Anda di halaman 1dari 35

PEDOMAN INTERNAL

PELAYANAN LABORATORIUM

PUSKESMAS SAJAD
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Segala Puji dan Syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat-
Nya, sehingga Pedoman Pelayanan Laboratorium Puskesmas Sajad dapat terselesaikan tepat waktu.
Dalam penyelesaian pedoman ini, penulis mendapatkan bantuan dan dukungan serta bimbingan dari
berbagai pihak baik itu dari segi moril maupun materiil. Oleh karena itu, perkenankan penulis
mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang terlibat dalam pembuatan pedoman ini.
Pedoman ini merupakan panduan kerja bagi semua pihak yang terkait dengan Pelayanan di
Laboratorium Puskesmas Sajad. Penulisan pedoman ini tidak terlepas dari kekurangan dan
kekeliruan. Oleh karena itu, diharapkan kritik dan saran sebagai masukan demi perbaikan pedoman.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................3
A. Latar Belakang...........................................................................................................3
B. Tujuan Pedoman.........................................................................................................4
C. Sasaran Pedoman........................................................................................................4
D. Ruang Lingkup Pedoman...........................................................................................4
E. Batasan Operasional...................................................................................................4
BAB II STANDAR KETENAGAAN............................................................................................6
A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia.............................................................................6
B. Distribusi Ketenagaan................................................................................................7
C. Jadwal Kegiatan.........................................................................................................7
BAB III STANDAR FASILITAS...................................................................................................8
A. Denah Ruang..............................................................................................................8
B. Standar Fasilitas.........................................................................................................2
BAB IV TATALAKSANA PELAYANAN....................................................................................5
A. Lingkup Kegiatan.......................................................................................................5
B. Metode........................................................................................................................6
C. Langkah Kegiatan.......................................................................................................6
BAB V LOGISTIK.......................................................................................................................15
BAB VI KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN/PROGRAM.............................................16
BAB VII KESELAMATAN KERJA..............................................................................................18
BAB VIII PENGENDALIAN MUTU.............................................................................................22
BAB IX PENUTUP.......................................................................................................................26

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan disebutkan bahwa tujuan
pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat
bagi setiap orang agar terwujud kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi
bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomi dalam
mencapai derajat kesehatan yang optimal.
Puskesmas merupakan ujung tombak terdepan dalam pembangunan kesehatan dan
mempunyai peran besar dalam upaya mencapai tujuan pembangunan kesehatan. Upaya kesehatan
yang diselenggarakan di puskesmas terdiri dari pelayanan kesehatan perseorangan primer dan
pelayanan kesehatan masyarakat primer. Upaya kesehatan tersebut dikelompokkan menjadi upaya
kesehatan wajib dan upaya kesehatan pilihan. Oleh karena itu, upaya pelayanan laboratorium
puskesmas merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari pelaksanaan upaya kesehatan di
puskesmas, maka puskesmas wajib menyelenggarakan laboratorium di puskesmas. Adapun
rincian kegiatan untuk masing-masing upaya ditetapkan berdasarkan kondisi dan permasalahan
kesehatan masyarakat setempat dengan tetap berprinsip pada pelayanan secara holistik,
komprehensif, dan terpadu dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya.
Saat ini, puskesmas sudah merata di seluruh Indonesia dan setiap kecamatan telah
memiliki minimal satu puskesmas. Puskesmas memberikan kontribusi yang sangat berarti untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, namun demikian belum diikuti dengan peningkatan
mutu pelayanan dan keterjangkauan oleh seluruh masyarakat. Dengan semakin
berkembangnya teknologi kesehatan, meningkatnya tuntutan
masyarakat akan pelayanan kesehatan yang berkualitas, adanya transisi epidemiologi penyakit,
perubahan struktur demografi, otonomi daerah, serta masuknya pasar bebas, maka puskesmas
diharapkan mengembangkan dan meningkatkan mutu layanannya. Untuk meningkatkan mutu
pelayanan yang optimal, maka diperlukan kegiatan yang dapat menentukan diagnosa penyakit
secara pasti, yaitu pelayanan laboratorium yang bermutu. Laboratorium puskesmas melaksanakan
pengukuran, penetapan, dan pengujian terhadap bahan yang berasal dari manusia untuk
penentuan jenis penyakit, penyebaran penyakit, kondisi kesehatan, atau faktor yang dapat
berpengaruh pada kesehatan
perorangan dan masyarakat di wilayah kerja puskesmas.

3
B. Tujuan Pedoman
1. Tujuan Umum
Laboratorium puskesmas diselenggarakan berdasarkan kondisi dan permasalahan
kesehatan masyarakat setempat dengan tetap berprinsip pada pelayanan secara holistik,
komprehensif, dan terpadu dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya.
2. Tujuan Khusus
a) Menjadi acuan petugas dalam penyelenggaraan Laboratorium di Puskesmas Sajad.
b) Menjadi standar monitoring dan evaluasi pelayanan Laboratorium di Puskesmas Sajad.

C. Sasaran Pedoman
Sasaran pedoman untuk meningkatnya tuntutan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang
berkualitas, maka puskesmas diharapkan mengembangkan dan meningkatkan mutu layanannya.
Untuk meningkatkan mutu pelayanan yang optimal, maka diperlukan kegiatan yang dapat
menentukan diagnosa penyakit secara pasti, yaitu pelayanan laboratorium yang bermutu.

D. Ruang Lingkup Pedoman


Ruang lingkup pedoman ini meliputi sarana, prasarana, jenis-jenis pemeriksaan, standar
hasil pemeriksaan, keselamatan, dan mutu laboratorium.

E. Batasan Operasional
1. Pusat Kesehatan Masyarakat yang disebut Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan
kesehatan di wilayah kerja tertentu.
2. Laboratorium puskesmas adalah sarana pelayanan kesehatan di puskesmas yang melaksanakan
pengukuran, penetapan, dan pengujian terhadap bahan yang berasal dari manusia untuk
penentuan jenis penyakit, penyebaran penyakit, kondisi kesehatan, atau faktor yang dapat
berpengaruh pada kesehatan perorangan dan masyarakat.
3. Sarana laboratorium adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan fisik bangunan/ruangan
laboratorium itu sendiri. Dalam lingkup ini adalah ruangan laboratorium puskesmas.
4. Prasarana laboratorium merupakan jaringan/instalasi yang membuat suatu sarana yang ada
bisa berfungsi sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

4
5. Keselamatan kerja adalah upaya untuk mencegah dan mengurangi kecelakaan, kebakaran,
bahaya peledakan, penyakit akibat kerja, pencemaran lingkungan yang pada umumnya
menimbulkan kerugian nyawa, waktu, dan harta benda bagi pekerja dan masyarakat yang
berada di lingkungannya.
6. Pemantapan mutu (quality assurance) laboratorium adalah keseluruhan proses atau semua
tindakan yang dilakukan untuk menjamin ketelitian dan ketepatan hasil pemeriksaan.

F. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik
Indonesia tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5063).
2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 37 tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Laboratorium
Pusat Kesehatan Masyarakat.
3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 tahun 2013 tentang Cara Penyelenggaraan
Laboratorium Klinik yang Baik.
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat.
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 42 tahun 2016 tentang Perubahan Atas Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 46 tahun 2015 tentang Akreditasi Puskesmas, Klinik Pratama,
Tempat Praktik Mandiri Dokter, dan Tempat Praktik Mandiri Dokter Gigi.

5
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Untuk dapat melaksanakan fungsinya dan menyelenggarakan upaya wajib puskesmas
dibutuhkan sumber daya manusia yang mencukupi baik jumlah maupun mutunya.
Jenis, kualifikasi, dan jumlah tenaga laboratorium Puskesmas Sajad adalah sebagai berikut:
No. JENIS TENAGA KUALIFIKASI JUMLAH
1. Penanggung Jawab Dokter 1
2. Tenaga Teknis Analis Kesehatan (DIII) 1
3. Tenaga Non Teknis Minimal SMU/ sederajat 0
Ketentuan lainnya:
1. Penambahan tenaga pelaksana tergantung dari beban kerja laboratorium.
2. Penanggung jawab laboratorium puskesmas adalah dokter puskesmas/kepala puskesmas.
3. Tenaga teknis dianjurkan jangan merangkap tugas lain.
4. Setiap petugas laboratorium harus mempunyai uraian tugas yang tertulis dan diketahui oleh
kepala puskesmas.
Uraian tugas:
1. Penanggung Jawab Laboratorium Puskesmas
a) Menyusun rencana kerja dan kebijakan teknis laboratorium.
b) Bertanggungjawab terhadap mutu laboratorium, validasi hasil pemeriksaan
laboratorium, dan mengatasi masalah yang timbul dalam pelayanan laboratorium.
c) Melaksanakan pengawasan, pengendalian, dan evaluasi kegiatan laboratorium.
d) Merencanakan dan mengawasi kegiatan pemantapan mutu.
2. Tenaga Teknis
a) Melaksanakan kegiatan teknis operasional laboratorium sesuai kompetensi dan
kewenangan berdasarkan pedoman pelayanan dan standar prosedur operasional.
b) Melaksanakan kegiatan mutu laboratorium.
c) Melaksanakan kegiatan pencatatan dan pelaporan.
d) Melaksanakan kegiatan kesehatan dan keselamatan kerja laboratorium.
e) Melakukan konsultasi dengan penanggung jawab laboratorium atau tenaga kesehatan
lain.
f) Menyiapkan bahan rujukan spesimen.
3. Tenaga Non Teknis

6
a) Membantu tenaga teknis dalam menyiapkan alat dan bahan.
b) Membantu tenaga teknis dalam menyiapkan pasien.
c) Membantu administrasi.

B. Distribusi Ketenagaan
1. Analis 1 orang : Bertanggungjawab atas rencana kerja dan kebijakan teknis laboratorium,
bertanggungjawab terhadap mutu laboratorium, validasi hasil
pemeriksaan laboratorium, mengatasi masalah yang timbul dalam
pelayanan laboratorium, melaksanakan pengawasan, pengendalian
dan evaluasi kegiatan laboratorium, merencanakan dan mengawasi
kegiatan pemantapan mutu.
2. Dokter 1 orang : bertanggungjawab atas interpretasi hasil.

C. Jadwal Kegiatan
NO HARI UNIT
1. Senin Sampling, Kimia, Serologi, Hematologi, Malaria, Urinalisa, Mikrobiologi
2. Selasa Sampling, Kimia, Serologi, Hematologi, Malaria, Urinalisa, Mikrobiologi
3. Rabu Sampling, Kimia, Serologi, Hematologi, Malaria, Urinalisa, Mikrobiologi
4. Kamis Sampling, Kimia, Serologi, Hematologi, Malaria, Urinalisa, Mikrobiologi
5. Jumat Sampling, Kimia, Serologi, Hematologi, Malaria, Urinalisa, Mikrobiologi
6. Sabtu Sampling, Kimia, Serologi, Hematologi, Malaria, Urinalisa, Mikrobiologi

7
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang
1. Persyaratan Ruangan Laboratorium Puskesmas
Kondisi
No. Standar MS TMS Rekomendasi
Puskesmas
2
1. Ukuran ruang minimal 3x4 m , kebutuhan luas ruang
disesuaikan dengan jenis pemeriksaan yang 3x3 m2 √
diselenggarakan oleh puskesmas
2. Langit-langit berwarna terang dan mudah

dibersihkan
3. Dinding berwarna terang, harus keras, tidak berpori,
kedap air, dan mudah dibersihkan serta tahan terhadap √
bahan kimia (keramik)
4. Lantai harus terbuat dari bahan yang tidak licin,
tidak berpori, warna terang, dan mudah dibersihkan serta √
tahan terhadap bahan kimia (epoxi, vinyl)
5. Pintu disarankan memiliki lebar bukaan minimal 100
cm yang terdiri dari 2 (dua) daun pintu dengan ukuran 80 √
cm dan 20 cm.
6. Disarankan disediakan akses langsung
(lubang/celah) bagi pasien untuk memberikan √
sampel dahak
7. Kamar kecil/wc pasien laboratorium dapat

bergabung dengan wc pasien puskesmas

2. Model Denah Laboratorium Puskesmas Ukuran 3x4 m2

8
3. Model Denah Laboratorium Puskesmas Ukuran 4x4 m2

4. Model Denah Laboratorium Puskesmas Sajad

Kursi Pasien

Pintu

Meja Alat

Meja kerja

Jendela Kursi Petugas

Wastafel Lemari

1
B. Standar Fasilitas
1. Prasarana
Prasarana laboratorium merupakan jaringan/instalasi yang membuat suatu sarana
yang ada bisa berfungsi sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Prasarana-prasarana
laboratorium puskesmas yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
a) Pencahayaan harus cukup yang diperoleh setidaknya dari jendela dengan luas
minimal 1,6 m2 (terdiri dari 2 jendela dengan ukuran lebar 80 cm x tinggi
100 cm). Cahaya dari jendela tidak boleh langsung mengarah ke meja pemeriksaan
dan rak reagen untuk menghindari terjadinya reaksi antara reagen dengan sinar
matahari yang panas.
Kategori pencahayaan pada laboratorium puskesmas adalah sebagai berikut:
Intensitas
No. Nama Ruangan/Area Bidang Kerja
Pencahayaan (Lux)
1. Loket (area penerimaan
Membaca, menulis, pengarsipan,
sampel dan pengambilan 200-500
hasil) dan penerimaan sampel.
2. Area pengambilan sampel Pengambilan sampel darah 200-500
3. Pengamatan dan pemeriksaan
Area pemeriksaan spesimen 1000-2000
spesimen
4. Toilet Pengambilan sampel urin, toilet 100-200
b) Ruangan harus mempunyai sirkulasi udara yang baik (ventilasi silang/cross
ventilation), sehingga pertukaran udara dari dalam ruangan dapat mengalir ke luar
ruangan. Pertukaran udara yang disarankan adalah 12-15 kali per jam (Air
Change per Hour, ACH=12-15 times).
c) Disarankan pada area pengambilan sampel dilengkapi exhauster yang mengarah
keluar bangunan puskesmas ke area terbuka sehingga pasien tidak dapat
memapar/memajan petugas puskesmas. Exhauster dipasang pada ketinggian ±120 cm
dari permukaan lantai.
d) Suhu ruangan tidak boleh panas dengan sirkulasi udara yang baik, maka disarankan
suhu dipertahankan antara 220-260°C.
e) Pengambilan dahak dilakukan di ruangan terbuka yang telah disiapkan.
f) Harus tersedia fasilitas air bersih yang mengalir dan debit air yang cukup pada bak
cuci. Air tersebut harus memenuhi syarat kesehatan.
g) Harus tersedia wadah (tempat sampah) khusus/terpisah yang dilengkapi dengan
penutupnya untuk pembuangan limbah padat medis infeksius dan non infeksius pada
laboratorium. Pengelolaan (pewadahan, pengangkutan, dan pemusnahan) limbah padat
dilakukan sesuai prosedur dan peraturan yang berlaku.
h) Limbah cair/air buangan dari laboratorium harus diolah pada sistem/instalasi
pengolahan air limbah puskesmas.

2
2. Perlengkapan dan Peralatan
a) Perlengkapan
1) Meja pengambilan sampel darah
 Minimal menggunakan meja ½ biro (ukuran 90x60 cm).
 Mempunyai laci.
2) Loket pendaftaran, penerimaan sampel urinE dan dahak, dan pengambilan hasil
3) Kursi petugas laboratorium dan kursi pasien.
 Mempunyai sandaran.
 Dapat terbuat dari kayu, besi, dan lain-lain.
4) Bak cuci/sink
 Dilengkapi keran untuk mengalirkan air bersih.
 Ukuran minimal 40x40 cm dengan kedalaman bak minimal 30 cm.
 Dilengkapi saluran/pipa pembuangan air kotor menuju sistem pengolahan air
limbah puskesmas.
5) Meja pemeriksaan
 Lebar meja adalah 60 cm dengan panjang sesuai dengan kebutuhan pelayanan
yang diselenggarakan.
 Meja pemeriksaan terbuat/dilapisi dari bahan tahan panas, tahan zat kimia
(seperti teflon/formika), mudah dibersihkan, tidak berpori, dan berwarna
terang.
 Ada meja khusus untuk meletakkan alat centrifuge.
6) Lemari pendingin (refrigerator)
 Fungsinya adalah untuk menyimpan reagen dan sampel serta volume sesuai
kebutuhan.
 Reagen dan sampel disimpan dalam lemari pendingin yang terpisah.
7) Lemari alat
 Fungsinya untuk menyimpan alat.
 Ukuran sekitar p x l x t = 160 cm x 40 cm x 100 cm.
 Dapat terbuat dari kayu atau rangka aluminium dengan rak terbuat dari kaca.
 Khusus untuk mikroskop dilengkapi dengan lampu 5 watt.
8) Rak reagen
 Fungsinya adalah untuk menyimpan reagen.
 Ukuran sesuai kebutuhan.
 Dapat terbuat dari kayu dilapisi dengan teflon/formika atau dapat terbuat dari
kaca.

3
b) Peralatan
Jenis dan jumlah peralatan laboratorium puskesmas tergantung dari metode
pemeriksaan, jenis, dan program puskesmas.
Daftar peralatan utama dan penunjang laboratorium puskesmas adalah sebagai
berikut:
NO JENIS PERALATAN PUSK.
A. Peralatan Pemeriksaan
1. Mikroskop Binokuler 1
2. Benechek 3 in 1 1
3. Telly Counter 3
B. Peralatan Gelas
1. Kaca Objek sesuai kebutuhan
2. Gelas Ukur 1000ml 1
3. Wadah Aquadest 1
4. Termometer 0-50°C (Skala1/2C) 1
C. Peralatan Penunjang
1. Pipet Tetes 12
2. Blood Lanset Dengan Autoklik sesuai kebutuhan
3. Kertas Lensa sesuai kebutuhan
4. Lampu Spirtus 2
5. Kertas Saring -
6. Pembendung 1
7. Pensil kaca 1
8. Pot Spesimen Dahak Mulut Lebar sesuai kebutuhan
9. Pot Spesimen Urin Mulut Lebar sesuai kebutuhan
10. Rak Pengering -
11. Rak Pengecatan 1
12. Rak Pewarna Kaca Preparat 1
13. Rak Tabung Reaksi 1
14. Spuit Disposible
 3 cc sesuai kebutuhan
 5 cc sesuai kebutuhan
15. Timer 1
16. Gelas Ukur Plastik 100 ml 6
17. Gelas Ukur Plastik 10 ml 5
18. Beaker Plastik 250 ml 4
19. Beaker Plastik 100 ml 3

4
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Lingkup Kegiatan

Keterangan Gambar
1) Pasien datang mendaftarkan diri di loket pendaftaran puskesmas.
2) Pasien menuju ruang pemeriksaan dokter untuk diperiksa dan bila diperlukan diberi
formulir permintaan pemeriksaan laboratorium (Formulir 1).
3) Pasien rujukan dokter dari luar puskesmas yang datang ke puskesmas untuk melakukan
pemeriksaan laboratorium, setelah mendaftar di loket pendaftaran puskesmas langsung
menuju ruang laboratorium untuk menyerahkan formulir permintaan rujukan pemeriksaan
laboratorium dari dokter yang merujuknya (Formulir 2).
4) Menyerahkan formulir permintaan pemeriksaan laboratorium kepada petugas

5
laboratorium.
5) Spesimen yang telah diambil diperiksa oleh petugas laboratorium.
6) Hasil pemeriksaan diserahkan kepada penanggung jawab laboratorium untuk dilakukan
validasi.
7) Formulir hasil pemeriksaan laboratorium puskesmas (Formulir 3) diletakkan di loket
pengambilan hasil.
8) Formulir hasil pemeriksaan laboratorium dibawa oleh pasien ke ruang pemeriksaan dokter
untuk mendapat penjelasan dari dokter tentang hasil pemeriksaan laboratorium tersebut.
9) Untuk pasien rujukan, formulir hasil pemeriksaan laboratorium langsung dibawa ke dokter
yang merujuk.
10) Formulir hasil pemeriksaan laboratorium diserahkan oleh dokter pemeriksa kepada
pasien.

B. Metode
Metode pemeriksaan laboratorium di Puskesmas Sajad menggunakan metode manual,
semi otomatis, dan otomatis.

C. Langkah Kegiatan
Kemampuan pemeriksaan laboratorium di Puskesmas Sajad meliputi pemeriksaan-
pemeriksaan dasar, yaitu Hematologi (Hemoglobin), Kimia Klinik (Glukosa, Asam Urat,
Kolesterol Total), Mikrobiologi dan Parasitologi (BTA, Malaria), Imunologi (Tes Kehamilan,
Golongan Darah), Urinalisa (Makroskopis Protein, Glukosa), dan Serologi (HIV, HBsAg, DBD
IgG IgM).
a) Hematologi
1) Pemeriksaan Hemoglobin
a. Metode: Elektrometer
Alat dan Bahan:
 Elektrometer
 Lancet
 Alkohol Swab
 Strip Hb dr.Family
 Tissue
 Darah Kapiler
Cara Kerja:
 Petugas mempersiapkan alat.
 Bersihkan ujung jari dengan cara mengusap ujung jari dengan alkohol swab.
 Tusuk ujung jari dengan lanset.

6
 Usap darah pertama yang keluar dengan tissue.
 Ambil darah berikutnya dan masukkan ke dalam Strip Hb.
 Baca hasil ±6 detik yang ada dalam monitor.
b. Metode: Sahli
Alat dan Bahan:
 Pipet HB Sahli
 Hemoglobinometer
 Batang Pengaduk
 Tabung Pengencer Hemometer
 Aquades
 Asam klorida 0,1 N
 Lancet
 Alkohol swab
 Tisu
 Darah Kapiler
Cara Kerja:
 Petugas mempersiapkan alat dan bahan.
 Masukkan kurang lebih setetes Asam Klorida/HCl 0,1 N ke dalam tabung
pengencer hemometer sampai tanda 2.
 Bersihkan ujung jari dengan cara mengusap ujung jari dengan alkohol swab.
 Tusuk ujung jari dengan lanset.
 Usap darah pertama yang keluar dengan tissue.
 Hisaplah darah kapiler sampai garis 0,5 tepat.
 Hapuslah kelebihan darah yang masih menempel pada bagian luar pipet dengan
tisu.
 Masukkan darah ke dalam pipet dasar tabung (hati-hati jangan sampai terjadi
gelembung udara).
 Bilas isi pipet dengan larutan HCl 0,1 N yang ada dalam tabung tersebut.
 Campurkan isi tabung tadi supaya darah dengan HCl bersenyawa.
 Kemudian tambahkan tetes demi tetes Aquadest sambil diaduk dengan batang
pengaduk hingga warna sama dengan warna standar pada alat
Hemoglobinometer (persamaan warna campuran dengan batang standar harus
dicapai dalam waktu 3-5 menit setelah saat darah dengan HCL dicampur).
 Kemudian baca hasil kadar hemoglobin yang tertera pada tabung pengencer
tersebut. Dalam menentukan normal atau tidaknya kadar

7
hemoglobin seseorang kita harus memperhatikan faktor umur walaupun hal ini
berbeda-beda di tiap laboratorium klinik, yaitu:
Bayi baru lahir : 17-22 gram/dl
Umur 1 minggu : 15-20 gram/dl
Umur 1 bulan : 11-15 gram/dl
Anak-anak : 11-13 gram/dl
Lelaki dewasa : 14-18 gram/dl
Perempuan dewasa : 12-16 gram/dl
Lelaki tua : 12.4-14.9 gram/dl
Perempuan tua : 11.7-13.8 gram/dl

2) Pemeriksaan Golongan Darah


a. Metode: Aglutinasi
Alat dan Bahan:
 Kit Insert Reagen Golongan Darah
 Lancet
 Alkohol Swab
 Tissue
 Darah Kapiler
Cara Kerja:
 Petugas mempersiapkan Kartu Golongan Darah.
 Tulis identitas pasien di kartu golongan darah.
 Ambil sampel darah pasien (darah vena/ kapiler).
 Teteskan darah pada 4 kotak yang tersedia.
 Pada kotak anti A diteteskan Antisera A.
 Pada kotak anti B diteteskan Antisera B.
 Pada kotak anti AB diteteskan Antisera AB.
 Pada kotak anti D diteteskan Antisera D.
 Kemudian masing-masing tetesan diaduk dengan tusuk gigi.
 Goyangkan kartu golongan darah tersebut sehingga keempat tetesan tersebut
benar-benar tercampur.
 Tunggu selama dua menit.
 Baca hasil dengan mengamati reaksi yang terjadi. Cara
pembacaan diliat adanya Aglutinasi:
Anti A Anti B Anti AB Gol Darah
Kotak A + - + A
Kotak B - + + B
Kotak AB + + + AB
- - - O

8
b) Kimia Klinik
1) Pemeriksaan Glukosa
a. Metode: Elektrometer
Alat dan Bahan:
 Elektrometer
 Lancet
 Alkohol Swab
 Strip Glukosa Benecheck
 Tissue
 Darah Kapiler
Cara Kerja:
 Petugas mempersiapkan alat.
 Bersihkan ujung jari dengan cara mengusap ujung jari dengan alkohol swab.
 Tusuk ujung jari dengan lanset.
 Usap darah pertama yang keluar dengan tissue.
 Ambil darah berikutnya dan masukkan ke dalam Strip Glukosa.
 Baca hasil 7-20 detik yang ada dalam monitor.
2) Pemeriksaan Kolesterol
a. Metode: Elektrometer
Alat dan Bahan:
 Elektrometer
 Lancet
 Alkohol Swab
 Strip Glukosa Benecheck
 Tissue
 Darah Kapiler
Cara Kerja:
 Petugas mempersiapkan alat.
 Bersihkan ujung jari dengan cara mengusap ujung jari dengan alkohol swab.
 Tusuk ujung jari dengan lanset.
 Usap darah pertama yang keluar dengan tissue.
 Ambil darah berikutnya dan masukkan ke dalam Strip Cholesterol.
 Baca hasil 26 yang detik ada dalam monitor.
3) Pemeriksaan Asam Urat
a. Metode: Elektrometer
Alat dan Bahan:

9
 Elektrometer
 Lancet
 Alkohol Swab
 Strip Glukosa Benecheck
 Tissue
 Darah Kapiler
Cara Kerja:
 Petugas mempersiapkan alat.
 Bersihkan ujung jari dengan cara mengusap ujung jari dengan alkohol swab.
 Tusuk ujung jari dengan lanset.
 Usap darah pertama yang keluar dengan tissue.
 Ambil darah berikutnya dan masukkan ke dalam Strip Asam Urat.
 Baca hasil 15-20 detik yang ada dalam monitor.

c) Urine
1) Pemeriksaan PP Test (HCG Test)
a. Metode: Carik Celup
Alat dan Bahan:
 Wadah Sampel Urin
 Strip PP test
 Urin
Cara Kerja:
 Petugas mempersiapkan alat dan bahan (HCG stik, wadah sampel penampung
urin, form hasil laboratorium, buku register, dan alat tulis).
 Petugas mengambil wadah sampel urin untuk diberikan ke pasien.
 Petugas memberikan label pada badan wadah sampel urin dengan menuliskan
nama pasien.
 Petugas menyerahkan wadah sampel urin kepada pasien.
 Mempersilakan pasien ke wc untuk menampung urin dalam wadah sampel
penampung urin.
 Petugas menerima wadah sampel urin yang sudah berisi urin dari pasien.
 Petugas mengambil HCG stik.
 Mencelupkan stik dalam urin sesuai dengan tanda panah batas garis
maksimum selama 30-60 detik.
 Mengangkat strip tunggu 1-2 menit dan baca hasilnya.
 Petugas menulis hasil pada buku register lab.
 Petugas menulis hasil pada blangko hil pemeriksaan.

1
 Petugas menyerahkan hasil pemeriksaan kepada pasien.
Interpretasi Hasil:
 Negatif : terlihat satu garis pada strip.
 Positif : terlihat dua garis pada strip.
2) Pemeriksaan Urin Combur 2 Parameter
a. Metode: Carik Celup
Alat dan Bahan:
 Wadah Sampel Urin
 Strip Combur 2 Parameter
 Urin
Cara Kerja:
 Petugas mempersiapkan wadah urin.
 Petugas mengambil wadah urin.
 Petugas memberikan label pada badan wadah sampel urin dengan menuliskan
nama pasien.
 Petugas menyerahkan wadah urin kepada pasien.
 Mempersilakan pasien ke wc untuk menampung urin dalam wadah penampung
urin.
 Petugas menerima wadah urin yang sudah berisi urin dari pasien.
 Petugas mengambil Strip Combur 2 Parameter.
 Mencelupkan strip dalam urin sesuai dengan tanda panah batas garis
maksimum selama 30-60 detik.
 Mengangkat strip tunggu 1-2 menit dan baca hasilnya.
 Petugas menulis hasil pada buku register lab.
 Petugas menulis hasil pada blangko hasil pemeriksaan.
 Petugas menyerahkan hasil pemeriksaan kepada pasien.
d) Bakteriologi
1) Pemeriksaan Bakteri Tahan Asam (Pembuatan Sediaan Hapus) Alat
dan Bahan:
 Lampu Spirtus
 Botol berisi pasir berdisinfektan
 Wadah pembuangan
 Lidi
 Spirtus
 Pot Sputum
 Kaca Slide
 Sputum
Cara Kerja:

1
 Petugas menyiapkan kaca slide.
 Petugas menulis nomor identitas pasien pada bagian ujung kaca.
 Petugas mengambil sampel sputum pada bagian purulen dengan
menggunakan sebuah lidi.
 Petugas membuat sediaan hapus berdiameter 2x3 cm.
 Petugas mencelupkan lidi dalam botol berisi pasir disinfektan .
 Petugas mengeringkan sediaan hapus pada suhu kamar.
 Petugas melakukan fiksasi dengan pemanasan (melewatkan preparat tersebut 3x
melalui api dari lampu spiritus dengan bagian yang mengandung sputum
menghadap ke atas).
 Petugas siap melakukan pengecatan Ziehl Neelsen pada sediaan hapus.
2) Pemeriksaan Bakteri Tahan Asam (Pengecatan Metode Ziehl Neelson)
a. Metode: Ziehl Neelsen
Alat dan Bahan:
a. Mikroskop
b. Lampu Spirtus
c. Rak Pengecatan
d. Pinset
e. Botol Semprot
f. Rak Pengering
g. Timer
h. Wadah Pembuangan
i. Spirtus
j. Reagen Ziehl Neelsen
Cara Kerja:
k. Petugas meletakkan sediaan pada rak dengan bagian hapusan
menghadap ke atas.
l. Petugas menggenangi seluruh permukaan sediaan dengan karbol fuchin.
m. Petugas memanasi sediaan sampai keluar uap dengan sulut api.
n. Petugas mendiamkan sediaan yang dipanasi selama minimal 5 menit.
o. Petugas membilas sediaan hati-hati dengan air mengalir.
p. Petugas memiringkan sediaan menggunakan pinset untuk membuang air.
q. Petugas menggenangi asam alkohol sampai tidak tampak warna merah karbol
fuchin.
r. Petugas membilas sediaan hati-hati dengan air mengalir.
s. Petugas menggenangi permukaan sedian dengan methyline blue selama 10-20
detik.

1
t. Petugas membilas sediaan dengan air mengalir.
u. Petugas mengeringkan sediaan pada rak pengering.
v. Petugas siap memeriksa sediaan di bawah mikroskop (pembesaran objektif
100x dengan bantuan minyak emersi).
Interprestasi Hasil (dibaca dengan skala IULTD):
w. Tidak ditemukan BTA dalam 100LP = (-)/Negatif
x. Ditemukan 1-9 BTA/100Lp = ditulis jml kuman
y. Ditemukan 10-99 BTA/100LP = 1+/+
z. Ditemukan 1-10 BTA dalam 1LP = 2+ /++
aa.Ditemukan >10 BTA dalam 1LP = 3+ /+++

e) Parasitologi
1) Pemeriksaan Malaria dengan RDT
a. Metode: Imunokromatografi
Alat dan Bahan:
 Strip RDT
 Timer
 Buffer
 Larutan Buffer
 Alkohol Swab
 Lancet
 Tissue
Cara Kerja:
 Petugas menyiapkan alat bahan.
 Petugas menulis nama pasien yang diuji.
 Petugas membersihkan ujung jari pasien dengan alkohol swab.
 Petugas menusuk jari pasien.
 Petugas membersihkan darah pertama dengan menggunakan tissue.
 Petugas mengambil darah 5 ul dengan pipet yang disediakan.
 Petugas menambahkan 5 ul darah ke dalam sumur “A”.
 Petugas menambahkan 60 ul larutan buffer (2 tetes dengan botolnya) ke dalam
sumur “B”.
 Petugas memasang timer.
 Petugas membaca hasil setelah 15-30 menit.
2) Pemeriksaan Malaria dengan RDT
a. Metode: Mikroskopis
Alat dan Bahan:
 Mikroskop

1
 Timer
 Rak Pewarnaan
 Giemsa
 Metanol
 Alkohol Swab
 Lancet
 Tissue
 Minyak Imersi
Cara Kerja:
 Petugas menyiapkan alat bahan.
 Petugas menulis nama pasien yang diuji.
 Petugas membersihkan ujung jari pasien dengan alkohol swab.
 Petugas menusuk jari pasien.
 Petugas membersihkan darah pertama dengan menggunakan tissue.
 Petugas mengambil darah .
 Petugas meneteskan darah pada objek gelas dengan bagian kiri untuk apusan
tipis kemudian bagian kanan untuk apusan tebal.
 Petugas mendorong dengan objek gelas untuk apusan tipis kemudian ratakan
dengan bentuk bundar untuk apusan tebalnya.
 Petugas menunggu sampai kering.
 Petugas menyiapkan preparat di atas rak pewarnaan dengan apusan tipis di
bagian bawah.
 Petugas menetesi metanol apusan tipisnya.
 Petugas mewarnai dengan Giemsa 10% (dengan pengenceran 2:1 (2 tetes
Giemsa dan 1 ml Aquadest) untuk satu preparat dan 4:2 untuk dua preparat).
 Petugas mendiamkan selama 15 menit.
 Petugas membilas dengan Aquadest.
 Petugas menunggu sampai kering.
 Petugas siap memeriksa sediaan dibawah mikroskop (pembesaran objektif
100x dengan bantuan minyak emersi).

1
BAB V
LOGISTIK

Reagen yang diperlukan disesuaikan dengan metode yang digunakan untuk tiap pemeriksaan
di laboratorium puskesmas tersebut. Penanganan dan penyimpanan reagen harus sesuai persyaratan
antara lain:
1) Perhatikan tanggal kadaluwarsa dan suhu penyimpanan.
2) Pemakaian reagen dengan metode First in–First out (sesuai urutan penerimaan).
3) Sisa pemakaian reagen tidak diperbolehkan dikembalikan ke dalam sediaan induk.
4) Perhatikan perubahan warna, adanya endapan, dan kerusakan yang terjadi pada sediaan
reagen.
5) Segera tutup kembali botol sediaan reagen setelah digunakan.
6) Lindungi label dari kerusakan.
7) Tempatkan reagen dalam botol berwarna gelap dan lemari supaya tidak kena cahaya matahari
langsung.
8) Reagen harus terdaftar di Kementerian Kesehatan.

1
BAB VI
KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN/PROGRAM

Keselamatan pasien puskesmas adalah suatu sistem di mana puskesmas membuat asuhan
pasien lebih aman, meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan
dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak
lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya
cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan.
A. Standar Keselamatan Pasien
Standar keselamatan pasien tersebut terdiri dari tujuh standar yaitu:
1. Hak pasien.
2. Mendidik pasien dan keluarga.
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan.
4. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program
peningkatan keselamatan pasien.
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien.
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien.
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien.
B. Sasaran Keselamatan Pasien
Sasaran keselamatan pasien di area pelayanan laboratorium adalah sebagai berikut:
1. Sasaran I : Ketepatan Identifikasi Pasien
Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah dan spesimen lain untuk
pemeriksaan klinis.
2. Sasaran II : Peningkatan Komunikasi yang Efektif
Komunikasi efektif yang tepat, akurat, lengkap, jelas, dan yang dipahami oleh
pasien akan mengurangi kesalahan dan menghasilkan peningkatan keselamatan pasien.
Komunikasi dapat berbentuk elektronik, lisan, atau tertulis. Komunikasi yang mudah
terjadi kesalahan kebanyakan terjadi pada saat perintah diberikan secara lisan atau melalui
telepon. Komunikasi yang mudah terjadi kesalahan yang lain adalah pelaporan kembali
hasil pemeriksaan kritis, seperti melaporkan hasil laboratorium klinik cito melalui telepon
ke unit pelayanan. Puskesmas secara kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan dan/atau
prosedur untuk perintah lisan dan telepon, yaitu mencatat (atau memasukkan ke komputer)
perintah yang lengkap atau hasil pemeriksaan oleh penerima perintah, kemudian penerima
perintah membacakan kembali (read back) perintah atau hasil pemeriksaan dan
mengonfirmasi bahwa apa yang sudah dituliskan dan dibaca ulang adalah akurat.
Kebijakan dan/atau prosedur pengidentifikasian juga

1
menjelaskan bahwa diperbolehkan tidak melakukan pembacaan kembali (read back) bila
tidak memungkinkan, seperti di kamar operasi dan situasi gawat darurat di IGD.
Elemen penilaian sasaran II, yaitu:
a) Perintah lengkap secara lisan dan yang melalui telepon atau hasil pemeriksaan
dituliskan secara lengkap oleh penerima perintah.
b) Perintah lengkap lisan dan telepon atau hasil pemeriksaan dibacakan kembali
secara lengkap oleh penerima perintah.
c) Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh pemberi perintah atau yang
menyampaikan hasil pemeriksaan.
d) Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan verifikasi keakuratan
komunikasi lisan atau melalui telepon secara konsisten.
3. Sasaran III : Pengurangan Risiko Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan Puskesmas
mengembangkan suatu pendekatan untuk mengurangi risiko
infeksi yang terkait pelayanan kesehatan. Pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan
tantangan terbesar dalam tatanan pelayanan kesehatan dan peningkatan biaya untuk
mengatasi infeksi yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan merupakan keprihatinan
besar bagi pasien maupun para profesional pelayanan kesehatan. Infeksi biasanya dijumpai
dalam semua bentuk pelayanan kesehatan termasuk infeksi saluran kemih, infeksi pada
aliran darah (blood stream infections) dan pneumonia (sering kali dihubungkan dengan
ventilasi mekanis). Pusat dari eliminasi infeksi ini maupun infeksi-infeksi lain adalah cuci
tangan (hand hygiene) yang tepat. Puskesmas mempunyai proses kolaboratif untuk
mengembangkan kebijakan dan/atau prosedur yang menyesuaikan atau mengadopsi
petunjuk hand hygiene yang diterima secara umum dan untuk implementasi petunjuk itu
di puskesmas.
Elemen penilaian sasaran III, yaitu:
a) Puskesmas mengadopsi atau mengadaptasi pedoman hand hygiene terbaru yang
diterbitkan dan sudah diterima secara umum (al.dari WHO Patient Safety).
b) Puskesmas menerapkan program hand hygiene yang efektif.
c) Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk mengarahkan pengurangan secara
berkelanjutan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan.
4. Sasaran IV : Pengurangan Kejadian Pasien Jatuh
a) Menjaga lantai di laboratorium agar tetap bersih dan kering serta tidak licin agar pada
saat pasien masuk ke dalam ruangan laboratorium tidak terjatuh.
b) Petugas memperhatikan kursi yang terdapat di dalam laboratorium berada dalam
kondisi yang layak pakai.

1
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Setiap kegiatan yang dilakukan di laboratorium puskesmas dapat menimbulkan


bahaya/risiko terhadap petugas yang berada di dalam laboratorium maupun lingkungan sekitarnya.
Untuk mengurangi/mencegah bahaya yang terjadi, setiap petugas laboratorium harus
melaksanakan tugas sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Kegiatan tersebut merupakan upaya
kesehatan dan keselamatan kerja laboratorium.
A. Tempat Kerja dan Lingkungan Kerja
1. Desain Tempat Kerja yang Menunjang K3
a) Ruang kerja dirancang khusus untuk memudahkan proses kerja di
laboratorium.
b) Tempat kerja disesuaikan dengan posisi atau cara kerja.
c) Pencahayaan cukup dan nyaman.
d) Ventilasi cukup dan sesuai.
e) Prosedur kerja tersedia di setiap ruangan dan mudah dijangkau jika
diperlukan.
f) Dipasang tanda peringatan untuk daerah berbahaya.
2. Sanitasi Lingkungan
a) Semua ruangan harus bersih, kering, dan higienis.
b) Sediakan tempat sampah yang sebelah dalamnya dilapisi dengan kantong plastik
dan diberi tanda khusus.
c) Tata ruang laboratorium harus baik sehingga tidak dapat dimasuki atau menjadi
sarang serangga atau binatang pengerat.
d) Sediakan tempat cuci tangan dengan air yang mengalir dan dibersihkan secara teratur.
e) Petugas laboratorium dilarang makan dan minum dalam laboratorium.
f) Dilarang meletakkan hiasan dalam bentuk apa pun di dalam laboratorium.

B. Proses Kerja, Bahan, dan Peralatan Kerja


1. Melaksanakan praktik laboratorium yang benar setiap petugas laboratorium harus mengerti
dan melaksanakan upaya pencegahan terhadap bahaya yang mungkin terjadi, dapat
menggunakan setiap peralatan laboratorium dan peralatan kesehatan dan keselamatan kerja
dengan benar, serta mengetahui cara mengatasi apabila terjadi kecelakaan di laboratorium.
2. Tersedia fasilitas laboratorium untuk kesehatan dan keselamatan kerja, seperti tempat cuci
tangan dengan air yang mengalir dan alat pemadam kebakaran.
3. Petugas wajib memakai alat pelindung diri (jas laboratorium, masker, sarung tangan, alas
kaki tertutup) yang sesuai selama bekerja.

1
4. Jas laboratorium yang bersih harus dipakai terus menerus selama bekerja dalam
laboratorium dan harus dilepaskan serta ditinggalkan di laboratorium (hati-hati dengan jas
laboratorium yang berpotensi infeksi).
5. Untuk menghindari kecelakaan, rambut panjang harus diikat ke belakang dengan rapi.
6. Petugas harus mencuci tangan secara higienis dan menyeluruh sebelum dan setelah selesai
melakukan aktivitas laboratorium dan harus melepaskan baju proteksi sebelum
meninggalkan ruang laboratorium.
7. Dilarang melakukan kegiatan percobaan laboratorium tanpa ijin pejabat yang berwenang.
8. Dilarang makan, minum (termasuk minum dari botol air) dan merokok di tempat kerja.
9. Tempat kerja harus selalu dalam keadaan bersih. Kaca pecah, jarum atau benda tajam dan
barang sisa laboratorium harus ditempatkan di bak/peti dalam laboratorium dan diberi
keterangan.
10. Sarung tangan bekas pakai harus ditempatkan dalam bak/peti kuning (menjadi limbah
medis/infeksius) yang diberi tanda khusus.
11. Semua tumpahan harus segera dibersihkan.
12. Dilarang menggunakan mulut pada waktu memipet dan gunakan karet pengisap.
13. Peralatan yang rusak atau pecah harus dilaporkan kepada penanggung jawab
laboratorium.
14. Tas/kantong/tempat sampah harus ditempatkan di tempat yang ditentukan.
15. Pengelolaan spesimen:
a) Setiap spesimen harus diperlakukan sebagai bahan infeksius.
b) Harus mempunyai loket khusus untuk penerimaan spesimen.
c) Setiap petugas harus mengetahui dan melaksanakan cara pengambilan,
pengiriman, dan pengolahan spesimen dengan benar.
d) Semua spesimen darah dan cairan tubuh harus disimpan pada wadah yang
memiliki konstruksi yang baik dengan karet pengaman untuk mencegah kebocoran
ketika dipindahkan.
e) Saat mengumpulkan spesimen harus berhati-hati guna menghindari pencemaran dari
luar kontainer atau laboratorium.
f) Setiap orang yang memproses spesimen darah dan cairan tubuh (contoh: membuka
tutup tabung vakum) harus menggunakan sarung tangan dan masker.
g) Setelah memproses spesimen-spesimen tersebut harus cuci tangan dan mengganti
sarung tangan.
h) Jarum yang telah digunakan harus diperlakukan sebagai limbah infeksius dan
dikelola sesuai ketentuan yang berlaku.

1
i) Permukaan meja laboratorium dan alat laboratorium harus di dekontaminasi dengan
disinfektan setelah selesai melakukan kegiatan
laboratorium.
16. Pengelolaan bahan kimia yang benar
a) Semua petugas harus mengetahui cara pengelolaan bahan kimia yang benar
(penggolongan bahan kimia, bahan kimia yang tidak boleh tercampur, efek toksik,
dan persyaratan penyimpanannya).
b) Setiap petugas harus mengenal bahaya bahan kimia dan mempunyai pengetahuan
serta keterampilan untuk menangani kecelakaan.
c) Semua bahan kimia yang ada harus diberi label/etiket dan tanda peringatan yang
sesuai.
17. Pengelolaan limbah:
a) Limbah Padat
Limbah padat terdiri dari limbah/sampah umum dan limbah khusus, seperti
benda tajam, limbah infeksius, limbah sitotoksik, limbah toksik, limbah kimia, limbah
B3, dan limbah plastik.
Fasilitas pembuangan limbah padat, yaitu:
1) Tempat Pengumpulan Sampah
Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air, dan
mempunyai permukaan yang halus pada bagian dalamnya. Mempunyai tutup
yang mudah dibuka dan ditutup minimal terdapat satu buah untuk masing-
masing kegiatan. Kantong plastik diangkat setiap hari atau apabila 2/3 bagian
telah terisi sampah. Setiap tempat pengumpulan sampah harus dilapisi plastik
sebagai pembungkus sampah dengan label dan warna seperti digambarkan pada
tabel di bawah ini:
WARNA
TEMPAT/KANTONG
No KATEGORI PLASTIK LAMBANG KETERANGAN
PENGUMPULAN
SAMPAH

1. Radio Aktif Merah Sampah


berbentuk benda
tajam ditampung
dalam wadah
yang kuat/tahan
Infeksius/ benda tajam
2. Kuning
toksik/kimia sebelum
dimasukkan ke
dalam kantong
yang sesuai
3. Sitotoksik Ungu dengan
kategori/jenis
sampahnya
“Domestik”
4. Umum Hitam Warna putih)

2
2) Tempat Penampungan Sampah Sementara
Tersedia tempat penampungan sampah yang tidak permanen dan
diletakkan pada lokasi yang mudah dijangkau kendaraan pengangkut sampah.
Tempat penampungan sampah sementara dikosongkan dan dibersihkan
sekurang-kurangnya satu kali dalam 24 jam.
3) Tempat Pembuangan Sampah Akhir
 Sampah infeksius, sampah toksik, dan sitotoksik dikelola sesuai prosedur
dan peraturan yang berlaku.
 Sampah umum (domestik) dibuang ke tempat pembuangan sampah akhir
yang dikelola sesuai dengan prosedur dan peraturan yang berlaku.
b) Limbah Cair
Limbah cair terdiri dari limbah cair umum/domestik, limbah cair infeksius, dan
limbah cair kimia.
Cara menangani limbah cair adalah sebagai berikut:
1) Limbah cair umum/domestik dialirkan masuk ke dalam septic tank.
2) Limbah cair infeksius dan kimia dikelola sesuai dengan prosedur dan peraturan
yang berlaku.

2
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

A. Bakuan Mutu
Demi menjamin tercapai dan terpeliharanya mutu dari waktu ke waktu diperlukan
bakuan mutu berupa pedoman/bakuan yang tertulis dan dapat dijadikan pedoman kerja bagi
tenaga pelaksana.
1) Tiap pelaksana yang ditunjuk memiliki pegangan yang jelas tentang apa dan
bagaimana prosedur melakukan suatu aktivitas.
2) Standar yang tertulis memudahkan proses pelatihan bagi tenaga pelaksana baru yang
akan dipercayakan untuk mengerjakan suatu aktivitas.
3) Kegiatan yang dilaksanakan dengan mengikuti prosedur baku yang tertulis akan
menjamin konsistensinya mutu hasil yang dicapai.
4) Kebijakan mutu dibuat oleh penanggung jawab laboratorium.
5) Standar Operasional Prosedur dan instruksi kerja dibuat oleh tenaga teknis laboratorium
dan disahkan oleh penanggung jawab laboratorium puskesmas.

B. Pemantapan Mutu
Pemantapan mutu (quality assurance) laboratorium adalah keseluruhan proses atau
semua tindakan yang dilakukan untuk menjamin ketelitian dan ketepatan hasil pemeriksaan.
Kegiatan ini berupa Pemantapan Mutu Internal (PMI), Pemantapan Mutu Eksternal (PME),
dan Peningkatan Mutu.
1) Pemantapan Mutu Internal (PMI/Internal Quality Control)
Pemantapan Mutu Internal (PMI) adalah kegiatan pencegahan dan pengawasan
yang dilaksanakan oleh setiap laboratorium secara terus menerus agar tidak terjadi atau
mengurangi kejadian kesalahan atau penyimpangan sehingga diperoleh hasil pemeriksaan
yang tepat.
Manfaat Pemantapan Mutu Internal (PMI) sebagai berikut:
a) Pemantapan dan penyempurnaan metode pemeriksaan dengan mempertimbangkan
aspek analitik dan klinis.
b) Mempertinggi kesiagaan tenaga sehingga pengeluaran hasil yang salah tidak
terjadi dan perbaikan penyimpanan dapat dilakukan segera.
c) Memastikan bahwa semua proses mulai dari persiapan pasien, pengambilan,
pengiriman, penyimpanan, pengolahan, pemeriksaan spesimen sampai dengan
pencatatan dan pelaporan telah dilakukan dengan benar.
d) Mendeteksi penyimpangan dan mengetahui sumbernya.
e) Membantu perbaikan pelayanan kepada pelanggan (customer).

2
Objek Pemantapan Mutu Internal meliputi aktivitas tahap pra-analitik, tahap
analitik, dan tahap pasca-analitik.
a) Tahap Pra-Analitik adalah tahap mulai mempersiapkan pasien, mengambil
spesimen, menerima spesimen, memberi identitas spesimen, mengirim spesimen
rujukan sampai dengan menyimpan spesimen.
 Persiapan pasien
Sebelum spesimen diambil harus diberikan penjelasan kepada pasien mengenai
persiapan dan tindakan yang hendak dilakukan.
 Penerimaan spesimen
Petugas penerimaan spesimen harus memeriksa kesesuaian antara spesimen
yang diterima dengan formulir permintaan pemeriksaan dan mencatat kondisi
fisik spesimen tersebut pada saat diterima, antara lain volume, warna,
kekeruhan, dan konsistensi. Spesimen yang tidak sesuai dan memenuhi
persyaratan hendaknya ditolak. Dalam keadaan spesimen tidak dapat ditolak
(via pos, ekspedisi), maka perlu dicatat dalam buku penerimaan spesimen dan
formulir hasil pemeriksaan.
 Penanganan spesimen
Pengelolaan spesimen dilakukan sesuai persyaratan, kondisi penyimpanan
spesimen sudah tepat, penanganan spesimen sudah benar untuk pemeriksaan-
pemeriksaan khusus, dan kondisi pengiriman spesimen sudah benar.
 Pengiriman spesimen
Spesimen yang sudah siap untuk diperiksa dikirimkan ke bagian pemeriksaan
sesuai dengan jenis pemeriksaan yang diminta. Jika laboratorium puskesmas
tidak mampu melakukan pemeriksaan, maka spesimen dikirim ke laboratorium
lain dan sebaiknya dikirim dalam bentuk yang relatif stabil.
 Penyimpanan spesimen
Beberapa spesimen yang tidak langsung diperiksa dapat disimpan dengan
memperhatikan jenis pemeriksaan yang akan diperiksa. Beberapa cara
menyimpan spesimen antara lain:
1. Disimpan pada suhu kamar (misalnya penyimpanan usap dubur dalam
Carry & Blair untuk pemeriksaan Vibrio Cholera).

2. Disimpan dalam lemari es dengan suhu 0-8oC.


3. Dapat diberikan bahan pengawet.
4. Penyimpanan spesimen darah sebaiknya dalam bentuk serum.
b) Tahap Analitik adalah tahap mulai dari persiapan reagen, mengalibrasi dan
memelihara alat laboratorium, uji ketepatan dan ketelitian dengan menggunakan
bahan kontrol dan pemeriksaan spesimen.

2
 Persiapan reagen
Reagen memenuhi syarat sesuai standar yang berlaku, masa kadaluarsa tidak
terlampaui, cara pelarutan atau pencampuran sudah benar, dan cara
pengenceran sudah benar.
 Kalibrasi dan pemeliharaan peralatan
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium
adalah peralatan laboratorium dan wadah spesimen. Harus dilakukan kalibrasi
dan pemeliharaan peralatan laboratorium secara teratur dan terjadwal. Wadah
spesimen harus bersih dan tidak terkontaminasi. Contoh beberapa peralatan
laboratorium yang perlu dikalibrasi adalah sebagai berikut:
1. Inkubator (Incubator)
2. Lemari es (Refrigerator/freezer)
3. Oven
4. Autoklaf (Autoclave)
5. Micro Pipet
6. Penangas air (Waterbath)
7. Sentrifus (Centrifuge)
8. Fotometer (Photometer)
9. Timbangan Analitik
10. Timbangan Elektrik
11. Thermometer
 Uji ketelitian dan ketepatan dengan menggunakan bahan kontrol.
 Pemeriksaan spesimen menurut metoda dan prosedur sesuai protap masing-
masing parameter.
c) Tahap Pasca-Analitik adalah tahap mulai dari mencatat hasil pemeriksaan dan
melakukan validasi hasil serta memberikan interpretasi hasil sampai dengan
pelaporan. Kegiatan Pemantapan Mutu Internal (PMI) lainnya yang perlu
dilakukan di puskesmas antara lain:
 Pembuatan alur pasien, alur pemeriksaan, dan cara pengambilan spesimen.
 Pembuatan prosedur/instruksi kerja untuk pengambilan spesimen dan setiap
jenis pemeriksaan.
2) Pemantapan Mutu Eksternal (PME/External Quality Control)
Pemantapan Mutu Eksternal adalah kegiatan yang diselenggarakan secara periodik
oleh pihak lain di luar laboratorium yang bersangkutan untuk memantau dan menilai
penampilan suatu laboratorium dalam bidang pemeriksaan tertentu. Penyelenggaraan
kegiatan Pemantapan Mutu Eksternal dilaksanakan oleh pihak pemerintah, swasta, atau
internasional. Setiap laboratorium puskesmas wajib

2
mengikuti Pemantapan Mutu Eksternal yang diselenggarakan oleh pemerintah secara
teratur dan periodik meliputi semua bidang pemeriksaan laboratorium.
Pemantapan Mutu Eksternal untuk berbagai bidang pemeriksaan
diselenggarakan pada berbagai tingkatan, yaitu:
a) Tingkat Nasional/Pusat : Kementerian Kesehatan
b) Tingkat Regional : BBLK
c) Tingkat Provinsi/Wilayah : BBLK/ BLK
Kegiatan Pemantapan Mutu Eksternal ini sangat bermanfaat bagi laboratorium
puskesmas karena dari hasil evaluasi yang diperoleh dapat menunjukkan performance
(penampilan/proficiency) laboratorium yang bersangkutan dalam bidang pemeriksaan
yang ditentukan. Dalam melaksanakan kegiatan ini tidak boleh diperlakukan secara
khusus dan harus dilaksanakan oleh petugas yang biasa melakukan pemeriksaan tersebut
serta menggunakan peralatan/reagen/metoda yang biasa digunakan sehingga hasil
Pemantapan Mutu Eksternal tersebut benar-benar dapat mencerminkan penampilan
laboratorium yang sebenarnya. Setiap nilai yang diterima dari penyelenggara dicatat dan
dievaluasi untuk mencari penyebab-penyebab dan mengambil langkah-langkah perbaikan.
3) Peningkatan Mutu
Peningkatan Mutu adalah suatu proses terus menerus yang dilakukan oleh
laboratorium sebagai tindak lanjut dari Pemantapan Mutu Internal (PMI) dan Pemantapan
Mutu Eksternal (PME) untuk meningkatkan kinerja laboratorium.

2
BAB IX
PENUTUP

Peraturan Menteri Kesehatan tentang Penyelenggaraan Laboratorium Pusat Kesehatan


Masyarakat ini digunakan sebagai acuan dalam perencanaan, upaya pengembangan, dan
peningkatan pelayanan serta mutu pelayanan laboratorium di puskesmas. Kriteria penyelenggaraan
laboratorium puskesmas yang diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan ini dapat dikembangkan
lebih lanjut sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Anda mungkin juga menyukai