Anda di halaman 1dari 46

SANITASI INDUSTRI DAN K3

Nama : Yasmin Putri Zahwa


Nim : 1813451076
Kelas : Reguler 2
Mata Kuliah : Sanitasi Industri dan K3

D III SANITASI
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG
2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas karunia, hidayah, dan nikmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Penulisan makalah ini bertujuan untuk
memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen pengampu mata kuliah
SIK3.

Penulis berharap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat


bagi kita semua. Makalah ini secara fisik dan substansinya diusahakan relevan
dengan pengangkatan judul makalah yang ada, Keterbatasan waktu dan
kesempatan sehingga makalah ini masih memiliki banyak kekurangan yang
tentunya masih perlu perbaikan dan penyempurnaan maka penulis mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju ke arah yang lebih baik.

Demikian makalah ini, semoga dapat bermanfaat bagi penulis dan yang
membacanya, sehingga menambah wawasan dan pengetahuan tentang bab ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Maka dari itu, segala
kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah penulis harapkan.

Bandar Lampung , Oktober 2020

penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................2
BAB I...................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...............................................................................................................4
1.1.Latar belakang.........................................................................................................4
1.2Rumusan masalah.....................................................................................................5
1.3Tujuan........................................................................................................................5
BAB II.............................................................................................................................7
PEMBAHASAN.............................................................................................................7
2.1. STANDAR PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA...........................7
2.2. PENGELOLAAN SAMPAH.........................................................................19
2.3. .PENGELOLAAN LIMBAH CAIR..............................................................22
2.4. PENGOLAHAN MAKANAN DAN MINUMAN........................................25
2.5. PENGENDALIAN VEKTOR........................................................................27
2.6. AIR MINUM...................................................................................................42
2.7. PENYEHATAN TANAH...............................................................................43

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan penduduk yang
semakin meningkat setiap tahunnya, otomatis kebutuhan pendudukpun
akan semakin banyak, selain itu perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi pun semakin meningkat pesat dan berbanding lurus dengan
pembangunan industri guna untuk memenuhi semua kebutuhan
penduduk yang dinamis dan untuk mendukung keberlangsungan hidup
serta kepuasan penduduk.
Menurut UU No. 5 Tahun 1984 tentang perindustrian, Industri
adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku,
barang setengah jadi, dan/atau barang jadi menjadi barang dengan nilai
yang lebih tinggi untuk penggunaannya termasuk kegiatan rancang
bangun dan perekayasaan industri. Industri yang telah dibangun di
Indonesia guna untuk memenuhi semua kebutuhan penduduk sangat
banyak sekali, mulai dari industri makanan dan minuman, industri
properti, industri peralatan elektronik, sampai industri kebutuhan
sehari-hari seperti industri sabun, pasta gigi, termasuk industri tekstil.
Dalam pembangunan dan pendirian industri, tidak pernah
terlepas dari aturan pemerintah mengenai industri, agar semua berjalan
selaras dengan meminimalisir semua risiko akibat operasi industri dan
untuk mengurangi serta mengendalikan faktor-faktor lingkungan kerja
yang merugikan, maka dari itu harus dilaksanakannya sanitasi industri
dan Sistem Manajement Kesehatan Keselamatan Kerja (SMK3) pada
semua industri, karena kegiatan industri memerlukan pekerja yang
sehat dan produktif dengan suasana kerja yang aman dan nyaman.
Kecelakaan, kebakaran, pencemaran lingkungan dan penyakit akibat
kerja dapat timbul karena potensi-potensi berbahaya yang dapat
membahayakan,dan mengakibatkan kerugian material yang tidak
sedikit dan bahkan dapat menyebabkan kerugian jiwa. Oleh karena itu

4
setiap industri harus melakukan program sanitasi industri guna untuk
melakukan upaya pencegahan atau preventif terhadap penyakit akibat
kerja ataupun penyakit akibat hubungan kerja dalam lingkungan kerja,
dan hal ini harus diterapkan disemua tempat kerja yang didalamnya
melibatkan aspek manusia sebagai tenaga kerja,bahaya akibat kerja dan
usaha yang dikerjakan. Aspek perlindungan dalam hyperkes meliputi :
tenaga kerja dari semua jenis dan jenjangkeahlian, peralatan dan bahan
yang dipergunakan, Faktor-faktor lingkungan fisik, biologi, kimiawi,
sosial, proses produksi dan sifat pekerjaan serta teknologi dan
metodologi kerja. Semua aspek ini merupakan tugas dari tenaga ahli K3
untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja termasuk
mensosialisasikan bagaimana bekerja secara aman kepada para pekerja,
misalnya mensosialisasikan pentingnya penggunaan APD (Alat
Pelindung Diri). Karena jika hal ini tidak dilakukan akan berdampak
buruk sekali bagi industri, terutama bagi tenaga kerja yang merupakan
tulang punggung dari industri.

1.2. Rumusan masalah


1. Standart penyehatan tentang udara
2. Standart penyehatan tentang sampah
3. Standart penyehatan tentang limbah cair
4. Standart penyehatan tentang makanan dan minuman
5. Standart penyehatan tentang vektor
6. Standart penyehatan tentang air bersih
7. Standart penyehatan tentang air minum
8. Standart penyehatan tentang penyehatan tanah

1.3. Tujuan
1. Mengetahui standart penyehatan tentang udara
2. Mengetahui standart penyehatan tentang sampah
3. Mengetahui standart penyehatan tentang limbah cair
4. Mengetahui standart penyehatan tentang makanan dan minuman

5
5. Mengetahui standart penyehatan tentang vektor
6. Mengetahui standart penyehatan tentang air bersih
7. Mengetahui standart penyehatan tentang air minum
8. Mengetahui standart penyehatan tentang penyehatan tanah

6
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. STANDAR PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA

Lingkungan dapat kita artikan sebagai semua yang terdapat di


sekeliling kehidupan kita atau pun organisme. Lingkungan merupakan
kumpulan dari segala yang membentuk kondisi dan dapat
mempengaruhi kehidupan secara langsung ataupun tak langsung.
Masalah pencemaran merupakan suatu masalah yang sangat populer
dan banyak dibahas oleh semua kalangan masyarakat di seluruh
penjuru dunia. Pencemaran lingkungan terjadi apabila daur materi
dalam lingkungan hidup mengalami perubahan, sehingga
keseimbangan struktur dan fungsi mengalami gangguan.

Udara merupakan salah satu komponen di lingkungan hidup yang


sedang maraknya tercemar. Pencemaran udara merupaka kondisi
dimana terjadinya kerusakan pada kualitas udara dan adanya
kontaminasi oleh zat-zat yang berbahaya maupun tidak berbahaya
bagi kesehatan tubuh manusia (Fardiaz, 1992).

Tingkat pencemaran udara di Indonesia sendiri sangat


memprihatinkan. Bahkan salah satu studi melaporkan bahwa
Indonesia menjadi negara dengan tingkat polusi udara tertinggi ketiga
di dunia. World Bank juga menempatkan Jakarta menjadi salah satu
kota dengan kadar polutan/partikulat tertinggi setelah Beijing, New
Delhi dan Mexico City. Rekor yang semakin memiriskan saya. Dari
semua penyebab polusi udara yang ada, emisi transportasi terbukti
sebagai penyumbang pencemaran udara tertinggi di Indonesia, yakni
sekitar 85 persen. Hal ini diakibatkan oleh laju pertumbuhan
kepemilikan kendaraan bermotor yang tinggi.

Pencemaran udara tak lain juga disebabkan oleh aktivitas keseharian


manusia yang kurang ramah lingkungan. Sebagai bentuk
tanggungjawab terhadap lingkungannya, aktifitas manusi perlu
pemantauan berkaitan dengan kualitas lingkungan. Oleh karena itu,

7
diperlukannya peraturan-peraturan terkait pencemaran udara agar
terbentuk hukum yang dapat memperbaiki perilaku manusia dan
memberikan kesadaran pentingnya menjaga lingkungan.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999
tentang Pengendalian Pencemaran Udara

Dalam peraturan ini, pencemaran udara diartikan dengan turunnya


kualitas udara sehingga udara mengalami penurunan mutu dalam
penggunaannya yang akhimya tidak dapat digunakan lagi
sebagaimana mestinya sesuai dengan fungsinya. Dalam pencemaran
udara selalu terkait dengan sumber yang menghasilkan pencemaran
udara yaitu sumber yang bergerak (umumnya kendaraan bermotor)
dan sumber yang tidak bergerak (umumnya kegiatan industri)
sedangkan pengendaliannya selalu terkait dengan serangkaian
kegiatan pengendalian yang bermuara dari batasan baku mutu udara.
Dengan adanya tolok ukur baku mutu udara maka akan dapat
dilakukan penyusunan dan penetapan kegiatan pengendalian
pencemaran udara.

Status mutu udara ambien ditetapkan berdasarkan inventarisasi dan/


atau penelitian terhadap mutu udara ambien, potensi sumber pencemar
udara, kondisi meteorologis dan geografis, serta tata guna tanah.
Kepala instansi yang bertanggung jawab menetapkan baku tingkat
gangguan sumber tidak bergerak dan ambang batas kebisingan
kendaraan bermotor. Baku tingkat gangguan sumber tidak bergerak
terdiri atas :
a. baku tingkat kebisingan;
b. baku tingkat getaran;
c. baku tingkat kebauan; dan
d. baku tingkat gangguan lainnya.

Indeks Standar Pencemar Udara ditetapkan dengan


mempertimbangkan tingkat mutu udara terhadap kesehatan manusia,
hewan, tumbuh-tumbuhan, bangunan, dan nilai estetika. Pengendalian
pencemaran udara meliputi pencegahan dan penanggulangan

8
pencemaran, serta pemulihan mutu udara dengan melakukan
inventarisasi mutu udara ambien, pencegahan sumber pencemar, baik
dari sumber bergerak maupun sumber tidak bergerak termasuk sumber
gangguan serta penanggulangan keadaan darurat. Penanggulangan
pencemaran udara sumber tidak bergerak meliputi pengawasan
terhadap penaatan baku mutu emisi yang telah ditetapkan, pemantauan
emisi yang keluar dari kegiatan dan mutu

9
udara ambien di sekitar lokasi kegiatan, dan pemeriksaan penaatan terhadap
ketentuan persyaratan teknis pengendalian pencemaran udara. Penanggulangan
pencemaran udara dari sumber bergerak meliputi pengawasan terhadap penaatan
ambang batas emisi gas buang, pemeriksaan emisi gas buang untuk kendaraan
bermotor tipe baru dan kendaraan bermotor lama, pemantauan mutu udara ambien
di sekitar jalan, pemeriksaan emisi gas buang kendaraan bermotor di jalan dan
pengadaan bahan bakar minyak bebas timah hitam serta solar berkadar belerang
rendah sesuai standar intemasional. Segala biaya yang timbul sebagai akibat dari
upaya pengendalian pencemaran udara dan/atau gangguan dari sumber tidak
bergerak yang dilakukan oleh penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan
dibebankan kepada penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang bersangkutan.

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia


Nomor : Kep-13/Menlh/3/1995 Tentang Baku Mutu Emisi Sumber
Tidak Bergerak

Peraturan ini menggantikan Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan


Lingkungan Hidup Nomor: kep-02/MENKLH/I/1988 tentang Pedoman
Penetapan Baku Mutu Lingkungan. Peraturan ini menggantikan Keputusan
Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup Nomor:
kep-02/MENKLH/I/1988 tentang Pedoman Penetapan Baku Mutu
Lingkungan. Baku mutu emisi sumber tidak bergerak adalah batas
maksimum emisi yang diperbolehkan dimasukkan ke dalam lingkungan.
Emisi adalah makluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain yang
dihasilkan dari kegiatan yang masuk atau dimasukkan ke dalam udara
ambient. Batas maksimum adalah kadar tertinggi yang masih diperbolehkan
dibuang ke udara ambient. Apabila analisis mengenai Dampak lingkungan
bagi kegiatan mensyaratkan baku mutu emisi yang lebih ketat dari baku
mutu emisi sebagaimana dimaksud dalam keputusan ini, maka untuk
kegiatan tersebut ditetapkan baku emisi sebagaimana diisyaratkan oleh
analisis mengenai dampak lingkungan. Setiap penanggung jawab jenis
kegiatan wajib memenuhi ketentuan.

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : Kep-


48/Menlh/11/1996 Tentang Baku Tingkat Kebisingan

Kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan

10
dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan
kesehatan manusia

11
dan kenyamanan lingkungan. Tingkat kebisingan adalah ukuran energi
bunyi yang dinyatakan dalams atuan Desibel disingkat dB. baku tingkat
kebisingan adalah batas maksimal tingkat kebisingan yang diperbolehkan
dibuang ke lingkungan dari usaha atau kegiatan sehingga tidak
menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan;

Menteri menetapkan baku tingkat kebisingan untuk usaha atau kegiatan di


luar peruntukan kawasan/lingkungan kegiatan sebagaimana dimaksud dalam
Lampiran keputusan ini setelah memperhatikan masukan dari instansi teknis
yang bersangkutan. Apabila analisis mengenai dampak lingkungan bagi
usaha atau kegiatan mensyaratkan baku tingkat kebisingan lebih ketat dari
ketentuan dalam Lampiran Keputusan ini, maka untuk usaha atau kegiatan
tersebut berlaku baku tingkat kebisingan sebagaimana disyaratkan oleh
analisis mengenai dampak lingkungan.

Setiap penanggung jawab usaha atau kegiatan wajib:


a. mentaati baku tingkat kebisingan yang telah dipersyaratkan;
b. memasang alat pencegahan terjadinya kebisingan
c. menyampaikan laporan hasil pemantauan tingkat kebisingan
sekurang- kurangnya 3 (tiga) bulan sekali kepada Gubernur,
Menteri, Instansi yang bertanggung jawab di bidang pengendalian
dampak lingkungan dan instansi Teknis yang mebidangi kegiatan
yang bersangkutan serta instansi lain yang dipandang perlu.
Kewajiban sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dicantumkan dalam izin
yang relevan untuk mengendalikan tingkat kebisingan dari setiap usaha atau
kegiatan yang bersangkutan. Bagi usaha atau kegiatan yang telah
beroperasi :
a. baku tingkat kebisingan lebih longgar dari ketentuan dalam
Keputusan ini, wajib disesuaikan dalam waktu selambat-lambatnya 2
(dua) tahun terhitung sejak ditetapkan Keputusan ini
b. baku tingkat kebisingan lebih ketat dari Keputusan ini, dinyatakan tetap
berlaku.

Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun 2006

12
Tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Lama

Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Lama adalah batas
maksimum zat atau bahan pencemar yang boleh dikeluarkan langsung dari
pipa gas buang kendaraan bermotor lama. Kendaraan Bermotor adalah
kendaraan yang digerakkan oleh peralatan teknik yang berada pada
kendaraan itu.

13
Kendaraan Bermotor Lama adalah kendaraan yang sudah iproduksi, dirakit
atau diimpor dan sudah beroperasi di wilayah Republik Indonesia; Uji emisi
kendaraan bermotor lama adalah uji emisi gas buang yang wajib dilakukan
untuk kendaraan bermotor lama secara berkala. Ruang lingkup peraturan ini
meliputi ambang batas emisi gas buang, metode uji, prosedur pengujian,
evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan penaatan ambang batas emisi gas
buang kendaraan bermotor lama.

Prosedur pengujian
a. Cara uji kadar CO/HC untuk kendaraan bermotor kategori M, N
dan O (roda empat atau lebih) berpenggerak cetus api pada
kondisi idle menggunakan SNI 19-7118.1-2005.
b. Cara uji kadar opasitas asap untuk kendaraan bermotor kategori
M, N dan O (roda empat atau lebih) berpenggerak penyalaan
kompresi pada kondisi akselerasi bebas menggunakan SNI 19-
7118.2-2005.
c. Cara uji kadar CO/HC untuk kendaraan bermotor kategori L
(sepeda motor) pada kondisi idle menggunakan SNI 19-7118.3-
2005.

Setiap kendaraan bermotor lama wajib memenuhi ambang batas emisi


gas buang kendaraan bermotor lama sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 ayat Setiap kendaraan bermotor lama wajib melakukan uji
emisi sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

14
KENDARAAN BERMOTOR TIPE BARU KATEGORI L DENGAN
PENGUJIAN TIPE I (MODE TEST)

Baku Mutu Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor dengan Metoda Uji WMTC

1. WMTC: Worldwide Harmonized Motorcycle Emissions Certification


Procedure
2. Vmax adalah kecepatan maksimum kendaraan sebagaimana
dinyatakan oleh produsen, diukur sesuai dengan Directive Uni Eropa
(UE) No. 95/1/EC.

15
Keputusan MENLH Nomor KEP-45/MENLH/10/1997 tentang Indeks
Standar Pencemar Udara
Tanggal: 13
Oktober 1997
Isinya:

- Pengertian istilah terkait (ISPU, Menteri, bipedal, Kepala


Bapedal, Gubernur, Bupati/Walikotamadya, Stasiun
Pemantau Kualitas Udara Ambien Otomatis)
- Fungsi ISPU
- Perolehan dan parameter ISPU
Kewajiban Kepala Bapedal, Gubernur, Bupati/Walikotamadya terkait ISPU

- Angka dan Kategori ISPU

16
17
18
2.1. PENGELOLAAN SAMPAH
Sampah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik
domestik (rumah tangga) maupun industri. Dalam Undang-undang No 18
Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, disebutkan bahwa sampah adalah
sisa kegiatan sehari hari manusia atau proses alam yang berbentuk padat atau
semi padat berupa zat organik atau anorganik bersifat dapat terurai atau tidak
dapat terurai yang dianggap sudah tidak berguna lagi dan dibuang ke
lingkungan.
a) Ditinjau dari sumbernya
sampah berasal dari beberapa tempat, yakni :
1) Sampah dari pemukiman penduduk pada suatu pemukiman biasanya
sampah dihasilkan oleh suatu keluarga yang tinggal di suatu bangunan
atau asrama. Jenis sampah yang dihasilkan biasanya organik, seperti
sisa makanan atau sampah yang bersifat basah, kering, abu plastik dan
lainnya.
2) Sampah dari tempat-tempat umum dan perdagangan tempat tempat
umum adalah tempat yang dimungkinkan banyaknya orang berkumpul
dan melakukan kegiatan. Tempat-tempat tersebut mempunyai potensi
yang cukup besar dalam memproduksi sampah termasuk tempat
perdagangan seperti pertokoan dan pasar. Jenis sampah yang
dihasilkan umumnya berupa sisa-sisa makanan, sayuran dan buah
busuk, sampah kering, abu, plastik, kertas, dan kaleng-kaleng serta
sampah lainnya.
b) Jenis-jenis Sampah Berdasarkan asal atau sumbernya,
1) Sampah organik, adalah sampah yang dihasilkan dari bahan-bahan
hayati yang dapat didegradasi oleh mikroba atau bersifat
biodegradable. Termasuk sampah organik, misalnya sampah dari
dapur, sisa-sisa makanan, pembungkus (selain kertas, karet dan
plastik), tepung, sayuran, kulit buah, daun dan ranting.
2) Sampah non norganik atau anorganik adalah sampah yang dihasilkan
dari bahanbahan non hayati, baik berupa produk sintetik maupun hasil
proses teknologi pengolahan bahan tambang.

19
3) Sampah jenis ini pada tingkat rumah tangga misalnya botol plastik,
botol gelas, tas plastik, dan kaleng.1

c) Pengelolaan sampah 3R
Secara umum adalah upaya pengurangan pembuangan sampah, melalui
program menggunakan kembali (Reuse), mengurangi (Reduce), dan
mendaur ulang (Recycle).
1) Reuse (menggunakan kembali) yaitu penggunaan kembali sampah
secara langsung,baik untuk fungsi yang sama maupun fungsi lain.
2) Reduce (mengurangi) yaitu mengurangi segala sesuatu yang
menyebabkan timbulnya sampah.
3) Recycle (mendaur ulang) yaitu memanfaatkan kembali sampah
setelah mengalami proses pengolahan.

20
21
2.2. PENGELOLAAN LIMBAH CAIR
Limbah cair merupakan sisa dari suatu usaha dan/atau kegiatan yang
berwujud cair. Limbah cair atau polutan yang dihasilkan oleh suatu industri
harus diolah dengan baik agar tidak melewati batas baku mutu yang telah
ditetapkan oleh pemerintah.2 Limbah cair dapat diklasifikasikan dalam empat
kelompok diantaranya yaitu:3

 Limbah cair domestik (domestic wastewater), yaitu limbah cair hasil


buangan dari perumahan (rumah tangga), bangunan, perdagangan dan
perkantoran. Contohnya yaitu: air sabun, air detergen sisa cucian, dan air tinja.
 Limbah cair industri (industrial wastewater), yaitu limbah cair hasil
buangan industri. Contohnya yaitu: sisa pewarnaan kain/bahan dari industri
tekstil, air dari industri pengolahan makanan, sisa cucian daging, buah, atau
sayur.
 Rembesan dan luapan (infiltration and inflow), yaitu limbah cair yang
berasal dari berbagai sumber yang memasuki saluran pembuangan limbah cair
melalui rembesan ke dalam tanah atau melalui luapan dari permukan. Air
limbah dapat merembes ke dalam saluran pembuangan melalui pipa yang
pecah, rusak, atau bocor sedangkan luapan dapat melalui bagian saluran yang
membuka atau yang terhubung kepermukaan. Contohnya yaitu: air buangan
dari talang atap, pendingin ruangan (AC), bangunan perdagangan dan industri,
serta pertanian atau perkebunan.
 Air hujan (storm water), yaitu limbah cair yang berasal dari aliran air hujan
di atas permukaan tanah. Aliran air hujan dipermukaan tanah dapat melewati
dan membawa partikel-partikel buangan padat atau cair sehingga dapat
disebut limbah cair.

Pengolahan limbah cair adalah menjaga air yang keluar tetap bersih dengan
menghilangkan polutan yang ada dalam air limbah tersebut, atau dengan
menguraikan polutan yang ada didalam air limbah sehingga hilang sifat-sifat dari
polutan tersebut. Ada beberapa cara pengolahan limbah cair yang dapat
dilakukan di industri yaitu:
1) Pengolahan limbah secara fisika
Dengan memisahkan material-material pengotor yang kasat mata serta
berukuran cukup besar dengan menggunakan penyaringan atau perlakuan

22
fisik. Prosesnya meliputi sedimentasi, floatasi, absorbs, dan penyaringan
(screening)
2) Pengolahan limbah secara kimia
Adanya penambahan bahan kimia untuk mengendapkan / memisahkan /
menghilangkan zat-zat pengotor dalam limbah cair tersebut. Prosesnya
meliputi koagulasi, oksidasi, penukar ion, degradasi, ozonisasi, dan lain-lain.
3) Pengolahan limbah secara biologi
Menggunakan biota hidup atau mikroba untuk menguraikan zat-zat
pencemar didalam limbah cair. Prosesnya meliputi aerobik, anaerobik,
fakultatif.

BAKU MUTU LIMBAH CAIR4


4

23
2.3. PENGOLAHAN MAKANAN DAN MINUMAN

24
A. MAKANAN

Makanan merupakan kebutuhan dasar bagi kelangsungan hidup dan


pertumbuhan manusia. Oleh karena itu makanan harus sehat yaitu aman,
mutu dan layak dikonsumsi manusia. Makanan yang sehat tersebut dapat
diperoleh melalui proses pengolahan dan penanganan yang benar. Menurut
Sumantri (2010) makanan adalah kebutuhan pokok manusia yang dibutuhkan
setiap saat dan memerlukan pengelolaan yang baik dan benar agar bermanfaat
bagi tubuh.

Makanan yang sehat yaitu makanan yang higienis dan bergizi. Makanan
yang higienis adalah makanan yang tidak mengandung kuman penyakit dan
tidak mengandung racun yang dapat membahayakan kesehatan. Bahan
makanan yang akan kita makan harus mengandung komposisi gizi yang
lengkap, yaitu terdiri atas karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan
air. Di Indonesia komposisi tersebut dikenal dengan nama makanan “4 sehat 5
sempurna”. Makanan memiliki beberapa fungsi bagi tubuh manusia antara
lain (Chandra, 2006) :

1. Makanan sebagai sumber energi karena panas dapat dihasilkan dari


makanan seperti juga energi.
2. Makanan sebagai zat pembangun karena makanan berguna untuk
membangun jaringan tubuh yang baru, memelihara, dan memperbaiki
jaringan tubuh yang sudah tua.
3. Makanan sebagai zat pengatur karena makanan turut serta mengatur
proses alami, kimia, dan proses faal dalam tubuh.

a. Sepuluh Pedoman Gizi Seimbang5


1) Biasakan mengonsumsi aneka ragam makanan pokok
2) Batasi konsumsi panganan manis, asin, dan berlemak
3) Lakukan aktivitas fisik yang cukup dan pertahankan berat badan ideal
4) Biasakan mengonsumsi lauk pauk yang mengandung protein tinggi
5) Cuci tangan pakai sabun dengan air mengalir
6) Biasakan sarapan pagi
7) Biasakan minum air putih yang cukup dan aman
8) Banyak makan buah dan sayur
9) Biasakan membaca label pada kemasan pangan
10) Syukuri dan nikmati aneka ragam makanan
5

25
B. MINUMAN
Minuman umumnya menunjuk kepada cairan yang ditelan. Pada
umumnya manusia mengonsumsi air putih yang bersih, jernih, dan steril
sebagai minuman utama untuk dikonsumsi dan juga baik untuk kesehatan.
Definisi minuman adalah segala sesuatu yang dapat dikonsumsi dan dapat
menghilangkan rasa haus.
Kriteria Minuman Sehat Beberapa kriteria air minum yang baik untuk
kesehatan antara lain yaitu :
1. Higienis Bersih adalah suatu hal yang wajib dipenuhi oleh air yang
akan diminum. Air yang telah tercemar kuman virus dan bakteri dapat
menyebabkan gangguan kesehatan. Pastikan air yang akan diminum
telah direbus dengan benar atau masih tersimpan dengan baik di dalam
kemasan air minum dalam kemasan.
2. Tidak berbahaya jika berlebihan
3. Tidak memabukkan
4. Tidak menyebabkan ketagihan
5. Hindari meminum minuman yang dapat membuat ketagihan seperti
kopi, soda, alkohol, dan lain-lain.
Pengolahan makanan dan minuman yang baik dan benar pada dasarnya
adalah mengelola makanan berdasarkan kaidah-kaidah dari prinsip higiene
dan sanitasi makanan. Prinsip-prinsip ini penting untuk diketahui karena
berperan besar sebagai faktor kunci keberhasilan usaha makanan. Menurut
Depkes RI (2004), enam prinsip higiene sanitasi makanan dan minuman, yaitu
:

a. Pemilihan Bahan Makanan dan Minuman


Bahan makanan dan minuman yang akan diolah terutama yang
mengandung protein hewani seperti, daging, susu, ikan/udang dan telur
harus dalam keadaan baik dan segar.
b. Penyimpanan Bahan Makanan dan Minuman
Tidak semua bahan makanan dan minuman langsung dikonsumsi,
tetapi sebagian mungkin disimpan baik dalam skala kecil di rumah
maupun skala besar di gudang (Budiman, 2007). Menurut Depkes RI
dalam Purnamasari (2009) bahwa ada empat cara penyimpan makanan
yang sesuai dengan suhunya yaitu:

26
2.1. Penyimpan sejuk (coolling), yaitu suhu penyimpanan 10°C -
15 °C untuk jenis minuman buah, es krim dan sayur.
2.2. Penyimpanan dingin (chilling), yaitu suhu penyimpanan 4°C -
10°C untuk bahan makanan yang berprotein yang akan segera diolah
kembali.
c. Pengolahan Makanan dan Minuman Proses pengolahan
makanan/minuman harus memenuhi peryaratan sanitasi terutama
berkaitan dengan kebersihan dapur dan alat-alat perlengkapan masak
(Budiman, 2007).
d. Pengangkutan Makanan dan Minuman
Ketika bahan makanan dan minuman diangkut dari sumber ke pasar,
maka sanitasinya harus pula diperhatikan.
e. Penyimpanan Makanan dan Minuman Masak
Jika makanan dan minumn yang telah dimasak atau dibuat tidak habis
sekali makan, atau karena mungkin dimasak dalam jumlah yang banyak
(pada restoran) maka makanan ini biasanya disimpan (Azwar, 2006).
f. Penyajian Makanan dan Minuman
Penyajian makanan dan minuman merupakan rangkaian akhir dari
perjalanan makanan. Makanan sebelum disajikan harus diatur sedemikian
rupa sehingga selain menarik, juga menambah selera makan dan terhindar
dari kontaminasi serta terjaga sanitasinya.

2.5. PENGENDALIAN VEKTOR


Salah satu upaya yang bisa dilakukan dalam pengendalian penyakit
menular adalah denganpengendalian vektor (serangga penular penyakit) untuk
memutuskan rantai penularan penyakit. Faktor yang penting dalam pengendalian
vektor adalah mengetahui bionomik vektor, yaitu tempat perkembangbiakan,
tempat istirahat, serta tempat kontak vektor dan manusia.6
Beberapa vektor, seperti nyamuk, lalat, kecoa, hewan pengerat (rodentia)
dengan pinjalnya, harus dikendalikan, karena berhubungan dengan penyakit
malaria, demam berdarah dengue (DBD), infeksi saluran cerna, chikungunya,
leptospirosis

A. METODE PENGENDALIAN VEKTOR

Pengendalian vektor dan binatang pengganggu adalah upaya untuk


mengurangi atau menurunkan populasi vektor atau binatang pengganggu

27
dengan maksud pencegahan atau pemberantasan penyakit yang ditularkan
atau gangguan (nuisance) oleh vektor dan binatang pengganggu tersebut.
Dalam pengendalian yang akan dilakukan ada beberapa metode
pengendalian vektor. Pengendalian vektor berfokus pada penggunaan metode
pencegahan untuk mengendalikan atau menghilangkan populasi vektor.
Langkah-langkah pencegahan yang umum adalah :
1. Pengendalian secara alamiah (naturalistic control) >> memanfaatkan
kondisi alam yang dapat mempengaruhi kehidupan vector dalam jangka
waktu lama
a) Manipulasi lingkungan
Adalah suatu upaya pengelolaan lingkungan yang meliputi
kegiatan yang terencana yg bertujuan untuk mengubah kondisi
sementara yang tidak menguntungkan bagi perkembang biakan vektor
penyakit pada habitatnya sebagai contoh adalah : pembersihan
tanaman, peneduhan dan pengeringan rawa
b) Modifikasi Lingkungan
Adalah upaya pengelolaan lingkungan yang meliputi perubahan
fisik yang bersifat permanen terhadap lahan, air dan tanaman yang
bertujuan untuk mencegah, menghilangkan atau mengurangi habitat
vektor penyakit tanpa menyebabkan terganggunya kualitas lingkungan
hidup manusia. Termasuk kegiatan ini adalah drainase, penimbunan
tempat perindukan vektor penyakit berupa genangan air.
c) Pengendalian terapan (applied control) >> memberikan perlindungan
bagi kesehatan manusia dari gangguan vektor bersifat sementara
1) Upaya peningkatan sanitasi lingkungan (environmental sanitation
improvement)
Pengendalian secara sanitasi lingkungan merupakan
pengendalian secara tidak langsung. Dimana kita membersihkan
maupun mengeluarkan tempat-tempat perkembangbiakan nyamuk,
seperti; kaleng bekas, plastik bekas, ban mobil atau motor dan lain-
lain yang dapat menampung genangnan air hujan. Cara ini
menitikberatkan kepada pemanfaatan iklim/musim dan
menggunakan alat penangkap mekanis antara lain :
2) Pengendalian secara fisik-mekanik
 Pemasangan perangkap tikus atau perangkap serangga
 Pemasangan jaring.

28
2.6. Standar Baku Mutu Air Bersih

Air bersih adalah salah satu jenis sumberdaya berbasis air yang bermutu
baik dan biasa dimanfaatkan oleh manusia untuk dikonsumsi atau dalam
melakukan aktivitas mereka sehari-hari termasuk diantaranya adalah sanitasi.

Untuk konsumsi air minum menurut departemen kesehatan, syarat-syarat


air minum adalah tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak
mengandung logam berat. Walaupun air dari sumber alam dapat diminum oleh
manusia, terdapat risiko bahwa air ini telah tercemar
oleh bakteri (misalnya Escherichia coli) atau zat-zat berbahaya. Walaupun
bakteri dapat dibunuh dengan memasak air hingga 100 °C, banyak zat
berbahaya, terutama logam, tidak dapat dihilangkan dengan cara ini.

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 32 Tahun 2017 Tentang Standar


Baku Mutu Kesehatan Lingkungan Dan Persyaratan Kesehatan Air Untuk
Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per Aqua, Dan
Pemandian Umum.

A. Air Untuk Keperluan Higiene Sanitasi


Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan untuk media Air
untuk Keperluan Higiene Sanitasi meliputi parameter fisik, biologi,
dan kimia yang dapat berupa parameter wajib dan parameter
tambahan. Parameter wajib merupakan parameter yang harus
diperiksa secara berkala sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan, sedangkan parameter tambahan hanya
diwajibkan untuk diperiksa jika kondisi geohidrologi
mengindikasikan adanya potensi pencemaran berkaitan dengan
parameter tambahan. Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi tersebut
digunakan untuk pemeliharaan kebersihan perorangan seperti
mandi dan sikat gigi, serta untuk keperluan cuci bahan pangan,
peralatan makan, dan pakaian. Selain itu Air untuk Keperluan
Higiene Sanitasi dapat digunakan sebagai air baku air minum.
Tabel 1 berisi daftar parameter wajib untuk parameter fisik yang
harus diperiksa untuk keperluan higiene sanitasi.

29
Tabel 1. Parameter Fisik dalam Standar Baku Mutu Kesehatan
Lingkungan untuk Media Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi
No. Parameter Wajib Unit Standar Baku Mutu

(kadar maksimum)
1. Kekeruhan NT 25
U
2. Warna TC 50
U
3. Zat padat terlarut mg/ 1000
l
(Total Dissolved Solid)
4. Suhu oC suhu udara ± 3
5. Rasa tidak berasa
6. Bau tidak berbau

Tabel 2 berisi daftar parameter wajib untuk parameter biologi


yang harus diperiksa untuk keperluan higiene sanitasi yang meliputi
total coliform dan escherichia coli dengan satuan/unit colony forming
unit dalam 100 ml sampel air.

Tabel 2. Parameter Biologi dalam Standar Baku Mutu Kesehatan


Lingkungan untuk Media Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi

No Parameter Wajib Unit Standar Baku Mutu (kadar maksimum)


.
1. Total coliform CFU/100ml 50
2. E. coli CFU/100ml 0
Tabel 3 berisi daftar parameter kimia yang harus diperiksa untuk
keperluan higiene sanitasi yang meliputi 10 parameter wajib dan 10
parameter tambahan. Parameter tambahan ditetapkan oleh pemerintah
daerah kabupaten/kota dan otoritas pelabuhan/bandar udara.

Tabel 3. Parameter Kimia dalam Standar Baku Mutu Kesehatan


Lingkungan untuk Media Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi
N Parameter Unit Standar Baku Mutu
o
(kadar maksimum)
.
Wajib

30
1 pH mg/l 6,5 - 8,5
.
2 Besi mg/l 1
.
3 Fluorida mg/l 1,5
.
4 Kesadahan mg/l 500
. (CaCO3)
5 Mangan mg/l 0,5
.
6 Nitrat, sebagai N mg/l 10
.
7 Nitrit, sebagai N mg/l 1
.
8 Sianida mg/l 0,1
.
9 Deterjen mg/l 0,05
.
1 Pestisida total mg/l 0,1
0
.
Tambahan
1 Air raksa mg/l 0,001
.
2 Arsen mg/l 0,05
.
3 Kadmium mg/l 0,005
.
4 Kromium (valensi 6) mg/l 0,05
.
5 Selenium mg/l 0,01
.
6 Seng mg/l 15
.
7 Sulfat mg/l 400
.
8 Timbal mg/l 0,05

31
.

N Parameter Unit Standar Baku Mutu


o
(kadar maksimum)
.
9 Benzene mg/l 0,01
.
1 Zat organik mg/l 10
0 (KMNO4)
.

Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan untuk media air


Kolam Renang meliputi parameter fisik, biologi, dan kimia. Parameter
fisik dalam Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan untuk media
air Kolam Renang meliputi bau, kekeruhan, suhu, kejernihan dan
kepadatan. Untuk kepadatan, semakin dalam Kolam Renang maka
semakin luas ruang yang diperlukan untuk setiap perenang.

Tabel 4. Paramater Fisik Dalam Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan


untuk Media Air Kolam Renang
N Parameter Unit Standar Baku Keterangan
o Mutu (kadar
. maksimum)
1 Bau Tidak
. berbau
2 Kekeruhan NTU 0,5
.
3 Suhu oC 16-40
.
4 Kejernihan pirin piringan merah
. gan
hitam (Secchi)
terlih
berdiameter 20
at
cm terlihatjelas
jelas
dari
kedalaman
4,572 m

32
5 Kepada m2 2,2 kedalaman <1
. tan / meter
perena perena 2,7 kedalaman 1-
ng ng 1,5

meter
4 kedalaman > 1,5

meter

Parameter biologi dalam Standar Baku Mutu Kesehatan


Lingkungan untuk media air Kolam Renang terdiri dari 5 (lima)
parameter. Empat parameter tersebut terdiri dari indikator pencemaran
oleh tinja (E. coli), bakteri yang tidak berasal dari tinja
(Pseudomonasaeruginosa, Staphylococcus aureus dan Legionella spp).
Sedangkan parameter Heterotrophic Plate Count (HPC) bukan
merupakan indikator keberadaan jenis bakteri tertentu tetapi hanya
mengindikasikan perubahan kualitas air baku atau terjadinya
pertumbuhan kembali koloni bakteri heterotrophic.

Tabel 5. Parameter Biologi dalam Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan


untuk Media Air Kolam Renang
N Parameter Unit Standar Baku Keterangan
o Mutu (kadar
. maksimum)
1 E. coli CFU/ <1 diperiksa
. 100ml
setiap bulan
2 Heterotrophic CFU/ 100 diperiksa
. Plate Count 100ml setiap bulan
(HPC)
3 Pseudomonas CFU/ <1 diperiksa
. 100ml bila
aeruginosa
diperlukan
4 Staphylococcus CFU/ <100 diperi
. aureus 100ml ksa
sewa
ktu-

33
waktu
5 Legionella spp CFU/ <1 diperiksa
100ml setiap 3
bulan untuk
air yang
diolah dan
setiap
bulan

untuk SPA
alami dan
panas

Parameter kimia dalam Standar Baku Mutu Kesehatan


Lingkungan untuk media air Kolam Renang meliputi 6 parameter yaitu
pH, alkalinitas, sisa khlor bebas, sisa khlor terikat, total bromine/sisa
bromine, dan potensial reduksi oksidasi (oxidation reduction potential).
Konsentrasi minimum untuk setiap parameter bergantung pada jenis
Kolam Renang. Jika Kolam Renang menggunakan disinfektan
bromide, maka konsentrasi minimum juga berbeda dibandingkan
dengan konsentrasi khlorin. Masing-masing konsentrasi minimum
terdapat pada Tabel 6.

Tabel 6. Parameter Kimia dalam Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan


untuk media Air Kolam Renang
N Parameter U Standar Keterangan
o nit Baku
. Mutu
(kadar
minimu
m/
kisaran)
1 pH 7 – 7,8 apabila
. menggunakan
khlorin dan
diperiksa
minimum 3 kali sehari
7-8 apabila

34
menggunakan
bromine dan
diperiksa
minimum 3 kali sehari
2 Alkalinita m 80-200 sem je Ko
. s g/l ua ni la
s m
Rena
ng
3 Sisa m 1-1,5 Kolam beratap/ tidak
. Khlor g/l
beratap
bebas
m 2-3 Kola p dal
g/l m a am
n
ruan
a
gan
s
4 Sisa khlor m 3 sem je Ko
. g/l ua ni la
terikat
s m
Rena
ng
5 Total m 2-2,5 kolam biasa
. g/l
bromine
m 4-5 heated pool
g/l
Sisa m 3-4 Kolam beratap/tidak
bromin g/l beratap/kolam panas
e dalam ruangan

N Parameter Unit Standar Keterangan


o. Baku
Mutu
(kadar
minimu
m/
kisaran)

35
6 Oxidati mV 720 semua jenis Kolam
. on-
Renang
Reduct
Sisa Khlor/Bromine
ion
Potenti diperiksa 3 kali

al
(ORP)

B. Air untuk SPA

Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan untuk media air SPA


meliputi parameter fisik, biologi, dan kimia. Beberapa parameter
Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan untuk media air SPA
berbeda berdasarkan jenis SPA (indoor atau outdoor), menggunakan
air alam atau air yang diolah, dan bahan disinfektan yang digunakan
dalam penyehatan air SPA.
Parameter fisik dalam Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan
untuk media air SPA terdiri dari parameter bau, kekeruhan, suhu, dan
kejernihan. Untuk SPA yang menggunakan bahan disinfektan bromine,
kisaran standar baku mutu pHnya berbeda dengan SPA yang
menggunakan khlorin sebagai disinfektan.

Tabel 7. Parameter Fisik dalam Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan untuk
Media Air SPA
N Parameter Unit Standar Baku Keterangan
o Mutu (kadar
. maksimum)
1 Bau Tidak
. berbau
2 Kekeruhan NTU 0,5
.
3 Suhu oC <40
.

36
4 Kejernihan pirin Piringan Secchi
. gan berdiameter 20 cm
terli diletakkan di dasar
hat kolam .
jelas

Paramater biologi dalam Standar Baku Mutu Kesehatan


Lingkungan untuk media air SPA meliputi Escherichia coli,
Heterotropic Plate Count (HPC), Pseudomonas aeruginosa, dan
Legionella spp. Angka maksimum Pseudomonas aeruginosa untuk air
SPA alam lebih besar daripada angka maksimum untuk air SPA yang
diolah.

Tabel 8. Paramater Biologi dalam Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan untuk
Media Air SPA

N Parameter Unit Standar Baku Keterang


o Mutu (kadar an
. maksimum)

1 E.coli CFU/ <1


.
100ml
2 Heterotropic CFU/ <200
. Plate
100ml
Count (HPC)
3 Pseudomonas CFU/ <1
.
aeruginosa 100ml
Pseudomonas CFU/ <10 SPA
alam
aeruginosa 100ml
4 Legionella spp CFU/ <1
.
100ml

Parameter kimia dalam Standar Baku Mutu Kesehatan


Lingkungan untuk media air SPA terdiri dari parameter alkalinitas
dan pH, serta 5 parameter yang berkaitan dengan bahan disinfektan

37
dan efektivitas pengolahan airnya. Jika menggunakan khlor sebagai
disinfektan maka sisa khlor minimum adalah 1 mg/l dan untuk air
SPA panas lebih tinggi yaitu 2-3 mg/l karena suhu tinggi akan
mempercepat hilangnya sisa khlor. Sedangkan jika menggunakan
bromide maka standar baku mutunya meliputi sisa bromide dan total
bromide, dan untuk air SPA yang panas memerlukan lebih banyak
sisa atau total bromide untuk mengelola risiko biologi. Oxidation
Reduction Potential (ORP) ditetapkan untuk mengukur effektivitas
disinfeksi air dengan minimum ORP 720 mili Volt (mV) jika diukur
dengan menggunakan silver chloride electrode dan minimum 680
mV jika diukur dengan menggunakan silver calomel electrode.

Tabel 9. Parameter Kimia dalam Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan untuk
Media Air SPA

N Parameter Unit Standar Baku Keterangan


o Mutu
.
1 pH 7,2 – 7,8 apabila
. menggunakan
khlorin utk
disinfeksi
7,2 – 8,0 apabila
menggunakan
bromine utk
disinfeksi
2 Alkalinitas mg/l 80-200
.
3 Sisa Khlor mg/l Minimum 1 SPA biasa
. bebas SPA panas
2-3
4 Sisa khlor mg/l Minimum 3 SPA biasa
.
terikat
Total mg/l 4-5 SPA biasa
bromine
Sisa mg/l 3-4 SPA panas
bromine

38
5 Oxidation Milivo Minimum 720 diukur dengan
. Reduction lt silver chloride
Potential (mV) electrode
(ORP) Minimum 680 Diukur dengan
silver calomel
electrode

C. Air Untuk Pemandian Umum

Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan untuk media air


Pemandian Umum meliputi parameter fisik, biologi dan kimia. Besaran
nilai Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan untuk media air
Pemandian Umum bergantung pada jenis Pemandian Umum.
Parameter fisik dalam Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan
untuk media air Pemandian Umum yang berasal dari air laut maupun
air tawar meliputi parameter suhu, indeks sinar matahari (ultra violet
index), dan kejernihan (Tabel 10).

Suhu air berkisar antara 15-35 oC dapat digunakan untuk rekreasi


(berenang/menyelam) dalam waktu yang cukup lama. Indeks sinar
matahari (ultra violet index) adalah ukuran pajanan sinar matahari
sekitar 4 jam terdekat dengan tengah hari yang dapat berdampak
kesehatan pada kulit dan mata. Derajat keasaman berkisar antara 5-9
agar kualitas air dari parameter fisik, biologi dan kimia dapat terjaga
karena sifat air alami tanpa pengolahan. Parameter yang penting
lainnya adalah kejernihan. Kejernihan air Pemandian Umum dapat
ditentukan secara visual dengan terlihatnya piringan secchi berdiameter
200 mm dalam minimal kedalaman 1,6 meter. Selain itu parameter
kejernihan juga dapat ditentukan dengan membandingkan kejernihan
sumber air alami dengan air Pemandian Umum yang sedang
digunakan.

Tabel 10. Parameter Fisik dalam Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan
untuk Media Air Pemandian Umum
No. Parameter Unit Standar Keterangan
Baku
Mutu
(kadar

39
minimu
m/
kisara
n)
1 Suhu oC 15– 35 untuk kontak dengan air
.
dalam jangka waktu
lama
2 Indeks ≤3 4 jam sekitar waktu
. sinar tengah hari
matahari
(ultra
violet
index)
3 Kejerniha Meter 1,6 secchi disk berdiameter
. n
Kedala 200mm terlihat jelas
man

Parameter biologi dalam Standar Baku Mutu Kesehatan


Lingkungan untuk media air Pemandian Umum meliputi parameter
Enterococci dan E.coli (Tabel 11). Ada dua cara penghitungan
parameter biologi yaitu nilai rata-rata geometric dan nilai batas statistic
yang signifikan.
Parameter Enterococci berlaku untuk air laut dan air tawar,
sedangkan E. coli hanya untuk air tawar,masing-masing dengan satuan
colony forming unit (CFU) dalam 100 ml sampel air. Khusus untuk
Pemandian Umum yang tidak berbatas (laut, danau, sungai), jumlah

sampel minimal yang diuji adalah 30 sampel sehingga standar baku


mutu yang digunakan adalah batas rata-rata statistik Jika hasil
pengujian sampel menunjukkan >10% jumlah sampel melebihi standar
baku mutu maka pengujian sampel harus dilakukan setiap bulan
sekali.

Tabel 11. Parameter Biologi dalam Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan
untuk Media Air Pemandian Umum
No. Parameter Unit Standar Baku Mutu Keterangan

40
(kadar maksimum)
Rata-rata Nilai
geometrik batas
statistik
(STV)
1. Enterococci CFU/ 35 130 Air laut dan tawar
100ml
2. E.coli CFU/ 16 410 air tawar
100ml
Jumlah Pemandian
sampel Umum tidak
minimal berbatas = 30
sampel
(menggunakan
baku mutu rata-
rata batas
statistik)

Pemandian
Umum
berbatas, besar
sampel = 1
sampel
(menggunakan
rata-rata
geometrik)

41
Parameter kimia dalam Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan
untuk media air Pemandian Umum terdiri atas dua parameter yaitu
oksigen terlarut/Dissolved Oxygen (DO) dalam satuan mg/liter, sebesar
kurang atau sama dengan 80% DO saturasi air alam yang diperkirakan
lebih besar dari 6,5, dan pH pada kisaran 5-9 (Tabel 12).

Tabel 12. Parameter Kimia dalam Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan
untuk Media Air Pemandian Umum
No. Parameter Unit Standar Baku Mutu Keterangan
(kadar
minimum/kisaran)

1. pH 5-9
2. Oksigen mg/l ≥4 ≥ 80 %
terlarut saturasi
(Dissolved (jenuh)

Oxygen)

2.7. AIR MINUM


Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan ataupun tanpa proses
pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum
(Kepmenkes Nomor 907 Tahun 2002). Air minum adalah air yang digunakan
untuk konsumsi manusia. Menurut departemen kesehatan, syarat-syarat air
minum adalah tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna, tidak mengandung
mikroorganisme yang berbahaya, dan tidak mengandung logam berat.
Menurut Permenkes RI No. 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan
Kualitas Air Minum, air minum adalah air yang melalui proses pengolahan
atau tanpa proses pengolahan yang melali syarat dan dapat langsung diminum.
A. Syarat-syarat Air Minum :
 Tidak berasa

42
 Tidak berbau
 Tidak berwarna
 Tidak mengandung mikroorganisme berbahaya
 Tidak mengandung logam berat
Parameter untuk mengukur kelayakan air minum dapat dilihat dari 3 hal,
yaitu: dari fisiknya, dari kandungan zat kimianya dan dari mikrobiologisnya.
Jika dilihat dari parameter fisik dan kandungan kimianya, maka parameter
utama yang dilihat meliputi adanya logam berat, adanya senyawa
organik, jumlah zat terlarut atau TDS dan juga tingkat kekeruhannya.
Sementara dari parameter mikrobiologisnya meliputi bakteri coliform, E. coli,
vibrio cholera (penyebab penyakit kolera), virus dan parasit protozoa.

2.8. PENYEHATAN TANAH

Tanah merupakan suatu benda alam yang tersusun dari padatan (bahan
mineral dan bahan organik), cairan dan gas, yang menempati permukaan
daratan, menempati ruang, dan dicirikan oleh salah satu Parameter untuk
mengukur kelayakan air minum dapat dilihat dari 3 hal, yaitu: dari fisiknya,
dari kandungan zat kimianya dan dari mikrobiologisnya. Jika dilihat dari
parameter fisik dan kandungan kimianya, maka parameter utama yang dilihat
meliputi adanya logam berat, adanya senyawa organik, jumlah zat terlarut
atau TDS dan juga tingkat kekeruhannya. Sementara dari parameter
mikrobiologisnya meliputi bakteri coliform, E. coli, vibrio cholera (penyebab
penyakit kolera), virus dan parasit protozoa.

atau kedua berikut: horison-horison, atau lapisan-lapisan, yang dapat


dibedakan dari bahan asalnya sebagai hasil dari suatu proses penambahan,
kehilangan, pemindahan dan transformasi energi dan materi, atau berkemampuan
mendukung tanaman berakar di dalam suatu lingkungan alami (Soil Survey
Staff, 1999).

43
Menurut Sutejo, 2002 ciri-ciri tanah yang subur adalah : Tanah yang
mempunyai profil yang dalam (kedalaman yang sangat dalam) melebihi 150 cm,
Strukturnya gembur remah, Mempunyai aktivitas jasad renik yang tinggi
(maksimum), Kandungan unsur haranya yang tersedia bagi tanaman cukup,
Tidak terdapat pembatas-pembatas tanah untuk pertumbuhan tanaman, pH 6-6,5

a. PENCEMARAN TANAH
Pencemaran tanah bisa disebabkan limbah domestik, limbah industri,
dan limbah pertanian.
1. Limbah domestik. Limbah domestik yang bisa menyebabkan
pencemaran tanah bisa berasal dari daerah: pemukiman penduduk;
perdagangan/pasar/tempat usaha hotel dan lain-lain; kelembagaan
misalnya kantor-kantor pemerintahan dan swasta; dan wisata, bisa
berupa limbah padat dan cair.
 Limbah padat berbentuk sampah anorganik. Jenis sampah ini tidak
bisa diuraikan oleh mikroorganisme (non-biodegradable), misalnya
kantong plastik, bekas kaleng minuman,bekas botol plastik air
mineral, dsb.
 Limbah cair berbentuk; tinja, deterjen, oli, cat, jika meresap
kedalam tanah akan merusak kandungan air tanah dan bisa
membunuh mikro-organisme di dalam tanah.
2. Limbah industri, Limbah industri yang bisa menyebabkan pencemaran
tanah berasal dari daerah: pabrik, manufaktur, industri kecil, industri
perumahan, bisa berupa limbah padat dan cair.
 Limbah industri yang padat atau limbah padat yang adalah hasil
buangan industri berupa padatan, lumpur, bubur yang berasal dari
proses pengolahan. Misalnya sisa pengolahan pabrik gula, pulp,
kertas, rayon, plywood, pengawetan buah, ikan daging dll.

44
3. Limbah pertanian. Limbah pertanian yang bisa menyebabkan
pencemaran tanah merupakan sisa-sisa pupuk sintetik untuk
menyuburkan tanah/tanaman, misalnya pupuk urea, pestisida
pemberantas hama tanaman, misalnya DDT.

A. PENANGANAN PENCEMARAN TANAH


1. Penyehatan tanah Bioremediasi adalah suatu cara untuk melakukan
penyehatan tanah, dengan bantuan mikroorganisme.
 Bioremediasi in-situ (dilakukan di tempat, tanpa pemindahan).
Harus mengeksplorasi dan mengetahui secara mendalam mengenai
unsur yg mengkontaminasi, serta memerlukan oksigen dan nutrisi
untuk memaksimalkan kerja organisme.
 Bioremediasi eks-situ. Menggunakan teknik landframing, dengan
meratakan tanah hingga ke lapisan kedap air, lalu melepaskan
mikroorganisme pengurai.
2. Pembuatan terras dan sengkedan.
3. Pembuatan drainase pada tempat tertentu.

45
46

Anda mungkin juga menyukai