DISUSUN OLEH
NO NAMA NIM
1 Adhea Wiputri Mardani P0 5160017 001
2 Chevi Dwi M P0 5160017 006
3 Haryu Sukma Widi N. P0 5160017 053
4 Meri Andriani P0 5160017 019
5 Muhammad Arsadani P0 5160017 059
6 Shindy Bella Ananda P0 5160017 029
i
LAPORAN KEGIATAN PRAKTEK BELAJAR LAPANGAN (PBL)
SANITASI RUMAH SAKIT RSUP DR.SARDJITO YOYGAKARTA
TANGGAL 28 OKTOBER – 15 NOVEMBER 2019
ii
KATA PENGANTAR
Kami berharap laporan ini dapat dipahami secara baik dan benar
oleh semua orang,peserta didik/mahasiswa dan para pembimbing serta
supervisor sehingga pelaksanaan kegiatan ini akan lebih terarah, tepat
sasaran dan dapat memaksimalkan pencapaian tujuan. Selanjutnya kami
mahasiswa praktik kerja lapangandan atas nama ketua jurusan kesehatan
lingkungan menyampaikan rasa terima kasih kepada Tim pembimbing dan
pihak-pihak yang terkait di dalam proses penyusunan laporan ini.
iii
Yogyakarta, Oktober 2019
Penyusun
iv
DAFTAR ISI
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
suatu penyakit menular dengan jalan memutuskan mata rantai dari
sumber. Sanitasi merupakan usaha kesehatan masyarakat yang
menitikberatkan pada penguasaan terhadap berbagai faktor
lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan (Arifin, 2009).
Sanitasi menurut kamus bahasa Indonesia diartikan
sebagai 'pemelihara kesehatan'. Menurut WHO, sanitasi lingkungan
(environmental sanitation) adalah upaya pengendalian semua faktor
lingkungan fisik manusia yang mungkin menimbulkan atau dapat
menimbulkan hal-hal yang merugikan bagi perkem- bangan fisik,
kesehatan dan daya tahan hidup manusia.
Dalam lingkup Rumah Sakit (RS), sanitasi berarti upaya
pengawasan berbagai faktor lingkungan fisik, kimiawi dan biologik di
RS yang menimbulkan atau mungkin dapat mengakibatkan pengaruh
buruk terhadap kesehatan petugas, penderita, pengunjung maupun
bagi masyarakat di sekitar RS. Dari pengertian di atas maka sanitasi
RS merupakan upaya dan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem
pelayanan kesehatan di RS dalam memberikan layanan dan asuhan
pasien yang sebaik-baiknya,
Tujuan dari sanitasi RS tersebut adalah menciptakan
kondisi lingkungan RS agar tetap bersih, nyaman, dan dapat
mencegah terjadinya infeksi silang serta tidak mencemari lingkungan.
Dalam pelaksanaannya sanitasi RS seringkali ditafsirkan secara
sempit, yakni hanya aspek kerumahtanggaan (housekeeping) seperti
kebersihan gedung, kamar mandi dan WC, pe-layanan makanan
minuman.
Sanitasi rumah sakit sering kali dianggap hanyalah
merupakan upaya pemborosan dan tidak berkaitan langsung dengan
pelayanan kesehatan di rumah sakit. Sehingga seringkali dengan dalih
kurangnya dana pembangunan dan pemeliharaan, ada rumah sakit
yang tidak memiliki sarana pemeliharaan sanitasi, bahkan cenderung
mengabaikan masalah sanitasi. Mereka lebih mengutamakan
kelengkapan alat-alat kedokteran dan ketenagaan yang spesialistik. Di
2
lain pihak dengan masuknya modal asing dan swasta dalam bidang
perumahsakitan kini banyak rumah sakit berlomba-lomba untuk
menampilkan citranya melalui kementerengan gedung, kecanggihan
peralatan kedokteran serta tenaga dokter spesialis yang qualified,
tetapi kurang memperhatikan aspek sanitasi. Sebagai contoh, banyak
rumah sakit besar yang tidak memiliki fasilitas pengolahan air limbah
dan sarana pembakar sampah (incinerator) serta fasilitas cuci
tangannya tidak memadai atau sistim pembuangan sampahnya tidak
saniter. Apabila hal ini dibiarkan berlarut-larut akan dapat
membahayakan masyarakat, baik berupa terjadinya infeksi silang di
rumah sakit maupun pengaruh buruk terhadap lingkungan dan
masyarakat luas.
Dari berbagai penelitian diketahui bahwa kejadian infeksi di
rumah sakit ada hubungannya dengan kondisi rumah sakit yang tidak
saniter. Untuk itu apabila rumah sakit akan menjadi lembaga swadana,
aspek sanitasi perlu diperhatikan. Karena di samping dapat mencegah
terjadinya pengaruh buruk terhadap lingkungan.
Rumah Sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan yang
di dalamnya terdapat bangunan, peralatan, manusia (petugas, pasien
dan pengunjung) dan kegiatan pelayanan kesehatan, ternyata di
samping dapat menghasilkan dampak positif berupa produk pelayanan
kesehatan yang baik terhadap pasien, juga dapat menimbulkan
dampak negatif berupa pengaruh buruk kepada manusia seperti
pencemaran lingkungan, sumber penularan penyakit dan menghambat
proses penyembuhan dan pemulihan penderita. Untuk itu sanitasi
rumah sakit diarahkan untuk mengawasi faktor-faktor tersebut agar
tidak membahayakan. Dengan demikian, sesuai dengan pengertian
sanitasi, lingkup sanitasi rumah sakit menjadi luas mencakup upaya-
upaya yang bersifat fisik seperti pembangunan sarana pengolahan air
limbah, penyediaan air bersih, fasilitas cuci tangan, masker, fasilitas
pembuangan sampah, serta upaya non fisik seperti pemeriksaan,
pengawasan, penyuluhan, dan pelatihan.
3
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Mahasiswa mendapatkan pengetahuan tentang tugas pokok
dan fungsi sanitasi rumah sakit
b. Mahasiswa mendapatkan wawasan tentang ruang lingkup
sanitasi rumah sakit.
c. Mahasiswa mendapatkan pengetahuan dan praktek dalam
penyelenggaraan sanitasi rumah sakit.
d. Mahasiswa dapat mengetahui permasalahan yang ada di
Instalasi Sanitasi Rumah Sakit Umum Pusat Sardjito.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa dapat mengetahui dan melakukan kegiatan
pengelolaan air bersih serta melakukan pengambilan sampel air
bersih.
b. Mahasiswa dapat mengetahui dan melakukan kegiatan
desinfeksi dan sterilisasi ruangan
c. Mahasia dapat mengetahui dan melakukan kegiatan
keselamatan kesehatan kerja (K3)
d. Mahasiswa dapat mengetahui dan melakukan kegiatan sanitasi
makanan dan minuman
e. Mahasiswa dapat mengetahui dan melakukan kegiatan
pemantauan lingkungan fisik ruangan
f. Mahasiswa dapat mengetahui dan melakukan kegiatan
pengendalian serangga dan binatang penggangu
g. Mahasiswa dapat mengetahui dan melakukan kegiatan
pengelolaan limbah cair
h. Mahasiswa dapat mengetahui dan melakukan kegiatan
pengelolaan limbah padat medis dan non medis
C. Manfaat
1. Bagi Instansi
a. Mengetahui permasalahan yang ada dalam penyelenggaraan
sanitasi dan kesehatan lingkungan di rumah sakit.
4
b. Mendapatkan masukan tentang penyelenggaraan sanitasi dan
kesehatan lingkungan di rumah sakit.
2. Bagi Perguruan Tinggi
a. Menjalin kerjasama yang baik antara lembaga pendidikan
dengan instansi dalam upaya memberikan bekal mahasiswa
untuk mengenal dunia kerja.
3. Bagi Mahasiswa
a. Mendapatkan wawasan tentang ilmu pengetahuan dan
teknologi tentang sanitasi rumah sakit.
b. Mendapatkan pemahaman, sikap kerja professional, dan
ketrampilan di bidang kesehatan lingkungan terutama di rumah
sakit
D. Ruang Lingkup
1. Waktu Praktikum
Kegiatan Praktek Belajar Lapangan ini dilaksanakan selama 3
Minggu yaitu dari tanggal 28 Oktober s/d 15 November 2019.
2. Lokasi Praktikum
Lokasi lahan Praktek Belajar Lapangan di RSUP Dr Sardjito
Yogyakarta.
5
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Rumah Sakit
6
f. Administrasi umum dan keuangan.
Sedangkan menurut undang-undang No. 44 tahun 2009
tentang rumah sakit, fungsi rumah sakit adalah:
a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan
kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.
b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui
pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga
sesuai kebutuhan medis.
c. Penyelenggaaan pendidikan dan pelatihan sumber daya
manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam
pemberian pelayanan kesehatan.
d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta
pengaplikasian teknologi dalam bidang kesehatan dalam rangka
peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika
ilmu pengetahuan bidang kesehatan.
7
Rumah sakit berdasarkan kelasnya dibedakan atas rumah
sakit kelas A, B (pendidikan dan non-pendidikan), kelas C, kelas
D.
a. Rumah sakit umum kelas A, adalah rumah sakit umum yang
mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik
spesialistik luas dan subspesialistik luas.
b. Rumah sakit umum kelas B, adalah rumah sakit umum yang
mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik
sekurang-kurangnya sebelas spesialistik dan subspesialistik
terbatas.
c. Rumah sakit umum kelas C, adalah rumah sakit umum yang
mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik
spesialistik dasar.
d. Rumah sakit umum kelas D, adalah rumah sakit umum yang
mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik dasar.
1. Sub. Bagian 1
a. Penyediaan air bersih
8
b. Penyediaan air minum
c. Desinfeksi udara ruang
d. Sanitasi makanan
2. Sub. Bagian 2
a. Pemantauan lingkungan fisik
b. Pengendalian vektor, serangga dan binatang pengganggu
3. Sub. Bagian 3
Limbah Rumah Sakit
9
BAB III
GAMBARAN UMUM
10
pemerintah, baik dana, peralatan maupun tenaga dari Departemen
Kesehatan RI, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan serta
instansi lain terkait. Pada tanggal 8 Februari RSUP Dr. Sardjito
telah dibuka resmi oleh Presiden Soeharto.
Sebagaimana telah diketahui dengan keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 1131/Menkes/SK/XII/ 1993 RSUP Dr.Sardjito
ditetapkan sebagai Rumah Sakit unit swadana. Namun dengan
berlakunya Undang – Undang No 20 Tahun 1997 dan Peraturan
Pemerintah No. 22 tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan
Pajak ( PNBP ), praktis Rumah Sakit sebagai unit swadana menjadi
gugur atau batal. Perkembangan selanjutnya RSUP Dr.Sardjito
bersama 12 rumah sakit – rumah sakit vertical melalui Peraturan
Pemerintah No.121 tahun 2000 tanggal 12 Desember 2000 yang
ditandatangani Presiden Abdurrahman Wahid, RSUP Dr.Sardjito
resmi menjadi perusahaan jawatan, yang selanjutnya penulisan
Rumah Sakit menjadi RUMAH SAKIT DR. SARDJITO. Dalam
statusnya sebagai unit mandiri, diharapkan otonomi yang luas
dalam pengelolaan sumber daya akan lebih nyata. Hal ini akan
mendorong dan menciptakan fleksibilitas dan efisiensi dalam
pemanfaatan sumber daya sekaligus pengeluaran yang efektif,
ekonomis, dan produktif serta mensosialisasikan pelayanan prima.
11
dengan difungsikannya RSUP Dr.Sardjito menjamin kelangsungan
peran dan fungsi RSUP Dr.Sardjito sebagai Rumah Sakit
Pendidikan khususnya dalam penyediaan gedung maupun
peralatan medis, baik untuk pelayanan pasien, pendidikan, maupun
penelitian.
Dalam perkembangannya, banyak perubahan yang terjadi dan
dilakukan dalam rangka meningkatkan kinerja rumah sakit secara
keseluruhan. Perubahan struktur organisasi yang semula untuk
pelayanan fungsional (UPF) berubah menjadi bentuk instalasi –
instalasi dan Satuan Medis Fungsional (SMF). Perubahan ini
dilakukan dengan tujuan utnuk memperlancar fungsi
penyelenggaraan di Rumah Sakit.
12
Dalam menjalankan kegiatannya RSUP Dr.Sardjito memiliki
Visi dan Misi sebagai berikut :
a. Visi
Menjadi rumah sakit pendidikan dan rujukan nasional
yang terkemuka berstandar Internasional pada tahun 2019
b. Misi
1. Memberikan pelayanan kesehatan yang prima, berstandar
internasional dan terjamgkau oleh semua lapisan
masyarakat melalui pembinaan akuntabilitas korporasi
dan profesi.
2. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan di bidang
kesehatan untuk menghasilkan SDM yang berkualitas.
3. Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan Ilmu
Pengetahuan, Teknologi Kedokteran dan Kesehatan
(IPTEKDOKKES) yang berwawasan global.
4. Meningkatkan kesejahteraan karyawan.
a. Pelayanan Kesehatan
b. Pelayanan Pendidikan
c. Pelayanan Penelitian
5. Layanan Kesehatan
- Poliklinik Bedah
- Poliklinik Bedah Orthopedi
- Poliklinik Bedah Syaraf
- Poliklinik Anestesi
- Poliklinik Gigi dan Mulut
- Poliklinik Bedah Mulut
- Poliklinik Gizi
13
- Poliklinik Jantung
- Poliklinik Kebidanan dan Penyakit Kandungan
- Poliklinik Psikiatri / Kejiwaan
- Poliklinik Kulit dan Kelamin
- Poliklinik Geriatri / Usia Lanjut
- Poliklinik Mata
- Poliklinik Paru
- Poliklinik Penyakit Dalam
- Poliklinik Saraf
- Poliklinik THT
- Poliklinik Akupuntur
- Poliklinik General Check Up
- Poliklinik Sore
- Poliklinik Konsulen
- Instalasi Kesehatan Anak
- Poliklinik Kesehatan Anak
- Poliklinik Tumbuh Kembang Anak
- Poliklinik Perjanjian Cempaka Mulya
- Instalasi Kesehatan Reproduksi
- Poliklinik Ingin Anak Permata Hati RSUP Dr.Sardjito
- Poliklinik Kontrasepsi Matang
- Poliklinik Rawat Jalan Perjanjian
- Instalasi Rawat Inap I
- Instalasi Rawat Inap II
- Instalasi Rawat Inap Wijaya Kusuma
- Instalasi Rawat Inap IV Teratai (Kejiwaan)
- Instalasi Rawat Inap Ayodya
- Instalasi Rawat Inap Amarta
- Instalasi Rawat Inap V (Cenderawasih)
- Poliklinik Rawat Jalan Dalam Paket
- Pusat Jantung Terpadu
- Instalasi Maternal Perinatal
14
- Instalasi Dialisis
- Instalasi Kanker Terpadu (Tulip)
- Unit Stroke
6. Pelayanan Unggulan
a. Kesehatan Lansia (Pelayanan Geriatri dan Home Care) dan
Penanganan Penyakit – penyakit penyertanya
b. Infertilitas Paripurna
c. Kanker Terpadu
d. Jantung Terpadu
e. Tumbuh Kembang Anak
f. General Check Up
g. Klinik MMPI
h. Skin Center
i. Imunisasi
j. PKMRS
k. Konsultasi Gizi
l. Senam Hamil
m. Lanjut Usia Sehat
15
1) Keputusan Menteri Kesehatan RI No.458/Menkes/SK/694
Mengatur tentang Organisasi dan Tata Kerja RSUP
Dr.Sardjito Yogyakarta.
2) SK Direktur RSUP Dr. Sardjito No. KP 04.04.6281 tanggal
11 Oktober 1994 berisikan tentang pengangkatan Kepala
Instalasi Sanitasi Lingkungan.
b. Tugas Pokok
Melaksanakan pengawasan dan pengendalian faktor
lingkungan fisik dan lingkungan biologis sehingga tercipta
kondisi lingkungan Rumah Sakit yang memenuhi standar
sanitasi, baku mutu lingkungan serta mencegah untuk
terjadinya pencemaran lingkungan.
c. Fungsi
1) Melaksanakan kegiatan pengawasan terhadap lingkungan
fisik, kimia, biologis, dan radiasi di lingkungan Rumah
Sakit.
2) Melakukan kegiatan pengawasan dan pengendalian
terhadap sumber pencemar.
3) Melakukan kegiatan pemantauan dan pengendalian
mikrobiologis lingkungan.
4) Melakukan kegiatan pemantauan dan pengendalian
terhadap tikus, serangga, dan binatang penganggu.
5) Melaksanakan dan menegakkan peraturan dan
perundangan di bidang sanitasi dan kesehatan
lingkungan.
6) Mengkaji dan mengembangkan ilmu dan teknologi.
16
a. Mencegah terjadinya pencemaran lingkungan
b. Memenuhi standar sanitasi Rumah Sakit
c. Memenuhi standar kualitas lingkungan
3. Struktur Organisasi
Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Sardjito dipimpin oleh seorang
Direktur Utama yaitu Dr. Mochamad Syafak Hanung, Sp.A. Untuk
kualitas kesehatan lingkungan rumah sakit menjadi tanggung jawab
Direktur Utama rumah sakit. Dibawah Direktur Utama terdapat
17
Direktorat Medik dan Keperawatan, Direktorat Sumber Daya
Manusia dan Pendidikan, Direktorat Keuangan serta Direktorat
Umum dan Operasional. Sedangkan Instalasi Sanitasi dibawah
Direktorat Umum dan Operasional.
Pengelolaan sanitasi dan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
diselenggarakan oleh Kepala Instalasi Sanitasi Lingkungan dan
dibantu oleh penanggung jawab administrasi dan logistik, koordinator
pengolahan limbah cair, koordinator pengendalian pengawasan
lingkungan fisik, kimia, dan pengolahan air bersih serta koordinator
pengendalian pengawasan lingkungan biologi dan pengolahan
limbah medik.
Adapun struktur organisasi dari Instalasi Sanitasi Lingkungan
RSUP DR. Sardjito adalah sebagai berikut :
18
Dasar Hukum Instalasi Sanitasi Lingkungan RSUP Dr. Sardjito
19
fisik,kimia dan biologi, serta pendidikan dan penelitian Sanitasi
Lingkungan Rumah Sakit.
b. Kepala Instalasi bertanggung jawab perihal :
1) Terlaksananya tugas pokok dan fungsi instalasi secara
baik.
2) Kelancaran perencanaan pelaksanaan, pengendalian,
pengawasan, dan evaluasi pelayanan instalasi (dari aspek
managemen instalasi).
3) Koordinasi yang baik dengan seluruh jajaran managemen
rumah sakit dan instalasi dalam infrastruktur RSUP Dr.
Sardjito secara lintas fungsi dan lintas sektoral.
4) Melaksanakan fungsi managemen SDM di instalasi.
5) Penyusunan rencana dan laporan kegiatan instalasi secara
berkala dan insidensial.
c. Tugas pokok PJ. Administrasi, Logistik, SDM dan keuangan
adalah :
1) Melaksanakan pelayanan pendukung bagi tugas pokok
instalasi di bidang pelayanan logistik dan keuangan.
2) Menyediakan sarana, prasarana, logistik yang meliputi alat
medis dan non medis habis pakai.
3) Menyusun perencanaan, melakukan pembinaan,
peningkatan kualitas dan pengawasan SDM.
4) Melaksanakan penyediaan saranadan prasarana alat non
medis, fisik bangunan, serta inventarisasi aset rumah sakit.
5) Melaksanakan perencanaan,pencatatan dan pelaporan
dalam lingkup tugasnya.
d. Tugas Pokok Kepala Pelayanan Penyediaan Air
Bersih,Desinfeksi Ruangan, Pemantauan Lingkungan Biologi
adalah :
1) Mengkoordinir pelaksanaan di tingkat operasional pada
kegiatan pengolahan air bersih, sterilisasi ruangan,
20
pemantauan lingkungan biologi, hygiene dan sanitasi
makanan, pemantauan linen.
2) Menelaah dan mengevaluasi kualitas penyediaan air bersih,
kualitas mikrobia ruangan, mikrobia alat makanan minuman,
dan kualitas mikrobia linen.
3) Menelaah dan mengevaluasi sarana dan prasarana fasilitas
penyehatan lingkungan dan atau pengelolaan lingkungan.
e. Tugas Pokok Kepala Pelayanan Pengendalian Serangga dan
Binatang Pengganggu, Pemantauan Lingkungan Fisik,Surveilans
Kesehatan Lingkungan adalah :
1) Mengkoordinir pelaksanaan di tingkat operasional pada
kegiatan pengendalian serangga dan binatang pengganggu,
pemantauan lingkungan fisik dan kimia, surveilans
kesehatan lingkungan.
2) Menelaah dan mengevaluasi tingkat populasi serangga dan
binatang pengganggu, kualitas fisik dan kimia ruangan,
aspek penyehatan lingkungan rumah sakit.
3) Menelaah dan mengevaluasi sarana dan prasarana fasilitas
penyehatan lingkungan dan pengelolaan lingkungan.
f. Tugas Pokok Kepala Pelayanan Pengolahan Limbah Cair dan
Limbah Padat adalah :
1) Mengkoordinir pelaksanaan di tingkat operasional pada
kegiatan pengolahan limbah cair dan padat, pemantauan
kualitas limbah cair, monitoring fungsi instalasi pengolahan
limbah cair, monitoring fungsi semua sarana pengolahan
limbah padat
2) Menelaah dan mengevaluasi sarana dan prasarana fasilitas
penyehatan lingkungan dan atau pengelolaan lingkungan.
21
BAB IV
PEMBAHASAN
1) Bak Aerasi
22
Bak aerasi adalah bak untuk menampung sumber air. Air di
daerah RSUP DR Sardjito mengandung besi (Fe), sehingga
perlu dilakukan system aerasi yaitu disuplay oksigen dengan
maksud untuk mengurangi kadar besi (Fe) tersebut.
2) Bak Sedimentasi
Bak sedimentasi adalah bak pengendapan hasil dari partikel-
partikel yang melayang-melayang di air dengan pengaruh
gaya gravitasi sehingga membentuk flok-flok. Dan flok-flok
tersebut akan mengendap di fiber bagian bawah bak
sedimentasi. Tujuannya agar flok-flok tidak terbawa proses
selanjutnya.
3) Bak filtrasi
Bak filtrasi adalah bak untuk menyaring air yang masih ada
sisa-sia flok dari bak sedimentasi. Sisa-sisa flok yang tidak
bisa mengendap dan masih terbawa aliran kemudian disaring
menggunakan saringan pasir hitam.
4) Tandon bawah (Ground Tank)
Setelah mengalami pengolahan kemudian air dialirkan ke
tandon bawah (Ground tank). Bak ini terdiri dari 2 bak yang
tiap bagiannya diberi penyekat. Kedalaman ground tank ini
adalah 390 cm. Tando atas berada di IRJ dan ICC.
5) Bak desinfeksi
Bak desinfeksi terletak diatas tandon bawah, desinfeksi
dilakukan untuk membunuh bakteri pathogen yang masih ada
di dalam air. Desinfektan yang digunakan adalah kaporit.
6) Tandon Atas (Roof Tank)
Setelah mengalami desinfeksi air kemudian dipompa ke
tandon atas untuk pendistribusian air keseluruh bagian
menggunakan sistem gravitasi. Tandon atas berada di IRNA.
2. Water Treatment Plant (WTP) I
Instalasi pengolahan ini bersumber pada Sumur GBST. Air hasil
pengolahan ini digunakan untuk keperluan domestik. Air domestik
23
selanjutnya dilakukan pengolahan di WTP II dan ditampung di
ground clean. Adapun proses pengolahannya adalah sebagai
berikut:
a. Reaktor Tank (Oksidasi dan Penginjeksi)
Air sumber dipompakan dengan tekanan minimal 5 bar
masuk ke reactor tank yang terlebih dahulu diinjeksi dengan
Sodium hypochlorite. Dalam reactor tank, sodium
hypovhlorite yang diinjeksikan mengoksidasi kandungan-
kandungan logam berat seperti besi dan mangan, juga
organik dan sekaligus membunuh bakteri yang ada. Hasil
oksidasi ini berupa partikel tersuspended solid yang dapat
disaring pada filter, dalam treatment selanjutnya.
b. Sand filter (Filtrasi I)
Filtrasi pertama pada sistem pengolahan ini menggunakan
sand filter atau saringan pasir. Fungsi dari alat ini untuk
menyaring turbidity atau kekeruhan partikel/suspended solid.
c. Carbon filter (Filtrasi II)
Dari sand filter, air masuk ke dalam activated carbon filter
untuk menyerap sodium hypoklorite yang tersisa setelah
proses oksidasi agar tidak merusak membrane reverse
osmosis. Filtrasi kedua pada sistem pengolahan ini
menggunakan karbon aktif. Fungsi filter ini untuk
menghilangkan bau, warna, (parameter fisik) dan segala
macam mineral dalam air yang tidak diperlukan seperti Fe,
Mangan, Nitrat, dan sisa klor (parameter kimia)
24
Reaktor Tank
Carbon filter
Sand Filter
1. Sand filter
Pengolahan WTP II (clean water treatment) menggunakan 2
sand filter. Fungsi dari alat ini untuk menyaring turbidity atau
kekeruhan partikel/suspendedsolid.
2. Carbon filter
Pengolahan WTP II (clean water treatment) menggunakan 2
carbon filter. Fungsi filter ini untuk menghilangkan bau,
warna, dan segala macam mineral dalam air yang tidak
diperlukan.
25
4. WTP PJT
Air minum adalah air yang telah melalui proses pengolahan dan
tanpa pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan langsung
dapat diminum sesuai Permenkes No. 492 Tahun 2010. RSUP Dr
Sardjito memiliki produksi air minum sendiri yaitu “Tito Sardjito” dan
ditambah disuplai sedekah dari luar yaitu galon Latoya dan kangen
water.
26
Pemantauan di IPAB
27
- Slide komparator pH dan Chlor
ii) Prosedur kerja pemeriksaan Chlor
- Tuangkan sampel air ke dalam 2 tabung reaksi kira-
kira 10 ml
- Tambahkan ± 4-5 tetes Bromine test / OTO I
Chlorine pada salah satu tabung reaksi
- Masukkan tabung reaksi ke dalam komparator
- Bandingkan warna sampel dalam tabung reaksi
dengan slide komparator
- Catat hasilnya
iii) Prosedur kerja pemeriksaan pH
- Tuangkan sampel ke dalam 2 tabung reaksi
- Tambahkan ± 4-5 tetes pH Phenol Red pada salah
satu tabung reaksi
- Masukkan tabung reaksi ke dalam komparator
- Pasang slide pembaca pH ke komparator
- Bandingkan warna sampel dalam tabung reaksi
dengan slide di komparator, kemudian catat hasilnya
(Hasil pemantauan chlor dan pH dapat dilihat pada
lampiran 6)
iv) Pengukuran Debit Kaporit di IPAB
Selain itu, di IPAB juga dilakukan penambahan
kaporit dilakukan setiap hari. Jumlah kaporit yang
ditambahkan sebanyak 1,65 kg. Penambahan ini
didasarkan atas perhitungan dengan jumlah
pemakaian air 962.500 liter/ hari.
28
b) Sisa chlor aktif (yang diinginkan di distribusi) : 0,1-0,2
mg/I
c) Daya Pengikat Chlor/ Daya Sergap Chlor (DPC/DSC)
: 0,6 mg/I
d) Konsentrasi kaporit yang dipakai 70%
e) Jumlah pemakaian air rata-rata : 962.500 liter
Berikut perhitungan kaporit di IPAB :
Kaporit =
= 1650000 mg
= 1,65 kg
Desinfeksi air dilakukan setiap hari
dengan membubuhkan kaporit. Kaporit yang
dibutuhkan sebanyak 1,65 kg atau setara dengan 8
gelas takar. Perhitungan kebutuhan kaporit ini
didasarkan atas jumlah air bersih yang harus
disediakan.
Bak kontak kaporit yang digunakan yaitu
sebesar 800 L yang digunakan untuk mengalirkan
selama 24 jam. Agar air terklorinasi selama 24 jam,
dilakukan pengaturan debit aliran air kaporit
sehingga air tetap mengandung klor dalam perpipaan
air bersih. Sehingga perhitungannya adalah :
X = Kapasitas Volume Bak Kaporit
Waktu air mengalir
= 800 Liter
24 Jam
29
= 800 Liter
86400 Detik
= 0,00925 Liter/Detik
= 9,25 ml/detik x 5 detik
= 45 ml/detik
3) Pemantauan WTP I
Memantau bak desinfeksi, jika habis dilakukan
penambahan
Melakukan pemeriksaan pH dan sisa Chlor
Melakukan backwash dan Rinse sesuai jadwal
dan petunjuk yang tertera.
4) Pemantauan WTP II dan RO
Kegiatan yang dilakukan di WTP II dan RO
adalah memantau ketinggian air ground dan
posisi auto pada booster pump.
Melakukan backwash dan Rinse sesuai jadwal
dan petunjuk yang tertera.
Melakukan pemeriksaan TDS
Selain melakukan pemantauan tersebut, WTP 1
dan WTP II juga dilakukan backwash dan rinsing
pada hari-hari yang telah ditentukan. Backwash
dan rinsing bertujuan untuk membersihkan
kotoran yang ada pada media filtrasi. Jadwal
backwash dan rinsing di masing-masing WTP
adalah sebagai berikut :
30
Tabel Jadwal Backwash WTP
31
backwash, pipa yang dibuka adalah V1,V5
dan V6, sedangkan yang ditutup adalah
V2,V3,V4 dan V7. Kemudian saat rinse, pipa
yang dibuka adalah V1 , V4 dan V6,
sedangkan yang ditutup adalah V2,V3,V5,
dan V7.
32
Ketersediaan air minum di RSUP Dr Sardjito bisa dilihat dari
water meter instalasi gizi dan water meter tirto sardjito, sehingga
didapat perhitungan seperti :
: 65 m3
: 65.000 l/hari
33
kebutuhan perhari yang artinya bahwa RSUP Dr Sardijto telah
memenuhi syarat kuantitas air.
34
dengan pasien dari ICU itu di lakukan nya desinfeksi udara sebab
angka kuman udara yang tinggi melebihi baku mutu .dalam kegiatan
pemantauan ini di bawah pengawasan PPI (Panitia Pengendalian
Infeksius ).
1) Udara
Dapat disebut airborne, melalui penyebaran partikel partikel
kecil ke udara, baik secara langsung atau melalui partikel
debu yang mengandung mikroorganisme infeksius. Partikel
infeksius dapat menetap di udara maupun partikel debu
selama beberapa jam dan dapat disebarkan secara luas
dalam suatu ruangan atau dalam jarak yang lebih jauh.
2) Perantara (seperti peralatan, air, ruang dan bangunan,
makanan)
35
Organisme yang ditularkan oleh benda benda dan komponen
terkontaminasi. Benda dan komponen yang telah terkontak
baik secara langsung maupun tidak langsung dapat menjadi
media perantara penyebaran penyakit sebab
mikroorganisme infeksius dapat bertahan lama maupun
berkembang biak pada media yang sesuai baginya untuk
menetap.
3) Pasien dan personalia
Kontak langsung dapat terjadi pada kontak kulit dengan kulit dan
berpindahnya organisme selama kegiatan perawatan
pasien.Kontak langsung juga bisa terjadi antar dua
pasien.Pasien yang telah terinfeksi merupakan sumber
penularan bagi dirinya sendiri dari bagian satu kebagian lain
dari tubuhnya atau kepada pasien lain.
Jenis-jenis Desinfeksi
36
tuberculosis, varian bovis, bakteri, jamur, virus non lipid, virus
kecil, virus lipid dan virus ukuran sedang.
Kelebihan Kekurangan
37
Bahan Kimia untuk Aplikasi
38
terrae), Vaccinia
virus,
adenovirus,
hepatitis B/HIV
virus, rotavirus,
polyoma 5V 40
39
Tujuan dari desinfeksi udara :
3.jerigen
4.Roll kabel
5.Lembar kerja
6.Alat tulis
40
5).hubungkan alat desinfeksi (fogger) ke sumber literik,pastikan
selang terhubung ke gelas ukur berisi larutan desinfeksi ,kemudian
desinfeksi seluruh ruangan dengan jarak lebih dari 1 meter dari
dinding, dimulai dari arah paling dalam menuju pintu keluar hingga
larutan habis
Tujuan :
41
3.melindungi pasien pengunjung,dan setaf dari penyakit menular serta
melindungi pasien dengan penurunan sitem kekebalan tubuh
(imunsupreasi) yangrentan terhdap infeksi
3.Roll kabel
Tahapan persiapan
42
Tahan oprasional
43
6).petugas memastikan ruangan terkunci/terisolasi dari luar untuk
mencegah agar ozone (O3) tidak mengalir ke rungan ozone
Keterangan :30-60 menit waktu yang di perlukan untuk netral dari ozone
44
CONTOH PERHITUNGAN VOLUME RUANGAN ,DAN BERAPA KALI
SIRKULASI UDARA DALAM PER JAM ACH (Air Changes Per Hour)
45
Persaratan memenuhi untuk standar baku mutu fisik untuk kelembapan
udara di dapat kan data sebagai berikut :
a. Ruangan pasien
1.saat tidak tidur (250 lux)
46
a.ruang pasien
h.tangga(65 Dba)
p.ambulans(40 dBA)
47
d.nitrogen dioksida maks.200 μg / m³
e.sulfur dioksida maks,125 μg / m³
f.formaldehida μg / m³
g.total senyawa organic yang mudah menguap (T.VOC)
h.tidak berbau (bebas H2S dan amoniak )
I,kadar debu (diameter <10 mikron atau tidak melebihi 150 μg / m³
dan tidak mengandung debu asbes)
48
larutan klorin 0.5%, dibutuhkan bahan aktif berupa bayclin dengan
kandungan NaClO sebanyak 5.25%. Bayclin ini akan dilakukan
proses pengenceran sebelum dihasilkan larutan yang diinginkan.
Untuk mengetahui volume bayclin yang ditambahkan dalam
proses pengenceran, digunakan perhitungan sebagai berikut.
Diketahui :
- Air yang diinginkan = 1000 ml
- Larutan klorin = 0.5%
- Kadar NaClO = 5.25%
49
g. Bekas tumpahan cairan tubuh disemprot dengan menggunakan
larutan desinfektan (klorin 0,5 %) dan didiamkan sampai 10
menit
h. 10 menit kemudian angkat larutan klorin 0,5% dengan
menggunakan lap basah
i. Masukkan lap basah ke dalam ember yang berisi larutan klorin
0.5%
j. Ikat rapat plastik kuning dan buang ke dalam tempat sampah
infeksius
k. Buka sarung tangan dan masukkan ke dalam larutan
desinfektan klorin 0,05%
l. Petugas melepaskan APD
m. Memasukkan kembali peralatan ke spill kit
n. Spill kit dan peralatan lainnya dikembalikan ke tempat semula
o. Dilanjutkan dengan 6 langkah cuci tangan
p. Tisu bekas lap cuci tangan dimasukkan kedalam TPS non medis
50
peamantauan tersebut, dilakukan beberapa pemeriksaan yang
sesuai dengan Permenkes Nomor 7 Tahun 2019 diantaranya :
a. Pemeriksaan parameter mikrobiologi dengan pengambilan
sampel makanan dan minuman yang meliputi bahan makanan
dan minuman yang mengandung protein tinggi, makanan siap
santap, air bersih, alat makanan dan masak serta usap dubur
penjamah.
b. Pemeriksaan parameter kimiawi dengan pengambilan sampel
minuman berwarna, makanan yang diawetkan, sayuran,
daging, dan ikan laut.
c. Pemantauan dilakukan dengan menggunakan instrumen
lembar kerja sesuai dengan permenkes 1096 tahun 2011
tentang higiene sanitasi jasa boga yang meliputi :
1. Lokasi dan bangunan
Terdiri dari beberapa hal yang menjadi penilaian di dalam
variabel ini seperti lokasi kantin, bangunan kantin,
pembagian ruangan kantin, pembagian ruang pujasera,
kondisi lantai, dinding, ventilasi,
pencahayaan/penerangan, atap, langit-langit, daan pintu.
2) Fasilitas Sanitasi
Penilaian pada variabel ini terdiri dari kualitas dan kuantitas
air bersih, sarana pembuangan air limbah (SPAL),
ada/tidaknya toilet beserta kondisinya, tempat sampah,
tempat cuci tangan, tempat mencuci peralatan, dan
pengendalian tikus dan serangga.
51
Penilaian pada variabel ini terdiri dari kualitas dan kondisi bahan
makanan dan makanan jadi/matang.
5. Pengolahan makanan
Penilaian pada variabel ini berkaitan dengan proses pengolahan
makanan yang dilakukan.
6. Tempat penyimpanan bahan makanan dan makanan
jadi/matang
Penilaian pada variabel ini berkaitan dengan penyimpanan
bahan makanan dan penyimpanan makanan jadi/matang
apakah sudah sesuai standar atau tidak.
7. Penyajian makanan
Penilaian pada variabel ini terkait dengan cara penyajian yang
dilakukan oleh pramusaji.
8. Peralatan masak dan peralatan makan
Penilaian pada variabel ini terdiri dari ketentuan peralatan dan
kualitas peralatan makan.
9. Tenaga kerja
Penilaian pada variabel ini terdiri dari pengetahuan/sertifikat
higiene sanitasi makanan yang dimiliki kantin/tempat
pujasera tersebut, pakaian yang dikenakan karyawan saat
kerja, personal higiene, dan pemeriksaan kesehatan yang
dilakukan oleh karyawan.
10. Pengawasan internal dilakukan oleh pihak rumah sakit
melalui pemeriksaan sampel maknan 6 bulan 1 kali sesuai
Permenkes Nomor 7 Tahun 2019. Sementara
pengawasan eksternal (uji petik) dilakukan oleh Dinas
Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota secara insidentil
atau mendadak untuk menilai kualitas.
Sehingga, secara garis besar dapat disimpulkan bahwa
observasi yang dilakukan mencakup hal-hal berikut ini:
52
2) Melihat kebersihandan kerapihan karyawan selama
melakukan tugas pengolahan makanan
3) Melihat ada tidaknya serangga,tikus, dan binatang
penganggu lainya
4) Memantau suhu penyimpanan dingin bahan makanan
maupun makanan jadi
5) Melakukan pengukuran-pengukuran yang diperlukan
misalnya : pH dan chlor pada air minum dan air
bersih,intensitas cahaya, suhu, kelembaban.
B. Bahan Makanan
Bahan makanan pada kantin sudah memenuhi standar
dengan penilaian kondisi bahan makanan masih
segar/tidak busuk,tidak mengandung bahan berbahaya.
Untuk bahan makanan kemasan tidak kadaluarsa dan
memiliki izin/terdaftar pada Depkes
53
C. Makanan jadi
Pada kantin 1 dan 2 makanan jadi memenuhi standar
angka penilaian dengan dinilainya dari keadaan fisik
tidak berbau,berlendir, dan tidak mengandung bahan
berbahaya.
D. Penyimpanan bahan makanan
Penyimpanan makanan pada kantin 1 dan 2 sudah
memenuhi standar dengan tersedianya lemari es.
E. Dapur/ruang tempat pengolahan makanan
Pengolahan makanan dilakukan dikantin 2, sementara
pada kantin 1 tidak tersedianya dapur/tempat
pengolahan makanan dikarenakan pada kantin 1 tidak
dilakukan pengolahan makanan dilokasi, makanan jadi
langsung lalu disediakan.
F. Peralatan pengolahan makanan
Peralatan makanan menggunakan alat yang bersih,serbet
bersih,dan talenan tidak terbuat dari bahan kayu.
G. Penyajian/penjualan makanan
Pada penyajian dan penjualan makanan baik,makanan
yang dijual terletak didalam etalase sehingga aman.
H. Fasilitas sanitasi
1. Tersedianya air bersih dalam jumlah yang cukup
2. Fasilitas yang memenuhi persyaratan
3. Adanya saluran air limbah
4. Sampah pada lokasi kantin juga terpisah dan
tersedianya tempat sampah yang dilapisi dengan
kantong plastik.
5. Tersedia tempat cuci tangan pada kantin 1
6. Tempat pencucian peralatan pada kantin 1 tidak
tersedia,dikarenakan pada kantin 1 makanan tidak
diolah dilokasi/ditempat penjualan.
I. Penjamah kantin
54
Penjamah kantin keadaan sehat,bersih,serta
aman,pemeriksaan kesehatan dilakukan 6 bulan 1 kali
dan secara random/secara acak dilakukan pemeriksaan
general cekup 1 tahun 1 kali.
Untuk mendapatkan kualitas linen yang baik, nyaman dan siap pakai,
diperlukan perhatian khusus, seperti kemungkinan terjadinya pencemaran
infeksi dan efek penggunaan bahan – bahan kimia,sehingga saat pada
pemilihan bahan bekerja sama dengan pihak ke-3.
A. Pengertian
B.Tata Laksana
55
1. Di tempat laundry tersedia keran air bersih dengan kualitas dan
tekanan aliran yang memadai, air panas untuk disinfeksi dan
tersedia disinfektan.
2. Peralatan cuci dipasang permanen dan diletakkan dekat dengan
saluran pembuangan air limbah serta tersedia mesin cuci yang
dapat mencuci jenis-jenis linen yang berbeda.
3. Tersedia ruangan yang terpisah untuk linen infeksius dan non
infeksius.
4. Laundry harus dilengkapi saluran air limbah tertutup yang
dilengkapi dengan pengolahan awal (pre-treatment) sebelum
dialirkan ke instalasi pengolahan air limbah.
5. Laundry harus disediakan ruang-ruang terpisah sesuai
kegunaannya yaitu ruang linen kotor, ruang linen bersih, ruang
untuk perlengkapan kebersihan, ruang perlengkapan cuci, ruang
kereta linen, kamar mandi dan ruang peniris atau pengering untuk
alat-alat termasuk linen.
6. Untuk rumah sakit yang tidak mempunyai laundry tersendiri,
pencuciannya dapat bekerjasama dengan pihak lain dan pihak lain
tersebut harus mengikuti persyaratan dan tatalaksana yang telah
ditetapkan.
1.Pengumpulan, dilakukan :
2.Penerimaan
Mencatat linen yang diterima dan telah terpilah antara infeksius dan
non infeksius.
56
Linen dipilah berdasarkan tingkat kekotorannya.
3. Pencucian
4.Distribusi
5. Pengangkutan
57
Petugas yang bekerja dalam pengelolaan laundry linen harus
menggunakan pakaian kerja khusus, alat pelindung diri dan dilakukan
pemeriksaan kesehatan secara berkala, serta dianjurkan memperoleh
imunisasi hepatitis B.
Sumber air untuk mencuci linen berasal dari IPAB,dari IPAB masuk ke
water treatment binatu lalu ditambahkan resin,kebutuhan air dibinatu
perharinya adalah 59 L/hari.
58
f. Larva Culex sp. Indeks habitat <5
5. Pengelohan Limbah
59
Pada konteks kemasyarakatan, ada beberapa perilaku berwawasan
lingkungan yang baik untuk diterapkan. Perilaku tersebut berorientasi
pada pencegahan pencemaran lingkungan yang terangkum dalam 3R
(Recycle, Reuse dan Reduce) yaitu:
1. Recycle
Memilah antara sampah organik dan non organik
2. Reuse
3. Reduce
60
Menggunakan sepeda atau berjalan kaki untuk jarak yang tidak
begitu jauh <5 km
Reduce (dikurangi)
Refuse (ditolak)
Replace (diganti)
Repair (diperbaiki)
Recharge (diberdayakan)
Rechange (ditukar)
Restrengted (diperkuat)
61
upaya mengurangi volume, konsentrasi, toksisitas dan tingkat bahaya
limbah yang menyebar ke lingkungan secara preventif pada sumber
pencemar.
Pembangunan
2x24 jam.
62
1. 1 10
2. 2 10
3. 3 10
4. 4 10
5. 5 10
6. 6 10
7. 7 0
8. 8 10
9. 9 10
10. 10 10
11. 11 10
12. 12 10
13. 13 0
14. 14 0
15. 15 15
16. 16 10
17. 17 10
18. 18 10
19. 19 10
20. 20 10
21. 21 0
22. 22 10
23. 23 10
24. 24 10
25. 25 10
26. 26 10
27. 27 10
28. 28 0
29. 29 10
30. 30 10
31. 31 5
63
Jumlah 260
Rata-Rata 8.387
64
26. 26 10
27. 27 10
28. 28 10
29. 29 10
30. 30 10
31. 31 10
Jumlah 250
Rata-Rata 8387
65
20. 20 10
21. 21 10
22. 22 0
23. 23 10
24. 24 15
25. 25 5
26. 26 0
27. 27 15
28. 28 15
29. 29 0
30. 30 15
Jumlah 260
Rata-Rata 8.387
66
15. 15 10
16. 16 15
17. 17 15
18. 18 10
19. 19 10
20. 20 0
21. 21 15
22. 22 10
23. 23 10
24. 24 10
25. 25 10
26. 26 10
27. 27 0
28. 28 15
29. 29 10
30. 30 10
31. 31 10
Jumlah 305
Rata-Rata 9.838
Juli
Agustus
September
Oktober
67
A. Limbah Gas
68
perundang-undangan tentang standar kualitas gas emisi sumber tidak
bergerak
Hasil dari
Cerobong G1
Cerobong G2
Lobang Sampling
Lantai Kerja
Cerobong G3
Lobang Sampling
Lantai Kerja
69
Stop Kontak Mobile
Cerobong G4
Lobang Sampling
Lantai Kerja
Cerobong G5
Lobang Sampling
Cerobong G6
Lobang Sampling
Lantai Kerja
Cerobong Genset 7A
Lobang Sampling
Lantai Kerja
Cerobong Genset 7B
Lobang Sampling
Lantai Kerja
70
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meminimalisasi
keluarnya gas buangan atau limbah gas keudara adalah dengan cara
mengontrolemisi gas buangan. Metode pengontrolan gas buang berbeda-
beda, tergantung pada jenis gas buang tersebut.
Udara Ambien
71
emisi cerobong, dan boiler sedangkan untuk sampel udara ambien diambil
di suatu titik halaman.
• Uji emisi gas buang dari cerobong mesin boiler, minimal setiap 1
(satu) kali per 6 bulan.
72
• Uji udara ambien dihalaman luar rumah sakit, minimal setiap 1
(satu) kali setahun.
Ada dua unit Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) RSUP Dr.
Sardjito yaitu unit IPAL I dengan metode pengolahan sistem lumpur
aktif atau dikenal dengan activated sludge dan metode pengolahan
sistem biofilter.
73
b. Sumber limbah cair
Proses pengolahan limbah cair di RSUP Dr. Sardjito ada dua unit
Instalasi pengolahan air limbah, yaitu unit IPAL I dengan sistem lumpur
aktif dan unit IPAL II dengan sistem Biofilter.
Inlet adalah kesatuan dari semua limbah cair, di inlet sendiri diberi bar
screen. bar screen sendiri adalah untuk menyaring limbah padat
(sampah) yang masih terbawa aliran produk limbah cair.
c. Bak Kompensional
Bak kompensional adalah bak menampung air limbah yang diujung bak
diberi penggaris ukur guna untuk mengetahui debit air limbah yang
mengalir.
d. Bak Ekualisasi
74
Bak ekualisasi adalah bak untuk menampung air limbah yang berfungsi
untuk menghomogenkan konsetrasi polutan dan mengatur debit air
yang masuk.
e. Bak Thompson
Bak Thompson adalah bak untuk mengetahui debit air limbah yang
masuk. Jadi diujung bak Thompson diberi penggaris ukur. Sebelum
masuk ke bak aerasi ketinggian air maksimal 14-15 cm.
f. Bak Aerasi
g. Bak Sedimentasi
h. Bak filter
Bak filter berfungsi untuk menyaring air limbah. Di bak filtrasi ada bak
input sand filter.
i. Bak Kontak
Bak kontak adalah bak yang mengontakkan hasil output dari sand filter
dengan kaporit. Guna untuk membunuh mikroorganisme pathogen.
j. Bak Desinfeksi
k. Sand Filter
75
Sand filter adalah tank yang berfungsi untuk menyaring partikel-partikel
halus yang masih terbawa produk limbah cair. Media yang digunakan
adalah pasir kuarsa.
l. Carbon Aktif
m. Bak Monitoring
Bak yang berfungsi untuk melihat produk limbah cair secara visual.
n. Outlet
Outlet adalah hasil akhir buangan limbah cair dari keseluruhan proses-
proses lumpur aktif.
a. Inlet
Untuk Unit IPAL II limbah cair yang diambil daril bak ekualisasi II.
b. Bak Ekualisasi II
c. Bak Anaerobik
76
d. Bak Aerobik
e. bak Kontak
bak kontak adalah bak yang menampung output dari proses biofilter
kemudian didesinfeksi guna untuk membunuh mikroorganisme
pathogen.
f. sand Filter
g. karbon Aktif
tank karbon aktif adalah tank yang berfungsi untuk menghilangkan bau
limbah cair. Media yang digunakan arang aktif.
77
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
1. penyediaan air bersih dan pengolahan air minum dari segi kuantitas
2. pengolahan air minum di RSUP Dr. Sardjito dari segi kuantitas dan
dan pantry memenuhi syarat hanya saja masih ada yang tidak
lingkungan.
syarat
78
79