D III SANITASI
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG
2020
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT atas karunia, hidayah, dan nikmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Penulisan makalah ini bertujuan untuk
memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen pengampu mata kuliah
SIK3.
Demikian makalah ini, semoga dapat bermanfaat bagi penulis dan yang
membacanya, sehingga menambah wawasan dan pengetahuan tentang bab ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Maka dari itu, segala
kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah penulis harapkan.
penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................2
BAB I...................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...............................................................................................................4
1.1.Latar belakang.........................................................................................................4
1.2Rumusan masalah.....................................................................................................5
1.3Tujuan........................................................................................................................5
BAB II.............................................................................................................................7
PEMBAHASAN.............................................................................................................7
2.1. STANDAR PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA...........................7
2.2. PENGELOLAAN SAMPAH.........................................................................19
2.3. .PENGELOLAAN LIMBAH CAIR..............................................................22
2.4. PENGOLAHAN MAKANAN DAN MINUMAN........................................25
2.5. PENGENDALIAN VEKTOR........................................................................27
2.6. AIR MINUM...................................................................................................42
2.7. PENYEHATAN TANAH...............................................................................43
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
setiap industri harus melakukan program sanitasi industri guna untuk
melakukan upaya pencegahan atau preventif terhadap penyakit akibat
kerja ataupun penyakit akibat hubungan kerja dalam lingkungan kerja,
dan hal ini harus diterapkan disemua tempat kerja yang didalamnya
melibatkan aspek manusia sebagai tenaga kerja,bahaya akibat kerja dan
usaha yang dikerjakan. Aspek perlindungan dalam hyperkes meliputi :
tenaga kerja dari semua jenis dan jenjangkeahlian, peralatan dan bahan
yang dipergunakan, Faktor-faktor lingkungan fisik, biologi, kimiawi,
sosial, proses produksi dan sifat pekerjaan serta teknologi dan
metodologi kerja. Semua aspek ini merupakan tugas dari tenaga ahli K3
untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja termasuk
mensosialisasikan bagaimana bekerja secara aman kepada para pekerja,
misalnya mensosialisasikan pentingnya penggunaan APD (Alat
Pelindung Diri). Karena jika hal ini tidak dilakukan akan berdampak
buruk sekali bagi industri, terutama bagi tenaga kerja yang merupakan
tulang punggung dari industri.
1.3. Tujuan
1. Mengetahui standart penyehatan tentang udara
2. Mengetahui standart penyehatan tentang sampah
3. Mengetahui standart penyehatan tentang limbah cair
4. Mengetahui standart penyehatan tentang makanan dan minuman
5
5. Mengetahui standart penyehatan tentang vektor
6. Mengetahui standart penyehatan tentang air bersih
7. Mengetahui standart penyehatan tentang air minum
8. Mengetahui standart penyehatan tentang penyehatan tanah
6
BAB II
PEMBAHASAN
7
diperlukannya peraturan-peraturan terkait pencemaran udara agar
terbentuk hukum yang dapat memperbaiki perilaku manusia dan
memberikan kesadaran pentingnya menjaga lingkungan.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999
tentang Pengendalian Pencemaran Udara
8
pencemaran, serta pemulihan mutu udara dengan melakukan
inventarisasi mutu udara ambien, pencegahan sumber pencemar, baik
dari sumber bergerak maupun sumber tidak bergerak termasuk sumber
gangguan serta penanggulangan keadaan darurat. Penanggulangan
pencemaran udara sumber tidak bergerak meliputi pengawasan
terhadap penaatan baku mutu emisi yang telah ditetapkan, pemantauan
emisi yang keluar dari kegiatan dan mutu
9
udara ambien di sekitar lokasi kegiatan, dan pemeriksaan penaatan terhadap
ketentuan persyaratan teknis pengendalian pencemaran udara. Penanggulangan
pencemaran udara dari sumber bergerak meliputi pengawasan terhadap penaatan
ambang batas emisi gas buang, pemeriksaan emisi gas buang untuk kendaraan
bermotor tipe baru dan kendaraan bermotor lama, pemantauan mutu udara ambien
di sekitar jalan, pemeriksaan emisi gas buang kendaraan bermotor di jalan dan
pengadaan bahan bakar minyak bebas timah hitam serta solar berkadar belerang
rendah sesuai standar intemasional. Segala biaya yang timbul sebagai akibat dari
upaya pengendalian pencemaran udara dan/atau gangguan dari sumber tidak
bergerak yang dilakukan oleh penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan
dibebankan kepada penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang bersangkutan.
Kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan
10
dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan
kesehatan manusia
11
dan kenyamanan lingkungan. Tingkat kebisingan adalah ukuran energi
bunyi yang dinyatakan dalams atuan Desibel disingkat dB. baku tingkat
kebisingan adalah batas maksimal tingkat kebisingan yang diperbolehkan
dibuang ke lingkungan dari usaha atau kegiatan sehingga tidak
menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan;
12
Tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Lama
Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Lama adalah batas
maksimum zat atau bahan pencemar yang boleh dikeluarkan langsung dari
pipa gas buang kendaraan bermotor lama. Kendaraan Bermotor adalah
kendaraan yang digerakkan oleh peralatan teknik yang berada pada
kendaraan itu.
13
Kendaraan Bermotor Lama adalah kendaraan yang sudah iproduksi, dirakit
atau diimpor dan sudah beroperasi di wilayah Republik Indonesia; Uji emisi
kendaraan bermotor lama adalah uji emisi gas buang yang wajib dilakukan
untuk kendaraan bermotor lama secara berkala. Ruang lingkup peraturan ini
meliputi ambang batas emisi gas buang, metode uji, prosedur pengujian,
evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan penaatan ambang batas emisi gas
buang kendaraan bermotor lama.
Prosedur pengujian
a. Cara uji kadar CO/HC untuk kendaraan bermotor kategori M, N
dan O (roda empat atau lebih) berpenggerak cetus api pada
kondisi idle menggunakan SNI 19-7118.1-2005.
b. Cara uji kadar opasitas asap untuk kendaraan bermotor kategori
M, N dan O (roda empat atau lebih) berpenggerak penyalaan
kompresi pada kondisi akselerasi bebas menggunakan SNI 19-
7118.2-2005.
c. Cara uji kadar CO/HC untuk kendaraan bermotor kategori L
(sepeda motor) pada kondisi idle menggunakan SNI 19-7118.3-
2005.
14
KENDARAAN BERMOTOR TIPE BARU KATEGORI L DENGAN
PENGUJIAN TIPE I (MODE TEST)
Baku Mutu Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor dengan Metoda Uji WMTC
15
Keputusan MENLH Nomor KEP-45/MENLH/10/1997 tentang Indeks
Standar Pencemar Udara
Tanggal: 13
Oktober 1997
Isinya:
16
17
18
2.1. PENGELOLAAN SAMPAH
Sampah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik
domestik (rumah tangga) maupun industri. Dalam Undang-undang No 18
Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, disebutkan bahwa sampah adalah
sisa kegiatan sehari hari manusia atau proses alam yang berbentuk padat atau
semi padat berupa zat organik atau anorganik bersifat dapat terurai atau tidak
dapat terurai yang dianggap sudah tidak berguna lagi dan dibuang ke
lingkungan.
a) Ditinjau dari sumbernya
sampah berasal dari beberapa tempat, yakni :
1) Sampah dari pemukiman penduduk pada suatu pemukiman biasanya
sampah dihasilkan oleh suatu keluarga yang tinggal di suatu bangunan
atau asrama. Jenis sampah yang dihasilkan biasanya organik, seperti
sisa makanan atau sampah yang bersifat basah, kering, abu plastik dan
lainnya.
2) Sampah dari tempat-tempat umum dan perdagangan tempat tempat
umum adalah tempat yang dimungkinkan banyaknya orang berkumpul
dan melakukan kegiatan. Tempat-tempat tersebut mempunyai potensi
yang cukup besar dalam memproduksi sampah termasuk tempat
perdagangan seperti pertokoan dan pasar. Jenis sampah yang
dihasilkan umumnya berupa sisa-sisa makanan, sayuran dan buah
busuk, sampah kering, abu, plastik, kertas, dan kaleng-kaleng serta
sampah lainnya.
b) Jenis-jenis Sampah Berdasarkan asal atau sumbernya,
1) Sampah organik, adalah sampah yang dihasilkan dari bahan-bahan
hayati yang dapat didegradasi oleh mikroba atau bersifat
biodegradable. Termasuk sampah organik, misalnya sampah dari
dapur, sisa-sisa makanan, pembungkus (selain kertas, karet dan
plastik), tepung, sayuran, kulit buah, daun dan ranting.
2) Sampah non norganik atau anorganik adalah sampah yang dihasilkan
dari bahanbahan non hayati, baik berupa produk sintetik maupun hasil
proses teknologi pengolahan bahan tambang.
19
3) Sampah jenis ini pada tingkat rumah tangga misalnya botol plastik,
botol gelas, tas plastik, dan kaleng.1
c) Pengelolaan sampah 3R
Secara umum adalah upaya pengurangan pembuangan sampah, melalui
program menggunakan kembali (Reuse), mengurangi (Reduce), dan
mendaur ulang (Recycle).
1) Reuse (menggunakan kembali) yaitu penggunaan kembali sampah
secara langsung,baik untuk fungsi yang sama maupun fungsi lain.
2) Reduce (mengurangi) yaitu mengurangi segala sesuatu yang
menyebabkan timbulnya sampah.
3) Recycle (mendaur ulang) yaitu memanfaatkan kembali sampah
setelah mengalami proses pengolahan.
20
21
2.2. PENGELOLAAN LIMBAH CAIR
Limbah cair merupakan sisa dari suatu usaha dan/atau kegiatan yang
berwujud cair. Limbah cair atau polutan yang dihasilkan oleh suatu industri
harus diolah dengan baik agar tidak melewati batas baku mutu yang telah
ditetapkan oleh pemerintah.2 Limbah cair dapat diklasifikasikan dalam empat
kelompok diantaranya yaitu:3
Pengolahan limbah cair adalah menjaga air yang keluar tetap bersih dengan
menghilangkan polutan yang ada dalam air limbah tersebut, atau dengan
menguraikan polutan yang ada didalam air limbah sehingga hilang sifat-sifat dari
polutan tersebut. Ada beberapa cara pengolahan limbah cair yang dapat
dilakukan di industri yaitu:
1) Pengolahan limbah secara fisika
Dengan memisahkan material-material pengotor yang kasat mata serta
berukuran cukup besar dengan menggunakan penyaringan atau perlakuan
22
fisik. Prosesnya meliputi sedimentasi, floatasi, absorbs, dan penyaringan
(screening)
2) Pengolahan limbah secara kimia
Adanya penambahan bahan kimia untuk mengendapkan / memisahkan /
menghilangkan zat-zat pengotor dalam limbah cair tersebut. Prosesnya
meliputi koagulasi, oksidasi, penukar ion, degradasi, ozonisasi, dan lain-lain.
3) Pengolahan limbah secara biologi
Menggunakan biota hidup atau mikroba untuk menguraikan zat-zat
pencemar didalam limbah cair. Prosesnya meliputi aerobik, anaerobik,
fakultatif.
23
2.3. PENGOLAHAN MAKANAN DAN MINUMAN
24
A. MAKANAN
Makanan yang sehat yaitu makanan yang higienis dan bergizi. Makanan
yang higienis adalah makanan yang tidak mengandung kuman penyakit dan
tidak mengandung racun yang dapat membahayakan kesehatan. Bahan
makanan yang akan kita makan harus mengandung komposisi gizi yang
lengkap, yaitu terdiri atas karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan
air. Di Indonesia komposisi tersebut dikenal dengan nama makanan “4 sehat 5
sempurna”. Makanan memiliki beberapa fungsi bagi tubuh manusia antara
lain (Chandra, 2006) :
25
B. MINUMAN
Minuman umumnya menunjuk kepada cairan yang ditelan. Pada
umumnya manusia mengonsumsi air putih yang bersih, jernih, dan steril
sebagai minuman utama untuk dikonsumsi dan juga baik untuk kesehatan.
Definisi minuman adalah segala sesuatu yang dapat dikonsumsi dan dapat
menghilangkan rasa haus.
Kriteria Minuman Sehat Beberapa kriteria air minum yang baik untuk
kesehatan antara lain yaitu :
1. Higienis Bersih adalah suatu hal yang wajib dipenuhi oleh air yang
akan diminum. Air yang telah tercemar kuman virus dan bakteri dapat
menyebabkan gangguan kesehatan. Pastikan air yang akan diminum
telah direbus dengan benar atau masih tersimpan dengan baik di dalam
kemasan air minum dalam kemasan.
2. Tidak berbahaya jika berlebihan
3. Tidak memabukkan
4. Tidak menyebabkan ketagihan
5. Hindari meminum minuman yang dapat membuat ketagihan seperti
kopi, soda, alkohol, dan lain-lain.
Pengolahan makanan dan minuman yang baik dan benar pada dasarnya
adalah mengelola makanan berdasarkan kaidah-kaidah dari prinsip higiene
dan sanitasi makanan. Prinsip-prinsip ini penting untuk diketahui karena
berperan besar sebagai faktor kunci keberhasilan usaha makanan. Menurut
Depkes RI (2004), enam prinsip higiene sanitasi makanan dan minuman, yaitu
:
26
2.1. Penyimpan sejuk (coolling), yaitu suhu penyimpanan 10°C -
15 °C untuk jenis minuman buah, es krim dan sayur.
2.2. Penyimpanan dingin (chilling), yaitu suhu penyimpanan 4°C -
10°C untuk bahan makanan yang berprotein yang akan segera diolah
kembali.
c. Pengolahan Makanan dan Minuman Proses pengolahan
makanan/minuman harus memenuhi peryaratan sanitasi terutama
berkaitan dengan kebersihan dapur dan alat-alat perlengkapan masak
(Budiman, 2007).
d. Pengangkutan Makanan dan Minuman
Ketika bahan makanan dan minuman diangkut dari sumber ke pasar,
maka sanitasinya harus pula diperhatikan.
e. Penyimpanan Makanan dan Minuman Masak
Jika makanan dan minumn yang telah dimasak atau dibuat tidak habis
sekali makan, atau karena mungkin dimasak dalam jumlah yang banyak
(pada restoran) maka makanan ini biasanya disimpan (Azwar, 2006).
f. Penyajian Makanan dan Minuman
Penyajian makanan dan minuman merupakan rangkaian akhir dari
perjalanan makanan. Makanan sebelum disajikan harus diatur sedemikian
rupa sehingga selain menarik, juga menambah selera makan dan terhindar
dari kontaminasi serta terjaga sanitasinya.
27
dengan maksud pencegahan atau pemberantasan penyakit yang ditularkan
atau gangguan (nuisance) oleh vektor dan binatang pengganggu tersebut.
Dalam pengendalian yang akan dilakukan ada beberapa metode
pengendalian vektor. Pengendalian vektor berfokus pada penggunaan metode
pencegahan untuk mengendalikan atau menghilangkan populasi vektor.
Langkah-langkah pencegahan yang umum adalah :
1. Pengendalian secara alamiah (naturalistic control) >> memanfaatkan
kondisi alam yang dapat mempengaruhi kehidupan vector dalam jangka
waktu lama
a) Manipulasi lingkungan
Adalah suatu upaya pengelolaan lingkungan yang meliputi
kegiatan yang terencana yg bertujuan untuk mengubah kondisi
sementara yang tidak menguntungkan bagi perkembang biakan vektor
penyakit pada habitatnya sebagai contoh adalah : pembersihan
tanaman, peneduhan dan pengeringan rawa
b) Modifikasi Lingkungan
Adalah upaya pengelolaan lingkungan yang meliputi perubahan
fisik yang bersifat permanen terhadap lahan, air dan tanaman yang
bertujuan untuk mencegah, menghilangkan atau mengurangi habitat
vektor penyakit tanpa menyebabkan terganggunya kualitas lingkungan
hidup manusia. Termasuk kegiatan ini adalah drainase, penimbunan
tempat perindukan vektor penyakit berupa genangan air.
c) Pengendalian terapan (applied control) >> memberikan perlindungan
bagi kesehatan manusia dari gangguan vektor bersifat sementara
1) Upaya peningkatan sanitasi lingkungan (environmental sanitation
improvement)
Pengendalian secara sanitasi lingkungan merupakan
pengendalian secara tidak langsung. Dimana kita membersihkan
maupun mengeluarkan tempat-tempat perkembangbiakan nyamuk,
seperti; kaleng bekas, plastik bekas, ban mobil atau motor dan lain-
lain yang dapat menampung genangnan air hujan. Cara ini
menitikberatkan kepada pemanfaatan iklim/musim dan
menggunakan alat penangkap mekanis antara lain :
2) Pengendalian secara fisik-mekanik
Pemasangan perangkap tikus atau perangkap serangga
Pemasangan jaring.
28
2.6. Standar Baku Mutu Air Bersih
Air bersih adalah salah satu jenis sumberdaya berbasis air yang bermutu
baik dan biasa dimanfaatkan oleh manusia untuk dikonsumsi atau dalam
melakukan aktivitas mereka sehari-hari termasuk diantaranya adalah sanitasi.
29
Tabel 1. Parameter Fisik dalam Standar Baku Mutu Kesehatan
Lingkungan untuk Media Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi
No. Parameter Wajib Unit Standar Baku Mutu
(kadar maksimum)
1. Kekeruhan NT 25
U
2. Warna TC 50
U
3. Zat padat terlarut mg/ 1000
l
(Total Dissolved Solid)
4. Suhu oC suhu udara ± 3
5. Rasa tidak berasa
6. Bau tidak berbau
30
1 pH mg/l 6,5 - 8,5
.
2 Besi mg/l 1
.
3 Fluorida mg/l 1,5
.
4 Kesadahan mg/l 500
. (CaCO3)
5 Mangan mg/l 0,5
.
6 Nitrat, sebagai N mg/l 10
.
7 Nitrit, sebagai N mg/l 1
.
8 Sianida mg/l 0,1
.
9 Deterjen mg/l 0,05
.
1 Pestisida total mg/l 0,1
0
.
Tambahan
1 Air raksa mg/l 0,001
.
2 Arsen mg/l 0,05
.
3 Kadmium mg/l 0,005
.
4 Kromium (valensi 6) mg/l 0,05
.
5 Selenium mg/l 0,01
.
6 Seng mg/l 15
.
7 Sulfat mg/l 400
.
8 Timbal mg/l 0,05
31
.
32
5 Kepada m2 2,2 kedalaman <1
. tan / meter
perena perena 2,7 kedalaman 1-
ng ng 1,5
meter
4 kedalaman > 1,5
meter
33
waktu
5 Legionella spp CFU/ <1 diperiksa
100ml setiap 3
bulan untuk
air yang
diolah dan
setiap
bulan
untuk SPA
alami dan
panas
34
menggunakan
bromine dan
diperiksa
minimum 3 kali sehari
2 Alkalinita m 80-200 sem je Ko
. s g/l ua ni la
s m
Rena
ng
3 Sisa m 1-1,5 Kolam beratap/ tidak
. Khlor g/l
beratap
bebas
m 2-3 Kola p dal
g/l m a am
n
ruan
a
gan
s
4 Sisa khlor m 3 sem je Ko
. g/l ua ni la
terikat
s m
Rena
ng
5 Total m 2-2,5 kolam biasa
. g/l
bromine
m 4-5 heated pool
g/l
Sisa m 3-4 Kolam beratap/tidak
bromin g/l beratap/kolam panas
e dalam ruangan
35
6 Oxidati mV 720 semua jenis Kolam
. on-
Renang
Reduct
Sisa Khlor/Bromine
ion
Potenti diperiksa 3 kali
al
(ORP)
Tabel 7. Parameter Fisik dalam Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan untuk
Media Air SPA
N Parameter Unit Standar Baku Keterangan
o Mutu (kadar
. maksimum)
1 Bau Tidak
. berbau
2 Kekeruhan NTU 0,5
.
3 Suhu oC <40
.
36
4 Kejernihan pirin Piringan Secchi
. gan berdiameter 20 cm
terli diletakkan di dasar
hat kolam .
jelas
Tabel 8. Paramater Biologi dalam Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan untuk
Media Air SPA
37
dan efektivitas pengolahan airnya. Jika menggunakan khlor sebagai
disinfektan maka sisa khlor minimum adalah 1 mg/l dan untuk air
SPA panas lebih tinggi yaitu 2-3 mg/l karena suhu tinggi akan
mempercepat hilangnya sisa khlor. Sedangkan jika menggunakan
bromide maka standar baku mutunya meliputi sisa bromide dan total
bromide, dan untuk air SPA yang panas memerlukan lebih banyak
sisa atau total bromide untuk mengelola risiko biologi. Oxidation
Reduction Potential (ORP) ditetapkan untuk mengukur effektivitas
disinfeksi air dengan minimum ORP 720 mili Volt (mV) jika diukur
dengan menggunakan silver chloride electrode dan minimum 680
mV jika diukur dengan menggunakan silver calomel electrode.
Tabel 9. Parameter Kimia dalam Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan untuk
Media Air SPA
38
5 Oxidation Milivo Minimum 720 diukur dengan
. Reduction lt silver chloride
Potential (mV) electrode
(ORP) Minimum 680 Diukur dengan
silver calomel
electrode
Tabel 10. Parameter Fisik dalam Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan
untuk Media Air Pemandian Umum
No. Parameter Unit Standar Keterangan
Baku
Mutu
(kadar
39
minimu
m/
kisara
n)
1 Suhu oC 15– 35 untuk kontak dengan air
.
dalam jangka waktu
lama
2 Indeks ≤3 4 jam sekitar waktu
. sinar tengah hari
matahari
(ultra
violet
index)
3 Kejerniha Meter 1,6 secchi disk berdiameter
. n
Kedala 200mm terlihat jelas
man
Tabel 11. Parameter Biologi dalam Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan
untuk Media Air Pemandian Umum
No. Parameter Unit Standar Baku Mutu Keterangan
40
(kadar maksimum)
Rata-rata Nilai
geometrik batas
statistik
(STV)
1. Enterococci CFU/ 35 130 Air laut dan tawar
100ml
2. E.coli CFU/ 16 410 air tawar
100ml
Jumlah Pemandian
sampel Umum tidak
minimal berbatas = 30
sampel
(menggunakan
baku mutu rata-
rata batas
statistik)
Pemandian
Umum
berbatas, besar
sampel = 1
sampel
(menggunakan
rata-rata
geometrik)
41
Parameter kimia dalam Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan
untuk media air Pemandian Umum terdiri atas dua parameter yaitu
oksigen terlarut/Dissolved Oxygen (DO) dalam satuan mg/liter, sebesar
kurang atau sama dengan 80% DO saturasi air alam yang diperkirakan
lebih besar dari 6,5, dan pH pada kisaran 5-9 (Tabel 12).
Tabel 12. Parameter Kimia dalam Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan
untuk Media Air Pemandian Umum
No. Parameter Unit Standar Baku Mutu Keterangan
(kadar
minimum/kisaran)
1. pH 5-9
2. Oksigen mg/l ≥4 ≥ 80 %
terlarut saturasi
(Dissolved (jenuh)
Oxygen)
42
Tidak berbau
Tidak berwarna
Tidak mengandung mikroorganisme berbahaya
Tidak mengandung logam berat
Parameter untuk mengukur kelayakan air minum dapat dilihat dari 3 hal,
yaitu: dari fisiknya, dari kandungan zat kimianya dan dari mikrobiologisnya.
Jika dilihat dari parameter fisik dan kandungan kimianya, maka parameter
utama yang dilihat meliputi adanya logam berat, adanya senyawa
organik, jumlah zat terlarut atau TDS dan juga tingkat kekeruhannya.
Sementara dari parameter mikrobiologisnya meliputi bakteri coliform, E. coli,
vibrio cholera (penyebab penyakit kolera), virus dan parasit protozoa.
Tanah merupakan suatu benda alam yang tersusun dari padatan (bahan
mineral dan bahan organik), cairan dan gas, yang menempati permukaan
daratan, menempati ruang, dan dicirikan oleh salah satu Parameter untuk
mengukur kelayakan air minum dapat dilihat dari 3 hal, yaitu: dari fisiknya,
dari kandungan zat kimianya dan dari mikrobiologisnya. Jika dilihat dari
parameter fisik dan kandungan kimianya, maka parameter utama yang dilihat
meliputi adanya logam berat, adanya senyawa organik, jumlah zat terlarut
atau TDS dan juga tingkat kekeruhannya. Sementara dari parameter
mikrobiologisnya meliputi bakteri coliform, E. coli, vibrio cholera (penyebab
penyakit kolera), virus dan parasit protozoa.
43
Menurut Sutejo, 2002 ciri-ciri tanah yang subur adalah : Tanah yang
mempunyai profil yang dalam (kedalaman yang sangat dalam) melebihi 150 cm,
Strukturnya gembur remah, Mempunyai aktivitas jasad renik yang tinggi
(maksimum), Kandungan unsur haranya yang tersedia bagi tanaman cukup,
Tidak terdapat pembatas-pembatas tanah untuk pertumbuhan tanaman, pH 6-6,5
a. PENCEMARAN TANAH
Pencemaran tanah bisa disebabkan limbah domestik, limbah industri,
dan limbah pertanian.
1. Limbah domestik. Limbah domestik yang bisa menyebabkan
pencemaran tanah bisa berasal dari daerah: pemukiman penduduk;
perdagangan/pasar/tempat usaha hotel dan lain-lain; kelembagaan
misalnya kantor-kantor pemerintahan dan swasta; dan wisata, bisa
berupa limbah padat dan cair.
Limbah padat berbentuk sampah anorganik. Jenis sampah ini tidak
bisa diuraikan oleh mikroorganisme (non-biodegradable), misalnya
kantong plastik, bekas kaleng minuman,bekas botol plastik air
mineral, dsb.
Limbah cair berbentuk; tinja, deterjen, oli, cat, jika meresap
kedalam tanah akan merusak kandungan air tanah dan bisa
membunuh mikro-organisme di dalam tanah.
2. Limbah industri, Limbah industri yang bisa menyebabkan pencemaran
tanah berasal dari daerah: pabrik, manufaktur, industri kecil, industri
perumahan, bisa berupa limbah padat dan cair.
Limbah industri yang padat atau limbah padat yang adalah hasil
buangan industri berupa padatan, lumpur, bubur yang berasal dari
proses pengolahan. Misalnya sisa pengolahan pabrik gula, pulp,
kertas, rayon, plywood, pengawetan buah, ikan daging dll.
44
3. Limbah pertanian. Limbah pertanian yang bisa menyebabkan
pencemaran tanah merupakan sisa-sisa pupuk sintetik untuk
menyuburkan tanah/tanaman, misalnya pupuk urea, pestisida
pemberantas hama tanaman, misalnya DDT.
45
46