NAMA KELOMPOK
NAMA NIM
RICO SIANIPAR P00933221077
ROSMAIDA HF.NAINGGOLAN P00933221079
SITI WARNI PURBA P00933221081
2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat Nya kita dapat menyelesaikan pembuatan Laporan hasil Praktek Kerja Industri di
PTPN IV UNIT THE TOBA SARI
Tujuan diadakannya Praktek Kerja Institusi ini adalah untuk mengaplikasikan ilmu yang
telah didapatkan sebagai mahasiswi pada program studi kesehatan lingkungan serta untuk
memenuhi syarat dalam menyelesaikan pendidikan akhir di Kemenkes Politeknik Kesehatan
Medan, Program Studi Ajeng sanitasi D-IV Kabanjahe.
Pada kesempatan ini, kami tidak lupa mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada:
2. Dosen Pembimbing Ibu Jernita Sinaga SKM,MPH yang telah memberikan arahan serta
bimbingan dalam penyusunan laporan Praktek Kerja Institusi.
3. Bapak Hotman Siahaan SE, selaku Pimpinan bagian SDM dan pembimbing di Pabrik
Teh PTPN IV Bah Butong
Semoga Laporan Kerja Institusi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan
bagi mahasiswa pada khususnya. Akhir kata mahasiswa mengucapkan terimakasih.
i
LEMBAR PENGESAHAN
MATA KULIAH : SANITASI INDUSTRI
MENGETAHUI:
Mengetahui,
NIP. 196203261985021001
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
Daftar Tabel..............................................................................................................................iv
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
1.1 PENDAHULUAN.......................................................................................................1
1.2 TUJUAN KURIKULUM............................................................................................2
1.3 Ruang Lingkup PKL di Lingkungan Industri..............................................................2
1.4 METODE PENAMBILAN DATA..................................................................................3
BAB II........................................................................................................................................4
LANDASAN TEORI.................................................................................................................4
2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)...........................................................................4
2.2 Kecelakaan Kerja dan Pencegahannya........................................................................6
BAB III.....................................................................................................................................16
METODE PELAKSANAAN...................................................................................................16
BAB IV....................................................................................................................................16
HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................................................17
BAB V......................................................................................................................................41
KESIMPULAN DAN SARAN................................................................................................41
Daftar Pustaka..........................................................................................................................42
Lampiran..................................................................................................................................44
Dokumentasi............................................................................................................................45
iii
Daftar Tabel
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 PENDAHULUAN
1
1.2 TUJUAN KURIKULUM
a. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengidentifikasi, melaksanakan kegiatan dan memberikan
pemecahan masalah yang ditimbulkan pada persyaratan Sanitasi industri,
keselamatan dan kesehatan kerja di Industri.
b. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu mengumpulkan data Kesehatan Lingkungan dan kesehatan
kerja di industri.
2. Mahasiswa mampu menganalisis dan menentukan pemecahan masalah
kesehatan lingkungan dan kesehatan kerja di Industri.
3. Mahasiswa mampu memberikan saran-saran perbaikan bila ditemukan ada
masalah tentang sanitasi dan Keselamatan Kerja serta pencemaran lingkungan
industry
2
1.4 METODE PENAMBILAN DATA
Pengambilan Data
a. Data primer
Data primer diperoleh dari informan dengan menggunakan pedoman
wawancara kepada pihak terkait.
b. Data sekunder
Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumen
terkait pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja
a. Wawancara
Wawancara merupakan teknik untuk menggali
informasi yang berkenaan dengan suatu masalah dengan
melakukan kegiatan tanya jawab secara langsung atau
bertatap muka dengan pihak yang memiliki kaitan
dengan obyek yang akan diteliti. Teknik ini
dimaksudkan untuk mengumpulkan data mengenai
pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja.
b. Dokumentasi
22
BAB II
LANDASAN TEORI
Masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) sudah dikenal sejak berabad abad
yang lalu sejalan dengan perkembangan industry. Pada awal perkembangannya penanganan
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) masih terbatas pada kegiatan inspeksi untuk
memeriksa kondisi lingkungan kerja. Kemudian pada tahun 1930-an , H.W. Heinrich
seorang ahli K3 dengan teori dominonya mengawali pendekatan K3 secara ilmiah dengan
mengemukakan teori tentang sebab kecelakaan yang dikenal sebagai unsafe action dan
unsafe condition.
Menurut Alamsyah dan Muliawati (2013) bahwa hakikat dari Kesehatan Dan
Keselamatan Kerja (K3) meliputi dua hal, yaitu:
1. Sebagai alat untuk mencapai derajat kesehatan tenaga kerja seoptimal mungkin, pada
pekerja/buruh,petani,nelayan,pegawai negeri,pengusaha, manajer atau pekerja bebas di
semua sector kegiatan ekonomi dan non ekonomi formal, sehingga tercapai
kesejahteraan tenaga kerja
2. Sebagai alat untuk meningkatkan produksi dan produktivitas, yang berlandaskan
kepada perbaikan daya kerja dan produktivitas faktor manusia dalam produksi.
23
Salah satu organisasi professional K3 di USA, International Association of Safety
Professional (IASP) menetapkan 8 prinsip K3 yang menjadi landasan pengembangan
K3 sebagia berikut :
b. Kebijakan K3
Kebijakan adalah arah yang ditentukan untuk dipatuhi dalam proses kerja dan
organisasi perusahaan.Kebijakanyangditetapkanmanajemenmenuntut partisipasi dan kerja
sama semua pihak. Setiap pesserta diberi arahan dan pemikiran nyang membantu mencapai
semua sasaran dan hasil. Setiap kebijakan mengandung sasaran jangka panjang dan
ketentuan yang harus dipatuhi setiap kategori fungsionaris perusahaan.
sama semua pihak.Setiap peserta diberi arahandan pemikiranyangakanmembantunya
Oleh karena itu, kebijakan K3 sangat penting dan menjadi landasan utama yang
diharapkan mampu menggerakkan semua partikel yang ada dalam organisasi sehingga
programK3yangdiinginkandapatberhasildenganbaik. Namun demikian, suatu kebijakan hen
daknya jangan hanya bagus dan indahdiatas kertas tetapi tidak ada implementasi atau
24
tindak lanjutnya sehingga akan sia-sia belaka. Tanpa adanya kebijakan yang dilandasi
dengan komitemen yang kuat, apapun yang direncanakan tidak akan berhasil dengan baik.
Frank Bird dalam bukunya “Commitment”, menyebutkan bahwa komitmen adalah niat
atau tekad untuk melaksanakan sesuatu yang menjadi daya dorong yang sangat kuat untuk
mencapai tujuan. Tekad dan keinginan tersebut, akan tercermin dalam sikap dan
tindakannya tentang K3. Tanpa komitmen dari semua unsure dalam organisasi, khususnya
para pimpinan, pelaksanaan K3 tidakakan berjalan dengan baik.
terduga semula yang dapat menimbulkan kerugian baik waktu, harta benda atau
property maupun korban jiwa yang terjadi di dalam suatu proses kerja industri. Dengan
demikian kecelakaan kerja mengandung unsur-unsur sebagai berikut:
25
B. Sebab-sebab Kecelakaan Kerja
Suatu kecelakaan kerja hanya akan terjadi apabila terdapat berbagai faktor penyebab
secara bersamaan pada suatu tempat kerja atau proses produksi.
a. Sebab dasar atau asal mula. Sebab dasar merupakan sebab atau faktor yang
mendasari secara umum terhadap kejadian atau peristiwa kecelakaan. Sebab dasar
kecelakaan kerja di industri antara lain meliputi faktor :
- Komitmen atau partisipasi dari pihak manajemen atau pemimpin perusahaan
dalam upaya penerapan K3 di perusahaannya
- Manusia atau para pekerja sendiri, dan
- Kondisi tempat kerja, sarana kerja dan lingkungan kerja
b. Sebab Utama.
Sebab utama dari kejadian kecelakaan kerja adalahadanya faktor dan
persyaratan K3 yang belum dilaksanakan secara benar (substandards). Sebab
utama kecelakaan kerja antara lain :
1) Faktor manusia atau dikenal dengan istilah tindakan tidak aman
(Unsafe Actions), yaitu tindakan berbahaya dari para tenaga kerja
yang mungkin dilatar belakangi oleh berbagai sebab antara lain :
a) Kekurangan pengetahuan dan keterampilan (lack of knowledge and
skill)
b) Ketidakmampuan untuk bekerja secara normal (Inadequate
Capability)
c) Ketdakfungsian tubuh karena cacat yang tidak nampak (Bodilly
Defect)
d) Kelelahan dan kejenuhan (fatigue and boredom)
e) Sikap dan tingkah laku yang tidak aman (unsafe attitude and
habits)
f) Kebingungan dan stress (confuse and stress) karena prosedur kerja
yang baru belum dapat dipahami
g) Belum menguasai/belum tampil dengan peralatan atau mesin-
mesin baru (lack of skill)
26
h) Penurunan konsentrasi (dificulty in concentrating) dari tenaga
kerja saat melakukan pekerjaan
i) Sikap masa bodoh (Workers ignorance) dari tenaga kerja
j) Kurang motivasi kerja (Improper Motivation) dari tenaga kerja
k) Kurang adanya kepuasan kerja (Improper Motivation)
l) Sikap kecenderungan mencelakai diri sendiri
2) Faktor lingkungan atau dikenal dengan kondisi tidak aman
(Unsafe conditions) yaitu kondisi tidak aman dari mesin, peralatan,
bahan; lingkungan dan tempat kerja;proses kerja; sifat pekerjaan dan
sistem kerja. Lingkungan dalam artian luas dapat diartikan tidak saja
lingkungan fisik, tetapi juga faktor-faktor yang berkaitan dengan
penyediaan fasilitas, pengalaman manusia yang lalu maupun sesaat
sebelum bertugas, pengaturan organisasi kerja, hubungan sesama
pekerja, kondisi ekonomi dan politik yang bisa mengganggu
konsentrasi.
C. Interaksi Manusia-Mesin dan Sarana Pendukung Kerja yang Tidak Sesuai
(Unsafe Man-Machine Interaction) yaitu interaksi manusia dan sarana
pendukung kerja merupakan sumber penyebab kecelakaan. Apabila interaksi
antara keduanya tidak sesuai maka akan menyebabkan terjadi suatu kesalahan
yang mengarah kepada terjadinya kecelakaan kerja. Dengan demikian,
penyediaan sarana kerja yang sesuai dengan kemampuan, kebolehan dan
keterbatasan manusia, harus sudah dilaksanakan sejak desain dan sistem kerja.
Alat pelindung diri (APD) adalah perlengkapan yang wajib digunakan pada saat
melakukan pekerjaan sesuai dengan bahaya atau risiko yang terdapat di tempat kerja untuk
menjaga keselamatan pekerja. Perusahaan atau pelaku usaha yang mempekerjakan pekerja
atau buruh memiliki kewajiban menyediakan APD di tempat kerja. Alat pelindung diri
akan memberikan perlindungan yang efektif apabila APD tersebut dipilih secara tepat dan
selalu dipakai oleh pekerja yang bersangkutan.
Pemilihan APD yang salah, selain tidak bermanfaat dapat juga menimbulkan bahaya
tambahan bagi pemakainya. Instruksi secara lisan maupun secara tulisan perlu diberikan
27
kepada semua pekerja tentang apa dan dalam keadaan apa APD harus digunakan oleh
pekerja, apakah APD dipakai secara terus menerus selama bekerja atau hanya pada saat
melakukan pekerjaan tertentu. Demikian pula poster-poster tentang keselamatan dan
kesehatan kerja perlu dipasang di tempat kerja yang dapat dibaca dengan mudah oleh
pekerja (Buntarto, 2015).
Alat pelindung diri adalah alat yang digunakan oleh para pekerja selama melakukan
pekerjaan sesuai dengan kriteria pekerjaan masing-masing dengan maksud tujuan untuk
melindungi pekerja agar selama bekerja mendapatkan kenyamanan dan keselamatan
bekerja (Suma’mur , 2010).
Alat pelindung diri (APD) terbagi menjadi tiga bagian, yaitu APD bagian kepala, APD
bagian tubuh dan APD bagian tubuh lainnya.
Fungsi Alat pelindung kepala adalah alat pelindung yang berfungsi untuk melindungi
kepala dari benturan, terantuk, kejatuhan atau terpukul benda tajam atau benda keras yang
melayang atau meluncur di udara, terpapar oleh radiasi panas, api, percikan bahan-bahan
kimia, jasad renik (mikro organisme) dan suhu yang ekstrim. Jenis Jenis alat pelindung
kepala terdiri dari helm pengaman (safety helmet), topi atau tudung kepala, penutup atau
pengaman rambut, dll
Fungsi Alat pelindung mata dan muka adalah alat pelindung yang berfungsi untuk
melindungi mata dan muka dari paparan bahan kimia berbahaya, paparan partikel-partikel
yang melayang di udara dan di badan air, percikan bendabenda kecil, panas, atau uap
panas, radiasi gelombang elektromagnetik yang mengion maupun yang tidak mengion,
pancaran cahaya, benturan atau pukulan benda keras atau benda tajam.
Jenis Jenis alat pelindung mata dan muka terdiri dari kacamata pengaman (spectacles),
goggles, tameng muka (face shield), masker selam, tameng muka dan kacamata pengaman
dalam kesatuan (full face masker).
28
Fungsi Alat pelindung telinga adalah alat pelindung yang berfungsi untuk melindungi
alat pendengaran terhadap kebisingan atau tekanan. Jenis Jenis alat pelindung telinga terdiri
dari sumbat telinga (ear plug) dan penutup telinga (ear muff).
Fungsi Alat pelindung pernapasan adalah alat pelindung yang berfungsi untuk
melindungi organ pernapasan dengan cara menyalurkan udara bersih dan sehat dan/atau
menyaring cemaran bahan kimia, mikro-organisme, partikel yang berupa debu, kabut
(aerosol), uap, asap, gas/ fume, dan sebagainya.
Jenis Jenis alat pelindung pernapasan dan perlengkapannya terdiri dari masker,
respirator, katrit, kanister, re-breather, airline respirator, Continues Air Supply Machine =
Air Hose Mask Respirator, tangki selam dan regulator (SelfContained Underwater
Breathing Apparatus /SCUBA), Self-Contained Breathing Apparatus (SCBA), dan
emergency breathing apparatus.
Fungsi Pelindung tangan (sarung tangan) adalah alat pelindung yang berfungsi untuk
melindungi tangan dan jari-jari tangan dari paparan api, suhu panas, suhu dingin, radiasi
elektromagnetik, reaksi mengion, arus listrik, bahan kimia, benturan, pukulan dan tergores,
terinfeksi zat pathogen (virus dan bakteri) dan jasad renik.
Jenis Jenis pelindung tangan terdiri dari sarung tangan yang terbuat dari logam, kulit,
kain kanvas, kain berlapis, karet, dan sarung tangan yang tahan bahan kimia.
Fungsi Alat pelindung kaki berfungsi untuk melindungi kaki dari tertimpa atau
berbenturan dengan benda-benda berat, tertusuk benda tajam, terkena cairan panas atau
dingin, uap panas, terpajan suhu yang ekstrim, terkena bahan kimia berbahaya dan jasad
renik, tergelincir.
Jenis Jenis Pelindung kaki berupa sepatu keselamatan pada pekerjaan peleburan,
pengecoran logam, industri, kontruksi bangunan, pekerjaan yang berpotensi bahaya
peledakan, bahaya listrik, tempat kerja yang basah atau licin, bahan kimia dan jasad renik,
dan/ atau bahaya binatang dan lain-lain.
f. Pakaian pelindung
29
Fungsi Pakaian pelindung berfungsi untuk melindungi sebagian badan atau seluruh
bagian badan dari bahaya temperatur panas atau dingin yang ekstrim, pajanan api dan
benda-benda panas, percikan bahan-bahan kimia cairan dan logam panas, uap panas,
benturan (impact) dengan mesin, peralatan dan bahan, tergores, radiasi, binatang, mikro-
organisme pathogen dari manusia, binatang, tumbuhan dan lingkungan seperti virus,
bakteri dan jamur. Jenis Jenis pakaian pelindung terdiri dari rompi (vests), celemek
(apron/coveralls), jaket, dan pakaian pelindung yang menutupi sebagian atau seluruh
bagian badan.
SANITASI INDUSTRI
30
d) Memprediksi pengaruh yang mungkin ditimbulkan oleh limbah cair
tersebut terhadap komponen lingkungan lainnya. ( Effendi,2003)
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya
memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak sesuai peraturan
menteri kesehatan No. 416/MENKES/PER/IX/1990 (Departemen Kesehatan RI, 1990).
Air minum adalah air yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum
dan berasal dari penyediaan air minum sesuai keputusan menteri kesehatan No.
907/MENKES/SK/VII/2002 (Departemen Kesehatan RI,2002). Sarana air bersih adalah
semua sarana yang dipakai sebagai sumber air bagi penghuni rumah yang digunakan
untuk kehidupan sehari-hari. Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan sarana air
bersih antara lain:
a) Jarak antara sumber air dengan sumber pengotoran (seperti septic tank,
tempat pembuangan sampah air limbah) minimal 10m.
b) Pada sumur gali sedalam 10m dari permukaan tanah dibuat kedap air denga
pembuatan cincin dan bibir sumur
c) Penampungan air hujan lindung air, sumur arthesis aatau terminal air aatau
perpipaan/kran sumur gali terjaga kebersihannya dan dipelihara rutin.
SARANA SANITASI
a) Toilet
1. Letak tidak berhubungan langsung (terpisah) dengan dapur, ruang persiapan
makanan, ruang tamu dan gudang makanan.
2. Di dalam toilet harus tersedia jamban
3. Toilet untuk wanita terpisah dengan toilet untuk pria
4. Harus tersedia bak dan air bersih dalam keadaan cukup
5. Jamban harus dibuat dengan tipe leher angsa
b) Tempat Sampah
1. Tempat sampah dibuat dari bahan kedap air, tidak mudah berkarat.
2. Jumlah dan volume tempat sampah disesuaikan dengan produk sampah yang
dihasilkan pada setiap tempat kegiatan
31
3. Tersedia pada setiap tempat / ruang yang memproduksi sampah
4. Sampah sudah harus dibuang dalam waktu 24 jam dari rumah makan atau
restoran.
c) Tempat Cuci Tangan
1. Jumlah tempat cuci tangan untuk tamu disesuaikan dengan kapasitas tempat
duduk.
2. Tersedia tempat cuci tangan khusus karyawan.
3. Fasilitas cuci tangan ditempatkan sedemikian rupa sehingga mudah dicapai oleh
tamu atau karyawan.
4. Fasilitas cuci tangan dilengkapi dengan air yang mengalir
d) Tempat mencuci Peralatan
1. Terbuat dari bahan yang kuat, aman, tidak berkarat dan mudah dibersihkan.
2. Air untuk keperluan pencucian dilengkapi dengan air panas suhu 40˚c-80˚c dan
air dingin yang bertekanan 15 psi (1,2 kg/cm2 ).
3. Tempat pencucian peralatan dihubungkan dengan saluran pembuangan air
limbah.
4. Bak pencucian sedikitnya terdiri dari tiga bak yaitu untuk mengguyur,
menyabun dan membilas.
Pengendalian vektor adalah semua kegiatan atau tindakan yang ditujukan untuk
menurunkan populasi vektor serendah mungkin sehingga keberadaannya tidak lagi
berisiko untuk terjadinya penularan penyakit tular vektor di suatu wilayah atau
menghindari kontak masyarakat dengan vektor sehingga penularan penyakit tular
vektor
32
b. Berdasarkan azas keamanan terhadap semua faktor lingkungan,
rasionalitas dan efektifitas pelaksanaannya serta mempertimbangkan
kelestarian keberhasilannya.
c. Memutuskan rantai penularan antara sumber penyakit dengan manusia
atau mencegah tertularnya suatu penyakit menular kepada manusia
melalui peranan vektor penyakit dan binatang pengganggu.
BAB III
METODE PELAKSANAAN
Praktikum ini dilaksanakan secara daring pada tanggal 04 JULI 2022- 04 AGUSTUS
2022 di UNIT THE TOBA SARI PTPN IV.
33
Objek pengamatan dalam praktek kerja ini yaitu kesehatan dan keselamatan kerja dan
ilmu sanitasi dasar seperti Tata cara pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja,
Penyediaan air dan Pengolahan Limbah Cair industri,, Pemberantasan Vektor, Pengolahan
Sampah, dan Penyehatan Udara.
Metode pengambilan data yang digunakan adalah metode luring dimana pembimbing
CI di Unit TehTobasari PTPN IV menjelaskan secara langsung atau tatap muka kepada
mahasiswa.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL
34
SEJARAH SINGKAT
Pada awalnya Kebun Tobasari merupakan bagian dari Kebun Sidamanik yang
didirikan oleh HVA (Handels Vereniging Amsterdam) dari negeri Belanda. Pada tahun
1957 diambil alih oleh Pemerintah Republik Indonesia dan disebut PPN Sumut III
Tahun 1961 berubah menjadi PPN Aneka Tanaman (Antan) VI, selanjutnya pada
tahun 1968 menjadi PPN VIII, dan pada tahun 1974 berubah menjadi PT Perkebunan
VIII
Pada tanggal 11 Maret 1996 bergabung dengan PT. Perkebunan VI dan PT.
Perkebunan VII sesuai Keppres No. 9 tahun 1996 tentang peleburan perusahaan
Perseroan (Persero) PT. Perkebunan VI, VII, VIII, menjadi Perusahaan Perseroan
(Persero) PT. Perkebunan Nusantara IV.
Pabrik teh Tobasari didirikan pada tanggal 27 Mei 1978 dan selesai akhir
tahun 1978, beroperasi bulan Januari 1979 dan diresmikan tanggal 15 Mei 1979.
Areal tanaman berasal dari ex Kebun Sidamanik ditambah tanaman baru sejak tahun
1978 seluas 182 Ha.
LETAK GEOGRAFIS
.74 ha
- TBM = 35.41 ha
35
- Areal lain-lain = 92.19 ha
Jumlah Karyawan Pimpinan PTPN. IV Unit Kebun Tobasari adalah 1 orang dan
Karyawan Pelaksana 336 orang.
KESEJAHTERAAN SOSIAL
SARANA PENDIDIKAN
Di sekitar kebun tersedia sarana pendidikan mulai dari SD, SMP, Madrasah. Sedang
SMU berada di Sidamanik (+ 6 Km dari kebun Tobasari). Dari pemukiman sampai ke
Sidamanik disediakan angkutan oleh perusahaan.
Untuk yang bersekolah dan bertempat tinggal di luar Kebun diberi bantuan
pemondokan anak sekolah.
36
Sortasi Pengeringan Pemeraman
PRODUKSI
Pucuk teh dari kebun diolah menjadi produk teh hitam orthodox. Jenis-jenis teh jadi
yang dihasilkan adalah sebagai berikut :
- Grade I (Mutu Ekspor), terdiri dari 7 (tujuh) jenis yaitu : BOP I, BOP, BOPF, BP,
BT, PF dan Dust I
Grade III (Mutu Lokal ), terdiri dari 1 (satu) jenis yaitu : RBO
PEMASARAN
Teh Hitam PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Tobasari sudah di kenal di Manca
Negara yang telah menjadi tujuan ekspor seperti negara-negara di Eropa, Amerika,
New Zealand, Australia, Malaysia, Singapura, Irak, Iran, Eqypt, Saudi Arabia,
Jordania, Pakistan, Rusia, dan lain – lain.
38
4.1 Pembahasan
A. Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Alat Pelindung Diri (APD) Pada Karyawan/Pekerja
Peraturan yang mengatur penggunaan alat pelindung diri ini tertuang dalam Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 48 tahun 2016 tentang standar keselamatan
dan kesehatan kerja dimana setiap pengusaha atau pengurus perusahaan wajib menyediakan
Alat Pelindung Diri secara Cuma-cuma terhadap tenaga kerja. Berdasarkan peraturan
tersebut secara tidak langsung setiap pekerja diwajibkan untuk memakai APD yang telah
disediakan oleh perusahaan. Alat Pelindung Diri yang disediakan oleh pengusaha dan
dipakai oleh tenaga kerja harus memenuhi syarat pembuatan, pengujian, dan sertifikat.
4. Fermentasi
Jenis jenis APD yang terdapat di fermentasi adalah helm dan sarung
tangan.
29
5. Operator heater, melengsir cangkang dan membersihkan flime pape
Jenis jenis APD yang terdapat di operator heater, melengsir cangkang
dan membersihkan flime pape adalah sarung tangan kulit, masker, kaca mata
hitam, sepatu boot dan baju tahan api.
IKA
30
Sistem Pelaksanaan Pemeriksaan Kesehatan Secara Berkala Dan Rutin
Program kesehatan kerja merupakan suatu hal penting dan perlu diperhatikan
oleh pihak perusahaan. Karena dengan adanya program kesehatan yang baik akan
menguntungkan para karyawan secara material, karena karyawan akan lebih jarang
absen, bekerja dengan lingkungan yang lebih menyenangkan, sehingga secara
keseluruhan karyawan akan mampu bekerja lebih lama. Program Kesehatan Kerja di
PT. Perkebunan Nusantara IV Tobasari sudah terlaksana baik dan sesuai dengan
prosedur kesehatan. Sistem Pelaksanaan Pemeriksaan Kesehatan Kerja yang ada di PT.
Perkebunan Nusatara IV Tobasari dilakukan setiap tahun oleh tim kesehatan dari
Perusahaan PT. Perkebunan Nusantara IV Tobasari dan juga tim kesehatan dari
pemerintah setempat.
Pengawasan
31
baik dari lembaga maupun perusahaan dimana bekerja. P2K3 ada beberapa
macam pengawasan yaitu:
1. Pengawasan Keselamatan Kerja meliputi:
a. Inspeksi tempat kerja setiap bulanan dan triwulan
b. Investigasi masalah dilakukan pada saat ada masalah,
untuk menghindari terjadinya kecelakaan kerja
Penyuluhan
2. Sasaran K3
a) Menurunkan angka kecelakaan kerja
b) Memenuhi kebutuhan APD untuk pekerja.
c) Memasang notifikasi himbuan dan berkaitan dengan K3
ditempat kerja.
32
Penilaian Risiko
P Tinga
t
P
Kegiatan Bahaya Resiko Risiko
el
Akibat
ua
n
g
33
E 1. Operator Proses pekerjaan yg 1. Tangan 3 D M
. Heater berhubungan dengan terkena api
2. Melangsir api dan abu 2. Penglihatan 3 D M
cangkang menjadi buram 3 D M
3. Membersihka 3. Gangguan
n flime pape pernapasan
34
Berdasarkan UU No. 1 Tahun 1970 Pasal 11 Ayat 1 yang menyatakan bahwa
pengurus diwajibkan melaporkan tiap kecelakaan yang terjadi dalam tempat kerja.
Pada saat melakukan kegiatan di tempat kerja tentu memiliki resiko kecelakan kerja,
oleh sebab itu ada upaya upaya penanggulangan kecelakaan kerja. Upaya upaya
penanggulangan kecelakan di PTPN IV Tobasari dilakukan sebagai berikut :
-Fermentasi
35
Upaya-upaya yang dilakukan adalah mengikuti intruksi kerja, memakai
APD(sarung tangan, masker, sepatu dan tudung kepala) dan pemberian pudding
(susu,telur dan bubur kacang hijau).
HSE adalah singkatan dari health, safety and environment yang merupakan serangkaian
proses dan prosedur yang mengidentifikasi potensi bahaya pada lingkungan kerja. Adapun
tugas pokok dan fungsi HSE sebagai berikut :
Tugas HSE
Fungsi HSE
Limbah Padat
Limbah Cair
Limbah cair adalah sisa hasil buangan proses produksi atau aktivitas
domestic yang berupa cairan. Limbah cair dapat berupa air beserta bahan-bahan
buangan lain yang tercampur (tersuspensi) maupun terlarut dalam air.
37
Pastikan sampah diambil oleh petugas kebersihan setiap hari, untuk
dibuang ke tempat pembuangan akhir.
Limbah bekas pencucian produk dan pencucian peralatan atau fasilitas
proses lainnya di alirkan pada satu aliran pembuangan yang menuju ke
luar area bangunan.
Tim internal memastikan tidak ada penyumbatan pada saluran
pembuangan dengan melakukan pengecekan mingguan.
Pemantauan limbah dilakukan pada formulir pengelolaan limbah.
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang
kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak
sesuai peraturan menteri kesehatan No. 416/MENKES/PER/IX/1990 (Departemen
Kesehatan RI, 1990). Air minum adalah air yang memenuhi syarat kesehatan dan
dapat langsung diminum dan berasal dari penyediaan air minum sesuai keputusan
menteri kesehatan No. 907/MENKES/SK/VII/2002 (Departemen Kesehatan
RI,2002). Sarana air bersih adalah semua sarana yang dipakai sebagai sumber air
bagi penghuni rumah yang digunakan untuk kehidupan sehari-hari. Hal yang perlu
diperhatikan dalam pembuatan sarana air bersih antara lain:
a. jarak antara sumber air dengan sumber pengotoran (seperti septic tank,
tempat pembuangan sampah air limbah) minimal 10m.
b. pada sumur gali sedalam 10m dari permukaan tanah dibuat kedap air denga
pembuatan cincin dan bibir sumur
c. penampungan air hujan lindung air, sumur arthesis aatau terminal air aatau
perpipaan/kran sumur gali terjaga kebersihannya dan dipelihara rutin.
Sistem pengelolaan air bersih PTPN IV Bah Butong Berasal dari sumur bor dan
sumber mata air yang berasal dari daerah PTPN IV Tobasari.
40
5. Semua pintu masuk penyimpanan makanan dipastikan ditutup
rapat dan bias menutup dengan baik untuk menghindari hama
masuk.
6. Tempat sampah harus tertutup sehingga tidak mengundang hama
dan mikroba.
7. Secara berkala dilakukan pemeriksaan atap gedung dan saluran
air atap untuk memastikan tidak ada sarang burung pada atap dan
saluran air.
8. Dilakukan Fumigasi untuk pengendalian hama serangga. Semua
pestisida harus diperlakukan sebagai racun dan harus dijauhkan
dari produk jadi, bahan baku dan bahan kemasan.
9. Hama seperti semut dan kecoa, apabila ditemukan langsung
dilakukan tindakan untuk dibersihkan.
10. Pengendalian hama dilaporkan dalam formulir monitoring hama.
41
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil survey mengenai gambaran pelaksanaan program keselamatan
dan kesehatan kerja dan sanitasi industri di PT. Perkebunan Nusantara IV Tobasari
meliputi:
dan telah terlaksana dengan baik dan sesuai dengan prosedur yang ada
pada perusahaan..
berjalan dengan rutin sesuai dengan prosedur yang ada pada perusahaan.
5.2 Saran
42
baik, hanya saja kesadaran para karyawan/perkerja belum sepenuhnya optimal
2. Peran tim P2K3 dan tim Sanitasi Industri sebagai komunikator, pembina,
pengawas, pelaksana, edukator, identifikasi dan investigasi yang telah baik dan
dan kesehatan yang lebih baik. Pelaksanaan program K3 dan Sanitasi Industri
harus dilakukan sesuai dengan kebijakan yang sudah ditetapkan oleh pimpinan
Dokumentasi
43
44
45
46
\
47
48