Dosen Pembimbing :
Dra. Helina Helmy, M.Sc
DI SUSUN OLEH :
MARLYANA RUMANINGSIH 1813351013
HERNITA 1813351025
i
LEMBAR PERSETUJUAN
Laporan Praktik Kerja Lapangan di PT. Keong Nusantara Abadi ini telah
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Wasono, S.Sos
Dra. Helina Helmy, M.Sc
Personalia &Umum
NIP. 196406081988032002
Mengetahui,
Ketua Prodi Sarjana Terapan Sanitasi Lingkungan
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan hidayahnya, penulis dapat menyelesaikan laporan ini. Shalawat dan
salam semoga selalu terlimpah kepada Nabi Muhammad SAW.
Laporan praktek kerja lapangan ini disusun sebagai salah satu syarat
dalam proses pembelajaran tahap akhir pada jenjang pendidikan Sarjana
Terapan Sanitasi Lingkungan Politeknik Kesehatan Tanjungkarang yang berjudul
“Keselamatan dan Kesehatan Kerja”. Dengan tersusunnya laporan ini, penulis
banyak mendapat bantuan moril maupun materil dari berbagai pihak, baik
langsung maupun tidak langsung. Pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Ibu Dra. Helina Helmy, M.Sc selaku Pembimbing Institusi yang membantu
penulis dalam menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Lapangan
2. Bapak Agus Anderson selaku Manager Personalia & Umum
3. Bapak Wasono, S.Sos selaku Pembimbing Lapangan dalam Praktek Kerja
Lapangan
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Judul i
Lembar Persetujuan ii
Lembar Pengesahan iii
Kata Pengantar iv
Daftar Isi v
Daftar Tabel vi
Daftar Gambar vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan 2
C. Manfaat 3
D. Ruang Lingkup 3
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
v
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel
Tabel 2.1 Nilai Ambang Batas (NAB) Iklim Kerja
vi
DAFTAR GAMBAR
Nomor Gambar
vii
8
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
mewujudkan itu, Program Pendidikan Diploma IV Sanitasi Lingkungan
mempunyai program kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) bagi mahasiswa.
Dengan terlaksananya PKL ini Polikteknik Kesehatan Tanjungkarang
khususnya Program Pendidikan Diploma IV Sanitasi Lingkungan berharap
mahasiswa mampu menguasai dan mampu menerapkan sanitasi industri dan
keselamatan kesehatan kerja yang berbasis pada bidang kesehatan lingkungan
dalam arti yang luas, mencakup sanitasi industri, antara lain ketersediaan air
bersih, adanya pengelolaan air limbah dan sampah, tingkat kebisingan di
tempat kerja, getaran, pencahayaan di tempat kerja, keberadaan vektor, serta
adanya manajemen keselamatan dan kesehatan kerja. Kegiatan ini selain
terdaftar sebagai salah satu mata kuliah yang harus dipenuhi juga bertujuan
memberikan pengalaman dan wawasan kerja serta menambah kesiapan
mahasiswa dalam menghadapi dunia kerja yang sesungguhnya.
Berdasarkan program dari Politeknik Kesehatan Tanjungkarang Program
Pendidikan Sarjana Terapan Sanitasi Lingkungan itu, maka mahasiswa
melakukan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di PT. Keong Nusantara Abadi pada
bagian K3 Lingkungan. Mahasiswa ditempatkan pada bagian ini karena sesuai
dengan bidang ilmu dan program studi yang telah didapat dari bangku
perkuliahan yaitu Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK3).
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Mengetahui gambaran santasi industri dan K3 di PT. Keong Nusantara
Abadi.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui gambaran umum PT. Keong Nusantara Abadi
b. Untuk mengetahui proses produksi PT. Keong Nusantara Abadi
c. Untuk mengidentifikasi bahaya yang terjadi di PT. Keong Nusantara
Abadi
d. Untuk mengetahui tingkat resiko berdasarkan sumber bahaya di PT.
Keong Nusantara Abadi
2
e. Untuk mengetahui upaya pengendalian resiko berdasarkan sumber
bahaya di PT. Keong Nusantara Abadi
C. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
a. Mahasiswa mendapatkan pengalaman baru tentang bagaimana
kegiatan didunia kerja yang mampu untuk diterapkan untuk
kedepannya
b. Membantu mahasiswa menerapkan kedisiplinan, daya kreativitas,
keterampilan, kemandirian, dan tanggung jawab dalam melakukan dan
menyeleseikan tugas yang diberikan pada PT. Keong Nusantara Abadi
c. Mahasiswa dapat mengetahui dan mempelajari mekanisme kerja di PT.
Keong Nusantara Abadi
2. Bagi Institusi Pendidikan
Terjalinnya hubungan baik antara Polikteknik Kesehatan Tanjungkarang
dengan PT. Keong Nusantara Abadi
3. Bagi Perusahaan
a. Membantu perusahaan dalam hal mempercepat penyelesaian tugas di
Perusahaan.
b. Dapat menjalin hubungan dengan lembaga pendidikan sebagai
pemasok tenaga kerja khususnya program studi Diploma IV Sanitasi
Lingkungan.
D. Ruang Lingkup
Kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini dilaksanakan di PT. Keong
Nusantara Abadi dan dilakukan kegiatan pada bidang K3 Lingkungan.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Industri
Industri adalah seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang mengolah bahan
baku dan atau memanfaatkan sumber daya industri sehingga menghasilkan
barang yang mempunyai nilai tambah atau manfaat yang lebih tinggi,
termasuk jasa industri (UU No. 3 tahun 2014).
Pasal 9 undang-undang nomor 3 tahun 2014 tentang perindustrian juga
dimaksudkan untuk mempertegas keseriusan pemerintah dalam mewujudkan
tujuan penyelenggaraan perindustrian, yaitu :
1. Mewujudkan industri nasional sebagai pilar dan penggerak
perekonomian nasional
2. Mewujudkan kedalaman dan kekuatan struktur industri
3. Mewujudkan industri yang mandiri, berdaya saing, dan maju, serta
industri hijau
4. Mewujudkan kepastian berusaha, persaingan yang sehat, serta mencegah
pemusatan atau penguasaan industri oleh satu kelompok atau
perseorangan yng merugikan masyarkat
5. Membuka kesempatan berusaha dn perluasan kesempatan kerja
6. Mewujudkan pemerataan pembangunan industri ke seluruh wilayah
indonesia guna memperkuat dan memperkukuh ketahanan nasional; dan
7. Meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat secara
berkeadilan.
4
1. Penyediaan air bersih Air merupakan salah satu yang dibutuhkan oleh
manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Air erat hubungan
dengan kesehatan manusia sebab air dapat menjadi media perantara
penularan penyakit, untuk memperoleh air bersih perlu dilakukan
pengawasan dari sumber, distribusi, penampungan dan pemanfaatan
(Purmono,2018).
2. Penampungan kotoran manusia (jamban) dimaksudkan untuk
menampung tinja dan urine atau kencing yang perlu disediakan. Tinja
yang tidak tertampung dengan baik dapat mencemari lingkungan atau
menimbulkan bau busuk dan sumber air yang mengakibatkan terjadinya
penyakit (Purmono,2018).
3. Pengelolaan sampah meliputi penyimpanan, pengumpulan, pengankutan
dan pemusnahan sampah yang dilakukan sedemikian rupa sehingga
sampah tidak mengganggu kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup
(Purmono, 2018).
4. Air limbah yang dibuang tampa melalui proses pengolahan terlebih
dahulu mengakibatkan masalah bagi lingungan dan sumber air bersih,
sehingga untuk amannya air limbah sebelum dibuang harus melalui
proses pengolahan agar air buangannya aman bagi mahluk hidup yang
terdapat di badan air atau sungai (Purwono, 2018).
5
d. Melaksanakan prosedur kerja dengan memperhatikan keamanan dan
kesehatan kerja.
6
6. Media komunikasi K3 elektronik
Contoh media elektronik yang dapat kita manfaatkan adalah email
perusahaan dan juga whatsapp di mana kita bisa membuat grup yang
khusus membuat promisi K3 (Agus, 2017).
7. Rambu K3
Rambu K3 merupakan salah satu media komunikasi K3 yang sederhana
namun efektif dalam penyampaian pesan. Rambu ini harus dipasang di
tempat yang tepat dan mudah terlihat sehingga akan menjadi lebih efektif
(Agus, 2017).
8. Pelaporan K3
Ada beberapa pelaporan yang wajib dilaporkan kepada dinas terkait.
Pelaporan tersebut seperti pelaporan kegiatan P2K3 per 3 bulan
sekali kepada dinas tenaga kerja dan pelaporan kecelakaan kerja kepada
BPJS Ketenagakerjaan ataupun kepada Dinas Ketenagakerjaan. Setelah
melaporkan, kita harus menyimpan bukti pelaporan kita agar
memastikan mampu telusur (Agus, 2017).
9. Konsultasi K3
Program ini memberikan kesempatan bagi seluruh pekerja untuk
mendiskusikan permasalahan K3 di area kerjanya. Apabila bisa, kita
harus memberikan tindakan lanjutan (follow up) terhadap konsultasi
yang dilakukan. Jikalau tidak mungkin untuk diberikan tindakan
lanjutan, maka kita harus menjelaskan alasan-alasannya (Agus, 2017).
10. Ide berkelanjutan
Semua ide berkelanjutan ini dapat dikompilasi dalam sebuah dokumen
dan terus dipantau (Agus, 2017).
11. Kiken Yoochi Training (KYT)
Kiken Yoochi Training merupakan sebuah KYT ini bisa menjadi
target dari setiap department agar masing-masing department mau
untuk melaksanakaan KYT (Agus, 2017).
12. Management visit
Salah satu program yang bisa kita lakukan adalah management visit
yang merupakan program rutin bagi manajemen untuk meninjau
7
penerapan keselamatan dan kesehatan kerja di lapangan serta berdialog
kepada para pekerja.ahas tentang keselamatan dan kesehatan kerja
(Agus, 2017).
13. Safety talk
Safety talk merupakan briefing terkait keselamatan dan kesehatan
kerja yang disampaikan di hadapan para pekerja. Dalam safety talk,
biasanya pekerja dikumpulkan dalam sebuah area yang lapang
untuk mendengarkan orasi, semangat, pengarahan, penjelasan terkait
dengan keselamatan dan kesehatan kerja. Biasanya pula, safety talk
hanya diberikan selama 5 menit sehingga sering disebut P5M
(pembicaraan 5 menit) (Agus, 2017).
14. Bulan K3
Bulan K3 dilaksanakan di setiap bulan Januari-Februari pada setiap
tahunnya. Bulan K3 dirayakan sebab pada bulan Januari lah disepakati
Undang- undang nomor 1 Tahun 1970. Berbagai macam perayaan terkait
dengan Keselamatan dan kesehatan kerja dapat dilaksanakan pada
bulan ini (Agus, 2017).
15. Prosedur K3
Berbagai macam prosedur dapat dibuat seperti prosedur dalam
pembuatan sebuah produk, prosedur pemeriksaan alat, dan prosedur
tanggap darurat. Prosedur K3 ini haruslah ditandatangani oleh pihak-
pihak yang terkait seperti manajer HSE, manajer departemen yang
terdampak serta Plant Director (Agus, 2017).
16. Pemeriksaan alat dan mesin
Pemeriksaan alat dan mesin merupakan program K3 yang wajib untuk
dilakukan karena telah banyak diatur dalam regulasi K3. Contohnya
pemeriksaan tangki timbun dan bejana yang diatur dalam Permenaker
nomor 37 Tahun 2016 dan Pesawat Tenaga Produksi yang diatur
dalam Permenaker nomor 38 Tahun 2016. Pemeriksaan alat dan
mesin ini dapat dilakukan secara internal oleh ahli yang
berkompetensi dan dilakukan secara eksternal yang dilakukan oleh
Perusahaan Jasa Keselamatan dan Kesehatan Kerja (PJK3) (Agus, 2017).
8
17. Lock out Tag out (LOTO)
Lock out tag out merupakan mekanisme untuk mencegah energi
berbahaya seperti energi mekanik, tekanan, steam, listrik, dan lain-lain
agar tidak memapar pekerja yang sedang melakukan perbaikan. LOTO
biasanya berbentuk gembok dan disertai dengan label atau tagging.
LOTO ini dipasang di sumber energi seperti breaker, valve dan
switch. Pemasangan LOTO ini harus benar dengan mengeliminasi secara
sempurna energi yang ada (Agus, 2017).
18. Process safety management
Secara umum Process Safety Management (PSM)/ Manajemen
Keselamatan Proses (MKP) mengacu kepada prinsip dan sistem
manajemen kepada identifikasi, pengertian dan pengontrolan pada
bahaya akibat kegiatan proses produksi sebagai upaya perlindungan
pada area kerja.
PSM/MKP berfokus kepada:
a. Pencegahan
b. Persiapan
c. Mitigasi
d. Respons
e. Pemulihan dari bencana industri
Proses yang dimaksud dalam PSM tersebut adalah untuk perusahaan
yang menyimpan, memproduksi dan menggunakan bahan kimia
berbahaya ataupun kombinasi dari aktifitas tersebut (Agus, 2017).
19. Contractor safety management system
Kontraktor adalah perusahaan/orang yang diminta oleh pemilik
bisnis untuk jasa/produk tertentu yang dibutuhkan oleh pemilik bisnis.
Dalam banyak kasus, pekerjaan yang dilakukan kontraktor memiliki
bahaya-bahaya keselamatan kerja baik untuk kontraktor itu sendiri
ataupun untuk tempat kerjanya. Hal ini disebabkan karena kontraktor
belum mengerti tentang bahaya-bahaya dan standar keselamatan yang
ada di tempat kerja pemilik bisnis, beberapa kontraktor juga bukanlah
tenaga kerja terlatih/terdidik (Agus, 2017).
9
20. Ergonomi
Faktor ergonomi adalah faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas
tenaga kerja, disebabkan oleh ketidaksesuaian antara fasilitas kerja yang
meliputi cara kerja, posisi kerja, alat kerja, dan beban angkat terhadap
Tenaga Kerja. Tempat kerja yang tidak memperhatikan faktor ergonomic
dapat menimbulkan penyakit akibat kerja ataupun kecelakaan kerja
(Agus, 2017).
21. Investigasi kecelakaan
Investigasi kecelakaan berfungsi untuk mencari penyebab dari
kecelakaan dan mampu untuk mencegah kecelakaan yang sama di masa
depan kelak. Investigasi kecelakaan dapat menggunakan beberapa
metode seperti 5 why, fishbone, fault tree analysis, FRAM, dan lain-lain
(Agus, 2017).
22. Pengukuran lingkungan kerja
Pengukuran lingkungan kerja dapat dilakukan dengan berdasarkan
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 5 Tahun 2018 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja. Faktor-faktor
lingkungan kerja yang diukur meliputi Faktor Kimia, Faktor Biologi,
Faktor Fisika, Faktor Ergonomi, dan Faktor Psikologi (Agus, 2017).
23. Medical Check UP
Medical Check Up merupakan pemeriksaan kesehatan rutin
yang dilakukan oleh perusahaan kepada para pekerjanya (Agus, 2017).
24. Tanggap Darurat
Program tanggap darurat meliputi seluruh program yang berfungsi untuk
memperkuat organisasi ketika ada hal yang bersifat darurat seperti
kebakaran, gempa bumi, keracunan, dan lain-lain. Program ini
meliputi persiapan sumber daya manusia yang berkompeten terhadap
tanggap darurat, peralatan tanggap darurat yang memadai, pelatihan
yang rutin dan lain-lain (Agus, 2017).
25. Audit K3
Audit Keselamatan dan kesehatan kerja bisa membantu kita untuk
memeriksa implementasi program K3 yang telah kita jalankan. Melalui
10
audit, kita dapat memperoleh masukan pandangan yang baru dari
auditor. Temuan-temuan audit yang ditentukan merupakan kesempatan
bagi kita untuk meningkatkan manajemen K3. Audit yang dilaksanakan
bisa berdasarkan Sistem Manajemen K3 PP 50 Tahun 2012, OHSAS
18001 dan peraturan lain yang terkait dengan keselamatan dan
kesehatan kerja (Agus, 2017).
11
evaporasi (penguapan). Evaporasi adalah proses perubahan
sifat zat dari bentuk air menjadi gas (uap). Pada tubuh
manusia penguapan terjadi melalui pernapasan (paru-paru)
dan keringat (kulit) namun yang terbanyak adalah melalui
kulit. Keringat yang keluar akan cepat menguap bila
kelembaban udara rendah. Penguapan ini terjadi dengan
mengambil panas tubuh (Wahyu, 2018).
3) Kecepatan Angin
Gerakan atau aliaran udara adalah faktor penting dalam
membantu penurunan suhu tubuh. Adanya aliran udara
menyebabkan udara yang terdapat di lapisan dekat kulit dapat
diganti oleh udara yang suhunya rendah dan lebih kering
(Wahyu, 2018).
4) Panas Radiasi
Setiap benda termasuk tubuh manusia selalu
memancarkan gelombang panas.Tergantung dari suhu benda-
benda sekitar, tubuh menerima atau kehilangan panas
lewat mekanisme radiasi (Wahyu, 2018).
12
a) Dehidrasi
Penguapan yang berlebihan akan mengurangi volume
darah dan pada tingkat awal aliran darah akan menurun dan
otak akan kekurangan oksigen.
b) Heat Rash
Akibat sumbatan kelenjar keringat dan retensi keringat.
Gejala bias berupa lecet terus-menerus dan panas disertai
gatal yang menyengat.
c) Heat Fatigue
Gangguan pada kemampuan motorik dalam kondisi panas.
Gerakan tubuh menjadi lambat dan kurang waspada
terhadap tugas.
d) Heat Cramps
Kekejangan otot yang diikuti penurunan sodium klorida
dalam darah sampai dibawah tingkat kritis. Dapat terjadi
sendiri atau bersama dengan kelelahan panas dan
kekejangan timbul secara mendadak.
e) Heat Exhaustio
Dikarenakan kekurangan cairan tubuh atau elektrolit.
f) Heat Sincope
Keadaan kolaps atau kehilangan kesadaran selama
pemajanan panas dan tanpa kenaikan suhu tubuh atau
penghentian keringat.
g) Heat Stroke
Tingkat kerja cenderung mengatur sendiri, yakni pekerja
akan secara volunter (sukarela) menurunkan tingkat
pekerjaannya bila dia merasaka panas berlebihan.
2) Iklim Kerja Dingin
Pengaruh suhu dingin dapat mengurangi efisiensi dengan
keluhan kaku atau kurangnya koordinasi otot. Sedangkan
pengaruh suhu ruangan sangat rendah terhadap kesehatan
dapat mengakibatkan penyakit yang terkenal yang disebut
dengan chilblains, trench foot dan frostbite (Putra, 2019).
13
c. Pengukuran Iklim Kerja
Pengukuran iklim kerja dapat dilakukan melalui 3 alat, yaitu:
Heat stress Monitor, Anemometer dan Higrometer.
1) Heat stress Monitor adalah suatu alat untuk mengukur
tekanan panas dengan parameter Indeks Suhu Bola Basah
(ISBB).
2) Anemometer adalah suatu alat untuk mengukur tingkat
kecepatan angin.
3) Higrometer adalah suatu alat untuk mengukur tingkat
kelembaban udara.
Sesuai Permenakertrans No. PER 13/MEN/X/2011 tentang
NAB faktor fisika di tempat kerja menggunakan parameter ISBB
(Indeks Suhu Basah dan Bola) dengan terminasi Inggr is WBGT
(Wet Bulb Globe Temperature Index) atas ketentuan sebagai berikut
:
1) Iklim kerja : hasil perpaduan antara suhu, kelembaban,
kecepatan gerakan udara dan panas radiasi dengan tingkat
pengeluaran panas dari tubuh tenaga kerja sebagai akibat
pekerjaannya.
2) Nilai Ambang Batas (NAB) : standar faktor tempat kerja
yang dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit
atau gangguan kesehatan, dalam pekerjaan sehari-hari untuk
waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu.
3) Indeks Suhu Bola Basah (ISBB) : parameter untuk menilai
tingkat iklim kerja yang merupakan hasil perhitungan antara
suhu udara kering, suhu basah alami dan suhu bola.
4) Suhu udara kering (dry bulb temperature) : suhu yang
ditunjukkan oleh termometer suhu kering.
5) Suhu Basah Alami (natural wet bulb temperature) : suhu yang
ditunjukkan oleh termometer bola basah alami. Merupakan
suhu penguapan air yang pada suhu yang sama menyebabkan
14
terjadinya keseimbangan uap air di udara, suhu ini biasanya
lebih rendah dari suhu kering.
6) Suhu Bola (globe temperature) : suhu yang ditunjukkan oleh
termometer bola.
Rumus yang dikembangkan berdasarkan perpindahan lokasi
kerja dalam hal pemaparan ISBB yang berbeda-beda karena lokasi
kerja yang berpindah-pindah menurut waktu, masa berlaku ISBB
rata-rata dengan rumus sebagai berikut:
ISBB rata-rata = (ISBB1) (t1) + (ISBB2) (t2) + ……..+ (ISBBn) (tn)
t1 + t2 + …….. + tn
15
c) Pemasangan Exhaust fan berfungsi untuk mengisap udara
panas dari dalam ruang dan membuangnya ke luar dan pada
saat bersamaan menghisap udara segar dari luar masuk ke
dalam ruangan.
2) Pengendalian administratif
a) Periode aklimatisasi yang cukup sebelum melaksanakan
beban kerja yang penuh.
b) Untuk mempersingkat pajanan dibutuhkan jadwal istirahat
yang pendek tetapi sering dan rotasi tenaga kerja yang
memadai.
c) Ruangan dengan penyejuk udara (AC) perlu disediakan
untuk memberikan efek pendinginan pada para tenaga
kerja waktu istirahat.
d) Penyediaan air minum yang cukup.
2. Intensitas Penerangan
Intensitas penerangan merupakan banyaknya cahaya yang jatuh pada
suatu permukaan yang menyebabkan terangnya permukaan tersebut
dan sekitarnya. Menurut Guntur (2017) ada tiga metode penerangan, yaitu
:
a. penerangan umum
b. penerangan lokal
c. penerangan cahaya aksen
Penerangan dapat diperoleh dari dua sumber yaitu:
a. Penerangan Alami
Didapatkan dari sinar matahari dan terangnya langit. Untuk itu
mendapatkan sinar yang cukup dalam ruangan kerja perlu luas
jendela sekitar 15-20% dari pada luas lantai. Untuk mendapatkan
sinar yang cukup dalam ruangan dipengaruhi juga oleh musim,
waktu atau jam kerja.
Kualitas penerangan baik adalah:
1) Bila kekuatan minimal yang dibutuhkan ada diseluruh ruangan
2) Tidak ada kontras antara bagian gelap dan bagian terang
3) Cahaya lebih dari satu arah
16
4) Jendela bersih, luas memadai
5) Bila hanya satu-satunya, tinggi jendela tidak lebih dari satu
meter dari lantai
6) Tidak menimbulkan panas berlebihan
b. Penerangan Buatan
Untuk memenuhi penerangan buatan digunakan lampu. Jenis
lampu yang digunakan antara lain:
1) Lampu Pijar
Lampu pijar bertindak sebagai „badan abu-abu‟ yang secara
selektif memancarkan radiasi, dan hampir seluruhnya terjadi
pada daerah nampak.
2) Penerangan harus memperhatikan tidak timbulnya kesilauan,
pantulan dari permukaan mengkilat dan peningkatan suhu
ruangan.
Ada 5 sistem pencahayaan di ruangan, yaitu:
1) Sistem Pencahayaan Langsung (direct lighting)
Pada sistem ini 90%-100% cahaya diarahkan secara langsung
ke benda yang perlu diterangi.
2) Pencahayaan Semi Langsung (semi direct lighting)
Pada sistem ini 60%-90% cahaya diarahkan langsung pada
benda yang perlu diterangi, sedangkan sisanya dipantulkan ke
langit-langit dan dinding.
3) Pencahayaan Semi Langsung (semi direct lighting)
Pada sistem ini 60%-90% cahaya diarahkan langsung pada
benda yang perlu diterangi, sedangkan sisanya dipantulkan ke
langit-langit dan dinding.
4) Sistem Pencahayaan Difus (general diffuslighting)
Pada sistem ini setengah cahaya 40%-60% diarahkan pada
benda yang perlu disinari, sedangkan sisanya dipantulkan ke
langit-langit dan dinding.. Pada sistem ini masalah bayangan
dan kesilauan masih ditemui.
17
5) Sistem Pencahayaan Semi Tidak Langsung (semi indirect
lighting).Pada sistem ini 60%-90% cahaya diarahkan kelangit-
langit dan dinding bagian atas, sedangkan sisanya diarahkan ke
bagian bawah. Pada sistem ini masalah bayangan praktis tidak
ada serta kesilauan dapat dikurangi.
6) Sistem Pencahayaan Tidak Langsung (indirectl ighting)
Pada sistem ini 90%-100% cahaya diarahkan ke langit-langit
dan dinding bagian atas kemudian dipantulkan untuk menerangi
seluruh ruangan. Keuntungan sistem ini adalah tidak
menimbulkan bayangan dan kesilauan sedangkan kerugiannya
mengurangi effisien cahaya total yang jatuh pada permukaan
kerja.
a. Standart Pencahayaan di Ruangan
Sifat-sifat penerangan yang baik, yaitu:
1) Pembagian luminansi dalam lapangan penglihatan
2) Pencegahan kesilauan
3) Warna
4) Panas penerangan terhadap kelelahan mata
5) Kelelehan mata
Kelelahan mata timbul sebagai stress intensif pada fungsi-fungsi
mata seperti terhadap otot-otot akomodasi pada pekerjaan yang
perlu pengamatan secara teliti.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kelelahan Mata.
a) Usia
b) Riwayat Penyakit Diabetes Mellitus
c) Hipertensi
d) Lamanya Melihat
e) Jarak Pandang
f) Masa Kerja
g) Bentuk dan Ukuran Objek Kerja
18
b. Mekanisme Terjadinya Kelelahan Mata
1) Pencahayaan (Iluminate)
Tingkat penerangan yang baik merupakan salah satu faktor untuk
memberikan kondisi penglihatan yang baik.
2) Tingkat Pencahayaan
Kebutuhan tingkat kuat penerangan (iluminasi) pada area
produksi dengan jenis pekerjaan rutin adalah 300 lux.
3) Coefficient of Utilization
Faktor utilisasi ini besarnya kurang dari 1 dimana nilai kerugian
untuk gedung-gedung perkantoran modern pada umumnya.
4) Coefficient of Utilization
Faktor utilisasi ini besarnya kurang dari 1 dimana nilai kerugian
untuk gedung-gedung perkantoran modern pada umumnya.
Proses rancangan pencahayaan dapat dilakukan dengan 4 tahap
diantaranya :
1) Tentukan penerangan yang diperlukan pada bidang kerja, untuk
pekerjaan kantor yang normal, dibutuhkan pencahayaan 200 lux.
Untuk ruang kantor yang ber AC, dipilih lampu neon 36 W
dengan tabung kembar. Luminernya berlapis porselen yang
cocok untuk lampu yang diletakkan diatas.
2) Penerangan setempat: obyek kerja, berupa meja kerja maupun
peralatan.
Penerangan umum: titik potong garis horizontal panjang dan
lebar ruangan pada setiap jarak tertentu setinggi satu meter dari
lantai. Jarak tertentu tersebut dibedakan berdasarkan luas
ruangan sebagai berikut:
a) Luas ruangan kurang dari 10 meter persegi: titik potong garis
horizontal panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak setiap
1(satu) meter.
b) Luas ruangan antara 10 meter persegi sampai 100
meterpersegi: titik potong garis horizontal panjang dan lebar
ruangan adalah pada jarak setiap 3 (tiga) meter.
19
c) Luas ruangan lebih dari 100 meter persegi: titik potong
horizontal panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak 6
meter.
3. Kebisingan
Nilai Ambang Batas (NAB) untuk kebisingan menurut Permenaker
No. 5 Tahun 2018 tentang keselamatan dan kesehatan kerja adalah
sebagai berikut:
Tabel 2.2
Nilai ambang batas (NAB) Kebisingan
Waktu Pemaparan Per Hari Intensitas Kebisingan dalam dBA
8 Jam 85
4 88
2 91
1 94
30 Menit 97
15 100
7,5 103
3,75 106
1,88 109
0 112
20
0,22 136
0,11 139
21
Terdapat 5 derajat ketulian berdasarkan ambang pendengaran
(dalam decibel / dB) yang ditetapkan oleh American National
Standards Institute, yakni sebagai berikut :
Tabel 2.3
Derajat Ketulian
Derajat Hasil Audiometri
Normal 0-25 dB
Tuli ringan 26-40 dB
Tuli sedang 41-55 dB
Tuli sedang-berat 56-70 dB
Tuli berat 71-90 db
Tuli sangat berat Lebih dari 90 dB
1) Trauma akustik
Pada trauma akustik terjadi kerusakan organik telinga akibat
adanya energi suara yang sangat besar. Akibatnya terjadi
gangguan ambang pendengaran sementara. Kerusakan sel-sel
rambut juga dapat mengakibatkan gangguan ambang
pendengaran yang permanen (Putra, 2017).
22
3) Noise-induced permanent threshold shift
Gangguan ini paling ba-nyak ditemukan dan bersifat permanen.
Kenaikan ambang pendengaran yang mene-tap dapat terjadi
setelah 3,5 sampai 20 tahun (Putra, 2017).
d) Rumus Kebisingan
Pengukuran Leq melibatkan algoritma rata-rata kontinu yang
terbaik diserahkan kepada pemrogram mikroprosesor. Leq untuk
seluruh periode dihitung sebagai berikut :
( )
Keterangan :
T = Periode waktu pengukuran
t1 = Periode waktu pertama
t2 = Periode waktu kedua
L1 = Tingkat bunyi pengukuran periode pertama
L2 = Tingkat bunyi pengukuran periode kedua
23
Semua yang diperlukan adalah untuk menempatkan Leqs yang
diukur ini dalam persamaan yang sama di mana sebelumnya level
tekanan suara mantap muncul.
( )
e) Jenis Kebisingan
Jenis-jenis kebisingan berdasarkan sifat dan spectrum
bunyi dapat dibagi sebagai berikut :
1) Bising yang kontinyu
2) Bising terputus-putus
3) Bising impulsif
4) Bising impulsif berulang
24
4) Isolasi
Pengendalian kebisingan pada media propagasi dengan tujuan
menghalangi paparan kebisingan suatu sumber agar tidak
mencapai penerima (Guntur, 2018).
5) Pengendalian Administratif
Pengendalian administratif meliputi pengaturan waktu kerja dan
waktu istirahat, rotasi kerja untuk mengurangi kelelahan dan
kejenuhan (Guntur, 2018)
6) Alat Pelindung Diri
Alat pelindung diri secara umum merupakan sarana pengendalian
yang digunakan untuk jangka pendek dan bersifat sementara,
ketika suatu sistem pengendalian yang permanen belum dapat
diimplementasikan. APD (Alat Pelindung Diri) merupakan pilihan
terakhir dari suatu sistem pengendalian risiko tempat kerja
(Guntur, 2018).
4. Particulate Matter (PM)
Pencemar udara dapat berupa pencemar gas maupun Particulate
Matter (PM). Dari semua pencemar tersebut, partikulat halus (fine
particulate) memiliki efek terbesar pada kesehatan manusia. WHO
menyebutkan tahun 2016 sebesar 90% penduduk di kota-kota terpapar
partikulat halus dengan konsentrasi melebihi standar kualitas udara
(WHO, 2019).
Baku Mutu Udara Ambien Menurut Peraturan Pemerintah RI
nomor 41 tahun 1999, baku mutu udara ambien adalah ukuran batas atau
kadar zat, energi, dan/atau komponen yang ada atau yang seharusnya
ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam
udara ambien. Baku mutu udara ambien nasional diatur dalam Peraturan
Pemerintah RI nomor 41 tahun 1999 tentang pencemaran udara.
25
Tabel 2.4
Baku Mutu Udara Ambien
No Parameter Waktu Baku Metode Peralatan
Pengukuran Mutu Analisis
1 PM10 24 jam 150 Gravimetric Hi-Vol
ug/Nm3
2 PM2,5 24 jam 65 Gravimetric Hi-Vol
1 Tahun ug/Nm3
26
c. Asap (Smoke), Merupakan partikel karbon yang sangat halus (sering
disebut jelaga). Partikel ini biasanya berwujud droplet cair dan
berukuran < 0.5 µm
d. Kabut (Mist), Merupakan partikel cair dari reaksi kimia dan
kondensasi uap air seperti atomisasi, gelembung, dan spraying. Droplet
ini berukuran sangat besar yaitu antara 2 µm- 50 µm
e. Fog Droplet ini biasanya berukuran > 1 µm
f. Smog Merupakan kombinasi dari smoke dan fog dan saat ini biasa
ditemukan pada campuran polusi di atmosfir.
g. Haze Merupakan aerosol yang berukuran submikrometer pada partikel
higroskopis yang akan membawa uap air pada kelembaban relatif yang
rendah
h. Aitken or Condensation Nuclei (CN), Partikel atmosfir yang berukuran
sangat kecil (kebanyakan berukuran < 0.1 µm) yang terbentuk dari
proses pembakaran dan konversi kimia dari gas terdahulu
i. Accumulation mode Merupakan bagian dari partikel udara ambient
yang berukuran mulai dari 0.1 µm- 2.5 µm.
j. Coarse particle mode Merupakan partikel dari udara ambient yang
berukuran > 2.5 µm dan biasanya terbentuk dari proses mekanik dan
permukaan debu yang tersuspensi.
Bioaerosol dapat memiliki ukuran 10 partikel virus nanometer hingga
100 mikrometer serbuk sari. Kontaminasi bioaerosol bersumber dari
sistem ventilasi udara yang terdistribusi keseluruh ruangan, sehingga dapat
menyebabkan berbagai macam penyakit, seperti gejala demam, pilek sesak
nafas, dan nyeri pada otot dan tulang. Komponen penyusun berupa
bakteri, air, polen, debu, senyawa organik maupun senyawa anorganik.
Bakteri jamur, mikro alga, dalam bentuk vegetatif atau generatif
merupakan mikroorganisme yang paling banyam memenuhi komponen
udara bebas. Komponen-komponen penyusun bioaerosol meliputi jamur,
virus, dan bakteri. Udara tidak memilik flora alami, mikroorganisme
tersebut hanya tinggal sementara mengapung di udara dan terbawa oleh
debu (Anisa, 2018).
27
Tabel 2.5
Persyaratan Kualitas Kimia dan Mikrobiologi Udara dalam Ruangan
Perkantoran
Parameter Satuan Baku Metode Keterangan
Mutu
Angka Koloni/ 700 cfu/m3 Batas
3
mikroorganisme m maksimum
28
Beberapa bentuk penyakit yang berhubungan dengan SBS: iritasi mata dan
hidung, kulit dan lapisan lendir yang kering, kelelahan mental, sakit
kepala, ISPA, batuk, bersinbersin, dan reaksi hipersensitivitas.
Sementara itu, The National Institute of Occupational Safety and
Health (NIOSH) dalam penelitiannya menyebutkan ada lima sumber
pencemaran di dalam ruangan yaitu:
1) Pencemaran dari alat-alat di dalam gedung seperti asap rokok,
pestisida, bahan-bahan pembersih ruangan.
2) Pencemaran di luar gedung meliputi masuknya gas buangan kendaraan
bermotor, gas dari cerobong asap atau dapur yang terletak di dekat
gedung, dimana kesemuanya dapat terjadi akibat penempatan lokasi
lubang udara yang tidak tepat.
3) Pencemaran akibat bahan bangunan meliputi pencemaran formaldehid,
lem, asbes, fibreglass dan bahan-bahan lain yang merupakan
komponen pembentuk gedung tersebut.
4) Pencemaran akibat mikroba dapat berupa bakteri, jamur, protozoa dan
produk mikroba lainnya yang dapat ditemukan di saluran udara dan
alat pendingin beserta seluruh sistemnya.
5) Gangguan ventilasi udara berupa kurangnya udara segar yang masuk,
serta buruknya distribusi udara dan kurangnya perawatan sistem
ventilasi udara.
Kualitas udara di dalam ruangan mempengaruhi kenyamanan
lingkungan ruang kerja. Kualitas udara yang buruk akan membawa
dampak negatif terhadap pekerja/karyawan berupa keluhan gangguan
kesehatan. Dampak pencemaran udara dalam ruangan terhadap tubuh
terutama pada daerah tubuh atau organ tubuh yang kontak langsung
dengan udara meliputi organ sebagai berikut:
1) Iritasi selaput lendir: iritasi mata, mata pedih, mata merah, mata berair
2) Iritasi tenggorokan, sakit menelan, gatal, batuk kering.
3) Gangguan neurotoksik: sakit kepala, lemah/capai, mudah tersinggung,
sulit berkonsentrasi
29
4) Gangguan paru dan pernafasan: batuk, nafas berbunyi/mengi, sesak
nafas, rasa berat di dada
5) Gangguan kulit: kulit kering, kulit gatal
6) Gangguan saluran cerna: diare
7) Lain-lain: gangguan perilaku, gangguan saluran kencing, sulit belajar
Kualitas Mikrobiologi Mikroorganisme dapat berasal dari lingkungan
luar (seperti serbuk sari, jamur, dan spora) dan dapat pula berasal dari
dalam ruangan (seperti serangga,jamur, pada ruang yang lembab, kutu
binatang peliharaan, bakteri). Mikroorganisme dapat menyebabkan
menyebabkan reaksi alergi pernapasan seperti infeksi pada pernapasan.
Problem kesehatan yang luas disebabkan oleh mikroorganisme dalam
lingkungan ruang sulit untuk diperkirakan, namun pengaruh kesehatan
diketahui cukup besar yang disebabkan oleh penyebaran beberapa
organisme. Udara disatu ruangan dalam rumah yang bersih, mungkin saja
masih terdapat ratusan partikel-partikel biologi yang beraneka ragam dan
teknologi tidak dapat menghitung keberadaan mereka semua.
Mikrobiologi istilah lainnya adalah mikroorganisme atau mikroba.
Mikroba yang demikian kecil hanya dapat dilihat menggunakan alat untuk
pembesar benda yang disebut Mikroskop (Adam, 2019).
Lamanya mikroba berada di udara tergantung dari kecepatan angin
serta kelembaban udara, sedangkan banyaknya sangat ditentukan oleh
aktivitas atau keadaan lingkungan yang ada. Flora mikroba yang ada di
udara bersifat sementara dan beragam. Udara bukan merupakan medium
tempat mikroba tumbuh, tetapi merupakan pembawa bahan partikulat,
debu, dan tetesan air yang semuanya sangat mungkin dimuati mikroba.
Jumlah dan tipe mikroba yang mencemari udara ditentukan oleh sumber
pencemaran di dalam lingkungan, misalnya dari saluran manusia
disemprotkan melalui batuk dan bersin (Slamet, 2019).
Mikrobiologi yang paling banyak berkeliaran di udara bebas adalah
bakteri, jamur, dan mikroalga. Mikroba yang paling banyak ditemukan
sebagai jasad hidup yang tidak diharapkan kehadirannya di udara,
umumnya disebut jasad kontaminan. Suatu benda atau substrat yang
30
ditumbuhinya dinyatakan sebagai benda atau substrat yang terkontaminasi.
Jasad-jasad renik kontaminan, antara lain:
1) Bakteri: Bacillus, Staphyloccocus, Streptoccocus, Pseudomonas,
Sarcina;
2) Kapang : Aspergillus, Mucor, Rhizopus, Penicillium, Trichordema;
dan
3) Khamir: Canidida, Saccharomyces, Paecylomyces, dan sebagainya.
Kandungan udara di dalam dan di luar ruangan akan berbeda.
Tingkat pencemaran di dalam ruangan oleh mikroba dipengaruhi oleh
faktor-faktor seperti laju ventilasi, padatnya orang, sifat, dan taraf kegiatan
orang yang menempati ruangan tersebut. Mikroba terhembuskan dalam
bentuk percikan dari hidung dan mulutselama bersin, batuk, dan bercakap-
cakap (Waluyo, 2019).
31
dapat menyebabkan terjadinya gangguan saluran pernafasan seperti TB
paru dan Infeksi Saluran Pernafasan Akut. kelembaban juga turut
mempengaruhi penularan jumlah bakteri udara, kelembaban biasanya lebih
banyak membawa bakteri udara pada musim panas/kering daripada musim
dingin atau hujan. Dampak dari keberadaan kuman di udara terutama
adalah terjadinya penyakit infeksi/gangguan saluran pernafasan seperti:
a) Melalui debu udara yang mengandung bibit penyakit misalkan
penularan penyakit Tubercolosa paru-paru yang disebabkan oleh
Mycrobacterium tubercolosis
b) Melalui tetes atau percikan ludah (Droplet Infections) dan udara
pernafasan misalkan penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
Misalkan Bakteri Pneumococcus, Streptococus dan Staphylococcus
aureus.
Selain itu Bibit penyakit dapat menular dengan perantaraan percikan ludah
pada waktu penderita batuk dan bercakap-cakap. Misalnya penularan:
a) Penyakit diphteri disebabkan oleh bakteri Corynebacterium
b) Penyakit pertussis disebabkan oleh bakteri Bordetella pertussis.
2. Jamur
Spora-spora yang berukuran sangat kecil dari jamur bermigrasi dari
dalam ke luar rumah atau sebaliknya, dengan mengikuti aliran udara.
Jamur dapat tumbuh di berbagai media, mulai dari kayu, kertas, dinding,
karpet, sampai makanan. Penampilannya pun bermacam-macam, ada yang
berwarna hijau, abu-abu, hitam, merah, atau kuning.
32
a. Proses Masuknya debu kedalam tubuh
33
b. Indeks Standar Pencemaran Udara
Tabel 2.6
Indeks Standar Pencemaran Udara
ISPU 24 jam 24 jam 8 jam 1 jam 1 jam
PM10 SO2 CO O3 NO2
3 3 3
(µg/m ) (µg/m ) (µg/m ) (µg/m3) (µg/m3)
50 50 80 5 120 (2)
100 150 365 10 235 (2)
200 350 800 17 400 1130
300 420 1600 34 800 2260
400 500 2100 46 1000 3000
500 600 2620 57,5 1200 3750
c. Perhitungan :
Dengan
I = ISPU
Ia = ISPU batas atas
34
Ib = ISPU batas bawah
Xa = Ambien batas atas
Xb = Ambien batas bawah
Xx = Kadar Ambien hasil pengukuran
35
didalam paru-paru dan merusak jaringan paru-paru. Pneumoconiosis
adalah nama umum dari penyakit paru-paru yang disebabkan oleh
debu. Beberapa jenis penyakit pneumoconiosis adalah:
1) Silicosis – Silicosis adalah pneumoconiosis yang disebabkan oleh
debu kuarsa atau silca.
2) Black Lung (Paru Hitam) – paru hitam adalah bentuk
pneumokoniosis yang disebabkan oleh penumpukan debu
batubara.
3) Asbestosis – Asbestosis adalah suatu bentuk pneumokoniosis yang
disebabkan oleh serat asbes. Dan penyakit ini juga bersifat
irreversible.
36
diudara dan mengikat debu yang berterbangan membentuk
agglomerates sehingga turun kebawah (Putri, 2018).
d) Memakai alat (Scrubber, electropresipitator, dan ventilasi
umum).
2) Pencegahan terhadap sumber
a) Menggunakan local exchauster, supaya debu tidak keluar dari
sumber.
b) Substitusi, yaitu mengganti bahan yang berbahaya dengan
bahan yang kurang atau tidak berbahaya sama sekali.
c) Isolasi, yaitu memisahkan proses yang berbahaya dari pekerja
ke unit lainnya.
d) Perlindungan diri terhadap pekerja antara lain berupa tutup
hidung atau masker.
e) Semua debu apabila terdapat dalam jumlah yang berlebihan
untuk jangka waktu yang lama, dapat menyebabkan kerusakan
patologis pada manusia.
f) Mengurangi kadar debu dengan jalan memasang tabir
(shielding) pada sumber debu.
5. Stress
Stres kerja adalah perasaan tertekan yang dialami karyawan dalam
menghadapi pekerjaan (Mangkunegara, 2018: 155). Pendapat ini
didukung oleh Beehr dan Newman (dalam Luthans, 2017: 441) yang
mendefinisikan mengenai stres kerja sebagai kondisi yang muncul dari
interaksi manusia dengan pekerjaannya serta dikarakteristikkan oleh
manusia sebagai perubahan manusia yang memaksa mereka untuk
menyimpang dari fungsi normal mereka.
a. Jenis-Jenis Stres
Berney dan Selye (Dewi, 2018:107) mengungkapkan ada empat jenis
stres:
1) Eustress (good stres)
Merupakan stress yang menimbulkan stimulus dan kegairahan,
sehingga memiliki efek yang bermanfaat bagi individu yang
37
mengalaminya.
2) Distress
Merupakan stres yang memunculkan efek yang membahayakan
bagi individu yang mengalaminya seperti: tuntutan yang tidak
menyenangkan atau berlebihan yang menguras energi individu
sehingga membuatnya menjadi lebih mudah jatuh sakit.
3) Hyperstress
Yaitu stress yang berdampak luar biasa bagi yang mengalaminya.
Meskipun dapat bersifat positif atau negatif tetapi stress ini
tetapsaja membuat individu terbatasi kemampuan adaptasinya.
Contoh adalah stres akibat serangan teroris.
4) Hypostress
Merupakan stress yang muncul karena kurangnya stimulasi.
Contohnya, stres karena bosan atau karena pekerjaan yang rutin.
38
c. Dampak Stres
Stres pada dosis yang kecil dapat berdampak positif bagi individu.
Hal ini dapat memotivasi dan memberikan semangat untuk
menghadapi tantangan. Sedangkan stres pada level yang tinggi dapat
menyebabkan depresi, penyakit kardiovaskuler, penurunan respon
imun, dan kanker (Jenita DT Donsu, 2017)
Menurut Priyono (2019) dampak stres dibedakan dalam beberapa
kategori, yaitu :
1) Dampak fisiologik
a) Gangguan pada organ tubuh hiperaktif dalam salah satu
system tertentu
b) Muscle myopathy : otot tertentu mengencang/melemah.
c) Tekanan darah naik : kerusakan jantung dan arteri
d) Sistem pencernaan : mag, diare.
e) Gangguan system reproduksi
f) Amenorrhea : tertahannya menstruasi.
a) Kegagalan ovulasi ada wanita, impoten pada pria, kurang
produksi semen pada pria.
b) Kehilangan gairah sex.
c) Gangguan lainnya, seperti pening (migrane), tegang otot, rasa
bosan, dan lain-lain
2) Dampak psikologik
a) Keletihan emosi, jenuh, penghayatan ini merpakan tanda
pertama dan punya peran sentral bagi terjadinya burn-out.
b) Kewalahan/keletihan emosi.
c) Pencapaian pribadi menurun, sehingga berakibat menurunnya
rasa kompeten dan rasa sukses.
6. Ergonomi
Istilah ergonomi dikenal dalam Bahasa Yunani, dari kata ergos dan
nomos yang memiliki arti “kerja” dan “aturan atau kaidah”, dari dua
kata tersebut secara pengertian bebas sesuai dengan perkembangannya,
yakni suatu aturan atau kaidah yang ditaati dalam lingkungan pekerjaan.
39
Sejarah perkembangan ergonomi paralel dengan sejarah peradaban
manusia itu sendiri, usaha terus menerus dengan mempertimbangkan
kemampuan dan keterbatasan manusia untuk mengembangkan peralatan
dan sistem untuk mengatasi kekurangan dan meningkatkan
kemampuan (Ketut, 2018).
Tujuan utama dari ergonomi adalah mempelajari batasan-batasan
pada tubuh manusia dalam berinteraksi dengan lingkungan kerjanya
baik secara jasmani maupun psikologis. Selain itu juga untuk
mengurangi datangnya kelelahan yang terlalu cepat dan menghasilkan
suatu produk yang nyaman, enak dipakai oleh pemakainya (Ketut,
2018).
40
6) Muscle strains and low back injuries : otot tertarik dan nyeri
yang terjadi di daerah pinggang bagian bawah.
41
Kriteria dan ukuran kursi yang ergonomi berdasarkan
antropometri orang Indonesia adalah :
(1) Tinggi alas duduk
Diukur dari lantai sampai pada permukaan atas dari
bagian depan alas duduk. Ukuran yang dianjurkan 38-48
cm. Tinggi alas duduk harus sedikit lebih pendek dari
jarak antara lekuk lutut dan telapak kaki (Nurmianto,
2018).
42
(6) Tinggi Sandaran adalah setinggi sikut
Panjang sandaran tangan: sepanjang lengan bawah.
Ukuran yang dianjurkan adalah jarak tepi dalam kedua
sandaran tangan: 46-48 cm. Tinggi sandaran tangan
adalah 20 cm dari alas duduk. Panjang sandaran tangan :
21 cm (Nurmianto, 2018).
2) Sikap berdiri
Selain sikap kerja duduk, sikap kerja berdiri juga banyak
ditemukan di perusahaan. Sikap kerja berdiri merupakan sikap
kerja yang posisi tulang belakang vertikal dan berat badan
tertumpu secara seimbang pada dua kaki. Sikap kerja berdiri
dapat menimbulkan keluhan subjektif dan juga kelelahan bila
sikap kerja ini tidak dilakukan bergantian dengan sikap kerja
duduk (Darlis, 2019).
Ukuran tubuh yang penting dalam bekerja dengan posisi
berdiri adalah tinggi badan berdiri, tinggi bahu, tinggi siku, tinggi
pinggul, panjang lengan. Bekerja dengan posisi berdiri terus
menerus sangat mungkin akan mengakibatkan penumpukan darah
dan beragai cairan tubuh pada kaki dan ini akan membuat
bertambahnya biola berbagai bentuk dan ukuran sepatu yang
tidak sesuai, seperti pembersih (clerks), dokter gigi, penjaga tiket,
43
tukang cukur pasti memerlukan sepatu ketika bekerja (Santoso,
2018).
Apabila sepatu tidak pas maka sangat mungkin akan sobek
dan terjadi bengkak pada jari kaki, mata kaki, dan bagian sekitar
telapak kaki. Sepatu yang baik adalah yang dapat manahan kaki
(tubuh) dan kaki tidak direpotkan untuk menahan sepatu, desain
sepatu harus lebih longgar dari ukuran telapak kaki dan apabila
bagian sepatu dikaki terjadi penahanan yang kuat pada tali sendi
(ligaments) pergelangan kaki, dan itu terjadi dalam waktu yang
lama, maka otot rangka akan mudah mengalami kelelahan
(Santoso, 2018).
Beberapa penelitian merekomendasikan bahwa untuk jenis
pekerjaan teliti, letak tinggi meja diatur 10 cm di atas siku. Untuk
jenis pekerjaan ringan, letak tinggi meja diatur sejajar dengan
tinggi siku, dan untuk pekerjaan berat, letak tinggi meja diatur 10
cm di bawah tinggi siku (Santoso, 2018).
44
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
Indonesia.
B. Peserta
1. Marlyana Rumaningsih (1813351013)
2. Hernita (1813351025)
45
C. Pengumpulan Data
1. Data Primer
Data primer di peroleh dari hasil pengukuran PT. KEONG
2. Data Sekunder
Data sekunder ini diperoleh dari hasil wawancara mengenai K3, ISBB,
D. Sumber Data
E. Prosedur Kerja
46
3) Tekan tombol “ I/O Enter” sehingga alat menampakkan menu utama
dan tunggu 15-20 menit untuk stabilisasi alat.
4) Tekan tombol “Setup” untuk memilih jenis temperature
5) Tekan tombol panah atas bawah hingga layar menunjukkan ISBB dalam
dan luar (WBGTI dan WBGTo)
6) Catat hasil (yang tertera pada alat) “WBGT in” untuk iklim kerja di
dalam ruangan atau “WBGT out” untuk iklim kerja di luar ruangan
7) Ulangi tekan tombo panah atas bawah hingga layar menunjukkan suhu
basa (Wet/tw), suhu kering (Dry/ta) dan suhu radiasi (Globe/tg). Catat
hasil (yang tertera di alat)
8) Ulangi tekan tombol panah atas bawah hingga layar menunjukan
kelembaban (RH)
9) Catat hasil yang tertera pada alat
10) Tekan tombol “I/O Enter” sampai 3 detik untuk mematikan alat
11) Pastikan peralatan dalam keadaan aman.
2. Pengukuran Intensitas Pencahayaan (SNI 7062:2019)
a. Prosedur Kerja
1) Persiapan
a) Pastikan baterai alat lux mater memiliki daya yang cukup
untuk melakukan pengukuran.
b) Pastikan lux meter berfungsi dengan baik.
c) Pastikan lux meter terkalibrasi oleh laboraterium kalibrasi
yang terakreditasi.
2) Penentuan Titik Pengukuran
(a) Pengukuran pencahayaan umum
(1) Luas kurang dari 50 m2
Jumlah titik pengukuran dihitung dengan
mempertimbangkan bahwa satu titik pengukuran mewakili
area maksimal 3 m2.
(2) Luas ruangan antara 50 m2 sampai 100 m2
Jumlah titik pengukuran minimal 25 titik
(3) Luas ruangan lebih dari 100 m2
47
Jumlah titik pengukuran minimal 36 titik
(b) Pengukuran pencahayaan setempat
Titik pengukuran di tentukan pada benda-benda, objek kerja,
peralatan atau mesin dan proses produksi serta area kerja
tertentu.
3) Persyaratan pengukuran
Kondisi tempat kerja dalam keadaan sesuai dengan pekerjaan yang
bisa dilakukan
4) Pelaksanaan Pengukuran
(a) Hal- hal yang harus di perhatikan
(1) Sensor diletakan sejajar dengan permukaan yang akan di
ukur.
(2) Petugas memposisikan diri sedemikian rupa agar tidak
menghalangi cahaya yang jatuh ke sensor lux meter.
(3) Petugas tidak menggunakan pakaian yang dapat
memantulkan cahaya yang jatuh ke sensor lux meter.
(b) Langkah-langkah pengukuran
(1) Hidupkan lux meter.
(2) Pastikan rentang skala pengukuran pada lux meter sesuai
dengan intensitas pencahayaan yang di ukur.
(3) Buka penutup sensor.
(4) Lakukan pengecekan antara, pastikan bacaan yang muncul
di layar menunjukan angka nol saat sensor di tutup rapat.
(5) Bawa alat ke tempat titik pengukuran yang telah di
tentukan, baik untuk pengukuran intensitas pencahayaan
umum atau pencahayaan setempat.
(6) Lakukan pengukuran dengan ketinggian sensor alat 0,8 m
dari lantai untuk pengukuran intensitas pencahayaan
umum.
(7) Bawa alat ketempat titik pengukuran yang telah ditentukan,
baik pengukuran intensitas penerangan setempat atau
umum.
48
(8) Baca hasil pengukuran pada layar setelah menunggu
beberapa saat sehingga nilai stabil.
(9) Lakukan pengukuran pada titik sebanyak 3 kali.
(10) Cacat hasil pengukuran pada lembar pencatatan untuk
intensitas penerangan dan untuk intensitas penerangan
umum.
(11) Matikan luxmater setelah selesai dilakukan pengukuran
intensitas pencahayaan.
5) Perhitungan
Perhitungan kuat pencahayaan rata-rata diperoleh dari hasil
pengukuran kuat pencahayaan yang diambil dari beberapa tempat
di dalam ruangan dengan menggunakan luxmeter, menggunakan
persamaan :
Keterangan
n = Hasil pengukuran kuat pencahayaan dibeberapa
tempat.
E rata-rata = Kuat pencahayaan rata-rata
Sedangkan untuk menghitung intensitas cahaya, menggunakan
persamaan :
I=ixn
Keterangan
I = Intensitas sumber cahaya (lm).
i = Tingkat pencahayaan pada lampu yang dipakai (lm).
n = Jumlah sumber cahaya
Dengan demikian, dapat diketahui juga jumlah lampu yang
diperlukan untuk menerangi suatu ruang berdasarkan standar
tingkat pencahayaan yang ditentukan, yaitu :
49
Keterangan
N = Jumlah lampu
Estandar = Kuat penerangan yang standar
A = Luas ruangan
i = Tingkat pencahayaan
CU = Faktor Utilisasi
LLF = Faktor rugi cahaya
3. Kebisingan di Tempat Kerja
a. Metode Pengukuran
1) Prinsip pengukuran
Tingkatan tekanan bunyi diukur dengan alat sound level
meter yang mempunyai kelengkapan Leq A dengan rentan waktu
tertentu pada pembobotan waktu S. Tekanan bunyi menyentuh
membran mikropon pada alat, sinyal bunyi diubah menjadi sinyal
listrik dilewatkan pada filter pembobotan (weithing network),
sinyal di kuatkan olehamplifier diteruskan pada layar hingga dapat
terbaca tingkat intensitas bunyi yang terukur.
Menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor : Kep-48/Menlh/11/1996, pengambilan sampel kebisingan
dibagi menjadi dua cara sesuai dengan alat sound level meter yang
digunakan, antara lain:
2) Cara sederhana
a) Pengukuran kebisingan dengan alat sound level meter.
b) Pembacaan yang dilakukan setiap 5 detik selama 10 menit,
untuk satu kali pengukuran.
c) Pengukuran kebisingan dengan cara sederhana, minimal
dilakukan oleh 2 orang. Satu orang untuk melihat waktu dan
memberikan aba-aba pembacaan kebisingan setiap 5 detik.
Lalu satu orang lagi bertugas membaca dan mencatat hasil
pengukuran kebisingan oleh sound level meter.
50
3) Cara langsung
a) Pengukuran kebisingan dengan integrating sound level
meter yang mempunyai fasilitas data logger dan pengukuran
LTM5.
b) LTM5 adalah rata-rata hasil pengukuran setiap 5 detik dalam 10
menit.
c) Pengukuran kebisingan dengan cara langsung ini dapat
dilakukan oleh 1 orang saja, karena integrating sound level
meter tidak memerlukan pembacaan setiap 5 detik. Data hasil
pengukuran kebisingan sudah berbentuk softfile, sehingga
memudahkan analisa hasil pengukuran. Contoh sound level
meter dengan data logger.
Untuk satu kali pengukuran dengan pembacaan kebisingan tiap
5 detik selama 10 menit, maka didapat 120 data tingkat kebisingan.
Data-data ini selanjutnya di input ke dalam sebuah tabel untuk
mempermudah analisis hasil pengukuran.
Sebelum melakukan pengukuran kebisingan, diperlukan
pemetaan lokasi pengambilan sampel kebisingan terlebih dahulu,
beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain:
1. Lokasi sumber kebisingan.
2. Lokasi pengukuran sumber kebisingan.
3. Lokasi receptor (penerima) kebisingan.
4. Lokasi pengukuran sampel kebisingan di receptor.
5. Topografi antara sumber kebisingan dengan receptor.
Pengukuran tingkat kebisingan dilakukan di tempat terbuka, dan
berjarak 3,5 meter dari dinding-dinding bangunan untuk menghindari
pantulan suara. Ketinggian sound level meter yang digunakan antara 1,2 -1,5
meter, sesuai dengan rata-rata tinggi receptor kebisingan. Sound level
meter memerlukan tripod untuk mengurangi potensi pantulan bunyi oleh
badan operator. Jarak dari operator ke sound level meter minimal 0,5 meter,
dengan beda tinggi antara sound level meter dengan operator minimal 0,5
meter.
51
Mikropon pada sound level meter juga perlu diarahkan ke
sumber kebisingan. Pengukuran tingkat kebisingan harus dilakukan
pada cuaca yang cerah, dengan kecepatan angin yang tidak terlalu
besar. Sebagai pengaman, pada mikropon harus selalu dipasang
pelindung angin (wind-screen)( Noise Measurement Manual of
Quennsland).
4) Peralatan
a) Umum
Sound level meter yang digunakan untuk mengukur tingkat
kebisingan di tempat kerja memilikikelengkpan untuk
mengukur tingkat tekana SLM bunyi sinambung setara
dengan ditetapkan pembobotan A secara langsung ataupun
tidak langsung. Alat ukur tersebut sesuai dengan yang di
tetapkan SNI kelemgkapan alat minimal memiliki :
(1) Skala pembobotan A.
(2) Kecepatan respond pada pembobot waktu slow (S).
5) Kalibrasi
Alat ukur tingkat intensitas kebisingan ditempat kerja sebelum
digunkan, harus dikalibrasi sesuai dengan konfigurasi yang dimuat
didalam buku petunjuk alat. Alat ukur tersebut juga harus
memiliki sertifikat kalibrasi yang masih berlaku.
b. Prosedur Kerja
1) Hidupksn alat ukur intensitas kebisingan.
2) Periksa kondisi baterai, pastikan keadaan power dalam kondisi
baik.
3) Pastikan skala pembobotan.
4) Sesuaikan pembobotan waktu respond alat ukur dengan
karakteristik sumber bunyi yang di ukur (S untuk sumber bunyi
relatif konstanatau F untuk sumber bunyi kejut).
5) Posisikan mikropon alat ukur setinggi posisi telinga manusia di
tempat kerja.
52
6) Hindari terjadinya repleksi bunyi dari tubuh atau pengahalang
sumber bunyi.
7) Arahkan mikropon alat ukur dengan sumber bunyi sesuai dengan
karakterisitik mikropon (mikropon tegak lurus dengan sumber
bunyi, 70-80º dari sumber bunyi).
8) Pilih tingkat tekanan bunyi (SPL) atau tingkat tekanan bunyi
sinambung setara (Leq).
Sesuaikan dengan tujuan pengukuran.
9) Catatlah hasil pengkuran intensitas kebisingan pada lembaran data
sampling.
10) Bila alat ukur sound level meter tidak memiliki fasilitas Leq, maka
di hitung secara manual dengan menggunkan rumus sebagai
berikut :
( ) ( ) ( )
Keterangan
L1 = Adalah tingkat tekanan bunyi periode t1
Ln = Adalah tingkat tekanan bunyi pada periode n
T = Adalah tolat waktu (t1+t2+ ....tn).
Perhitungan Leq setiap 1 menit, dengan rumus:
Setelah mendapat Leq setiap menit, dari menit ke 1 (LI) sampai menit ke
10 (LX). Lalu, dilanjutkan dengan menghitung Leq 10 menit, dengan rumus:
langsung mengenai kebauan diare halaman depan pabrik, kebauan diarea dalam
53
pabrik, udara ambien di area dalam pabrik, udara ambien di halaman depan
pabrik.
2. Analisis Data
54
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Sejarah Industri
PT. Keong Nusantara Abadi telah berdiri sejak tahun 1983 oleh Rudi
saat itu pabrik hanya memproduksi bekicot kaleng dengan pemasaran di Asia
Tenggara. Hingga tahun 1994, mulai memproduksi nata de coco yang dilatar
dalam negeri. Tak hanya berhenti di keong kaleng dan nata de coco, PT.
olahan seperti lidah buaya, jelly, es bon-bon, es kopi, cincau, jus sirsak, bayi
jagung dan jagung manis. Produk inovasi terbaru dari PT. Keong Nusantara
Abadi adalah sarang burung wallet murni yang dipasarkan mulai tahun 2004.
Hingga saat ini nata de coco yang diberi merek Wong Coco masih
55
yaitu di Jakarta, Kediri dan Banjar Jawa Barat. PT. Keong Nusantara Abadi
budidaya lidah buaya, jagung manis, dan keong untuk memenuhi kebutuhan
dengan petani diberbagai daerah Ngino, Besuki dan Kawasan sekitar kediri.
a. Visi
b. Misi
56
3. Struktur organisasi
57
Berikut penjabaran tugas dan wewenang organisasi di PT. Keong Nusantara
Abadi :
1. President Director
Abadi.
General Sales manager bertanggung jawab atas seluruh sales yang ada
Nusantara Ahadi.
5. Inventory Staff
Inventory staff adalah bawahan dari head of inventory manager yang bertugas
6. Sales Manager
58
7. Sales Admin
8. Salesmen Salesmen
Tugas memasarkan produk dan melayani jual beli dari pemesanan barang
9. Costumer Servic
Membrikan informasi mengenai produk serta melayani sarana dan kritik dari
produksi masal.
tugas tugasnya dan menjadi notulis dalam rapat research and development
product.
59
14. Project Manager
15. Staff
4. Ketenagakerja
Tenaga kerja PT. Keong Nusantara Abadi saat ini berjumlah kurang lebih
1200 orang masuk Staff kantor, karyawan bagian penerimaan bahan baka,
adalah senin-sabtu. dengan jam kerja 24 jam dan terbagi 3 shift ketiga pukul
2300-07.00 atau dalam kata lain karyawan bekerja 8 jam dalam sehari.
penyimpanan.
Jika produksi sedang banyak maka jam berkerja bertambah atau lembur
uang lembur dan konsumsi untuk karyawan yang lembur. Di PT. Keong
60
Nusantara Abadi terdapat beberapa status karyawan seperti tenaga kerja
harian atau borongan tidak setiap hari masuk, karyawan ini berkerja sesuai
tinggi rendahnya produksi dihari atau periode tersebut dengan sistem gaji
perhari.
Adapun tenaga kerja bulanan yang di kontrak selama satu bulan. Untuk
atau tidak disetiap bulannya dan ila hasil kerjanya dianggap baik maka
kontrak akan di perpanjang menjadi tiga bulan dengan sistem gaji perbulan.
Tenaga kerja tetap atau karyawan tetap di PT. Keong Nusantara Abadi
akan terus bekerja untuk perusahaan sampai masa pension diumur 55 tahun.
tenaga kerja bulanan maupun tenaga kerja tetap dengan paji sesuai jabatan.
a. Sarana
Abadi yaitu :
1) Refort
terdapat tiga jenis tank atau bak yang masing-masing tank herfangs
61
untuk boiling tank sterilization tank cooling tank Boiling tank
adalah bok, yang digunakan untuk merebus bahan baku air kelapa
ruang produksi.
2) Tank
pertama adalah mesin yang khusus untuk produksi nata de coco dan
bon-bon.
3) Konveyor
4) Control table
5) Packing Machine
jenis mesin packing untuk mengemas jelly, ice bon-bon dan produk
62
lainnya.
6) Metal Detector
detector.
code mechine.
8) Cold Storage
yang di simpandi cold storage yaitu FIFO atau Fist In First Out.
Produk yang pertama kali masuk adalah produk yang pertama kali
kelar.
9) Gudang
10) Laboratorium
63
lainnya berada satu atap dengan ruang produksi yang digunakan
untuk formulasi.
lainnya. Seperti kemasan cup jelly, cup gelas, plastic ice bon-bon,
adminitrasi kantor.
b. Prasarana
1) Transportasi
64
digunakan untuk tenaga kerja harian atau borongan dan bus kedua
untuk staff, manager dan kepala bagian ada juga transportasi motor
pabrik.
PT. Keong Nusantara Abadi mempunyai salah satu program CSR yaitu
Kalianda.
65
pelaksanaan Corporature Social Responcibility (CSR) sebagai wujud
66
7. Proses Produksi Keong Kalengan
67
Bahan baku yang digunakan dalam proses produksi makanan siput
kaleng kemasan Bahan baku yang diperoleh perusahaan didapatkan dari dalam
negeri dan dilakukan pemeriksaan terhadap kualitas bahan baku yang dibeli,
proses produksi ini dilangsungkan pada saat bahan haku dalam kondisi hidup
dan tidak mati sehingga tetap menjaga kesegaran dan kualitas produk.
semi-automated dimana dalam proses yang dilakukan secara otomatis mesin ini
mengoperasikan mesin ini. Secara umum proses produksi yang dilakukan oleh
a. Proses Tahap I
nya perendaman.
b. Proses Tahap II
dingin terlebih dahulu agar mudah dicungkil dari cangkangnya lalu lakukan
68
c. Proses Tahap III
Sortasi Ukuran yaitu dengan memeriksa ukuran agar bahan baku memiliki
d. Proses Tahap IV
Proses pengisian larutan garam itu adalah salah satu tahap dalam mengelola
69
8. Proses Produksi Nata De Coco
70
Proses pembuatan Nata De Coco terdiri dari beberapa Tahap yaitu tahap
I. Tahap II, dan Tahap II. Secara rinci tahapan proses diuraikan pada bagian
berikut :
a. Proses Tahap I
Persiapkan bahan baku natade coco yaitu Air Kelapa dalam seharinya
b. Proses Tahap II
Pemberian gula pasir 0,2 ton/hari, (NH)2SO, 0,7 ton/hari serta As asetat
penambahan nutrisi, lanjut dengan pengisian pada loyang plastik steril dan
Natade Coco pada tahap awal pula. Kembali lagi perendaman II dan III
Natade Coco dan juga perebusan Natade Coco II dilakukan sampai pada
d. Proses Tahap IV
71
penimbangan dan pengisian Natade Coco dilakukan bersamaan tetapi
1. System Manajemen K3
zero accident yaitu tidak ada kejadian kecelakaan kerja selama proses
sekali tetapi jika ada kerusakan/ sudah tidak layak pakai karyawan boleh
Dalam proses produksi tidak ada kejadian kecelakan yang fatal atau yang
72
C. Hasil Pengukuran Lingkungan Kerja
1. Pengukuran Kebisingan
Tabel 4.1
Pengukuran Kebisingan Berdasarkan Data PT. Keong Nusantara
Abadi Tahun 2022
Tingkat Kebisingan
No Lokasi Keterangan
Ls Lm Lsm
Area 49,7 dB 48,0
46,8 Memenuhi
1 Produksi/Dalam (A) dB
dB (A) Syarat
Pabrik (A)
46,2 dB 45,2
Area Halaman 44,7 Memenuhi
2 (A) dB
Depan Pabrik dB (A) Syarat
(A)
malam hari), Lsm (kebisingan equivalent selama siang hari dan malam hari).
Menurut hasil uji parameter diatas, PT. Keong Nusantara Abadi pada
variabel kebisingan telah memenuhi syarat baik lokasi dalam pabrik maupun luar
pabrik.
73
2. Pengukuran Kebauan
Tabel 4.2
Pengukuran Kebauan Area Produksi / Dalam Pabrik Berdasarkan
Data PT. Keong Nusantara Abadi Tahun 2022
- Suhu : 31oC
- Kelembaban : 80% RH
Tabel 4.3
Pengukuran Kebauan Area Halaman Depan Pabrik Berdasarkan Data
PT. Keong Nusantara Abadi Tahun 2022
- Suhu : 30oC
74
- Kelembaban : 75% RH
4. Menurut hasil uji parameter diatas, PT. Keong Nusantara Abadi pada
Tabel 4.4
Pengukuran Udara Ambien Area Halaman Depan Pabrik Berdasarkan
Data PT. Keong Nusantara Abadi Tahun 2022
- Suhu : 30oC
- Kelembaban : 75% RH
75
2. Parameter inspeksi mengacu pada lampiran VII PP RI No. 22 Tahun
Lingkungan Hidup.
Tabel 4.5
Pengukuran Udara Ambien Area Produksi/Dalam Pabrik Berdasarkan
Data PT. Keong Nusantara Abadi Tahun 2022
- Suhu : 31,5oC
- Kelembaban : 80% RH
Lingkungan Hidup.
3. Menurut hasil uji parameter diatas, PT. Keong Nusantara Abadi pada
76
D. Hasil Kuisioner
1. Deskripsi Data
Data dalam laporan ini berasal dari data primer yaitu kuesioner.
Jumlah kuesioner yang di sebar sebanyak 3 kuesioner. Semua kuesioner
dapat diolah, sehingga tingkat pengambilan kuesioner sebesar 100%.
Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat dalam Tabel 4.6
Tabel 4.6
Deskipsi Data
Keterangan Jumlah Persentase
2. Deskripsi Responden
77
Tabel 4.7
Deskripsi Responden Secara Umum
Jumlah 3 100%
Jenis kelamin
1. Laki-laki 1 30 %
2. Perempuan 2 70 %
Jumlah 3 100%
Pendidikan
1. SD 0 0%
2. SMP 0 0%
3. SMA/SMK 3 100%
Jumlah 3 100%
Lama bekerja
1. 0-10 Tahun 2 70%
2. 11-20 Tahun 1 30%
Jumlah 3 100%
3. Deskriptf Variabel
78
Tabel 4.8
Deskiptif Variabel
Variabel Fermentasi Rebusan Utility N Ruang Persentase
ISBB Fermentasi (1 orang), rebusan (1 orang),
1. Udara panas di tempat kerja 0 (0%) 1 (100%) 0 (0%) 3 utility (1 orang).
2. Merasakan dehidrasi 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) 3
3. Merasakan panas di sertai gatal-gatal 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) 3
4. Kelelahan dan tidak fokus di sebabkan panas 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) 3
Jumlah Rata-Rata Persentase 25% 25% 25% Jumlah Rata-Rata Persentase 100%
Pencahayaan
Kebisingan Fermentasi (1 orang), rebusan (1 orang),
1. Tempat kerja bising 0 (0%) 0 (0%) 1 (100%) 3 utility (1 orang).
2. Merasa terganggu dengan kebisingan 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) 3
3. Sering merasa sakit/ berdengung setelah terpapar 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) 3
bising
4. Merasa pendengaran berkurang setelah terpapar 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) 3
bising
5. Perlu di kurangi kebisingan 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) 3
79
a. ISBB
81
3. Isolasi dengan cara menyediakan senter atau alat penerangan sejenisnya.
4. Administratif dengan cara pengaturan waktu kerja dan waktu istirahat, rotasi
kerja untuk mengurangi kelelahan mata.
c. Kebisingan
Variabel kebisingan diukur dengan menggunakan instrument yang terdiri dari
5 pertanyaan. Seperti yang terlihat pada Tabel 4.8, dari 3 responden terdapat 1
orang yang merasa kebisingan di tempat kerja dari ruangan utility, dari 3
responden terdapat 0 orang dengan persentase 0% merasa terganggu dengan
kebisingan di tempat kerja pada ruang fermentasi, rebusan, dan utility. dari 3
responden terdapat 0 orang dengan persentase 0% merasa sakit atau berdengung
setelah terpapar bising di tempat kerja pada ruang fermentasi, rebusan, dan utility.
dari 3 responden terdapat 0 orang dengan persentase 0% merasa pendengaran
berkurang setelah terpapar bising di tempat kerja pada ruang fermentasi, rebusan,
dan utility. dari 3 responden terdapat 0 orang dengan persentase 0% merasa perlu
dikurangi kebisingan di tempat kerja pada ruang fermentasi, rebusan, dan utility.
Hasil analisis kuesioner variabel kebisingan dengan persentase 80 %
menggambarkan bahwa kebisingan di PT. Keong Nusantara Abadi telah baik.
Berdasarkan hasil analisis kuesioner variabel kebisingan dengan persentase
80% untuk hasil pengukuran langsung melalui kuisioner kebisingan memenuhi
syarat berdasarkan PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN RI
NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN
KERJA LINGKUNGAN KERJA. Untuk PT. Keong Nusantara Abadi dapat
melakukan hal berikut untuk mempertahankan variabel pencahayaan ini :
1. Eliminasi dapat dicapai dengan memindahkan objek kerja atau sistem kerja
yang berhubungan dengan tempat kerja yang kehadirannya pada batas yang
tidak dapat diterima oleh ketentuan, peraturan dan standart baku K3 atau
kadarnya melebihi Nilai Ambang Batas (NAB).
2. Subtitusi menggantikan bahan bahan dan peralatan yang berbahaya dengan
bahan-bahan dan peralatan yang kurang berbahaya atau yang lebih aman,
sehingga pemaparannya selalu dalam batas yang masih bias ditoleransi atau
dapat diterima.
82
3. Engenering Control pengendalian dan rekayasa tehnik termasuk merubah
struktur objek kerja untuk menceganh seseorang terpapar kepada potensi
bahaya, seperti pemberian pengaman pada mesin.
4. Isolasi pengendalian risiko dengan cara memisahkan seseorang dari objek
kerja. Pengendalian kebisingan pada media propagasi dengan tujuan
menghalangi paparan kebisingan suatu sumber agar tidak mencapai penerima,
contohnya : pemasangan barier, enclosure sumber kebisingan dan tehnik
pengendalian aktif (active noise control) menggunakan prinsip dasar dimana
gelombang kebisingan yang menjalar dalam media penghantar dikonselasi
dengan gelombang suara identik tetapi mempunyai perbedaan fase 1800 pada
gelombang kebisingan tersebut dengan menggunakan peralatan control.
Pengendalian Administratif meliputi pengaturan waktu kerja dan waktu
istirahat, rotasi kerja untuk mengurangi kelelahan dan kejenuhan.
83
BAB V
A. Kesimpulan
84
perlu penambahan cahaya buatan dan ruang fermentasi dari 1 orang
terdapat 1 orang dengan persentase 100% yang merasa tidak perlu
penambahan cahaya buatan. Dari 3 responden terdapat 3 orang yang tidak
merasa kelelahan pada mata yang disebabkan kurangnya pencahayaan di
lingkungan kerja, pada ruangan fermentasi 1 orang dari 1 terdapat 1 orang
dengan persentase 100% tidak merasakan kelelahan pada mata dan ruang
rebusan 1 dari 1 orang terdapat 1 orang dengan persentase 100%
merasakan tidak kelelahan pada mata. Selanjutnya dari 3 orang responden
terdapat 0 orang dengan persentase 0% merasa sakit mata yang
disebabkan kurang lebihnya pencahayaan di lingkungan tempat kerja,
pada ruang fermentasi, rebusan, dan utility.
4. Hasil analisis kuesioner variabel pencahayaan dengan persentase 100%
menggambarkan bahwa pencahayaan di PT. Keong Nusantara Abadi telah
baik.
5. Variabel kebisingan diukur dengan menggunakan instrument yang terdiri
dari 5 pertanyaan. Seperti yang terlihat pada Tabel 4.8, dari 3 responden
terdapat 1 orang yang merasa kebisingan di tempat kerja dari ruangan
utility, dari 3 responden terdapat 0 orang dengan persentase 0% merasa
terganggu dengan kebisingan di tempat kerja pada ruang fermentasi,
rebusan, dan utility. dari 3 responden terdapat 0 orang dengan persentase
0% merasa sakit atau berdengung setelah terpapar bising di tempat kerja
pada ruang fermentasi, rebusan, dan utility. dari 3 responden terdapat 0
orang dengan persentase 0% merasa pendengaran berkurang setelah
terpapar bising di tempat kerja pada ruang fermentasi, rebusan, dan utility.
dari 3 responden terdapat 0 orang dengan persentase 0% merasa perlu
dikurangi kebisingan di tempat kerja pada ruang fermentasi, rebusan, dan
utility.
6. Hasil analisis kuesioner variabel kebisingan dengan persentase 80 %
menggambarkan bahwa kebisingan di PT. Keong Nusantara Abadi telah
baik.
85
B. Saran
Untuk PT. Keong Nusantara Abadi dapat melakukan hal berikut demi
penuh.
batas yang tidak dapat diterima oleh ketentuan, peraturan dan standart
bahan-bahan dan peralatan yang kurang berbahaya atau yang lebih aman,
86
11. Isolasi pengendalian risiko dengan cara memisahkan seseorang dari objek
pengaturan waktu kerja dan waktu istirahat, rotasi kerja untuk mengurangi
87
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Teknik Mineral dan Batubara, 2016. Keputusan Materi Pertambangan dan
energy Nomor: 555. K/M.PE/1995 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pertambangan Umum. Jakarta.
Evan, A., Sejati, K., dan Arya, D., 2018. Analisis Posrtur Kerja Pada Pekerja Konveksi
Menggunakan Metode RULA. Prosiding Seminar Ergonomi. 487-494.
Guntur, B., dan Putro, G. M. 2017. Analisis Intensitas Cahaya Pada Area Produksi
Terhadap Keselamatan dan Kenyamanan Kerja Sesuai Dengan Standar
Pencahayaan.
Ketenagakerjaan, M., R., dan Undang-Undang. 2018. REPUBLIK INDONESIA.
Kunto, I. 2018. Mengatasi Kebisingan di Lingkungan Kerja. Badan Penerbit Universitas
Diponegoro Semarang. Semarang.
Nugrahaeni S., 2018. Analisis Faktor Risiko Kadar Debu Organik di Udara Terhadap
Gangguan Fungsi Paru pada Pekerja Industri Penggilingan Padi di Demak,
Tesis, Universitas Dipenogoro, Semarang.
Tarwaka, 2018. Kesehatan Dan Keselamatan Kerja “Manajemen Dan Implementasi K3
Di Tempat Kerja”. Surakarta: Harapan Press.
Tawaddud, B. I. 2020. JURNAL NASIONAL ILMU KESEHATAN (JNIK), 2.
Permenaker No 5 tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan
Kerja.
Pengukuran intensitas pencahayaan di tempat kerja. SNI 7062:2019.
Pengukuran Iklim Kerja (panas) dengan parameter indeks suhu basah dan bola. SNI 16-
7061-2004
88
LAMPIRAN
89
LAMPIRAN
1. Pengantar
a) Terima kasih atas waktu yang telah diluangkan saudara/i untuk mengisi
kuisioner ini.
b) Kuisioner ini diberikan dalam rangka untuk menganalisis risiko penyakit
akibat kerja dan tentang manajamen sistem K3 di PT. Bukit Asam (Persero),
Tbk.
c) Hasil kuisioner tidak akan mempengaruhi penilaian karya saudara/ i
d) Saya sangat berterimakasih apabila jawaban yang diberikan sesuai dengan
kondisi yang sebenarnya.
2. Petunjuk pengisian kuisioner
a) Jawab dan isilah pertanyaan dan pernyataan dengan benar dan jujur.
b) Berilah tanda silang (X) pada setiap jawaban yang menurut anda paling
sesuai Data responden
Hari, Tanggal :
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Pendidikan :
Lama Bekerja : ......... Tahun .......... Bulan
Satuan Kerja :
KUISIONER
Petunjuk : Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang anda anggap paling sesuai
dengan pilihan sebagai berikut
K3
1. Menurut saudara apakah yang disebut dengan Keselematan kerja ?
a. Sarana utama untuk pencegahan kecelakaan seperti cacat dan kematian
akibat kecelakaan kerja.
b. Keselamatan kerja merupakan hal yang penting dari perlindungan tenaga
kerja.
c. Semuanya benar.
2. Tujuan dari Keselamatan kerja adalah
a. Menghindari penyakit akibat kerja
b. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja
c. menjamin kesehatan pekerja
3. Apakah yang disebut dengan kecelakaan kerja?
a. Kecelakaan adalah peristiwa yang tidak diduga dan tidak dikendaki
b. Kecelakaan adalah peristiwa yang di harapkan terjadi dalam suatu kejadian
90
c. Kecelakaan adalah peristiwa yang terjadi dalam setiap kegiatan di tempat
kerja
4. Apakah yang menjadi penyebab kecelakaan kerja adalah ?
a. Faktor lingkungan kerja yang aman
b. Menggunakan Alat Pelindung diri (APD) secara lengkap
c. Faktor manusia yaitu prilaku tidak aman
ISBB
1. Apakah anda merasa udara di tempat anda bekerja cukup panas?
a. Iya b. Tidak
2. Apakah anda merasakan dehidrasi yang di sebabkan udara panas di tempat
kerja?
a. Iya b. Tidak
3. Apakah anda pernah merasa udara panas di sertai gatal-gatal yang disebabkan
panas di tempat kerja?
a. Iya b. Tidak
4. Apakah anda pernah merasakan kelelahan dan tidak fokus dalam bekerja yang
di sebabkan udara panas di tempat kerja
a. Iya b. Tidak
Pencahayaan
1. Apakah pencahayan di tempat anda bekerja cukup baik?
a. Iya b. Tidak
2. Apakah perlu penambahan cahaya buatan di tempat anda bekerja?
a. Iya b. Tidak
3. Apakah anda sering merasa kelelahan mata yang disebabkan kurangnya
pencahayaan di tempat kerja?
a. Iya b. Tidak
4. Apakah anda pernah merasakan sakit mata yang disebabakan
kelebihan/kekurangan pencahayaan di tempat kerja?
a. Iya b. Tidak
Kebisingan
1. Apakah anda merasa di tempat anda bekerja bising?
a. Iya b. Tidak
2. Apakah anda merasa terganggu dengan kebisingan di tempat anda bekerja?
a. Iya b. Tidak
3. Apakah anda sering merasa sakit/ berdengung setelah terpapar bising di
tempat kerja?
a. Iya b. Tidak
4. Apakah anda merasa pendengaran berkurang setelah terpapar bising di tempat
kerja?
a. Iya b. Tidak
5. Apakah perlu di kurangi kebisingan di tempat anda bekerja?
Iya b. Tidak
91
CHEKLIST
Daftar Pertanyaan
Petunjuk : Berilah tanda silang ( √) pada jawaban yang anda anggap paling sesuai
dengan pilihan sebagai berikut :
No Pertanyaan Keterangan
Ya Tidak
A. Alat Pelindung Diri yang digunakan Pekerja
1 Pekerja menggunakan safety helmet (Untuk melindungi
kepala dari benturan benda tajam dan berat yang dapat
melukai kepala di area tempat bekerja)
2 Pekerja menggunakan sepatu safety (Untuk melindungi kaki
dari tusukan benda tajam/ besi dll di area tempat bekerja)
3 Pekerja menggunakan Ear Muffs (Untuk melindungi
telinga dari paparan bising suara 40 hingga 50 dB dan 100–
8000Hz yang berasal dari alat di area tempat bekerja)
4 Pekerja menggunakan Ear Plug (Untuk melindungi telinga
dari suara bising yang dapat merusak organ dalam telinga
hingga kurang lebih 30 dB yang berasal dari alat di area
tempat bekerja)
5 Pekerja menggunakan Safety spectacles (Untuk melindungi
mata dari partikel debu PM 10 dan PM 2,5 yang beterbangan
di area tempat bekerja)
6 Pekerja menggunakan masker/respirator (Untuk menyaring
agar debu PM 10 dan PM 2,5 yang beterbangan di area
tempat bekerja tidak masuk ke dalam tubuh melalui
inhalasi)
7 Pekerja menggunakan Rompi Safety (digunakan supaya
pekerja dapat terlihat dengan jelas pada waktu malam hari
atau ketika penerangan tak terlalu memadai di area tempat
bekerja)
8 Dilakukan pengecekan rutin dalam penggunaan APD di
tempat kerja
92
B. ISBB
1 Melakukan pengukuran rutin iklim kerja ditempat kerja yang
di sebabkan udara panas
2 Udara panas di tempat bekerja yang di sebabkan udara panas
3 Terdapat pekerja yang mengalami dehidrasi yang di
sebabkan udara panas
4 Terdapat pekerja mengalami gatal-gatal yang di sebabkan
udara panas
5 Terdapat pekerja mengalami kelelahan dan tidak fokus yang
di sebabkan udara panas
C. Kebisingan
1 Terdapat sumber bising ditempat kerja (Appron feeder dan
RCD)
2 Melakukan pengukuran rutin kebisingan ditempat kerja
3 Terdapat pekerja merasa terganggu yang di sebabkan
kebisingan
4 Terdapat pekerja mengalami sakit/dengung pada telingga
yang di sebabkan kebisingan
5 Terdapat pekerja merasa pendengaran berkurang yang di
sebabkan kebisingan
D. Pencahayaan
1 Terdapat sumber cahaya ditempat kerja
2 Melakukan pengukuran rutin pencahayaan ditempat kerja
3 Pencahayaan di tempat kerja cukup baik
4 Perlu penambahan pencahayaan di tempat kerja
5 Terdapat pekerja merasa kelelahan pada mata yang
disebabkan kurangnya pencahayaan ditempat kerja
6 Terdapat pekerja mengalami sakit mata yang disebabkan
kurangnya pencahayaan ditempat kerja
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103