Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN INDUSTRI DI PT.

PERKEBUNAN NUSANTARA IV UNIT THE TOBA SARI

NAMA KELOMPOK

NAMA NIM
RICO SIANIPAR P00933221077
ROSMAIDA HF.NAINGGOLAN P00933221079
SITI WARNI PURBA P00933221081

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI MEDAN

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN

2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat Nya kita dapat menyelesaikan pembuatan Laporan hasil Praktek Kerja Industri di
PTPN IV UNIT THE TOBA SARI

Tujuan diadakannya Praktek Kerja Institusi ini adalah untuk mengaplikasikan ilmu yang
telah didapatkan sebagai mahasiswi pada program studi kesehatan lingkungan serta untuk
memenuhi syarat dalam menyelesaikan pendidikan akhir di Kemenkes Politeknik Kesehatan
Medan, Program Studi Ajeng sanitasi D-IV Kabanjahe.

Pada kesempatan ini, kami tidak lupa mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada:

1. Ketua Jurusan Kesehatan Lingkungan Kabanjahe Bapak Erba Kalto Manik,S.KM,M.Kes

2. Dosen Pembimbing Ibu Jernita Sinaga SKM,MPH yang telah memberikan arahan serta
bimbingan dalam penyusunan laporan Praktek Kerja Institusi.

3. Bapak Hotman Siahaan SE, selaku Pimpinan bagian SDM dan pembimbing di Pabrik
Teh PTPN IV Bah Butong

Semoga Laporan Kerja Institusi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan
bagi mahasiswa pada khususnya. Akhir kata mahasiswa mengucapkan terimakasih.

Pematang Sidamanik, Agustus 2022

i
LEMBAR PENGESAHAN
MATA KULIAH : SANITASI INDUSTRI

LOKASI PRAKTEK : UNIT TEH TOBA SARI PTPN IV

TANGGAL : 8 JULI 2022 – 4 AGUSTUS 2022

PRODI : AJENG DIV- SANITASI

MENGETAHUI:

Pembimbing Pembimbing Lapangan (CI)

Erba Kalto Manik,S.KM,M.Kes ARIFUDDIN

NIP.196203261985021001 NIK. 1208101412680002

Mengetahui,

Ketua Jurusan Kesehatan Lingkungan

Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan

Erba Kalto Manik, SKM, M.Sc

NIP. 196203261985021001

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
Daftar Tabel..............................................................................................................................iv
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
1.1 PENDAHULUAN.......................................................................................................1
1.2 TUJUAN KURIKULUM............................................................................................2
1.3 Ruang Lingkup PKL di Lingkungan Industri..............................................................2
1.4 METODE PENAMBILAN DATA..................................................................................3
BAB II........................................................................................................................................4
LANDASAN TEORI.................................................................................................................4
2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)...........................................................................4
2.2 Kecelakaan Kerja dan Pencegahannya........................................................................6
BAB III.....................................................................................................................................16
METODE PELAKSANAAN...................................................................................................16
BAB IV....................................................................................................................................16
HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................................................17
BAB V......................................................................................................................................41
KESIMPULAN DAN SARAN................................................................................................41
Daftar Pustaka..........................................................................................................................42
Lampiran..................................................................................................................................44
Dokumentasi............................................................................................................................45

iii
Daftar Tabel

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 PENDAHULUAN

Politeknik Kesehatan Kemenenterian Kesehatan RI Medan Jurusan


Kesehatan Lingkungan di Kabanjahe merupakan institusi pendidikan yang
menghasilkan tenaga professional di bidang sanitasi dan kesehatan
lingkungan. Untuk mencapai tujuan tersebut, mahasiswa tentunya perlu
dibekali berbagai macam proses belajar mengajar baik teori yang diberikan
di ruang kelas, maupun praktek di laboratorium atau praktikum di Bengkel
Kerja (workshop) dan pengalaman kerja lapangan di berbagai
industri//perusahaan yang berhubungan dengan kurikulum yang ada di
jurusan kesehatan lingkungan.

Praktek Kerja Institusi ini dilaksanakan agar mahasiswa memperoleh


pengalaman langsung di lapangan dan dapat memahami serta
membandingkan teori yang diperolehnya di bangku kuliah dengan
kenyataan yang didapatkan di lapangan. Agar mahasiswa dapat praktek
dengan benar dan terarah, mereka dibina dan dibimbing oleh dosen
pembimbing institusi dan pihak industri sehingga mahasiswa mampu
mengetahui, menganalisa permasalahan yang ditemui serta dapat
memberikan alternative pemecahan masalah dengan baik. Praktek Kerja
Lapangan merupakan bagian yang termuat diantara perkuliahan semester
VI dengan beban studi 3 (tiga) SKS. Mata kuliah ini merupakan “applied
science” dari ilmu sanitasi dasar seperti Penyediaan Air dan Pengelolaan
Limbah Cair, Sanitasi Makanan dan minuman, Pemberantasan Vector,
Pengelolaan Sampah, dan Penyehatan Udara.

1
1.2 TUJUAN KURIKULUM

a. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengidentifikasi, melaksanakan kegiatan dan memberikan
pemecahan masalah yang ditimbulkan pada persyaratan Sanitasi industri,
keselamatan dan kesehatan kerja di Industri.

b. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu mengumpulkan data Kesehatan Lingkungan dan kesehatan
kerja di industri.
2. Mahasiswa mampu menganalisis dan menentukan pemecahan masalah
kesehatan lingkungan dan kesehatan kerja di Industri.
3. Mahasiswa mampu memberikan saran-saran perbaikan bila ditemukan ada
masalah tentang sanitasi dan Keselamatan Kerja serta pencemaran lingkungan
industry

1.3 Ruang Lingkup PKL di Lingkungan Industri

Praktek Kerja Industri Mahasiswa Prodi D III Sanitasi Jurusan Kesehatan


Lingkungan Poltekkes Kemen.Kes Medan Tahun 2022 dirumuskan oleh
penanggung jawab dan team teaching jawab mata kuliah sanitasi industri dan
K3 pada semester VI sesuai dengan kurikulum 2009 Jurusan Kesehatan
Lingkungan

PT. Perkebunan Nusantara IV mengelola komoditi teh seluas 4% dari s


eluruh bisnis kebunnya. Usaha teh dikordinir oleh distrik II yang terdiri dari ke
bun Sidamanik, Bah Butong dan Tobasari. Ketiganya terletak di Kecamatan Si
damanik dan Pematang Sidamanik dengan ketinggian 800-1.100 meter di atas
permukaan laut, dengan luas areal 6.373,29 ha.

2
1.4 METODE PENAMBILAN DATA

Pengambilan Data

a. Data primer
Data primer diperoleh dari informan dengan menggunakan pedoman
wawancara kepada pihak terkait.
b. Data sekunder
Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumen
terkait pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja

Penelitian ini menggunakan beberapa teknik yang akan digunakan dalam


memperoleh data yang lengkap, yaitu:

a. Wawancara
Wawancara merupakan teknik untuk menggali
informasi yang berkenaan dengan suatu masalah dengan
melakukan kegiatan tanya jawab secara langsung atau
bertatap muka dengan pihak yang memiliki kaitan
dengan obyek yang akan diteliti. Teknik ini
dimaksudkan untuk mengumpulkan data mengenai
pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja.
b. Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan untuk mendapatkan data


antara lain: sejarah berdirinya perusahaan dan
perkembangannya, struktur organisasi, serta data
mengenai ketenagakerjaan pada PT. Perkebunan
Nusantara IV Toba sari.

22
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

a. Ruang Lingkup Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) sudah dikenal sejak berabad abad
yang lalu sejalan dengan perkembangan industry. Pada awal perkembangannya penanganan
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) masih terbatas pada kegiatan inspeksi untuk
memeriksa kondisi lingkungan kerja. Kemudian pada tahun 1930-an , H.W. Heinrich
seorang ahli K3 dengan teori dominonya mengawali pendekatan K3 secara ilmiah dengan
mengemukakan teori tentang sebab kecelakaan yang dikenal sebagai unsafe action dan
unsafe condition.

Selanjutnya, aspek keselamatan kerja terus berkembang. Perhatian masyarakat terhadap


K3 semakin meningkat, tidak hanya masalah kecelakaan kerja tetapi juga kesehatan di
tempat kerja. Banyak ditemukan penyakit yang menimpa pekerja berkaitan dengan
pekerjaan dan kondisi tempat kerja yang tidak aman. Diketahui pula bahwa kondisi
lingkungan juga dapat menimbulkan bahaya terhadap pekerja seperti kebisingan,
suhu,cuaca kerja dan sebagainya. Program mengenai pencegahan penyakit aki bat kerja
akhirnya mulai dikembangkan dan menjadi bagian dari program K3.

Menurut Alamsyah dan Muliawati (2013) bahwa hakikat dari Kesehatan Dan
Keselamatan Kerja (K3) meliputi dua hal, yaitu:

1. Sebagai alat untuk mencapai derajat kesehatan tenaga kerja seoptimal mungkin, pada
pekerja/buruh,petani,nelayan,pegawai negeri,pengusaha, manajer atau pekerja bebas di
semua sector kegiatan ekonomi dan non ekonomi formal, sehingga tercapai
kesejahteraan tenaga kerja
2. Sebagai alat untuk meningkatkan produksi dan produktivitas, yang berlandaskan
kepada perbaikan daya kerja dan produktivitas faktor manusia dalam produksi.

23
Salah satu organisasi professional K3 di USA, International Association of Safety
Professional (IASP) menetapkan 8 prinsip K3 yang menjadi landasan pengembangan
K3 sebagia berikut :

a. Safety is an ethical responsibility


b. Safety is a culture not a program
c. Management is responsible
d. Employess must be trained to work safety
e. Safety is a condition of employment
f. All injuries are preventable
g. Safety programs must be site specific
h. Safety is good business

b. Kebijakan K3

Kebijakan merupakan persyaratan utama dalam semua system manajemen seperti


Manajemen Lingkungan, Manajemen mutu dan lainnya. Kebijakan merupakan roh dari
semua system, yang mampu memberikan spirit dan daya gerak untuk keberhasilan suatu
usaha.

Kebijakan adalah arah yang ditentukan untuk dipatuhi dalam proses kerja dan
organisasi perusahaan.Kebijakanyangditetapkanmanajemenmenuntut partisipasi dan kerja
sama semua pihak. Setiap pesserta diberi arahan dan pemikiran nyang membantu mencapai
semua sasaran dan hasil. Setiap kebijakan mengandung sasaran jangka panjang dan
ketentuan yang harus dipatuhi setiap kategori fungsionaris perusahaan.
sama semua pihak.Setiap peserta diberi arahandan pemikiranyangakanmembantunya

Kebijakan K3 (OH&S Policy) merupakan perwujudan dari komitmen


pucuk pimpinan yang memuat visi dan tujuan organisasi, komitmen dan tekatuntuk
melaksanakan keselamatan dan kesehatan kerja, kerangka dan program kerja.

Oleh karena itu, kebijakan K3 sangat penting dan menjadi landasan utama yang
diharapkan mampu menggerakkan semua partikel yang ada dalam organisasi sehingga
programK3yangdiinginkandapatberhasildenganbaik. Namun demikian, suatu kebijakan hen
daknya jangan hanya bagus dan indahdiatas kertas tetapi tidak ada implementasi atau

24
tindak lanjutnya sehingga akan sia-sia belaka. Tanpa adanya kebijakan yang dilandasi
dengan komitemen yang kuat, apapun yang direncanakan tidak akan berhasil dengan baik.

Frank Bird dalam bukunya “Commitment”, menyebutkan bahwa komitmen adalah niat
atau tekad untuk melaksanakan sesuatu yang menjadi daya dorong yang sangat kuat untuk
mencapai tujuan. Tekad dan keinginan tersebut, akan tercermin dalam sikap dan
tindakannya tentang K3. Tanpa komitmen dari semua unsure dalam organisasi, khususnya
para pimpinan, pelaksanaan K3 tidakakan berjalan dengan baik. 

Komitmen bukan sekedar diucapkan atau dituangkan dalam tulisan dan instruksi, tetapi


harus diwujudkan secara nyata dalam tindakan dan sikap sehari-hari.

2.2 Kecelakaan Kerja dan Pencegahannya

A. Pengertian Kecelakaan Kerja

terduga semula yang dapat menimbulkan kerugian baik waktu, harta benda atau
property maupun korban jiwa yang terjadi di dalam suatu proses kerja industri. Dengan
demikian kecelakaan kerja mengandung unsur-unsur sebagai berikut:

1. Tidak diduga semula, oleh karena dibelakang peristiwa kecelakaan tidak


terdapat unsur kesengajaan dan perencanaan
2. Tidak diinginkan atau diharapkan, karena setiap peristiwa kecelakaan akan
selalu disertai kerugian dan kerusakan baik fisik, maupun mental
3. Selalu menimbulkan kerugian dan kerusakan, yang sekurang-kurangnya
akan dapat menyebabkan gangguan proses kerja.

Menurut Tarwaka (2012), bahwa pada pelaksanaannya kecelakaan kerja diindustri


dapat dibagi 2 kategori utama, yaitu :

a) Kecelakaan industri (Industrial Accident): yaitu suatu kecelakaan yang terjadi


ditempat kerja, karena adanya potensi bahaya yang tidak terkendali
b) Kecelakaan di dalam perjalanan (Community Accident): yaitu kecelakaan yang
terjadi diluar tempat kerja dalam kaitannya dengan adanya hubungan kerja

Dengan demikian, kejadian kecelakaan merupakan suatu rentetan kejadian yang


disebabkan oleh adanya faktor-faktor atau potensi bahaya yang satu sama lain yang saling
berkaitan.

25
B. Sebab-sebab Kecelakaan Kerja

Suatu kecelakaan kerja hanya akan terjadi apabila terdapat berbagai faktor penyebab
secara bersamaan pada suatu tempat kerja atau proses produksi.

Secara umum penyebab kecelakaan kerja dapat dikelompokkan sebagai berikut :

a. Sebab dasar atau asal mula. Sebab dasar merupakan sebab atau faktor yang
mendasari secara umum terhadap kejadian atau peristiwa kecelakaan. Sebab dasar
kecelakaan kerja di industri antara lain meliputi faktor :
- Komitmen atau partisipasi dari pihak manajemen atau pemimpin perusahaan
dalam upaya penerapan K3 di perusahaannya
- Manusia atau para pekerja sendiri, dan
- Kondisi tempat kerja, sarana kerja dan lingkungan kerja
b. Sebab Utama.
Sebab utama dari kejadian kecelakaan kerja adalahadanya faktor dan
persyaratan K3 yang belum dilaksanakan secara benar (substandards). Sebab
utama kecelakaan kerja antara lain :
1) Faktor manusia atau dikenal dengan istilah tindakan tidak aman
(Unsafe Actions), yaitu tindakan berbahaya dari para tenaga kerja
yang mungkin dilatar belakangi oleh berbagai sebab antara lain :
a) Kekurangan pengetahuan dan keterampilan (lack of knowledge and
skill)
b) Ketidakmampuan untuk bekerja secara normal (Inadequate
Capability)
c) Ketdakfungsian tubuh karena cacat yang tidak nampak (Bodilly
Defect)
d) Kelelahan dan kejenuhan (fatigue and boredom)
e) Sikap dan tingkah laku yang tidak aman (unsafe attitude and
habits)
f) Kebingungan dan stress (confuse and stress) karena prosedur kerja
yang baru belum dapat dipahami
g) Belum menguasai/belum tampil dengan peralatan atau mesin-
mesin baru (lack of skill)

26
h) Penurunan konsentrasi (dificulty in concentrating) dari tenaga
kerja saat melakukan pekerjaan
i) Sikap masa bodoh (Workers ignorance) dari tenaga kerja
j) Kurang motivasi kerja (Improper Motivation) dari tenaga kerja
k) Kurang adanya kepuasan kerja (Improper Motivation)
l) Sikap kecenderungan mencelakai diri sendiri
2) Faktor lingkungan atau dikenal dengan kondisi tidak aman
(Unsafe conditions) yaitu kondisi tidak aman dari mesin, peralatan,
bahan; lingkungan dan tempat kerja;proses kerja; sifat pekerjaan dan
sistem kerja. Lingkungan dalam artian luas dapat diartikan tidak saja
lingkungan fisik, tetapi juga faktor-faktor yang berkaitan dengan
penyediaan fasilitas, pengalaman manusia yang lalu maupun sesaat
sebelum bertugas, pengaturan organisasi kerja, hubungan sesama
pekerja, kondisi ekonomi dan politik yang bisa mengganggu
konsentrasi.
C. Interaksi Manusia-Mesin dan Sarana Pendukung Kerja yang Tidak Sesuai
(Unsafe Man-Machine Interaction) yaitu interaksi manusia dan sarana
pendukung kerja merupakan sumber penyebab kecelakaan. Apabila interaksi
antara keduanya tidak sesuai maka akan menyebabkan terjadi suatu kesalahan
yang mengarah kepada terjadinya kecelakaan kerja. Dengan demikian,
penyediaan sarana kerja yang sesuai dengan kemampuan, kebolehan dan
keterbatasan manusia, harus sudah dilaksanakan sejak desain dan sistem kerja.

ALAT PELINDUNG DIRI

Alat pelindung diri (APD) adalah perlengkapan yang wajib digunakan pada saat
melakukan pekerjaan sesuai dengan bahaya atau risiko yang terdapat di tempat kerja untuk
menjaga keselamatan pekerja. Perusahaan atau pelaku usaha yang mempekerjakan pekerja
atau buruh memiliki kewajiban menyediakan APD di tempat kerja. Alat pelindung diri
akan memberikan perlindungan yang efektif apabila APD tersebut dipilih secara tepat dan
selalu dipakai oleh pekerja yang bersangkutan.

Pemilihan APD yang salah, selain tidak bermanfaat dapat juga menimbulkan bahaya
tambahan bagi pemakainya. Instruksi secara lisan maupun secara tulisan perlu diberikan

27
kepada semua pekerja tentang apa dan dalam keadaan apa APD harus digunakan oleh
pekerja, apakah APD dipakai secara terus menerus selama bekerja atau hanya pada saat
melakukan pekerjaan tertentu. Demikian pula poster-poster tentang keselamatan dan
kesehatan kerja perlu dipasang di tempat kerja yang dapat dibaca dengan mudah oleh
pekerja (Buntarto, 2015).

Alat pelindung diri adalah alat yang digunakan oleh para pekerja selama melakukan
pekerjaan sesuai dengan kriteria pekerjaan masing-masing dengan maksud tujuan untuk
melindungi pekerja agar selama bekerja mendapatkan kenyamanan dan keselamatan
bekerja (Suma’mur , 2010).

Alat pelindung diri (APD) terbagi menjadi tiga bagian, yaitu APD bagian kepala, APD
bagian tubuh dan APD bagian tubuh lainnya.

a. Alat pelindung kepala

Fungsi Alat pelindung kepala adalah alat pelindung yang berfungsi untuk melindungi
kepala dari benturan, terantuk, kejatuhan atau terpukul benda tajam atau benda keras yang
melayang atau meluncur di udara, terpapar oleh radiasi panas, api, percikan bahan-bahan
kimia, jasad renik (mikro organisme) dan suhu yang ekstrim. Jenis Jenis alat pelindung
kepala terdiri dari helm pengaman (safety helmet), topi atau tudung kepala, penutup atau
pengaman rambut, dll

b. Alat pelindung mata dan muka

Fungsi Alat pelindung mata dan muka adalah alat pelindung yang berfungsi untuk
melindungi mata dan muka dari paparan bahan kimia berbahaya, paparan partikel-partikel
yang melayang di udara dan di badan air, percikan bendabenda kecil, panas, atau uap
panas, radiasi gelombang elektromagnetik yang mengion maupun yang tidak mengion,
pancaran cahaya, benturan atau pukulan benda keras atau benda tajam.

Jenis Jenis alat pelindung mata dan muka terdiri dari kacamata pengaman (spectacles),
goggles, tameng muka (face shield), masker selam, tameng muka dan kacamata pengaman
dalam kesatuan (full face masker).

c. Alat pelindung telinga

28
Fungsi Alat pelindung telinga adalah alat pelindung yang berfungsi untuk melindungi
alat pendengaran terhadap kebisingan atau tekanan. Jenis Jenis alat pelindung telinga terdiri
dari sumbat telinga (ear plug) dan penutup telinga (ear muff).

d. Alat pelindung pernapasan

Fungsi Alat pelindung pernapasan adalah alat pelindung yang berfungsi untuk
melindungi organ pernapasan dengan cara menyalurkan udara bersih dan sehat dan/atau
menyaring cemaran bahan kimia, mikro-organisme, partikel yang berupa debu, kabut
(aerosol), uap, asap, gas/ fume, dan sebagainya.

Jenis Jenis alat pelindung pernapasan dan perlengkapannya terdiri dari masker,
respirator, katrit, kanister, re-breather, airline respirator, Continues Air Supply Machine =
Air Hose Mask Respirator, tangki selam dan regulator (SelfContained Underwater
Breathing Apparatus /SCUBA), Self-Contained Breathing Apparatus (SCBA), dan
emergency breathing apparatus.

e. Alar pelindung tangan

Fungsi Pelindung tangan (sarung tangan) adalah alat pelindung yang berfungsi untuk
melindungi tangan dan jari-jari tangan dari paparan api, suhu panas, suhu dingin, radiasi
elektromagnetik, reaksi mengion, arus listrik, bahan kimia, benturan, pukulan dan tergores,
terinfeksi zat pathogen (virus dan bakteri) dan jasad renik.

Jenis Jenis pelindung tangan terdiri dari sarung tangan yang terbuat dari logam, kulit,
kain kanvas, kain berlapis, karet, dan sarung tangan yang tahan bahan kimia.

f. Alat pelindung kaki

Fungsi Alat pelindung kaki berfungsi untuk melindungi kaki dari tertimpa atau
berbenturan dengan benda-benda berat, tertusuk benda tajam, terkena cairan panas atau
dingin, uap panas, terpajan suhu yang ekstrim, terkena bahan kimia berbahaya dan jasad
renik, tergelincir.

Jenis Jenis Pelindung kaki berupa sepatu keselamatan pada pekerjaan peleburan,
pengecoran logam, industri, kontruksi bangunan, pekerjaan yang berpotensi bahaya
peledakan, bahaya listrik, tempat kerja yang basah atau licin, bahan kimia dan jasad renik,
dan/ atau bahaya binatang dan lain-lain.

f. Pakaian pelindung

29
Fungsi Pakaian pelindung berfungsi untuk melindungi sebagian badan atau seluruh
bagian badan dari bahaya temperatur panas atau dingin yang ekstrim, pajanan api dan
benda-benda panas, percikan bahan-bahan kimia cairan dan logam panas, uap panas,
benturan (impact) dengan mesin, peralatan dan bahan, tergores, radiasi, binatang, mikro-
organisme pathogen dari manusia, binatang, tumbuhan dan lingkungan seperti virus,
bakteri dan jamur. Jenis Jenis pakaian pelindung terdiri dari rompi (vests), celemek
(apron/coveralls), jaket, dan pakaian pelindung yang menutupi sebagian atau seluruh
bagian badan.

SANITASI INDUSTRI

a. Pengelolaan Limbah Cair


Limbah cair industri adalah buangan hasil proses/sisa dari suatu
kegiatan/usaha yang berwujud cair dimana kehadirannya pada
suatu saat dan tempat tidak dikehendaki lingkungannya karena
tidak mempunyai nilai ekonomis sehingga cenderung untuk dibuang
(Asmadi,2012). Contoh : air limbah dari pabrik baja, pabrik tinta,
pabrik cat, dan dari pabrik karet. Limbah industri lebih sulit
pengolahannya karena mengandung pelarut mineral, logam berat,
dan zat-zat organik lain yang bersifat toksik. (Chandra,2006).

Pemantauan kualitas air pada saluran pembuangan limbah industri dan


badan air penerima limbah industri pada dasarnya memiliki tujuan sebagai
berikut :

a) Mengetahui karakteristik kualitas limbah cair yang dihasilkan


b) Membandingkan kualitas limbah cair dengan baku mutu kualitas
limbah industri, dan menentukan beban pencemaran menurut
Kep.No.51/MEN-LH/10/1995
c) Menilai efektivitas instalasi pengolahan limbah industri yang
dioperasikan

30
d) Memprediksi pengaruh yang mungkin ditimbulkan oleh limbah cair
tersebut terhadap komponen lingkungan lainnya. ( Effendi,2003)

b. Penyehatan Air Bersih

Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya
memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak sesuai peraturan
menteri kesehatan No. 416/MENKES/PER/IX/1990 (Departemen Kesehatan RI, 1990).
Air minum adalah air yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum
dan berasal dari penyediaan air minum sesuai keputusan menteri kesehatan No.
907/MENKES/SK/VII/2002 (Departemen Kesehatan RI,2002). Sarana air bersih adalah
semua sarana yang dipakai sebagai sumber air bagi penghuni rumah yang digunakan
untuk kehidupan sehari-hari. Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan sarana air
bersih antara lain:

a) Jarak antara sumber air dengan sumber pengotoran (seperti septic tank,
tempat pembuangan sampah air limbah) minimal 10m.
b) Pada sumur gali sedalam 10m dari permukaan tanah dibuat kedap air denga
pembuatan cincin dan bibir sumur
c) Penampungan air hujan lindung air, sumur arthesis aatau terminal air aatau
perpipaan/kran sumur gali terjaga kebersihannya dan dipelihara rutin.

SARANA SANITASI
a) Toilet
1. Letak tidak berhubungan langsung (terpisah) dengan dapur, ruang persiapan
makanan, ruang tamu dan gudang makanan.
2. Di dalam toilet harus tersedia jamban
3. Toilet untuk wanita terpisah dengan toilet untuk pria
4. Harus tersedia bak dan air bersih dalam keadaan cukup
5. Jamban harus dibuat dengan tipe leher angsa
b) Tempat Sampah
1. Tempat sampah dibuat dari bahan kedap air, tidak mudah berkarat.
2. Jumlah dan volume tempat sampah disesuaikan dengan produk sampah yang
dihasilkan pada setiap tempat kegiatan

31
3. Tersedia pada setiap tempat / ruang yang memproduksi sampah
4. Sampah sudah harus dibuang dalam waktu 24 jam dari rumah makan atau
restoran.
c) Tempat Cuci Tangan
1. Jumlah tempat cuci tangan untuk tamu disesuaikan dengan kapasitas tempat
duduk.
2. Tersedia tempat cuci tangan khusus karyawan.
3. Fasilitas cuci tangan ditempatkan sedemikian rupa sehingga mudah dicapai oleh
tamu atau karyawan.
4. Fasilitas cuci tangan dilengkapi dengan air yang mengalir
d) Tempat mencuci Peralatan
1. Terbuat dari bahan yang kuat, aman, tidak berkarat dan mudah dibersihkan.
2. Air untuk keperluan pencucian dilengkapi dengan air panas suhu 40˚c-80˚c dan
air dingin yang bertekanan 15 psi (1,2 kg/cm2 ).
3. Tempat pencucian peralatan dihubungkan dengan saluran pembuangan air
limbah.
4. Bak pencucian sedikitnya terdiri dari tiga bak yaitu untuk mengguyur,
menyabun dan membilas.

Pengendalian Vektor & Serangga

Pengendalian vektor adalah semua kegiatan atau tindakan yang ditujukan untuk
menurunkan populasi vektor serendah mungkin sehingga keberadaannya tidak lagi
berisiko untuk terjadinya penularan penyakit tular vektor di suatu wilayah atau
menghindari kontak masyarakat dengan vektor sehingga penularan penyakit tular
vektor

A. Konsep dasar pengendalian vektor dan binatang pengganggu adalah :

a. Menitikberatkan pada kebijakan pengendalian vektor terpadu melalui


suatu pendekatan pengendalian vektor dengan menggunakan satu atau
kombinasi beberapa metode pengendalian vektor dan binatang pembawa
penyakit (pengganggu).

32
b. Berdasarkan azas keamanan terhadap semua faktor lingkungan,
rasionalitas dan efektifitas pelaksanaannya serta mempertimbangkan
kelestarian keberhasilannya.
c. Memutuskan rantai penularan antara sumber penyakit dengan manusia
atau mencegah tertularnya suatu penyakit menular kepada manusia
melalui peranan vektor penyakit dan binatang pengganggu.

B. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Pengendalian Vektor


dan Binatang Pengganggu.

a. Pengenalan vektor dan binatang pengganggu yang menjadi masalah


dengan melakukan identifikasi vektor atau binatang pengganggu.
b. Memahami bionomik vektor dan binatang pengganggu.
c. Pemilihan metode pengendalian.
d. Pemilihan jenis pestisida yang akan digunakan
e. Pemilihan peralatan aplikasi yang tepat.
f. Teknik aplikasi pestisida yang benar.

BAB III
METODE PELAKSANAAN

3.1 WAKTU DAN LOKASI

Praktikum ini dilaksanakan secara daring pada tanggal 04 JULI 2022- 04 AGUSTUS
2022 di UNIT THE TOBA SARI PTPN IV.

3.2 OBJEK PENGAMATAN

33
Objek pengamatan dalam praktek kerja ini yaitu kesehatan dan keselamatan kerja dan
ilmu sanitasi dasar seperti Tata cara pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja,
Penyediaan air dan Pengolahan Limbah Cair industri,, Pemberantasan Vektor, Pengolahan
Sampah, dan Penyehatan Udara.

3.3 METODE PENGAMBILAN DATA

Metode pengambilan data yang digunakan adalah metode luring dimana pembimbing
CI di Unit TehTobasari PTPN IV menjelaskan secara langsung atau tatap muka kepada
mahasiswa.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL

Gambaran Umum Industri

34
SEJARAH SINGKAT

Pada awalnya Kebun Tobasari merupakan bagian dari Kebun Sidamanik yang
didirikan oleh HVA (Handels Vereniging Amsterdam) dari negeri Belanda. Pada tahun
1957 diambil alih oleh Pemerintah Republik Indonesia dan disebut PPN Sumut III
Tahun 1961 berubah menjadi PPN Aneka Tanaman (Antan) VI, selanjutnya pada
tahun 1968 menjadi PPN VIII, dan pada tahun 1974 berubah menjadi PT Perkebunan
VIII

Pada tanggal 11 Maret 1996 bergabung dengan PT. Perkebunan VI dan PT.
Perkebunan VII sesuai Keppres No. 9 tahun 1996 tentang peleburan perusahaan
Perseroan (Persero) PT. Perkebunan VI, VII, VIII, menjadi Perusahaan Perseroan
(Persero) PT. Perkebunan Nusantara IV.

Pabrik teh Tobasari didirikan pada tanggal 27 Mei 1978 dan selesai akhir
tahun 1978, beroperasi bulan Januari 1979 dan diresmikan tanggal 15 Mei 1979.
Areal tanaman berasal dari ex Kebun Sidamanik ditambah tanaman baru sejak tahun
1978 seluas 182 Ha.

LETAK GEOGRAFIS

Kebun Tobasari terletak di Desa Sarimattin, Kecamatan Pamatang Sidamanik,


Kabupaten Simalungun dengan ketinggian antara 950-1100 meter diatas permukaan
laut. Jarak dari kota Medan 185 km dan dari kota Pematang Siantar 30 km Topografi
bergelombang sampai berbukit, dan jenis tanah Podsolik Coklat Kuning (Lempung liat
berpasir)

LUAS AREAL KONSESI

.74 ha

- TBM = 35.41 ha

- Areal Persiapan TU = 50.12 ha

- Areal diberakan = 177,12 ha

35
- Areal lain-lain = 92.19 ha

Jumlah Areal Konsesi = 1.282,58 ha

SUMBER DAYA MANUSIA

Jumlah Karyawan Pimpinan PTPN. IV Unit Kebun Tobasari adalah 1 orang dan
Karyawan Pelaksana 336 orang.

KESEJAHTERAAN SOSIAL

Seluruh karyawan mendapatkan sarana perumahan, listrik, air, poliklinik, peribadatan,


tempat penitipan anak dan asuransi tenaga kerja.

SARANA PENDIDIKAN

Di sekitar kebun tersedia sarana pendidikan mulai dari SD, SMP, Madrasah. Sedang
SMU berada di Sidamanik (+ 6 Km dari kebun Tobasari). Dari pemukiman sampai ke
Sidamanik disediakan angkutan oleh perusahaan.

Untuk yang bersekolah dan bertempat tinggal di luar Kebun diberi bantuan
pemondokan anak sekolah.

FLOW CHART PROSES PENGOLAHAN

Pucuk Segar Pelayuan Penggulungan

36
Sortasi Pengeringan Pemeraman

Pengepakan Gudang Produksi

PRODUKSI

Pucuk teh dari kebun diolah menjadi produk teh hitam orthodox. Jenis-jenis teh jadi
yang dihasilkan adalah sebagai berikut :

- Grade I (Mutu Ekspor), terdiri dari 7 (tujuh) jenis yaitu : BOP I, BOP, BOPF, BP,
BT, PF dan Dust I

- Grade II (Mutu Ekspor II), terdiri dari 7 (tujuh) yaitu :

BP II, BT II, PF II, D II, D III, DUST IV, Fann II.

Grade III (Mutu Lokal ), terdiri dari 1 (satu) jenis yaitu : RBO

PEMASARAN

Teh Hitam PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Tobasari sudah di kenal di Manca
Negara yang telah menjadi tujuan ekspor seperti negara-negara di Eropa, Amerika,
New Zealand, Australia, Malaysia, Singapura, Irak, Iran, Eqypt, Saudi Arabia,
Jordania, Pakistan, Rusia, dan lain – lain.

MANFAAT TEH BAGI KESEHATAN

Minum teh sesungguhnya bukan hanya melepaskan dahaga saja dan


memperoleh kenikmatan, tetapi lebih dari itu minum teh sangat bermanfaat untuk :

 Mencegah penyakit Jantung

 Mencegah penyakit Kanker

 Mencegah Osteoporosis pada perempuan pasca menopause (American


Journal Of Epidemiology Jhon Weishburger, Phd.)
37
 Mencegah terjadinya penyakit diabetes mellitus (Indian Institute Of Chemical
Biologi, Dilip K Gangguly)

 Terhindar dari serangan Stroke (Lembaga Perlindungan Kesehatan Masyarakat


dan Lingkungan Belanda, dr. Sirving O. Keli)

38
4.1 Pembahasan
A. Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Alat Pelindung Diri (APD) Pada Karyawan/Pekerja
Peraturan yang mengatur penggunaan alat pelindung diri ini tertuang dalam Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 48 tahun 2016 tentang standar keselamatan
dan kesehatan kerja dimana setiap pengusaha atau pengurus perusahaan wajib menyediakan
Alat Pelindung Diri secara Cuma-cuma terhadap tenaga kerja. Berdasarkan peraturan
tersebut secara tidak langsung setiap pekerja diwajibkan untuk memakai APD yang telah
disediakan oleh perusahaan. Alat Pelindung Diri yang disediakan oleh pengusaha dan
dipakai oleh tenaga kerja harus memenuhi syarat pembuatan, pengujian, dan sertifikat.

Jenis – jenis penggunaan APD sesuai dengan proses pengolahan :


1. Penerimaan PTS dan mengumpulkan pucuk teh basah yang berceceran
Jenis jenis APD yang terdapat di Penerimaan PTS dan mengumpulkan
pucuk teh basah yang berceceran adalah sarung tangan, masker, sepatu dan
pelindung kepala.

2. Menurunkan PTS dari monorail, mengirap, melangsir pucuk layu dan


menurunkan pucuk the ke OTR
Jenis jenis APD yang terdapat di Menurunkan PTS dari monorail,
mengirap, melangsir pucuk layu dan menurunkan pucuk the ke OTR adalah
sarung tangan, masker, spatu, kacamata dan pelindung kepala.

3. Proses penggulungan pucuk teh layu menjadi bubuk


Jenis jenis APD yang terdapat di Proses penggulungan pucuk teh layu
menjadi bubuk adalah sarung tangan, masker, sepatu dan tudung kepala.

4. Fermentasi
Jenis jenis APD yang terdapat di fermentasi adalah helm dan sarung
tangan.

29
5. Operator heater, melengsir cangkang dan membersihkan flime pape
Jenis jenis APD yang terdapat di operator heater, melengsir cangkang
dan membersihkan flime pape adalah sarung tangan kulit, masker, kaca mata
hitam, sepatu boot dan baju tahan api.

6. Proses Pengeringan teh


Jenis jenis APD yang terdapat di proses pengeringan teh adalah sarung
tangan, masker, sepatu dan tudung kepala.

7. Proses sortasi teh jadi


Jenis jenis APD yang terdapat di proses sortasi adalah sarung tangan,
masker, sepatu dan tudung kepala.

8. Melangsir teh jadi


Jenis jenis APD yang terdapat di adalah memakai masker dan sarung
tangan.

Sistem Aturan Kerja Pada Pekerja Bagian Produksi Maupun


Perkantoran/Adminitrasi

IKA

30
Sistem Pelaksanaan Pemeriksaan Kesehatan Secara Berkala Dan Rutin

Program kesehatan kerja merupakan suatu hal penting dan perlu diperhatikan
oleh pihak perusahaan. Karena dengan adanya program kesehatan yang baik akan
menguntungkan para karyawan secara material, karena karyawan akan lebih jarang
absen, bekerja dengan lingkungan yang lebih menyenangkan, sehingga secara
keseluruhan karyawan akan mampu bekerja lebih lama. Program Kesehatan Kerja di
PT. Perkebunan Nusantara IV Tobasari sudah terlaksana baik dan sesuai dengan
prosedur kesehatan. Sistem Pelaksanaan Pemeriksaan Kesehatan Kerja yang ada di PT.
Perkebunan Nusatara IV Tobasari dilakukan setiap tahun oleh tim kesehatan dari
Perusahaan PT. Perkebunan Nusantara IV Tobasari dan juga tim kesehatan dari
pemerintah setempat.

Berdasarkan hasil peneltian pelaksanaan Pemeriksaan Kesehatan sudah dengan


baik dan berkomunikasi secara rutin dengan tim kesehatan PT. Perkebunan Nusantara
IV Tobasari. Perusahaan juga bekerja sama dengan dinas kesehatan kabupaten agar
dapat melakukan pemeriksaan PT. Perkebunan Nusantara IV Tobasari dan memberikan
pemeriksaan kesehatan kepada seluruh karyawan yang terpapar, agar dapat mencegah
gangguan kesehatan dan karyawan juga dapat meningkatkan produktivitas perusahaan.

Cara Pengawasan Dan Penyuluhan Tentang Sanitasi industri Keselamatan dan


Kesehatan Kerja Pada Pekerja Industri

Pengawasan

Pelaksanaan pengawasan dilakukan oleh P2K3. P2K3 sendiri adalah


organisasi yang bertugas membuat, menerapkan, dan menjalankan pelaksanaan
program K3 PT. Perkebunan Nusantara IV Tobasari. Pengawasan program
keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu arahan kebijakan yang
menjamin terciptanya kondisi kerja yang aman, terhindar dari gangguan fisik
dan mental melalui pelatihan, pengarahan dan kontrol terhadap pelaksanaan
tugas dari karyawan dan pemberian bantuan sesuai dengan aturan yang berlaku,

31
baik dari lembaga maupun perusahaan dimana bekerja. P2K3 ada beberapa
macam pengawasan yaitu:
1. Pengawasan Keselamatan Kerja meliputi:
a. Inspeksi tempat kerja setiap bulanan dan triwulan
b. Investigasi masalah dilakukan pada saat ada masalah,
untuk menghindari terjadinya kecelakaan kerja

2. Pengawasan Kesehatan Kerja meliputi:


a. Pemeriksaan yang dilakukan balai hiperkes setiap
tahunnya
b. Pengawasan terhadap penyakit akibat kerja, yang bila
terjadi maka akan dikirim ke rumah sakit PT. Perkebunan
Nusantara IV.

Penyuluhan

Melakukan sosialisasi komunikasi tentang kebijakan, tujuan


Keselamatan dan Kesehatan Kerja:
1. Tujuan K3
a) Melaksanakan seluruh kegiatan perusahaan sesuai sistem
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja dan mencegah
terjadinya kecelakaan kerja yang disebabkan kelalaian
pekerja.
b) Melaksanakan sistem manajemen K3 secara konsisten agar
terciptanya tempat kerja yang aman dan nyaman, efesien dan
produktif.

2. Sasaran K3
a) Menurunkan angka kecelakaan kerja
b) Memenuhi kebutuhan APD untuk pekerja.
c) Memasang notifikasi himbuan dan berkaitan dengan K3
ditempat kerja.

32
Penilaian Risiko

P Tinga
t
P
Kegiatan Bahaya Resiko Risiko
el
Akibat
ua
n
g

A. Penerimaan PTS 1. Terbentur monorail - Luka pada 2 B H


dan 2. Adanya kotoran kepala
3 B H
mengumpulakan berupa pasir halus - Pasir halus
pucuk teh basah terhirup
yang berceceran

B 1. Penurunan 1. Terbentur monorail - Luka pada 2 B H


. PTS dari 2. Tangan kena kawat WT bagian kepala
Monorail 3. Kereta sorong dan tangan
2. Mengirap menabrak dinding - Pasir halus 3 B H
Pucuk Teh 4. Adanya kotoran berupa terhirup dan
3. Mengangkut pasir halus kena mata
pucuk layu
4. Penurunan
pucuk layu ke
OTR
C. Proses 1. Mesin proses - Luka pada 3 B H
penggulungan penggulungan tangan
pucuk teh 4 C E
2. Terjepit tambir - Pekerja
menjadi bubuk 3. Lantai licin terjatuh

D. Fermentasi 1. Terbentur kereta - Luka pada 3 B H


sorong kepala dan
tangan

33
E 1. Operator Proses pekerjaan yg 1. Tangan 3 D M
. Heater berhubungan dengan terkena api
2. Melangsir api dan abu 2. Penglihatan 3 D M
cangkang menjadi buram 3 D M
3. Membersihka 3. Gangguan
n flime pape pernapasan

F. Proses 1) Abu berterbangan 1. Gangguan 2 D L


pengeringan teh 2) Mesin untuk proses
pernapasan 3 D M
3) Udara panas
2. Terjepit 2 C M
kompeyor
3. Dehidrasi pada
pekerja

G Proses sortasi 1) Abu berterbangan 1. Gangguan 2 C M


teh jadi 2) Mesin untuk proses pernapasan
3 D M
2. Terjepit
kompeyor

H Proses 1. Abu berterbangan 1. Gangguan 2 D L


pengepakan teh 2. Mengangkat beban pernapasan
jadi 3 D M
(the dalam paper sack) 2. Terkilir

I. Melangsir teh 1. Abu berterbangan 1. Gangguan 2 D L


jadi 2. Mengangkat beban pernapasan
3 D M
(the dalam paper sack) 2. Terkilir

Penyakit Akibat Kerja Yang Ada Di Industri


Kondisi lingkungan kerja, pemakaian mesin-mesin, peralatan, bahan dan sistem
kerja bisa mengakibatkan bisa terjadianya penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan
yang biasa disebut penyakit akibat kerja (PAK).

34
Berdasarkan UU No. 1 Tahun 1970 Pasal 11 Ayat 1 yang menyatakan bahwa
pengurus diwajibkan melaporkan tiap kecelakaan yang terjadi dalam tempat kerja.

Upaya- upaya Penanggulangan Kecelakan Kerja

Pada saat melakukan kegiatan di tempat kerja tentu memiliki resiko kecelakan kerja,
oleh sebab itu ada upaya upaya penanggulangan kecelakaan kerja. Upaya upaya
penanggulangan kecelakan di PTPN IV Tobasari dilakukan sebagai berikut :

-Penerimaan PTS dan mengumpulkan pucuk teh basah yang berceceran

Upaya-upaya yang dilakukan adalah Mengikuti intruksi kerja, memakai


APD(sarung tangan, masker, sepatu dan pelindung kepala) dan memasang rambu-
rambu.

-Menurunkan PTS dari monorail, mengirap, melangsir pucuk layu dan


menurunkan pucuk the ke OTR

Upaya-upaya yang dilakukan adalah mengikuti intruksi kerja, memakai


APD(sarung tangan, masker, sepatu, kacamata dan pelindung kepala), dipasang rambu-
rambu dan dalam mengangkut pucuk layu dikerjakan 2 orang.

-Proses penggulungan pucuk teh layu menjadi bubuk

Upaya-upaya yang dilakukan adalah mengikuti intruksi kerja, menggunakan


APD (sarung tangan, masker, sepatu dan tudung kepala) dan memasang rambu rambu.

-Fermentasi

Upaya-upaya yang dilakukan adalah mengikuti intruksi kerja dan memakai


APD(helm dan sarung tangan).

-Operator heater, melengsir cangkang dan membersihkan flime pape

Upaya-upaya yang dilakukan adalah mengikuti intruksi kerja dan meamakai


APD(sarung tangan kulit, masker, kaca mata hitam, sepatu boot dan baju tahan api).

-Proses Pengeringan the

35
Upaya-upaya yang dilakukan adalah mengikuti intruksi kerja, memakai
APD(sarung tangan, masker, sepatu dan tudung kepala) dan pemberian pudding
(susu,telur dan bubur kacang hijau).

-Proses sortasi teh jadi

Upaya-upaya yang dilakukan adalah mengikuti intruksi kerja dan memakai


APD(sarung tangan, masker, sepatu dan tudung kepala).

-Melangsir teh jadi

Upaya-upaya yang dilakukan adalah mengikutin intruksi kerja da memakai


APD (masker dan sarung tangan)

Tugas Pokok Dan Fungsi HSE

HSE adalah singkatan dari health, safety and environment yang merupakan serangkaian
proses dan prosedur yang mengidentifikasi potensi bahaya pada lingkungan kerja. Adapun
tugas pokok dan fungsi HSE sebagai berikut :

Tugas HSE

Tugas HSE adalah merencanakan, membuat, melakukan, dan mengevaluasi


program keselamatan dan juga kesehatan kerja dengan detail.

Fungsi HSE

a. Mencegah kecelakaan yang menyebabkan cedera fisik


b. Mencegah penurunan atau hilangnya pendapatan
c. Mengurangi resiko tuntutan hokum
d. Tuntutan kompensasi
e. Meningkatkan kepercayaan karyawan

Pemetaan Faktor Resiko Kejadian K3

Pemetaan bahaya merupakan proses pengukuran, perhitungan dan penggambaran


bahaya ditempat kerja dengan cara dan metode tertentu sehingga didapatkan hasil berupa
36
gambar yang menjelaskan lokasi tersebut sesuai dengan tujuan yang didapatkan. Beberapa
langkah dalam pembuataan risk mapping yaitu :

1. Identifikasi tempat kerja yang akan dilakukan pemetaan bahaya.


2. Melakukan penilaian resiko berdasarkan potensi bahya yang ada ditempat kerja
dengan pendekatan manajemen risiko.
3. Dari hasil identifikasi dan penilaian risiko penilaian risiko tersebut akan dibuat grid
dan memasukkan data penilaian ke program pembuatan risk mapping.
B. Pelaksanaan/Proses Kegiatan Sanitasi Industri
1. Sistem Pengelolaan Limbah

Limbah Padat

Limbah padat adalah sisa hasil kegiatan industri ataupun aktivitas


domestic yang berbentuk padat. Contoh dari limbah padat diantaranya yaitu :
kertas, plastik, serbuk besi, serbuk kayu, kain dll.

Penanganan limbah padat bias dibedakan dari kegunaan atau fungsi


limbah padat itu sendiri. Limbah padat ada yang dapat didaur ulang atau
dimanfaatkan lagi serta mempunyai nilai ekonomis seperti plastik, tekstil,
potongan logam namun ada juga yang tidak bias dimanfaatkan lagi. Limbah
padat yang tidak dapat dimanfaatkan lagi biasanya dibuang, dibakar atau
ditimbun begitu saja. Beberapa industri tertentu limbah padat yang dihasilkan
terkadang menimbulkan masalah baru yang berhubungan dengan tempat atau
areal luas yang dibutuhkan untuk menampung limbah tersebut.

Limbah Cair

Limbah cair adalah sisa hasil buangan proses produksi atau aktivitas
domestic yang berupa cairan. Limbah cair dapat berupa air beserta bahan-bahan
buangan lain yang tercampur (tersuspensi) maupun terlarut dalam air.

Limbah cair yang dihasilkan adalah air pencucian, karena termasuk


limbah organik sisa teh maka dialirkan melalui aliran air atau parit yang
kemudian dialirkan ke kolam limbah. PT Perkebunan Nusantara IV memiliki 3
kolam yakni kolam I sebagai kolam Penampungan pertama sekaligus tempat
pengendapan, kolam II sebagai kolam hasil dari penyaringan pertama dari
kolam I dan kolam III yang dianggap aman.

Pengendalian Limbah Produksi

 Sampah/limbah dikumpulkan dalam kantong plastik didalam tempat


sampah tertutup.
 Jika plastik sampah sudah terisi penuh maka plastik sampah langsung
dibuang ke tempat sampah di luar tempat produksi.

37
 Pastikan sampah diambil oleh petugas kebersihan setiap hari, untuk
dibuang ke tempat pembuangan akhir.
 Limbah bekas pencucian produk dan pencucian peralatan atau fasilitas
proses lainnya di alirkan pada satu aliran pembuangan yang menuju ke
luar area bangunan.
 Tim internal memastikan tidak ada penyumbatan pada saluran
pembuangan dengan melakukan pengecekan mingguan.
 Pemantauan limbah dilakukan pada formulir pengelolaan limbah.

2. Sistem Pengelolaan Penyediaan Air Bersih

Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang
kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak
sesuai peraturan menteri kesehatan No. 416/MENKES/PER/IX/1990 (Departemen
Kesehatan RI, 1990). Air minum adalah air yang memenuhi syarat kesehatan dan
dapat langsung diminum dan berasal dari penyediaan air minum sesuai keputusan
menteri kesehatan No. 907/MENKES/SK/VII/2002 (Departemen Kesehatan
RI,2002). Sarana air bersih adalah semua sarana yang dipakai sebagai sumber air
bagi penghuni rumah yang digunakan untuk kehidupan sehari-hari. Hal yang perlu
diperhatikan dalam pembuatan sarana air bersih antara lain:

a. jarak antara sumber air dengan sumber pengotoran (seperti septic tank,
tempat pembuangan sampah air limbah) minimal 10m.
b. pada sumur gali sedalam 10m dari permukaan tanah dibuat kedap air denga
pembuatan cincin dan bibir sumur
c. penampungan air hujan lindung air, sumur arthesis aatau terminal air aatau
perpipaan/kran sumur gali terjaga kebersihannya dan dipelihara rutin.

Sistem pengelolaan air bersih PTPN IV Bah Butong Berasal dari sumur bor dan
sumber mata air yang berasal dari daerah PTPN IV Tobasari.

3. Sistem Pengelolaan Sanitasi Makanan Dan Minuman


PTPN IV Tobasari adalah industri pengolahan makanan dan minuman
( Pengolahan bubuk teh), oleh sebab itu pengolahan harus dilakukan secara
higienis personel. Pemastian higienes personil pada organisasi di tetapkan pada
38
prosedur hygiene dengan prinsip memastikan kebersihan personil serta kondisi
fisik sebelum melakukan produksi agar produk terjamin keamanan dan
kualitasnya. Manajemen menetapkan aturan :
a. fasilitas kebersihan personel di toilet
b. kantin staf dan area makan khusus
c. pakaian kerja dan pakaian pelindung
d. status kesehatan
e. penyakit dan cedera
f. kebersihan pribadi
g. perilaku pribadi

PTPN IV Tobasari juga memiliki prosedur sanitasi makanan agar tidak


terkontaminasi. Adapun prosedur tersebut adalah :
1. Karyawan yang terlibat proses pengolahan atau yang kontak dengan produk
harus dipastikan dalam kondisi bersih dan sehat.
2. Karyawan yang diketahui atau diduga menderita penyakit yang mungkin
ditularkan melalui pangan tidak diperbolehkan masuk ke area penanganan
pangan jika ada kemungkinan mereka mengkontaminasi pangan.
3. Pemeriksaan medis penanganan pangan harus dilakukan jika terindikasi secara
klinis atau epidemiologis.
4. Sakit dan cedera harus dilaporkan sehingga perlu pemeriksaan medis dan atau
tidak diperbolehkan menangani pangan. (penyakit kuning,
diare,muntah,demam,sakit,tenggorokan dengan demam,infeksi kulit yang
terbuka serta keluarnya cairan dari telinga, mata atau hidung).
5. Pemastian kesehatan karyawan dilakukan dengan persyaratan dalam form
personal Hygiene.
6. Setiap masuk area produksi harus memakai seragam baik untuk karyawan
maupun pihak luar.
7. Seragam kerja karyawan terdiri dari pakaian pelindung, penutup kepala, masker
sarung tangan dan sepatu boot.
8. Penggunaan sarung tangan oleh seluruh karyawan produksi yang menangani
pangan..
9. Pengunjung yang memasuki area produksi juga harus memakai jas, pelindung
rambut, masker, mengganti alas kaki dan sarung tangan jenis plastic sekali
pakai.
39
10.Pengunjung harus menjaga perilaku dan kebersihan sama seperti karyawan.
11.Seragam kerja karyawan harus selalu bersih dan diganti setiap satu kali proses
produksi.
12.Setiap karyawan harus mencuci tangan sebelum dan sesudah bekerja.
13.Jika terjadi luka/tergores harus segera ditutup dengan perban yang tahan air.
14.Setiap karyawan harus menjaga kebersihan dirinya,kuku tidak panjang, rambut
rapi dan tidak menggunakan aksesoris.
15.Tidak merokok di area kerja.
16.Tidak meludah sembarangan.
17.Tidak mengunyah atau makan saat kegiatan penanganan produk.
18.Tidak bersin dan batuk diatas produk yang terbuka.
19.Memakai tisu kering/handuk kertas untuk mengeringkan tangan dan jangan
dikringan pada pakaian.
20.Tidak menggosok mata, menjilat jari, mengorek hidung atau telinga dan
menggaruk menggaruk kepala.
21.Jangan memakai tempat cuci alat-alat untuk mencuci tangan.
22.Monitoring pelaksanaan personal hygiene dilakukan oleh QC dengan mengisi
form control yang telah disiapkan.
4. Sistem Pengelolaan Pengendalian Vektor Dan Serangga
Mekanisme pengendalian hama (vector dan serangga) diterapkan pada
organisasi tertuang dalam prosedur pengendalian haama (vector dan serangga).
Termasuk jenis pengendalian, penanggung jawab serta pencatatan monitoring dan
evaluasi. Berikut prosedur sistem pengendalian vector dan serangga :
1. Gedung harus dijamin tercegah dari masuknya serangga atau
binatang lain.
2. Pengendalian serangga dilakukan secara menyeluruh pada area
proses setiap 1 kali sebulan.
3. Penyemprotan residual dilakukan untuk meminimalkan
gangguan serangga merayap. Penyemprotan dilakukan pada
celah celah dan retakan yang biasa menjadi tempat
persembunyian serangga.
4. Pengendalian hama dilaksanakan 1 kali sebulan, memadukan
berbagai metoda sistem perangkap.

40
5. Semua pintu masuk penyimpanan makanan dipastikan ditutup
rapat dan bias menutup dengan baik untuk menghindari hama
masuk.
6. Tempat sampah harus tertutup sehingga tidak mengundang hama
dan mikroba.
7. Secara berkala dilakukan pemeriksaan atap gedung dan saluran
air atap untuk memastikan tidak ada sarang burung pada atap dan
saluran air.
8. Dilakukan Fumigasi untuk pengendalian hama serangga. Semua
pestisida harus diperlakukan sebagai racun dan harus dijauhkan
dari produk jadi, bahan baku dan bahan kemasan.
9. Hama seperti semut dan kecoa, apabila ditemukan langsung
dilakukan tindakan untuk dibersihkan.
10. Pengendalian hama dilaporkan dalam formulir monitoring hama.

41
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil survey mengenai gambaran pelaksanaan program keselamatan

dan kesehatan kerja dan sanitasi industri di PT. Perkebunan Nusantara IV Tobasari

meliputi:

1. Pelaksanaan Program K3 dan sanitasi industri sudah memiliki komitmen

dari pimpinan perusahaan upaya mendukung keberhasilan pelaksanaan

program keselamatan dan kesehatan kerja pada setiap proses pekerjaan

dan telah terlaksana dengan baik dan sesuai dengan prosedur yang ada

pada perusahaan..

2. Pembinaan Program K3 dan sanitasi industri dilaksanakan dengan upaya

yaitu melalui komunikasi, motivasi dan pelatihan.

3. Pengawasan Program K3 dan Sanitasi Industri mencakup pengawasan

keselamatan kerja dan kesehatan kerja dilaksanakan dengan baik dan

berjalan dengan rutin sesuai dengan prosedur yang ada pada perusahaan.

5.2 Saran

1. Pelaksanan K3 dan sanitasi industri di PTPN IV Tobasari sudah berjalan dengan

42
baik, hanya saja kesadaran para karyawan/perkerja belum sepenuhnya optimal

dalam menerapkan pelaksanaan K3 dan sanitasi industri. Oleh sebab itu

karyawan/pekerja diberikan sosialisasi dan monitoring yang lebih agar

pelaksanaan K3 dan sanitasi industri lebih optimal.

2. Peran tim P2K3 dan tim Sanitasi Industri sebagai komunikator, pembina,

pengawas, pelaksana, edukator, identifikasi dan investigasi yang telah baik dan

aktif tetap di pertahankan agar tercapainya pelaksanaan program keselamatan

dan kesehatan yang lebih baik. Pelaksanaan program K3 dan Sanitasi Industri

harus dilakukan sesuai dengan kebijakan yang sudah ditetapkan oleh pimpinan

perusahaan agar lebih optimal, jika memiliki kendala sebaiknya langsung

dikomunikasikan pada pimpinan perusahaan.

Dokumentasi

43
44
45
46
\

47
48

Anda mungkin juga menyukai