itu,
diperlukan upaya dalam menanggulangi dampak dari pembuangan limbah industri
yang berbahaya tersebut.
3.2 Saran
1. Perlu adanya pemantauan secara rutin terhadap parameter Chemichal
Oxsygen Demind (COD) pada air limbah, agar dapat secara dini diketahui
perubahan efektivitas IPAL dalam menurunkan kadar bahan pencemar pada
air limbah yang terolah.
2. Perlu adanya pemeliharaan instalasi IPAL secara rutin agar proses
pengolahan air limbah dapat berjalan dengan lancar dan dapat mengurangi
kandungan bahan pencemar dalam air limbah secara optimal
21
DAFTAR PUSTAKA
Sumantri, A., & Cordova, M. R. (2011). Dampak limbah domestik perumahan skala
kecil terhadap kualitas air ekosistem penerimanya dan dampaknya terhadap
kesehatan masyarakat. Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan
Lingkungan (Journal of Natural Resources and Environmental
Management), 1(2), 127-127..
Prasasti, C. I., Mukono, J., & Sudarmaji, S. (2006). Toksikologi logam berat B3 dan
dampaknya terhadap kesehatan. Jurnal Kesehatan Lingkungan Unair, 2(2),
3956.
Agustina, T. (2014). Kontaminasi logam berat pada makanan dan dampaknya pada
kesehatan. TEKNOBUGA: Jurnal Teknologi Busana Dan Boga, 1(1).
22