Anda di halaman 1dari 44

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah kita panjatkan puji dan syukur kepada Allah SWT


yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah dan NikmatNya, sehingga
penyusun dapat menyelesaikan penyusunan salah satu pedoman instalasi
RawatJalan, yaitu
“PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI RAWAT JALAN 2016”
Selama penyusunan sampai penyelesaian pedoman ini banyak
kesulitan-kesulitan yang penyusun hadapi karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman. Oleh karena itu, penyusun menyadari
bahwa penyusunan pedoman ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu
penyusun mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dan
penyusun berharap dengan penyusunan pedoman ini dapat memberikan
manfaat bagi penyusun, seluruh staf Instalasi RawatJalan dan terutama
sekali bagi Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi.

Jambi, Januari 2016


Kepala Instalasi Rawat Jalan

dr. Fatmawati,M.Kes,Sp.KJ

Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Jalan 1


DAFTAR ISI

Kata pengantar ........................................................................................... 1


Daftar Isi ..................................................................................................... 2
BAB I Pendahuluan ................................................................................ 3
a. Latar Belakang .......................................................................... 3
b. Maksud dan Tujuan ................................................................... 5
c. Ruang Lingkup Pelayanan ......................................................... 6
d. Batasan Operasional ................................................................. 6
e. Landasan Hukum ...................................................................... 7
BAB II Standar Ketenagaan .................................................................... 8
a. Kualifikasi SDM ......................................................................... 8
b. Distribusi Ketenagaan ................................................................ 10
c. Pengaturan Dinas ....................................................................... 11
BAB III Standar Fasilitas ........................................................................... 13
a. Denah Ruang ............................................................................. 13
b. Standar Fasilitas ......................................................................... 14
BAB IV Tata Laksana Pelayanan .............................................................. 19
a. Penerimaan Pasien ................................................................... 19
b. Tatalaksana Pelayanan ............................................................. 19
BAB V Logistik ......................................................................................... 23
a. Permintaan Barang ke Bagian Gudang farmasi ......................... 23
b. Permintaan Barang ke Bagian Gudang Umum .......................... 23
BAB VI Keselamatan Pasien .................................................................... 24
a. Keselamatan Pasien................................................................... 24
b. Pencatatan dan Pelaporan ......................................................... 29
c. Sasaran Keselamatan Pasien di Instalasi Rawat Jalan Rumah
sakit Jiwa Daerah provinsi Jambi ............................................... 33
d. Monitoring dan Evaluasi ............................................................ 34
BAB VII Keselamatan Kerja ....................................................................... 36
a. Tujuan ........................................................................................ 36
BAB VIII Pengendalian Mutu ...................................................................... 37
BAB IX Penutup ......................................................................................... 44

Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Jalan 2


BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Undang-undang kesehatan Nomor 23 tahun 1992 menyatakan
bahwa setiap orang yang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh
derajat kesehatan yang optimal dan memiliki kewajiban untuk ikut serta
dalam memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan individu, keluarga
dan lingkungannya. Oleh karena itu, semua orang termasuk tenaga
kesehatan mempunyai kewajiban untuk melaksanakan pemeliharaan dan
peningkatan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau
oleh masyarakat (Dep. Kes RI, 2002).
Rumah sakit yang merupakan salah satu bentuk sarana pelayanan
kesehatan, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah dan atau
masyarakat berfungsi untuk melakukan upaya kesehatan dasar atau
kesehatan rujukan dan atau upaya kesehatan penunjang didalam
menjalankan fungsinya diharapkan senantiasa memperhatikan fungsisosial
dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Keberhasilan
rumah sakit dalam menjalankan fungsinya ditandai dengan adaya mutu
pelayanan prima rumah sakit. Mutu rumah sakit sangat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, adapun faktor yang paling dominan adalah sumber daya
manusia (Dep. Kes RI, 2002).
Pada saat pasien berkunjung ke sebuah pelayanan kesehatan,
harapan pasien adalah mendapatkan pelayanan kesehatan yang sebaik-
baiknya dan dengan waktu sesingkat-singkatnya.Pelayanan kesehatan
seperti rumah sakit, puskesmas, klinik swasta maupun dokter praktek
sesungguhnya tidak hanya memberikan pelayanan medis professional tapi
juga memberikan pelayanan umum pada masyarakat. Selain mendapatkan
pelayanan kesehatan sebaik-baiknya ,pasien dan keluarga, juga
mengharapkan kenyamanan dan keamanan ruang tunggu, antrian yang tidak
terlalu lama, kebersihan toilet maupun dari sumber daya manusia yang
bertugas di tempat pelayanan kesehatan tersebut harus professional. Selain
itu instalasi rawat jalan sebagai salah satu tempat pelayanan yang pertama,
yang diharapkan pasien maupun keluarga pasien adalah sebagain tempat

Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Jalan 3


pemberi informasi yang jelas sebelum pasien mendapatkan
tindakan/pelayanan berikutnya bahkan sampai memerlukan rawat inap.
Pelayanan rawat jalan (ambulatory services) adalah salah bentuk
dari pelayanan kedokteran. Karena tingginya biaya perawatan pasien yang
kompleks maka diperlukan suatu fasilitas yang bisa memberikan
pengobatan yang adekuat dengan biaya yang lebih sedikit dan lebih sedikit
intervensi. Bentuk pelayanan ini akan mengurangi pengeluaran biaya rumah
sakit. Secara sederhana pelayanan rawat jalan adalah peleyanan
kedokteran yang disediakan untuk pasien tidak dalam bentuk rawat inap
(hospitalization) (Feste, 1989).
Tujuan dari pelayanan rawat jalan adalah mengupayakan
kesembuhan dan pemulihan pasien secara optimal melalui prosedur dan
tindakan yang dapat dipertanggung jawabkan (standar pelayan rumah sakit,
Dirjen Yanmed Depkes RI tahun 1999). Sedang kan fungsi dari pelayanan
rawat jalan adalah sebagai tempat konsultasi, penyelidikan, pemeriksaan,
dan pengobatan pasien oleh dokter ahli dibidang masing-masing yang
disediakan untuk pasien yang membutuhkan waktu singkat untuk
penyembuhannya atau tidak membutuhkan pelayanan perwatan. Poliklinik
juga berfungsi sebagai tempat untuk penemuan diagnosis dini, yaitu tempat
pemeriksaan pasien pertama dalam rangka pemeriksaan lebih lanjut dalam
pengobatan penyakit.
Kesehatan individu, keluarga dan masayarakat akan meningkat bila
ditunjang oleh pelayanan kesehatan yang optimal termasuk didalamnya
kesehatan jiwa ( Rukiah Siregar, 1999). Berpijak dari hal tersebut, maka
pelayanan kesehatan perlu ditingkatkan,salah satu cara yang dapat
ditempuh untuk mencapai hal tersebut adalah dengan melaksanakan
pengorganisasian yang baik terhadap ketenagaan maupun
pengorganisasian terhadap ruang rawat jalan .
Instalasi Rawat Jalan RS Jiwa Daerah Jambi adalah unit kerja yang
membawahi beberapa klinik yang menyediakan layanan Spesialis Psikiatri,
Spesialis Saraf, Spesialis Anak, Spesialis Kulit dan Kelamin, Spesialis
Akupuntur, Gigi dan Mulut dan Psikologi.

Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Jalan 4


Instalasi Rawat jalan melayani pasien rawat jalan yang berasal dari
kota Jambi dan kota dan kabupaten yang ada di Provinsi Jambi bahkan yang
berasal dari Provinsi Sumatera Selatan yang jaraknya lebih dekat ke Jambi
dengan cara pembayaran tunai maupun dengan asuransi BPJS.
Jumlah tenaga medis yang melayani yaitu 4 Dokter Spesialis
Kedokteran Jiwa, Satu orang spesialis Anak, satu orang Spesialis Kulit dan
Kelamin, satu orang Spesialis Saraf,satu orang spesialis akupuntur, empat
orang dokter umum dan tiga orang dokter gigi, satu psikolog, Sarjana
Keperawatan tiga orang, Sarjana Psikologi satu orang, Sarjana Kesehatan
Masyarakat 1 orang, Sarjana ekonomi satu orang, DIII keperawatan 2 orang,
D III perawat gigi 1 orang, DIII akbid satu orang, AMKG satu orang, SPRG 2
orang, SPK 1 orang dan SLTA 1 orang.
Instalasi Rawat Jalan juga merupakan Lahan praktek Klinik untuk
mahasiswa Kedokteran dan Keperawatan,. Sehingga Rawat Jalan juga
berperan aktif dalam program bimbingan terhadap mahasiswa.

B. MAKSUD DAN TUJUAN


1. Maksud
Pedoman pelayanan Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit ini dimaksudkan
untuk memberikan panduan dalam melaksanakan perencanaan,
pelaksanaan dan pemantauanpenyelenggaraan pelayanan di Instalasi
Rawat Jalan.
2. Tujuan
a. Tujuan Umum
Meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien yang berobat
jalan di Instalasi Rawat Jalan
b. Tujuan Khusus
1. Menyediakan, meningkatkan dan mengembangkan sumber daya
manusia.
2. Meningkatkan sarana prasarana serta peralatan di Instalasi Rawat
Jalan.
3. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pemanfaatan pelayanan
Instalasi Rawat Jalan.
4. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang merata, terjangkau
dengan mengutamakan pada upaya preventif dan kuratif

Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Jalan 5


5. Menciptakan instalasi rawat jalan dengan pelayanan yang nyaman
dan lingkungan yang aman

C. RUANG LINGKUP PELAYANAN


Instalasi Rawat Jalan di RSJD Provinsi Jambi sesuai dengan tipe Rumah
Sakit tipe B memberikan beberapa pelayanan yaitu :
1. Pelayanan Jiwa
2. Pelayanan Saraf
3. Pelayanan Kulit dan Kelamin
4. Pelayanan Anak
5. Pelayanan Akupuntur
6. Pelayanan Gigi dan Mulut
7. Pelayanan Psikologi

D. BATASAN OPERASIONAL
Pedoman pelayanan Instalasi Rawat Jalan ini berlaku untuk setiap
kegiatan di rumah sakit yang melibatkan perencanaan, pelaksanaan dan
pemantauan penyelenggaraan pelayanan di Instalasi Rawat Jalan yang
berlaku di semua Klinik.
Batasan Operasional dari Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Jalan
Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi antara lain: Pedoman di susun
menurut Undang–Undang, Peraturan, Pedoman dan kebijakan yang berlaku.
1. Isi pedoman disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan rumah
sakit.
2. Pedoman diberlakukan dilingkungan Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi
Jambi.
3. Semua petugas yang memberikan pelayanan radiologi secara langsung
maupun tidak langsung harus berpedoman kepada buku pedoman ini.
4. Dapat dilakukan perubahan pada buku pedoman apabila diperlukan
dikemudian hari.
Batasan operasional dari Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Jiwa
Daerah Provinsi Jambi, adalah sebagai berikut :
1. Instalasi Rawat Jalan
Instalasi Rawat Jalan adalah bagian pelayanan di rumah sakit
yang memberikan pelayanan pencegahan, pengobatan serta pemulihan

Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Jalan 6


terhadap penderita dengan waktu kurang dari 24 jam dimana dalam
pelayanan terkait dengan kegiatan penunjang lain seperti rehabilitasi
medik, laboratorium, radilogi, farmasi, psikologi dan akupuntur.
2. Klinik
Klinik adalah unit yang melayani pelayanan rawat jalan, yang
meliputi tindakan pencegahan, pengobatan, dan pemulihan terhadap
pasien yang membutuhkan tindakan spesialistik ( Psikiatri, Saraf, Kulit
dan kelamin dan anak, serta akupuntur ) dan pelayanan gigi dan mulut
serta pelayanan psikologi.

E. LANDASAN HUKUM
Pedoman ini disusun berdasarkan peraturan perundang-undangan
sebagai berikut :
1. Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Undang-undang nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2002 tentang
Pedoman susunan organisasi dan tata kerja Rumah Sakit Daerah
4. Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 129 / MENKES / SK / VI /
2008 tentang berlakunya Standar Pelayanan di Rumah Sakit
5. Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran
6. Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Jalan 7


BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. KUALIFIKASI SDM
Dengan semakin banyaknya jumlah pasien di Rumah Sakit Jiwa
Daerah Provinsi Jambi, khususnya Instalasi Rawat Jalan terutama di Klinik
Psikiatri, maka jumlah ketenagaan di Instalasi Rawat Jalan harus
disesuaikan dengan meningkatnya kebutuhan pasien akan pelayanan Rawat
Jalan. Hal ini berguna agar pelaksanaan pelayanan Rawat Jalan dapat
terlaksana dengan cepat, tepat dan hasilnya sangat memuaskan. Kualifikasi
tenaga yang harus tersedia untuk menjamin terlaksananya pelayanan di
Instalasi Rawat Jalan meliputi :
1. Kepala Instalasi Rawat Jalan RS Jiwa Daerah Propinsi Jambi adalah
seorang dokter yang bekerja purna waktu
2. Tenaga Medis
Tenaga medis yang ada di instalasi rawat jalan adalah tenaga medis
yang bersertifikat dan berkompeten dibidangnya dalam arti sudah lulus
dari pendidikan kedokteran baik sebagai dokter umum maupun sebagai
dokter spesialis yang diakui oleh depdikbud dan departeman kesehatan,
memiliki STR dan SIP, dapat bekerja dalam tim, sehat jasmani dan rohani
serta lulus dalam kredensial yang dilakukan oleh rumah sakit.
3. Kepala setiap klinik adalah seorang perawat yang bekerja purna waktu,
Pendidikan minimal S1 Keperawatan, pengalaman bekerja di area
keperawatan minimal 3 tahun, pernah mengikuti pelatihan.
4. Tenaga paramedis (Perawat pelaksana) adalah perawat lulusan
Pendidikan minimal DIII Keperawatan, pengalaman bekerja di area
keperawatan jiwa minimal 1 tahun,dapat bekerja dalam tim, pernah
mengikuti pelatihan.
5. Tenaga Administrasi : Tenaga yang pendidikannya SMA, SPK dan D3
Keperawatan atau sederajat yang mempunyai pengetahuan
keadministrasian

Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Jalan 8


Pola ketenagaan di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi
Jambi adalah seperti yang terdapat pada Tabel 1 di bawah ini :

Tabel 1 Kualifikasi Sumber Daya Manusia Instalasi Rawat Jalan


No JABATAN KUALIFIKASI JUMLAH
1 Kepala  Pendidikan minimal S1 Kedokteran 1 orang
Instalasi (dr umum ) + spesialis
Rawat Jalan  Memiliki Surat Tanda Register (STR)
dan Surat Izin Praktek (SIP)
 Dapat bekerja dalam tim
 Sehat jasmani dan rohani
2 Dokter  Pendidikan minimal dokter spesialis 8 orang
spesialis kedokteran
 Memiliki Surat Tanda Register (STR)
dan Surat Izin Praktek (SIP)
 Dapat bekerja dalam tim
Sehat jasmani dan rohani
3 Dokter umum  Pendidikan minimal dokter umum 4 orang
 Memiliki Surat Tanda Register (STR)
dan Surat Izin Praktek (SIP)
 Dapat bekerja dalam tim
Sehat jasmani dan rohani
4 Dokter gigi  Pendidikan minimal dokter gigi 3 orang
 Memiliki Surat Tanda Register (STR)
dan Surat Izin Praktek (SIP)
 Dapat bekerja dalam tim
 Sehat jasmani dan rohani
5 Perawat  Pendidikan minimal DIII keperawatan 5 orang
penanggung  Memiliki STR
jawab poli  Pengalaman minimal 3 tahun
 Dapat bekerja dalam tim
 Sehat jasmani rohani

Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Jalan 9


6 Perawat  Pendidikan minimal DIII keperawatan 4 orang
pelaksana  Memiliki STR
 Pengalaman minimal 3 tahun
 Dapat bekerja dalam tim
Sehat jasmani rohani
7 Petugas  Pendidikan minimal Sekolah 2 orang
Administrasi Menengah Umum / sederajad (petugas
(klinik  Dapat bekerja dalam tim administrasi
Psikiatri dan  Menguasai pengarsipan klinik lain
Psikologi)  Sehat jasmani dan rohani dirangkap oleh
perawat
pelaksana)

B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Distribusi Ketenagaan pada Poliklinik dijabarkan dalam tabel berikut :

Tabel 2 Distribusi Ketenagaan Poliklinik


Nama klinik Jenis SDM Jumlah Ket.
(orang)
Psikiatri Psikiater 4 Satu
Dokter Umum 2 Kepala
Perawat Penanggungjawab 1 instalasi
Perawat Pelaksana 3
Tenaga administrasi 1
Neurologi Neurolog 1 Spesialis
Perawat Penanggugjawab 1 Tenaga
Perawat pelaksana 2 kontrak

Penyakit Kulit Spesialis Kulit Kelamin 1


dan Kelamin Perawat penanggungjawab 1
Anak Spesialis Anak 1
Perawat penanggungjawab 1
Gigi dan Mulut Dokter Gigi 3
Perawat penanggungjawab 1
Perawat pelaksana 1

Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Jalan 10


Akupuntur SpesialisAkupuntur 1 Spesialis
(Penanggungjawab ruangan ) Tenaga
Dokter umum 1 kontrak
Perawat pelaksana 1
Psikologi Psikolog 1
(penanggungjawab ruangan)
Staf pelaksana 1
Tenaga administrasi 1
Total Jumlah Spesialis 8 Tenaga
Keseluruhan Dokter umum 4 administra
SDM Rawat Dokter Gigi 3 si khusus
Jalan Psikolog 1 untuk
Sarjana psikolog 1 klinik
Perawat penanggung jawab 5 psikiatri
Perawat Pelaksana 8 dan
Tenaga administrasi 2 psikologi

C. PENGATURAN DINAS
Pengaturan jadwal dinas adalah pengaturan tugas pelayanan bagi
dokter dan perawat untuk melaksanakan tugas pelayanan di instalasi rawat
jalan Rumah Sakit Jiwa Daerah Jambi. Jadual dinas setiap hari disesuikan
dengan jam buka pelayanan pada masing-masing poliklinik yang telah dibuat
dan dipertanggungjawabkan oleh komite medis bekerjasama dengan kepala
instalasi rawat jalan.
1. Klinik Psikiatri
Jadwal dinas di Klinik Psikiatri, masing-masing Psikiater ditugaskan
selama 3 hari. Di Klinik Psikiatri ,dalam sehari bertugas dua orang
psikiater yang dibantu oleh dua orang dokter umum dan 4 orang
perawat dan satu tenaga administrasi.
2. Klinik Saraf
Dokter spesialis yang berstatus sebagai tenaga kontrak, memiliki jadual
pelayanan 4 hari yaitu senin,rabu,kamis dan jumat. Dibantu oleh satu
orang dr umum dan tiga orang perawat yang juga merangkap sebagai
tenaga administrasi

Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Jalan 11


3. Klinik Kulit dan Kelamin dan Klinik Anak
Poliklinik Kulit dan Kelamin dan Poliklinik Anak tidak ditempatkan
dokter umum, spesialis dibantu oleh perawat yang juga berfungsi
sebagai tenaga administrasi.
4. Klinik Akupuntur
Klinik Akupuntur spesialis yang berstatus sebagai tenaga kontrak
memiliki jadual di klinik dua hari yaitu hari senin dan kamis. Dua hari itu
spesialis dibantu oleh dokter umum yang telah menjalani pelatihan
akupuntur medik dasar yang diadakan oleh Depkes, dan hari lainnya
dilayani oleh dokter umum serta dibantu satu perawat yang juga
bertindak sebagai administrasi.
5. Klinik Psikologi.
Ditempatkan satu orang psikolog sebagai penanggungjawab klinik,
dibantu oleh satu orang sarjana psikolog dan satu orang tenaga
administrasi.
6. Klinik Gigi dan Mulut
Klinik Gigi dan Mulut bertugas tiga orang dokter gigi dibantu dua
perawat gigi yang juga berfungsi sebagai tenaga administrasi.
Jadwal pelayanan di masing-masing klinik :
1. Klinik Psikiatri, Klinik Kulit Kelamin, Klinik Anak, Klinik Akupuntur, Klinik
Gigi dan Mulut, dan Klinik Psikologi, dibuka mulai pukul 08.00 - pukul
13.00 (hari senin s.d kamis dan sabtu )
Hari jumat (pukul 08.00 - 11.00 WIB )
2. Poliklinik Saraf, pelayanan spesialis empat hari
Hari senin , Rabu, kamis : Mulai Pukul 13.00 wib - selesai
Jumat : Mulai 08.00 wib – 11.00 WIB
Hari lainnya tetap buka tapi dilayani oleh dokter umum

Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Jalan 12


BAB III
STANDAR FASILITAS

A. DENAH RUANG
Lokasi Instalasi Rawat Jalan berada pada dua gedung yang berbeda.
Pada lokasi gedung yang satu terdiri atas klinik Psikiatri. klinik Saraf, klinik
Kulit Kelamin dan klinik Gigi dan Mulut. Sedangkan pada gedung kedua
terdapat klinik Anak, klinik Akupuntur dan klinik Psikologi.
DENAH RUANGAN
INSTALASI RAWAT JALAN

GEDUNG SATU
PINTU MASUK

KLINIK KLINIK INFO


BPJS KLINIK PSIKIATRI
GIGI KULIT & RMA
ANAK SI

POLI RUANG TUNGGU


SARAF

TEMPAT PENDAFTARAN
APOTEK
LABOR
REKAM MEDIK

GEDUNG DUA

RUANG
KLINIK
KOMITE
EEG
MEDIK
KLINIK
ANAK

PELAYANAN KLINIK
KEUANGAN
MEDIK PSIKOLOGI

Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Jalan 13


B. STANDAR FASILITAS
Kelengkapan alat dalam instalasi rawat jalan rumah sakit terdiri dari:
a. Klinik Psikiatri
1. Administrasi
a. Meja ½ biro
b. Jam dinding
c. Kipas angin
d. Timbangan dewasa (tegak)
e. Racun api
f. Pesawat intercom
g. Kursi putar hitam
h. Kursi putar Abu
i. Kursi lipat
j. AC Split
k. Komputer PC
l. Meja computer
m. Microfon Confreen
n. Tempat sampah
o. Tempat/rak arsip
2. Ruang konsultasi I (kiri)
a. Meja ½ biro
b. Meja rapat (meja ½ biro)
c. Kursi putar
d. Tempat tidur
e. Lemari es
f. Kursi lipat
g. Stetoskop
h. Meja TV
i. Lemari besi + kaca
j. Instrumen Trolly
k. Tensi tegak
l. Loker satu pintu
3. Ruang konsultasi II (kanan)
a. Meja ½ biro
b. Kursi putar

Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Jalan 14


c. Loker
d. Tempa/ rak arsip
e. Lemari kayu 3 pintu
f. Kursi lipat
g. Meja computer
h. Komputer PC
i. AC split
j. Rak sepatu/sandal
k. Tempat sampah
4. Ruang konsultasi III
a. Ruang dalam
1. Meja ½ biro
2. Kursi putar
3. Lemari pendingin
4. AC split
5. Tempat tidur
6. Kursi lipat
7. Lemari
8. Jam dinding
9. Tempat arsip
b. Ruang luar
1. Meja ½ biro
2. AC Split
3. Kursi lipat
4. Jam dinding
5. Tempat/ rak arsip
6. Lemari gantung dan lemari kaca
b. Klinik Gigi dan Mulut
1. Dental unit
2. Lemari kaca/obat
3. Lemari kaca 4 tingkat
4. Meja ½ biro
5. Kursi putar
6. Kursi lipat
7. Jam dinding

Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Jalan 15


8. Alat kedokteran gigi/pencabut gigi
9. Alat kedokteran gigi/penambal gigi
10. Sterilisator
11. Meja TV
12. Waskom
13. Tensimeter air raksa
14. Stetoskop
15. Bak instrument kecil
16. Nierbeken
17. Light curing
18. Gorden hijau
19. AC split
20. Dental unit
21. Alat pencabutan gigi (exodonsy set )
22. Skaler (scaller)
23. Light Curing Apparatus
24. Alat cetak gigi(camera dental Mini Micro Flash)
25. PC Unit
26. Layar LCD
27. CPU
c. Klinik Saraf
1. Meja ½ biro
2. Meja kerja
3. Kursi lipat
4. Meja pasien
5. Tempat tidur
6. Jam dinding
7. Lemari kecil
8. Standar cuci tangan
9. Waskom cuci tangan
10. Kain gorden
11. Tensi air raksa
12. Stetoskop
13. Kursi roda pasien
14. Timbangan dewasa

Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Jalan 16


15. White board
16. Telepon local
17. Lemari es
18. Lemari 2 pintu
19. AC split
20. Genset (mesin listrik)
21. Instrumen trolly
22. Tabung oksigen kecil
23. Korentang
24. Tempat korentang
25. Speaker temple diatas dek
d. Klinik Kulit dan Kelamin
1. Jam dinding
2. Kursi lipat
3. Kursi putar
4. AC Split
5. Brankar (tempat tidur periksa)
6. Meja ½ biro
7. Lemari kaca obat
8. Tensi tegak
9. Timbangan badan
10. Stetoskop
11. Gorden coklat tebal
12. Gorden tipis
13. Scren
e. Klinik Anak
1.Meja ½ biro
2.Kursi putar
3.Kursi lipat
4. AC split
5.Tensi tegak
6.Timbangan
7.Jam dinding
8.Stetoskop

Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Jalan 17


f. Klinik Akupuntur
1. Meja kerja
2. Komputer
3. Tempat tidur
4. TDP
5. Stimulator
6. Jarum akupuntur
7. Tensimeter
8. Stetoskop
9. Timbangan
g. Klinik Psikologi
1. Meja besar
2. Meja kecil
3. Kursi
4. Whiteboard
5. Lemari
6. Meja computer
7. Komputer
8. Printer
9. Lemari penyimpanan berkas
10. Dispenser
11. Meja kerja
12. AC
13. Alat tes untuk mengukur kecerdasan
14. Alat tes untuk menilai kepribadian
15. Alat tes untuk melihat performa kerja

Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Jalan 18


BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

Tatalaksana pelayanan dalam instalasi rawat jalan pada umumnya


dikerjakan secara team work, dilakukan sesuai dengan standar pelayanan
kedokteran dan asuhan keperawatan dan terdokumentasi dengan baik.

A. Penerimaan Pasien
1. Pasien datang di instalasi rawat jalan, mendaftarkan identitas di tempat
penerimaan pasien.
2. Pendataan dilakukan. Pasien terdiri atas pasien umum dan pasien BPJS/
Jamkesda. Selanjutnya akan dibuatkan list di rekam medik.
3. List pasien diantar oleh petugas ke klinik yang dituju.
4. Pasien menunggu antrian untuk pelayanan

B. Tatalaksana Pelayanan
1. Klinik Psikiatri
Pelayanan di klinik Psikiatri dilakukan setiap hari kerja mulai pukul
08.00 sampai pukul 13.00 kecuali hari jumat pukul 08.00 sampai pukul
11.00. Pelayanan medik diberikan oleh dua orang psikiater setiap
harinya dan dibantu oleh dua orang dokter umum. Psikiater melayani
pasien yang baru pertama kali berobat, atau pasien berulang yang
membutuhkan konsultasi karena ada keluhan. Dokter umum membantu
memeriksa pasien dan melanjutkan pengobatan yang telah diberikan oleh
psikiater.Jenis pelayanan yang diberikan di klinik psikiatri meliputi ;
a. Melakukan assessment medis dengan pola IAR (Informasi, Analisis,
Rencana) yaitu : menyimpulkan semua informasi yang diperlukan,
mengidentifikasi masalah, mendiagnosis dan membuat rencana
pelayanan.
b. Merujuk ke bagian lain jika diperlukan.
c. Meminta pemeriksaan penunjang seperti laboratorium dan radiolgi
d. Pelayanan pemberian resep
e. Pelayanan psikoterapi
f. Pelayanan pasien jiwa anak dan remaja
g. Pelayanan pasien psikiatrik geriatrik

Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Jalan 19


h. Pelayanan ketergantungan NAPZA
i. Memberikan edukasi / informasi kepada pasien dan keluarga
j. Pelayanan permintaan pemeriksaan Psikiatri Forensik
k. Pelayanan permintaan pemeriksaan kesehatan jiwa
l. Pelayanan permintaan pemeriksaan kelayakan pegawai
m. Pelayanan permintaan pemeriksaan untuk Pengampuan
n. Pelayanan permintaan keterangan pemeriksaan jiwa untuk adopsi
anak.
o. Pelayanan permintaan keterangan pemeriksaan jiwa untuk pensiun
dini.
2. Klinik Anak
Pemeriksaan dan pengobatan di klinik Anak dilakukan oleh dokter
spesialis Anak setiap hari kerja mulai pukul 08.00 sampai pukul 13.00
wib,kecuali hari jumat pukul 08.00-11.00 Pemeriksaan meliputi :
anamnesis keluhan, penimbangan berat badan, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan penunjang (laboratorium , radiologi, psikologi) jika
diperlukan, pemberian resep dan edukasi pada orang tua (dan pasien)
mengenai masalah kesehatan yang akan atau sedang mereka
alami.Juga pelayanan pemeriksaan tumbuh kembang anak dengan
dengan pemeriksaan tinggi badan dan berat badan (status gizi).Setiap
kasus gangguan tumbuh kembang anak akan ditindaklanjuti
bekerjasama dengan rehabilitasi medik atau bagian lain jika diperlukan.
3. Klinik Kulit dan Kelamin
Layanan di klinik Kulit kelamin dilakukan setiap hari kerja, mulai
pukul 08.00 sampai pukul 13.00, kecuali hati jumat pukul 08.00-11.00.
Jenis pelayanan yang diberikan : Pelayanan di klinik Kulit Kelamin
meliputi :anamnesis keluhan, pelayanan pemeriksaan fisik, pemeriksaan
penunjang (laboratorium) atas indikasi, penentuan diagnosis, pemberian
tindakan dan pemberian resep.
4. Klinik Gigi
Layanan di poliklinik gigi dilakukan setiap hari kerja senin – sabtu
mulai pukul 08.00 sampai dengan pukul 13.00 kecuali hari jumat mulai
pukul 08.00 sampai pukul 11.00 wib oleh tiga orang dokter gigi. Jenis
pelayanan yang diberikan ;
a. Pemeriksaan kesehatan gigi rutin

Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Jalan 20


b. Penentuan diagnosis
c. Pemeriksaan penunjang radiologi atas indikasi
d. Perawatan saluran akar gigi dan tumpatan
e. Pembersihan karang gigi
f. Cabut gigi
g. Penambalan gigi
5. Klinik Saraf
Layanan di klinik Saraf dilakukan selama 4 hari kerja yaitu hari
senin, rabu, kamis dan jumat.Hari senin, rabu dan kamis mulai pukul
13.00 sampai dengan selesai. Hari jumat mulai pukul 08.00 – 11.00.
Jenis pelayanan yang diberikan ; Pelayanan di klinik saraf meliputi
:anamnesis keluhan, pelayanan pemeriksaan fisik, pemeriksaan
penunjang (laboratorium, radiologi), penentuan diagnosis, pemberian
tindakan dan pemberian resep serta bekerja sama dengan bagian (
psikiatri, rehab medik) jika diperlukan.
6. Klinik Akupuntur
Layanan di klinik Akupuntur dilakukan setiap hari mulai pukul
08.00 sampai pukul 13.00 WIB, kecuali hari jumat mulai pukul 08.00
sampai pukul 11.00 WIB. Jenis pelayanan yang diberikan meliputi :
anamnesis keluhan, pelayanan pemeriksaan fisik, pemeriksaan
penunjang (laboratorium, radiologi), penentuan diagnosis, pemberian
tindakan akupuntur klinis dan pemberian resep jika diperlukan, serta
bekerja sama dengan bagian lain jika diperlukan.
7. Klinik Psikologi
Layanan di klinik Pskologi dilakukan setiap hari mulai pukul 08.00
sampai dengan pukul 13.00 WIB kecuali hari jumat pukul 08.00 sampai
pukul 11.00 WIB. Jenis pelayanan yang diberikan adalah : pemeriksaan
psikometri seperti tes IQ, tes menilai kepribadian, tes menilai performa
kerja dan melayani permintaan konsultasi dari Psikiater.

Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Jalan 21


ALUR PELAYANAN PASIEN RAWAT JALAN

PASIEN
BPJS/JAMKESDA
PASIEN DATANG MENDAFTAR
PASIEN UMUM

MENGISI
IDENTITAS DAN
REGISTRASI PETUGAS
ADMISI/TEMPAT
PENDAFTARAN
REKAM MEDIK
PASIEN RAWAT
INAP PSIKIATRI
APOTEK KLINIK

IGD

LAYANAN
RAWAT INAP
PENUNJANG

PULANG

Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Jalan 22


BAB V
LOGISTIK

Pengelolaan perbekalan logistik di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit


Jiwa Daerah Provinsi Jambi di kelola secara efektif dan efisien guna menunjang
mutu pelayanan. Perbekalan logistik ini berupa bahan habis pakai , alat-alat
kesehatan maupun alat tulis kantor dan rumah tangga. Dalam pengelolaannya,
perbekalan logistik ini didukung dengan beberapa alur yaitu :
A. Permintaan Barang ke Bagian Gudang Farmasi
Adapun alur permintaan barang Instalasi Rawat Jalan ke bagian gudang
farmasi adalah sebagai berikut :
1. Petugas Instalasi Rawat Jalan mengisi formulir permintaan barang
farmasi dengan persetujuan Penanggung Jawab Instalasi Rawat Jalan
2. Petugas Instalasi Rawat Jalan menyerahkan formulir permintaan barang
yang telah disetujui ke petugas farmasi. Kemudian petugas merekap
permintaan barang Rawat Jalan dan menyiapkan barang permintaan.
3. Petugas Rawat Jalan mengambil barang yang diminta, kemudian dicatat
tanggal datang dan stock barang yang ada.
4. Barang yang diminta dimasukkan ke lemari Rawat Jalan dan dikeluarkan
sesuai kebutuhan.
B. Permintaan Barang ke Bagian Gudang Umum
Adapun alur permintaan barang Instalasi Rawat Jalan ke bagian gudang
umum adalah sebagai berikut :
1. Petugas Instalasi Rawat Jalan mengisi formulir permintaan barang
dengan persetujuan dari Penanggung Jawab Instalasi Rawat Jalan
2. Petugas Instalasi Rawat Jalan menyerahkan formulir permintaan barang
yang telah disetujui ke petugas rumah tangga. Kemudian petugas
merekap permintaan barang dan menyiapkan barang yang diminta.
3. Petugas Instalasi Rawat Jalan mengambil barang yang diminta,
kemudian dicatat tanggal datang dan stock barang yang ada
4. Barang yang diminta dimasukkan ke lemari Rawat Jalan dan dikeluarkan
sesuai kebutuhan.

Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Jalan 23


BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

A. KESELAMATAN PASIEN
Mengacu kepada standar keselamatan pasien, maka RSJD Jambi
harus merancang proses baru atau memperbaiki proses yang ada,
memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data,
menganalisis secara intensif KTD, dan melakukan perubahan untuk
meningkatkan kinerja mutu serta keselamatan pasien.
Proses perancangan tersebut harus mengacu pada visi,misi, dan
tujuan RSJD Jambi, kebutuhan pasien, petugas pelayanan kesehatan, kaidah
klinis terkini, praktik bisnis yang sehat, dan faktor-faktor lain yang berpotensi
risiko bagi pasien sesuai dengan “ Tujuh Langkah Keselamatan Pasien
Rumah Sakit”
Berkaitan hal tersebut diatas maka perlu ada kejelasan perihal tujuh
langkah keselamatan pasien rumah sakit tersebut.
Uraian Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit
adalah sebagai berikut:
1. BANGUN KESADARAN AKAN NILAI KESELAMATAN PASIEN
Ciptakan kepemimpinan dan budaya yang terbuka dan adil.
Langkah penerapan
a. Tingkat Rumah Sakit :
RSJD Jambi telah memiliki kebijakan yang menjabarkan apa
yang harus dilakukan staf segera setelah terjadi insiden, bagaimana
langkah-langkah pengumpulan fakta harus dilakukan dan dukungan
apa yang harus diberikan kepada staf, pasien dan keluarga
 RSJD Jambi telah memiliki kebijakan dan prosedur yang
menjabarkan peran dan akuntabilitas individual bilamana ada
insiden.
 RSJD Jambi telah berupaya menumbuhkan budaya pelaporan
dan belajar dari insiden yang terjadi di rumah sakit.
 Lakukan asesmen dengan menggunakan survei penilaian
keselamatan pasien.

Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Jalan 24


b. Tingkat Unit Kerja/Tim :
1. Pastikan semua rekan sekerja merasa mampu untuk berbicara
mengenai kepedulian mereka dan berani melaporkan bilamana
ada insiden
2. Demonstrasikan kepada seluruh personil ukuran-ukuran yang
dipakai di RSJD Jambi untuk memastikan semua laporan dibuat
secara terbuka dan terjadi proses pembelajaran serta
pelaksanaan tindakan/solusi yang tepat
2. PIMPIN DAN DUKUNG STAF RS
Bangunlah komitmen dan fokus yang kuat dan jelas tentang
Keselamatan Pasien di seluruh jajaran RSJD Jambi.
Langkah penerapan :
a. Tingkat Rumah Sakit :
 Direksi bertanggung jawab atas keselamatan pasien
 Telah dibentuk Tim Keselamatan Pasien yang ditugaskan untuk
menjadi “penggerak” dalam gerakan keselamatan pasien
 Prioritaskan Keselamatan Pasien dalam agenda rapat jajaran
Direksi maupun rapat-rapat manajemen rumah sakit
 Keselamatan Pasien menjadi materi dalam semua program
orientasi dan pelatihan di RSJD Jambi dan dilaksanakan evaluai
dengan pre dan post test.
b. Tingkat Unit Kerja/Tim :
 Semua pimpinan unit kerja wajib memimpin gerakan
Keselamatan Pasien
 Selalu jelaskan kepada seluruh personil relevansi dan pentingnya
serta manfaat bagi mereka dengan menjalankan gerakan
Keselamatan Pasien
 Tumbuhkan sikap kesatria yang menghargai pelaporan
Insiden
3. INTEGRASIKAN AKTIVITAS PENGELOLAAN RISIKO
Kembangkan sistem dan proses pengelolaan risiko, serta lakukan
identifikasi dan asesmen hal yang potensial bermasalah.

Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Jalan 25


Langkah penerapan:
a. Tingkat Rumah Sakit :
 Telaah kembali input dan proses yang ada dalam manajemen
risiko klinis dan non klinis, serta pastikan hal tersebut mencakup
dan terintegrasi dengan Keselamatan Pasien dan staf
 Kembangkan indikator-indikator kinerja mutu dan Insiden
Keselamatan Pasien (IKP) bagi sistem pengelolaan risiko yang
dapat dimonitor oleh Direksi/Manajer RSJD Jambi
 Gunakan informasi yang benar dan jelas yang diperoleh dari
sistem pelaporan insiden dan asesmen risiko untuk dapat secara
proaktif meningkatkan kepedulian terhadap pasien.
b. Tingkat Unit Kerja/Tim:
 Dalam setiap rapat koordinasi selalu laksanakan diskusi tentang
hal-hal yang berkaitan dengan Keselamatan Pasien guna
memberikan umpan balik kepada Manajer terkait
 Pastikan ada penilaian risiko pada individu pasien dalam proses
asesmen risiko rumah sakit
 Lakukan proses asesmen risiko secara teratur, untuk menentukan
akseptabilitas setiap risiko, dan ambilah langkah-langkah yang
tepat untuk memperkecil risiko tersebut
 Pastikan penilaian risiko tersebut disampaikan sebagai masukan
ke proses asesmen dan pencatatan risiko rumah sakit.
4. KEMBANGKAN SISTEM PELAPORAN
Pastikan staf anda agar dengan mudah dapat melaporkan
kejadian/insiden, serta rumah sakit mengatur pelaporan kepada Komite
Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS).
Langkah penerapan :
a. Tingkat Rumah Sakit
Sistem pelaporan insiden ke dalam maupun ke luar rumah sakit
mengacu pada Pedoman Keselamatan Pasien RSJD Jambi.
b. Tingkat Unit Kerja/Tim :
Berikan semangat kepada seluruh personil untuk secara aktif
melaporkan setiap insiden yang terjadi dan insiden yang telah dicegah
tetapi tetap terjadi juga, karena mengandung bahan pelajaran yang
penting.

Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Jalan 26


5. LIBATKAN DAN BERKOMUNIKASI DENGAN PASIEN
Kembangkan cara-cara komunikasi yang terbuka dengan pasien
Langkah penerapan :
a. Tingkat Rumah Sakit :
 RSJD Jambi memiliki kebijakan dan pedoman yang jelas tentang
cara-cara komunikasi terbuka selama proses asuhan tentang
insiden dengan para pasien dan keluarganya.
 Seluruh staf RSJD Jambi terkait harus mampu memastikan bahwa
pasien dan keluarga mendapat informasi yang benar dan jelas
bilamana terjadi insiden.
 Seluruh jajaran manajerial harus mampu memberi dukungan,
pelatihan dan dorongan semangat kepada staf agar selalu terbuka
kepada pasien dan keluarganya.
b. Tingkat Unit Kerja/Tim :
 Pastikan seluruh personil menghargai dan mendukung
keterlibatan pasien dan keluarganya bila telah terjadi insiden.
 Prioritaskan pemberitahuan kepada pasien dan keluarga bilamana
terjadi insiden, dan segera berikan kepada mereka informasi yang
jelas dan benar secara tepat.
 Pastikan, segera setelah kejadian, tim menunjukkan empati
kepada pasien dan keluarganya.
6. BELAJAR DAN BERBAGI PENGALAMAN TENTANG KESELAMATAN
PASIEN
Seluruh staf harus mampu untuk melakukan analisis akar masalah
untuk belajar bagaimana dan mengapa KTD itu timbul.
Langkah penerapan:
a. Tingkat Rumah Sakit:
 Pastikan staf yang tekait telah terlatih untuk melakukan kajian
insiden secara tepat, yang dapat digunakan untuk
mengidentifikasi penyebab
 Kembangkan kebijakan yang menjabarkan dengan jelas kriteria
pelaksanaan Analisis Akar Masalah (Root Cause Analysis/RCA)
yang mencakup insiden yang terjadi dan minimum satu kali per
tahun melakukan melakukan Failure Modes and Effects Analysis
(FMEA) untuk proses risiko tinggi.

Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Jalan 27


b. Tingkat Unit Kerja/Tim:
 Diskusikan dalam jajaran unit/tim pengalaman dari hasil analisis
insiden.
 Identifikasi unit atau bagian lain yang mungkin terkena dampak di
masa depan dan bagilah pengalaman tersebut secara lebih luas.
7. CEGAH CEDERA MELALUI IMPLEMENTASI SISTEM KESELAMATAN
PASIEN
Gunakan informasi yang ada tentang kejadian / masalah untuk
melakukan perubahan pada sistem pelayanan.
Langkah Penerapan:
a. Tingkat Rumah Sakit :
 Gunakan informasi yang benar dan jelas yang diperoleh dari
sistem pelaporan, asesmen risiko, kajian insiden, dan audit serta
analisis, untuk menentukan solusi.
 Solusi tersebut dapat mencakup penjabaran ulang sistem (input
dan proses), penyesuaian pelatihan staf dan/atau kegiatan klinis,
termasuk penggunaan instrumen yang menjamin keselamatan
pasien.
 Lakukan asesmen risiko untuk setiap perubahan yang
direncanakan.
 Sosialisasikan solusi yang dikembangkan oleh KKPRS-PERSI.
 Beri umpan balik kepada staf tentang setiap tindakan yang diambil
atas insiden yang dilaporkan.
b. Tingkat Unit Kerja/Tim :
 Libatkan seluruh personil dalam mengembangkan berbagai cara
untuk membuat asuhan pasien menjadi lebih baik dan lebih aman.
 Telaah kembali perubahan-perubahan yang telah dibuat dan
pastikan pelaksanaannya.
 Pastikan seluruh personil menerima umpan balik atas setiap
tindak lanjut tentang insiden yang dilaporkan.
Tujuh langkah keselamatan pasien rumah sakit merupakan panduan
yang komprehensif untuk menuju keselamatan pasien, sehingga tujuh
langkah tersebut secara menyeluruh harus dilaksanakan oleh setiap rumah
sakit. Dalam pelaksanaan, tujuh langkah tersebut tidak harus berurutan dan
tidak harus serentak. Dapat dipilih langkah-langkah yang paling strategis dan

Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Jalan 28


paling mudah dilaksanakan. Bila langkah-langkah ini berhasil maka
kembangkan langkah-langkah yang belum dilaksanakan
Bila tujuh langkah ini telah dilaksanakan dengan baik maka dapat
menambah penggunaan metoda-metoda lainnya.

B. PENCATATAN DAN PELAPORAN


a. Rawat Jalan
1. Instalasi Rawat Jalan melakukan pencatatan dan pelaporan insiden
yang meliputi kejadian tidak diharapkan (KTD), kejadian nyaris cedera
dan kejadian sentinel.
2. Menurut Permenkes 1691/2012 tentang Keselamatan Pasien dimana
Kejadian sentinel adalah suatu KTD yang mengakibatkan
kematian atau cedera yang serius
3. RSJD Jambi menetapkan definisi operasional dari Insiden yang
meliputi:
a. Sentinel
1. kematian tidak terduga dan tidak terkait dengan perjalanan
alamiah penyakit pasien atau kondisi yang mendasari
penyakitnya (bunuh diri, salah obat dan meninggal, dapat
infeksi di RS dan meninggal)
2. kehilangan fungsi utama (major) secara permanen yang tidak
terkait dengan perjalanan alamiah penyakit pasien atau
kondisi yang mendasari penyakitnya
3. pasien melarikan diri adalah pasien yang keluar rumahsakit
tanpa ada ijin/indikasi keluar rumah sakit/keluarga
b. Kejadian Tidak diharapkan (KTD)
 Terjadi kesalahan, hingga teraphy dan intervensi lanjut
diperlukan &kesalahan ini memberikan efek yg buruk yg
sifatnya sementara.
 Terjadi kesalahan & mengakibatkan pasien harus dirawat lebih
lama di RS serta memberikan efek buruk yang sifatnya
sementara (KTD)
 Terjadi kesalahan yang mengakibatkan efek buruk yang
bersifat permanen (KTD )

Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Jalan 29


 Terjadi kesalahan dan hampir merenggut nyawa pasien
seperti syok anafilaktik (KTD).
c. Kejadian nyaris cidera (KNC)
Adalah suatu kejadian dimana hampir terjadi kealahan
sebelum diakukan tindakan/pemberian obat tetapi tindakan/obat
belum sempat diberikan ke pasien : seperti salah ambil obat
diketahui petugas yang lain, salah pasien yang dilakukan
tindakan/pemeriksaan diketahui petugas lain sebelum tindakan
dilakukan.
 Pencatatan dan pelaporan insiden Keselamatan Pasien (IKP)
mengacu pada pedoman yang dikeluarkan oleh Komite
Keselamatan Pasien Rumah Sakit Persi.
 Pelaporan insiden terdiri dari :
a. Pelaporan internal yaitu mekanisme/alur pelaporan KPRS
di internal RSJD Jambi.
b. Pelaporan eksternal yaitu pelaporan dari RSJD Jambi ke
Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
 Panitia Keselamatan Pasien RSJD Jambi melakukan analisis
Semua reaksi obat tidak diharapkan yang serius, Terjadi
kesalahan dan hampir merenggut nyawa pasien contoh syok
anafilaktik,  advers effect
 Semua kesalahan obat (medication error) yang signifikan
dianalisis; insiden yang mengakibatkan efek buruk yang
bersifat permanen advers event
 Pencatatan kegiatan yang telah dilakukan dan membuat
laporan kegiatan kepada Direktur Rumah Sakit secara berkala.
d. Ivestigasi sederhana
Investigasi yang dilakukan di unit/instalasi apabilahasil matrix
grading suatu insiden, band risiko -nya berwarna biru dan hijau.
Waktu pelaksaan band berwarna biru : maksial 1 minggu
Waktu pelaksaan band berwarna hijau : maksial 2 minggu
e. Root Causes Analysis (RCA)
Root Causes Analysis (RCA) Adalah Proses terstruktur yg
menggunakan metode analitik yg dikenal. Memungkinkan kita
untuk bertanya “bagaimana” dan “mengapa” dengan cara yg

Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Jalan 30


obyektif untuk mengungkap faktor kausal yg menyebabkan
insiden keselamatan pasien. Belajar bagaimana mencegah
insiden serupa terjadi lagi, bukannya menerapkan sikap
menyalahkan
Tata cara dalam melakukan RCA yang dilaksanakan di RSJD
Jambi adalah menggunakan tujuh langkah sebagai berikut :
1. Identifikasi Insiden yang akan di investigasi
2. Tentukan Tim Investigator
3. Kumpulkan data & informasi
• Observasi
• Dokumentasi
• Interview
4. Petakan Kronologi kejadian
• Tabular Timeline
5. Identifikasi CMP ( Care Management Problem )
( Brainstorming, Brainwriting )
6. Analisis Informasi yang digunakan antara lain:
• 5 Why’s
• Analisis Perubahan
• Analisis Penghalang
• FishBone / Analisis Tulang Ikan
7. Rekomendasi dan Rencana Kerja untuk Improvement
Root cause analisis dilakukan apabila:
• Ada kejadian sentinel
• Hasil matrix grading, band risiko -nya berwarna merah &
kuning
• Waktu dilakukan RCA maksimal 45 hari
f. FMEA (Failure Mode and Cause Analysis)
Suatu alat mutu untuk mengkaji suatu prosedur secara rinci dan
mengenali model-model adanya kegagalan/kesalahan pada suatu
prosedur, melakukan penilaian terhadap tiap model
kesalahan/kegagalan dan mencari solusi dengan melakukan
perubahan disain/prosedur.

Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Jalan 31


Delapan tahap FMEA (JCAHO, 2005)
1. Memilih proses yang berisiko tinggi dan membentuk tim
2. Membuat diagram proses atau alur proses dengan flow chart
yang rinci
3. Untuk setiap kemungkinan kegagalan (failure mode),
identifikasi efek yang mungkin terjadi ke pasien (the effect)
4. Menetapkan kemungkinan tingkat keparahan dari efek
tersebut ke pasien (RPN)
5. Melakukan root cause analysis dari failure mode
6. Desain ulang proses
7. Analisa dan ujicobakan proses yang baru
8. Terapkan dan awasi proses yang sudah didesain ulang tadi
Catatan: Risk Priority Numbers (RPN)
 S=Severity (Keparahan): 1. (Minor), 2 (Moderate), 3 (Minor
Injury), 4 (Mayor Injury), 5 ( Terminal injury/death)
 O = Occurence (Keseringan) : 1 (Hampir tidak pernah
terjadi), 2 (jarang), 3 (kadang-kadang), 4 (sering), 5 (sangat
sering dan pasti)
 D= Detectable (Terdeteksi) : 1 (selalu terdeteksi), 2 (sangat
mungkin terdeteksi), 3 (Mungkin terdeteksi), 4 (Kemungkinan
kecil terdeteksi),5 (Tidak mungkin terdeteksi)
Pelaksanaan :
RS memastikan bahwa seluruh staf yang terkait mampu
melakukan analisis akar masalah untuk belajar bagaimana dan
mengapa masalah tersebut terjadi untuk kemudian menyusun
rencana tindak lanjutnya.
 Analisis akar masalah (RCA) dilakukan untuk melakukan
identifikasi apabila ditemukan permasalahan dalam
pemenuhan indikator mutu dan manajerial serta pengelolaan
insiden.
 Proses mengurangi risiko dilakukan paling sedikit satu kali
dalam setahun dan dibuat dokumentasinya, dengan
menggunakan FMEA (Failure Mode and Effect Analysis).
Proses yang dipilih adalah proses dengan risiko tinggi.

Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Jalan 32


C. Sasaran keselamatan pasien di Instalasi Rawat Jalan RSJD Jambi
Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah
sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Di dalam instalasi rawat jalan ada
beberapa standar yang harus dilaksanakan dalam keselamatan pasien.
1. Ketepatan identifikasi pasien.
Ketepatan identifikasi pasien adalah ketepatan penentuan identitas
pasien sejak awal masuk sampai dengan pasien keluar dari semua
pelayanan yang diterima oleh pasien. Ketepatan identitas, dalam hal ini
target yang harus terpenuhi adalah 100 %. Label identitas tidak tepat
apabila tidak terpasang, salah pasang, salah penulisan nama, salah
penulisan gelar (Tn,Ny,Sdr, An ) salah jenis kelamin dan salah alamat.
2. Peningkatan komunikasi yang efektif
Komunikasi yang efektif adalah komunikasi lisan yang menggunakan
prosedur write back, read back, dan repeat back (reconfirm)
Bagi dokter umum/ perawat atau petugas kesehatan lainnya yang
memerlukan konsul via telepon ke DPJP, atau dari petugas kesehatan ke
dokter umum, menggunakan metode SBAR, Target yang harus
terpenuhi 100 %.
3. Pengurangan risiko infeksi
Pokok eliminasi infeksi adalah cuci tangan (hand hygiene) yang tepat
sebelum dan sesudah melakukan tindakan pada lima moment.
4. Ketepatan pemberian obat
Ketepatan pemberian obat meliputi tepat identitas/ pasien, tepat obat,
tepat dosis, tepat cara/rute (oral, parental, topical, rectal, inhalsi), tepat
waktu dan tepat dokumentasi.
5. Pengurangan risiko jatuh
Di instalasi rawat jalan, pasien rawat jalan terutama lansia biasanya
memiliki risiko jatuh. Ataupun pasien yang akan di rawat inap melalui
instalasi rawat jalan , dapat di temukan adanya risiko jatuh. Adanya kasus
pasien dengan risiko jatuh menjadi bagian yang bermakna penyebab
cidera pada pasien. Hal ini merupakan bagian tanggung jawab rumah
sakit. Upaya penting yang harus dilakukan adalah mengevaluasi risiko
jatuh setiap pasien. Kebijakan Rumah Sakit untuk mencegah terjadinya
risiko pasien jatuh maka dilakukan assessment awal pada saat pasien
mulai masuk di instalasi rawat jalan / IGD dan assesment diulang setiap

Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Jalan 33


harinya. Pada saat pasien masuk ditanyakan riwayat jatuh, obat dan
telaah terhadap obat dan komsumsi alkohol, penelitian terhadap
gaya/cara jalan dan keseimbangan dan alat bantu berjalan yang
digunakan pasien.

D. MONITORING DAN EVALUASI


1. Seluruh jajaran manajemen RSJD Jambi secara berkala melakukan
monitoring dan evaluasi program keselamatan pasien yang dilaksanakan
oleh Panitia Keselamatan Pasien RSJD Jambi.
2. Panitia Keselamatan Pasien RSJD Jambi secara berkala (paling lama 2
tahun) melakukan evaluasi pedoman, kebijakan dan prosedur
keselamatan pasien yang dipergunakan di RSJD Jambi.
3. Panitia Keselamatan Pasien RSJD Jambi melakukan evaluasi kegiatan
setiap triwulan dan membuat tindak lanjutnya.

Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Jalan 34


BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Undang-undang nomor 3 tahun 2009 pasal 164 ayat (1) menyatakan


bahwa upaya kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup
sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang
diakibatkan oleh pekerjaan. Rumah Sakit adalah tempat kerja yang termasuk
dalam kategori seperti disebut diatas, berarti wajib menerapkan upaya
keselamatan dan kesehatan kerja. Program keselamatan dan kesehatan kerja di
tim pendidikan pasien dan keluarga bertujuan melindungi karyawan dari
kemungkinan terjadinya kecelakaan di dalam dan di luar Rumah Sakit . Dalam
UUD 1945 pasal 27 ayat (2) disebutkan bahwa “setiap warga negara berhak
atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan“. Dalam hal ini
yang dimaksud pekerjaan adalah pekerjaan yang bersifat manusiawi, yang
memungkinkan pekerja berada dalam kondisi sehat dan selamat , bebas dari
kecelakaan dan penyakit akibat kerja sehingga dapa hidup layak sesuai
dengan martabat manusia. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupaka
bagian integral dari perlindungan terhadap pekerja dalam hal ini Instalasi Rawat
Jalan dan perlindungan terhadap Rumah Sakit. Pegawai adalah bagian integral
dari Rumah Sakit. Jaminan keselamatan dan kesehatan kerja akan
menkingkatkan produktivitas pegawai dan meningkatkan produktivitas Rumah
Sakit.
Undang-undang Nomor 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja
dimaksudkan juntuk menjamin
1. Agar pegawai dan setiap orang yang berada di tempat kerja selalu berada
dalam keadaan sehat dan selamat.
2. Agar faktor-faktor produksi dapat dipakai dan digunakan secara efisien
3. Agar proses produksi dapat berjalan secara lancer tanpa hambatan.
Faktor-faktor yang menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja
dapat digolongkan pada tiga kelompok, yaitu :
1. Kondisi dan lingkungan kerja
2. Kesadaran dan kualitas pekerja
3. Peranan dan kualitas manajemen .

Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Jalan 35


Dalam kaitannya dengan dengan kondisi dan lingkungan kerja,
kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat terjadi bila peralatan tidak memenuhi
standar kualitas atau bila sudah aus. Alat-alat produksi tidak disusun secara
teratur menurut tahapan proses produksi, ruang kerja terlalu sempit, ventilasi
udara kurang memadai, ruangan terlalu panas atau terlalu dingin, tidak tersedia
alat-alat pengaman, kurang memperhatikan persyaratan penanggulangan
bahaya kebakaran dan lain-lain.
A. TUJUAN
Manajemen kesehatan dan keselamatan kerja di Rumah Sakit
bertujuan agar tercapai pelayanan dan produktifitas yang optimal dengan
tujuan khusus yaitu :
1. Memberikan perlindungan kepada seluruh staf, pasien dan pengunjung.
2. Mencegah kecelakaan kerja, paparan bahan berbahaya, kebakaran dan
pencemaran lingkungan.
3. Mengamankan peralatan kerja, bahan baku dan menciptakan lingkungan
kerja yang aman.
Mengacu pada pengertian tersebut di atas maka diharapkan setiap
petugas medis maupun non medis dapat menerapkan sistem keselamatan
kerja diantaranya :
- Tersedianya APD yang memenuhi standar serta dapat menggunakannya
dengan benar, baik itu masker, penutup kepala, kaos tangan,
skoret/apron, kacamata, pelindung kaki dan sebagainya.
- Tersedianya tempat pembuangan sampah yang dibedakan infeksius dan
non infeksius serta terdapatnya tempat khusus untuk pembuangan jarum
atau spuit bekas.
- Aturan untuk tidak melakukan recuping jarum suntik setelah dipakai ke
pasien.
- Setiap petugas medis menganggap bahwa setiap pasien dapat
menularkan penyakit sehingga petugas perlu memperhatikan upaya
pencegahan infeksi tersebut antara lain, cuci tangan sebelum dan setelah
melakukan tindakan, memberikan contoh tentang pencegahan infeksi
seperti cara cuci tangan yang benar, cara batuk efektif. Ventilasi dan
pencahayaan yang baik diruang rawat jalan juga perlu.

Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Jalan 36


BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Dengan semakin meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang


kesehatan, maka saat ini masyarakat semakin memperhatikan mutu pelayanan
kesehatan yang diterimanya. Pengendalian mutu di instalasi rawat jalan harus
dilakukan demi kepentingan dan kepuasan dari pasien sehingga nantinya dapat
kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan di instalasi rawat jalan pada
khususnya dan pelayanan kesehatan di Rumah sakit Jiwa Jambi pada
umumnya. Indikator mutu pelayanan Instalasi Rawat Jalan RS Jiwa Daerah
Provinsi Jambi mengacu pada indikator mutu RS Jiwa Daerah Provinsi Jambi,
yaitu :
1. Waktu tunggu di rawat jalan ≤ 60 menit
1. Judul Waktu tunggu di rawat jalan klinik Jiwa
2. Dimensi mutu Efisiensi dan efektifitas
3. Tujuan Tersedianya pelayanan rawat jalan spesialis
jiwa pada hari kerja di RSJD provinsi Jambi
4. Dasar pemikiran Waktu tunggu pemeriksaan dokter
menggambarkan pelayanan yang cepat tepat
5. Definisi Waktu tunggu adalah waktu yang diperlukan
operasional mulai pasien mendaftar masuk ke klinik jiwa
sampai dilayani dokter
6. Kriteria a. Inklusi: -
b. Ekslusi : -
7. Frekuensi 1 bulan
pengumpulan data
8. Periode analisis 3 Bulan

9. Numerator jumlah kumulatif waktu tunggu pasien klinik jiwa


yang disurvei
10. Denominator jumlah seluruh pasien klinik jiwa yang disurvei
11. Sumber data sensus harian
12. Standar ≤ 60 menit

13. Penanggung kepala klinik Psikiatri

Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Jalan 37


jawab
pengumpulan data

2. Pemberi pelayanan di klinik spesialis


1. Judul Pemberi pelayanan di klinik spesialis
2. Dimensi mutu kompetensi teknis
3. Tujuan Tersedianya pelayanan klinik oleh tenaga
spesialis yang kompeten
4. Dasar pemikiran Dokter spesialis yang terampil dan kompeten
dalam menangani pelayanan klinis akan
menjamin keselamatan pasien dan mutu
pelayanan
5. Definisi klinik spesialis adalah klinik pelayanan rawat
operasional jalan di rumah sakit yang dilayani oleh dokter
spesialis
6. Kriteria : a. Inklusi : -
b. Eksklusi : -
7. Frekuensi 1 bulan
pengumpulan data
8. Periode analisis 3 bulan
9. Numerator jumlah hari buka klinik spesialis yang ditangani
oleh dokter spesialis dalam waktu satu bulan
10. Denominator jumlah seluruh hari buka klinik spesialis dalam
waktu satu bulan
11. Sumber data sensus harian
12. Standar 100 %
13. Penanggugjawab kepala masing-masing klinik spesialis
pengumpul data

3. Buka pelayanan sesuai ketentuan


1. Judul Buka pelayanan sesuai ketentuan
2. Dimensi mutu Akses
3. Tujuan Tersedianya jenis pelayanan rawat jalan
spesialistik pada hari kerja di rumah sakit

Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Jalan 38


4. Dasar pemikiran buka pelayanan sesuai ketentuan
menggambarkan pelayanan yang cepat tepat
5. Definisi Jam buka pelayanan adalah jam dimulainya
operasional pelayanan rawat jalan oleh tenaga spesialis jam
buka 08.00 s.d 13.00 setiap hari kerja kecuali
hari jumat 08.00-11.00 WIB
6. Kriteria : c. Inklusi : -
d. Eksklusi : -
7. Frekuensi 1 bulan
pengumpulan data
8. Numerator jumlah pelayanan rawat jalan spesialistik yang
buka sesuai ketentuan dalam satu bulan
9. Sumber data sensus harian
12. Standar 100 %
13. Penanggugjawab kepala masing-masing klinik
pengumpul data

4. Insiden ketidaktepatan identifikasi pasien


1. Judul Ketidaktepatan identifikasi pasien rawat jalan di
RS
2. Dimensi mutu Keselamatan pasien
3. Tujuan Tercapainya keselamatan pasien rawat jalan
4. Definisi Ketidaktepatan identifikasi pasien adalah
operasional penentuan identitas rawat jalan dengan tepat
sejak awal pasien datang sampai dengan
pasien pulang terhadap semua pelayanan yang
diterima oleh pasien.
5 Kriteria : a. Inklusi :
- Ketidaktepatan penulisan identitas
(nama, tanggal lahir, alamat, nomor RM)
pada berkas rekam medis,
- Ketidaktepatan prosedur pemanggilan
pasien (pemanggilan dengan dua nama),
- Ketidaktepatan prosedur konformasi
identitas pasien (konfirmasi dengan

Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Jalan 39


pertanyaan terbuka.
b. Eksklusi : -
6. Numerator Jumlah ketidaktepatan identifikasi pasien.
7. Denominator Jumlah pasien rawat jalan dalam bulan
tersebut
8. Standar 0 %

5. Insiden komunikasi yang kurang efektif


1. Judul Komunikasi lisan atau melalui telepon yang
kurang efektif antar pemberi pelayanan tentang
pelaporan kembali hasil pemeriksaan dan
kondisi pasien.
2. Dimensi mutu Keselamatan pasien
3. Tujuan Tercapainya keselamatan pasien melalui
komunikasi lisan yang efektif.
4. Defenisi Komunikasi yang kurang efektif adalah
operasional komunikasi lisan yang tidak menggunakan
prosedur write back, read back dan repeat
back (reconfimr)
5. Kriteria : a. inklusi :
- Kesalahan prosedur komunikasi lisan atau
via telepon ; write back, read back, dan
repeat back (reconfirm),
- Pelaporan secara lisan yang tidak
menggunakan prosedur SBAR,- Prosedur
spelling atau ejaan tidak digunakan untuk
obat yang bersifat LASA atau NORUM
b. eksklusi : komunikasi non lisan atau tertulis
7. Numerator Jumlah ketidaktepatan komunikasi lisan atau
via telepon
8. Denominator -
9. Standar 0%

Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Jalan 40


6. Insiden ketidakpatuhan cuci tangan
1. Judul Ketidakpatuhan cuci tangan oleh petugas
kesehatan
2. Dimensi mutu Keselamatan pasien

3. Tujuan Tercapainya keselamatan pasien melalui cuci


tangan
4. Defenisi Ketidakpatuhan mencuci tangan meliputi
operasional ketidakpatuhan waktu ataun5 momen cuci
tangan dan ketidakpatuhan 6 langkah cuci
tangan.
5. Kriteria : a. inklusi :
- tidak melakukan cuci tangan pada 5
momen cuci tangan,
- tidak melakukan cuci tangan sesuai 6
langkah cuci tangan
b. eksklusi : -
7. Numerator Insiden kejadian ketidakpatuhan cuci tangan
oleh petugas kesehatan
8. Denominator -

9. Standar 0%

7. Waktu penyediaan dokumen rekam medis rawat Jalan


1. Judul Waktu penyediaan dokumen rekam medis
rawat jalan
2. Dimensi mutu Efektifitas, kenyamanan, efisiensi
3. Tujuan Tergambarnya kecepatan pelayanan rekam
medis rawat jalan
4. Definisi Dokumen rekam medis rawat jalan adalah
operasional dokumen rekam medis pasien baru atau pasien
lama yang digunakan pada pelayanan rawat
jalan. Waktu penyediaan dokumen rekam
medis mulai dari pasien mendaftar sampai
rekam medis disediakan/ ditemukan oleh
petugas

Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Jalan 41


5. Kriteria : i. Inklusi : dokumen rekam medis aktif
ii. Eksklusi : dokumen rekam medis lama yang
missfile, dokumen relam medis lama yang
sudah inaktif
6. Frekuensi Tiap bulan
pengumpulan data
7. Periode analisis Tiap tiga bulan
8. Numerator Jumlah kumulatif waktu penyediaan rekam
medis sampel rawat jalan yang diamati
9. Denominator Total sampel penyediaan rekam medis yang
diamati (N tidak kurang dari 100)
10. Sumber data sensus harian
11. Standar rerata ≤ 10 menit
12. Penanggugjawab kepala instalasi rawat jalan
pengumpul data

8. Kepuasan pelanggan
1. Judul Kepuasan pelanggan terhadap pelayanan
2. Dimensi mutu Kenyamanan
3. Tujuan Terselenggaranya pelayanan yang mampu
memberikan kepuasan pelanggan
4. Dasar Pemikiran Kepuasan pelanggan menunjukan mutu
pelayanan pada dimensi kenyamanan
5. Definisi Kepuasan adalah pernyataan tentang persepsi
Operasional pelanggan terhadap pelayanan yang diberikan
6. Frekuensi 1 bulan
pengumpulan data
7. Periode Analisa 3 bulan
8. Numenator Jumlah kumulatif rerata penilaian kepuasan
pasien yang disurvey
9. Denominator Jumlah seluruh pasien yang disurvey (nominal
50 )
10. Sumber data Survey

Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Jalan 42


11. Standar > 80%
12 Penanggung PIC data mutu Humas dan Promkes
jawab
pengumpulan data

Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Jalan 43


BAB IX
PENUTUP

Pada prinsipnya pelayanan instalasi rawat jalan adalah bagian pelayanan


dari Rumah Sakit, yang tidak hanya memberikan pelayanan berdasarkan
pemenuhan target financial saja, tetapi sebuah pelayanan mengedepankan akan
kasih dan mengutamakan keselamatan pasien dengan cara meningkatkan
sumber daya manusia melalui pendidikan ataupun pelatihan-pelatihan.
Semoga dengan adanya buku pedoman pedoman pelayanan ini di
Instalasi Rawat Jalan dapat berjalan dengan baik serta semakin dipercaya oleh
masyarakat.Dan semoga pedoman ini dapat dijadikan acuan didalam pelayanan
rawat jalan untuk meningkatkan kualitas pelayanan secara keseluruhan di RS
Jiwa Daerah Jambi. Pedoman ini akan mengalami perbaikan dalam upaya
peningkatan kualitas dari waktu ke waktu sehingga diperlukan suatu evaluasi
secara teratur dan berkelanjutan dalam hal pemantauannya. Dengan adanya
suatu pedoman pelayanan maka kegiatan pelayanan secara khusus di instalasi
rawat jalan dapat mengutamakan kepuasan dan keselamatan setiap pasien.

Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Jalan 44

Anda mungkin juga menyukai