Oleh :
Kelompok 2 / Kelas 2A:
Oleh :
Kelompok 2 / Kelas 2A:
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Swt. Karena dengan rahmat serta hidayahnya penulis
dapat menyelesaikan Laporan Praktek Sanitasi Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta.
Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Penyehatan Makanan dan Minuman, karena selain merupakan suatu kewajiban penulis
juga selaku mahasiswa DIII Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Semarang.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis mendapat bantuan dari banyak pihak. Oleh karena
itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Allah Swt. Karena izin-Nya penyusunan laporan ini dapat berjalan dengan lancar.
2. Asep Tata Gunawan, S.KM, M.Kes. selaku dosen pembimbing mata kuliah
Penyehatan Makanan dan Minuman.
3. Tri Marthy Mulyasari, S.ST, M. KL. selaku dosen pembimbing mata kuliah Sanitasi
umah Sakit.
4. Orang tua yang selalu memberikan dukungan dan do’a.
5. Semua pihak yang membantu penyusunan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa bahwa laporan ini belum sempurna. Untuk itu, penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, sehingga dapat
memperbaiki kesalahan tersebut. Penulis berharap laporan ini bermanfaat bagi pembaca
dan dapat menambah wawasan serta pengalaman bagi yang membaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
A. Identifikasi Masalah............................................................................... 13
B. Managemen Pengendalian Masalah ...................................................... 13
BAB IV PENUTUP ..................................................................................... 14
A. Kesimpulan ............................................................................................ 14
B. Saran ..................................................................................................... 14
LAMPIRAN ................................................................................................ 15
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun
sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan
ekonomis. Sumber daya di bidang kesehatan adalah segala bentuk dana, tenaga,
perbekalan kesehatan, sediaan farmasi dan alat kesehatan serta fasilitas pelayanan
kesehatan dan teknologi yang dimanfaatkan untuk menyelenggarakan upaya
kesehatan yang dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.
Perbekalan kesehatan adalah semua bahan dan peralatan yang diperlukan untuk
menyelenggarakan upaya kesehatan (UU RI No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan).
Kesehatan lingkungan merupakan suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara
manusia dan lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia (World
Health Organization). Rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan, tempat
berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat atau dapat menjadi tempat penularan
penyakit serta memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan
kesehatan (Kepmenkes RI Nomor 1204/Menkes/SK/X/2004).
Rumah Sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan memiliki
peranan yang sangat strategis dalam upaya mempercepat peningkatan derajat
kesehatan (Hatta, 2008). Berdasarkan UU No.44 Tahun 2009 tentang umah Sakit yang
dimaksud Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan layanan rawat
inap, rawat jalan dan gawat darurat. Penyelenggaraan Rumah Sakit dalam
memberikan pelayanan kesehatan tidak bisa terlepas dari peranan unit atau bagian di
dalamnya. Masing-masing unit tersebut berintegrasi dan bekerjasama dalam rangka
memberikan pelayanan dengan kualitas yang terbaik. Gabungan unit tersebut
membentuk suatu organisasi yang memgang peranan penting dalam tercapainya visi
dan misi rumah sakit.
Rumah Sakit merupakan tempat umum yang mempunyai bagian-bagian yang
dapat menjadi tempat berkembang biaknya vektor. Mengingat rumah sakit sebagai
salah satu sarana pelayanan kesehatan dan merupakan tempat berkumpulnya orang-
orang sakit dan orang-orang sehat maka lingkungan rumah sakit harus bebas vektor
agar tidak terjadi kontak antara manusia dengan vektor atau makanan dengan vektor
supaya penyakit infeksi Nosokomial yang ditularkan melalui vektor dapat ditekan
serendah mungkin dan tidak terjangkit penyakit lain yang disebarkan oleh vektor.
Untuk menghindari kontak antara manusia /pasien di rumah sakit dengan vektor dan
mencegah timbulnya penyebaran penyakit, sangat diperlukan pengendalian vektor di
rumah sakit. Agar kegiatan tersebut dapat dilaksanakan maka diperlukan pedoman
pengendalian vektor di Rumah Sakit. Ditinjau dari nilai estetika, keberadaan vektor
akan menggambarkan lingkungan yang tidak terawat, kotor, kumuh, lembab, kurang
pencahayaan serta adanya indikasi penatalaksanaan /manajemen kebersihan
lingkungan Rumah sakit yang kurang baik.
1
Menurut Kamus Besar Bahasa Inonesia Sanitasi diartikan sebagai
pemeliharaan kesehatan. Menurut WHO Sanitasi Lingkungan atau Environmental
Sanitation adalah upaya pengendalian semua faktor lingkungan fisik manusia yang
mungkin menimbulkan atau dapat menimbulkan hal-hal yang merugikan bagi
perkembangan fisik kesehatan dan daya tahan hidup manusia. Dalam lingkungan
rumah sakit sanitasi berarti upaya pengawasan berbagai faktor fisik, kimi, biologi di
rumah sakit yang menimbulkan atau mengakibatkan pengaruh buruk terhadap
kesehatan petugas, penderita, pengunjung maupun bagi masyarakat di sekitar rumah
sakit. Berdasarkan uraian tersebut sanitasi rumah sakit merupakan upaya an bagian
yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan di rumah sakit dalam
memberikan layanan dan asuhan pasien yang sebaik-baiknya karena tujuan dari
sanitasi rumah sakit tersebut adalah menciptakan kondisi lingkungan rumah sakit agar
tetap bersih, nyaman dan mencegah terjadinya infeksi silang serta tiak mencemari
lingkungan.
Dalam pelaksanaannya sanitasi RS seringkali ditafsirkan secara sempit, yakni
hanya aspek kerumahtanggaan (housekeeping) seperti kebersihan gedung, kamar
mandi dan WC, pelayanan makanan minuman. Ada juga kalangan yang menganggap
bahwa sanitasi RS hanyalah merupakan upaya pemborosan dan tidak berkaitan
langsung dengan pelayanan kesehatan di RS. Sehingga seringkali dengan dalih
kurangnya dana pembangunan dan pemeliharaan, ada RS yang tidak memiliki sarana
pemeliharaan sanitasi, bahkan cenderung mengabaikan masalah sanitasi. Mereka lebih
mengutamakan kelengkapan alat-alat kedokteran dan ketenagaan yang spesialistik. Di
lain pihak dengan masuknya modal asing dan swasta dalam bidang perumahsakitan
kini banyak RS berlomba-lomba untuk menampilkan citranya melalui kementerengan
gedung, kecanggihan peralatan kedokteran serta tenaga dokter spesialis yang
qualified, tetapi kurang memperhatikan aspek sanitasi. Sebagai contoh, banyak RS
besar yang tidak memiliki fasilitas pengolahan air limbah dan sarana pembakar
sampah (incinerator) serta fasilitas cuci tangannya tidak memadai atau sistem
pembuangan sampahnya tidak saniter. Apabila hal ini dibiarkan berlarut-larut akan
dapat membahayakan masyarakat, baik berupa terjadinya infeksi silang di RS maupun
pengaruh buruk terhadap lingkungan dan masyarakat luas. Dari berbagai penelitian
diketahui bahwa kejadian infeksi di RS ada hubungannya dengan kondisi RS yang
tidak saniter. Untuk itu apabila RS akan menjadi lembaga swadana, aspek sanitasi
perlu diperhatikan. Karena di samping dapat mencegah terjadinya pengaruh buruk
terhadap lingkungan, juga secara ekonomis dapat menguntungkan. Sungguh ironis
bila RS sebagai tempat penyembuhan, justru menjadi sumber penularan penyakit dan
pencemar lingkungan.
2
B. Tujuan
a. Tujuan umum
1. Tujuan umum dari makalah ini adalah untuk mengetahui sanitasi di Rumah
Sakit Panti Rapih Yogyakarta.
b. Tujuan khusus
1. Menjelaskan pengertian sanitasi di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta.
2. Mengetahui nilai komponen penilaian sanitasi Rumah Sakit Panti Rapih
Yogyakarta berdasarkan PERMENKES NOMOR 1204/Menkes/SK/2004,
khususnya pada komponen pengelolaan limbah dan linen.
3
BAB II
HASIL
4
Digestive
Orthopedic
Oncologic
Neuro
Urology
Anak
Thorax dan Vaskuler
Mulut
Plastik
Laparoscopic
f) Klinik Kebidanan dan Kandungan
g) Klinik Penyakit Mata
h) Klinik Kulit dan Kelamin
i) Klinik Saraf
j) Klinik Jiwa
k) Klinik Psikologi
l) Klinik Penyakit Paru
m) Klinik Penyakit Kulit Kosmetik
n) Klinik Penyakit Asma dan Alergi
o) Klinik Gizi
p) Klinik Rehab Medik
q) Klinik Radiotherapy
r) Klinik Pelayanan Pengobatan Alternatif
s) Klinik Akupuntur dan Jamu
t) Medical Check-up
Rawat jalan Panti Rapih didukung oleh beberapa dokter umum, okter spesialis
dan dokter subspesialis
b. Pelayanan Penunjang
Rawat jalan rumah sakit Panti Rapih juga mempunyai fasilitas layanan
pemeriksaan penunjang sebagai berikut :
1) Pemeriksaan penunjang : audiometri, electroencephalography (EEG),
spirometri liver function test (LFT), Treadmill, Ultrasonography (USG),
electrokardiography (ECG), Densitometri, Fisioterapi, Radiologi,
Diagnostik, dan Hemodialisa.
2) Ganti verban
3) Medical check-up
4) Pojok Tubercolusis direct observesd treatment short course (TB DOTS)
5) Unit pelayanan perempuan
6) Pelayanan voluntary conseling and testing (VCT) HIV-AIDS
7) BERA (pelayanan penunjang untuk penyakit saraf)
8) Konsultasi bidan anak
9) Senam hamil
5
4. Jumlah tempat tidur :
Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta memiliki fasilitas tempat tidur sebanyak
perincian sebagai berikut :
PERINCIAN KELAS JML
No RUPER
VVIP VIP 1A 1B 1C 2 3 PUS
1 CB 2 RA 4 2 6 8 16 2 38
2 CB 2 RI 1 1 2 3 2 1 10
3 CB 3 KK 4 4
4 CB 3 IMC 1 1 1 1 4
5 CB 3 11
1 1 2 3 3 1
ICCU
6 CB 4 BK 3 7 14 7 1 32
7 CB 4 BL 2 2 4 1 5 8 1 23
8 CB 5 DB 23 23
9 CB 6 DB 11 18 29
10 EG 1 PB 15 20 3 38
11 EG 2 PB 15 16 3 34
12 EG 3 PD 15 20 3 38
13 EG 4 PD 15 20 3 38
14 LK 2 DB 17 17
15 LK 3 DB 17 17
16 MY DB 1 10 4 15
Keterangan :
6
B. Interpretasi Hasil Inspeksi Sanitasi Rumah Sakit
Berikut adalah interpretasi dari beberapa ruangan/tempat di RSU Panti Rapih yang
dapat kami kunjungi selama melakukan inspeksi sanitasi rumah sakit :
7
dan tikus, kadar debu maksimal 150 µg/m3 udara, tidak berbau (terutama H2S
dan atau NH3), pencahayaan 100-200 lux, suhu 22ºC-24ºC (dengan AC),
Kelembaban 45%-60% (dengan AC), kebisingan <45 dBA.
13) Lingkungan RS
Lingkungan RS Panti Rapih yaitu kawasan bebas rokok, penerangan dengan
intensitas cukup, saluran air limbah tertutup, dan saluran drainase aliran lancar.
14) Ruang Mayat
Dinding di lapisi porselen/ keramik, terletak dengan bagian pathologi/
laboratorium, jauh dari poliklinik/ ruang pemeriksaan, namun sulit dicapai dari
ruang perawatan, UGD, dan ruang operasi, dilengkapi dengan saluran
pembuangan air limbah, dilengkapi dengan ruang ganti pakaian petugas dan
toilet, dan dilengkapi dengan perlengkapan dan bahan pemilisan jenazah
termasuk meja memandikan mayat.
15) Toilet dan Kamar Mandi
Rasio toilet/ kamar mandi dengan tempat tidur 1:10, toilet tersedia pada setiap
unit/ ruang khusus untuk unit rawat inap dan karyawan tersedia kamar mandi,
letak tidak berhubungan langsung dengan dapur kamar operasi dan ruang
khusus lainnya, saluran pembuangan air limbah dilengkapi dengan penahan
bau (water seal), lubang penghawaaan berhubungan langsung dengan udra
luar, serta kamar mandi dan toilet untuk wanita, pria, dan karyawan tertutup.
B) Pengelolaan Limbah
Padat
1) Tidak melakukan pemusnahan limbah padat infeksius, citotoksis, dan
farmasi dengan incenerator (suhu> 100˚C) atau khusus untuk sampah
infeksius dapat disterilkan dengan autoclave atau radiasi microwave sebelum
dibuang ke landfill. Karena segala output / sampah padat RS Panti Rapih
ditangani oleh pihak ketiga dikarenakan keterbatsan lahan dan tenaga.
2) Terdapat MoU antara RS dan pihak yang melakukan pemusnahan limbah
medis, meskipun memiliki incinerator namun tidak beroperasi karena harus
melakukan perizinan yang tidak mudah dan maintenance yang harus sesuai.
3) Tempat limbah padat kuat, tahan karat, kedap air, dengan penutup, dan
kantong plastic dengan warna dan lambang sesuai pedoman. Minimal 1
(satu) buah tiap radius 20 pada ruang tunggu / terbuka.
4) Tempat pengumpulan dan penampungan limbah sementara segera
didesinfeksi setelah dikosongkan.
5) Diangkut ke TPS >2 kali/hari dank ke TPA >1 kali/hari.
6) Limbah domestic dibuang ke TPA yang ditetapkan PEMDA.
7) Sampah radioaktif ditangani sesuai peraturan yang berlaku.
Cair
1) Dilakukan pengolahan melalui instalasi pengolahan limbah
2) Disalurkan melalui saluran tertutup, kedap air dan lancer.
8
Kualitas effluent yang dibuang
1) Memenuhi persyaratan Kepmen LH Nomor 58 Tahun 1995 atau Perda
Setempat. RS Panti Rapih menggunkan indicator kolam ikan menggunakan
air hasil pengolahan di IPAL.
9
3.3 Ventilasi Mekanis 1 Fan, AC, Exhauster 100 -
4. Atap 0,5 a. Bebas serangga dan tikus 50 25
b. Tidak bocor 30 15
c. Berwarna terang 10 5
d. Mudah dibersihkan 10 5
5. Langit-langit 0,5 a. Tinggi langit-langit 50 25
minimal 2,7 m dari lantai
b. Kuat 30 15
c. Berwarna terang 10 5
d. Mudah dibersihkan 10 5
6. Konstruksi Balkon, 0,5 a. Tidak ada genangan air 30 15
Beranda, dan b. Tidak ada jentik 40 20
Talang c. Mudah dibersihkan 30 15
7. Pintu 0,5 a. Dapat mencegah 60 30
masuknya serangga dan
tikus
b. Kuat 40 20
8. Pagar 0,5 a. Aman 60 30
b. Kuat 40 20
9. Halaman tempat 0,5 a. Bersih 30 15
parkir b. Mampu menampung 20 10
mobil karyawan dan
pengunjung
c. Tidak berdebu / becek 30 0
d. Tersedia tempat sampah 20 0
yang cukup
10. Jaringan instalasi 0,5 a. Aman (bebas cross- 60 30
connection)
b. Terlindung 40 20
11. Saluran Air Limbah 0,5 a. Tertutup 50 25
b. Aliran air lancar 50 25
2 PENGELOLAAN LIMBAH
(Jumlah Bobot 16)
1. Pengelolaan 10 a. Pemusnahan limbah 25 0
Limbah Padat padat infeksius,
citotoksis, dan farmasi
dengan incenerator
(suhu >1000°C) atau
khusus untk sampah
infeksius dapat
disterilkan dengan
autoclave atau radiasi
microwave sebelum
dibuang ke landfill.
b. Bagi yang tidak punya 20 200
incenerator atau MoU
antara RS dan pihak yang
melakukan pemusnahan
limbah medis
c. Tempat limbah padat 20 200
10
kuat, tahan karat, kedap
air dengan penutup dan
kantong plastik dengan
warna dan lambang
sesuai pedoman. Minimal
satu buah dalam radius
20 pada ruang tunggu
terbuka.
d. Tempat pengumpulan 15 150
dan penampungan
limbah seentara segera
didesinfeksi setelah
dikosongkan.
e. Diangkut ke Tplebih dari 5 50
2 x per hari dan ke TPA
lebih dari satu kali per
hari.
f. Limbah domestik 5 50
dibuang ke TPA yang
ditetapkan PEMDA.
g. Sampah radioaktif 10 100
ditangani sesuai
peraturan yang berlaku.
2. Pengelolaan 4 a. Dilakukan pngelolaan 80 320
Limbah Cair melalui instalasi
pengolahan limbah
b. Disalurkan melalui 20 80
saluran tertutup kedap
air dan lancar
3. Kuaitas effluent 2 a. Memenuhi persyaratan 100 200
yang dibuang ke Kepmen LH No.8 Tahun
dalam lingkungan 1995 atau Persa
setempat
3 TEMPAT PENCUCIAN 5 a. Terdapat kran air bersih 30 150
LINEN (Jumlah bobot 5) dengan kapasitas,
kualitas, kuantitas dan
tekanan yang memadai
serta disediakan kran air
panas untuk desinfeksi
awal
b. Dilakukan penilaian 15 75
antara linen infeksius dan
non infeksius
c. Tersedia ruang pemisah 15 75
antara barang bersih dan
kotor
d. Lokasi mudah dijangkau 15 75
oleh kegiatan yang
memerlukan dan jauh ari
pasien serta tidak berada
di jalan
11
e. Lantai terbuat dari beton 10 50
atau plester yang kuat,
rata tidak licin dengan
kemiringan >2-3%
f. Pencahayaan > 200 10 50
lux
g. Terdapat sarana 5 25
pengering untuk alat-
alat sehabis dicuci.
JUMLAH 2440
12
BAB III
PEMBAHASAN
a. Identifikasi Masalah
1. Tidak terdapat jalur khusus untuk pengangkutan sampah medis.
2. Tidak adanya jalur khusus untuk pengangkutan linen bersih dan kotor
3. Petugas pencucian linen menggunakan pihak ke tiga yang kurang berkompetensi
dalam penanganan linen di rumahsakit.
4. Alat pengangkut makanan tidak tertutup.
5. Tidak memiliki jalur khusus untuk lalu lintas makanan.
6. Terdapat gangguan tikus di dapur makanan.
7. Tidak melakukan penyuluhan kesehatan lingkungan terhadap pedagang makanan
di dalam lingkungan rumah sakit.
8. Letak ruang mayat sulit di jangkau dari UGD, Ruang Perawatan, dan ruang
operasi dan letaknya berdekatan dengan tempat pembuangan sampah sementara.
13
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan praktek lapangan yang di lakukan di Rumah Sakit Panti Rapih
Yogyakarta Jln. Cik I Tiro No.30, Caturtunggal Kec. Depok, Kabupaten Sleman,
Daerah Istimewa Yogyakarta 55223 mengenai sanitasi rumah sakit pada tanggal 24
Mei 2017 dengan skore penilaian, maka RS Panti Rapih memenuhi syarat
dibandingkan dengan skor masing-masing komponen, dengan keterangan sebagai
berikut :
B. Saran
1. Membuat jalur khusus untuk pengangkutan sampah medis.
2. Membuat jaljur khusus pengangkutan linen bersih dan kotor.
3. Petugas penanganan linen harus berkompetensi di dalam bidang sanitasi
khususnya dalam penanganan linen.
4. Menggunakan alat pengangkutan makanan yang tertutup dan bersih.
5. Pembuatan jalur khusus untuk pengangkutan makanan.
6. Mengendalikan vektor tikus di dapur secara intensif.
7. Dilakukanya penyuluhan kesehatan terhadap pedagang secara rutin dan
pemantauan kualitas makanan dan minuman di lingkungan rumah sakit.
8. Penempatan ruang maayat di tempat yang strategis dan jauh dari TPS.
14
LAMPIRAN
15
16
17
18