Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN INSPEKSI SANITASI RUMAH SAKIT

“ RSIA MAMA PALEMBANG ”

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
KELAS 2A SANITASI

1. Endang Kumala Sari (NIM. PO.71.33.1.21.001)


2. Arya Dermawan (NIM. PO.71.33.1.21.026)
3. Tria Novalika (NIM. PO.71.33.1.21.031)

DOSEN PENGAMPU
KAMSUL., S.ST., M.Kes

PROGRAM STUDI D-III SANITASI


JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan inspeksi sanitasi rumah sakit”.

Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas mata kuliah sanitasi rumah sakit dengan
dosen pengampu bapak Kamsul.,SST.,M.Kes. Sebagaimana kami menyadari bahwa laporan
ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari isi maupun pembahasan. Oleh karena itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna menyempurnakan
tugas laporan ini.

Kami berharap laporan ini dapat bermanfaat. Atas perhatiannya, kami ucapkan terima
kasih.

Palembang, 10 Juni 2023

Kelompok 4
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................4
A. Latar Belakang..................................................................................................................4
B. Tujuan................................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................6
A. Tinjauan Umum Tentang Rumah Sakit.............................................................................6
B. Definisi Rumah Sakit Ibu dan Anak..................................................................................7
C. Jenis Kegiatan di Rumah Sakit Ibu dan Anak...................................................................7
D. Persyaratan Lingkungan Rumah Sakit ...........................................................................16
BAB III METODE OBSERVASI.........................................................................................20
A. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan.......................................................................................20
B. Metode Kegiatan............................................................................................................. 20
C. Instrumen Observasi........................................................................................................20
D. Prosedur Penilaian ..........................................................................................................21
BAB IV PEMBAHASAN.......................................................................................................23
A. Hasil.................................................................................................................................23
B. Pembahasan.....................................................................................................................27
BAB III PENUTUP................................................................................................................30
A. Kesimpulan......................................................................................................................30
B. Saran................................................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................31
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah Sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan yang di dalamnya terdapat
bangunan, peralatan, manusia (petugas, pasien dan pengunjung) dan kegiatan pelayanan
kesehatan, selain dapat menghasilkan dampak positif berupa produk pelayanan kesehatan
yang baik terhadap pasien dan memberikan keuntungan retribusi bagi pemerintah dan
lembaga pelayanan itu sendiri, rumah sakit juga dapat menimbulkan dampak negatif
berupa pengaruh buruk kepada manusia, seperti sampah dan limbah rumah sakit yang
dapat menyebabkan pencemaran lingkungan, sumber penularan penyakit dan menghambat
proses penyembuhan serta pemulihan penderita.
Sampah atau limbah rumah sakit diduga banyak mengandung bahaya atau resiko
karena dapat berumah sakitifat racun, infeksius dan juga radioaktif. Selain itu, karena
kegiatan atau sifat pelayanan yang diberikan, maka rumah sakit bisa menjadi depot segala
macam penyakit yang ada di masyarakat, bahkan dapat pula sebagai sumber distribusi
penyakit karena selalu dihuni, dipergunakan, dan dikunjungi oleh orang-orang yang rentan
dan lemah terhadap penyakit. Di rumah sakit pula dapat terjadi penularan baik secara
langsung (cross infection), melalui kontaminasi benda-benda ataupun melalui serangga
(vector borne infection) sehingga dapat mengancam kesehatan masyarakat umum.
Untuk mengantisipasi dampak negatif yang tidak diinginkan dari institusi pelayanan
kesehatan ini, maka dirumuskan konsep sanitasi lingkungan yang bertujuan untuk
mengendalikan faktor-faktor yang dapat membahayakan bagi kesehatan manusia terumah
sakitebut.
Menurut WHO, sanitasi lingkungan (environmental sanitation) adalah upaya
pengendalian semua faktor lingkungan fisik manusia yang mungkin menimbulkan atau
dapat menimbulkan hal-hal yang merugikan bagi perkembangan fisik, kesehatan dan daya
tahan hidup manusia.
Dalam lingkup rumah sakit, sanitasi berarti upaya pengawasan berbagai faktor
lingkungan fisik, kimiawi dan biologik di rumah sakit yang menimbulkan atau mungkin
dapat mengakibatkan pengaruh buruk terhadap kesehatan petugas, penderita, pengunjung
maupun bagi masyarakat di sekitar rumah sakit.
Dari pengertian di atas maka sanitasi rumah sakit merupakan upaya dan bagian yang
tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan di rumah sakit dalam memberikan
layanan dan asuhan pasien yang sebaik-baiknya. Karena tujuan dari sanitasi rumah sakit
terumah sakitebut adalah menciptakan kondisi lingkungan rumah sakit agar tetap berumah
sakitih, nyaman, dan dapat mencegah terjadinya infeksi silang serta tidak mencemari
lingkungan.
Menimbang rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan, tempat berkumpulnya
orang sakit atau orang sehat dan dapat menjadi penularan penyakit serta memungkinkan
terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan, maka dalam merespon
pentingnya dilakukan penertiban kondisi kesehatan dan sanitasi lingkungan di lingkungan
rumah sakit, yang bertujuan mengatasi kemungkinan dampak negatif yang ditimbulkan
dari institusi pelayanan kesehatan, Pemerintah melalui Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2019 menetapkan Persyaratan Rumah Sakit yang
harus dipenuhi dan dilaksanakan setiap rumah sakit dalam hal kesehatan lingkungan
rumah sakit.
Salah satu cara untuk mengetahui tingkat penataan suatu sarana pelayanan kesehatan
adalah dengan melakukan pengawasan dan pemantauan (inspeksi). Pengawasan dan
pemantauan ini merupakan suatu kegiatan pengawasan agar pengelola sarana pelayanan
kesehatan mentaati semua ketentuan perundangan lingkungan hidup dan kesehatan dan
perumah sakityaratan (baku mutu, ambang batas) limbah. Oleh karena itu kegiatan
pengawasan dan pemantauan yang rutin dan terprogram harus dilakukan secara terpadu
dan ditindak lanjuti dengan langkah kongkrit yaitu memberikan pujian (apresiasi) bagi
yang taat dan memberikan sangki bagi yang melanggar. Sehingga pengelola sarana
pelayanan kesehatan dapat meningkatkan kemauan dan kemampuan untuk melaksanakan
semua ketentuan yang berlaku.
Sebagai mahasiswa kesehatan masyarakat, kami dituntut mampu menganalisis dan
menilai status sanitasi Rumah Sakit. Untuk itulah dalam kesempatan kali ini dalam mata
kuliah Sanitasi Rumah Sakit, kami mendapat tugas untuk melakukan observasi Rumah
Sakit. Dan Rumah Sakit yang menjadi tempat melakukan inspeksi (menilai Sarana
sanitasi) adalah Rumah Sakit Ibu & Anak “Mama” yang terletak di Jalan Lembing
Kampus No 15, Lorok Pakjo, Ilir Barat 1, Kota Palembang.

B. Tujuan
1. Mengetahui pemenuhan persyaratan sanitasi rumah sakit sesuai dengan Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2019
2. Mengkategorikan pemenuhan persyaratan sanitasi rumah sakit secara keseluruhan
Rumah Sakit.
3. Memahami gambaran lapangan terkait pemenuhan persyaratan sanitasi rumah sakit
secara keseluruhan Rumah Sakit
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum tentang Rumah Sakit


1. Definisi Rumah Sakit

Rumah sakit adalah sebuah institusi perawatan kesehatan profesional


yang pelayanannya disediakan oleh dokter, perawat, dan tenaga ahli kesehatan
lainnya. Selama Abad pertengahan, rumah sakit juga melayani banyak fungsi di
luar rumah sakit yang kita kenal di zaman sekarang, misalnya sebagai
penampungan orang miskin atau persinggahan musafir. Istilah hospital(rumah
sakit) berasal dari kata Latin, hospes (tuan rumah), yang juga menjadi akar
kata hotel dan hospitality (keramahan). Beberapa pasien bisa hanya datang
untuk diagnosis atau terapi ringan untuk kemudian meminta perawatan jalan,
atau bisa pula meminta rawat inap dalam hitungan hari, minggu, atau bulan.
Rumah sakit dibedakan dari institusi kesehatan lain dari kemampuannya
memberikan diagnosa dan perawatan medis secara menyeluruh kepada pasien
(sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/rumah_sakit).
Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat
menyelenggarakan upaya kesehatan dengan memberdayakan berbagai kesatuan
personel terlatih dan terdidik dalam menghadapi dan menangani masalah
medik untuk pemulihan dan pemeliharaan kesehatan yang baik. Upaya
kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan
yang bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi
masyarakat dan tempat yang digunakan untuk menyelenggarakannya disebut
sarana kesehatan. Sarana kesehatan berfungsi melakukan upaya kesehatan
dasar, kesehatan rujukan dan atau upaya kesehatan penunjang. Upaya
kesehatan diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan
kesehatan (promotif), pencegahan penyakit(preventif), penyembuhan penyakit
(kuratif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang diselenggarakan secara
menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan (Siregar,2004).
2. Klasifikasi Rumah Sakit
Jika ditinjau dari kemapuan yang dimiliki rumah sakit di Indonesia dibedakan
atas lima macam, yaitu (Aditama, Tjandra Yoga. (2000). Manajemen Rumah
Sakit. Jakarta: UIPA di Koesomo, Suparto. (1995). Manajemen Rumah Sakit.
Jakarta: Pustaka Sinar harapan, Hal : 91 – 99.) : 20
a. Rumah Sakit Tipe A
adalah rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis
dan subspesialis luas oleh pemerintah ditetapkan sebagai rujukan
tertinggi (Top Referral Hospital) atau disebut pula sebagai rumah sakit pusat.
b. Rumah Sakit Tipe B
adalah rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis
dan subspesialis terbatas.Rumah sakit ini didirikan disetiap Ibukota
propinsi yabg menampung pelayanan rujukan di rumah sakit kabupaten.
c. Rumah Sakit Tipe C
adalah rumah sakit yang mapu memberikan pelayanan kedokeran
spesialis terbatas. Rumah sakit ini didirikan disetiap ibukota Kabupaten
( Regency Hospital) yang menampung pelayanan rujukan dari puskesmas.
d. Rumah Sakit Tipe D
adalah rumah sakit yang bersifat transisi dengan kemampuan hanya
memberikan pelayanan kedokteran umum dan gigi. Rumah sakit ini
menampung rujukan yang berasal dari puskesmas.
e. Rumah Sakit Tipe E
adalah rumah sakit khusus (Spesial Hospital) yang menyelenggarakan hanya
satu macam pelayan kesehatan kedokteran saja. Saat ini banyak rumah
sakit kelas ini ditemukan misal, rumah sakit kusta, paru, jantung, kanker,
ibu dan anak.

B. Definisi Rumah Sakit Ibu dan Anak


Rumah Sakit Ibu dan Anak berdasarkan klasifikasi tipe rumah sakit
adalah rumah sakit khusus tipe E (spesial hospital) yang menyalenggarakan
hanya satu macam pelayan kesehatan kedokteran saja, yaitu dalam bidang
pelayanan kesehatan bagi ibu dan anak. Di dalam Rumah Sakit Ibu dan Anak
pelayanan dan fasilitas yang ada ditujukan supaya ibu dan anak merasa aman serta
nyaman untuk berada di rumah sakit. Diketahui bahwa baik ibu yang sedang
mengandung maupun tidak serta ibu yang sedang mengalami penyakit seputar
kehamilan tentu saja memiliki karakter yang berbeda, sehingga perlu pelayanan
khusus untuk para ibu di bidang kesehatan. Hal ini hampir serupa dengan
karakter anak kecil yang tidak mungkin disamakan dengan orang dewasa pada
umumnnya, sehingga dalam perkembangan jaman saat ini, pelayanan maupun
fasilitas bagi ibu dan sangat diharapkan keberadaannya.

C. Jenis Kegiatan di Rumah Sakit Ibu dan Anak


1. Kegiatan Medis
a. Poliklinik
Merupakan bagian yang melayani pasien rawat jalan khususnya pasien
bayi atau anak, ibu hamil, atau ibu yang memiliki penyakit kandungan.
Poliklinik biasanya erdiri dari beberapa poli, antara lain :

 Poli Anak
Merupakan unit yang melayani anak usia 0-12 tahun, pelayanan
berupa imunisasi, konsultasi kesehatan, perkembangan kesehatan anak
dan pengobatan penyakit anak.
 Poli Kandungan dan Kebidanan
Berdasarkan ketentuan dari Departemen Kesehatan RI, setiap rumah sakit
harus dilengkapi dengan spesialisasi lainnya, salah satunya adalah unit
kandungan ini.
 Poli Gizi
Merupakan unit yang mengontrol segala nutrisi dan gizi dari
pasiennya, khususnya ibu dan anak, karena diketahui baik ibu dan
anak membutuhkan asupan gizi yang cukup.
 Unit Gawat Darurat
Merupakan bagian pertolongan pertama kepada pasien. Unit ini bekerja
tiap hari selama 24 jam dan bersifat sementara, bisa juga merupakan unit
pengganti poliklinik ketika sudah tutup. Kegiatan pelayanan di UGD
meliputi : Pasien diterima di UGD, Pemeriksaan dan pengobatan oleh
dokter , Jika kondisi pasien membaik maka diperbolehkan untuk
pulang, namun jika tidak maka akan di bawa ke ruang perawatan.
b. Farmasi
Penyediaan fasilitas berupa apotik serta penyediaan obat-obatan.
Sasarannya adalah pasien poloklinik dan umum. Pendistribusian obat
dilakukan ke bagian perawatan, pelayanan dan penunjang secara medis.
c. Terapi
Merupakan kegiatan-kegiatan fisik yang berguna untuk memulihkan
kondisi pasien. Pelayanan ini berupa penggunaan otot-otot motorik pada
tingkat sederhana baik pada pasien rawat jalan maupun rawat inap.

d. Bedah
Terdiri dari bagian operasi atau pembedahan yang digunakan untuk
menolong kelahiran secara operasi dan bagian persalinan normal.
e. Perawatan
Perawatannya dibrdakan antara perawatan normal dengan perawatan
isolasi. Bagian ini dibedakan atas perawatan ibu dan bayi, masing masing
bagian perawatan mendapat pengawasan dari stasiun perawat.beberapa
macam perawatan antara lain :
 Perawatan umum
Perawatan kepada pasien yang bersifat umum, dalam arti tidak
memiliki penyakit khusus yang harus dirujuk ke unit lain.
 Perawatan isolasi
Merawat pasien yang memiliki penyakit khusus, biasanya jenis
penyakit menular. Memiliki ruangan yang serba tertutup guna
menghindari persebaran penyakit.
 ICU
 Merawat pasien yang memerlukan perawatan dan pengawasan secara
intensif karena kondisi tubuhnya tergolong kritis.
2. Kegiatan Non Medis
a. Kegiatan Administratif
Meliputi kegiatan pendaftaran pasien, mendata keluhan da penyakit
pasien, serta laporan perkembangan pasien
b. Kegiatan Perawatan Inap
Unit perawatan inap beserta seluruh pendukungnya
c. Unit-unit pendukung pelayanan medis
Fungsi-fungsi yang terkait seperti : laboratorium, farmasi, radiologi,
UGD, ICU, Instalasi bedah dan ruang bersalin.
d. Kegiatan Pendukung Non Medis
Terdiri dari unit gizi, unit sterilisasi, kantor, dll.
e. Kelompok kegiatan Komersial dan Sosial
Fungsinya sebagai salah satu pemasukan, meliputi : area parkir, kantin, wartel,
dll.
f. Service penunjang
Unit penunjang pada bagian servis antara lain dapur, pos keamanan,
janitor, dll.

D. Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit


I. Penyehatan Ruang Bangunan Dan Halaman Rumah Sakit
1. Lingkungan Bangunan Rumah Sakit
a. Lingkungan bangunan rumah sakit harus mempunyai batas yang kelas,
dilengkapi dengan agar yang kuat dan tidak memungkinkan orang atau
binatang peliharaan keluar masuk dengan bebas.
b. Luas lahan bangunan dan halaman harus disesuaikan dengan luas lahan
keseluruhan sehingga tersedia tempat parkir yang memadai dan dilengkapi
dengan rambu parkir.
c. Lingkungan bangunan rumah sakit harus bebas dari banjir. Jika berlokasi
di daerah banjir harus menyediakan fasilitas/teknologi untuk mengatasinya.
d. Lingkungan rumah sakit harus merupakan kawasan bebas rokok
e. Lingkungan bangunan rumah sakit harus dilengkapi penerangan dengan
intensitas cahaya yang cukup.
f. Lingkungan rumah sakit harus tidak berdebu, tidak becek, atau tidak
terdapat genangan air dan dibuat landai menuju ke saluran terbuka atau
tertutup, tersedia lubang penerima air masuk dan disesuaikan dengan luas
halaman
g. Saluran air limbah domestik dan limbah medis harus tertutup dan
terpisah, masing-masing dihubungkan langsung dengan instalasi
pengolahan limbah.
h. Di tempat parkir, halaman, ruang tunggu, dan tempat-tempat tertentu yang
menghasilkan sampah harus disediakan tempat sampah.
i. Lingkungan, ruang, dan bangunan rumah sakit harus selalu dalam keadaan
bersih dan tersedia fasilitas sanitasi secara kualitas dan kuantitas yang
memenuhi persyaratan kesehatan, sehingga tidak memungkinkan sebagai
tempat bersarang dan berkembang biaknya serangga, binatang pengerat,
danbinatang pengganggu lainnya.
2. Konstruksi Bangunan Rumah Sakit
a. Lantai
1) Lantai harus terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, permukaan rata, tidak
licin, warna terang, dan mudah dibersihkan.
2) Lantai yang selalu kontak dengan air harus mempunyai kemiringan yang
cukup ke arah saluran pembuangan air limbah
3) Pertemuan lantai dengan dinding harus berbentuk konus/lengkung agar
mudah diberishkan
b. Dinding
Permukaan dinding harus kuat, rata, berwarna terangdan menggunakan cat
yang tidak luntur serta tidak menggunakan cat yang mengandung logam berat
c. Ventilasi
1) Ventilasi alamiah harus dapat menjamin aliran udaradi dalam kamar/ruang
dengan baik.
2) Luas ventilasi alamiah minimum 15 % dari luas lantai
3) Bila ventilasi alamiah tidak dapat menjamin adanya pergantian udara
dengan baik, kamar atau ruang harus dilengkapi dengan penghawaan
buatan/mekanis.
4) Penggunaan ventilasi buatan/mekanis harus disesuaikan dengan
peruntukkan ruangan.
d. Atap
1) Atap harus kuat, tidak bocor, dan tidak menjadi tempat perindukan
serangga, tikus, dan binatang pengganggu lainnya.
2) Atap yang lebih tinggi dari 10 meter harus dilengkapi penangkal petir.
e. Langit-langit
1) Langit-langit harus kuat, berwarna terang, dan mudah dibersihkan.
2) Langit-langit tingginya minimal 2,70 meter dari lantai.
3) Kerangka langit-langit harus kuat dan bila terbuat dari kayu harus anti
rayap.
f. Konstruksi
Balkon, beranda, dan talang harus sedemikian sehingga tidak terjadi genangan
air yang dapat menjadi tempat perindukan nyamuk Aedes.
g. Pintu
Pintu harus kuat, cukup tinggi, cukup lebar, dan dapat mencegah masuknya
serangga, tikus, dan binatangpengganggu lainnya.
h. Jaringan Instalasi
1) Pemasangan jaringan instalasi air minum, air bersih, air limbah, gas,
listrik, sistem pengawasan, sarana telekomunikasi, dan lain-lain harus
memenuhi persyaratan teknis kesehatan agar aman digunakan untuk tujuan
pelayanan kesehatan.
2) Pemasangan pipa air minum tidak boleh bersilangan dengan pipa air
limbah dan tidak boleh bertekanan negatif untuk menghindari
pencemaran air minum.
i. Lalu Lintas Antar Ruangan
1) Pembagian ruangan dan lalu lintas antar ruangan harus didisain
sedemikian rupa dan dilengkapi dengan petunjuk letak ruangan, sehingga
memudahkan hubungan dan komunikasi antar ruangan serta menghindari
risiko terjadinyakecelakaan dan kontaminasi
2) Penggunaan tangga atau elevatordan liftharus dilengkapi dengan sarana
pencegahan kecelakaan seperti alarm suara dan petunjuk penggunaan yang
mudah dipahami oleh pemakainya atau untuk lift4 (empat) lantai harus
dilengkapi ARD (Automatic Rexserve Divide) yaitu alat yang dapat
mencari lantai terdekat bila listrik mati.
3) Dilengkapi dengan pintu darurat yang dapat dijangkau dengan mudah bila
terjadi kebakaran atau kejadiandarurat lainnya dan dilengkapi ram untuk
brankar.
j. Fasilitas Pemadam Kebakaran
Bangunan rumah sakit dilengkapi dengan fasilitas pemadam kebakaran sesuai
dengan ketentuan yang berlaku
3. Ruang Bangunan
Penataan ruang bangunan dan penggunaannya harus sesuai dengan fungsi serta
memenuhi persyaratan kesehatan yaitu dengan mengelompokkan ruangan
berdasarkan tingkat risiko terjadinya penularan penyakit sebagai berikut :
a. Zona dengan Risiko Rendah
Zona risiko rendah meliputi : ruang administrasi, ruang komputer, ruang
pertemuan, ruang perpustakaan,ruang resepsionis, dan ruang
pendidikan/pelatihan.
1) Permukaan dinding harus rata dan berawarna terang
2) Lantai harus terbuat dari bahan yang kuat, mudah dibersihkan, kedap air,
berwarna terang, dan pertemuan antara lantai dengan dinding harus
berbentuk konus.
3) Langit-langit harus terbuat dari bahan multipleks atau bahan yang kuat,
warna terang, mudah dibersihkan, kerangka harus kuat, dan tinggi minimal
2,70 meter dari lantai.
4) Lebar pintu minimal 1,20 meter dan tinggi minimal 2,10 meter, dan
ambang bawah jendela minimal 1,00 meter dari lantai.
5) Ventilasi harus dapat menjamin aliran udara di dalam kamar/ruang dengan
baik, bila ventilasi alamiah tidak menjamin adanya pergantian udara
dengan baik, harus dilengkapi dengan penghawaan mekanis (exhauster) .
6) Semua stop kontak dan saklar dipasang pada ketinggian minimal 1,40
meter dari lantai.
b. Zona dengan Risiko Sedang
Zona risiko sedang meliputi : ruang rawat inap bukan penyakit menular, rawat
jalan, ruang ganti pakaian, dan ruang tunggu pasien. Persyaratan bangunan
pada zona dengan risiko sedang sama dengan persyaratan pada zona risiko
rendah.
c. Zona dengan Risiko Tinggi
Zona risiko tinggi meliputi : ruang isolasi, ruangperawatan intensif,
laboratorium, ruang penginderaan medis (medical imaging), ruang bedah
mayat (autopsy), dan ruang jenazah dengan ketentuan sebagai berikut :
1) Dinding permukaan harus rata dan berwarna terang.
a) Dinding ruang laboratorium dibuat dari porselin atau keramik setinggi 1,50
meter dari lantai dan sisanya dicat warna terang.
b) Dinding ruang penginderaan medis harus berwarna gelap, dengan
ketentuan dinding disesuaikan dengan pancaran sinar yang dihasilkan dari
peralatan yang dipasang di ruangan tersebut, tembok pembatas antara
ruang Sinar X
c) dengan kamar gelap dilengkapi dengan transfer cassette.
2) Lantai terbuat dari bahan yang kuat, mudah dibersihkan, kedap air, berwarna
terang, dan pertemuan antara lantai dengan dinding harus berbentuk konus
3) Langit-langit terbuat dari bahan mutipleks atu bahan yang kuat, warna terang,
mudah dibersihkan, kerangka harus kuat, dan tinggi minimal 2,70 meter dari
lantai.
4) Lebar pintu minimal 1,20 meter dan tinggi minimal 2,10 meter, dan ambang
bawah jendela minimal 1,00 meter dari lanti.
5) Semua stop kontak dan saklar dipasang pada ketinggian minimal 1,40 meter
dari lantai.
d. Zona dengan Risiko Sangat Tinggi
Zona risiko tinggi meliputi : ruang operasi, ruang bedah mulut, ruang perawatan
gigi, ruang gawat darurat, ruang bersalin, dan ruang patologi dengan ketentuan
sebagai berikut:
1) Dinding terbuat dari bahan porslin atau vinyl setinggi langit-langit, atau dicat
dengan cat tembok yang tidak luntur dan aman, berwarna terang.
2) angit-langit terbuat dari bahan yang kuat dan aman, dan tinggi minimal 2,70
meter dari lantai.
3) Lebar pintu minimal 1,20 meter dan tinggi minimal 2,10 m, dan semua pintu
kamar harus selalu dalam keadaan tertutup.
4) Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, mudah dibersihkan dan
berwarna terang.
5) Khusus ruang operasi, harus disediakan gelagar (gantungan) lampu bedah
dengan profil baja doubleINP 20 yang dipasang sebelum pemasangan langit-
langit
6) Tersedia rak dan lemari untuk menyimpan reagensia siap pakai
7) Ventilasi atau pengawasan sebaiknya digunakan AC tersendiri yang
dilengkapi filter bakteri, untuk setiap ruang operasi yang terpisah dengan
ruang lainnya. Pemasangan AC minimal 2 meter dari lantai dan aliran udara
bersih yang masuk ke dalam kamar operasi berasal dari atas ke bawah. Khusus
untuk ruang bedah ortopedi atau transplantasi organ harus menggunakan
pengaturan udara UCA (Ultra Clean Air) System
8) Tidak dibaenarkan terdapat hubungan langsung denganudara luar, untuk itu
harus dibuat ruang antara.
9) Hubungan dengan ruang scrub–upuntuk melihat ke dalam ruang operasi perlu
dipasang jendela kaca mati, hubungan ke ruang steril dari bagian
cleaningcukup dengan sebuah loket yang dapat diuka dan ditutup.
10) Pemasangan gas media secara sentral diusahakan melalui bawah lantai atau di
atas langit-langit.
11) Dilengkapi dengan sarana pengumpulan limbah medis.
4. Kualitas Udara Ruang
a. Tidak berbau (terutana bebas dari H2S dan Amoniak
b. Kadar debu (particulate matter) berdiameter kurang dari 10 micron dengan
rata-rata pengukuran 8 jam atau 24 jam tidak melebihi 150 µg/m 3, dan tidak
mengandung debu asbes.
5. Pencahayaan
Pencahayaan, penerangan, dan intensitasnya di ruangumum dan khusus harus
sesuai dengan peruntukkannya.
6. Pengawasan
Persyaratan penghawaan untuk masing-masing ruang atau unit seperti berikut :
a. Ruang-ruang tertentu seperti ruang operasi, perawatan bayi, laboratorium,
perlu mendapat perhatian yang khusus karena sifat pekerjaan yang terjadi di
ruang-ruang tersebut.
b. Ventilasi ruang operasi harus dijaga pada tekanan lebih positif sedikit
(minimum 0,10 mbar) dibandingkan ruang-ruang lain di rumah sakit.
c. Sistem suhu dan kelembaban hendaknya didesain sedemikian rupa sehingga
dapat menyediakan suhu dan kelembaban

7. Kebisingan
Kebisingan diruang perawatan tidak boleh melebihi 45 dBA, diruang poliklinik
maksimum 80 dBA, laboratorium maksimum 68 dBA, ruang cuci dapur
maksimum 78 dBA.
8. Fasilitas Sanitasi Rumah Sakit
Perbandingan jumlah tempat tidur pasien dengan jumlah toilet dan jumlah kamar
mandi seperti pada table berikut :
9. Jumlah Tempat Tidur
Perbandingan jumlah tempat tidur dengan luas lantai kamar perawatan dan
kamar isolasi sebagai berikut :
a. Ruang bayi :
1. Ruang perawatan minimal 2 m2/tempat tidur
2. Ruang isolasi minimal 3,5 m2/tempat tidur
b. Ruang dewasa :
1. Ruang perawatan minimal 4,5 m2/tempat tidur
2. Ruang isolasi minimal 6 m2/tempat tidur
10. Lantai dan dan Dinding
Lantai dan dinding harus bersih, dengan tingkat kebersihan sebagai berikut :
a. Ruang Operasi : 0 - 5 CFU/cm2 dan bebas patogen dan gas gangren
b. Ruang perawatan : 5 – 10 CFU/cm2
c. Ruang isolasi : 0 – 5 CFU/cm2
d. Ruang UGD : 5 – 10 CFU/cm2

II. Penyehatan Hygiene Dan Sanitasi Makanan Minuman


1. Angka kuman E.Coli pada makanan harus 0/gr sampel makanan dan pada
minuman angka kuman E.Coli harus 0/100 ml sampel minuman.
1. Kebersihan peralatan ditentukan dengan angka totalkuman sebanyak-
banyaknya 100/cm2permukaan dan tidak ada kuman E. Coli.
2. Makanan ayng mudah membususk disimpan dalam suhu panas lebih dari
65,5°atau dalam suhu dingin kurang dari 4°C. Untuk makanan yang
disajikan lebih dari 6 jam disimpan suhu – 5°C sampai -1°C.
3. Maknaan kemasan tertutup sebaiknya disimpan dalam suhu ± 10°C.
4. Penyimpanan bahan mentah dilakukan dalam suhuKelembaban
penyimpanan dalam ruangan 80 -90 %.
5. Cara penyimpanan bahan makanan tidak menempel padalantai, dinding,
atau langit-langit dengan ketentuan sebagai berikut :
a) Jarak bahan makanan dengan lantai 15 cm
b) Jarak bahan makanan dengan dinding 5 cm
c) Jarak bahan makanan dengan langit-langit 60 cm

III. Penyehatan Air


1. Kualitas Air Minum
Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
907/Menkes/SK/VII/2002 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air
Minum.
2. Kualitas Air yang Digunakan di Ruang Khusus
a. Ruang Operasi
Bagi rumah sakit yg menggunakan air yg sudah diolah seperti dari PDAM,
sumur bor, dan sumber lain untuk keperluan operasi dapat melakukan
pengolahan tambahan dgn catridge filterdan dilengkapi dgn disinfeksi
menggunakan ultra violet(UV)

b. Ruang Farmasi dan Hemodialisis


Air yang digunakan di ruang farmasi terdiri dari air yang dimurnikan
untuk penyiapan obat, penyiapan injeksi, dan pengenceran dalam
hemodialisis.

IV. Pengelolaan Limbah


1. Limbah Medis Padat
a. Minimasi Limbah
1) Setiap rumah sakit harus melakukan reduksi limbah dimulai dari
sumber.
2) Setiap rumah sakit harus mengelola dan mengawasi penggunaan bahan
kimia yang berbahaya dan beracun.
3) Setiap rumah sakit harus melakukan pengelolaan stokbahan kimia dan
farmasi.
4) Setiap peralatan yang digunakan dalam pengelolaan limbah medis
mulai dari pengumpulan, pengangkutan, dan pemusnahan harus
melalui sertifikasi dari pihak yang berwenang.
b. Pemilahan, Pewadahan, Pemanfaatan Kembali dan Daur Ulang
1) Pemilahan limbah harus dilakukan mulai dari sumber yang
menghasilkan limbah
2) Limbah yang akan dimanfaatkan kembali harus dipisahkan dari limbah
yang tidak dimanfaatkan kembali.
3) Limbah benda tajam harus dikumpulkan dalam satu wadah tanpa
memperhatikan terkontaminasi atau tidaknya. Wadah tersebut harus
anti bocor, anti tusuk dan tidak mudah untuk dibuka sehingga orang
yang tidak berkepentingan tidak dapat membukanya.
4) Jarum dan syringes harus dipisahkan sehingga tidak dapat digunakan
kembali.
5) Limbah medis padat yang akan dimanfaatkan kembali harus melalui
proses sterilisasi. Untuk menguji efektifitas sterilisasi panas harus
dilakukan tes Bacillus stearothermophilusdan untuk sterilisasi kimia
harus dilakukan tes Bacillus subtilis
6) Limbah jarum hipodermik tidak dianjurkan untuk dimanfaatkan
kembali. Apabila rumah sakit tidak mempunyai jarum yang sekali
pakai (disposable), limbah jarum hipodermik dapat dimanfaatkan
kembali setelah melalui proses salah satu metode sterilisasi
7) Pewadahan limbah medis padat harus memenuhi persyaratan dengan
penggunaan wadah dan label seperti Tabel I.11
8) Daur ulang tidak bisa dilakukan oleh rumah sakit kecuali untuk
pemulihan perak yang dihasilkan dari proses film sinar X.
9) Limbah sitotoksis dikumpulkan dalam wadah yang kuat, anti bocor,
dan diberi label bertuliskan ” LimbahSitotoksis”.
c. Pengumpulan, Pengangkutan, dan Penyimpanan Limbah Media Padat di
Lingkungan Rumah Sakit
1) Pengumpulan limbah medis padat dari setiap ruangan penghasil limbah
menggunakan troli khusus yang tertutup.
2) Penyimpanan limbah medis padat harus sesuai iklim tropis yaitu pada
musim hujan paling lama 48 jam dan musim kemarau paling lama 24
jam.
d. Pengumpulan, Pengemasan dan Pengangkutan ke Luar Rumah Sakit
1) Pengelola harus mengumpulkan dan mengmas pada tempat yang kuat.
2) Pengangkutan limbah ke luar rumah sakit menggunakankendaraan
khusus.
e. Pengolahan dan Pemusnahan
1) Limbah medis padat tidak diperbolehkan membuang langsung ke
tempat pembuangan akhir limbah domestik sebelum aman bagi
kesehatan.
2) Cara dan teknologi pengolahan atau pemusnahan limbah medis padat
disesuaikan dengan kemampuan rumah sakit dan jenis limbah medis
padat yang ada, dengan pemanasanmenggunakan otoklaf atau dengan
pembakaran menggunakan insinerator.
2. Limbah Medis Non Padat
a. Pemilahan dan Pewadahan
1) Pewadahan limbah padat non-medis harus dipisahkan dari limbah medis
padat dan ditampung dalam kantong plastik warna hitam.
2) Tempat Pewadahan
a) Setiap tempat pewadahan limbah padat harus dilapisikantong
plastik warna hitam sebagai pembungkus limbah padat dengan
lambang ”domestik” warna putih
b) Bila kepadatan lalat disekitar tempat limbah pada melebih 2 (dua)
ekor per-block grill, perlu dilakukan pengendalian padat.
b. Pengumpulan, Penyimpanan, dan Pengangkutan
1) Bila di tempat pengumpulan sementara tingkat kepadatan lalat lebih
dari 20 ekor per-block grillatau tikus terlihat pada siang hari, harus
dilakukan pengendalian.
2) Dalam keadaan normal harus dilakukan pengendalian serangga dan
binatang pengganggu yang lain minimal 1(satu) bulan sekali.

c. Pengolahan dan Pemusnahan


Pengolahan dan pemusnahan limbah padat non-medis harus dilakukan
sesuai persyaratan kesehatan.
3. Limbah Cair
Kalitas limbah (efluen) rumah sakit yang akan dibuang ke badan air atau
lingkungan harus memenuhi persyaratan baku mutu efluen sesuai Keputusan
Menteri Lingkungan Hidup Nomor Kep-58/MenLH/12/1995 atau peraturan
daerah setempat.
4. Limbah Gas
Standar limbah gas (emisi) dari pengolahan pemusnah limbah medis padat
dengan insinerator mengacu pada Keputusan Menteri Lingkungan Hidup
Nomor Kep-13/MenLH/12/1995 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak
Bergerak.

V. Pengelolaan Tempat Pencucian Linen (Laundry)


a. Suhu air panas untuk pencucian 70°C dalam waktu 25 menit atau 95°C dalam
waktu 10 menit
b. Penggunaan jenis deterjen dan disinfektan untuk proses pencucian yang ramah
lingkungan agar limbah cair yang dihasilkan mudah terurai oleh lingkungan
c. Standar kuman bagi linen bersih setelah keluar dari proses tidak mengandung
6 x 103spora spesies Bacilusper inci persegi.

VI. Pengendalian Serangga, Tikus Dan Binatang Pengganggu Lainnya


a. Kepadatan jentik Aedes spyang diamati melalui indeks kontainer harus 0
(nol).
b. Tidak ditemukannya lubang tanpa kawat kasa yang memungkinkan nyamuk
masuk ke dalam ruangan, terutama di ruangan
c. perawatan.
d. Semua ruang di rumah sakit harus bebas dari kecoa,terutana pada dapur,
gudang makanan, dan ruangan steril.
e. Tidak ditemukannya tandaq-tanda keberadaan tikus terutana pada daerah
bangunan tertutup (core) rumah sakit.
f. Tidak ditemukannya lalat di dalam bangunan tertutup (core) di rumah sakit.
g. Di lingkungan rumah sakit harus bebas kucing dan anjing.

VII. Melalui Disinfeksi Dan Sterilisasi


a. Suhu pada disinfeksi secara fisik dengan air panasuntuk peralatan sanitasi
80°C dalam waktu 45-60 detik, sedangkan untuk peralatan memasak 80°C
dalam waktu 1 menit.
b. Disinfektan harus memenuhi kriteria tidak merusak peralatan maupun orang,
disinfektan mempunyai efek sebagai deterjen dan efektif dalam waktu yang
relatif singkat, tidak terpengaruh oleh kesadahan air atau keberadaan sabun
dan protein yang mungkin ada.
c. Penggunaan disinfektan harus mengikuti petunjuk pabrik.
d. Pada akhir proses disinfeksi terhadap ruang pelayanan medis (ruang operasi
dan ruang isolasi) tingkatkepadatan kuman pada
e. lantai dan dnding 0-5 CFU/cm2, bebas mikroorganisme patogen dan gas
gangren. Untuk ruang penunjang medis (ruang rawat inap, ruang ICU/ICCU,
kamar bayi, kamar bersalin, ruang perawatan luka bakar, dan laundry) sebesar
5-10 CFU/cm2.
f. Sterilisasi peralatan yang berkaitan dengan perawatan pasien secara fisik
dengan pemanasan pada suhu ± 121°C selama 30 menit atau pda suhu 134°C
selam 13 menit dan harus mengacu pada petunjuk penggunaan alat sterilisasi
yang digunakan.
g. Sterilisasi harus menggunakan disinfektan yang ramah lingkungan.
h. Petugas sterilisasi harus menggunakan alat pelindung diri dan menguasai
prosedur sterilisasi yang aman.
i. Hasil akhir proses sterilisasi untuk ruang operasidan ruang isolasi harus bebas
dari mikroorganisme hidup.

VIII. Melalui Disinfeksi Dan Sterilisasi


Persyaratan sesuai Keputusan Badan pengawas Tenaga Nuklir Nomor 01 Tahun
1999, tentang Ketentuan Keselamatan Kerja terhadap
Radiasi adalah :
1. Nilai Batas Dosis (NBD) bagi pekerja yang terpajanradiasi sebesar 50 mSv
(mili Sievert) dalam 1 (satu) tahun.
2. NBD bagi msyarakat yang terpajan sebesar 5 mSv (mili Sievert) dalam 1
(satu) tahun.

IX. Upaya Promosi Kesehatan Dari Aspek Kesehatan Lingkungan


Setiap rumah sakit harus melaksankan upaya promosi higiene dan sanitasi yang
pelaksanaannya dilakukan oleh tenaga/unit organisasi yang menangani promosi
kesehatan lingkungan rumah sakit.

BAB III
METODE OBSERVASI

A. Lokasi Dan Waktu Pelaksanaan


Kegiatan observasi ini dilakukan di Rumah Sakit Ibu & Anak “ Mama” yang terletak
di Lembing Kampus No 15, Lorok Pakjo, Ilir Barat 1, Kota Palembang. Kegiatan
observasi dilaksanakan pada Hari Senin, tanggal 29 Mei 2023 mulai pukul 08.30 s/d 10.00
WIB.

B. Metode Kegiatan
Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah observasi, dimana dibantu dengan
lembar penilaian pemeriksaan Kesehatan Lingkungan (Inspeksi Sanitasi) Rumah Sakit
sesuai dengan PERMENKES No 7 Tahun 2019, sehingga mempermudah dalam menilai
keadaan sanitasi di Rumah Sakit & Anak “ Mama ”.

C. Instrumen Observasi
Dalam melakukan observasi, kami menggunakan beberapa alat dan bahan antara
lain sebagai berikut :
1. Alat :
a. Bolpoin
b. Kamera digital
c. Meteran
d. Alat pengukur pencahayaan, kebisingan, dan kelembaban
e. Kalkulator
2. Bahan
a. Lembar penilaian Rumah Sakit (PERMENKES No 7 Tahun 2019)

D. Prosedur Penilaian
Langkah-langkah dalam observasi yang kami lakukan di RSIA Mama adalah
sebagai berikut :
1. Menggunakan instrumen penilaian atau lembar observasi dengan mengacu pada
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2019 tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
2. Melakukan observasi secara bersama-sama seluruh anggota tim, sehingga penilaian
terhadap suatu titik pantau didasarkan atas persepsi yang sama seluruh anggota tim.
3. Pengambilan foto dibeberapa titik pantau.
4. Menghitung & mengisi komponen yang dinilai dari variabel upaya pada lembar
penilaian inspeksi Rumah Sakit.
Rumus :
Skor = Bobot x Nilai

5. Menarik kesimpulan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Profil Rumah Sakit


Nama Rumah Sakit : Rumah Sakit Ibu dan Anak Mama Palembang
Alamat : Jalan Lembing Kampus No 15 Lorok Pakjo, Ilir Barat 1, Kota
Kota Palembang

B. Visi RSIA Mama


Menjadikan RSIA Mama sebagai Rumah Sakit Ibu dan Anak yang terkemuka,
profesional, selalu mengembangkan sumber daya yang dimiliki, menerapkan nilai-nilai
kejujuran, keterbukaan yang berorientasi pada kepuasan konsumen.

C. Misi RSIA Mama


1. Melakukan upaya secara berlanjut untuk meningkatkan mutu pelayanan bersahabat
kepada pelanggan.
2. Melakukan pelatihan dan pendidikan kepada para karyawan agar mampu memberikan
pelayanan yang profesional.
3. Melakukan pengelolaan Rumah Sakit, agar tercapai efisiensi dan efektifitas yang tinggi.
4. Menyediakan fasilitas pelayanan terdepan.
5. Mengutamakan kemudahan dan kepuasan konsumen.

D. Manajemen dan Tenaga Medis


1. Ketenagaan Manajemen Rumah Sakit
1. Direktur Umum : H. Ir. Sandjaja
2. Direktur Pelayanan Medis : dr. Erwin Ginting, Sp.OG
3. Kepala Bagian Umum : Hj. Rahmi Jamilah
4. Kepala Bagian Keuangan : Hj. Faridah, SE
5. Tenaga Adm. Keuangan & Logistik : 6 orang
6. Front Office : 5 orang
7. Security : 2 orang
8. Cleaning Service : 4 orang
9. Repair & Maintenance : 2 orang
10. Dapur : 3 orang
2. Ketenagaan Medis
1. Dokter Spesialis Kandungan dan Kebidanan : 2 orang
2. Dokter Spesialis Anak : 2 orang
3. Dokter Anestesi : 1 orang
4. Dokter Umum : 2 orang
5. Perawat : 7 orang
6. Bidan : 5 orang
7. Perekam Medis : 1 orang
8. Fisioterapi Anak : 1 orang
9. Apoteker : 1 orang
10. Asisten Apoteker : 3 orang
11. Staf Pelayanan Medis : 1 orang

E. Bangunan Rumah Sakit


Pembangunan fisik gedung RSIA Mama dimulai dari tahun 2003 yang dilakukan
secara bertahap. Berikut adalah informasi tentang fisik bangunan rumah sakit :

- Luas tanah : 1.148.00 M²


- Luas bangunan Lt 1 : 701.00 M²
- Luas Bangunan Lt 2 : 727.00 M2
- Luas Bangunan Lt. 3 : 727.00 M2
- Jumlah lantai : 3 Lantai
- Lokasi : Lembing Kampus No 15 Lorok Pakjo Ilir Barat 1 Kota
Palembang

RSIA Mama terdiri dari tiga lantai yang digunakan untuk masing – masing
pelayanan, antara lain :

a. Lantai Dasar
Lantai dasar rumah sakit digunakan untuk pelayanan administrasi rumah sakit
(Front Office), poliklinik kandungan dan kebidanan, poliklinik anak, poliklinik
fisioterapi, pelayanan unit gawat darurat, pelayanan kamar bersalin, dan pelayanan
kamar operasi. Selain itu juga pada lantai dasar terdapat pelayanan penunjang medis
seperti ruang menyusui, instalasi farmasi, instalasi rekam medis dan penunjang
lainnya seperti musholla, kafetaria, dan kamar kecil.

b. Lantai Dua
Lantai dua rumah sakit digunakan untuk pelayanan ruang perawatan. Jumlah
tempat tidur yang disediakan adalah 28 tempat tidur yang terbagi dalam beberapa
ruang kelas perawatan yang terdiri dari :

Jumlah
Ruangan Perawatan Jumlah Kamar
Tempat Tidur
Ruang VIP (Tulip/Adelia) 4 kamar/1 bed 4 buah/ bed
Ruang Kelas I (Lily) 6 kamar/ 1 bed 6 buah/ bed
Ruang Kelas II (Asparaga) 3 kamar/ 2 bed 6 buah/ bed
Ruang Kelas III Anak (Sakura) 1 kamar/ 5 bed 5 buah/ bed
Ruang Kelas III Dewasa
1 kamar/ 6 bed 6 buah/ bed
(Sedap Malam)
c. Lantai Tiga
Lantai tiga rumah sakit dipergunakan untuk pelayanan administrasi perkantoran
rumah sakit yang terdiri dari ruang direktur, ruang rapat, keuangan, administrasi
umum, dan logistik. Selain itu juga terdapat ruangan penunjang pelayanan tumbuh
kembang anak.

F. Hasil Penilaian dan Pembahasan Variabel Upaya Rumah Sakit

FORMULIR
INSPEKSI KESEHATAN LINGKUNGAN (IKL) RUMAH
SAKIT

1. Nama Rumah Sakit : RSIA Mama Palembang


2. Alamat Rumah Sakit : Jalan Lembing Kampus No 15 Lorok
Pakjo Ilir Barat 1 Kota Palembang
3. Kelas Rumah Sakit : - A/B/C (RS Pemerintah,
BUMN/BUMD) *)
- Swasta/TNI/Polri) *)
4. Jumlah Tempat Tidur : (Unit)
5. Tanggal Pemeriksaan : 29 Mei 2023

Variabel Standar dan


No Bobot Komponen yang dinilai Nilai Skor
Persyaratan Kesling
1 2 3 4 5 6
I KESEHATAN AIR RUMAH 14
SAKIT
1. Kuantitas air minum a. Memenuhi 5 400
100
Liter/TT/Hari
b. Kurang dari 5
50
4 Liter/TT/Hari
c. Tidak memenuhi persyaratan
kuantitas 0
air minum
2. Kuantitas air keperluan a. Memenuhi 400
higiene dan sanitasi - RS kelas A dan B di ruang
100
rawat inap 400
– 450 liter/TT/hari
- RS kelas C dan D di ruang
4
rawat inap 200
– 300 liter/TT/hari
b. Di unit rawat jalan 400
semua kelas rumah sakit 5 100
L/orang/hari
Variabel Standar dan
No Bobot Komponen yang dinilai Nilai Skor
Persyaratan Kesling
c. Tidak memenuhi
persyaratan kuantitas
25
air keperluan higiene
dan sanitasi
3. Kualitas air minum a. memenuhi 300
persyaratan fisik,
100
mikrobiologi, kimia,
radioaktivitas
b. Sebagian memenuhi
3
persyaratan fisik,
50
mikrobiologi, kimia,
radioaktivitas
c. Tidak memenuhi
0
persyaratan kualitas
4. Kualitas air untuk a. memenuhi
keperluan higiene dan persyaratan fisik,
100
sanitasi mikrobiologi, kimia,
radioaktivitas
b. Sebagian memenuhi 150
3
persyaratan fisik,
50
mikrobiologi, kimia,
radioaktivitas
c. Tidak memenuhi
0
persyaratan kualitas
II KESEHATAN UDARA RUMAH
10
SAKIT
1. Memenuhi Standar Baku a. Ruang operasi
50
Mutu Mikrobiologi Udara, kosong, 35 CFU/m3
2
angka disesuaikan dengan b. Ruang operasi ada
50
jenis ruangan aktifitas, 180 CFU/m3
2. Memenuhi standar baku a. Semua ruangan
mutu fisik untuk memenuhi 100
kelembaban udara kelembaban (40-60 %)
2
b. Sebagian ruangan 100
memenuhi 50
kelembaban (40-60%)
3. Memenuhi standar baku 20
mutu untuk a. Ruang pasien
pencahayaan, angka - Saat tidak tidur
10
disesuaikan dengan jenis (250 lux)
ruangan 2 - Saat tidur (50 lux)

b. Rawat Jalan (200 lux) 10 20


c. Unit Gawat Darurat 20
10
(300 lux)
Variabel Standar dan
No Bobot Komponen yang dinilai Nilai Skor
Persyaratan Kesling
d. Operasi Umum (300- 20
10
500 lux)
e. Meja Operasi 20
10
(10.000-20.000 lux)
f. Anastesi pemulihan 20
10
(300-500 lux)
g. Endoscopy, lab (75- 20
10
100 lux)
h. Sinar X (minimal 60 20
10
lux)
i. Koridor (minimal 100 10
5
lux)
j. Tangga (minimal 100 20
5
lux)
20
k. Administrasi/Kantor
10
(minimal 100 lux)
4. Memenuhi standar baku a. Ruang pasien 30
mutu untuk kebisingan, - Saat tidak tidur (45
15
angka disesuaikan dengan dBA)
jenis ruangan - Saat tidur (40 dBA)
b. Operasi Umum (45 20
10
dBA)
c. Ruang Umum (45 10
5
dBA)
d. Anastesi 10
5
pemulihan(50 dBA)
e. Endoscopy, lab (65 10
5
dBA)
f. Sinar X (40 dBA) 5 10
2 g. Koridor (45 dBA) 5 10
h. Tangga (65 dBA) 5 10
i. Kantor/lobby (65 10
5
dBA)
j. Ruang alat /gudang 10
5
(65 dBA)
k. Farmasi (65 dBA) 5 10
l. Ruang cuci (80 dBA) 5 10
m. Ruang isolasi (20 20
10
dBA)
n. Ruang poligigi (65 10
5
dBA)
o. Ruang ICU (65 dBA) 5 10
p. Ambulans (40 dBA) 5 10
5. Memenuhi persyaratan 2 a. Karbon monoksida 10 20
Variabel Standar dan
No Bobot Komponen yang dinilai Nilai Skor
Persyaratan Kesling
kualitas kimia udara ruang maks. 10.000µg/m3
b. Karbodioksida maks. 20
10
1 ppm
c. Timbal maks. 0,5 20
10
µg/m3
d. Nitrogen dioksida 20
10
maks. 200 µg/m3
e. Sulfur dioksida 20
10
maks. 125 µg/m3
f. Formaldehida maks 20
10
100 µg/m3
g. Total senyawa 20
organik yang mudah
10
menguap (T.VOC)
maks. 3
h. Tidak berbau (bebas 30
15
H2S dan amoniak)
i. Kadar debu (diameter 30
<10 mikron atau
tidak melebihi 150
15
µg/m3 dan tidak
mengandung debu
asbes)
III. KESEHATAN PANGAN SIAP
10
SAJI RUMAH SAKIT
1. Memenuhi standar baku a. Rumah sakit
mutu pangan siap saji memiliki sertifikat 100
5 jasa boga golongan B
b. Rumah sakit tidak 0
0
memiliki sertifikat.
2. Hasil IKL memenuhi syarat 5 a. Ya 100
jasaboga golongan B b. Tidak 0 0
IV. KESEHATAN SARANA DAN
10
BANGUNAN
1. Toilet pengunjung a. perbandingan 1 toilet 200
untuk pengunjung
wanita 1:20 dan 1:30 100
untuk pengunjung
2 pria
b. perbandingan toilet
pengunjung pria dan
50
wanita tidak sesuai
dengan jumlahnya.
2. Toilet disabilitas Tersedia toilet untuk
2
orang yang
Variabel Standar dan
No Bobot Komponen yang dinilai Nilai Skor
Persyaratan Kesling
keterbatasan fisik
(disabilitas) di ruang
rawat jalan, penunjang
medik dan IGD
a. Ya 100 200
b. Tidak 0
3. Lantai rumah sakit a. lantai terbuat dari 50
bahan yang kuat,
kedap air, permukaan
25
rata, tidak licin, warna
terang, dan mudah
dibersihkan.
b. lantai yang selalu 50
kontak dengan air
harus mempunyai
kemiringan yang 25
cukup ke arah
saluran pembuangan
air limbah.
2
c. Pertemuan lantai 0
dengan dinding harus
berbentuk Konus atau 25
lengkung agar mudah
dibersihkan.
d. Permukaan dinding 50
harus kuat rata,
berwarna terang dan
menggunakan cat
25
yang tidak luntur serta
tidak menggunakan
cat yang mengandung
logam berat.
4. Pintu rumah sakit a. Pintu utama dan 50
pintu-pintu yang
dilalui brankar/tempat
tidur pasien memiliki
lebar bukaan minimal
120 cm, dan pintu- 20
pintu yang tidak
2 menjadi akses tempat
tidur pasien memiliki
lebar bukaan minimal
90 cm.
b. Di daerah sekitar 40
pintu masuk tidak 20
boleh ada perbedaan
Variabel Standar dan
No Bobot Komponen yang dinilai Nilai Skor
Persyaratan Kesling
ketinggian lantai.
c. Pintu untuk kamar 0
mandi di ruangan
perawatan pasien dan
pintu toilet untuk 15
aksesibel, harus
terbuka ke luar, dan
lebar
d. Pintu-pintu yang 30
menjadi akses tempat
tidur pasien harus 15
dilapisi bahan anti
benturan.
e. Ruang perawatan 0
pasien harus memiliki
bukaan jendela yang
dapat terbuka secara 15
maksimal untuk
kepentingan
pertukaran udara.
f. Pada bangunan rumah 0
sakit bertingkat, lebar
bukaan jendela harus
aman dari
15
kemungkinan pasien
dapat
melarikan/meloloskan
diri.
5. Atap rumah sakit a. kuat, tidak bocor,
tahan lama dan tidak
menjadi tempat
100
perindukan serangga,
1
tikus, dan binatang
pengganggu lainnya.
b. Memenuhi sebagian 50
50
persyaratan di atas
6. Langit-langit rumah sakit a. Langit-langit kuat, 20
berwarna terang, dan
mudah dibersihkan,
tidak mengandung
20
1 unsur yang dapat
membahayakan
pasien, tidak
berjamur.
b. Tinggi langit-langit di 20 20
Variabel Standar dan
No Bobot Komponen yang dinilai Nilai Skor
Persyaratan Kesling
ruangan minimal 2,80
m, dan tinggi di
selasar (koridor)
minimal 2,40 m.
c. Tinggi langit-langit di 20
ruangan operasi 20
minimal 3,00 m.
d. Pada ruang operasi 20
dan ruang perawatan
intensif, bahan langit-
20
langit harus memiliki
tingkat ketahanan api
(TKA) minimal 2 jam.
e. Pada tempat-tempat 20
yang membutuhkan
tingkat kebersihan
ruangan tertentu,
20
maka lampu-lampu
penerangan ruangan
dipasang dibenamkan
pada plafon (recessed).
V. PENGENDALIAN VEKTOR
DAN BINATANG PEMBAWA 10
PENYAKIT
1. Angka kepadatan vektor a. Nyamuk Anopheles 50
sp. MBR (Man biting 10
rate) <0,025
b. Larva Anopheles 50
10
sp. indeks habitat <1
c. Nyamuk Aedes 50
aegypti dan/atau
Aedes albopictus 10
Angka Istirahat
(Resting rate) <0,025
5 d. Larva Aedes 50
aegypti dan /atau ABJ
(Angka 10
Bebas Jentik)
≥95
e. Nyamuk Culex sp. 50
MHD (Man Hour 10
Density) <1
f. Larva Culex sp. indeks 50
10
habitat <5
g. Mansonia sp., MHD 10 50
Variabel Standar dan
No Bobot Komponen yang dinilai Nilai Skor
Persyaratan Kesling
(Man Hour Density) <5
h. Pinjal, Indeks Pinjal 50
10
Khusus <1
i. Lalat, Indeks Populasi 50
10
Lalat <2
j. Kecoa, Indeks Populasi 50
10
Kecoa <2
2. Angka kepadatan untuk a. Tikus Success trapnya 500
100
binatang pembawa <1
5
penyakit b. Tikus Success trapnya
0
>1
VI. PENGAMANAN LIMBAH 16
1. Limbah padat domestik a. Melakukan 200
penanganan limbah 40
dengan 3R
b. Memiliki TPS limbah 150
5 30
domestik
c. Pengangkutan di TPS 150
dilakukan tidak boleh 30
lebih dari 2x24 jam
2. Limbah padat B3 5
a. Melakukan pemilahan 100
limbah medis dan non a. Ya 20
medis b. Tidak 0
b. Memenuhi ketentuan a. Ya 20 100
lamanya penyimpanan
b. Tidak 0
limbah medis B3
c. Memiliki TPS B3 yang a. Ya 20 100
berizin b. Tidak 0
d. Memiliki pengolahan a. Ya 40 200
limbah B3 sendiri
(incenerator atau
autoclaf dll) yang b. Tidak 0
berizin dan atau pihak
ke tiga
yang berizin
3. Limbah cair 4
a. Memiliki IPAL dengan 200
a. Ya 50
izin

b. Tidak 0

b. hasil pengolahan limbah 200


a. Ya 50
Variabel Standar dan
No Bobot Komponen yang dinilai Nilai Skor
Persyaratan Kesling
cair memenuhi baku
b. Tidak 0
mutu
4. Limbah Gas a. Memenuhi penaatan
dalam frekuensi
pengambilan contoh
20 40
pemeriksaan emisi gas
buang dan udara
ambien luar
b. Kualitas emisi gas
buang dan partikulat
dari cerobong
memenuhi standar
kualitas udara sesuai
dengan ketentuan 20 40
peraturan perundang-
undangan tentang
standar kualitas gas
emisi sumber tidak
bergerak
c. Memenuhi penaatan
2
pelaporan hasil uji
atau pengukuran
laboratorium limbah
20
gas kepada instansi
pemerintah sesuai 40
ketentuan, minimal
setiap 1 kali setahun
d. Setiap sumber emisi
gas berbentuk
cerobong tinggi seperti
generator set, boiler 20
dilengkapi dengan
fasilitas penunjang uji
emisi.
e. cerobong gas buang di 40
rumah sakit
20
dilengkapi dengan alat
kelengkapan cerobong.
VII PENGAMANAN RADIASI 10
Pengamanan radiasi a. Rumah sakit 400
mempunyai izin
penggunaan alat dari
40
Badan Pengawas
Tenaga Nuklir
(BAPETEN)
Variabel Standar dan
No Bobot Komponen yang dinilai Nilai Skor
Persyaratan Kesling
b. Mempunyai peralatan 300
30
proteksi radiasi
c. Melakukan 300
pemantauan pekerja
30
radiasi menggunakan
alat proteksi diri
VII PENYELENGGARAAN LINEN 10
I 1. Penyelenggaraan linen a. Terdapat keran air 140
internal (dalam rumah keperluan higiene dan
sakit), memenuhi sanitasi dengan
penyelenggaraan linen tekanan cukup dan
kualitas air yang
memenuhi 20
persyaratan baku
mutu, juga tersedia air
panas dengan tekanan
dan suhu yang
memadai.
b. Dilakukan pemilahan 140
7
antara linen infeksius 20
dan non infeksius
c. Dilakukan pencucian 140
secara terpisah
20
antara linen infeksius
dan noninfeksius.
d. Tersedia ruang 140
pemisah antara linen 20
bersih dan linen kotor
e. Memenuhi 140
persyaratan perlakuan 20
terhadap linen, yaitu
2. Penyelenggaraan linen a. Adanya MoU dengan 150
50
eksternal (di luar rumah Pihak Ke tiga
sakit) b. Dilakukan 150
3 50
pengawasan rutin
c. Tidak dilakukan
0
pengawasan rutin
IX MANAJEMEN KESEHATAN
10
LINGKUNGAN RUMAH SAKIT
1. Manejemen Kesehatan a. Ada unit/instalasi 100
25
Lingkungan Rumah Sakit Sanitasi Rumah Sakit
b. memiliki dokumen 160
4
administrasi
15
kesehatan lingkungan
rumah sakit yang
Variabel Standar dan
No Bobot Komponen yang dinilai Nilai Skor
Persyaratan Kesling
meliputi
panduan/pedoman
(seperti SK,SOP)
c. memiliki dokumen 80
lingkungan hidup
yang telah disahkan
oleh instansi
20
Pemerintah atau
sesuai dengan
ketentuan peraturan
perundang-undangan
d. Memiliki rencana kerja 80
20
bidang kesling
e. Melaksanakan 40
monitoring dan
evaluasi kegiatan 10
kesehatan lingkungan
rumah sakit
f. Membuat laporan 40
rutin ke
direksi/pimpinan
10
rumah sakit dan
instansi yang
berwenang
2. Peralatan kesling a. memiliki semua
peralatan pemantauan
kualitas lingkungan
minimal(thermometer
air, hygrometer,sound
level meter, lux meter,
Alat ukur swapantau
air bersih yakni khlor
meter, pH meter
danAlat ukur
300
3 swapantau air limbah, 100
yakni pH meter, dan
khlor meter, Alat ukur
kepadatan vektor
pembawa penyakit,
yakni alat perangkap
lalat (fly trap), alat
ukur kepadatan lalat
(fly grill)
Variabel Standar dan
No Bobot Komponen yang dinilai Nilai Skor
Persyaratan Kesling
b. memiliki sebagian
peralatan pemantauan
kualitas lingkungan 50
minimal

c. tidak memiliki
peralatan pemantauan
kualitas lingkungan 0
minimal

3. Tenaga kesehatan a. Penanggung jawab


lingkungan rumah sakit kesehatan lingkungan
rumah sakit kelas A
dan B (rumah sakit
pemerintah dan
swasta) adalah
memiliki pendidikan
bidang kesehatan 100
lingkungan/sanitasi/
teknik lingkungan/
teknik penyehatan
minimal berijazah
sarjana (S1) atau
Diploma IV.

b. Penanggung jawab
kesehatan lingkungan
3 rumah sakit kelas C
dan D (rumah sakit
pemerintah dan
swasta) adalah
memiliki pendidikan
bidang kesehatan
lingkungan/sanitasi/
teknik lingkungan/
100
teknik penyehatan
minimal berijazah
berijazah diploma
(D3).

300
Variabel Standar dan
No Bobot Komponen yang dinilai Nilai Skor
Persyaratan Kesling
c. Penanggung jawab
kesehatan lingkungan
rumah sakit tidak
25
sesuai dengan kriteria
di atas

TOTAL SCORE 100 8.840

Pembahasan

Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit


Berdasarkan observasi yang telah dilakukan terkait dengan upaya kesehatan
lingkungan yang ada di rumah sakit serta berdasarkan pada pedoman penilaian
pemeriksaan (Permenkes No 7 Tahun 2019) maka dapat dilihat bahwa upaya
kesehatan dari RSIA Mama ini sudah baik hal ini terbukti berdasarkan hasil penilaian
observasi yang telah dilakukan. Permasalahan yang terdapat dari hasil observasi yang
dilakukan di Rumah Sakit Ibu dan Anak “Mama” antara lain sebagai berikut :

1. Lantai
karena kami melihat hanya beberapa saja yang lantainya berbentuk konus

2. Atap rumah sakit


Atap bocor, kami menandakan atap bocor karena terlihat adanya rembesan
air pada langit-langit rumah sakit

3. Kualitas air untuk keperluan higiene & sanitasi


Pada saat inspeksi ke rumah sakit ini, kualitas fisik memenuhi syarat.
Namun untuk kualitas mikrobiologi dan kimia memang ada dilakukan pemeriksaan
namun hasilnya belum keluar.

4. Pencahayaan di ruang pasien


Setelah dilakukan pengukuran pencahayaan di ruang pasien saat tidak tidur
tidak memenuhi persyaratan karena pencahayaan saat tidak tidur setelah diukur hanya
sebesar 200 lux

5. Sebagian ruangan memenuhi kelembaban


Ada beberapa ruangan yang tidak memenuhi kelembaban yaitu ruang
labolatorium dan ruang radiologi.

6. Pintu untuk kamar mandi pasien


Pintu Kamar mandi pasien tidak terbuka keluar, namun terbuka ke dalam.
7. Jendela tempat ruang perawatan pasien
Ada sebagian ruangan tidak terbuka secara maksimal bahkan tidak bisa
dibuka sama sekali karna ada kerusakan.

8. Lebar bukaan jendela kamar rawat pasien


Lebar bukaan jendela Tidak aman dari kemungkinan pasien melarikan diri,
karna jendela bisa terbuka dengan lebar sekali yang memungkinkan pasien bisa
melarikan diri.

9. Kesehatan pangan siap saji


Karena rumah sakit ini menggunakan pihak ketiga sehingga kami tidak
melihat langsung, Dan hanya staf bagian ini saja yang hanya diperbolehkan masuk
untuk kepentingan pangan rumah sakit.

39
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan kegiatan observasi dan wawancara yang telah dilakukan bersama
petugas yang bertanggung jawab terhadap sanitasi yang ada pada RSIA Mama ini,
maka dapat disimpulkan bahwa RSIA Mama ini dalam keadaan baik dan memenuhi
persyaratan sanitasi rumah sakit. Meskipun tidak pada keseluruhan item penilaian
mendapatkan nilai perhitungan sempurna seperti pada item Lantai, atap, persyaratan air,
pencahayaan, Kelembapan, pintu kamar mandi, jendela rawat inap, dan kesehatan
pangan saji. secara keseluruhan item yang menjadi penilaian sanitasi yang telah
dilakukan di RSIA Mama ini sudah memenuhi syarat rumah sakit sesuai dengan
PERMENKES No 7 Tahun 2019 tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah
sakit.

B. Saran
diadakannya kegiatan observasi dan pelaporan, maka didapatkan beberapa saran
yang diaharapkan dapat membantu meningkatkan sanitasi RSIA Mama ini, diantaranya
yaitu : Pedoman penilaian yang digunakan merupakan pedoman penilaian rumah sakit
secara umum, sehingga ruangan – ruangan yang secara spesifik hanya ada pada rumah
sakit bersalin tidak spesifik dalam penilaiannya misalnya ruang bersalin, ruang menyusui
dan lainnya. Sehingga perlu adanya pengembangan pedoman penilaian sanitasi rumah
sakit khusus bagi rumah sakit ibu dan anak.

40
DAFTAR PUSTAKA

Adisasmito, W. 2007. Sistem Kesehatan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Azwar, Azrul. 1996. Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Sinar Harapan.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2019 Tentang Persyaratan

Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.

41

Anda mungkin juga menyukai