Anda di halaman 1dari 84

LAPORAN KEGIATAN PRAKTEK BELAJAR LAPANGAN (PBL)

SANITASI RUMAH SAKIT RSUP DR. SARDJITO YOYGAKARTA


TANGGAL 28 OKTOBER – 15 NOVEMBER 2019

DISUSUN OLEH

NO NAMA NIM
1 Adhea Wiputri Mardani P0 5160017 001
2 Chevi Dwi M P0 5160017 006
3 Haryu Sukma Widi N. P0 5160017 053
4 Meri Andriani P0 5160017 019
5 Muhammad Arsadani P0 5160017 059
6 Shindy Bella Ananda P0 5160017 029

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
TAHUN 2019

i
LAPORAN KEGIATAN PRAKTEK BELAJAR LAPANGAN (PBL)
SANITASI RUMAH SAKIT RSUP DR.SARDJITO YOYGAKARTA
TANGGAL 28 OKTOBER – 15 NOVEMBER 2019

MENGETAHUI DAN MENYETUJUI:

PEMBIMBING LAPANGAN PEMBIMBING LAPANGAN

Ali Mukhrodi,S.ST Yohana Dwi Lestari, ST


NIP. 197207031993031004 NIP. 196905241992032001
PEMBIMBING LAPANGAN PEMBIMBING AKADEMIK

R. Muhajid, ST Deri Kermelita, SKM., MPH


NIP. 196109121984031003 NIP. 1978122125012003

KEPALA INSTALASI SANTASI KETUA JURUSAN


LINGKUNGAN KESEHATAN LINGKUNGAN

Jubaidi, SKM., M.Kes


Agung Sapto Budi Nugroho, ST
NIP. 196002091933011001
NIP. 1971072119940310

ii
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah,Tuhan yang maha pengasih lagi maha


penyayang. Segenap civitas Akademika jurusan kesehatan lingkungan
poltekkes kemenkes Bengkulu dan Tim penyusun mengucapkan puji
syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya sehingga
laporan PBL sanitasi rumah sakit RSUP DR.SARDJITO dapat tersusun
dan terselesaikan tepat pada waktunya.

Laporan ini diharapakan dapat digunakan sebagai panduan dan


arahan kepada semua yang terlibat langsung dalam pelaksanaan kegiatan
PBL yaitu panitia pelaksana, peserta didik/mahasiswa, pembimbing
akademik, pembimbing lapangan dari Rumah Sakit. Sebagai sebuah
laporan tentu membuat secara jelas hal-hal yang berkaitan tentang
sanitasi rumah sakit yang merupakan implementasi mata kuliah sanitasi
rumah sakit. Laporan ini juga membuat petunjuk pengamidnistrasian,
pendokumentasian, pemantauan serta evalusai kegiatan termasuk
penilaian terhadap peserta didik, sehingga pelaksanaan PBL yang
merupakan praktek pembelajaran lansung dapat lebih efektif dan efisien
dan terukur.

Kami berharap laporan ini dapat dipahami secara baik dan benar
oleh semua orang,peserta didik/mahasiswa dan para pembimbing serta
supervisor sehingga pelaksanaan kegiatan ini akan lebih terarah, tepat
sasaran dan dapat memaksimalkan pencapaian tujuan. Selanjutnya kami
mahasiswa praktik kerja lapangandan atas nama ketua jurusan kesehatan
lingkungan menyampaikan rasa terima kasih kepada Tim pembimbing dan
pihak-pihak yang terkait di dalam proses penyusunan laporan ini.

Besar harapan kami bahwa laporan ini bermanfaat dan


memberikan kemudahah kepada semuanya,semoga Allah SWT
melindungi dan meridhoi upaya kita untuk menjadikan kehidupan yang
lebih sehat dan sejahtera.

iii
Yogyakarta, Oktober 2019

Penyusun

iv
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. iii


DAFTAR ISI ............................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Tujuan ................................................................................................ 4
C. Manfaat .............................................................................................. 4
D. Ruang Lingkup ................................................................................... 5
BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................ 6
A. Rumah Sakit ....................................................................................... 6
B. Sanitasi Rumah Sakit ......................................................................... 8
C. Lingkup Sanitasi Rumah Sakit ........................................................... 8
BAB III GAMBARAN UMUM .................................................................... 10
A. RSUP Dr. Sardjito ............................................................................ 10
B. Instalasi Sanitasi Lingkungan RSUP Dr.Sardjito .............................. 15
BAB IV PEMBAHASAN ........................................................................... 22
1. Pengolahan Air Bersih ...................................................................... 22
2. Desinfeksi Ruangan (udara) ............................................................. 34
3. Sanitasi Makanan dan Sanitasi Linen ............................................... 50
4. Penyelengaraan Linen Internal Di RSUP Dr. Sardjito ....................... 55
4. Pengendalian Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit ................... 58
5. Pengelohan Limbah .......................................................................... 59
BAB V PENUTUP .................................................................................... 78
A. Simpulan .......................................................................................... 78

v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Program Studi Diploma III Kesehatan Lingkungan


Poltekkes Kemenkes Bengkulu merupakan institusi pendidikan yang
menyelenggarakan kegiatan pembelajaran dengan visi “Menghasilkan
tenaga sanitarian yang kompeten.mandiri,dan unggul dalam
pengelolaan dan pemantauan lingkungan tahun 2020’’. Kontribusi
lingkungan dalam mewujudkan derajat kesehatan merupakan hal yang
essesial di samping masalah perilaku masyarakat. Pelayanan
kesehatan dan faktor keturunan.Lingkungan memberikan kontribusi
terbesar terhada timbulnya masalahn kesehatan masyarakat.
Rumah sakit adalah suatu organisasi kompleks yang
menggunakan Perpaduan peralatan ilmiah yang rumit dan khusus,
yang difungsikan oleh kelompok tenaga terlatih dan terdidik dalam
menghadapi masalah-masalah yang berkaitan dengan pengetahuan
medic modern untuk tujuan pemulihan dan pemeliharaan kesehatan
yang baik. Sedangkan menurut WHO (1957) diberikan batasan yaitu
"suatu bagian yang menyeluruh lengkap kepada masyarakat baik
kuratif maupun rehabilitative dimana output layanannya menjangkau
pelayanan keluarga dan lingkungan rumah sakit juga merupakan pusat
pelatihan tenaga kesehatan serta untuk penelitian biososial".
Rumah Sakit menurut Mentri Kesehatan RI No.
983/Menkes/per/II/1992 yaitu "sarana upaya kesehatan dalam
menyelanggarakan kegiatan pelayanan kesehatan serta dapat
dimanfaatkan untuk pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian."
(Hand Book of Instutionl Parmacy Pratice). Dalam menyelenggarakan
peran dan fungsi rumah sakit selain pelayanan medis diperlukan
pelayanan penunjang salah satunya pelayanan kesehatan lingkungan
atau Sanitasi Rumah Sakit
Sanitasi rumah sakit adalah upaya kesehatan lingkungan
rumah sakit. Sanitasi adalah suatu cara untuk mencegah berjangkitnya

1
suatu penyakit menular dengan jalan memutuskan mata rantai dari
sumber. Sanitasi merupakan usaha kesehatan masyarakat yang
menitikberatkan pada penguasaan terhadap berbagai faktor
lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan (Arifin, 2009).
Sanitasi menurut kamus bahasa Indonesia diartikan
sebagai 'pemelihara kesehatan'. Menurut WHO, sanitasi lingkungan
(environmental sanitation) adalah upaya pengendalian semua faktor
lingkungan fisik manusia yang mungkin menimbulkan atau dapat
menimbulkan hal-hal yang merugikan bagi perkem- bangan fisik,
kesehatan dan daya tahan hidup manusia.
Dalam lingkup Rumah Sakit (RS), sanitasi berarti upaya
pengawasan berbagai faktor lingkungan fisik, kimiawi dan biologik di
RS yang menimbulkan atau mungkin dapat mengakibatkan pengaruh
buruk terhadap kesehatan petugas, penderita, pengunjung maupun
bagi masyarakat di sekitar RS. Dari pengertian di atas maka sanitasi
RS merupakan upaya dan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem
pelayanan kesehatan di RS dalam memberikan layanan dan asuhan
pasien yang sebaik-baiknya,
Tujuan dari sanitasi RS tersebut adalah menciptakan
kondisi lingkungan RS agar tetap bersih, nyaman, dan dapat
mencegah terjadinya infeksi silang serta tidak mencemari lingkungan.
Dalam pelaksanaannya sanitasi RS seringkali ditafsirkan secara
sempit, yakni hanya aspek kerumahtanggaan (housekeeping) seperti
kebersihan gedung, kamar mandi dan WC, pe-layanan makanan
minuman.
Sanitasi rumah sakit sering kali dianggap hanyalah
merupakan upaya pemborosan dan tidak berkaitan langsung dengan
pelayanan kesehatan di rumah sakit. Sehingga seringkali dengan dalih
kurangnya dana pembangunan dan pemeliharaan, ada rumah sakit
yang tidak memiliki sarana pemeliharaan sanitasi, bahkan cenderung
mengabaikan masalah sanitasi. Mereka lebih mengutamakan
kelengkapan alat-alat kedokteran dan ketenagaan yang spesialistik. Di

2
lain pihak dengan masuknya modal asing dan swasta dalam bidang
perumahsakitan kini banyak rumah sakit berlomba-lomba untuk
menampilkan citranya melalui kementerengan gedung, kecanggihan
peralatan kedokteran serta tenaga dokter spesialis yang qualified,
tetapi kurang memperhatikan aspek sanitasi. Sebagai contoh, banyak
rumah sakit besar yang tidak memiliki fasilitas pengolahan air limbah
dan sarana pembakar sampah (incinerator) serta fasilitas cuci
tangannya tidak memadai atau sistim pembuangan sampahnya tidak
saniter. Apabila hal ini dibiarkan berlarut-larut akan dapat
membahayakan masyarakat, baik berupa terjadinya infeksi silang di
rumah sakit maupun pengaruh buruk terhadap lingkungan dan
masyarakat luas.
Dari berbagai penelitian diketahui bahwa kejadian infeksi di
rumah sakit ada hubungannya dengan kondisi rumah sakit yang tidak
saniter. Untuk itu apabila rumah sakit akan menjadi lembaga swadana,
aspek sanitasi perlu diperhatikan. Karena di samping dapat mencegah
terjadinya pengaruh buruk terhadap lingkungan.
Rumah Sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan yang
di dalamnya terdapat bangunan, peralatan, manusia (petugas, pasien
dan pengunjung) dan kegiatan pelayanan kesehatan, ternyata di
samping dapat menghasilkan dampak positif berupa produk pelayanan
kesehatan yang baik terhadap pasien, juga dapat menimbulkan
dampak negatif berupa pengaruh buruk kepada manusia seperti
pencemaran lingkungan, sumber penularan penyakit dan menghambat
proses penyembuhan dan pemulihan penderita. Untuk itu sanitasi
rumah sakit diarahkan untuk mengawasi faktor-faktor tersebut agar
tidak membahayakan. Dengan demikian, sesuai dengan pengertian
sanitasi, lingkup sanitasi rumah sakit menjadi luas mencakup upaya-
upaya yang bersifat fisik seperti pembangunan sarana pengolahan air
limbah, penyediaan air bersih, fasilitas cuci tangan, masker, fasilitas
pembuangan sampah, serta upaya non fisik seperti pemeriksaan,
pengawasan, penyuluhan, dan pelatihan.

3
B. Tujuan

1. Tujuan Umum
a. Mahasiswa mendapatkan pengetahuan tentang tugas pokok
dan fungsi sanitasi rumah sakit
b. Mahasiswa mendapatkan wawasan tentang ruang lingkup
sanitasi rumah sakit.
c. Mahasiswa mendapatkan pengetahuan dan praktek dalam
penyelenggaraan sanitasi rumah sakit.
d. Mahasiswa dapat mengetahui permasalahan yang ada di
Instalasi Sanitasi Rumah Sakit Umum Pusat Sardjito.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa dapat mengetahui dan melakukan kegiatan
pengelolaan air bersih serta melakukan pengambilan sampel air
bersih.
b. Mahasiswa dapat mengetahui dan melakukan kegiatan
desinfeksi dan sterilisasi ruangan
c. Mahasia dapat mengetahui dan melakukan kegiatan
keselamatan kesehatan kerja (K3)
d. Mahasiswa dapat mengetahui dan melakukan kegiatan sanitasi
makanan dan minuman
e. Mahasiswa dapat mengetahui dan melakukan kegiatan
pemantauan lingkungan fisik ruangan
f. Mahasiswa dapat mengetahui dan melakukan kegiatan
pengendalian serangga dan binatang penggangu
g. Mahasiswa dapat mengetahui dan melakukan kegiatan
pengelolaan limbah cair
h. Mahasiswa dapat mengetahui dan melakukan kegiatan
pengelolaan limbah padat medis dan non medis
C. Manfaat

1. Bagi Instansi
a. Mengetahui permasalahan yang ada dalam penyelenggaraan
sanitasi dan kesehatan lingkungan di rumah sakit.

4
b. Mendapatkan masukan tentang penyelenggaraan sanitasi dan
kesehatan lingkungan di rumah sakit.
2. Bagi Perguruan Tinggi
a. Menjalin kerjasama yang baik antara lembaga pendidikan
dengan instansi dalam upaya memberikan bekal mahasiswa
untuk mengenal dunia kerja.
3. Bagi Mahasiswa
a. Mendapatkan wawasan tentang ilmu pengetahuan dan
teknologi tentang sanitasi rumah sakit.
b. Mendapatkan pemahaman, sikap kerja professional, dan
ketrampilan di bidang kesehatan lingkungan terutama di rumah
sakit
D. Ruang Lingkup

1. Waktu Praktikum
Kegiatan Praktek Belajar Lapangan ini dilaksanakan selama 3
Minggu yaitu dari tanggal 28 Oktober s/d 15 November 2019.
2. Lokasi Praktikum
Lokasi lahan Praktek Belajar Lapangan di RSUP Dr Sardjito
Yogyakarta.

5
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Rumah Sakit

1. Pengertian Rumah Sakit


Menurut WHO (World Health Organization), rumah sakit
adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan
dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna (komprehensif),
penyembuhan penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit
(preventif) kepada masyarakat. Rumah sakit juga merupakan pusat
pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat penelitian medik.
Berdasarkan undang-undang No. 44 Tahun 2009 tentang
rumah sakit, yang dimaksudkan dengan rumah sakit adalah institusi
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan
pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

2. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit


Rumah Sakit mempunyai misi memberikan pelayanan
kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat dalam
rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Tugas rumah
sakit umum adalah melaksanakan upaya pelayanan kesehatan
secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan
penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi dan
terpadu dengan peningkatan dan pencegahan serta pelaksanaan
upaya rujukan.
Untuk menyelenggarakan fungsinya, maka rumah sakit
menyelenggarakan kegiatan:
a. Pelayanan medis.
b. Pelayanan dan asuhan keperawatan.
c. Pelayanan penunjang medis dan nonmedis.
d. Pelayanan kesehatan kemasyarakatan dan rujukan.
e. Pendidikan, penelitian dan pengembangan.

6
f. Administrasi umum dan keuangan.
Sedangkan menurut undang-undang No. 44 tahun 2009
tentang rumah sakit, fungsi rumah sakit adalah:
a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan
kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.
b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui
pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga
sesuai kebutuhan medis.
c. Penyelenggaaan pendidikan dan pelatihan sumber daya
manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam
pemberian pelayanan kesehatan.
d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta
pengaplikasian teknologi dalam bidang kesehatan dalam rangka
peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika
ilmu pengetahuan bidang kesehatan.

3. Klasifikasi Rumah Sakit


Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.340/Menkes/Per/III/2010, rumah sakit dapat diklasifikasikan
berdasarkan kepemilikan, jenis pelayanan, dan kelas.
1. Berdasarkan kepemilikan.
Rumah sakit yang termasuk ke dalam jenis ini adalah
rumah sakit pemerintah (pusat, provinsi, dan kabupaten), rumah
sakit BUMN (ABRI), dan rumah sakit yang modalnya dimiliki oleh
swasta (BUMS) ataupun Rumah Sakit milik luar negri (PMA).
2. Berdasarkan Jenis Pelayanan.
Yang termasuk ke dalam jenis ini adalah rumah sakit
umum, rumah sakit jiwa, dan rumah sakit khusus (misalnya rumah
sakit jantung, ibu dan anak, rumah sakit mata, dan lain-lain).
3. Berdasarkan Kelas

7
Rumah sakit berdasarkan kelasnya dibedakan atas rumah
sakit kelas A, B (pendidikan dan non-pendidikan), kelas C, kelas
D.
a. Rumah sakit umum kelas A, adalah rumah sakit umum yang
mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik
spesialistik luas dan subspesialistik luas.
b. Rumah sakit umum kelas B, adalah rumah sakit umum yang
mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik
sekurang-kurangnya sebelas spesialistik dan subspesialistik
terbatas.
c. Rumah sakit umum kelas C, adalah rumah sakit umum yang
mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik
spesialistik dasar.
d. Rumah sakit umum kelas D, adalah rumah sakit umum yang
mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik dasar.

B. Sanitasi Rumah Sakit

Sanitasi menurut kamus bahasa Indonesia diartikan sebagai


'pemelihara kesehatan'. Menurut WHO, sanitasi lingkungan
(environmental sanitation) adalah upaya pengendalian semua faktor
lingkungan fisik manusia yang mungkin menimbulkan atau dapat
menimbulkan hal-hal yang merugikan bagi perkembangan fisik,
kesehatan dan daya tahan hidup manusia.
Sanitasi Rumah Sakit adalah upaya pengawasan berbagai
faktor lingkungan fisik, kimiawi, dan biologik di rumah sakit yan
menimbulkan atau mungkin dapat mengakibatkan pengaruh buruk
terhadap kesehatan petugas, penderita, pengunjung maupun bagi
masyarakat di sekitar rumah sakit.

C. Lingkup Sanitasi Rumah Sakit

1. Sub. Bagian 1
a. Penyediaan air bersih

8
b. Penyediaan air minum
c. Desinfeksi udara ruang
d. Sanitasi makanan
2. Sub. Bagian 2
a. Pemantauan lingkungan fisik
b. Pengendalian vektor, serangga dan binatang pengganggu
3. Sub. Bagian 3
Limbah Rumah Sakit

9
BAB III
GAMBARAN UMUM

A. RSUP Dr. Sardjito

1. Sejarah RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta


Gagasan mendirikan Rumah Sakit Umum dan Pendidikan
pada satu lokasi guna pendidikan calon dokter dan dokter ahli serta
untuk pengembangan.
Penelitian pertama kali dicetuskan Dr.Sardjito pada tahun
1954 , dan karena disarankan pula adanya kebutuhan mendesak
perlunya Rumah Sakit Umum Pemerintah guna mencukupi
kebutuhan pelayanan kesehatan bagi masyarakat Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta serta Jawa Tengah bagian Selatan.
Perjuangan tersebut baru berhasil tahun anggaran
1970/1971 menggunakan biaya dari Departemen Kesehatan RI
dengan lokasi di Pingit, sayangnya setelah ditinjau Departemen
Kesehatan RI dianggap tidak memadai. Setelah pembicaraan lebih
lanjut , maka pembangunan RSUP dipindahkan ke daerah Sekip
dengan nama RSUP Dr. Sardjito. Panggilan nama tersebut untuk
mengenang jasa-jasa Prof. Dr. Sardjito.
RSUP Dr. Sardjito didirikan dengan SK Menteri Kesehatan
RS No. 126/Ka/B.VII/74 tanggal 13 Juni 1974, yaitu sebagai RS tipe
B pendidikan pengelolaan oleh Departemen Kesehatan RI melalui
Dir.Jen.Yan.Med. Tugas utamanya yaitu melakukan pelayanan
kesehatan masyarakat dan melaksanakan sistem rujukan bagi
masyarakat DIY dan Jawa Tengah bagian Selatan, serta
dimanfaatkan guna kepentingan pendidikan calon dokter dan dokter
ahli oleh Fakultas Kedokteran UGM.
Berdasarkan SK Bersama antara Menteri Kesehatan RI dan
Menteri P & K RI No. 522/Men.Kes/SKB/X/81 No. 0283a/U/1981
tanggal 2 Oktober 1981 telah dilakukan penggabungan RS UGM
kedalam RSUP Dr.Sardjito dengan memanfaatkan fasilitas

10
pemerintah, baik dana, peralatan maupun tenaga dari Departemen
Kesehatan RI, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan serta
instansi lain terkait. Pada tanggal 8 Februari RSUP Dr. Sardjito
telah dibuka resmi oleh Presiden Soeharto.
Sebagaimana telah diketahui dengan keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 1131/Menkes/SK/XII/ 1993 RSUP Dr.Sardjito
ditetapkan sebagai Rumah Sakit unit swadana. Namun dengan
berlakunya Undang – Undang No 20 Tahun 1997 dan Peraturan
Pemerintah No. 22 tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan
Pajak ( PNBP ), praktis Rumah Sakit sebagai unit swadana menjadi
gugur atau batal. Perkembangan selanjutnya RSUP Dr.Sardjito
bersama 12 rumah sakit – rumah sakit vertical melalui Peraturan
Pemerintah No.121 tahun 2000 tanggal 12 Desember 2000 yang
ditandatangani Presiden Abdurrahman Wahid, RSUP Dr.Sardjito
resmi menjadi perusahaan jawatan, yang selanjutnya penulisan
Rumah Sakit menjadi RUMAH SAKIT DR. SARDJITO. Dalam
statusnya sebagai unit mandiri, diharapkan otonomi yang luas
dalam pengelolaan sumber daya akan lebih nyata. Hal ini akan
mendorong dan menciptakan fleksibilitas dan efisiensi dalam
pemanfaatan sumber daya sekaligus pengeluaran yang efektif,
ekonomis, dan produktif serta mensosialisasikan pelayanan prima.

2. Sejarah Perkembangan RSUP Dr. Sardjito


RSUP Dr. Sardjito secara historis mempunyai kaitan erat
dengan Fakultas Kedokteran UGM . Pada tahun 1980, RS
Pendidikan FK UGM yang sebelumnya terpecah di beberapa lokasi
bergabung dengan RSUP Dr.Sardjito yang pembangunannya
sudah dimulai sejak tahun 1970. Selanjutnya tanggal 1 April 1980 ,
status kepemilikan dan pengelolaan Rumah Sakit berpindah dari
Departemen Kesehatan berdasarkan SKB antara Dewan
Pelayanan Medis, Rektor UGM, dan Direktur RSUP Dr. Sardjito.
Terhitung mulai tanggal tersebut seluruh RS/FKU UGM ditutup

11
dengan difungsikannya RSUP Dr.Sardjito menjamin kelangsungan
peran dan fungsi RSUP Dr.Sardjito sebagai Rumah Sakit
Pendidikan khususnya dalam penyediaan gedung maupun
peralatan medis, baik untuk pelayanan pasien, pendidikan, maupun
penelitian.
Dalam perkembangannya, banyak perubahan yang terjadi dan
dilakukan dalam rangka meningkatkan kinerja rumah sakit secara
keseluruhan. Perubahan struktur organisasi yang semula untuk
pelayanan fungsional (UPF) berubah menjadi bentuk instalasi –
instalasi dan Satuan Medis Fungsional (SMF). Perubahan ini
dilakukan dengan tujuan utnuk memperlancar fungsi
penyelenggaraan di Rumah Sakit.

3. Deskripsi Wilayah RSUP Dr.Sardjito


Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Sardjito adalah rumah sakit
pendidikan (teaching hospital) bagi calon dokter Fakultas
Kedokteran Universitas Gajah Mada Yogyakarta dan merupakan
rumah sakit pemerintah tipe A yang dikelola oleh Departemen
Kesehatan. RSUP Dr. Sardjito juga merupakan rumah sakit rujukan
Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah bagian selatan.
RSUP Dr.Sardjito berdiri di atas lahan seluas 8,4 Ha dan
bangunan seluas 71.178 m2 . RSUP Dr.Sardjito memiliki 34
Instalasi dengan kapasitas tempat tidur sebanyak 750 bed. RSUP
Dr.Sardjito berbatasan dengan :
Sebelah barat : Dusun Blunyah dan Sungai Code
Sebelah timur : Jalan Kesehatan dan komplek Fakultas
Kedoteran UGM
Sebelah selatan : Dusun Sendowo
Sebelah Utara : Komplek Fakultas Teknik UGM

4. Visi Misi RSUP Dr.Sardjito

12
Dalam menjalankan kegiatannya RSUP Dr.Sardjito memiliki
Visi dan Misi sebagai berikut :
a. Visi
Menjadi rumah sakit pendidikan dan rujukan nasional
yang terkemuka berstandar Internasional pada tahun 2019
b. Misi
1. Memberikan pelayanan kesehatan yang prima, berstandar
internasional dan terjamgkau oleh semua lapisan
masyarakat melalui pembinaan akuntabilitas korporasi
dan profesi.
2. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan di bidang
kesehatan untuk menghasilkan SDM yang berkualitas.
3. Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan Ilmu
Pengetahuan, Teknologi Kedokteran dan Kesehatan
(IPTEKDOKKES) yang berwawasan global.
4. Meningkatkan kesejahteraan karyawan.

Disamping memiliki Visi dan Misi RSUP Dr.Sardjito juga


memiliki Motto hidup. Motto RSUP Dr.Sardjito adalah “Mitra
Terpercaya Menuju Sehat” dengan kegiatan utama meliputi:

a. Pelayanan Kesehatan
b. Pelayanan Pendidikan
c. Pelayanan Penelitian

5. Layanan Kesehatan
- Poliklinik Bedah
- Poliklinik Bedah Orthopedi
- Poliklinik Bedah Syaraf
- Poliklinik Anestesi
- Poliklinik Gigi dan Mulut
- Poliklinik Bedah Mulut
- Poliklinik Gizi

13
- Poliklinik Jantung
- Poliklinik Kebidanan dan Penyakit Kandungan
- Poliklinik Psikiatri / Kejiwaan
- Poliklinik Kulit dan Kelamin
- Poliklinik Geriatri / Usia Lanjut
- Poliklinik Mata
- Poliklinik Paru
- Poliklinik Penyakit Dalam
- Poliklinik Saraf
- Poliklinik THT
- Poliklinik Akupuntur
- Poliklinik General Check Up
- Poliklinik Sore
- Poliklinik Konsulen
- Instalasi Kesehatan Anak
- Poliklinik Kesehatan Anak
- Poliklinik Tumbuh Kembang Anak
- Poliklinik Perjanjian Cempaka Mulya
- Instalasi Kesehatan Reproduksi
- Poliklinik Ingin Anak Permata Hati RSUP Dr.Sardjito
- Poliklinik Kontrasepsi Matang
- Poliklinik Rawat Jalan Perjanjian
- Instalasi Rawat Inap I
- Instalasi Rawat Inap II
- Instalasi Rawat Inap Wijaya Kusuma
- Instalasi Rawat Inap IV Teratai (Kejiwaan)
- Instalasi Rawat Inap Ayodya
- Instalasi Rawat Inap Amarta
- Instalasi Rawat Inap V (Cenderawasih)
- Poliklinik Rawat Jalan Dalam Paket
- Pusat Jantung Terpadu
- Instalasi Maternal Perinatal

14
- Instalasi Dialisis
- Instalasi Kanker Terpadu (Tulip)
- Unit Stroke

6. Pelayanan Unggulan
a. Kesehatan Lansia (Pelayanan Geriatri dan Home Care) dan
Penanganan Penyakit – penyakit penyertanya
b. Infertilitas Paripurna
c. Kanker Terpadu
d. Jantung Terpadu
e. Tumbuh Kembang Anak
f. General Check Up
g. Klinik MMPI
h. Skin Center
i. Imunisasi
j. PKMRS
k. Konsultasi Gizi
l. Senam Hamil
m. Lanjut Usia Sehat

B. Instalasi Sanitasi Lingkungan RSUP Dr.Sardjito

1. Sejarah Instalasi Sanitasi Lingkungan


Pada tahun 1987 RSUP Dr. Sardjito menerima tenaga dari
lulusan APK-TS (Akademi Penilik Kesehatan Teknologi Sanitasi).
Karena sanitasi belum mempunyai wadah maka tenaga tersebut
ditempatkan di sub-bagian rumah tangga. Pada akhirnya terbentuk
Instalasi sanitasi melalui perjuangan yang dilakukan oleh para
perintis sanitasi.
Adapun manajemen sanitasi lingkungan di RSUP Dr.Sardjito
Yogyakarta adalah sebagai berikut :
a. Dasar Hukum

15
1) Keputusan Menteri Kesehatan RI No.458/Menkes/SK/694
Mengatur tentang Organisasi dan Tata Kerja RSUP
Dr.Sardjito Yogyakarta.
2) SK Direktur RSUP Dr. Sardjito No. KP 04.04.6281 tanggal
11 Oktober 1994 berisikan tentang pengangkatan Kepala
Instalasi Sanitasi Lingkungan.
b. Tugas Pokok
Melaksanakan pengawasan dan pengendalian faktor
lingkungan fisik dan lingkungan biologis sehingga tercipta
kondisi lingkungan Rumah Sakit yang memenuhi standar
sanitasi, baku mutu lingkungan serta mencegah untuk
terjadinya pencemaran lingkungan.
c. Fungsi
1) Melaksanakan kegiatan pengawasan terhadap lingkungan
fisik, kimia, biologis, dan radiasi di lingkungan Rumah
Sakit.
2) Melakukan kegiatan pengawasan dan pengendalian
terhadap sumber pencemar.
3) Melakukan kegiatan pemantauan dan pengendalian
mikrobiologis lingkungan.
4) Melakukan kegiatan pemantauan dan pengendalian
terhadap tikus, serangga, dan binatang penganggu.
5) Melaksanakan dan menegakkan peraturan dan
perundangan di bidang sanitasi dan kesehatan
lingkungan.
6) Mengkaji dan mengembangkan ilmu dan teknologi.

2. Lingkup Tugas Instalasi Sanitasi Lingkungan Rumah Sakit ( ISLRS )


Instalasi Sanitasi Lingkungan merupakan fasilitas untuk
melakukan kegiatan pengawasan dan pengendalian faktor
lingkungan biologi, fisika, dan kimia Rumah Sakit.
Keberadaan Instalasi Sanitasi Lingkungan bertujuan untuk :

16
a. Mencegah terjadinya pencemaran lingkungan
b. Memenuhi standar sanitasi Rumah Sakit
c. Memenuhi standar kualitas lingkungan

Untuk memenuhi tujuan tersebut, Instalasi Sanitasi Lingkungan


dibagi menjadi 3 sub bagian beserta masing-masing fungsi kerjanya
sebagai berikut :

a. Sub I Pelayanan Pengolahan Air Bersih, Sterilisasi Ruang


1) Pemantauan kualitas air bersih
2) Pengelolaan sterilisasi dan desinfeksi ruangan
3) Pengawasan hygiene dan sanitasi makanan
4) Pengawasan K3 Sanitasi
b. Sub II Penyehatan Lingkungan Fisik dan Pengendalian
Serangga dan Binatang Pengganggu
1) Penyehatan lingkungan
2) Penyehatan lingkungan fisik
3) Pengendalian vector penyakit dan binatang penganggu
4) Penyuluhan kesehatan
5) Perlindungan radiasi
6) Penyehatan bangunan dan ruang
7) PKMRS samitasi
8) Surveilans sanitasi
c. Sub III Pengolahan limbah
1) Pengolahan limbah cair RSUP Dr.Sardjito
2) Pengolahan limbah padat RSUP Dr.Sardjito

3. Struktur Organisasi
Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Sardjito dipimpin oleh seorang
Direktur Utama yaitu Dr. Mochamad Syafak Hanung, Sp.A. Untuk
kualitas kesehatan lingkungan rumah sakit menjadi tanggung jawab
Direktur Utama rumah sakit. Dibawah Direktur Utama terdapat

17
Direktorat Medik dan Keperawatan, Direktorat Sumber Daya
Manusia dan Pendidikan, Direktorat Keuangan serta Direktorat
Umum dan Operasional. Sedangkan Instalasi Sanitasi dibawah
Direktorat Umum dan Operasional.
Pengelolaan sanitasi dan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
diselenggarakan oleh Kepala Instalasi Sanitasi Lingkungan dan
dibantu oleh penanggung jawab administrasi dan logistik, koordinator
pengolahan limbah cair, koordinator pengendalian pengawasan
lingkungan fisik, kimia, dan pengolahan air bersih serta koordinator
pengendalian pengawasan lingkungan biologi dan pengolahan
limbah medik.
Adapun struktur organisasi dari Instalasi Sanitasi Lingkungan
RSUP DR. Sardjito adalah sebagai berikut :

Gambar 2.1 Struktur Organisasi dari Instalasi Sanitasi Lingkungan RSUP


DR. Sardjito
DIREKTUR UTAMA

DIREKTORAT DIREKTORAT SDM DIREKTORAT UMUM DIREKTORAT MEDIK


KEUANGAN DAN PENDIDIKAN DAN OPERASIONAL DAN KEPERAWATAN

Kepala Instalasi Sanitasi


Lingkungan RS

Penanggung Jawab Administrasi,


Logistik, SDM, dan Keuangan

Pramu Rumah Tangga

Kepala pelayanan pengendalian serangga dan


Kepala Pelayanan Penyediaan Air
binatang pengganggu, pemantauan lingkungan Kepala pelayanan
Bersih, Desinfeksi Ruangan,
fisik dan kimia, surveilans kesehatan pengolahan limbah cair
Pemantauan Lingkungan Biologi dan
lingkungan dan PKM RS Sanitasi dan limbah padat
Pengawasan K3 Sanitasi

18
Dasar Hukum Instalasi Sanitasi Lingkungan RSUP Dr. Sardjito

a. Undang – Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tanggal 13 Oktober


2009 Tentang Kesehatan.
b. Peraturan Pemerintah RI Nomor23 Tahun 2005 tentang
pengelolaan keuangan badan layanan umum.
c. Permenkes RI Nomor 1674/MENKES/PER/XII/2005 tentang
organisasi dan tata kerja RSUP Dr. Sardjito.
d. Permenkes RI Nomor 1174/MENKES/SK/X/2004 tentang
penetapan kelas RSUP Dr. Sardjito sebagai rumah sakit
umum kelas A.
e. Kepmenkes RI Nomor 1423/MENKES/SK/VII/2005 tentang
penetapan 13 eks rumah sakit perusahaan jawatan (PERJAN)
menjadi Unit Pelaksana Teknis (UPT) Departemen kesehatan
dengan menerapkan pola pengelolaan keuangan Badan
Layanan Umum (BLU).
f. Kepmenkes RI Nomor YM.02.04.3.1.2447 tanggal 27 April
2007 tentang pemberian izin penyelenggaraan rumah sakit
kepada RSUP Dr.Sardjito.
g. Kepmenkes RI Nomor 1045/MENKES/SK/XI/2009 tentang
pengangkatan, pemindahan dan pemberhentian dalm dan dari
jabatan struktural di lingkungan Departemen Kesehatan RI.

4. Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Instalasi Sanitasi Lingkungan Rumah


Sakit (ISLRS)
a. Tugas Pokok dan Fungsi (Tupoksi) Instalasi Sanitasi Lingkungan
Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Sardjito Yogyakarta adalah
menyediakan sumber daya, fasilitas dan kompetensi berkualitas
dalam rangka mendukung penyelenggaraan kegiatan sterilisasi
ruang, pengolahan air bersih, limbah cair dan limbah
medik/domestik serta pengawasan pengendalian lingkungan

19
fisik,kimia dan biologi, serta pendidikan dan penelitian Sanitasi
Lingkungan Rumah Sakit.
b. Kepala Instalasi bertanggung jawab perihal :
1) Terlaksananya tugas pokok dan fungsi instalasi secara
baik.
2) Kelancaran perencanaan pelaksanaan, pengendalian,
pengawasan, dan evaluasi pelayanan instalasi (dari aspek
managemen instalasi).
3) Koordinasi yang baik dengan seluruh jajaran managemen
rumah sakit dan instalasi dalam infrastruktur RSUP Dr.
Sardjito secara lintas fungsi dan lintas sektoral.
4) Melaksanakan fungsi managemen SDM di instalasi.
5) Penyusunan rencana dan laporan kegiatan instalasi secara
berkala dan insidensial.
c. Tugas pokok PJ. Administrasi, Logistik, SDM dan keuangan
adalah :
1) Melaksanakan pelayanan pendukung bagi tugas pokok
instalasi di bidang pelayanan logistik dan keuangan.
2) Menyediakan sarana, prasarana, logistik yang meliputi alat
medis dan non medis habis pakai.
3) Menyusun perencanaan, melakukan pembinaan,
peningkatan kualitas dan pengawasan SDM.
4) Melaksanakan penyediaan saranadan prasarana alat non
medis, fisik bangunan, serta inventarisasi aset rumah sakit.
5) Melaksanakan perencanaan,pencatatan dan pelaporan
dalam lingkup tugasnya.
d. Tugas Pokok Kepala Pelayanan Penyediaan Air
Bersih,Desinfeksi Ruangan, Pemantauan Lingkungan Biologi
adalah :
1) Mengkoordinir pelaksanaan di tingkat operasional pada
kegiatan pengolahan air bersih, sterilisasi ruangan,

20
pemantauan lingkungan biologi, hygiene dan sanitasi
makanan, pemantauan linen.
2) Menelaah dan mengevaluasi kualitas penyediaan air bersih,
kualitas mikrobia ruangan, mikrobia alat makanan minuman,
dan kualitas mikrobia linen.
3) Menelaah dan mengevaluasi sarana dan prasarana fasilitas
penyehatan lingkungan dan atau pengelolaan lingkungan.
e. Tugas Pokok Kepala Pelayanan Pengendalian Serangga dan
Binatang Pengganggu, Pemantauan Lingkungan Fisik,Surveilans
Kesehatan Lingkungan adalah :
1) Mengkoordinir pelaksanaan di tingkat operasional pada
kegiatan pengendalian serangga dan binatang pengganggu,
pemantauan lingkungan fisik dan kimia, surveilans
kesehatan lingkungan.
2) Menelaah dan mengevaluasi tingkat populasi serangga dan
binatang pengganggu, kualitas fisik dan kimia ruangan,
aspek penyehatan lingkungan rumah sakit.
3) Menelaah dan mengevaluasi sarana dan prasarana fasilitas
penyehatan lingkungan dan pengelolaan lingkungan.
f. Tugas Pokok Kepala Pelayanan Pengolahan Limbah Cair dan
Limbah Padat adalah :
1) Mengkoordinir pelaksanaan di tingkat operasional pada
kegiatan pengolahan limbah cair dan padat, pemantauan
kualitas limbah cair, monitoring fungsi instalasi pengolahan
limbah cair, monitoring fungsi semua sarana pengolahan
limbah padat
2) Menelaah dan mengevaluasi sarana dan prasarana fasilitas
penyehatan lingkungan dan atau pengelolaan lingkungan.

21
BAB IV
PEMBAHASAN

1. Pengolahan Air Bersih

Suatu upaya yang dilakukan terhadap penyediaan air sehingga


menghasilkan kualitas dan kuantitas air bersih yang memenuhi
persyaratan kesehatan air bersih sesuai Permenkes RI No. 32 Tahun
2017 dan Kepmenkes RI No. 7 Tahun 2019. Air bersih adalah air
yang digunakan untuk keperluan sehari-hari dan kualitasnya
memenuhi persyaratan kesehatan air bersih sesuai dengan
Permenkes No. 416 Tahun 1990, saat ini RSUP Dr Sardjito acuan
dasar hukum untuk air bersih mengacu kepada Permenkes 32 Tahun
2017.
Tujuan dari pengelolaan air bersih yaitu tercapainya kuantitas
air yang memadai dan kualitas air yang memenuhi syarat. Untuk
memenuhi kebutuhan air bersih, RSUP Dr. Sardjito menggunakan 5
sumur pompa yaitu Sumur Teknik, Sumur Utara, Sumur Masjid,
Sumur GBST, dan Sumur PJT serta penyediaan air bersih cadangan
dari PDAM. RSUP Dr. Sardjito memiliki 4 sistem pengolahan air
bersih yang terdiri atas Instalasi Pengolahan Air Bersih (IPAB),
Sistem Water Treatment I (Water Treatment Domestik, Sistem Water
Treatment II (Water Treatment Clean), dan WTP Reverse Osmosis
(RO).
a. Instalasi Pengolahan Air Bersih
Instalasi pengolahan ini bersumber pada Sumur Utara II,
Sumur Teknik VII, dan Sumur Masjid IV, dan PDAM (alternatif).
IPAB digunakan untuk memenuhi kebutuhan air domestik seluruh
RS kecuali Gedung Bedah Sentral Terpadu (GBST) dan Pusat
Jantung Terpadu ( PJT ).

Adapun proses pengolahannya adalah sebagai berikut :

1) Bak Aerasi

22
Bak aerasi adalah bak untuk menampung sumber air. Air di
daerah RSUP DR Sardjito mengandung besi (Fe), sehingga
perlu dilakukan system aerasi yaitu disuplay oksigen dengan
maksud untuk mengurangi kadar besi (Fe) tersebut.
2) Bak Sedimentasi
Bak sedimentasi adalah bak pengendapan hasil dari partikel-
partikel yang melayang-melayang di air dengan pengaruh
gaya gravitasi sehingga membentuk flok-flok. Dan flok-flok
tersebut akan mengendap di fiber bagian bawah bak
sedimentasi. Tujuannya agar flok-flok tidak terbawa proses
selanjutnya.
3) Bak filtrasi
Bak filtrasi adalah bak untuk menyaring air yang masih ada
sisa-sia flok dari bak sedimentasi. Sisa-sisa flok yang tidak
bisa mengendap dan masih terbawa aliran kemudian disaring
menggunakan saringan pasir hitam.
4) Tandon bawah (Ground Tank)
Setelah mengalami pengolahan kemudian air dialirkan ke
tandon bawah (Ground tank). Bak ini terdiri dari 2 bak yang
tiap bagiannya diberi penyekat. Kedalaman ground tank ini
adalah 390 cm. Tando atas berada di IRJ dan ICC.
5) Bak desinfeksi
Bak desinfeksi terletak diatas tandon bawah, desinfeksi
dilakukan untuk membunuh bakteri pathogen yang masih ada
di dalam air. Desinfektan yang digunakan adalah kaporit.
6) Tandon Atas (Roof Tank)
Setelah mengalami desinfeksi air kemudian dipompa ke
tandon atas untuk pendistribusian air keseluruh bagian
menggunakan sistem gravitasi. Tandon atas berada di IRNA.
2. Water Treatment Plant (WTP) I
Instalasi pengolahan ini bersumber pada Sumur GBST. Air hasil
pengolahan ini digunakan untuk keperluan domestik. Air domestik

23
selanjutnya dilakukan pengolahan di WTP II dan ditampung di
ground clean. Adapun proses pengolahannya adalah sebagai
berikut:
a. Reaktor Tank (Oksidasi dan Penginjeksi)
Air sumber dipompakan dengan tekanan minimal 5 bar
masuk ke reactor tank yang terlebih dahulu diinjeksi dengan
Sodium hypochlorite. Dalam reactor tank, sodium
hypovhlorite yang diinjeksikan mengoksidasi kandungan-
kandungan logam berat seperti besi dan mangan, juga
organik dan sekaligus membunuh bakteri yang ada. Hasil
oksidasi ini berupa partikel tersuspended solid yang dapat
disaring pada filter, dalam treatment selanjutnya.
b. Sand filter (Filtrasi I)
Filtrasi pertama pada sistem pengolahan ini menggunakan
sand filter atau saringan pasir. Fungsi dari alat ini untuk
menyaring turbidity atau kekeruhan partikel/suspended solid.
c. Carbon filter (Filtrasi II)
Dari sand filter, air masuk ke dalam activated carbon filter
untuk menyerap sodium hypoklorite yang tersisa setelah
proses oksidasi agar tidak merusak membrane reverse
osmosis. Filtrasi kedua pada sistem pengolahan ini
menggunakan karbon aktif. Fungsi filter ini untuk
menghilangkan bau, warna, (parameter fisik) dan segala
macam mineral dalam air yang tidak diperlukan seperti Fe,
Mangan, Nitrat, dan sisa klor (parameter kimia)

24
Reaktor Tank
Carbon filter

Sand Filter

Gambar 3.6 Water Treatment Plant I (WTP I)

3. Water Treatment Plant II (WTP Clean)


WTP II merupakan pengolahan lanjutan dari WTP I. Air hasil
dari pengolahan ini akan digunakan untuk keperluan medis
seperti air baku. Karena itu sistem pengolahan ini lebih kompleks
dari kedua sistem yang lain. Adapun proses pengolahannya
adalah sebagai berikut:

1. Sand filter
Pengolahan WTP II (clean water treatment) menggunakan 2
sand filter. Fungsi dari alat ini untuk menyaring turbidity atau
kekeruhan partikel/suspendedsolid.

2. Carbon filter
Pengolahan WTP II (clean water treatment) menggunakan 2
carbon filter. Fungsi filter ini untuk menghilangkan bau,
warna, dan segala macam mineral dalam air yang tidak
diperlukan.

3. Clean water ground


Clean water ground berfungsi untuk menampung air dari
WTP I yang akan melalui tahap pengolahan di WTP II.

25
4. WTP PJT

Sumber air yang digunakan untuk pengolahan WTP PJT


adalah sumur baru (PJT). Pengolahan nya sama seperti WTP
lain. Ada sand filter dan carbon aktif.

5. Water Treatment Plant RO (RO System)

Water Treatment Plant RO digunakan untuk mengolah clean


water menjadi air RO yang akan dimanfaatkan untuk
memenuhi kebutuhan ruang operasi, ruang kamar bayi, dan
ODC/PPH/CSSD.

2. Pengolahan Air Minum

Air minum adalah air yang telah melalui proses pengolahan dan
tanpa pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan langsung
dapat diminum sesuai Permenkes No. 492 Tahun 2010. RSUP Dr
Sardjito memiliki produksi air minum sendiri yaitu “Tito Sardjito” dan
ditambah disuplai sedekah dari luar yaitu galon Latoya dan kangen
water.

Kegiatan PBL dalam rangka penyediaan air bersih di Dr. Sardjito


adalah :

1) Pemantauan Meter Air di RSUP Dr. Sardjito


Memantau meteran air di RSUP Dr. Sardjito guna untuk
mengetahui jumlah pemakaian air perhari.

2) Pemantauan keadaan IPAB, WTP dan RO


Kegiatan harian yang dilakukan pada sub I yaitu pemantauan
keadaan dan kinerja IPAB, WTP I, WTP II dan WTP RO
sehingga jika terdapat kerusakan mesin atau perangkat
mesin dapat dilakukan penanganan dan melaporkan
kerusakan tersebut ke teknik. Hal- hal yang dilakukan adalah
sebagai berikut :

26
Pemantauan di IPAB

 Memantau sumber air yang masih berfungsi


 Memantau ketinggian stock air di tandon air.
 Memantau bak sedimentasi seperti mencatat ketebalan
flok yang menempel di dinding, flok-flok yang melayang
dan flok yang mengendap di fiber. Jika flok-flok sudah
bnayak menempel didinding, banyak partkel yang
melayang dan mengendap di fiber maka segera
dilakukan proses pengurasan bak sedimentasi. Dikuras
satu bulan sekali.
 Memantau bak filtrasi seperti warna pasir di bak filtrasi.
Jika warna pasir sudah menguning maka dilakukan
backwash dan rinsing. Jadwal untuk melakukan
backwash 2 kali dalam seminggu yakni hari Senin dan
Kamis. Tetapi tidak menutup kemungkinan bila warna
pasir menguning lebih cepat maka segera dilakukan
tindakan backwash.
Proses backwash : proses mencuci media pasir yang
sudah kotor

Proses rinsing : mencuci ulang proses backwash

 Pemantauan nilai pH dan sisa Chlor di seluruh system


Kegiatan harian yang dilakukan pada semua system
pengolahan air bersih adalah memantau nilai pH dan
sisa chlor. Pemeriksaan sisa chlor dan pH dilakukan
melalui prosedur sebagai berikut:

i) Alat dan bahan


- 2 tabung reaksi
- Komparator
- OTO I Chlorine
- pH Phenol Red

27
- Slide komparator pH dan Chlor
ii) Prosedur kerja pemeriksaan Chlor
- Tuangkan sampel air ke dalam 2 tabung reaksi kira-
kira 10 ml
- Tambahkan ± 4-5 tetes Bromine test / OTO I
Chlorine pada salah satu tabung reaksi
- Masukkan tabung reaksi ke dalam komparator
- Bandingkan warna sampel dalam tabung reaksi
dengan slide komparator
- Catat hasilnya
iii) Prosedur kerja pemeriksaan pH
- Tuangkan sampel ke dalam 2 tabung reaksi
- Tambahkan ± 4-5 tetes pH Phenol Red pada salah
satu tabung reaksi
- Masukkan tabung reaksi ke dalam komparator
- Pasang slide pembaca pH ke komparator
- Bandingkan warna sampel dalam tabung reaksi
dengan slide di komparator, kemudian catat hasilnya
(Hasil pemantauan chlor dan pH dapat dilihat pada
lampiran 6)
iv) Pengukuran Debit Kaporit di IPAB
Selain itu, di IPAB juga dilakukan penambahan
kaporit dilakukan setiap hari. Jumlah kaporit yang
ditambahkan sebanyak 1,65 kg. Penambahan ini
didasarkan atas perhitungan dengan jumlah
pemakaian air 962.500 liter/ hari.

Unsur-unsur yang diperlukan dalam


perhitungan :

a) Jenis mikroba yang akan didesinfeksi dengan sisa


chlor : 0,1-0,5 mg/I

28
b) Sisa chlor aktif (yang diinginkan di distribusi) : 0,1-0,2
mg/I
c) Daya Pengikat Chlor/ Daya Sergap Chlor (DPC/DSC)
: 0,6 mg/I
d) Konsentrasi kaporit yang dipakai 70%
e) Jumlah pemakaian air rata-rata : 962.500 liter
Berikut perhitungan kaporit di IPAB :

Kaporit =

Pemakaian air/hari (L) x (Cl mikro  Cl aktif  DSC) mg/1


Konsentras i Kaporit (%)

962.500 (L) x (0,5  0,2  0,6) mg/1


=
70%

= 1650000 mg

= 1,65 kg
Desinfeksi air dilakukan setiap hari
dengan membubuhkan kaporit. Kaporit yang
dibutuhkan sebanyak 1,65 kg atau setara dengan 8
gelas takar. Perhitungan kebutuhan kaporit ini
didasarkan atas jumlah air bersih yang harus
disediakan.
Bak kontak kaporit yang digunakan yaitu
sebesar 800 L yang digunakan untuk mengalirkan
selama 24 jam. Agar air terklorinasi selama 24 jam,
dilakukan pengaturan debit aliran air kaporit
sehingga air tetap mengandung klor dalam perpipaan
air bersih. Sehingga perhitungannya adalah :
X = Kapasitas Volume Bak Kaporit
Waktu air mengalir
= 800 Liter
24 Jam

29
= 800 Liter
86400 Detik
= 0,00925 Liter/Detik
= 9,25 ml/detik x 5 detik
= 45 ml/detik
3) Pemantauan WTP I
 Memantau bak desinfeksi, jika habis dilakukan
penambahan
 Melakukan pemeriksaan pH dan sisa Chlor
 Melakukan backwash dan Rinse sesuai jadwal
dan petunjuk yang tertera.
4) Pemantauan WTP II dan RO
 Kegiatan yang dilakukan di WTP II dan RO
adalah memantau ketinggian air ground dan
posisi auto pada booster pump.
 Melakukan backwash dan Rinse sesuai jadwal
dan petunjuk yang tertera.
 Melakukan pemeriksaan TDS
 Selain melakukan pemantauan tersebut, WTP 1
dan WTP II juga dilakukan backwash dan rinsing
pada hari-hari yang telah ditentukan. Backwash
dan rinsing bertujuan untuk membersihkan
kotoran yang ada pada media filtrasi. Jadwal
backwash dan rinsing di masing-masing WTP
adalah sebagai berikut :

30
Tabel Jadwal Backwash WTP

WTP I Senin, Rabu, Jumat

WTP II Senin, Kamis

IPAB Senin, kamis

WTP PJT Senin, jumat ( teknik )

 Prosedur backwash dilakukan dengan


mengatur aliran air yang terdapat pada pipa.
Pada WTP I di bagian Sand Filter, saat
sevice, pipa yang dibuka adalah V1 dan V4,
sedangkan yang ditutup adalah V2,V3,dan
V5. Sedangkan saat backwash, pipa yang
dibuka adalah V2 dan V3, sedangkan yang
ditutup adalah V1,V4,dan V5. Kemudian saat
rinse, pipa yang dibuka adalah V1 dan V5,
sedangkan yang ditutup adalah V2,V3,dan
V4.
 Pada WTP I di bagian Carbon Filter, saat
sevice, pipa yang dibuka adalah V1 dan V4,
sedangkan yang ditutup adalah V2,V3,dan
V5. Sedangkan saat backwash, pipa yang
dibuka adalah V2 dan V3, sedangkan yang
ditutup adalah V1,V4,dan V5. Kemudian saat
rinse, pipa yang dibuka adalah V1 dan V5,
sedangkan yang ditutup adalah V2,V3,dan
V4.
 Pada WTP II di bagian Sand Filter, saat
sevice, pipa yang dibuka adalah V2,V3,dan
V6, sedangkan yang ditutup adalah
V1,V4,V5,dan V7. Sedangkan saat

31
backwash, pipa yang dibuka adalah V1,V5
dan V6, sedangkan yang ditutup adalah
V2,V3,V4 dan V7. Kemudian saat rinse, pipa
yang dibuka adalah V1 , V4 dan V6,
sedangkan yang ditutup adalah V2,V3,V5,
dan V7.

B. Pembahasan Air Minum dan Air Minum

Penyediaan air bersih adalah suatu upaya yang dilakukan


terhadap penyediaan air sehingga menghasilkan kualitas dan kuantitas
air bersih yang memenuhi persyaratan kesehatan air bersih sesuai
Kepmenkes RI No. 32 Tahun 2017 serta memenuhi syarat kuantitas
dan kualitas air minum yang memenuhi persyaratan kualitas air minum
Permenkes No. 492 Tahun 2010.

Tujuan dari pengelolaan air bersih dan air minum yaitu


tercapainya kuantitas air yang memadai dan kualitas air yang
memenuhi syarat. Untuk memenuhi kebutuhan air bersih, RSUP Dr
Sardjito memiliki 4 unit proses pengelohan air bersih sistem instalasi
pengolahan air bersih, WTP 1, WTP 2 dan WTP RO. RSUP Dr.
Sardjito menggunakan 5 sumur pompa yaitu sumur teknik, sumur
utara, sumur PJT ( baru ), sumur masjid dan sumur GBST ditambah
suplai air dari PDAM. Saat ini semua sumur berfungsi dengan baik.

1. kuantitas dan kualitas air minum

Secara kuantitas, rumah sakit harus menyediakan air minum


minimum 5 liter per tempat tidur per hari. Dengan
mempertimbangkan kebutuhan ibu yang sedang menyusui,
penyediaan volume air bisa sampai dengan 7,5 liter per tempat tidur
perhari.

32
Ketersediaan air minum di RSUP Dr Sardjito bisa dilihat dari
water meter instalasi gizi dan water meter tirto sardjito, sehingga
didapat perhitungan seperti :

Ketersediaan Air : Debit Harian Gizi + Debit harian Tirto Sardjito


Minum
: 50 m3/hari + 15 m3/hari

: 65 m3

: 65.000 l/hari

Dilihat dari kualitas air minum RSUP Dr Sardjito telah


memenuhi persyaratan fisika- kimia seperti suhu, bau, warna, rasa,
kekeruhan, detergen, sianida,nitrat, nitrit, mangan, kesadahan,
flourida, besi, TDS. dibuktikan dengan setiap 3 bulan sekali itu
sampling air dibawa ke laboratorium BTKL dan setiap bulan nya itu
pemeriksaan air minum untuk parameter mikrobiologi dilakukan
setiap bulan hasil sampling dibawa ke lab BTKL.

2. Kuantitas Dan Kualitas Air Keperluan Hygiene Sanitasi

Rumah sakit kelas A dan B harus menyediakan air minimum


400 liter/tempat tidur/hari dan maksimum 450 liter/tempat tidur/hari.
Volume maksimum ini dimaksudkan agar rumah sakit mempunyai
upaya untuk menghemat pemakaian air agar ketersediaannya tetap
terjamin tanpa mengorbankan kepentingan pengendalian infeksi.
Secara kuantitas RSUP Dr Sardjito telah memenuhi syarat
dibuktikan dengan perhitungan berdasarkan jumlah tempat tidur :

Jumlah bed x persyaratan air kelas a (400 - 450) = 876 x 450 =


394.200 L/hari = 392,2 m3

Sementara stock air yang tersedia di RSUP Dr Sardijto adalah


3456 m3 sedangkan hasil yang dihitung tersebut 394,2 m3 untuk

33
kebutuhan perhari yang artinya bahwa RSUP Dr Sardijto telah
memenuhi syarat kuantitas air.

Dilihat dari kualitas air untuk keperluan hygiene dan sanitasi


RSUP Dr Sardjito telah memenuhi persyaratan fisik-kimia dibuktikan
dengan setiap 6 bulan sekali itu dan hasil sampling air dibawa ke
laboratorium BTKL dan setiap bulan nya itu pemeriksaan air bersih
untuk parameter mikrobiologi dilakukan setiap bulan hasil sampling
dibawa ke lab BTKL. Untuk kondensat ac dan eyewash dilakukan
pemeriksaan untuk mikrobiologi parameter legionella dilakukan 1
bulan sekali. Khusus untuk endoktoksin, 1 bulan sekali.

2. Desinfeksi Ruangan (udara)

Pengertian Desinfeksi Ruangan

Desinfeksi merupakan proses menurunkan jumlah


mikroorganisme penyebab penyakit atau yang berpotensi patogen
dengan cara fisika atau kimia. Sedangkan pengertian Desinfeksi ruang
suatu upaya untuk menjaga kebersihan udara untuk terminal
dekontaminasi ruangan pasien dengan infeksi yang ditransmisikan
melalui udara (air borne) dengan cara pengkabutan atau dry mist
(PerMenKes RI NO.27 tahun 2017).

Desinfeksi dapat dilakukan dengan berbagai cara, disesuaikan


dengan penularan maupun sumber penyakit yang mungkin dapat
mengkontaminasi sekitarnya. Penularan dapat berupa airborne
disease atau non airborne disease. Penularan ada yang melalui cara
silang dari satu pasien ke pasien yang lainnya atau dari benda-benda
dan komponen fisik, kimia, maupun biologi yang ada dalam ruangan.
Tidak hanya pasien yang dapat tertular tetapi seluruh petugas dan
tamu rumah sakit yang berhubungan dengan ruang pasien maupun
pasiennya.

Kegiatan yang di lakukan Mahasiswa PBL Poltekkes kemenkes


Bengkulu , desinfeksi rungan di cendana 3, kamar 11 kasus terkait

34
dengan pasien dari ICU itu di lakukan nya desinfeksi udara sebab
angka kuman udara yang tinggi melebihi baku mutu .dalam kegiatan
pemantauan ini di bawah pengawasan PPI (Panitia Pengendalian
Infeksius ).

Dilakukannya selama PBL( terjaduwal dari tanggal 20 Oktober


2019 sampai 15 November 2019) khusu kegiatan desinfeksi ini
terdapat di bagian sub satu (1) .kegiatan desinfeksi ruangan baik
melalaui telepon maupun permintaan langsung dan survey lapangan
saat di lapangan yang telah dilaksanakan secara bergantian antara
anggota kelompok praktek belajar lapangan pembimbing pelatihan di
lapangan ,permintaan desinfeksi berasal dari berbagai unit Rumah
Sakit sebagai berikut : IBS, PICU, CW Bougenvil, hcu, Anggrek, UGD,
Dahlia, IBS Lantai 5 , Cendana 3, PJT Lantai 4, IBS, Poli kulit, Cemul,
Radiologi, Amarta, IGD, Estela, Melati dan Elektromedik

Kasus yang di tangani antara lain :TB,BTA + (bakteri tahan asam)


Parisela, Gas gangrene, MDT TB, Difteri. Dari data permintaan
desinfeksi.

Dalam kasus-kasus tersebut digunakan larutan desinfektan


seperti Hexaquart 0,5% Terralin. Larutan Hexaquart 0,5 % lebih sering
digunakan dalam kegiatan desinfeksi peroses dalam kegiatan PBL.

Kontaminasi di rumah sakit dapat terjadi pada :

1) Udara
Dapat disebut airborne, melalui penyebaran partikel partikel
kecil ke udara, baik secara langsung atau melalui partikel
debu yang mengandung mikroorganisme infeksius. Partikel
infeksius dapat menetap di udara maupun partikel debu
selama beberapa jam dan dapat disebarkan secara luas
dalam suatu ruangan atau dalam jarak yang lebih jauh.
2) Perantara (seperti peralatan, air, ruang dan bangunan,
makanan)

35
Organisme yang ditularkan oleh benda benda dan komponen
terkontaminasi. Benda dan komponen yang telah terkontak
baik secara langsung maupun tidak langsung dapat menjadi
media perantara penyebaran penyakit sebab
mikroorganisme infeksius dapat bertahan lama maupun
berkembang biak pada media yang sesuai baginya untuk
menetap.
3) Pasien dan personalia
Kontak langsung dapat terjadi pada kontak kulit dengan kulit dan
berpindahnya organisme selama kegiatan perawatan
pasien.Kontak langsung juga bisa terjadi antar dua
pasien.Pasien yang telah terinfeksi merupakan sumber
penularan bagi dirinya sendiri dari bagian satu kebagian lain
dari tubuhnya atau kepada pasien lain.

Jenis-jenis Desinfeksi

1) Desinfeksi tingkat tinggi


Proses yg menghilangkan semua mikroorganisme kecuali
beberapa endospora bakteri pada benda mati dengan merebus,
mengukus atau penggunaan desinfektan kimia. Proses
desinfeksi yang mampu membunuh spora, kuman,
mycrobakterium tuberculosis, varian bovis, bakteri, virus non
lipid, virus kecil, virus lipid dan virus ukuran sedang.
2) Desinfeksi tingkat menengah
Proses desinfeksi tidak membunuh spora tapi mampu membunuh
mycrobacterium tuberculosis, varian bovis yang lebih resisten
dosis desinfektan dibanding kuman lain, bakteri, jamur, virus
non lipid, virus kecil, virus lipid (virus hepatitis A,B,C serta HIV
dan AIDS).
3) Desinfeksi tingkat rendah
Peroses desinfeksi yang hanya mampu membunuh bakteri tetapi
tidak mampu membunuh spora, kuman mycrobacterium

36
tuberculosis, varian bovis, bakteri, jamur, virus non lipid, virus
kecil, virus lipid dan virus ukuran sedang.

Kegiatan Desinfeksi Ruang di RSUP Dr.Sardjito

Desinfeksi di RSUP Dr.Sardjito dilakukan setiap hari pada


tiap Unit Instalasi atau Bangsal yang membutuhkan layanan, bisa
berupa permintaan langsung atau melalui telepon pada saat jam
kerja maupun suvey langsung lapangan . Kegiatan desinfeksi
ruang di RSUP Dr. Sardjito dilakukan dengan metode desinfeksi
udara (foging) Metode ini memiliki kelebihan dan kekurangan
sebagai berikut :

Kelebihan dan Kekurangan dari Fogging

Kelebihan Kekurangan

- Percikan/ kabut - Tidak dapat dioperasikan


desinfektan dapat secara otomatis
diarahkan ke semua sudut - Operator kontak langsung
memenuhi dengan dengan desinfektan
keperluan operator - Operator harus menggunakan
sehingga efektif untuk APD secara ketat syarat
udara maupun permukaan pengoprasian alat
(lantai, dinding, pintu, bed, - Ruangan harus kosong dari
dll) hunian manusia
- Efektifitas dalam - Ruangan dapat digunakan
pembunuhan mikrobia kembali
cukup tinggi sekitar 2 jam pasca fogging

Fogging menggunakan bahan kimia yang disesuaikan dengan kasus


penyakit yang dilaporkan. Bahan kimia yang digunakan sebagai berikut :

37
Bahan Kimia untuk Aplikasi

No Nama/Merk Bahan Aktif Sifat Dosis

1 Hexaquart 6 g didecyldimethyl monium Aktif terhadap 500 ml/ 36m3


klorida, 5,5 N – (3- bakteri, ruang (larutan
aminopropil)-N- mikrobakteri, 0,5%, 5 ml/ 1 liter
dodecilpropan-1, 3-diamina jamur, virus air)
dalam 100 g (HIV/HCV/HBV,
rotavirus,
adenovirus dan
virus norovirus
papova)

2 Terralin 22 g benzalkonium chloride, Membunuh 12 ml/ m3(tanpa


17 g phenoxyethanol, 0,9 g MRSA (Multi campuran)
amino alkyl glycine Resistant
Staphyococcus
Aureus), TB
bacilli
(mycrobacterium

38
terrae), Vaccinia
virus,
adenovirus,
hepatitis B/HIV
virus, rotavirus,
polyoma 5V 40

39
Tujuan dari desinfeksi udara :

Mencegah terjadinyab infeksi yang di transmisikan melalaui


udara

(air borne ).PerMenKes. RI N0.27 tahun 2017

Alat dan bahan :

1.fogger dyna Curtis dan /dry mist

2.Desinfektan H2025-35% (Ammonium Chlorida 0,5% bila


digunakan)

3.jerigen

4.Roll kabel

5.Lembar kerja

6.Alat tulis

Prosedur pelaksanaan desinfeksi

1).Ruang yang akan didesinfeksi harus dikosongkan dari pasien


,petugas maupun orang- orang yang mungkin kontak dengan
ruangan.

2).memakai alat pelindung diri /APD (Masker fulface Sarung tangan


,werpack dan sepatu boot)

3),petugas membuat larutan desinfeksi sesuai dosis dan laporan


penyakit (air borne / non air borne disease),disesuaikan dengan
ukuran ruangan yang terdapat dalam buku panduan

4).memastikan semua lubang udara dalam ruang tertutup agar


desinfeksi berjalan optimal.jika terdapat lemari di dalam ruangan
maka semua pintu lemari harus dibuka, pastikan juga tirai-tirai
dalam ruangan akan terkena desinfeksi secara merata

40
5).hubungkan alat desinfeksi (fogger) ke sumber literik,pastikan
selang terhubung ke gelas ukur berisi larutan desinfeksi ,kemudian
desinfeksi seluruh ruangan dengan jarak lebih dari 1 meter dari
dinding, dimulai dari arah paling dalam menuju pintu keluar hingga
larutan habis

6).petugas meminta tanda tangan lembar kerja pada petugas


bangsal

7).ruangan dapat din gunakan kembali 2 atau 4 jam setelah di


laukan nya desinfeksi ,berikan label waktu pelaksanaan dan waktu
ruang dapat di gunaka kembali.lakukan pelaporan dan konfirmasi
kegiatan desinfektan yang telah dilakukan

Setelah desinfeksi ruangan

a).petugas di ruangan membersihkan ruangan 30-60 menit


setelah tindakan desinfeksi udara netral dari desinfeksi

b).petugas bangsal membersihkan ruangan dan ruangan langsung


dapat di gunakan

Hepa Filter (faas)

Hepa filter (faas )adalah sitem sterilisasi udara yang menggunakan


kombinasi penyaringan partikulat udara efesiensi tinggi(high-efficiency
particulate air /HEPA) 0,1 micron, lampu utara violet (uv) dan ozone
.pemakain alat ini di prioritaskan untuk ruang perwatan pasien denan
TBMDR,TB BTA dan Varicella.

Tujuan :

1.melanjutkan mutu keselamatan pasien

2.mencegah tranmisi agen infeksius yang dapat ditularkan melalaui udara


(air borne infection) dan betahan di udara untuk jangka waktu yang lama

41
3.melindungi pasien pengunjung,dan setaf dari penyakit menular serta
melindungi pasien dengan penurunan sitem kekebalan tubuh
(imunsupreasi) yangrentan terhdap infeksi

4.mengupayakan ruang bertekananan negatif sementara (temporary


negative –preasure isolation /TNP) untuk mengisolasi pasien infeksi yang
menular melalaui udara namun AIIR tidak tersedia

Alat dan bahan

1.alat pelindung diri APD (sepatu booth ,kaca mata ,pelindung


masker ,sarung tangan rumah tangga,pakain kerja)

2.fail safe air safety system FASS 700

3.Roll kabel

Tahapan persiapan

1.petugas menentukan metode desinfeksi

a.posisi normal (UV MODE) oprasional alat hanya menggunakan


heap filter dan lampu UV tanpa mengosongkan ruangan

b.posisi ozone (ozone mode)

oprasional alat menggunakan heap filter lampu UV dan ozone


ruangan harus dikosongkan dari personil dan terkunci /terisolasi
dari luar untuk mencegah agar ozone (O3) tidak mengalir keluar
ruangan

2.petugas mempersiapaj peralatan desinfeksin(FASS 700 ,rol kabel)

3.petugas menetukan waktu untuk tindakan berdasarkan volume ruangan


dan frekuensi sirkulasi udara per/jam tercapai

42
Tahan oprasional

Posisi Normal (Ultra violet Mode) :

1.petugas memakai alat pelindung diri

2.petugas menyambungkan rol kabel ke sumber arus litrik yang ada


di ruangan

3.petugas menyambung kabel pada mesin ke rol kabel yang sudah


teraliri listrik

4.petugas menghiupkan alat dengan menekan tombol

5, petugas memilih kecepatan fan yaitu dengan memeilih `HI’ untuk


kecepatan tinggi dan `Low’ untuk kecepatan rendah

6.petugas mematikan alat sesuai waktu yang telah di tentukan

Posisi Ozone (Ozone Mode)

1).petugas memakai alat pelindung diri

2).petugas menyiapakan ruangan yaitu dengan:

a. Memastikan semua personil tidak berada di dalam ruangan


saat penggunan Ozone (O3)
b. Petugas memastikan kabel power sudah tersambung ke litrik
dan mesin
3).petugas mengaktifkan fitur O3 denagn memutar kunci O3 ke
arah ON

4).petugas mencabut posisi stela posisi ON

5).petugas menekan tombol remote control untuk mengaktifkan O3


dari luar rungan (indikator lampu merah pada mesin akan menyala
dan suara beep akan terdengar mengindikasikan bahwa
penggunan O3 sedang berlangsung ) gas 0zone (O3) tidak
mmengalir keruangan

43
6).petugas memastikan ruangan terkunci/terisolasi dari luar untuk
mencegah agar ozone (O3) tidak mengalir ke rungan ozone

7).petugas menekan tombol fitur O3 pada remote control setelagh


tindakan selesai indikator lampu O3 akan mati dan suara beep
akan mati

8).petugas menunggu 30-60 menit agar ruangan netral dari gas O3


selama peroses netralisai berlangusng mesin akan otomatis beralih
ke UV mode dan ruangan harus tertutup sehingg belum dapat di
masuki

Tabel Waktu Pemakain Alat FASS 700 Berdasarkan Volume Ruangan

No Nama Volume Waktu Penggunaan Waktu


Ruangan ( m³) UV(menit) Penggunaan
Ozon (menit)
1 IRNA I 45 31.74 ± 5menit 31.74 ± 30-
60menit
2 IRD / ISOLASI 50 35.29 ± 5menit 35.29 ±30-
60menit
3 OK IRD 60 42.85 ± 5menit 42.85 ±30-
60menit
4 Melati V 53 37.5 ± 5menit 37.5±30-60menit
5 Cendarawasih 53 37.5 ± 5menit 37.5±30-60menit
6 Ayodia 113 80 ±10 menit 80± 30-60menit
7 Amarta 107 75 ±10 menit 75± 30-60menit

Keterangan :30-60 menit waktu yang di perlukan untuk netral dari ozone

44
CONTOH PERHITUNGAN VOLUME RUANGAN ,DAN BERAPA KALI
SIRKULASI UDARA DALAM PER JAM ACH (Air Changes Per Hour)

No Ukur Ruangan Luas FASS FASS FASS


PxLxT Ruangan 700 1000 2000
[ Meter] ( m³) [ACH] [ACH] [ACH]
Per Jam Per Jam Per Jam
1 2,7 x 3,6 x 2,4 23,3 43,8 62,5 125,0
2 3,6 x 3,6 x 2,4 31,1 32,8 46,9 93,8
3 4,5 x 6 x 2,4 38,9 26,3 37,5 75,0
4 6 x 6 x 2,4 64,8 15,8 22,5 45,0
5 6 x 9 x 2,4 86,4 11,8 16,9 33,8
6 6 x 9 x 2,4 129,6 7,9 11,3 22,5
7 9 x 9 x 2,4 194,4 5,3 7,5 15,0

Untuk Fass 700 cfm = 18,9 m³ Umum Fass 2000 cfm = 54 m³


Nilai 90 % 17 m³ Nilai 90 % =48,6 m³
Luas rungan 23,3 m³ Luas Ruangan 23,3 m³
17 x 60 menit = 43,8 sirkulasi Per 48,6 x 60 = 125 sirkulasi Per Jam
Jam 23,3
23,3

Standar baku Mutu dan persaratan Udara

Dari persaratan PerMenKes RI Nomor 7 tahun tentang kesehatan


lingkungan Rumah sakit .memenuhi standar baku mutu mikrobiologi udara
angka di sesuaikan jenis ruangan oprasi kosong dan ruang oprasi ada
aktifitas di dapatkan data dari sebagai berikuit :

1. Ruang oprasi kosong 35 CFU /m³


2. Ruang oprasi ada aktifitas 180 CFU /m³

45
Persaratan memenuhi untuk standar baku mutu fisik untuk kelembapan
udara di dapat kan data sebagai berikut :

1.Semua ruangan memenuhi kelembapan (40 -60 %)


2.Sebagian rungan memenuhi kelembapan (40 – 60 %)

Persaratan standar baku mutu untuk pencahayaan angka di disesuikan


dengan jenis ruangan di daluxpatkan data sebagai berikut :

a. Ruangan pasien
1.saat tidak tidur (250 lux)

2.saat tidur (50 lux)

b.rawat jalan (200 lux)

c.unit gawat darurat (300 lux)

d.oprasi umum (300 -500 lux)

e.meja oprasi (10.000 -20.000 lux)

f.anastesi pemulihan (300 -500 lux)

g.endoscopy lab (75-100 lux)

h.sinar x (minimal 60 lux)

i.koridor (minimal 100 lux)

j.tangga (minimal 100 lux)

k.administrasi/ kantor (100 lux)

standar baku mutu untuk kebisingan angka sisesauikan dengan jenis


rungan data sebagai berikut :

46
a.ruang pasien

saat tidak tidur (45 dBA)

saat tidur (40 dBA)

b.oprasi umum (45 dBA)

c.ruang umum (45 dBA)

e.enestesi pemulihan (50 dBA)

f.sinar x (40 dBA)

g.koridor (45 dBA)

h.tangga(65 Dba)

I.kantor/lobby (65 dBA)

j.ruangan alat /gudang (65 dBA)

k.farmasi (65 dBA)

l.rungan cuci ( 80 dBA)

m.ruangan isolasi (20 dBA)

n.ruangan poli gigi (65 dBA)

o.ruang ICU (65 dBA)

p.ambulans(40 dBA)

standar memenuhi persaratan kualitas kimia udara ruang data sebagai


berikut :

a.karbon monoksida maks.10.000 μg / m³


b.,karbondioksida maks.1 ppm μg / m³
c.timbal maks.0,5 μg / m³

47
d.nitrogen dioksida maks.200 μg / m³
e.sulfur dioksida maks,125 μg / m³
f.formaldehida μg / m³
g.total senyawa organic yang mudah menguap (T.VOC)
h.tidak berbau (bebas H2S dan amoniak )
I,kadar debu (diameter <10 mikron atau tidak melebihi 150 μg / m³
dan tidak mengandung debu asbes)

Dari kesimpulan di atas dapat di Simpukan bahwa kulitas udara Rumah


sakit RSUP Dr sardjito dapat,di dukung dengan kualitas baku mutu
bersumber dari PerMenKes RI Nomor 7 tahun 2019 tentang keshatan
lingkungan rumah sakit .dapat di bandingkan dengan data pendukung
sebelumnya ,seperti seperti pemriksaan kesehatan lingkungan udara yang
sudah di lakukan di rumah sakit RSUP Dr sardjito memenhi sarat apa bila
sudah sesuai baku mutu di atas.

Desinfeksi dengan Menggunakan Spill Kit

Spill kit adalah seperangkat alat yang digunakan untuk


menangani jika terjadi tumpahan bahan-bahan berbahaya seperti
bahan kimia, bahan infeksius, logam berat atau minyak agar tidak
membahayakan penghuni dan lingkungan sekitarnya.sedangkan
Spill kit menangani tumpahan merkuri di RSUP Dr sardjito tidak lagi
di gunakan sebab sudah( Zero Merkuri) .Spill kit terdiri dari apron,
kacamata, masker, sarung tangan, tisu/koran bekas/kain bekas,
penjepit, plastik medis, chlorine/bayclin, sprayer, gelas ukur, dan lap
bersih. Pada kegitan PBL diajarkan mengenai penggunaan spill kit
terhadap penanganan tumpahan cairan tubuh.

Dalam proses desinfeksi dengan menggunakan spill kit, terdapat bahan


utama yang digunakan yaitu larutan klorin 0.5%. Untuk membuat

48
larutan klorin 0.5%, dibutuhkan bahan aktif berupa bayclin dengan
kandungan NaClO sebanyak 5.25%. Bayclin ini akan dilakukan
proses pengenceran sebelum dihasilkan larutan yang diinginkan.
Untuk mengetahui volume bayclin yang ditambahkan dalam
proses pengenceran, digunakan perhitungan sebagai berikut.
Diketahui :
- Air yang diinginkan = 1000 ml
- Larutan klorin = 0.5%
- Kadar NaClO = 5.25%

Volume bayclin yang dibutuhkan :


𝑉1 𝑥 𝑀1 = 𝑉2 𝑥 𝑀2
𝑉1 𝑥 5.25 = 1000 𝑥0.5
500
𝑉1 =
5.25
𝑉1 = 95 𝑚𝑙

Sehingga bayclin yang dibutuhkan untuk setiap kali desinfeksi


mengunakan spill kit adalah 95 ml untuk setiap 1000 liter air. Setelah
dilakukan pengenceran, langkah-langkah desinfeksi dengan
menggunakan spill kit adalah sebagai berikut.
a. Petugas menyiapkan spill kit dan memasang tanda peringatan
b. Petugas memakai APD( apron, kacamata, masker, sarung
tangan, tisu/koran bekas/kain bekas, penjepit(pinset) , plastik
medis, chlorine/bayclin, sprayer, gelas ukur, dan lap bersih.
c. Petugas menyiapkan plastik kuning untuk limbah medis
d. Tumpahan cair tubuh (darah) diserap menggunakan kertas/tisu
hingga bersih dengan memakai
e. Penjepit(pinset)
f. Tisu penyerap dimasukkan ke dalam plastik kuning yang telah
disiapkan

49
g. Bekas tumpahan cairan tubuh disemprot dengan menggunakan
larutan desinfektan (klorin 0,5 %) dan didiamkan sampai 10
menit
h. 10 menit kemudian angkat larutan klorin 0,5% dengan
menggunakan lap basah
i. Masukkan lap basah ke dalam ember yang berisi larutan klorin
0.5%
j. Ikat rapat plastik kuning dan buang ke dalam tempat sampah
infeksius
k. Buka sarung tangan dan masukkan ke dalam larutan
desinfektan klorin 0,05%
l. Petugas melepaskan APD
m. Memasukkan kembali peralatan ke spill kit
n. Spill kit dan peralatan lainnya dikembalikan ke tempat semula
o. Dilanjutkan dengan 6 langkah cuci tangan
p. Tisu bekas lap cuci tangan dimasukkan kedalam TPS non medis

3. Sanitasi Makanan dan Sanitasi Linen

1) Pemantauan Hygiene Sanitasi Makanan dan Minuman Di RSUP


Dr. Sardjito
Pemantauan hygiene dan sanitasi makanan dan minuman di
rumah sakit dr.sardjito dilaksanakan pada pantry, dapur gizi dan
kantin yang ada di lingkungan kerja rumah sakit. dilakukan dalam
rangka pengawasan higiene dan sanitasi makanan dan minuman
yang sesuai dengan Permenkes Nomor 7 Tahun 2019tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, dan permenkes
1096 tahun 2011 tentang hygiene sanitasi jasa boga oleh petugas
ISLRS sesuai dengan jadwal yang sudah ditetapkan.Dapur gizi dan
kantin RSUP Dr. Sardjito telah memiliki Sertifikat layak higiene dari
dinas kesehatan. Pengawasan di RSUP Dr. Sardjito tersebut
dilakukan sebanyak dua kali dalam satu tahun. Dalam upaya

50
peamantauan tersebut, dilakukan beberapa pemeriksaan yang
sesuai dengan Permenkes Nomor 7 Tahun 2019 diantaranya :
a. Pemeriksaan parameter mikrobiologi dengan pengambilan
sampel makanan dan minuman yang meliputi bahan makanan
dan minuman yang mengandung protein tinggi, makanan siap
santap, air bersih, alat makanan dan masak serta usap dubur
penjamah.
b. Pemeriksaan parameter kimiawi dengan pengambilan sampel
minuman berwarna, makanan yang diawetkan, sayuran,
daging, dan ikan laut.
c. Pemantauan dilakukan dengan menggunakan instrumen
lembar kerja sesuai dengan permenkes 1096 tahun 2011
tentang higiene sanitasi jasa boga yang meliputi :
1. Lokasi dan bangunan
Terdiri dari beberapa hal yang menjadi penilaian di dalam
variabel ini seperti lokasi kantin, bangunan kantin,
pembagian ruangan kantin, pembagian ruang pujasera,
kondisi lantai, dinding, ventilasi,
pencahayaan/penerangan, atap, langit-langit, daan pintu.
2) Fasilitas Sanitasi
Penilaian pada variabel ini terdiri dari kualitas dan kuantitas
air bersih, sarana pembuangan air limbah (SPAL),
ada/tidaknya toilet beserta kondisinya, tempat sampah,
tempat cuci tangan, tempat mencuci peralatan, dan
pengendalian tikus dan serangga.

3) Dapur dan ruang makan


Penilaian pada variabel ini terdiri dari kondisi dapur/tempat
pengolahan makanan, kondisi ruang makan, dan tempat
penyajian.

4 . Bahan makanan dan makanan yang jadi/matang

51
Penilaian pada variabel ini terdiri dari kualitas dan kondisi bahan
makanan dan makanan jadi/matang.
5. Pengolahan makanan
Penilaian pada variabel ini berkaitan dengan proses pengolahan
makanan yang dilakukan.
6. Tempat penyimpanan bahan makanan dan makanan
jadi/matang
Penilaian pada variabel ini berkaitan dengan penyimpanan
bahan makanan dan penyimpanan makanan jadi/matang
apakah sudah sesuai standar atau tidak.
7. Penyajian makanan
Penilaian pada variabel ini terkait dengan cara penyajian yang
dilakukan oleh pramusaji.
8. Peralatan masak dan peralatan makan
Penilaian pada variabel ini terdiri dari ketentuan peralatan dan
kualitas peralatan makan.
9. Tenaga kerja
Penilaian pada variabel ini terdiri dari pengetahuan/sertifikat
higiene sanitasi makanan yang dimiliki kantin/tempat
pujasera tersebut, pakaian yang dikenakan karyawan saat
kerja, personal higiene, dan pemeriksaan kesehatan yang
dilakukan oleh karyawan.
10. Pengawasan internal dilakukan oleh pihak rumah sakit
melalui pemeriksaan sampel maknan 6 bulan 1 kali sesuai
Permenkes Nomor 7 Tahun 2019. Sementara
pengawasan eksternal (uji petik) dilakukan oleh Dinas
Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota secara insidentil
atau mendadak untuk menilai kualitas.
Sehingga, secara garis besar dapat disimpulkan bahwa
observasi yang dilakukan mencakup hal-hal berikut ini:

1) Melihat kebersihan dan kerapihan secara umum

52
2) Melihat kebersihandan kerapihan karyawan selama
melakukan tugas pengolahan makanan
3) Melihat ada tidaknya serangga,tikus, dan binatang
penganggu lainya
4) Memantau suhu penyimpanan dingin bahan makanan
maupun makanan jadi
5) Melakukan pengukuran-pengukuran yang diperlukan
misalnya : pH dan chlor pada air minum dan air
bersih,intensitas cahaya, suhu, kelembaban.

Kegiatan pemantauan yang dilakukan praktik belajar lapangan


adalah :

1. Pemantauan Hygiene Sanitasi Kantin


A. Kantin 1 dan 2 ( lokasi dan bangunan)
1. Lokasi
Pada lokasi kantin 1 dan 2 nilai sudah memenuhi standar
dengan terlindungnya dari sumber tercemar dan jauh
dari lokasi pencemaran.
b. Bangunan pada kantin 1 memenuhi nilai standar
dengan keadaan bangunan yang kuat,bersih,lantai
bersih,kuat dan mudah dibersihkan,dinding,ventilasi
minimal 20% dari luas lantai dan pencahayaan pada
kantin yang memenuhi standar 100 lux (didapatkan
dari pengukuran dengan mengunakan alat lux meter)

B. Bahan Makanan
Bahan makanan pada kantin sudah memenuhi standar
dengan penilaian kondisi bahan makanan masih
segar/tidak busuk,tidak mengandung bahan berbahaya.
Untuk bahan makanan kemasan tidak kadaluarsa dan
memiliki izin/terdaftar pada Depkes

53
C. Makanan jadi
Pada kantin 1 dan 2 makanan jadi memenuhi standar
angka penilaian dengan dinilainya dari keadaan fisik
tidak berbau,berlendir, dan tidak mengandung bahan
berbahaya.
D. Penyimpanan bahan makanan
Penyimpanan makanan pada kantin 1 dan 2 sudah
memenuhi standar dengan tersedianya lemari es.
E. Dapur/ruang tempat pengolahan makanan
Pengolahan makanan dilakukan dikantin 2, sementara
pada kantin 1 tidak tersedianya dapur/tempat
pengolahan makanan dikarenakan pada kantin 1 tidak
dilakukan pengolahan makanan dilokasi, makanan jadi
langsung lalu disediakan.
F. Peralatan pengolahan makanan
Peralatan makanan menggunakan alat yang bersih,serbet
bersih,dan talenan tidak terbuat dari bahan kayu.
G. Penyajian/penjualan makanan
Pada penyajian dan penjualan makanan baik,makanan
yang dijual terletak didalam etalase sehingga aman.
H. Fasilitas sanitasi
1. Tersedianya air bersih dalam jumlah yang cukup
2. Fasilitas yang memenuhi persyaratan
3. Adanya saluran air limbah
4. Sampah pada lokasi kantin juga terpisah dan
tersedianya tempat sampah yang dilapisi dengan
kantong plastik.
5. Tersedia tempat cuci tangan pada kantin 1
6. Tempat pencucian peralatan pada kantin 1 tidak
tersedia,dikarenakan pada kantin 1 makanan tidak
diolah dilokasi/ditempat penjualan.
I. Penjamah kantin

54
Penjamah kantin keadaan sehat,bersih,serta
aman,pemeriksaan kesehatan dilakukan 6 bulan 1 kali
dan secara random/secara acak dilakukan pemeriksaan
general cekup 1 tahun 1 kali.

4. Penyelengaraan Linen Internal Di RSUP Dr. Sardjito

Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit


adalah melalui pelayanan penunjang medik, khususnya dalam
pengelolaan linen di rumah sakit.Linen di rumah sakit dibutuhkan di setiap
ruangan. Kebutuhan akan linen di setiap ruangan ini sangat bervariasi,
baik jenis, jumlah dan kondisinya. Alur pengelolaan linen cukup panjang,
membutuhkan pengelolaan khusus dan banyak melibatkan tenaga
kesehatan dengan bermacam – macam klasifikasi.

Untuk mendapatkan kualitas linen yang baik, nyaman dan siap pakai,
diperlukan perhatian khusus, seperti kemungkinan terjadinya pencemaran
infeksi dan efek penggunaan bahan – bahan kimia,sehingga saat pada
pemilihan bahan bekerja sama dengan pihak ke-3.

A. Pengertian

Laundry rumah sakit adalah tempat pencucian linen yang


dilengkapi dengan sarana penunjangnya berupa mesin cuci, alat dan
disinfektan, mesin uap (steam boiler), pengering, meja dan mesin
setrika. Diantara beberapa persyaratan pengelolaan linen adalahSuhu
air panas untuk pencucian 70oC dalam waktu 25 menit atau 95oC
dalam waktu 10 menit,Penggunaan jenis deterjen dan disinfektan
untuk proses pencucian yang ramah lingkungan agar limbah cair yang
dihasilkan mudah terurai oleh lingkungan,Standar kuman bagi linen
dan seragam tenaga medis bersih setelah keluar dari proses cuci tidak
mengandung 20 CFU per 100 cm persegi

B.Tata Laksana

55
1. Di tempat laundry tersedia keran air bersih dengan kualitas dan
tekanan aliran yang memadai, air panas untuk disinfeksi dan
tersedia disinfektan.
2. Peralatan cuci dipasang permanen dan diletakkan dekat dengan
saluran pembuangan air limbah serta tersedia mesin cuci yang
dapat mencuci jenis-jenis linen yang berbeda.
3. Tersedia ruangan yang terpisah untuk linen infeksius dan non
infeksius.
4. Laundry harus dilengkapi saluran air limbah tertutup yang
dilengkapi dengan pengolahan awal (pre-treatment) sebelum
dialirkan ke instalasi pengolahan air limbah.
5. Laundry harus disediakan ruang-ruang terpisah sesuai
kegunaannya yaitu ruang linen kotor, ruang linen bersih, ruang
untuk perlengkapan kebersihan, ruang perlengkapan cuci, ruang
kereta linen, kamar mandi dan ruang peniris atau pengering untuk
alat-alat termasuk linen.
6. Untuk rumah sakit yang tidak mempunyai laundry tersendiri,
pencuciannya dapat bekerjasama dengan pihak lain dan pihak lain
tersebut harus mengikuti persyaratan dan tatalaksana yang telah
ditetapkan.

C.Perlakuan terhadap linen:

1.Pengumpulan, dilakukan :

 Pemilahan antara linen infeksius dan non-infeksius dimulai dari


sumber dan memasukkan linen ke dalam kantong plastik sesuai
jenisnya serta diberi label.
 Menghitung dan mencatat linen di ruangan.

2.Penerimaan

 Mencatat linen yang diterima dan telah terpilah antara infeksius dan
non infeksius.

56
 Linen dipilah berdasarkan tingkat kekotorannya.

3. Pencucian

 Menimbang berat linen untuk menyesuaikan dengan kapasitas


mesin cuci dan kebutuhan deterjen dan disinfektan.
 Membersihkan linen kotor dari tinja, urin, darah, dan muntahan
kemudian merendamnya dengan menggunakan disinfektan.
 Mencuci dikelompokkan berdasarkan tingkat kekotorannya.
Pengeringan, Penyetrikaan dan Penyimpanan

 Linen harus dipisahkan sesuai jenisnya.


 Linen baru yang diterima ditempatkan di lemari bagian bawah.
 Pintu lemari selalu tertutup.

4.Distribusi

Distribusi dilakukan berdasarkan kartu tanda terima dari petugas


penerima, kemudian petugas menyerahkan linen bersih kepada
petugas ruangan sesuai kartu tanda terima.

5. Pengangkutan

 Kantong untuk membungkus linen bersih harus dibedakan dengan


kantong yang digunakan untuk membungkus linen kotor.
 Menggunakan kereta dorong yang berbeda dan tertutup antara
linen bersih dan linen kotor. Kereta dorong harus dicuci dengan
disinfektan setelah digunakan mengangkut linen kotor.
 Waktu pengangkutan linen bersih dan kotor tidak boleh dilakukan
bersamaan.
 Linen bersih diangkut dengan kereta dorong yang berbeda warna.
 Rumah sakit yang tidak mempunyai laundry tersendiri,
pengangkutannya dari dan ke tempat laundry harus menggunakan
mobil khusus.

57
Petugas yang bekerja dalam pengelolaan laundry linen harus
menggunakan pakaian kerja khusus, alat pelindung diri dan dilakukan
pemeriksaan kesehatan secara berkala, serta dianjurkan memperoleh
imunisasi hepatitis B.

Sumber air untuk mencuci linen berasal dari IPAB,dari IPAB masuk ke
water treatment binatu lalu ditambahkan resin,kebutuhan air dibinatu
perharinya adalah 59 L/hari.

4. Pengendalian Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit

a. Nyamuk Anopheles sp. MBR (Man biting rate) <0,025

Dari RSUP Dr. Sardjito tidak terdapat pengukuran dan perhitungan


terhadap Nyamuk Anopheles menggunakan MBR (Man Biting Rate)

b. Larva Anopheles sp. Indeks habitat <1

Dari RSUP Dr. Sardjito terdapat ≥10 Larva Anopheles di Basmant


Depan Gedung GAP

c. Nyamuk Aedes aegypti dan/atau Aedes albopictus Angka Istirahat


(Resting rate)<0,025

Dari RSUP Dr. Sardjito tidak terdapat pengukuran dan perhitungan


terhadap Nyamuk Aedes aegypti dan/atau Aedes albopictus Angka
Istirahat (Resting rate) <0,025

d. Larva Aedes aegypti dan/atau ABJ (Angka Bebas Jentik) ≥95

Dari RSUP Dr. Sardjito tidak melaksanakanperhitungan Larva Aedes


aegypti dan/atau ABJ (Angka Bebas Jentik) ≥95

e. Nyamuk Culex sp. MHD (Man Hour Density) <1

Dari RSUP Dr. Sardjito tidak melaksanakan perhitungan Nyamuk Culex


sp. MHD (Man Hour Density)<1

58
f. Larva Culex sp. Indeks habitat <5

Dari RSUP Dr. Sardjito tidak melaksanakan perhitungan Larva Culex


sp. Indeks habitat <5

g. Mansonia sp., MHD

Dari RSUP Dr. Sardjito tidak melaksanakan perhitungan Mansonia sp.,


MHD

h. Pinjal, Indeks Pinjal Khusus <1

Dari RSUP Dr. Sardjito tidak melaksanakan perhitungan Pinjal, Indeks


Pinjal Khusus <1

i. Lalat, Indeks Populasi Lalat <2

Dari RSUP Dr. Sardjito tidak melaksanakan perhitungan Lalat, Indeks


Populasi Lalat <2

j. Kecoa Indeks Populasi Kecoa <2

k. Dari RSUP Dr. Sardjito tidak melaksanakan perhitungan Kecoa Indeks


Populasi Kecoa <2

A. Angka kepadatan untuk binatang pembawa penyakit

a. Tikus Success trapnya <1

b. Tikus Success trapnya >1

5. Pengelohan Limbah

a. Limbah Padat Domestik

a. Melakukan penanganan limbah dengan 3R


Di RSUP Dr. Sardjito telah melakukan Penanganan Limbah dengan 3R
Konsep 3R yaitu reduksi pada sumber (reduction), pemakaian kembali
(reuse), dan daur ulang (recycle).

59
Pada konteks kemasyarakatan, ada beberapa perilaku berwawasan
lingkungan yang baik untuk diterapkan. Perilaku tersebut berorientasi
pada pencegahan pencemaran lingkungan yang terangkum dalam 3R
(Recycle, Reuse dan Reduce) yaitu:

1. Recycle
 Memilah antara sampah organik dan non organik

 Mendaur ulang segala yang dapat didaur ulang: plastik, kupasan


buah segar dan sayur mayur, kertas dan kardus, gelas dan kaleng.

2. Reuse

 Memilih alat rumah tangga atau elektronik yang hemat energi

 Mencari merk yang memperhatikan lingkungan

 Menggunakan tas belanja yang mudah didaur ulang

 Menggunakan kendaraan umum untuk bepergian

 Mulai menggunakan energi bahan bakar alternatif yang tidak hanya


dari bahan energi fosil, misalnya biogas, biodisel, surya sel dsbnya

 Mengurangi emisi CFC dan emisi pengganti CFC dengan tidak


menggunakan aerosol dan menggunakan energi efisien.

 Memilih peralatan yang mempunyai usia pakai lebih lama

3. Reduce

 Memakai listrik seperlunya,

 Menanam pohon untuk menyerap gas karbon dioksida yang ada di


udara.

 Hemat dalam menggunakan air

60
 Menggunakan sepeda atau berjalan kaki untuk jarak yang tidak
begitu jauh <5 km

 Mengurangi penggunaan barang-barang yang tidak dapat didaur


ulang

 Mengurangi penggunaan produk yang tingkat kebutuhannya rendah

Yang telah dikemukakan oleh Soerjani (2006) ada 13R yaitu:

 Reduce (dikurangi)

 Refuse (ditolak)

 Replace (diganti)

 Reuse (digunakan kembali)

 Repair (diperbaiki)

 Recondition (dikembalikan semula)

 Reconstruct (dibangun kembali),

 Recharge (diberdayakan)

 Rechange (ditukar)

 Redurability (diperlama masa pemakaiannya)

 Restrengted (diperkuat)

 Remediation (diatur kembali)

 Rehabilition (direhabilitasi kembali).

Definisi minimisasi adalah upaya mengurangi volume,


konsentrasi, toksisitas, dan tingkat bahaya limbah yang berasal dari
proses produksi dengan jalan reduksi pada sumbernya dan atau
pemanfaatan limbah. Pengertian reduksi limbah pada sumbernya adalah

61
upaya mengurangi volume, konsentrasi, toksisitas dan tingkat bahaya
limbah yang menyebar ke lingkungan secara preventif pada sumber
pencemar.

Minimisasi menjadi konsep yang baik kerena memiliki beberapa


keuntungan antara lain, yaitu:

a. Minimasi limbah menghemat berbagai sumberdaya yang sangat


berharga seperti mineral, energi, hutan alami dan lahan
b. Minimasi limbah dapat menghemat uang dengan berbagai cara
yang dilakukan seperti: lebih sedikit uang digunakan untuk membeli
material, biaya pembuangan limbah dapat dikurangi, bisnis menjadi
lebih efisien

Minimasi limbah dapat mengurangi dampak terhadap lingkungan


seperti mengurangi areal yang rusak akibat sumberdaya alam,
permanenan dan pembuangan limbah, membutuhkan lebih sedikit
bahan bakar fosil dalam menghasilkan energi panas, mengurangi
efek rumah kaca dan polusi

2. Memiliki TPS Limbah Domestik

Persyaratannya apa aja

Penyelenggaraannya apa aja

Pembangunan

3. Pengangkutan di TPS dilakukan tidak boleh lebih dari 2x24 jam

Di RSUP Dr. Sardjito telah melaksanakan pengangkutan


sampah

2x24 jam.

Hasil Pengangkutan Limbah Domestik pada Bulan Juli


No. Tanggal Jumlah (m³) Keterangan

62
1. 1 10
2. 2 10
3. 3 10
4. 4 10
5. 5 10
6. 6 10
7. 7 0
8. 8 10
9. 9 10
10. 10 10
11. 11 10
12. 12 10
13. 13 0
14. 14 0
15. 15 15
16. 16 10
17. 17 10
18. 18 10
19. 19 10
20. 20 10
21. 21 0
22. 22 10
23. 23 10
24. 24 10
25. 25 10
26. 26 10
27. 27 10
28. 28 0
29. 29 10
30. 30 10
31. 31 5

63
Jumlah 260
Rata-Rata 8.387

Hasil Pengangkutan Limah Domestik pada Bulan Agustus

No. Tanggal Jumlah (m³) Keterangan


1. 1 10
2. 2 10
3. 3 10
4. 4 0
5. 5 10
6. 6 10
7. 7 0
8. 8 10
9. 9 10
10. 10 10
11. 11 0
12. 12 10
13. 13 5
14. 14 10
15. 15 10
16. 16 10
17. 17 0
18. 18 0
19. 19 15
20. 20 10
21. 21 10
22. 22 10
23. 23 10
24. 24 10
25. 25 0

64
26. 26 10
27. 27 10
28. 28 10
29. 29 10
30. 30 10
31. 31 10
Jumlah 250
Rata-Rata 8387

Hasil Pengangkutan Limah Domestik pada Bulan September

No. Tanggal Jumlah (m³) Keterangan


1. 1 0
2. 2 10
3. 3 10
4. 4 10
5. 5 10
6. 6 10
7. 7 10
8. 8 0
9. 9 10
10. 10 10
11. 11 10
12. 12 10
13. 13 10
14. 14 10
15. 15 0
16. 16 10
17. 17 15
18. 18 10
19. 19 10

65
20. 20 10
21. 21 10
22. 22 0
23. 23 10
24. 24 15
25. 25 5
26. 26 0
27. 27 15
28. 28 15
29. 29 0
30. 30 15
Jumlah 260
Rata-Rata 8.387

Hasil Pengangkutan Limah Domestik pada Bulan Oktober

No. Tanggal Jumlah (m³) Keterangan


1. 1 10
2. 2 10
3. 3 15
4. 4 15
5. 5 10
6. 6 0
7. 7 15
8. 8 10
9. 9 10
10. 10 10
11. 11 10
12. 12 10
13. 13 0
14. 14 15

66
15. 15 10
16. 16 15
17. 17 15
18. 18 10
19. 19 10
20. 20 0
21. 21 15
22. 22 10
23. 23 10
24. 24 10
25. 25 10
26. 26 10
27. 27 0
28. 28 15
29. 29 10
30. 30 10
31. 31 10
Jumlah 305
Rata-Rata 9.838

Rata-Rata Pengangkutan Limbah Domestik

Juli
Agustus
September
Oktober

67
A. Limbah Gas

a. Memenuhi penatan dalam frekuensi pengambilan contoh pemeriksaan


emisi gas buang dan udara ambien luar

No. Cerobong Titik Koordinat Keterangan


1. Cerobong B1 S = 07° 46’ 22,0”
E = 110° 22° 19,8°
2. Cerobong B2 S = 07° 46’ 22,0”
E = 110° 22° 20,1°
3. Cerobong G1 S = 07° 46’ 22,0”
E = 110° 22° 25,1°
4. Cerobong G2 S = 07° 46’ 12,1”
E = 110° 22° 20,1°
5. Cerobong G3 S = 07° 46’ 22,0”
E = 110° 22° 20,1°
6. Cerobong G4 S = 07° 46’ 11,8”
E = 110° 22° 19,7°
7. Cerobong G5 S = 07° 46’ 22,0”
E = 110° 22’ 19,7”
8. Cerobong G6 S = 07° 46’ 22,0”
E = 110° 22° 18,8°
9. Cerobong Genset 7A S = 07° 46’ 22,0”
E = 106° 22° 9,21°
10. Cerobong Genset 7B S = 07° 46’ 22,0”
E = 110° 22° 18,32°
Pemeriksaannya dilaksanakan 2 Kali dalam 1 Tahun

b. Kualitas emisi gas buang dan partikulat dari cerobong memenuhi


standar kualitas udara sesuai dengan ketentuan peraturan

68
perundang-undangan tentang standar kualitas gas emisi sumber tidak
bergerak

Hasil dari

c. Memenuhi penataan pelaporan hasil uji atau pengukuran


laboratorium limbah gas kepada instansi pemerintah sesuai
ketentuan, minimal setiap 1 kali setahun

d. Setiap sumber emisi gas berbentuk cerobong tinggi seperti generator


set, boiler dilengkapi dengan fasilitas penunjang uji emisi

Persyaratan fasilitas infentaris cerobong harus memenuhi syarat dengan


2D dan 8D

 Cerobong G1

Memenuhi syarat dengan 8D

Terdapat Lobang Sampling

Stop Kontak Mobile

Elbow ke 2 karena secara tehnis agar cerobong bisa naik keatas

 Cerobong G2

Lobang Sampling

Stop Kontak Mobile

Lantai Kerja

 Cerobong G3

Lobang Sampling

Lantai Kerja

69
Stop Kontak Mobile

 Cerobong G4

Lobang Sampling

Lantai Kerja

Stop Kontak Mobile

 Cerobong G5

Lobang Sampling

Stop Kontak Mobile

Lantai Kerja Lewat tangga menuju cerobong G2 dan G3

 Cerobong G6

Lobang Sampling

Lantai Kerja

Stop Kontak Permanen

 Cerobong Genset 7A

Lobang Sampling

Lantai Kerja

 Cerobong Genset 7B

Lobang Sampling

Lantai Kerja

e. Cerobong gas buang di rumah sakit dilengkapi dengan alat


kelengkapan cerobong

Dengan pengontrolan emisi gas buang

70
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meminimalisasi
keluarnya gas buangan atau limbah gas keudara adalah dengan cara
mengontrolemisi gas buangan. Metode pengontrolan gas buang berbeda-
beda, tergantung pada jenis gas buang tersebut.

Gas sulfur oksida bias dikurangi dari udara hasil pembakaran


bahan bakar menggunakan cara desulfurisasi dengan wet scrubber (filter
basah). Gas nitrogen oksida bias dikurangi dari hasil pembakaran
kendaraan bermotor menggunakan cara suhu pembakaran diturunkan.
Produksi gas hidrokarbon dan karbonmonoksida dari hasil pembakaran
kendaraan bermotor bias dikurangi menggunakan cara pemasangan alat
cataliytic conveerter (pengubah katalitik) yang mampu membuat
pembakaran lebih sempurna.

Udara Ambien

Udara ambient merupakan udara bebas di permukaan bumi pada


lapisan troposfir yang dibutuhkan dan mempengaruhi kesehatan manusia,
mahluk hidup dan unsure lingkungan hiduplainnya. Dalam keadaan
normal, udara ambient ini akan terdiri dari gas nitrogen (78%), oksigen
(20%), argon (0,93%) dan gas karbondioksida (0,03%). Baku mutu udara
ambien merupakan ukuran batas atau kadar zat, energi, dan/atau
komponen yang ada atau seharusnya ada dan/atau unsure pencemar
yang ditenggang keberadaannya dalam udara ambien.

Pemerintah menetapkan baku mutu udara ambient sebagai batas


maksimum kualitas udara ambiennasional yang diperbolehkan untuk di
semua kawasan di seluruh Indonesia. Arah dan tujuan dari penetapan
baku mutu udara ambient nasional adalah untuk mencegah pencemaran
udara dalam rangka pengendalian pencemaran udaranasional.

RSUP Dr. Sardjito Semester II Tahun 2019 oleh Balai Hyperkes


Provinsi DIY dilakukan pemantauan emisi udara dan udara ambien
dilakukan 6 bulan sekali. Sampel yang diambil untuk emisi udara seperti

71
emisi cerobong, dan boiler sedangkan untuk sampel udara ambien diambil
di suatu titik halaman.

Hasil Pemeriksaan Emisi Cerobong, Genzet dan Boiler Semester II Tahun


2019 telah memenuhi syarat dengan data.

Penyenggaraan Pengamanan Limbah Gas Pengamanan limbah


gas adalah upaya kegiatan penanganan limbah gas yang terdiri dari
pemilihan, pemeliharaan dan perbaikan utilitas rumah sakit berbasis emisi
gas yang tepat dan pemeriksaan limbah gas untuk mengurangi risiko
gangguan kesehatan dan lingkungan hidup yang ditimbulkan. Kegiatan
operasional dan utilitas rumah sakit menghasilkan emisi gas buang dan
partikulat yang akan berdampak pada pencemaran udara dan gangguan
kesehatan masyarakat. Sumber emisi gas buang.

Untuk mencapai pemenuhan pengamanan limbah gas dalam


penyelenggaraan kesehatan lingkungan rumah sakit, maka dilaksanakan
upaya sebagai berikut: 1)Penaatan frekuensi pengambilan contoh limbah
gas

a) Setiap rumah sakit harus melakukan pemeriksaan laboratorium


emisi gas

buang dan udara ambien luar dengan ketentuan frekuensi


sebagai berikut :

• Uji emisi gas buang dari cerobong insinerator minimal setiap 1


(satu) kali per 6 bulan.

• Uji emisi gas buang dari cerobong mesin boiler, minimal setiap 1
(satu) kali per 6 bulan.

• Uji emisi gas buang dari cerobong genset ( Kapasitas< 1.000


KVa), setiap 1 (satu) kali setahun.

• Uji emisi gas buang dari cerobong kendaraan operasional,


minimal setiap 1 (satu) kali setahun.

72
• Uji udara ambien dihalaman luar rumah sakit, minimal setiap 1
(satu) kali setahun.

b) Pengujian emisi gas buang dilaksanakan oleh laboratorium yang


telah terakreditasi nasional dan masih dalam masa berlaku.

Pengolahan Limbah Cair

Pengamanan limbah cair adalah upaya kegiatan penanganan


limbah cair yang terdiri dari penyaluran dan pengolahan dan
pemeriksaan limbah cair untuk mengurangi risiko gangguan kesehatan
dan lingkungan hidup yang ditimbulkan limbah cair. Limbah cair yang
dihasilkan kegiatan rumah sakit memiliki beban cemaran yang dapat
menyebabkan pencemaran terhadap lingkungan hidup dan
menyebabkan gangguan kesehatan manusia. Untuk itu, air limbah perlu
dilakukan pengolahan sebelum dibuang ke lingkungan, agar kualitasnya
memenuhi baku mutu air limbah yang ditetapkan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Limbah Cair rumah sakit
juga berpotensi untuk dilakukan daur ulang untuk tujuan penghematan
penggunaan air di rumah sakit.

Limbah cair yang tidak memenuhi baku mutu karena belum


dikelola, apabila dibuang ke lingkungan umum (perairan umum) akan
memberikan dampak pencemaran dan kontaminasi lingkungan. Untuk
mencapai baku mutu, limbah cair rumah sakit harus diolah terlebih
dahulu sehingga kualitasnya memenuhi baku mutu sesuai Peraturan
Daerah DIY No.7 Tahun 2016 tentang baku mutu air limbah.

Ada dua unit Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) RSUP Dr.
Sardjito yaitu unit IPAL I dengan metode pengolahan sistem lumpur
aktif atau dikenal dengan activated sludge dan metode pengolahan
sistem biofilter.

73
b. Sumber limbah cair

Sumber limbah cair di RSUP Dr Sardjito, yakni meliputi semua


kegiatan yang menghasilkan produk limbah cair.

c. Proses Pengolahan Limbah cair di RSUP Dr. Sardjito

Proses pengolahan limbah cair di RSUP Dr. Sardjito ada dua unit
Instalasi pengolahan air limbah, yaitu unit IPAL I dengan sistem lumpur
aktif dan unit IPAL II dengan sistem Biofilter.

1. Unit Instalasi Pengolahan Air Limbah I

Unit IPAL I menggunakan metode sistem lumpur aktif. Sistem lumpu


aktif sendiri adalah sistem pengolahan limbah cair yang menggunakan
lumpur sebagai tempat perkembanganbiakan mikroorganisme.

a. Inlet atau Influent

Inlet adalah kesatuan dari semua limbah cair, di inlet sendiri diberi bar
screen. bar screen sendiri adalah untuk menyaring limbah padat
(sampah) yang masih terbawa aliran produk limbah cair.

b. Bak Pengendap Pasir

Bak pengendap pasir adalah bak yang berfungsi untuk mengendapkan


pasir-pasir halus yang terbawa dari aliran inlet, diujung bak pengendap
pasir diberi kisi-kisi guna untuk menyaring limbah padat yang masih
terbawa produk limbah cair.

c. Bak Kompensional

Bak kompensional adalah bak menampung air limbah yang diujung bak
diberi penggaris ukur guna untuk mengetahui debit air limbah yang
mengalir.

d. Bak Ekualisasi

74
Bak ekualisasi adalah bak untuk menampung air limbah yang berfungsi
untuk menghomogenkan konsetrasi polutan dan mengatur debit air
yang masuk.

e. Bak Thompson

Bak Thompson adalah bak untuk mengetahui debit air limbah yang
masuk. Jadi diujung bak Thompson diberi penggaris ukur. Sebelum
masuk ke bak aerasi ketinggian air maksimal 14-15 cm.

f. Bak Aerasi

Bak aerasi adalah bak yang terjadi proses metabolisme


mikroorganisme ditambah suplai udara. Bak aerasi di unit IPAL I ada 3
bak aerasi, 2 bak aerasi diberi media perkembangan mikroorganisme.

g. Bak Sedimentasi

Bak sedimentasi adalah bak yang berfungsi untuk mengendapkan


pasir-pasir halus hasil dari proses baek aerasi sehingga akan
membentuk flok-flok.

h. Bak filter

Bak filter berfungsi untuk menyaring air limbah. Di bak filtrasi ada bak
input sand filter.

i. Bak Kontak

Bak kontak adalah bak yang mengontakkan hasil output dari sand filter
dengan kaporit. Guna untuk membunuh mikroorganisme pathogen.

j. Bak Desinfeksi

Bak desinfeksi berfungsi untuk proses penambahan bahan kaporit dan


air.

k. Sand Filter

75
Sand filter adalah tank yang berfungsi untuk menyaring partikel-partikel
halus yang masih terbawa produk limbah cair. Media yang digunakan
adalah pasir kuarsa.

l. Carbon Aktif

Carbon aktif adalah tank yang berfungsi untuk menghilangkan bau


limbah cair. Media yang digunakan arang aktif.

m. Bak Monitoring

Bak yang berfungsi untuk melihat produk limbah cair secara visual.

n. Outlet

Outlet adalah hasil akhir buangan limbah cair dari keseluruhan proses-
proses lumpur aktif.

2. Unit Instalasi Pengolahan Air Limbah II

Unit IPAL II menggunakan sistem biofilter anaerobik-aerobik. Biofilter


anaerobik-aerobik yaitu pengolahan limbah cair yang menggunakan
media perkembanganbiakan mikroorganisme yang berbentuk
trapesium.

a. Inlet

Untuk Unit IPAL II limbah cair yang diambil daril bak ekualisasi II.

b. Bak Ekualisasi II

Bak ekualisasi pada unit IPAL 2 dipompakan ke aliran ke bak


anaerobic.

c. Bak Anaerobik

Bak anaerobic adalah bak yang berfungsi untuk proses metabolism


mikroorganisme tanpa suplai oksigen. Bak anaerobic sendiri ditanam
dalam tanah ada 8 bak anaerobic di RSUP Dr. Sardjito.

76
d. Bak Aerobik

Bak aerobic adalah bak yang berfungsi untuk proses metabolisme


mikroorganisme ditambah suplai oksigen.

e. bak Kontak

bak kontak adalah bak yang menampung output dari proses biofilter
kemudian didesinfeksi guna untuk membunuh mikroorganisme
pathogen.

f. sand Filter

sand filter adalah proses menyaring limbah cair menggunakan pasir


kuarsa.

g. karbon Aktif

tank karbon aktif adalah tank yang berfungsi untuk menghilangkan bau
limbah cair. Media yang digunakan arang aktif.

Kegiatan yang dilakukan di IPAL :

1. Melakukan penambahan kaporit dibak desinfeksi


2. Melakukan backwash di unit ipal 1 dan unit ipal 2

77
BAB V
PENUTUP

A. Simpulan

1. penyediaan air bersih dan pengolahan air minum dari segi kuantitas

dan kualitas memenuhi syarat.

2. pengolahan air minum di RSUP Dr. Sardjito dari segi kuantitas dan

kualitas memenuhi syarat

3. kesehatan udara ruang untuk parameter mikrobiologi,fisika dan

kimia memenuhi syarat.

4. kesehatan pangan siap saji rumah sakit untuk kantin,instalasi gizi

dan pantry memenuhi syarat hanya saja masih ada yang tidak

memenuhi. Seperti bak pencuci hanya tersedia 1 (satu) dan 2 (dua)

5. kesehatan sarana dan bangunan memenuhi syarat

6. pengendalian vector memenuhi syarat jika dilihat dari pengendalian

vector itu menurun populasinya,hanya saja tidak dilakukan

perhitungan seperti yang tercamtum di IKL.

7. untuk pengamanan limbah khusus untuk limbah b3 infeksius

berkerjasama dengan pihak ke-3. Untuk limbah cair dari segi

kuantitas dan kualitas memenuhi syarat, limbah gas memenuhi

syarat,limbah pengamanan radiasi ditanggung oleh sanitasi

lingkungan.

8. sistem management kesehatan lingkungan rumah sakit memenuhi

syarat

78
79

Anda mungkin juga menyukai