Anda di halaman 1dari 86

KATA PENGANTAR

Pelayanan Poli Gigi dan mulut adalah bagian integral dari pelayanan kesehatan dalam
upaya pencapaian pemerataaan, jangkauandan peningkatan mutu pelayanan kesehatan gigi dan
mulut, maka kamimenyusun buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Gigi dan
Mulut Puskesmas Raas.
Diharapkan agar Buku Pedoman Pelayanan KesehatanGigi dan Mulut ini dapat menjadi
pegangan dan arahan tidak hanya bagitenaga kesehatan gigi, juga bagi penentu kebijakan di
Puskesmas Raasdalam upaya meningkatkan pelayanan kesehatan gigidan mulut.
Akhir kata kami ucapkan terimakasih kepada para penyusun dan kontributor yang telah
memberikan masukan sampai dengan tersusunnyabuku ini, saran dan kritikan tetap kami
harapkan guna menyempurnakanbuku ini.

Sumenep, 2017

Kepala Puskesmas Raas

H. HERMANTO, S.Kep
NIP.19690717 199003 1 007

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .........................................................................................................i
DAFTAR ISI ......................................................................................................................ii
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Tujuan Pedoman......................................................................................................1
C. Sasaran Pedoman.....................................................................................................1
D. Ruang Lingkup Pedoman.........................................................................................1
E. Batasan Operasional.................................................................................................2
BAB II: STANDAR KETENAGAAN
A. Kualifi kasi Sumber Daya Manusia.........................................................................4
B. Distribusi Ketenagaan............................................................................................15
C. Jadwal Kegiatan.....................................................................................................16
BAB III: STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang..........................................................................................................17
B. Standar Fasilitas.....................................................................................................18
BAB IV: TATA LAKSANA PELAYANAN
A. Lingkup Kegiatan...................................................................................................21
B. Metode....................................................................................................................21
C. Langkah Kegiatan..................................................................................................21
BAB V: LOGISTIK.........................................................................................................64
BAB VI: KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN/PROGRAM...........................66
BAB VII: KESELAMATAN KERJA............................................................................67
BAB VIII: PENGENDALIAN MUTU...........................................................................74
BAB IX :PENUTUP.........................................................................................................85
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................86

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Uraian Tugas.................................................................................................87

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan


kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya dapat terwujud. Pasal 28H dan Pasal 34 Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, mengamanahkan, bahwa setiap orang berhak memperoleh
pelayanan kesehatan, serta Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan
kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak. Dengan pelayanan yang berkualitas dampak
terhadap perbaikan derajat kesehatan masyarakat akan lebih dirasakan, masyarakat akan lebih
berminat untuk memanfaatkan sarana yang ada sehingga sekaligus dapat meningkatkan efisiensi
pelayanan kesehatan. Kualitas pelayanan kesehatan sangat ditentukan oleh fasilitas pelayanan
kesehatan dan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan yang ada
didalamnya.Dokter gigi merupakan salah satu tenaga kesehatan yang dalam memberikan
pelayanan kesehatan harus selalu menjaga mutu pelayanannya sesuai dengan standar kompetensi
yang ditetapkan oleh organisasi profesi. Dengan standar kompetensi diharapkan para dokter gigi
dapat memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dengan mutu yang hamper sama.
Amanat Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang SistemJaminan Kesehatan
Nasional (SJSN), bahwa untuk melaksanakanUniversal Health Coverage, Indonesia telah
menerapkan JaminanKesehatan Nasional (JKN) dengan sistem pembiayaan pra upaya.yaitu
menggunakan sistem kapitasi bagi pelayanan kesehatan primertermasuk pelayanan kesehatan
gigi. Namun dengan beberapaketerbatasan yang ada maka belum semua penyakit
maupuntindakan yang merupakan kompetensi dokter gigi dapat menjadipaket manfaat yang
diterima oleh peserta Jaminan KesehatanNasional (JKN).

B. TUJUAN
1. Sebagai panduan dalam penatalaksanaan tindakan masing-masingpenyakit gigi
2. Sebagai acuan untuk membuat standar prosedur operasional di poli gigi

C. SASARAN
Pedoman ini ditujukan untuk dokter gigi pemberi pelayanan difasilitas pelayanan kesehatan
tingkat pertama.

D. RUANG LINGKUP PEDOMAN


Pedoman ini memberi panduan bagi petugas kesehatan yang memberikan pelayanan
kesehatan gigi dan mulut di fasilitas pelayanan kesehatan termasuk pengendalian mutu yaitu
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi pada pelayanan terhadap penularan pasien ke tena

1
ga pelayanan kesehatan gigi, tenaga pelayanan kesehatan gigi ke pasien, pasien ke pasien, tempat
pelayanan kesehatan gigi ke komunitas masyarakat dan komunitas ke pasien.

E. BATASAN OPERASIONAL
1. Pusat kesehatan masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas
adalahfasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan
masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih
mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.
2. Upaya kesehatan Perseorangan yang selanjutnya disingkat UKP adalahsuatu
kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk
peningkatan, pencegahan, penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat
penyakit dan memulihkan kesehatan perseorangan.
3. Upaya kesehatan masyarakat yang selanjutnya disingkat UKM adalahsetiap
kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan
menanggulangi timbulnya masalah kesehatan dengan sasaran keluarga, kelompok, dan
masyarakat.
4. Tenaga kesehatan adalahsetiap orang yang mengabdikan di ri dalam bidang
kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di
bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan
upaya kesehatan.
5. Tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang selanjutnya disebut
tindakan kedokteran adalahsuatu tindakan medis berupa preventif, diagnostik,
terapeutik dan rehabilitatif yang dilakukan oleh dokter atau dokter gigi terhadap pasien.
6. Dokter atau dokter gigi adala h luusan pendidikan kedokteran atau
kedokteran gigi didalam maupun diluar negri yang diakui oleh pemerintah republic
Indonesi sesuai dengan peraturan perundangan.
7. Mutu adalah kemampuan untuk memenu hi persyaratan berdasarkan
karakteristik yang dimiliki suatu produk .
8. Mutu pelayanan kesehatan adalahderajat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang
sesuai standar profesi dan standar pelayanan dengan menggunakan potensi sumber daya
yang tersedia di rumah sakit atau puskesmas secara wajar, efisien, dan efektif serta
diberikan secara aman dan memuaskan sesuai norma, etika, hukum, dan sosial budaya
dengan memperhatikan keterbatasan dan kemampuan pemerintah, serta masyarakat
konsumen.
9. Keselamatan pasien adalah suatu sistem untuk membuat asuhan pasien lebih aman yang
meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan
risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak

2
lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah
terjadinyacedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.

3
4
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

Domain I : Profesionalisme
Melakukan praktik di bidang kedokteran gigi sesuai dengan keahlian, tanggung jawab, kesejawatan, etika dan hukum yang berlaku.
NO KOMPETENSI KOMPETENSI UTAMA
1 Etik dan Jurisprudensi Mampu melakukan praktik kedokteran gigi secara profesional berdasarkan etik dan yurisprudensi yang berlaku
2 Analisis informasi kesehatan secara kritis, Mampu menganalisis kesahihan informasi dan memanfaatkan teknologi informasi kesehatan gigi mulut secara ilmiah,
ilmiah dan efektif efektif, sistematis dan komprehensif dalam mengambil keputusan
3 Komunikasi Mampu melakukan komunikasi, edukasi dan menyampaikan informasi secara efektif dan bertanggung jawab baik secara
lisan maupun tulisan dengan pasien semua usia, keluarga atau pendamping pasien serta masyarakat, teman sejawat dan
profesi kesehatan lain yang terkait.
4 Hubungan sosiokultural dalam bidang kesehatan Mampu mengelola dan menghargai pasien dengan keanekaragaman sosial, ekonomi, budaya, agama dan ras melalui
gigi mulut kerjasama dengan pasien dan berbagai fihak terkait untuk menunjang pelayanan kesehatan gigi mulut yang bermutu.

Domain II : Penguasaan Ilmu Pengetahuan Kedokteran dan Kedokteran Gigi


Memahami ilmu kedokteran dasar, ilmu kedokteran klinik yang relevan, ilmu kedokteran gigi dasar, ilmu kedokteran gigi terapan dan ilmu kedokteran gigi klinik
sebagai dasar profesionalisme serta pengembangan ilmu kedokteran gigi.
NO KOMPETENSI KOMPETENSI UTAMA
5 Ilmu Kedokteran Dasar Mampu menguasai konsep-konsep teoritis ilmu pengetahuan biomedik yang relevan dengan penyakit gigi mulut
6 Ilmu Kedokteran Gigi Dasar dan Ilmu Mampu menguasai konsep-konsep teoritis Ilmu kedokteran klinik yang relevan sebagai sumber keilmuan dalam
Kedokteran Gigi Terapan melakukan tindakan kedokteran gigi.

5
7 Ilmu Kedokteran Gigi Dasar dan Ilmu Mampu menggunakan prinsip-prinsip ilmu kedokteran gigi dasar dan ilmu kedokteran gigi terapan untuk menunjang
Kedokteran Gigi Terapan keterampilan dan penelitian di bidang kedokteran gigi.
8 Ilmu Kedokteran Gigi Klinik Mampu menggunakan ilmu kedokteran gigi klinik sebagai dasar untuk melakukan pelayanan kesehatan gigi mulut yang
efektif dan efisien

Domain III : Pemeriksaan Fisik Secara Umum dan Sistem Stomatognatik


Melakukan pemeriksaan, mendiagnosis dan menyusun rencana perawatan untuk mencapai kesehatan gigi mulut yang prima melalui tindakan promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif.
NO KOMPETENSI KOMPETENSI UTAMA
9 Pemeriksaan Pasien Mampu melakukan prosedur klinis yang berkaitan dengan masalah-masalah penyakit gigi mulut secara komprehensif
dengan pendekatan ilmu-ilmu dasar, ilmu kedokteran gigi klinik yang terkait dan psikososial.
10 Diagnosis Mampu membuat kesimpulan yang valid dan mengambil keputusan yang tepat atas kelainan/ penyakit gigi mulut baik
yang ringan maupun yang kompleks berdasarkan analisis dan interpretasi data klinik.
11 Rencana Perawatan Mampu merumuskan solusi secara mandiri maupun kelompok untuk penyelesaian masalah-masalah penyakit gigi mulut
baik yang ringan maupun kompleks secara komprehensif dan merencanakan pencegahannya dengan pendekatan
psikososial dan ekonomi

Domain IV : Pemulihan Fungsi Sistem Stomatognatik


Melakukan tindakan pemulihan fungsi sistem stomatognatik melalui penatalaksanaan klinik
NO KOMPETENSI KOMPETENSI UTAMA
12 Pengelolaan Nyeri dan Kecemasan Mampu mengelola dan menyelesaikan masalah-masalah nyeri dan kecemasan
13 Tindakan Medik Kedokteran Gigi Mampu menerapkan pemikiran logis, kritis, dan teoritis dalam pengembangan keilmuan dan keterampilan melalui
pendidikan dan pendidikan berkelanjutan sehingga mahir melakukan tatalaksana pasien dan tindakan medik kedokteran

6
secara spesifik dengan mutu dan kualitas yang terukur berdasarkan prosedur baku

Domain V : Kesehatan Gigi Mulut Masyarakat


Menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat menuju kesehatan gigi mulut yang prima
NO KOMPETENSI KOMPETENSI UTAMA
14 Melakukan Pelayanan Kesehatan Gigi Mulut Mampu menyelesaikan masalah-masalah kesehatan gigi mulut masyarakat berbasis teknologi informasi sebagai
Masyarakat penunjang tindakan promotif dan preventif yang dilaksanakan secara bersama-sama tim pelayanan kesehatan dari sistem
jejaring kerja (networking) untuk mencapai tingkat kesehatan gigi mulut masyarakat yang optimal
15 Manajemen Perilaku Mengelola masalah perilaku kesehatan individu maupun masyarakat secara komprehensif dalam rangka promosi
kesehatan gigi mulut individu dan masyarakat.
Mengembangkan kemampuan manajerial dan kepemimpinan dalam upaya meningkatkan kesehatan masyarakat.

Domain VI : Manajemen Praktik Kedokteran Gigi


Menerapkan fungsi manajemen dalam menjalankan praktik kedokteran gigi
NO KOMPETENSI KOMPETENSI UTAMA
16 Manajemen Praktik dan Lingkungan Kerja Mengembangkan strategi pelaksanaan manajemen praktik dan tatalaksana lingkungan kerja kedokteran gigi dengan
mempertimbangkan aspek-aspek sosial.

A. DISTRIBUSI KETENAGAAN
NO UNIT LAYANAN JENIS TENAGA PENDIDIKAN JUMLAH KETERANGAN
1 Loket / Pendaftaran Staff DIV Rekam Medis 2 orang *1 orang mempunyai tugas tambahan sebagai
pendaftaran dan pencatatan register
*1 orang bagian Berkas rekam medis
2 Poli Gigi Dokter gigi S1 Dokter gigi 1 orang

7
3 BP Umum Dokter Kedokteran 1 orang Ketua tim mutu Puskesmas
Perawat DIII Keperawatan 1 orang
S1 Keperawatan orang 1 orang mempunyai tugas tambahan sebagai
bendahara pengeluaran pembantu
4 Kamar obat Bidan dan Staf D III Kebidanan dan SMA 2 orang penanggung jawab kefarmasian Puskesmas termasuk
gudang obat

6 KIA KB dan VK bersalin Bidan D4 Kebidanan 1 orang 1 orang mempunyai tugas tambahan sebagai bidan
koordinator
1 orang mempunyai tugas tambahan sebagai
penanggung jawab program HIV dan Kesh.olahraga
1 orang sebagai penanggung jawab VK dan desa
1 orang mempunyai tugas tambahan sebagai
D3 Kebidanan 8 orang penanggung jawab KB dan IVA test
1 orang mempunyai tugas tambahan sebagai
penanggung jawab program Prolanis
1 orang mempunyai tugas tambahan sebagai
penanggung jawab program HIV dan Kesh.olahraga
7 Poli gizi Nutrisionis D3 Kebidanan 2 orang 1 orang mempunyai tugas tambahan sebagai
pengelola JKN dan BOK
8 UGD / Ranap Dokter Kedokteran 1 orang mempunyai tugas tambahan sebagai penanggung
jawab UKP
Perawat D3 Keperawatan 6 orang 1 orang mempunyai tugas tambahan sebagai
penanggung jawab program Batra dan Matra
1 orang mempunyai tugas tambahan sebagai
penanggung jawab program Diare
1 orang mempunyai tugas tambahan sebagai
penanggung jawab program Kusta
1 orang mempunyai tugas tambahan sebagai
penanggung jawab program Jiwa
1 orang mempunyai tugas tambahan sebagai
penanggung jawab sterilisasi alat

8
9 Pusling Staff SMA 1 orang 1 orang mempunyai tugas tambahan sebagai petugas
loket
10 Promkes Keperawatan S1 Keperawatan 1 orang
1 orang
11 Imunisasi Staff SMA 1 orang sebagai penanggung jawab logistik
12 Kesehatan Lingkungan Keperawatan DIII Keperawatan 1 orang
13 Laboratorium Analis kesehatan DIII Analis kesehatan 1 orang

KEGIATAN Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
PEMBINAAN/PENYULUHAN
1. UKGMD 1,2,6,8,9,1 1,2,6,7 4,5,6, 2,3,4,9 5,6,7, 3,4, 1,3,8,10 5,7,9,13 4,5,11,12 7,9,13,14 6,11,12,12
3, 8,9 10 11 12 11,13
14,15

2. UKGS 3,10, 7,14,21 4,11,18 2,9,16 6,13,20 4,11,18


17
PELAYANAN
1. PASIEN UMUM dan Setiap Setiap hari Setiap Setiap Setiap Setiap Setiap Setiap Setiap hari Setiap hari
anak sekolah hari Senin s/d hari hari hari hari hari hari Senin s/d Sa Senin s/d
Senin s/d Sabtu Senin s/d Senin Senin Senin Senin Senin btu Sabtu
Sabtu Sabtu s/d s/d s/d s/d s/d
Sabtu Sabtu Sabtu Sabtu Sabtu

9
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. DENAH RUANG BP GIGI

KOMPRESOR WASTAFEL

DENTAL UNIT

TEMPAT
TEMPAT
SAMPAHNO
SAMPAH NMEDIS
MEDIS

LEMARI

ALAT

KURSI

KURSI MEJA

KURSI
KURSI

Keterangan : pintu

B T

B. STANDAR FASILITAS

10
Ruangan Kesehatan Gigi Dan Mulut
JUMLAH MINIMUM
PERALATAN PUSKESMAS
NO JENIS PERALATAN RAWAT INAP
STANDART ALKES SESUAI
PERMENKES 75 TAHUN 2014

I. Set Kesehatan Gigi dan Mulut


Luas kamar periksa gilut 4X3M

1 Atraumatic Restorative Treatment (ART)


  * Enamel access cutter 1 buah
* Eksavator Berbentuk Sendok Ukuran Kecil (Spoon 1 buah
  Excavator Small)
* Eksavator Berbentuk Sendok Ukuran Sedang (Spoon 1 buah
  Excavator Medium)
* Eksavator Berbentuk Sendok Ukuran Besar (Spoon 1 buah
  Excavator Large)
  *Double ended applier and carver 1 buah
  *Spatula plastic 1 buah
  *Hatchet 1 buah
  *Batu asah 1 buah
2 Bein lurus besar 1 buah
3 Bein lurus kecil 1 buah
Bor Intan (Diamond Bur Assorted) untuk Air Jet Hand Piece 1 set
4 (Kecepatan Tinggi) (round, inverted dan fissure)
Bor Intan Kontra Angle Hand Piece Convensional (Kecepatan 1 set
5 Rendah) (round, inverted dan fissure)
6 Ekskavator Berujung Dua (Besar) 5 buah
7 Ekskavator Berujung Dua (Kecil) 5 buah
8 Gunting Operasi Gusi (Wagner) (12cm) 1 buah
9 Handpiece Contra Angle 1 buah
10 Handpiece Straight 1 buah
11 Kaca Mulut datar no.4 tanpa tangkai 5 buah
12 Klem / pemegang jarum jahit ( Mathieu Standar) 1 buah
13 Set Kursi Gigi Elektrik yang terdiri dari :  
  - Kursi gigi 1 buah
  - Cuspidor unit 1 buah
  - Meja instrument 1 buah
  - Foot Controller untuk Hand Piece 1 buah
  - Kompresor Oilles 1 PK 1 buah
14 Jarum exterpasi 1 set
15 Jarum K - File ( 15 - 40 ) 1 set
16 Jarum K - File ( 45 - 80 ) 1 set
17 Light Curing 1 buah
Mikromotor dengan straight dan contra angle hand piece ( low 1 buah
18 speed micro motor portable )
19 Pelindung jari 1 buah
20 Pemegang matriks (Matrix holder) 1 buah
21 Penahan lidah 1 buah
22 Pengungkit akar gigi kanan mesial ( cryer distal ) 1 buah
23 Pengungkit akar gigi kanan mesial ( cryer mesial ) 1 buah
24 Penumpat plastis 1 buah

11
25 Periodontal probe 1 buah
26 Penumpat semen berujung dua 1 buah
27 Pinset gigi 5 buah
28 Polishing Bur 1 set
29 Skeler Standar, Bentuk cangkul kiri ( type chisel / mesial ) 1 buah
30 Skeler Standar, Bentuk cangkul kanan ( type chisel / mesial ) 1 buah
31 Skeler standar, bentuk tombak ( type hook ) 1 buah
32 Skeler standar, Black kiri dan kanan ( type chisel / mesial ) 1 buah
33 Skeler standar, Black kiri dan kiri ( type chisel / mesial ) 1 buah
34 Skeler ultrasonic 1 buah
35 Sonde lengkung 5 buah
36 Sonde lurus 5 buah
37 Spatula pengaduk semen 1 buah
38 Spatula pengaduk semen ionomer 1 buah
39 Set Tang Pencabutan Dewasa (set)  
  - Tang gigi anterior rahang atas dewasa 1 buah
  - Tang gigi premolar rahang atas 1 buah
  - Tang gigi molar kanan rahang atas 1 buah
  - Tang gigi molar kiri rahang atas 1 buah
  - Tang molar 3 rahang atas 1 buah
  - Tang sisa akar gigi anterior rahang atas 1 buah
  - Tang sisa akar gigi posterior rahang atas 1 buah
  - Tang gigi anterior dan premolar rahang bawah 1 buah
  - Tang gigi molar rahang bawah kanan / kiri 1 buah
  - Tang gigi molar 3 rahang bawah 1 buah
  -Tang sisa akar rahang bawah 1 buah
40 Set tang pencabutan gigi anak  
  - Tang gigi anterior rahang atas 1 buah
  - Tang molar rahang atas 1 buah
  - Tang molar susu rahang bawah 1 buah
  - Tang sisa akar rahang atas 1 buah
  - Tang gigi anterior rahang bawah 1 buah
  - Tang molar rahang bawah 1 buah
  - Tang sisa akar rahang bawah 1 buah
41 Skalpel, mata pisau bedah (besar) 1 buah
42 Skalpel, mata pisau bedah (kecil) 1 buah
43 Skalpel, tangkai pisau operasi 1 buah
44 Tangkai kaca mulut 5 buah

II. Perlengkapan
1 Baki logam tempat alat steril bertutup 1 buah
2 Korentang, penjepit sponge (foerster) 1 buah
3 Lampu spiritus isi 120 cc 1 buah
4 Lemari peralatan 1 buah
5 Lempeng kaca pengaduk semen 1 buah
6 Needle destroyer 1 buah
7 Silinder korentang steril 1 buah
8 Sterilisator kering 1 buah
9 Tempat alkohol (dappen glas) 1 buah
Toples kapas logam dengan pegas dan tutup ( 50 x 70
1 buah
10 mm )
11 Toples pembuangan kapas ( 50 x 75 mm ) 1 buah

12
12 Waskom bengkok ( Neirbeken ) 1 buah

III. Bahan Habis Pakai


1 Betadine solution atau disinfektan lainnya sesuai kebutuhan
2 sabun tangan atau antiseptic sesuai kebutuhan
3 Kasa sesuai kebutuhan
4 Benang silk sesuai kebutuhan
5 Chromik catgut sesuai kebutuhan
6 Alkohol sesuai kebutuhan
7 Kapas sesuai kebutuhan
8 Masker sesuai kebutuhan
9 Sarung tangan sesuai kebutuhan

IV. Meubelair
1 Kursi kerja 3 buah
2 Lemari arsip 1 buah
3 Meja tulis 1/2 biro 1 buah
     
V. Pencatatan dan Pelaporan
1 Buku register pelayanan sesuai kebutuhan
2 Kartu rekam medis sesuai kebutuhan
3 Formulir Informed Consent sesuai kebutuhan
4 Formulir rujukan sesuai kebutuhan
5 Surat Keterangan Sakit sesuai kebutuhan
Formulir dan surat keterangan lain sesuai kebutuhan sesuai kebutuhan
6 pelayanan yang diberikan
     

BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Lingkup Kegiatan

13
Poli gigi merupakan salah satu dari jenis layanan di puskesmas Raasyang memberikan
pelayanan kesehatan gigi dan mulut berupa pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut, pengobatan
dan pemberian tindakan medis dasar kesehatan gigi dan mulut seperti, pencabutan gigi dan
pembersihan karang gigi.Selain itu juga memberikan penyuluhan dan edukasi mengenai
pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut sebagai bagian dari menjaga kesehatan pribadi,
serta meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat dalam bidang kesehatan gigi dan
mulut. Kegiatan tersebut antara lain:
 Penyuluhan Kesehatan Gigi dan Mulut siswa sekolah (TK,SD)
 Penyuluhan Kesehatan Gigi dan Mulut untuk warga dan masyarakat di posyandu.
 Penjaringan Kesehatan berupa pemeriksaan Gigi dan Mulut siswa sekolah (TK,SD,SMP)
 Pelatihan Dokter Gigi Kecil
Tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut terdiri dari 2 orang
dokter gigi dan 2 orang perawat gigi yang masing-masing tenaga kesehatan memiliki sertifikat
dan kompetensi yang diperlukan untuk memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut serta
pemberian tindakan medis dasar gigi.

B. Metode
Dalam menjalankan fungsinya poli gigi Puskesmas Raasbekerjasama dengan seluruh unit
pelayanan kesehatan lainnya yang terdapat di Puskesmas Saronggi, seperti Balai Pengobatan
Umum, Poli KIA, Poli Gizi, Depo Obat/Apotik, Laboratorium dan lain-lain.Poli Gigi Puskesmas
Saronggi sebagai Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP 1) yang ada diwilayah Kabupaten
Sumenep, tidak hanya menerima dan melayani pasien dengan sistem pembayaran tunai dengan
harga yang terjangkau sesuai peraturan daerah yang berlaku, namun juga menerima dan
melayani pasien yang memiliki Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) atau yang tergabung dalam
BPJS seperti Askes, Jamkesmas, dan non PBI (Penerima Bantuan Iuran) termasuk PBI non
kuota.

C. Langkah Kegiatan
1. Kegiatan UKGMD dan UKGS
a. Kepala puskesmas melaksanakan mini lokakarya lintas program
b. Kepala puskesmas menyampaikan RPK (Rencana Pelaksanaan Kegiatan)
tahunberjalan
c. Penanggung jawab program gilut melakukan desk kegiatan dengan pelaksana desa
yang di pimpin oleh kepala puskesmas.
d. Penanggung jawab program gilut menyampaikan hasil desk kegiatan bulanan melalui
papan informasi.
e. Penanggung jawab program gilut melakukan koordinasi dengan pelaksana desa
mengenai pelaksanaan kegiatan UKGM dan UKGS satu hari sebelumnya.

14
f. Penanggung jawab program gilut melaporkan hasil kegiatan.

2. Tatalaksana klinis penyakit gigi dan mulut


a. HYPEREMIA PULPA GIGI TETAP MUDA
No. ICD 10 : K04.00 Initial (hyperaemia)
1) Definisi
Lesi karies/trauma mengenai email/dentin, dasar kavitas keras/ lunak, pulpa
belumterbuka.
2) Patofisiologi
Pulpitis akut/eksaserbasi, periodentitis karena pulpitis, kronik/non vital.
3) Hasil anamnesis (subjective)
Sakit menetap kurang dari satu menit bila terkena rangsangan (minuman dingin/makan
manis/asam)
4) Gejala klinis dan pemeriksaan
- Karies dentin,
- Sondase positif,
- Perkusi negatif,
- Tekanan negatif.
5) Diagnosis banding
- Pulpitis akut/ eksaserbasi
- Periodontitis akut/ eksaserbasi
6) Klasifikasi Terapi ICD 9 CM
23.2 Restoration of tooth by filling
23.70 Root canal NOS
7)Prosedur Tindakan Kedokteran Gigi
- Pembuatan foto rontgen dental
- Pembuangan jaringan karies
- Preparasi sesuai materi tumpatan
- Cuci dan keringkan kavitas, isolasi
- Aplikasikan pasta kalsium hidroksida
- Letakkan tumpatan tetap
- Cek oklusi
- Polis
- Kontrol setiap 3 bulan
8) Pemeriksaan Penunjang
Foto x-ray gigi periapikal
9) Peralatan dan bahan/obat
- Dental unit lengkap,

15
- Alat diagnostik standar,
- Alat dan bahan tumpat Komposit/ GIC
10) Lama perawatan
2-3 kali kunjungan
11) Faktor penyulit
Pada anak tidak kooperatif, rujuk ke SpKGA
12) Prognosis
Baik
13) Keberhasilan perawatan
Keluhan hilang
n) Persetujuan Tindakan Kedokteran Lisan
o) Faktor sosial yang perlu diperhatikan
Kesadaran akan kesehatan gigi dan mulut
p) Tingkat pembuktian
Grade B
q) Referensi
Protocols for Clinical Pediatric Dentistry, Vol 4, Annual 1996, Journal of Pedodontics

1. IRITASI PULPA GIGI TETAP MUDA


No. ICD 10 : K04.0 Acute pulpitis
a) Definisi
Lesi karies/ akibat trauma yang mengenai email gigi tetap muda (akar belum sempurna).
b) Patofisiologi
Hiperemia pulpa bila terjadi infasi bakteri/rangsang kimia/termis.
c) Hasil anamnesis (subjective)
Gigi tetap muda terasa sakit menetap kurang dari satu menit bila terkena rangsangan (minum
dingin/ makan manis/asam)
d) Gejala klinis dan pemeriksaan
- Karies dentin,
- Sondase negatif,
- Perkusi negatif,
- Tekanan negatif.
- Vitalitas positif linu sampai dengan sakit yang menghilang apabila rangsanan segera
dihilangkan
e) Diagnosis banding
Pulpitis irreversibel
f) Klasifikasi Terapi ICD 9 CM
23.2 restoration of tooth by filling

16
23.70 root canal NOS
g) Prosedur Tindakan Kedokteran Gigi
- Bersihkan daerah kerja;
- Preparasi seminimal mungkin;
- Cuci dan keringkan, kemudian isolasi;
- Beri varnish/ basis bagian dentin terbuka;
- Tumpat dengan Komposit Resin / GIC sesuai kaidah kerja;
- Lakukan penutupan pit dan fisur di sekitarnya;
- Cek oklusi;
- Polis;
- Cek setelah 1 minggu, 3-6 bulan.
h) Pemeriksaan Penunjang
Foto x-ray gigi periapikal bila diperlukan.
i) Peralatan dan bahan/obat
- Dental unit lengkap,
- Alat diagnostik standar,
- Alat dan bahan tumpat Komposit/ GIC.
j) Lama perawatan
1-2 kali kunjungan
k) Faktor penyulit
Pada anak tidak kooperatif, rujuk ke SpKGA
l) Prognosis
Baik
m) Keberhasilan perawatan
Keluhan hilang
n) Persetujuan Tindakan Kedokteran Lisan
o) Faktor sosial yang perlu diperhatikan
Pasien tidak mengalami kecemasan pada saat menerima perawatan.
p) Tingkat pembuktian
Grade B
q) Referensi
Protocols for Clinical Pediatric Dentistry, Vol 4, Annual 1996, Journal of Pedodontics

2. PULPITIS IREVERSIBEL
No. ICD 10 : K04.0 Irreversibel pulpitis
a) Definisi

17
Kondisi inflamasi pulpa yang menetap, dan simtomatik atau asimptomatik yang disebabkan
oleh suatu jejas, dimana pulpa tidak dapat menanggulangi inflamasi yang terjadi sehingga
pulpa tidak dapat kembali ke kondisi sehat.
b) Patofisiologi
Inflamasi pulpa akibat proses karies yang lama/jejas. Jejas tersebut dapat berupa kuman
beserta produknya yaitu toksin yang dapat mengganggu sistem mikrosirkulasi pulpa
sehingga odem, syaraf tertekan dan akhirnya menimbulkan rasa nyeri yang hebat.
c) Hasil anamnesis (subjective)
- Nyeri tajam, berlangsung cepat dan menetap, dapat hilang dan timbul kembali secara
spontan (tanpa rangsangan), serta secara terus menerus. Nyeri tajam, yang berlangsung terus
menerus menjalar kebelakang telinga.
- Nyeri juga dapat timbul akibat perubahan temperatur/rasa, terutama dingin, manis dan
asam dengan ciri khas rasa sakit menetap lama.
- Penderita kadang-kadang tidak dapat menunjukkan gigi yang sakit dengan tepat.
- Kavitas dalam yang mencapai pulpa atau karies dibawah tumpatan lama, dilakukan
anamnesis menunjukkan pernah mengalami rasa sakit yang spontan, klinis terlihat kavitas
profunda, dan tes vitalitas menunjukkan rasa sakit yang menetap cukup lama.
d) Gejala klinis dan pemeriksaan
- Karies dentin yang dalam atau kavitas mendekati pulpa gigi,
- Sondase positif sakit menetap,
- Perkusi negatif,
- Tekanan negatif.
- Vitalitas positif sakit yang menetap lama walaupun rangsangan segera dihilangkan
e) Diagnosis banding
Pulpitis awal/reversibel, bedanya pada pulpitis reversible muncul apabila ada rangsangan
(bukan spontan) dan tidak bersifat menetap.
f) Klasifikasi Terapi ICD 9 CM
24.99 other dental operation(other);
23.70 root canal, not otherwise specified;
87.12 Other dental x-ray (root canal x-ray);
23.2 Restoration of tooth by filling/
23.3 Restoration of tooth by inlay/
23.41 Application of crown.
g) Prosedur Tindakan Kedokteran Gigi
- Pada pelayanan kesehatan tingkat pertama kasus seperti ini dimasukkan dalam tindakan
endodontik darurat untuk mengurangi rasa sakit (karena tekanan) dengan cara pulpektomi
pada gigi berakar tunggal dan pulpotomi untuk gigi berakar ganda, perlu segera dilakukan
anestesi lokal dan ekstirpasi jaringan pulpa.

18
- Perawatan endodontik disesuaikan dengan keadaan gigi, yaitu gigi apeks terbuka dan gigi
apeks tertutup.
- Pada dewasa muda dengan pulpitis ringan dilakukan Pulpotomi.
- Pada gigi dewasa dengan perawatan saluran akar (pulpektomi) dan dilanjutkan restorasi
yang sesuai.
1. Pulpototomi
Anastesi, isolasi (rubberdam), desinfeksi gigi, preparasi kavitas, pembukaan atap pulpa,
pulpotomi dengan eksavator tajam, penghentian pendarahan, aplikasi Ca(OH)2, sementasi
dengan aplikasi pasta dan tumpatan tetap.
2. Pulpektomi dan perawatan saluran akar:
- Anastesi, pengukuran panjang kerja, preparasi kavitas, pembukaan atap pulpa,
pengambilan pulpa di kamar pulpa dengan ekskavator tajam, pendarahan ditekan dengan
kapas steril, ekstirpasi pulpa, pembentukan saluran akar denganjarum endodontik yang
sesuai, irigasi NaOCL, pengeringan saluran akar dengan paper point, pengobatan saluran
akar. Pada kunjungan berikutnya pengisian saluran akar dengan guttap point dan sealer
(bergantung kondisi).
- Tumpatan tetap dengan onlay, crown, atau resin komposit (bergantung sisa / keadaan
jaringan keras gigi).
h) Pemeriksaan Penunjang
Foto x-ray gigi periapikal bila diperlukan
i) Peralatan dan bahan/obat
- Dental unit lengkap,
- Alat diagnosis lengkap,
- Alat dan bahan untuk perawatan endodontik lengkap (cairan irigasi, desinfektan, jarum
endodontik, paper point, kapas steril, guttap point, root canal sealer, tumpatan sementara dan
tumpatan tetap).
j) Lama perawatan
2 - 4 kali kunjungan bergantung derajat kesukaran
k) Faktor penyulit
- Pasien tidak kooperatif dan disiplin dalam kunjungan untuk mendapatkan perawatan.-
Selain kasus pada gigi akar tunggal, dan gigi akar ganda yang lurus dengan sudut pandang
kerja pada orifice tidak terhalang (yaitu, bila saluran akar gigi terlalu bengkok, atau
sempit/buntu, letak gigi terlalu distal dan apeks lebar) dokter gigi harus merujuk ke spesialis
konservasi gigi.-
l) Prognosis
Bergantung daya tahan jaringan, pemulihan pertama 3 bulan.Evaluasi perlu dilakukan secara
periodik.
m) Keberhasilan perawatan

19
- Nyeri hilang segera setelah perawatan.
- Kesembuhan Pulpotomi jaringan pulpa yang berkontaklangsung dengan mengalami
nekrosis superfisial,dibawahnya akan terbentuk jembatan dentin dan terjadiapekso-genesis
- Kesembuhan Pulpektomi: Klinis tidak ada keluhan danpada pemeriksaan radiografik tidak
ada kelainanperiapeks
n) Persetujuan Tindakan KedokteranLisan
o) Faktor sosial yang perlu diperhatikan
Kepatuhan pasien yang tinggi.Tinggi atau rendahnyakepedulian pasien terhadap keadaan
dan kondisi giginya.Kerjasama dan sifat kooperatif pasien diperlihatkan padasaat kunjungan
setelah devitalisasi pulpa, agar mendapatkanhasil perawatan yang sempurna.
p) Tingkat pembuktian
Grade B
q) Referensi
Edi Hartini, Sundoro, 2005, Serba – serbi Ilmu KonservasiGigi, UI-Press, 2007

3. PULPITIS REVERSIBEL/PULPITIS AWAL/PULPA PADA GIGISULUNG ATAU GIGI


PERMANEN, PASIEN DEWASA MUDA
No. ICD 10 : K04.0 Reversible pulpitis
a) Definisi
Inflamasi pulpa ringan dan jika penyebabnya dihilangkan,inflamasi akan pulih kembali dan
pulpa akan kembali sehat.-
b) Patofisiologi
Ditimbulkan oleh stimulasi ringan seperti karies erosiservikal, atrisi oklusal, prosedur
operatif, karetaseperiodontium yang dalam, fraktur mahkota oleh karenatrauma.
c) Hasil anamnesis (subjective)
Asimptomatik, jika ada rasa nyeri biasanya oleh karenaadanya rangsangan (tidak spontan),
rasa nyeri tidak terusmenerus. Nyeri akan hilang jika rangsangan dihilangkanmisal taktil,
panas/dingin, asam/manis, rangsangan dinginlebih nyeri dari pada panas.
d) Gejala klinis dan pemeriksaan
- Karies dentin yang dalam atau kavitas mendekati pulpagigi
- Sondase positif sakit namun hilang apabila rangsangdihilangkan,
- Perkusi negatif,
- Tekanan negatif.
- Vitalitas positif sakit tidak menetap lama apabilarangsangan segera dihilangkan
e) Diagnosis banding
Pulpitis irreversibel kronis, pulpitis akut
f) Klasifikasi Terapi ICD 9 CM
23.2 restoration of tooth by filling

20
23.70 root canal NOS
g) Prosedur Tindakan Kedokteran Gigi
1) Prosedur pada kasus pulp proteksi:
a. Bersihkan karies dengan hati-hati, pada titikterdalam dapat menggunakan excavator yang
tajamujung membulat ukuran 0,1 mm
b. Bersihkan kavitas dari jaringan infeksius sampaibenar-benar bersih (ditandai dengan tidak
adanyamaterial yang masih dapat terbawa oleh excavatoryang tajam tersebut)
c. Lakukan aplikasi bahan proteksi pulpa pada titikterdalam (jangan terlalu lebar/luas agar
tidakmengganggu tumpatan tetap diatasnya)
d. Dianjurkan menggunakan bahan RMGI (resinmodified glass ionomer) apabila tumpatan
diatasnyamenggunakan resin komposit
e. Apabila menggunakan tumpatan tuang, maka dapatdipilih bahan dari GIC tipe 1
2) Prosedur pada kasus pulp caping:
a. Bersihkan karies dengan hati-hati, pada titikterdalam dapat menggunakan excavator yang
tajamujung membulat ukuran 0,1mm;
b. Bersihkan kavitas dari jaringan infeksius sampaibenar-benar bersih (ditandai dengan tidak
adanyamaterial yang masih dapat terbawa oleh excavatoryang tajam tersebut);
c. Lakukan aplikasi pasta Ca(OH)2 untuk kasushiperemi pulpa atau pulpitis reversibel pada
titikterdalam yang mendekati pulpa, kemudian ditutupdiatasnya dengan tumpatan dari GIC
sebagai basis;
d. Lakukan aplikasi bahan pulp proteksi pada titikterdalam (jangan terlalu lebar/luas agar
tidakmengganggu tumpatan tetap diatasnya);
e. Beri tumpatan sementara diatas basis dari GIC,pasien diminta untuk dapat berkunjung
lagisetelah 2-4 minggu;
f. Pada kunjungan kedua, lakukan tes vitalitas pada gigitersebut, perhatikan apakah ada
perubahan saat gigimenerima rangsangan;
g. Apabila masih terdapat rasa sakit yang jelas, cekkondisi basis apakah ada kebocoran tepi,
apabiladitemukan maka lakukan prosedur aplikasi Ca(OH)2dengan ditutup dengan basis dari
GIC lagi;
h. Apabila sudah tidak ada keluhan, maka dapatdilakukan tumpatan tetap dengan resin
kompositatau tumpatan tuang.
h) Pemeriksaan Penunjang
Foto x-ray gigi Periapikal
i) Peralatan dan bahan/obat
- dental unit lengkap,
- alat diagnosis,
- alat konservasi,

21
- bahan untuk perawatan Pulpitis reversibel/awal yangmendekati pulpitis ireverbel/pulpitis
sedang.
j) Lama perawatan
1 – 2 kali kunjungan, kurang lebih 1 – 4 minggu.
k) Faktor penyulit
Pada penentuan diagnosis yang meragukan.Pulpitisreversibel/awal yang mendekati pulpitis
ireverbel/pulpitissedang.
l) Prognosis
Baik bagi gigi dewasa muda
m) Keberhasilan perawatan
Gigi sehat, tidak ada keluhan spontan dan tidak sensitive terhadap perubahan suhu.
n) Persetujuan Tindakan KedokteranLisan
o) Faktor sosial yang perlu diperhatikanPasien dengan kepatuhan kunjungan yang baik
p) Tingkat pembuktian
Grade B
q) Referensi
Edi Hartini, Sundoro, 2005, Serba – serbi Ilmu KonservasiGigi, UI-Press, 2007

4. PERSISTENSI GIGI SULUNG


No. ICD 10 : K00.6 Retained (persistent) primary tooth
a) Definisi
Gigi sulung belum tanggal, gigi tetap pengganti sudah erupsi
b) Patofisiologi
Gangguan tumbuh kembang geligi tetap dan lengkung rahang (mal oklusi).
c) Hasil anamnesis (subjective)
Bentuk gigi berjejal karena gigi tetap pengganti sejenis di dalam rongga mulut.
d) Gejala klinis dan pemeriksaan
- Sakit negatif/ positif
- Derajat kegoyangan gigi negatif/ positif
- Gingivitis negatif/ positif
e) Diagnosis banding
Gigi berlebih (supernumerary teeth)
f) Klasifikasi Terapi ICD 9 CM
89.31 Dental Examination;
23.01 Extraction of deciduous tooth;
23.11 Removal of residual root.
g) Prosedur Tindakan Kedokteran Gigi
- Kondisikan pasien agar tidak cemas sehingga kooperatif

22
- Sterilisasi daerah kerja.
- Anestesi topikal atau lokal sesuai indikasi (topical kemudian disuntik bila diperlukan)
- Ekstraksi.
- Observasi terhadap susunan geligi tetap (3 bulan).
- Preventif, bila tampak gejala maloklusi menetap, lanjutkan dengan merujuk perawatan
interseptif ortodontik.
h) Pemeriksaan Penunjang
Foto x-ray gigi periapikal bila diperlukan
i) Peralatan dan bahan/obat
- Dental unit lengkap,
- Alat pemeriksaan standar
- Bahan anestasi dan antiseptif/desinfektan
- Alat set pencabutan gigi sulung
j) Lama perawatan
1 (satu) kali kunjungan
k) Faktor penyulit
Pasien yang tidak kooperatif perlu dilakukan rujukan ke spesialis KGA
l) Prognosis Baik
m) Keberhasilan perawatan
Bila gigi sulung tercabut dengan baik
n) Persetujuan Tindakan Kedokteran
Tertulis dari Orang tua
o) Faktor sosial yang perlu diperhatikan
Untuk pasien anak-anak harus mempunyai tingkat kepatuhan yang baik, kooperatif dan
orang tua yang positif memberikan dukungan untuk fokus terhadap perbaikan kesehatan gigi
dan mulut anak.
p) Tingkat pembuktian
Grade B
q) Referensi
Protocols for Clinical Pediatric Dentistry, Vol 4, Annual 1996, Journal of Pedodontics

5. KARIES TERHENTI / ARRESTED CARIES


No. ICD 10 : K02.3 Arrested Caries
a) Definisi
Karies yang perkembangannya terhenti oleh karena peningkatan kebersihan rongga mulut,
peningkatan kapasitas buffer saliva, dan aktivitas pulpa melalui pembentukan dentin
reparatif.
b) Patofisiologi

23
Proses karies terhenti karena remineralisasi
c) Hasil anamnesa (subjective)
Tidak ada gejala, biasanya dikeluhkan karena gigi berwarnakecoklatan
d) Gejala klinis dan pemeriksaan
Pemeriksaan tes vitalitas gigi masih baik.Bagian dasar gigiterdapat jaringan keras
kecoklatan hasil dari pertahananlokal tubuh.
e) Diagnosis banding
Hipoplasi Email
f) Klasifikasi Terapi ICD 9 CM
89.31 Dental Examination
23.2 Restoration of tooth by filling
23.70 Root canal, not otherwise specified
24.99 Other (other dental operation)
g) Prosedur Tindakan Kedokteran Gigi
- Dental Health Education (DHE): edukasi pasien tentangcara menggosok gigi, pemilihan
sikat gigi dan pastanya.
Edukasi pasien untuk pengaturan diet.
- Tindakan preventif: bila masih mengenai email denganpemberian fluor untuk
meningkatkan remineralisasi
- Tindakan kuratif: bergantung lokasi dan keparahan, bilakavitas masih pada email
dilakukan ekskavasi debris,remineralisasi selama I bulan, kemudian dilakukanpenumpatan
sesuai indikasi
- Bila dentin yang menutup pulpa sudah tipis dilakukanpulp capping indirek: Ekskavasi
dentin lunak (zonainfeksi), diberikan pelapis dentin Cа(OH)2/MTA, dandilakukan
penumpatan
h) Pemeriksaan Penunjang
Foto x-ray gigi sayap gigit (jika diperlukan)
i) Peralatan dan bahan/obat
- Dental unit lengkap.
- Alat pemeriksaan standar.
- Bor untuk preparasi.
- Bahan tumpat bergantung letak dan macam giginya (resin
komposit, Glass Ionomer Cement (GIC))
- Alat poles.
- Larutan fluor.
- Kapas gulung.
- Butiran kapas.
j) Lama perawatan

24
Tumpatan biasa, 1 kali kunjuangan
k) Faktor penyulit
Hipersalivasi
l) Prognosis
Baik
m) Keberhasilan perawatan
Tidak ada keluhan klinis dan gigi berfungsi normal
n) Persetujuan Tindakan Kedokteran
Wajib, minimal lisan dan dicatat dalam rekam medik
o) Faktor sosial yang perlu diperhatikan
Kepatuhan kunjungan yang baik
p) Tingkat pembuktian
Grade B
q) Referensi
Edi Hartini, Sundoro, 2005, Serba – serbi Ilmu KonservasiGigi, UI-Press, 2007
6. DEMINERALISASI PERMUKAAN HALUS/APROKSIMAL KARIESDINI / LESI
PUTIH / KARIES EMAIL TANPA KAVITAS
No. ICD 10 : K02.51 White spot lesions (initial caries) on
pit and fissure surface of tooth
K02.61 White spot lesion (initial caries) on
smooth surface of tooth
B00.2 Herpesviral gingivostomatitis and
pharyngotonsilitis
a) Definisi
- Lesi pada permukaan gigi berupa bercak/bintik putihkusam oleh karena proses
demineralisasi.
- Lesi ini dapat kembali normal apabila kadar kalsium,phosphate, ion fluoride, dan kapasitas
buffer salivameningkat.
b) Patofisiologi
Demineralisasi paling dini pada email gigi
c) Hasil anamnesis (subjective)
Tidak ada gejala yang dikeluhkan, gigi terdapat warnakeputih putihan pada permukaan gigi
d) Gejala klinis dan pemeriksaan
- Bercak putih dan warna kusam tidak mengkilat, umumnyatidak ada gejala.
- Pemeriksaan dengan sonde tumpul, penerangan yang baik,gigi dikeringkan.
e) Diagnosis banding
Hipoplasi Email
f) Klasifikasi Terapi ICD 9 CM

25
89.31 Dental Examination
24.99 Other (other dental operation)
g) Prosedur Tindakan Kedokteran Gigi
- DHE: edukasi pasien tentang cara menggosok gigi,pemilihan sikat gigi dan pastanya, serta
pengaturan diet.
- Pembersihan gigi dari debris dan kalkulus dengan alatskeling manual, diakhiri dengan sikat
- Isolasi daerah sekitar gigi
- Keringkan
- Kumur atau diulas dengan bahan fluor atau bahanaplikatif yang mengandung fluor
- Terapi remineralisasi sesuai dosis
- Tunggu selama 2-3 menit
- Makan, minum setelah 30 menit aplikasi
h) Pemeriksaan Penunjang
Tidak ada
i) Peralatan dan bahan/obat
- Dental unit lengkap
- Alat diagnosis gigi/pemeriksaan lengkap
- Kapas gulung
- Butiran kapas
- Alat poles
- Larutan fluor
- Bahan remineralisasi
j) Lama perawatan
- 1 kali kunjungan
- Evaluasi setiap 6 bulan
k) Faktor penyulit
- Kebersihan mulut jelek bergantung wawancara mengenaifaktor risiko
- Pasien masih anak-anak dan tidak bisa kooperatif, perludirujuk pada spesialis KGA
l) Prognosis
Baik
m) Keberhasilan perawatan
Proses karies tidak berkembang, lesi putih hilang danpermukaan gigi kembali normal
n) Persetujuan Tindakan Kedokteran
Wajib, minimal lisan dan dicatat dalam rekam medik
o) Faktor sosial yang perlu diperhatikan
- Pasien dengan kunjungan biasa, mempunyai tingkatkesadaran rendah.
- Pasien anak-anak harus mempunyai tingkat kepatuhanyang baik dan perlu dukungan orang
tua

26
p) Tingkat pembuktian
Grade B
q) Referensi
- FDI policy statement, 2002, Minimal intervention in theManagement of Dental Caries,
FDI General Assembly,vienna Austria
- Chocrane NJ, Saranathan S, Cai F, Cross KJ, Reynold EC,2008, Enamel subsurface
Lesion Remineralisation withCasein Phosphopeptide Stabilised Solution Calcium,Phosphate
and Fluoride, Caries research Journal, 42: 88-97
- Beiruti N, Frencken JE, et al, 2007, Glass Ionomer Pit andFissure Sealant Provides Caries
Protection on Occlusalsurfaces, Edidence Base Dentistry Practiced Journal, 7:12-
13
7. KARIES DENTIN
No. ICD10 : K02.52 Dental caries on pit and fissure surfacepenetrating into dentin
K02.62 Dental caries on smooth surfacepenetrating into dentin
a) Definisi
- Karies yang terjadi pada email sebagai lanjutan karies diniyang lapisan permukaannya
rusak
- Karies yang sudah berkembang mencapai dentin
- Karies yang umumnya terjadi pada individu yangdisebabkan oleh resesi gigi
b) Patofisiologi
- Bergantung pada keparahan proses kerusakan
- Jika sudah terdapat tubuli dentin yang terbuka akandisertai dengan gejala ngilu, hal ini juga
bergantung padarasa sakit pasien.
c) Hasil anamnesis (subjective)
- Perubahan warna gigi
- Permukaan gigi terasa kasar, tajam
- Terasa ada makanan yang mudah tersangkut
- Jika akut disertai rasa ngilu, jika kronis umumnya tidakada rasa ngilu
d) Gejala klinis dan pemeriksaan
- Pemeriksaan sondasi dan tes vitalitas gigi masih baik
- Pemeriksaan perkusi dan palpasi apabila ada keluhanyang menyertai
- Pemeriksaan dengan pewarnaan deteksi karies gigi (bilaperlu)
e) Diagnosis banding
Abrasi, atrisi, erosi, abfraksi
f) Klasifikasi Terapi ICD 9 CM
89.31 Dental Examination
23.2 restoration of tooth by filling;
23.70 root canal, not otherwise specified

27
24.99 Other (other dental operation)
g) Prosedur Tindakan Kedokteran Gigi
- Prosedur tergantung pada kondisi kedalaman dan bahanyang akan digunakan (Bergantung
pada lokasi )
- Karies email :
1) Jika mengganggu estetika, ditumpat
2) Jika tidak mengganggu, recontouring (diasah), poles,ulas fluoruntuk meningkatkan
remineralisasi
- Bila dentin yang menutup pulpa telah tipis
- Pulpcapping indirect, ekskavasi jaringan karies, berikanpelapis dentin
- Semua perawatan yang dilakukan harus disertai edukasipasien (informasi penyebab, tata
laksana perawatan danpencegahan)
- DHE: edukasi pasien tentang cara menggosok gigi,pemilihan sikat gigi dan pastanya.
Edukasi pasien untukpengaturan diet
Prosedur karies dentin tanpa disertai keluhan ngilu yangmendalam:
Bahan tumpat Glass Ionomer Cement (GIC):
1. Pembersihan gigi dari debris dan kalkulus dengan alatskeling manual, diakhiri dengan
brush/sikat,menghasilkanoutline form untuk melakukan tumpatanyang mempunyai retensi
dan resistensi yang optimal;
2. Bersihkan jaringan infeksi (jaringan lunak dan warnacoklat/hitam harus dibuang sampai
gigi terlihat putihbersih);
3. Jaringan email yang tidak di dukung dentin harusdihilangkan;
4. Keringkan kavitas dengan kapas kecil;
5. Oleskan dentin conditioner;
6. Cuci/bilas dengan air yang mengalir;
7. Isolasi daerah sekitar gigi;
8. Keringkan kavitas sampai keadaan lembab/moist (tidakboleh sampai kering
sekali/berubah warna kusam/doff);
9. Aduk bahan GIC sesuai dengan panduan pabrik (rasiopowder terhadap liquid harus tepat,
dan cara mengadukharus sampai homogen);
10. Aplikasikan bahan yang telah diaduk pada kavitas;
11. Bentuk tumpatan sesuai anatomi gigi;
12. Aplikasi bahan lalu diamkan selama 1-2 menit sampaisetting time selesai;
13. Rapikan tepi-tepi kavitas, cek gigitan dengan gigiantagonis menggunakan articulating
paper;
14. Di bagian oklusal dapat di bantu dengan celluloid stripatau tekan dengan jari
menggunakan sarung tangan;
15. Poles.

28
Bahan Resin Komposit (RK) dengan bahan bonding generasiV:
1. Pembersihan gigi dari debris dan kalkulus dengan alatskeling manual, diakhiri dengan
brush/sikat;
2. Bentuk outline form untuk melakukan tumpatan yangmempunyai retensi dan resistensi
yang optimal;
3. Lakukan pembersihan jaringan infeksius pada karies gigi(jaringan lunak dan warna
coklat/hitam harus dibuangsampai gigi terlihat putih bersih).Warna hitam yangmenunjukkan
proses karies terhenti tidak perlu diangkatjika tidak mengganggu estetik;
4. Jaringan email yang tidak di dukung dentin harusdihilangkan;
5. Keringkan kavitas dengan kapas kecil;
6. Aplikasikan ETSA asam selama 30 detikatau sesuaipetunjuk penggunaan;
7. Cuci/bilas dengan air yang mengalir;
8. Isolasi daerah sekitar gigi;
9. Keringkan sampai keadaan lembab/moist (tidak bolehsampai kering sekali/berubah warna
kusam/doff)atausesuai petunjuk penggunaan;
10. Oleskan bonding/adhesive generasi V, kemudian diangin-anginkan (tidak langsung dekat
kavitas),dilakukan penyinaran dengan light curing unit selama 10-20 detik;
11. Aplikasikan flowable resin komposit pada dindingkavitas, kemudian dilakukan
penyinaran dengan lightcuring unit selama 10-20 detik;
12. Aplikasikan packable resin komposit dengan sistem layerby layer/ selapis demi selapis
dengan ketebalan lapisanmaksimal 2 mm, setiap lapisan dilakukan penyinarandengan light
curing unit selama 10-20 detik;
13. Bentuk tumpatan sesuai anatomi gigi;
14. Merapikan tepi-tepi kavitas, cek gigitan dengan gigiantagonis menggunakan articulating
paper;
15. Poles (catatan: jika perlu komposit yang dibentuk denganbantuan celluloid strip(klas III)
memungkinkan tidakperlu poles.).Bahan Resin Komposit (RK) dengan bahan bonding
generasiVII (no rinse):
1. Pembersihan gigi dari debris dan kalkulus dengan alatskeling manual, diakhiri dengan
brush/sikat;
2. Bentuk outline form untuk melakukan tumpatan yangmempunyai retensi dan resistensi
yang optimal;
3. Lakukan pembersihan jaringan infeksius pada karies gigi(jaringan lunak dan warna coklat
kehitaman harusdibuang sampai gigi terlihat putih bersih). Warna hitamyang menunjukkan
proses karies terhenti tidak perludiangkat jika tidak mengganggu estetik;
4. Jaringan email yang tidak di dukung dentin harusdihilangkan;
5. Isolasi daerah sekitar gigi;

29
6. Keringkan sampai keadaan lembab/moist (tidak bolehsampai kering sekali/berubah warna
kusam/doff);
7. Oleskan bonding/adhesive generasi VII, kemudian diangin-anginkan (tidak langsung
dekat kavitas),dilakukan penyinaran dengan ligh curingunit selama 10-20 detik;
8. Aplikasikan flowable resin komposit pada dindingkavitas, kemudian dilakukan
penyinaran dengan lightcuringunit selama 10-20 detik;
9. Aplikasikan Packable resin komposit dengan sistem layerby layer/ selapis demi selapis
dengan ketebalan lapisanmaksimal 2 mm, setiap lapisan dilakukan penyinarandengan light
curingunit selama 10-20 detik;
10. Bentuk tumpatan sesuai anatomi gigi;
11. Merapikan tepi-tepi kavitas, cek gigitan dengan gigiantagonis;
12. Poles;
h) Pemeriksaan Penunjang
Foto x-ray gigi periapikal bila diperlukan
i) Peralatan dan bahan/obat
- Dental unit lengkap
- Alat pemeriksaan standar
- Set alat ART
- Enamel Access Cutter, hatchet, carver, excavator spoonbesar, sedang dan kecil
- Bor untuk preparasi
- Bahan tumpat tergantung letak dan macam giginya (resinkomposit, GIC, kompomer)
- Bahan pelapis dentin/bahan pulp capping
- Alat poles
- Larutan fluor
j) Lama perawatan
1– 2 kali kunjungan
k) Faktor penyulit
- Hipersalivasi
- Letak kavitas
- Lebar permukaan mulut
- Pasien tidak kooperatif
l) Prognosis
Baik
m) Keberhasilan perawatan
- Klinis tidak ada keluhan, tidak terbentuk karies sekunderatau kebocoran.
- Pulp capping: klinis tidak ada keluhan, pemeriksaanradiografik terbentuk dentinreparatif.
n) Persetujuan Tindakan Kedokteran
Wajib, minimal lisan dan dicatat dalam rekam medik.

30
o) Faktor sosial yang perlu diperhatikan
- Pasien dengan kunjungan biasa, mempunyai tingkatkesadaran rendah.
- Pasien anak-anak harus mempunyai tingkat kepatuhanyang baik dan perlu dukungan orang
tua.
p) Tingkat pembuktian
Grade B
q) Referensi
- FDI policy statement, 2002, Minimal intervention in theManagement of Dental Caries,
FDI General Assembly,vienna Austria
- Chocrane NJ, Saranathan S, Cai F, Cross KJ, Reynold EC,2008,Enamel subsurface Lesion
Remineralisation withCasein Phosphopeptide Stabilised Solution Calcium,Phosphate and
Fluoride, Caries research Journal, 42: 88-97
- Beiruti N, Frencken JE, et al, 2007, Glass Ionomer Pit andFissure Sealant Provides Caries
Protection on Occlusalsurfaces, Edidence Base Dentistry Practiced Journal, 7:12-
13
8. KARIES MENCAPAI PULPA VITAL GIGI SULUNG
No. ICD 10 : K02.8 karies gigi lainnyaOther specified dental caries
a) Definisi
Lesi mencapai pulpa akibat karies, pulpa terbuka diameterlebih dari 1 mm perdarahan
terkontrol, vital, sehat.
b) Patofisiologi
Invasi toksin bakteri dalam pulpa sampai saluran akar danjaringan periapeks
c) Hasil anamnesis (subjective)
Sakit spontan (tanpa adanya rangsangan timbul rasa sakit),terasa berdenyut
d) Gejala klinis dan pemeriksaan
- Sondase positif
- Perdarahan positif
- Tekanan negatif
- Perkusi negatif
- Derajat kegoyangan gigi
e) Diagnosis banding
- Fraktur mahkota, pulpa terbuka vital
- Amelogenesis imperfekta
- Dentinogenesis imperfekta
- Rampant caries
- Nursing bottle caries
f) Klasifikasi Terapi ICD 9 CM
89.31 Dental Examination

31
23.70 root canal NOS
23.2 restoration of tooth by filling
23.42 Application of crown
g) Prosedur Tindakan Kedokteran GigiPulpotomi dan restorasi
1. Pembuatan foto rontgent gigi;
2. Sterilisasi daerah kerja;
3. Anestesi lokal atau blok injeksi;
4. Pembersihan jaringan karies;
5. Pembukaan atap pulpa;
6. Pembuangan jaringan pulpa vital dalam kamar pulpadengan eksavator sendok;
7. Irigasi, keringkan kavitas, isolasi;
8. Penghentian perdarahan;
9. Peletakan formokresol pellet 1-3 menit;
10. Pengisian kamar pulpa dengan semen ZOE sampai penuhdan berfungsi sebagai tumpatan
sementara;
11. Restorasi mahkota tiruan (logam/ resin komposit).
- Terapi alternatif
- Pulpektomi vital atau devitalisasi pulpektomi
- Ekstraksi apabila foto x ray menunjukkan sudahwaktunya gigi tersebut tanggal
h) Pemeriksaan Penunjang
Foto x-ray gigi periapikal bila diperlukan
i) Peralatan dan bahan/obat
- Dental unit lengkap,
- Dental unit lengkap,
- Alat pemeriksaan standar,
- Bor untuk preparasi,
- Alat endodontic,
- Bahan tumpat (tergantung letak dan macam giginya (resinkomposit, GIC),
- Alat pembuatan mahkota (logam/ KR), KR.
j) Lama perawatan
2-3 kali kunjungan
k) Faktor penyulit
- Sikap kooperatif anak
- Sosial ekonomi
- Kasus membutuhkan space maintainer setelah ekstraksidirujuk ke SpKGA
l) Prognosis
- Baik
- Kontrol periodik 6 bulan

32
m) Keberhasilan perawatan
Keluhan hilang, gigi bisa berfungsi
n) Persetujuan Tindakan Kedokteran
Wajib, minimal lisan dan dicatat dalam rekam medik
o) Faktor sosial yang perlu diperhatikan
Sikap kooperatif baik dari pasien anak dan orang tuanyadalam ketaatan untuk kunjungan
beberapa kali ke doktergigi.
p) Tingkat pembuktian
Grade C
q) Referensi
Protocols for Clinical Pediatric Dentistry, Vol 4, Annual 1996,Journal of Pedodontics

9. ATRISI, ABRASI, EROSI


No. ICD 10 : K03.0 Excessive attrition of teeth
K03.1 Abrasion of teeth
K03.2 Erosion of teeth
a) Definisi
Ausnya jaringan keras gigi yang disebabkan oleh karenafungsinya, karena kebiasaan buruk,
cara menyikat gigi yangsalah atau karena asam dan karena trauma oklusi.Hilangnya
permukaan jaringan keras gigi yang bukandisebabkan oleh karies atau trauma dan
merupakan akibatalamiah dari proses penuaan.
- Atrisi :Hilangnya permukaan jaringan keras gigi yang disebabkanoleh proses mekanis yang
terjadi pada gigi yang salingberantagonis (sebab fisiologis pengunyahan.)
- Abrasi :Hilangnya permukaan jaringan keras gigi disebabkan olehfaktor mekanis dan
kebiasaan buruk
- Erosi :Hilangnya permukaan jaringan keras gigi yang disebabkanoleh proses kimia dan
tidak melibatkan bakteri.

Gambar 1
Penampang frontal dan oklusal
gigi erosi pada pasien dengan
GERD

33
b) Patofisiologi
- Hilangnya permukaan jaringan keras (email, dentinsementum ) pada setiap permukaan gigi
yang disebabkanasam , bahan kimia dan mekanis
- Hilangnya permukaan jaringan keras(email, dentinsementum ) tergantung pada lokasi
kebiasaan bisa disertaidentin hipersensitif
c) Hasil anmnesis (subjective)
Kadang disertai rasa ngilu oleh karena hipersensitif dentin
d) Gejala klinis dan pemeriksaan
- Hilangnya permukaan jaringan keras (email, dentinsementum ) pada permukaan gigi
- Apabila hilangnya permukaan gigi sudah dalam makaakan disertai dengan dentin
hipersensitif
e) Diagnosis banding
Hipersensitif dentin karena karies
f) Klasifikasi Terapi ICD 9 CM
89.31 Dental examination;
23.2 Restoration of tooth by filling
23.3 Restoration of tooth by inlay
24.99 Other (other dental operation)
g) Prosedur Tindakan Kedokteran Gigi
- Rehabilitasi gigi tergantung lokasi dan keparahan jikaperlu pada atrisi didahului dengan
peninggian gigitan.Kemudian direstorasi dengan tumpatan direk/indirek.
- Perlu diingat bahwa rehabilitasi tidak akan berhasilapabila kebiasaan buruk tidak
dihilangkan
- DHE: edukasi pasien tentang cara menggosok gigi,pemilihan sikat gigi dan pastanya.
Edukasi pasien konsuldiet, konsultasi psikologis pada pasien Bulimia.
- Tindakan preventif: bila masih mengenai email denganaplikasi fluor topikal/CPPACP
untuk meningkatkanremineralisasi
- Tindakan kuratif:
1) Bergantung lokasi dan keparahan jika perlu pada atrisididahului dengan peninggian gigit
2) Pada kasus abfraksi perlu dilakukan OclusalAdjusment
3) Bergantung pada keparahan hilangnya permukaanjaringan keras dan lokasi, bila di
servikal dilakukan

34
ART dengan bahan GIC, Bila di oklusal direstorasimahkota
h) Pemeriksaan Penunjang
Tidak diperlukan
i) Peralatan dan bahan/obat
- Dental unit lengkap
- Alat pemeriksaan standar
- Bor untuk preparasi
- Cotton roll
- Cotton pellet
- Alat fluor
- Larutan fluor/CPPACP
- Bahan tumpat (tergantung letak dan macam giginya (resinkomposit, GIC, atau inlay resin
komposit).
j) Lama perawatan
Bergantung keparahan (2-3 kali kunjungan)
k) Faktor penyulit
- Pasien tidak kooperatif
- Pasien dengan kebiasaan bruxism karena kondisipsikologis
l) Prognosis
Baik jika penderita kooperatif dan dapat menghilangkankebiasaan buruk
m) Keberhasilan perawatan
Atrisi, abrasi, erosi berhenti (tidak berlanjut), Kebiasaanburuk hilang
n) Persetujuan Tindakan Kedokteran
Wajib, minimal lisan dan dicatat dalam rekam medik
o) Faktor sosial yang perlu diperhatikan
Pasien menyadari bahwa ada kebiasaan buruk yangdilakukannya dan bersedia bekerja sama
untuk berupayamenghilangkan kebiasaan tersebut.
p) Tingkat pembuktian
Grade C
q) Referensi
Edi Hartini, Sundoro, 2005, Serba – serbi Ilmu KonservasiGigi, UI-Press, 2007

10. ORAL HYGIENE BURUK


No. ICD 10 : K03.6 Deposit [accretion] of teeth
a) Definisi
Endapan atau pewarnaan yang terjadi pada dataran luar gigidisebabkan oleh berbagai faktor.
b) Hasil anamnesis (subjective)
Tidak ada keluhan, gigi terasa kasar dan terdapat warnayang mengganggu

35
c) Gejala klinis dan pemeriksaan
Klinis tidak ada keluhan namun secara visual gigi berubahwarna.
d) Diagnosis banding
Tidak ada
e) Klasifikasi Terapi ICD 9 CM
96.54 Dental scalling and polishing, plaque removal,prophylaxis
f) Prosedur Tindakan Kedokteran Gigi
- Bergantung penyebab endapan lunak plak dengan DHE.
Jika ada karang gigi dilakukan skeling;
- Dilakukan pewarnaan pada gigi dengan bahan disclosing;
- Melakukan pembersihan debris, kalkulus, semua elemengigi dimulai dari yang supra
gingiva, dilanjutkan padasubgingival apabila ada;
- Setelah semua elemen selesai dibersihkan, lakukanfinishing;
- Polishingdilakukan menggunakan bahan polish yangdicampur dengan pasta gigi untuk
skeling;
- Perawatan diakhiri dengan memberikan povidone iodineatau chlorhexidine untuk
mencegah infeksi.
g) Pemeriksaan Penunjang
Tidak diperlukan
h) Peralatan dan bahan/obat
- Dental unit lengkap
- Alat pemeriksaan lengkap
- Kapas gulung
- Kapas butir
- Disclosing (pewarna plak)
- Larutan povidone iodine
- Chlorhexidine digluconate
- Bahan polish
- Pasta gigi
- Alat skeling
i) Lama perawatan
1 kali kunjungan
j) Faktor penyulit
Bergantung pada tingkat keparahan
k) Prognosis
Baik
l) Keberhasilan perawatan
Warna dan bentuk gusi sehat dan warna gigi sesuai dengangigi lain yang normal.

36
m) Persetujuan Tindakan Kedokteran
Lisan/ Dinyatakan
n) Faktor sosial yang perlu diperhatikan
Pasien yang masih sulit untuk menghilangkan kebiasaanburuknya, sehingga sulit untuk
kooperatif.
o) Tingkat pembuktian
Grade B
p) Referensi
Newman MG. Takei H, Klokkevold PR, Carranza FA,editors,2012, Carranza`s Clinical
Periodontology, 11 th edition,St. Louis, Missouri: Saunders
11. GINGIVITIS AKIBAT PLAK MIKROBIAL
No. ICD 10 : K. 05. 00 Acute gingivitis, plaque induced
a) Definisi
Gingivitis (peradangan gingiva) akibat plak adalah inflamasigingiva tanpa disertai
kehilangan pelekatan.
b) Patofisiologi
Invasi toksin bakteri pada gingiva
c) Hasil anamnesis (subjective)
Gusi mudah berdarah dan berwarna kemerahan, terdapatpembesaran pada tepi gusi dan gigi
d) Gejala klinis dan pemeriksaan
Gingivitis disertai tanda-tanda klinis kemerahan danpembesaran (edema) jaringan gingiva,
berdarah biladisentuh, perubahan bentuk dan konsistensi, ada kalkulusdan atau plak
mikrobial, tanpa bukti radiografis adanyakerusakan puncak tulang alveolar, yang disertai
keluhanrasa gatal pada gusi di sela–sela gigi.
e) Diagnosis banding
Tidak ada
f) Klasifikasi Terapi ICD 9 CM
89.31 dental examination
96.54 dental scaling and polishing, dental debridement,prophylaxis, plaque removal
g) Prosedur Tindakan Kedokteran Gigi
Terapi Inisial
a. Pendidikan kesehatan mulut dan instruksi pengendalianplak mikrobial di rumah.
b. Pembersihan permukaan gigi dari plak dan kalkulussupra dan subgingiva.
c. Pemberian obat anti mikroba dan obat antiplak, danpenggunaan alat kebersihan mulut
guna meningkatkankemampuan pasien untuk membersihkan gigi geliginya.
d. Koreksi faktor–faktor yang memudahkan retensi plakmikrobial antara lain : koreksi
mahkota yang overcontour, margin yang over hang ( mengemper ) atauruang embrasur yang

37
sempit, kontak terbuka, gigi tiruansebagian cekat/ Gigi Tiruan Sebagian (GTS) lepasanyang
kurang pas, gigi karies dan gigi malposisi.
e. Pada kasus tertentu dilakukan koreksi secara bedahpada bentuk/ kontur gingiva, agar
pasien dapat menjagakebersihan mulut, sesuai kontur dan bentuk gingival sehat.
f. Sesudah fase terapi aktif tersebut di atas, dilakukanevaluasi untuk menentukan perawatan
selanjutnya,yaitu terapi pemeliharaan periodontal.
h) Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium mikroskopis, serologis, hematologis,mikrobiologis bila diperlukan.
i) Peralatan dan bahan/obat
1. Dental unit lengkap,
2. Alat pemeriksaan standar,
3. Periodontal probe
4. Alat poles ( rubber cup, brush, pumice, kapur poles, bor,stone, untuk koreksi restorasi
mengemper )
5. Alat skaler makro dan mikro tips
6. Larutan irigasi sub gingiva (Aquadest, larutan salinesteril, povidon iodine 10%, obat
kumur Chlorhexidine(CHX), povidon iodine, larutan garam hangat dan H2O23%)
7. Alkohol 70%
8. Bahan desensitisasi gigi Stannous Fluoride (SnF)
9. Alat dan bahan anestesi lokal (Xylocain ointment/Spray,Pehacain/xylocain solution, Spuit
disposable dan jarumukuran 12 x 306 mm, Spuit disposable dan jarumukuran 15 x 306 mm,
citojet + jarum)
10. Alat dan bahan scaling sub gingiva, penghalusan akardan kuretase (pack periodontal,
kuret Gracey’s no. 1 s/d14 )
11. Bahan cetak untuk model kerja bila perlu buat splint
12. Alat untuk gingivektomi, gingivoplasti dan operasi flap(penanda dasar poket, pisau
bedah Bard Parker no. 11,
12 dan 15, pisau gingivektomi, gunting benang dangunting jaringan, jarum jahit atraumatik,
rasparatorium,bone file, pinset bedah, pinset anatomis, needle holder)
j) Lama perawatan3-4 kali kunjungan
k) Faktor penyulit
Pasien tidak kooperatif, disertai penyakit/ kondisi sistemikdan pasien merokok.
l) Prognosis
Baik, jika tidak terjadi kerusakan tulang alveolar, faktoretiologi dapat dihilangkan, bila
pasien kooperatif, tidakdisertai penyakit/ kondisi sistemik dan pasien tidakmerokok.
m) Keberhasilan perawatan
- Perawatan berhasil memuaskan bila terjadi penurunantanda-tanda klinis inflamasi gingiva
secara nyata,pelekatan klinis stabil, pengurangan skor plak sesuaidengan plak yang ada pada

38
gingiva sehat. Hilangnyakeluhan rasa gatal pada gusi di sela – sela gigi, rasakemeng/rasa
tidak nyaman, rasa nyeri saat mengunyahatau menggigit, dan gigi goyang atau gusi bengkak.
- Bila hasil terapi tidak memuaskan/tidak memperbaikikondisi periodontal, maka akan
tampak antara lainberlanjutnya tanda-tanda klinis penyakit yaitu:perdarahan saat probing,
kemerahan dan pembesaran,kondisi dapat diikuti kerusakan/cacat gingiva (cleftgingiva,
crater/ceruk gingiva), yang disertai kerusakanselanjutnya sehingga berkembang menjadi
periodontitisdengan kehilangan pelekatan.
n) Persetujuan Tindakan Kedokteran
Untuk melakukan perawatan yang menimbulkan luka padajaringan keras maupun jaringan
lunak, harus adapersetujuan tertulis.
o) Faktor sosial yang perlu diperhatikan
Adanya faktor-faktor risiko sistemik dapat mempengaruhiterapi dan hasil perawatan
gingivitis karena plak mikrobial.Faktor risiko sistemik adalah penyakit diabetes, merokok,
bakteri periodontal tertentu, penuaan, gender, predisposisigenetik, penyakit sistemik dan
kondisi sistemik (imunosupresi), stres, nutrisi, kehamilan, infeksi HIV dan pengaruhobat-
obatan.
p) Tingkat pembuktian
Grade B
q) Referensi
- Standar Kompetensi Periodonsia.
- Parameters of Care. Suplements Journal of Periodontologyvol.71, no.5, May 2000, hal.
847 – 883.
- Carranza’s Clinical Periodontology 10th Ed, 2006.
- Rose:Periodontics Medikine, Surgery and Implants, 2004.
- S.H Daliemunthe: Terapi Periodontal, 2006.
- S.W Prayitno : Periodontologi Klinik: Fondasi KedokteranGigi Masa Depan, 2003.
- Edward’s Cohen : Atlas of Cosmethic and ReconstructivePeriodontal Surgery 3th Ed,
2009.

12. ABSES PERIODONTAL


No. ICD 10 : K.05.21 Aggressive periodontitis, localized/
periodontal abcess.
a) Definisi
- Infeksi purulen lokal pada jaringan yang berbatasan/berdekatan dengan poket periodontal
yang dapat memicukerusakan ligamen periodontal dan tulang alveolar.
- Abses periodontal dapat diasosiasikan dengan patologisendopulpa.
b) Patofisiologi

39
Abses periodontal merupakan suatu abses yang terjadi padagingiva atau pocket periodontal.
Hal ini terjadi akibat adanyafaktor iritasi, seperti plak, kalkulus, infeksi bakteri, impaksi
makanan atau trauma jaringan.
c) Hasil anamnesis (subjective)
Gigi sensitif terhadap tekanan/perkusi dan kadang-kadanggoyang.Terdapat pembengkakan
pada gusi.
d) Gejala klinis dan pemeriksaan
- Gingiva bengkak, licin, mengkilap dan nyeri, dengandaerah yang menimbulkan rasa nyeri
bila dipegang.
- Tampak cairan eksudat purulen dan atau kedalamanprobing meningkat.
- Kerusakan pelekatan terjadi secara cepat.
Abses gingiva, pembesaran lunak berwarna kemerahan(eritematous) pada jaringan gingiva
gigi M1 dan M2 atas.
e) Diagnosis banding
Kista dan granuloma
f) Klasifikasi Terapi ICD 9 CM
24.00 incision of gum or alveolar bone96.54 dental debridement
g) Prosedur Tindakan Kedokteran Gigi
- Drainase dengan membersihkan poket periodontal,
- Menyingkirkan plak, kalkulus, dan bahan iritan lainnyadan atau menginsisi abses.
- Irigasi poket periodontal, pengaturan oklusal yangterbatas, dan pemberian anti mikroba
dan pengelolaankenyamanan pasien.
- Tindakan bedah untuk akses dari proses pembersihanakar gigi perlu dipertimbangkan.
- Pada beberapa keadaan, ekstraksi gigi perlu dilakukan
Evaluasi periodontal menyeluruh harus dilakukan setelahresolusi dari kondisi akut.
- Pemberian obat kumur, obat analgetik, antipiretik danantibiotika. Drug of choice (obat
pilihan) Antibiotik yangdiberikan antara lain:
o doksisiklin 1 x 100 mg (waktu paruh 24 jam)
o Amoxicillin 3 x 500 mg (waktu paruh 8 jam)
o Ciprofloxacin 2 x 500 mg (waktu paruh 12 jam)
o Metronidazole 2 x 500 mg (waktu paruh 8 jam)
- Obat kumur.
h) Pemeriksaan Penunjang
Foto x-ray gigi periapikal bila diperlukan
i) Peralatan dan bahan/obat
- Dental unit lengkap,
- unit gigi lengkap,
- alat diagnostik lengkap,

40
- alat dan bahan perawatan periodontal,
- set peralatan bedah minor gigi,
- bahan antiseptik dan desinfektan,
- kapas/kasa steril.
j) Lama perawatan
1-2 kali kunjungan (tergantung indikasi perawatan)
k) Faktor penyulit
Faktor sistemik dan kondisi tubuh pasien yang lemah
l) Prognosis
Baik, bila faktor etiologi dapat dikendalikan, tidak disertaikondisi/ penyakit sistemik atau
dapat dikendalikan bila adadan pasien tidak merokok.
m) Keberhasilan perawatan
- Resolusi dari tanda dan gejala penyakit. Resolusi dari faseakut akan berdampak pada
kembalinya sebagianpelekatan yang pernah hilang.
- Daerah kondisi akut tidak dapat ditangani ditandadengan abses yang mengalami rekurensi
dan atauberlanjutnya kehilangan pelekatan jaringan periodontal.
- Faktor yang berperan terhadap tidak terjadinya resolusimencakup kegagalan dalam
menyingkirkan penyebab dariiritasi, debridemen yang tidak selesai, diagnosis yangtidak
akurat, atau adanya penyakit sistemik.
- Pada pasien dengan kondisi gingiva tidak dapatdisembuhkan, harus diberikan pengobatan
dan terapitambahan.
n) Persetujuan Tindakan Kedokteran
Untuk melakukan perawatan yang menimbulkan luka padajaringan keras maupun jaringan
lunak harus adapersetujuan tertulis dari pasien untuk menerima prosedurperawatan.
o) Faktor sosial yang perlu diperhatikan
Kepatuhan dan kesadaran pasien dalam menjalankanpengobatan
p) Tingkat pembuktian
Grade B
q) Referensi
Textbook of Oral and Maxillofacial Surgery, SM Balaji., 2nd ed,Elsevier, New Delhi, 2013.

13. PERIODONTITIS KRONIS DENGAN KEHILANGAN JARINGAN


PERIODONTAL RINGAN – SEDANG
No. ICD 10 : K. 05. 3 Chronic periodontitis
a) Definisi
Periodontitis kronis adalah inflamasi gingiva yang meluas kepelekatan jaringan di
sekitarnya.Penyakit ini ditandaidengan kehilangan pelekatan klinis akibat destruksi ligament
periodontal dan kehilangan tulang pendukung di sekitarnya.

41
b) Patofisiologi
Invasi toksin bakteri pada jaringan pendukung gigi yangkronis
c) Hasil anamnesis (subjective)
- Keluhan rasa gatal pada gusi di sela–sela gigi, rasakemeng/ rasa tidak nyaman, rasa nyeri
saat mengunyahatau menggigit, dan gigi goyang atau gusi bengkak.
d) Gejala klinis dan pemeriksaan
- Edema, eritema, perdarahan gingiva saat probing dansurpurasi
- Pada gigi molar, bila ada keterlibatan furkasi biasanyakehilangan pelekatan klinis yang
terjadi termasuk kelas I.
- Kerusakan ringan ditandai dengan kedalaman probingperiodontal sampai dengan 4 mm
dengan kehilanganpelekatan sampai dengan 2 mm.
- Kerusakan sedang ditandai dengan kedalaman probingperiodontal sampai dengan 6 mm
dengan kehilanganpelekatan sampai dengan 4 mm.
- Gambaran radiografis menunjukkan adanya kehilangantulang alveolar, sehingga terjadi
peningkatan kegoyangangigi.
- Periodontitis kronis dengan kehilangan jaringanperiodontal ringan – sedang dapat bersifat
lokal yangmelibatkan kehilangan pelekatan dari satu gigi ataubersifat general yang
melibatkan kehilangan pelekatanbeberapa atau seluruh gigi. Seseorang bisa sajamengalami
dua kondisi secara bersamaan yaitu daerahyang sehat dan periodontitis ringan–sedang.
e) Diagnosis banding
Periapikal abses
f) Klasifikasi Terapi ICD 9 CM
89.31 dental examination
96.54 dental scaling and polishing, dental debridement,plaque removal
g) Prosedur Tindakan Kedokteran Gigi
Terapi Inisial
1. Perlu dilakukan eliminasi atau kontrol faktor risiko yangmempengaruhi periodontitis
kronis. Perludipertimbangkan untuk berkonsultasi dengan dokteryang merawat pasien.
2. Instruksi dan evaluasi pengendalian plak pasien.
3. Skeling supra dan sub gingiva serta pembersihan akargigi untuk membersihkan plak
mikrobial dan kalkulus.
4. Agen anti mikroba dapat diberikan sebagai tambahan.
5. Faktor lokal yang menyebabkan periodontitis kronisharus dieliminasi, yaitu (rujuk ke
spesialis jikadiindikasi):
- Membongkar/ memperbaiki bentuk restorasi yangmengemper dan mahkota yang over
kontur
- Koreksi piranti prostetik yang menimbulkan rasasakit
- Restorasi lesi karies, terutama karies servikal daninterproksimal

42
- Odontoplasti
- Pergerakan gigi minor
- Perbaikan kontak terbuka yang menyebabkanimpaksi makanan
- Perawatan trauma oklusi
6. Perawatan faktor risiko yang masih ada, misalnyakontrol terhadap kebiasaan merokok dan
control diabetes.
7. Evaluasi hasil terapi inisial dilakukan setelah intervalwaktu tertentu yang disesuaikan
terhadap adanyapengurangan inflamasi dan perbaikan jaringan. Reevaluasiperiodontal
dinilai berdasarkan temuan klinisyang relevan dengan keadaan pasien. Temuan klinis ini
dapat dibandingkan dengan dokumentasi awal padarekam medik, dan digunakan untuk
menilai hasil terapiinisial sebagai pertimbangan perawatan selanjutnya.
8. Karena alasan kondisi sistemik, perawatan untukmengendalikan penyakit dapat ditunda
berdasarkankeinginan pasien atau pertimbangan dokter gigi.
9. Jika hasil terapi inisial menunjukkan keberhasilanperawatan pada jaringan periodontal,
selanjutnyadijadwalkan terapi pemeliharaan.
10. Jika hasil terapi inisial tidak berpengaruh pada kondisiperiodontal, selanjutnya
dijadwalkan terapi perawatanbedah untuk mendapatkan kesembuhan periodontalyang
diharapkan dan untuk mengkoreksi cacatanatomik.
Terapi Pemeliharaan
- Pada terapi pemeliharaan periodontal dilakukan evaluasiterhadap hasil pemeriksaan
sebelumnya, riwayatpenyakit medik dan dental, serta pengkajian ulangterhadap keputusan
yang telah diambil sebelumnya.
- Pasien dapat dikembalikan ke terapi periodontal aktif lagibila terjadi kekambuhan.
h) Pemeriksaan Penunjang
- Foto x-ray gigi panoramik bila diperlukan
- Pemeriksaan darah
i) Peralatan dan bahan/obat
- Dental unit lengkap,
- Alat pemeriksaan standar
- Set alat periodontal
j) Lama perawatan
1-2 bulan
k) Faktor penyulit
- Pasien tidak kooperatif
- Faktor risiko sistemik (diabetes, merokok, bakteriperiodontal tertentu, penuaan, gender,
predisposisigenetik, penyakit sistemik dan kondisi sistemik (imunosupresi), stres, nutrisi,
kehamilan, infeksi HIV danpengaruh obat-obatan) mempengaruhi perawatan danhasil
perawatan yang akan dilakukan.

43
l) Prognosis
- Baik, karena kondisi tulang alveolar masih memadai,faktor etiologi dapat dihilangkan, bila
pasien kooperatif,tidak disertai penyakit/ kondisi sistemik dan pasien tidakmerokok.
- Sedang, bila kondisi tulang alveolar kurang memadai,beberapa gigi goyang, terjadi
kelainan furkasi derajatsatu, tetapi kemungkinan dapat dipertahankan bilapasien kooperatif,
tidak disertai kondisi/penyakitsistemik dan pasien tidak merokok.
- Buruk, bila kehilangan tulang berat, gigi goyang,kelainan furkasi sampai dengan derajat
dua, kooperasipasien meragukan, kondisi sistemik sulit dikendalikandan pasien perokok
berat.
m) Keberhasilan perawatan
- Hasil akhir terapi periodontal pada pasien periodontitiskronis dengan kehilangan jaringan
periodontal ringan–sedang adalah pengurangan secara signifikan tanda–tanda klinis
inflamasi gingiva, pengurangan kedalamanpoket, pelekatan klinis meningkat secara
signifikan atausetidaknya kembali normal, dan skor plak yang sesuai
dengan kondisi gingiva sehat ( skor 0,1 – 1,1 ), hilangnyakeluhan rasa gatal pada gusi di sela
– sela gigi, rasakemeng/ rasa tidak nyaman, rasa nyeri saat mengunyahatau menggigit, dan
gigi goyang atau gusi bengkak.
- Tanda–tanda bahwa penyakit periodontal yang belumsembuh adalah inflamasi jaringan
gingiva, kedalamanpoket tidak berkurang atau justru bertambah, pelekatanklinis tidak stabil,
dan jumlah skor plak yang tidaksesuai dengan kondisi gingiva sehat (skor>1,2 – 3 ).
n) Persetujuan Tindakan Kedokteran
Untuk melakukan perawatan yang menimbulkan luka padajaringan keras maupun jaringan
lunak harus adapersetujuan tertulis dari pasien
o) Faktor sosial yang perlu diperhatikanPenilaian klinis adalah bagian integral pada proses
penetapan keputusan perawatan. Banyak faktor yangmempengaruhi keputusan untuk
memberikan terapi yangadekuat dan hasil perawatan yang diharapkan. Faktor yangperlu
dipertimbangkan adalah kesehatan sistemik, usia,obat-obatan yang dikonsumsi dan
kemampuan pasienmengendalikan plak. Faktor lainnya adalah kemampuandokter gigi untuk
membersihkan deposit sub gingiva,pembuatan restorasi dan protesa periodontal, serta
perawatan gigi dengan periodontitis kronis tahap lanjut.
p) Tingkat pembuktian
Grade C
q) Referensi
- Standar Kompetensi Periodonsia.
- Parameters of Care. Suplements Journal of Periodontologyvol.71, no.5, May 2000, hal.
847 – 883.
- Carranza’s Clinical Periodontology 10th Ed, 2006.
- Rose: Periodontics Medikine, Surgery and Implants, 2004.

44
- S.H Daliemunthe: Terapi Periodontal, 2006.
- S.W Prayitno: Periodontologi Klinik: Fondasi KedokteranGigi Masa Depan, 2003.
- Edward’s Cohen: Atlas of Cosmethic and ReconstructivePeriodontal Surgery 3th Ed,
2009.

14. IMPAKSI M3 KLASIFIKASI IA


No. ICD 10 : K01.1 Impacted teeth
K01.16 Maxillary molar
K01.17 Mandibular molar
a) Definisi
Impaksi gigi adalah gigi yang mengalami kesukaran/kegagalan erupsi, yang disebabkan oleh
malposisi, kekurangan tempat atau dihalangi oleh gigi lain, tertutup tulang yang tebal
dan/atau jaringan lunak di sekitarnya.
b) Patofisiologi
Tidak Ada
c) Hasil anamnesis (subjective)
Gusi gigi Geraham belakang terasa bengkak¸ Kadang disertai demam. Keadaan gigi tumbuh
lurus namun kadang tidak sempurna atau hanya sebagian
d) Gejala klinis dan pemeriksaan
- Ekstra oral:
1) Adanya pembengkakan
2) Adanya pembesaran kelenjar limfe
3) Adanya parestesi
e) Diagnosis banding
- Ameloblastoma
- Odontoma
f) Klasifikasi Terapi ICD 9 CM
89.31 Dental Examination
87.11 Full mouth x-ray of teeth
87.12 Other dental x-ray
23.19 Other surgical extraction of tooth (Removal of
impacted tooth)
g) Prosedur Tindakan Kedokteran Gigi
- Odontektomi
1) Dilakukan disinfeksi jaringan di luar dan di dalam rongga mulut sebelum odontektomi,
dapat digunakan obat kumur antiseptik selanjutnya dilakukan blok anestesi.
2) Dibuat insisi dengan memperhitungkan garis insisi tetap akan berada di atas tulang rahang
setelah pengambilan jaringan tulang pasca odontektomi, dan selanjutnya dibuat flap.

45
3) Tulang yang menutup gigi diambil seminimal mungkin dengan perkiraan besar setengah
dari besar gigi yang akan dikeluarkan.
4) Selanjutnya dilakukan pemotongan gigi yang biasanya dimulai dengan memotong
pertengahan mahkota gigi molar ketiga impaksi ke arah bifurkasi atau melakukan
pemotongan pada regio servikal untuk memisahkan bagian mahkota dan akar gigi.
Selanjutnya dilakukan pemotongan menjadi bagianbagian lebih kecil sesuai dengan
kebutuhan.Mahkota gigi dapat dipotong menjadi dua sampai empat bagian, demikian pula
pada bagian akarnya, kemudian bagianbagian tersebut dikeluarkan satu per satu.
5) Selanjutnya dilakukan kuretase untuk mengeluarkan kapsul gigi dan jaringan granulasi di
sekitar mahkota gigi dan dilanjutkan dengan melakukan irigasi dengan air steril atau larutan
saline 0,09 % steril.
6) Pada saat melakukan pemotongan tulang dan gigi dengan menggunakan bur, tidak boleh
dilakukan secara blind akan tetapi operator harus dapat melihat secara langsung daerah yang
dilakukan pengeboran. Tindakan pengeboran secara blind akan dapat menyebabkan
terjadinya trauma yang tidak diinginkan dijaringan sekitarnya.
7) Penjahitan dilakukan mulai dari ujung flap dibagian distal molar kedua dan dilanjutkan ke
arah anterior kemudian ke arah posterior.
h) Pemeriksaan Penunjang
- Foto periapikal
- Foto oklusal
- Foto panoramik
i) Peralatan dan bahan/obat
- Dental unit lengkap.
- Alat diagnostik standar.
j) Lama perawatan
2 (dua) kali kunjungan
k) Faktor penyulit
- Perdarahan, Infeksi.
- Fragmen akar tertinggal.
- Fragmen akar terdorong ke dalam sinus maksilaris.
- Lesi N.mandibularis.
- Trauma gigi tetangga.
- Laserasi.
- Perforasi sinus maksilaris.
- Fraktur rahang.
l) Prognosis
Baik
m) Keberhasilan perawatan

46
Penutupan luka dengan sempurna tanpa komplikasi
n) Persetujuan Tindakan Kedokteran
Tertulis
o) Faktor sosial yang perlu diperhatikan
Tidak Ada
p) Tingkat pembuktian
Grade B
q) Referensi
Danudiningrat, Coen Pramono. Odontektomi Metode SplitTechnique pada Gigi Molar
Ketiga.Airlangga University Press.Surabaya. 2006; h. 75-83

15. MALOKLUSI KELAS I ANOMALI LETAK GIGI


Jarak gigi berlebih
Deviasi garis tengah
Oklusi lingual gigi posterior
Gigitan bersilang depan/belakang
Tumpang gigi berlebih
No. ICD 10 : K07.20 Disto-occlusion
K07.21 Mesio-occlusion
K07.22 Excessive overjet (horizontal overbite)
K07.23 Excessive overjet (horizontal overbite)
K07.25 Openbite
K07.26 Crossbite (anterior, posterior)
K07.27 Posterior lingual occlusion of mandibular teeth
a) Definisi
Kelainan posisi gigi (kelainan dentoalveolar)
b) Patofisiologi
Tidak ada
c) Hasil anamnesis (subjective)
Gigi tidak rapi dan berjejal, mengganggu fungsi pengunyahan dan penampilan
d) Gejala klinis dan pemeriksaan
Kelainan disebabkan karena penyimpangan posisi.Terjadi keadaan gigi berjejal, rotasi gigi,
gigi rentang, tumpang gigi besar, gigitan silang, gigi tertukar tempat. Dapat terjadi pada
semua periode gigi
e) Diagnosa banding
Tidak ada
f) Klasifikasi Terapi ICD 9 CM
87.11 full mouth x-ray of teeth

47
87.12 orthodontic cephalogram
24.7 Application of orthodontic appliance
g) Prosedur Tindakan Kedokteran Gigi
Tanpa ekstraksi gigi dengan alat ortodontik
h) Pemeriksaan Penunjang
- Model gigi
- Foto ekstra oral dan intra oral
- Foto radiologi sefalogram dan panoramik
i) Peralatan dan bahan/obat
- Dental unit lengkap,
- Alat perawatan ortodontik
- Alat dan bahan ortodonti lepasan
j) Lama perawatan
Bergantung pada derajat keparahan penyimpangan posisi gigi, lebih kurang 2 tahun, diikuti
pemakaian retainer.
k) Faktor penyulit
Pasien tidak kooperatif
l) Prognosis
Baik bila pasien kooperatif dan disiplin dalam menjalankan perawatan
m) Keberhasilan perawatan
Interdigitasi baik, jaringan pendukung sehat, kedudukan gigi stabil, estetika gigi dan wajah
baik, fungsi optimal.Over jet, over bite normal
n) Persetujuan Tindakan Kedokteran
Lisan
o) Faktor sosial yang perlu diperhatikan
Kepatuhan untuk menjalankan perawatan dan kepatuhan melakukan kunjungan rutin
berdasarkan keinginan dan kesadaran yang baik
p) Tingkat pembuktian
Grade B
q) Referensi
- Samir E Bishara, 2001, Text Book of Orthodontic, WB Saunder Company, Philadelphia
- T.D. Foster, 1996, (alih bahasa Lilian Yuwono), Orthodontitext book of Orthodonti, EGC,
Jakarta

16. ANOMALI LETAK GIGI KARENA KEHILANGAN PREMATUR GIGI SULUNG


No. ICD 10 : K07.38 Anomali letak gigi
a) Definisi
Kehilangan gigi sulung prematur, dengan benih gigi permanen masih dalam tulang

48
b) Patofiologi
Tidak ada
c) Hasil anamnesis (subjective)
Susunan gigi renggang terdapat celah yang mengganggu penampilan dan fungsi
pengunyahan
d) Gejala klinis dan pemeriksaan
Benih gigi permanen masih didalam tulang, dengan gigi susu yang sudah tanggal. Mungkin
masih tersedia ruang yang cukup untuk gigi permanen, mungkin tidak tersedia cukup
ruangan karena telah terjadi pergeseran gigi.
e) Diagnosa banding
Tidak ada
f) Klasifikasi Terapi ICD 9 CM
89.31 dental examination
24.7 Application of orthodontic appliance
87.12 Other dental x-ray
g) Prosedur Tindakan Kedokteran Gigi
- Bila belum menyebabkan anomali, gunakan space maintainer lepasan/cekal.
- Bila telah terjadi pergeseran gigi gunakan space regainer.
h) Pemeriksaan Penunjang
Foto radiologi regional
i) Peralatan dan bahan/obat
- Alat perawatan ortodontik
- Alat pembuatan model
- Alat standar pemrosesan akrilik resin
- Bahan-bahan alat space maintainer atau space regainer
j) Lama perawatan
3 - 6 bulan, sampai gigi permanen mulai erupsi.
k) Faktor penyulit
Masih tertutup/tidaknya gigi permanen oleh tulang untuk menentukan perlu tidaknya space
maintainer.
l) Prognosis
Baik
m) Keberhasilan perawatan
Gigi permanen mencapai garis oklusi dengan posisi baik
n) Persetujuan Tindakan Kedokteran
Tertulis
o) Faktor sosial yang perlu diperhatikan
Rasa takut atau kecemasan pasien rendah, kepatuhan dan kesadaran baik

49
p) Tingkat pembuktian
Grade B
q) Referensi
Protocols for Clinical Pediatric Dentistry, Vol 4, Annual 1996,Journal of Pedodontics

17. STOMATITIS AFTOSA REKUREN (SAR)


No. ICD 10 : K12.00 Recurrent aphthous ulcer
a) Definisi
Kelainan yang dikarakteristikan dengan ulser rekuren yang terbatas pada mukosa mulut pada
pasien tanpa tanda–tanda penyakit lainnya.Terjadi pada 20% populasi.
b) Patofisiologi
- Etiologi belum diketahui
- Faktor predisposisi dapat berupa: genetik, defisiensi hematinik, abnormalitas imunologi,
faktor lokal seperti trauma dan berhenti merokok, menstruasi, infeksi pernafasan atas, alergi
makanan, anxietas, dan stress psikologi
- Abnormalitas pada cascade sitokin mukosa menyebabkan respom imun yang dimediasi sel
secara belebihan dan menyebabkan ulserasi terlokalisasi pada mukosa.
- Berhubungan dengan HLas tertentu yang berhubungan dengan penglepasan gen yang
mengontrol sitokin proinflamasi Interleuken (IL)-1B dan IL-6
c) Hasil anamnesis (subjective)
Adanya sariawan yang sering kambuh dan terasa sakit (rasa terbakar), dapat disertai dengan
demam sebelum sariawan muncul.
d) Gejala klinis dan pemeriksaan
- Ulser yang didahului gejala prodromal berupa rasa terbakar setempat pada 2 – 48 jam
sebelum muncul ulser
- Pada periode inisial, terbentuk area eritem. Dalam hitungan jam terbentuk papula putih,
berulserasi, dan secara bertahap membesar dalam 48 – 72 jam
- Ulser bulat, simetris dan dangkal
1) Ulser Mayor : Diameter lebih dari 1.0 cm; sembuh dalam beberapa minggu–bulan, sangat
sakit; mengganggu makan dan bicara; meninggalkan jaringan parut

50
Gambar 2
Major Apthous Ulceration

2) Ulser Minor : Diameter 0.3 – 1.0 cm ; sembuh dalam 10 – 14 hari ; sangat sakit ; dapat
mengganggu makan dan bicara ; sembuh tanpa jaringan parut

Gambar 3
Major Apthous Ulceration

- Ulser Herpetiformis : Diameter 0.1-0.2 cm; melibatkan permukaan mukosa yang luas
- Lokasi tersering : mukosa nonkeratin terutama mukosa bukal dan labial
- Rekuren
- Lokasi berpindah–pindah namun terbatas pada mukosa
mulut
e) Diagnosis banding
- Viral stomatitis
- Pemphigus
- Pemphigoid
- Lupus Eritematosus
- Penyakit dermatologi
- Karsinoma sel squamosa
- Penyakit granulomatosa misalnya sarcoidosis dan penyakit Crohn-
- Kelainan darah
- Infeksi HIV / AIDS
- Ulkus Traumatik
f) Klasifikasi Terapi ICD 9 CM
89.31 Dental Examination
24.99 Other (other dental operation)
g) Prosedur Tindakan Kedokteran Gigi
- Hilangkan faktor predisposisi
- Simptomatik: topikal steroid, anastetik topikal, antiseptic kumur,
- Suportif: multivitamin, imunomodulator
h) Pemeriksaan Penunjang

51
- Pemeriksaan hematologi terutama serum iron, folat, vitamin B12 dan feritin), pemeriksaan
penyaring dengan pemeriksaan darah perifer lengkap
- Biopsi (diindikasikan hanya untuk membedakan dengan ulser granulomatosa atau
pemphigus da pemphigoid
i) Peralatan dan bahan/obat
- Dental unit lengkap,
- Alat diagnostik standar,
- Bur untuk menghilangkan permukaan tajam
- bahan antiseptik dan desinfektan,
- Kasus ringan – sedang: Emolient pelindung seperti orabase, anastetik topical, Topikal
steroid dengan potensiasi tinggi
- Kasus berat : Sistemik steroid
j) Lama perawatan
- Kasus ringan – sedang : 10 – 14 hari
- Kasus berat : beberapa minggu – beberapa bulan
k) Faktor penyulit
Lesi yang sangat sakit mengganggu intake sehingga membutuhkan hospitalisasi
l) Prognosis
Baik
m) Keberhasilan perawatan
- Frekuensi dan durasi kejadian ulser berkurang
- Rasa sakit teratasi sehingga intake terjamin
n) Persetujuan Tindakan Kedokteran
Wajib, minimal lisan dan dicatat dalam rekam medik
o) Faktor sosial yang perlu diperhatikan
- Pola diet pasien
p) Tingkat pembuktian
Grade B
q) Referensi
Greenberg, Glick, Ship. Burket’s Oral Medikine 11th ed. 2008.

18. ULKUS TRAUMATIK


No. ICD 10 : K12.04 Traumatic ulcer
a) Definisi
- Lesi ulkus pada mukosa/jaringan lunak mulut yang terjadikarenatrauma mekanis akibat
obyek yang tajam dan kerasmisalnya, kawat ortodonti, basis gigi tiruan, sisa akar gigi,atau
tergigit saat mengunyah, tertusuk sikat gigi atau duriikan/tulang ayam dan lain-lain.
- Dapat akut dan kronis

52
b) Patofisiologi
- Kontak/benturan dengan obyek keras padamukosa/jaringan lunak mulut menyebabkan
cedera dankemudian terjadi reaksi radang akut, terdapat kerusakanpada epitel mukosa dan
terbentuk ulkus.
- Bila iritan berlangsung lama dan menetap maka reaksiradang akan berlangsung lama dan
menjadi ulkus kronis.
- Setelah terjadi trauma, pada mukosa yang terkena akantimbul rasa tidak nyaman dalam
periode 24-48 jam, diikutidengan terbentuknya ulserasi.
c) Hasil anamnesis (subjective)
Riwayat munculnya lesi karena kontak/benturan denganobyek keras pada jaringan lunak
rongga mulut
d) Gejala klinis dan pemeriksaan
- Ulserasi dangkal berbentuk sesuai penyebab trauma,permukaan tertutup eksudat putih
kekuningan, dikelilingihalo erythematous, tingkat nyeri bervariasi.
- Tidak didahului oleh demam, dan tidak ada pembesarankelenjar limfe regional.
e) Diagnosis banding
Karsinoma Sel Skuamosa, Stomatitis Aftosa Rekuren
f) Klasifikasi Terapi ICD 9 CM
89.31 Dental Examination
24.99 Other (other dental operation)
g) Prosedur Tindakan Kedokteran Gigi
- KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi)
- Kausatif: Menghilangkan penyebab trauma (pencabutansisa akar, penghalusan permukaan
gigi/tumpatan tajam,melapisi bracket dengan wax, hilangkan kebiasaan buruk)
- Simtomatik: antiseptik kumur atau anestetik topical kumur (Klorheksidin glukonat 0.2 %,
suspensi tetrasiklin
2%, Benzocain borax gliserin) dapat ditambah emolienuntuk menutup ulkus (orabase)
- Supportif : multivitamin, diet lunak untuk anak
h) Pemeriksaan Penunjang
Jika dalam waktu 10-14 hari setelah penyebab dihilangkan,lesi tidak mengalami perbaikan,
dipertimbangkan untukbiopsi.
i) Peralatan dan bahan/obat
- Dental unit lengkap,
- Alat diagnostik standar,
- Bahan antiseptik dan desinfektan
- Kassa steril
- Larutan antiseptik klorheksidin glukonat 0.2 %
j) Lama perawatan

53
Satu kali kunjungan dengan masa pemulihan bila penyebabtrauma telah dieliminasi, sembuh
dalam waktu 3-7 hari.Untuk ulkus trauma yang sudah kronis perlu waktu lebihlama, 2-3
minggu.
k) Faktor penyulit
- Kebiasaan buruk yang menetap
- Bila ada penyakit sistemik atau pernah menggunakan obatyang tidak tepat misalnya
policresulen
l) Prognosis
Baik
m) Keberhasilan perawatan
Lesi mengalami penyembuhan, keluhan subyektif berkurang.
n) Persetujuan Tindakan Kedokteran
Wajib, minimal lisan dan dicatat dalam rekam medik
o) Faktor sosial yang perlu diperhatikan
Kesadaran dan pengetahuan pasien akan kebersihan gigi danmulut
p) Tingkat pembuktian
Grade B
q) Referensi
- Greenberg, Glick, Ship. Burket’s Oral Medikine 11th ed.2008.
- McLeod I. Practical Oral Medikine. 2006.
- Cawson RA, Odell EW. Essentials of Oral Pathology andOral Medikine 7th ed.

19. ABSES PERIAPIKAL


No. ICD 10 : K.04.7 Periapical abcess without sinus
a) Definisi
Lesi likuefaksi bersifat akut/kronis yang menyebar atau terlokalisir di dalam tulang alveolar
b) Patofisiologi
Merupakan lanjutan proses nekrosis pulpa yang dapat menimbulkan rasa sakit karena
tekanan abses tersebut
c) Hasil anamnesis (subjective)
Nyeri dan sakit pada saat untuk mengunyah, kadang disertai munculnya benjolan abses dan
pembengkakan.
d) Gejala klinis dan pemeriksaan
- Apabila abses periapeks kronis tidak ada gejala klinis biasanya ada fistula intra oral.
- Apabila abses periapeks akut terjadi rasa sakit pada palpasi dan perkusi dan diikuti
pembengkakan di daerah akar gigi.
e) Diagnosis banding
Kista dan granuloma

54
f) Klasifikasi Terapi ICD 9 CM
24.99 other dental operation (other)
24.00 incision of gum or alveolar bone
g) Prosedur Tindakan Kedokteran Gigi
- Bila terjadi abses selain dilakukan pembukaan kamar pulpa untuk drainase dan saluran
akar juga dilakukan insisi. Selain itu dilakukan juga over instrument tidak lebih dari 1 mm
dari apeks gigi dengan alat preparasi saluran akar nomor 25;
- Pembukaan kamar pulpa, pembersihan saluran akar, irigasi, pemberian obat, sterilisasi dan
ditumpat sementara;
- Bila apeks lebar, preparasi saluran akar irigasi, kering diisi dengan Ca(OH)2 hingga 1 mm
sebelum apeks kemudian tumpat sementara untuk pemakaian Ca(OH)2 di evaluasi 1
minggu, 3 bulan, 6 bulan kemudian apabila apeks sudah menutup dilanjutkan perawatan
saluran akar kemudian diisi dengan guttap point;
- Apabila endo konvensional tidak berhasil dirujuk;
- Pemberian obat kumur, obat analgetik, antipiretik dan antibiotika;
- Antibiotik yang diberikan antara lain adalah doksisiklin 100 (1x1) selama 7 hari,
Amoxicillin 500 mg 3x1 tab selama 5 hari; Ciprofloxacin 500 mg 2x1 tab selama 5 hari;
Metronidazole 500 mg 3x1 tab selama 5 hari.
h) Pemeriksaan Penunjang
Foto x-ray gigi periapikal bila diperlukan
i) Peralatan dan bahan/obat
- Dental unit lengkap,
- Alat diagnostik lengkap
- Alat dan bahan perawatan dan endo bedah/ Kovensional lengkap
- Set peralatan bedah minor gigi
- bahan antiseptik dan desinfektan
- kapas – kasa steril.
j) Lama perawatan
3-4 kali kunjungan
k) Faktor penyulit
- Kondisi sistemik tubuh yang lemah.
- Selain kasus pada gigi akar tunggal, dan gigi akar ganda yang lurus dengan sudut pandang
kerja pada orifice tidak terhalang, untuk tindakan endodontik, dokter gigi harus merujuk ke
spesialis konservasi gigi.
l) Prognosis
Baik
m) Keberhasilan perawatan
Klinis tidak ada keluhan, gambaran radiografik periapeks normal

55
n) Persetujuan Tindakan Kedokteran
Lisan
o) Faktor sosial yang perlu diperhatikan
Kepatuhan pasien dalam kunjungan perawatan
p) Tingkat pembuktian
Grade B
q) Referensi
Edi Hartini, Sundoro, 2005, Serba – serbi Ilmu Konservasi Gigi, UI-Press, 2007.

56
BAB V
LOGISTIK

Kebutuhan dana dan logistik untuk pelaksanaan pelayanan kesehatan kegiatan


gigidirencanakan dalam pertemuan lokakarya mini dan analisa kegiatan gigi (RUK program)
yang selanjutnya diusulkan melalui RUK Puskesmas.
Standar obat gigi
A. obat-obat poli gigi

No Nama Obat Satuan Jenis Obat


1. Lidocain 2 ml Ampul Anastesi
2. Ethylchloride Botol Anastesi semprot
3 Yodium botol Antiseptik
4 Alkohol 70% botol Antiseptik
5 Adrenalin Ampul Shock anapilatik
6 Phytomenadione Ampul Shock anapilatik
7 Sulfas atropin Ampul Shock anapilatik
8 Dexa Ampul Shock anapilatik
9 Dipenhidramin Ampul Shock anapilatik
10. Eugenol botol Analgesik
11. Fletcher botol tambalan sementara
12. Glassionomer botol tambalan tetap
13 larutan klorin botol antiseptik
APD {masker, sarung
14 APD
tangan no. 6,5 ; 7 ; 7,5)
15 Kapas, kasa, cotton roll

B. Alat- alat di Poli gigi

No Nama Alat
1 dental unit
2 Kaca mulut
3 pinset
4 sonde
5 excavator
6 Agate spatel
7 Semen spatel
8 Plastis filling instument
9 Semen stopper

57
10 Tang atas permanen
11 Tang bawah permanen
12 Tang atas Sulung
13 Tang Bawah Sulung
14 Bein
15 Cryer
16 Near bekken
17 Sterilisator alat
18 Bak instument
19 Tensimeter
20 Dressing Drum (tempat kapas)
21 Disposible spuit
22 hanscoons
23 Masker
24 Scaller electrik
25 Suction
26 Light Cure Composite
27 Kaca mulut

BAB VI

58
KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN/PROGRAM

Keselamatan sasaran program / kegiatan gigi dan mulut adalah tidak terjadi hal yang
membahayakan keselamatan pasien yang meliputi tidak adanya kejadian salah identifikasi
pasien, tidak adanya kesalahan pemberian obat, tidak terjadinya kesalahan prosedur tindakan dan
pencegahan terjadinya resiko infeksi.
Berikut ini adalah fasilitas pencegahan infeksi yang perlu disediakan :
1. Di RS, Puskesmas dan Praktek Swasta
a) Pre-cleaning :perendaman alat bekas pakai dalam cairan enzymaƟ k/ detergen selama 5-
10 menit atau sesuai produk yang digunakan.
b) Pencucian dengan menyikat alat di dalam baskom (alat terendam dalam air).
c) Dibilas dengan air mengalir kemudian tiriskan dan keringkan.
d) Didisinfeksi dan disterilkan, dengan cara salah satu dibawah ini:
1. Direbus, yaitu mendisinfeksi alat dalam air mendidih selama 15 sampai 20 menit,
misalnya alat dari logam, kaca.
2. Dengan autoklaf selama 15 menit pada suhu 121ºC
3. Dengan panas kering pada suhu 180ºC selama 1 jam atau 160ºC selama 2 jam
4. Disinfeksi dengan bahan kimia (misal larutan klorin 0,5%) untuk bahan yang cepat rusak
bila terkena panas misalnya sarung tangan karet (utility gloves)
e) Disimpan di bak instrumen tertutup

kategori alat direbus panci tekan panas kering autoklaf desinfeksi


alat kritis V V V V
alat semi kritis V V
alat non kritis V V

2. Di UKGS atau Lapangan Cara sterilisasi di UKGS/lapangan :


a) Pre-cleaning :perendaman alat bekas pakai dalam cairan enzymatik/detergen selama 5-10
menit atau sesuai produk yang digunakan.
b) Pencucian: dengan menyikat alat di dalam baskom (alat terendam dalam air).
c) Dibilas dengan air mengalir kemudian tiriskan dan keringkan.
d) Disterilkan menggunakan panci tekan dan sejumlah alat (non kritis) didisinfeksi dengan
alkohol 70%.
e) Disimpan dibak instrumen tertutup.

BAB VII

59
KESELAMATAN KERJA

Standar Keselamatan Kerja di puskesmas pada prinsipnya adalah keselamatan kerja


berkaitan erat dengan sarana, prasarana, dan peralatan kerja. Bentuk pelayanan keselamatan kerja
yang dilakukan :
1. Pembinaan dan pengawasan kesehatan dan keselamatan sarana, prasarana dan peralatan
kesehatan :
• Lokasi puskesmas harus memenuhi ketentuan mengenai kesehatan, keselamatan lingkungan,
dan tata ruang, serta sesuai dengan hasil kajian kebutuhan dan kelayakan penyelenggaraan
Rumah Sakit;
• Teknis bangunan puskesmas, sesuai dengan fungsi, kenyamanan dan kemudahan dalam
pemberian pelayanan serta perlindungan dan keselamatan bagi semua orang termasuk
penyandang cacat, anakanak, dan orang usia lanjut;
• Prasarana harus memenuhi standar pelayanan, keamanan, serta keselamatan dan kesehatan
kerja penyelenggaraan puskesmas
• Pengoperasian dan pemeliharaan sarana, prasarana dan peralatan Puskesmas harus
dilakukan oleh petugas yang mempunyai kompetensi di bidangnya (sertifikasi personil
petugasjoperator sarana dan prasarana serta peralatan kesehatan Puskesmas);
• Membuat program pengoperasian, perbaikan, dan pemeliharaan rutin dan berkala sarana dan
prasarana serta peralatan kesehatan dan selanjutnya didokumentasikan dan dievaluasi secara
berkala dan berkesinambungan;
• Peralatan kesehatan meliputi peralatan medis dan nonmedis dan harus memenuhi standar
pelayanan, persyaratan mutu, keamanan, keselamatan dan laik pakai;
• Membuat program pengujian dan kalibrasi peralatan kesehatan, peralatan kesehatan harus
diuji dan dikalibrasi secara berkala oleh Balai Pengujian Fasilitas Kesehatan dan/atau institusi
pengujian fasilitas kesehatan yang berwenang;
• Peralatan kesehatan yang menggunakan sinar pengion harus memenuhi ketentuan dan harus
diawasi oleh lembaga yang berwenang;
• Melengkapi perizinan dan sertifikasi sarana dan prasarana serta peralatan kesehatan;

2. Pembinaan dan pengawasan atau penyesuaian peralatan kerja terhadap SDM Puskesmas :
• Melakukan identifikasi dan penilaian risiko ergonomi terhadap peralatan kerja dan SDM
Puskesmas;
• Membuat program pelaksanaan kegiatan, mengevaluasi dan mengendalikan risiko ergonomi.

3. Pembinaan dan pengawasan terhadap lingkungan kerja :

60
• Manajemen harus menyediakan dan menyiapkan lingkungan kerja yang memenuhi syarat
fisik, kimia, biologi, ergonomi dan psikososial;
• Pemantauan/pengukuran terhadap faktor fisik, kimia, biologi, ergonomi dan psikososial
secara rutin dan berkala;
• Melakukan evaluasi dan memberikan rekomendasi untuk perbaikan lingkungan kerja.

4. Pembinaan dan pengawasan terhadap sanitair :


Manajemen harus menyediakan, memelihara, mengawasi sarana·dan prasarana sanitair, yang
memenuhi syarat, meliputi:
• Penyehatan makanan dan minuman;
• Penyehatan air;
• Penyehatan tempat pencucian;
• Penanganan sampah dan lim bah;
• Pengendalian serangga dan tikus;
• Sterilisasi/desinfeksi;
• Perlindungan radiasi;
• Upaya penyuluhan kesehatan lingkungan.

5. Pembinaan dan pengawasan perlengkapan keselamatan kerja :


• Pembuatan rambu-rambu arah dan tanda -tanda keselamatan;
• Penyediaan peralatan keselamatan kerja dan Alat Pelindung Diri (APD);
• Membuat SOP peralatan keselamatan kerja dan APD;
• Melakukan pembinaan dan pemantauan terhadap kepatuhan penggunaan peralatan
keselamatan dan APD.

6. Pelatihan dan promosi/penyuluhan keselamatan kerja untuk semua SDM Puskesmas :


• Sosialisasi dan penyuluhan keselamatan kerja bagi seluruh SDM Puskesmas;
• Melaksanakan pelatihan dan sertifikasi K3 Rumah Sa kit kepada petugas K3 Rumah Sakit.

7. Memberi rekomendasi/masukan mengenai perencanaan, desain/lay out pembuatan tempat


kerja dan pemilihan alat serta pengadaannya terkait keselamatan dan keamanan :
• Melibatkan petugas K3 Puskesmas di dalam perencanaan, desain/lay out pembuatan tempat
kerja dan pemilihan serta pengadaan sarana, prasarana dan peralatan keselamatan kerja;
• Mengevaluasi dan mendokumentasikan kondisi sarana, prasarana dan peralatan keselamatan
kerja dan membuat rekomendasi sesuai dengan persyaratan yang berlaku dan standar
keamanan dan keselamatan.

8. Membuat sistem pelaporan kejadian dan tindak lanjutnya.

61
• Membuat alur pelaporan kejadian nyaris celaka dan celaka.
• Membuat SOP pelaporan, penanganan dan tindak lanjut kejadian nyaris celaka (near miss)
dan celaka.

9. Pembinaan dan pengawasan terhadap Manajemen Sistem Pencegahan dan Penanggulangan


Kebakaran (MSPK).
• Manajemen menyediakan sarana dan prasarana pencegahan dan penanggulangan kebakaran;
• Membentuk tim penanggulangan kebakaran;
• Membuat SOP;
• Melakukan sosialisasi dan pelatihan pencegahan dan penanggulangan kebakaran;
• Melakukan audit internal terhadap sistem pencegahan dan penggulangan kebakaran.

PENATALAKSANAAN KECELAKAAN KERJA


Apabila pada saat melaksanaan pelayanan kedokteran gigi, terjadi kecelakaan kerja
seperti dibawah ini :
1. Bila tertusuk jarum segera bilas dengan air mengalir atau air dengan jumlah yang banyak dan
sabun atau anti septik sambil tekan bagian yang tertusuk jarum sampai mengeluarkan darah.Jari
yang tertusuk idak boleh dihisap dengan mulut.
2. Bila darah mengenai kulit yang utuh tanpa luka atau tusukan,cuci dengan sabun dan air
mengalir atau larutan garam dapur.
3. Bila darah mengenai mulut, ludahkan dan kumur-kumur denganair beberapa kali.
4. Kalau terpercik pada mata, cucilah mata dengan air mengalir(irigasi) atau garam fi siologis.
5. Jika darah memercik ke hidung, hembuskan keluar dan bersihkandengan air.

1. Tatalaksana Pajanan Darah Di Tempat Kerja


Penatalaksanaan pajanan darah di tempat kerja dan pemberian Pofilaksis Pasca Pajanan
(PPP) disesuaikan dengan ketersediaansarana dan kebijakan institusi setempat.Apabila
memungkinkanmaka dapat dilaksanakan seperti panduan dibawah ini.
a) Langkah 1: Cuci
(1) Lakukan pencucian daerah yang terpajan sepertitindakandiatas.
(2) Setiap kejadianpajanan dicatat dan dilaporkan dalam waktukurang dari 24 jam kepada
yang berwenang yaitu atasanlangsung dan Komite/Tim Pencegahan dan PengendalianInfeksi
atau panitia K3. Laporan tersebut sangat pentingdan menentukan langkah berikutnya.
Memulai PPP setelah72 jam tidak dianjurkan karena tidak efektif.
b) Langkah 2: Telaah pajanan
(1) Jenis pajanan
Pajanan yang memiliki risiko penularan infeksi, seperti:
(a) Luka pada kulit.

62
(b) Pajanan pada selaput mukosa.
(c) Pajanan melalui kulit yang luka.
(d) Gigitan yang berdarah.
(2) Bahan Pajanan
Bahan yang memberikan risiko penularan infeksi adalah:
(a) Darah.
(b) Cairan bercampur darah yang kasat mata.
(c) Cairan yang berpotensi terkontaminasi: semen, cairanvagina, cairan serebrospinal,
cairan sinovia, cairanpleura, cairan peritoneal, cairan perikardial, cairanamnion.
(d) Virus yang terkonsentrasi.
(3) Status Infeksi
Tentukan status infeksi sumber pajanan (bila belumdiketahui)
(a) HbsAG positif.
(b) HCV positiff.
(c) HIV positiff.
(d) Untuk sumber yang tidak diketahui, pertimbangkanrisiko yang tinggi atas keluarga
sumber infeksi di atas.
(e) Jangan melakukan pemeriksaan (laboratorium) padajarum bekas.
(4) Kerentanan
Tentukan kerentanan orang yang terpajan.S
(a) Pernahkah mendapat vaksinasi Hepatitis B.
(b) Status serologi terhadap HBV bila pernah mendapatkanvaksin.
(c) Anti HCV dan ALT.
(d) Anti bodi HIV.
c) Langkah 3
Berikan Profi laksis Pasca Pajanan (PPP) kepada terpajan yangberisiko tinggi mendapat
infeksi.
(1) HBV.
(a) Berikan PPP sesegera mungkin, terutama dalam 24jam pertama.
(b) PEP boleh diberikan juga kepada ibu hamil.
(2) HCV
PPP tidak dianjurkan.
(3) HIV
(a) Mulai PPP dalam beberapa jam setelah pajanan berupapemberian ARV jangka pendek
untuk menurunkanrisiko terjadinya infeksi HIV pasca pajanan.
(b) PPP merupakan bagian dari pelaksanaan pengendalianinfeksi yang meminimalkan
risiko pajanan terhadapbahan infeksius di tempat kerja.

63
Perlu diingat bahwa pengendalian infeksi merupakan carayang paling efektif untuk
mengurangi risiko penularan HIVpada tenaga pelayanan kesehatan gigi. Prioritas utama adalah
meningkatkan pemahaman tenaga pelayanan kesehatan gigitentang pengendalian infeksi dan
menyediakan alat pelindungdiri (APD) yang memadai.

Vaksinasi dan Pengobatan untuk sumber pajanan yang menunjukan


respon antibody
HbsAgpositif HbsAgnegatif Sumberyangtidakdi atauKesehatantidakters
dari
ketahui edia
Petugas
Belumivaksinasi 1dosisHBIGdanmulaiseriva Beriserivaksinasi Beriserivaksinasihepatit
ksinasihepatitisB hepatitisB isB
Pernahivaksinasi
Diketahuisbg Tidakperlupengobatan Tidakperlupengoba Tidakperlupengobatan
responder tan
Diketahuisbgnonr 1dosisHBIGdanulanganseri Tidakperlupengoba Biladiketahuibahwasu
esponder vaksinasihepatitisB tan mberpajananberisikotin
ggi,obati
sepertipadaHbsAgposti
f
Tidakdiketahui PeriksaAntiHBs Tidakperlu PeriksaAntiHBsterpaja
statusrespon terpajan pengobatan n
antibodinya 1. bilacukuptidakperlu 1. bila cukup tidak
pengobatan perlupengobatan
2. bilatidakcukup,beri1 2. bila tidak cukup, beri
dosisHBIGdanvaksinbooste 1dosis HBIG dan
r vaksinbooster

2. Penanganan Pajanan HIV di Tempat Kerja


Laksanakan langkah 1dan langkah 2seperti di atas, kemudian :
1)Sumber pajanan perlu dievaluasi untuk kemungkinan adanya infeksi HIV. Tes HIV pada
tenaga pelayan kesehatan yang terpajanhanya dapat dilaksanakan setelah di berikan konseling
pra-tesdan memperoleh persetujuan (informed consent) serta tersediarujukan untuk konseling
dan dukungan selanjutnya.Kerahasiaanharus dijaga.
2) Memberikan konseling dengan penuh perhatian dan tidakmenghakimitentang cara mengurangi
pajanan yang berisikoterkena HIV serta menilai urutan pajanan yang mendahuluinya.
3) Perlu dibuat laporan pajanan seperti yang telah disebutkan padalangkah 1 diatas.
Pemberian profi laksis pasca pajanan dengan ARV (Anti Retro Virus)
PPP dimulai sesegera mungkin setelah pajanan, sebaiknya dalamwaktu 2-4 jam. Pengobatan dua
atau tiga jenis obat sangat dianjurkandan lebih efektif dibanding pengobatan tunggal.Kombinasi
dan dosis yang direkomendasikan tanpa adanya resistensiterhadap Zidovudinen (AZT) atau
Lamivudine (3TC) pada tenagapelayanan kesehatan yang terpajan adalah :
(1) ZDV 250 – 300 mg 2x per hari
(2) Lamividine 150 mg 2x per hari
Obat ketiga yang ditambahkan :

64
(3) Indinavir 800 mg 3x perhari atau Efavirenz 600 mg hanya sekalisehari (tidak dianjurkan
untuk wanita hamil).
Sebaiknya pemberian ARV tersebut didasarkan pada protokol yangada, dapat juga
disediakan satu “kit” yang berisi ARV atau berdasarkonsultasi dengan dokter ahli. Konsultasi
dengan dokter ahli sangatpenting bila diduga ada resistensi terhadap ARV.Penting sekalitersedia
jumlah ARV yang cukup untuk pemberian satu bulan penuhsejak awal pemberian
PPP.Pengobatan dianjurkan diberikan dalamjangka minimal 2 minggu dan paling lama sampai 4
minggu.
Efek Samping
Efek samping yang sering terjadi dengan pemberian ARV adalah mualdan perasaan tidak
enak.Pengaruh yang lainnya kemungkinan sakitkepala, lelah, mual dan diare.
Alur Tatalaksana Pajanan dari Pasien Terinfeksi-HIV
Langkah I : Menentukan Kode Pajanan (KP)

Keterangan :
1. OPIM = Other Potentially Infectious Material = semen; sekret vagina; cairan serebrospinal,
sinovial, pleural, perikardial dan amnion; jaringan.
2. PPP = Profi laksis Pasca Pajanan, PEP = Post Exposure Prophylaxis

65
66
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Indikator kegiatan mutu yang ada di puskesmas menurut buku pedoman penilaikan
kinerja puskesmas tahun 2016 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur meliputi :
1. SKM (SurveiKepuasan Masyarakat)
2. Survei Kepuasan Pasien
3. Penanganan Pengaduan Pelanggan
4. Tidak terjadi hal yang membahayakan keselamatan pasien (sasaran keselamatan pasien)
5. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI)
 Cuci tangan
 Desinfeksi Tingkat Tinggi dan Sterilisasi
 Tindakan asepsis dan aspirasi sebelum menyuntik
 KIE Etika Batuk
 Pembuangan jarum suntik memenuhi standar

UPAYA PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI


Dalam menjalankan profesinya tenaga pelayanan kesehatan gigi dan mulut ti dak lepas
dari kemungkinan untuk berkontak secara langsung atau tidak langsung dengan mikroorganisme
dalam rongga mulut (termasuk saliva dan darah) pasien.Sebagai hasil pemajanan yang
berulangkali terhadap mikroorganisme yang ada dalam rongga mulut, insidensi terjangkit
penyakit infeksi lebih tinggi pada praktik kedokteran gigi. Mengabaikan prosedur Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi yang efektif dapat mengakibatkan orang lain, termasuk keluarga tenaga
pelayanan kesehatan gigi dan mulut dan pasien lain, menghadapi risiko terkena penyakit infeksi.
Pelaksanaan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi yang wajib dilaksanakan oleh tenaga
pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Indonesia meliputi :
1. Penerapan Kewaspadaan Isolasi.
a. Kewaspadaan Standar.
b. Kewaspadaan Berdasarkan Transmisi.
2. Surveilans.
3. Pendidikan dan Pelatihan.
Penerapan Kewaspadaan Isolasi :
1) Kewaspadaan Standar
a. Kebersihan tangan.
b. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD).
c. Manajemen limbah dan benda tajam.
d. Manajemen lingkungan.
e. Penanganan linen (Kain Alas Instrumen, Kain Sarung DentalUnit).

67
f. Peralatan perawatan pasien.
g. Perlindungan kesehatan karyawan.
h. Penyuntikan yang aman.
i. Etika batuk.
2) Kewaspadaan Berdasarkan transmisi
a. Transmisi airborne/udara.
b. Transmisi droplet/percikan.
c. Transmisi kontak.
1. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Terhadap Pasien
Tata Laksana Penanganan Pasien :
1. Lakukan kebersihan tangan.
2. Pakai Alat Pelindung Diri (sarung tangan, masker).
3. Berkumur antiseptik sebelum diperiksa.
4. Pemberian antiseptik pada daerah operasi untuk tindakaninvasif.
5. Penggunaan suction sekali pakai yang berdaya hisap tinggi.
6. Penggunaan gelas kumur disposable (sekali pakai).
7. Jumlah alat diagnosa set yang tersedia minimal ½ jumlah rataratajumlah kunjungan pasien
per hari.
8. Perjelas area yang dikhususkan bagi bahan dan alat yang telahdisterilkan dari bahan dan
alat yang belum dibersihkan.
9. Buat SOP untuk pemrosesan instrumen: mulai dari penerimaaninstrumen terkontaminasi,
pembersihan, disinfeksi dan sterilisasidan penyimpanan.
10. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan untuk perawatansebelum memulai suatu
perawatan.
11. Penempatan posisi pasien dengan benar sehingga memudahkankerja operator dan
mencegah timbulnya kecelakaan kerja.
12. Dianjurkan pemakaian isolator karet (rubberdam) untukmencegah terjadinya percikan dari
mulut pasien dan mereduksikontak yang tidak perlu antara tangan dan mukosa pasien.
2. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Terhadap Tenaga PelayananKesehatan Gigi
Karena status infeksi pasien terkadang tidak diketahui, untukmencegah infeksi silang
baik pada pasien atau tenaga pelayanankesehatan gigi, penting untuk beranggapan bahwa setiap
darahdan cairan tubuh pasien berpotensi berpenyakit infeksi dan dapatmenular, maka penting
untuk dilakukan Kewaspadaan Standar.
a. Kewaspadaan Standar
1) Kebersihan Tangan
Kebersihan tangan merupakan hal yang paling penting danmerupakan pilar untuk
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi.Tenaga pelayanan kesehatan gigi dan mulut harus
melakukankebersihan tangan dengan menggunakan sabun dan air mengalirjika tangan terlihat

68
kotor (termasuk keadaan terkena serbuk/powder dari sarung tangan), terkontaminasi cairan
tubuh,kontak langsung dengan individu pasien, setelah kontak denganpermukaan dalam ruang
prakti k termasuk peralatan, gigi palsu,cetakan gips. Lamanya mencuci tangan 40-60
detik.Jika tangan tidak tampak kotor lakukan kebersihan tangan dengan caragosok tangan
dengan handrub/cairan berbasis alkohol, lamanya20-30 detik. Metoda dan tata cara mencuci
tangan dalam“hand hygiene” tergantung pada beberapa tipe dan prosedur,tingkat keparahan
dari kontaminasi dan persistensi melekatnyaanti mikroba yang digunakan pada kulit. Untuk
pelaksanaan rutindalam praktik dokter gigi dan prosedur non bedah, mencuci
tangan dan anti septik dapat dicapai dengan menggunakansabun detergent anti mikroba yang
standar. Untuk prosedurpembedahan, sabun anti mikroba (bedah) yang
mengandungchlorhexidin gluconate 4% harus digunakan. Sebagai alternative pengganti bagi
yang sensiti f terhadap chlorhexidin gluconate,dapat menggunakan iodophor (Depkes,
2005).Tempatkan
produk cairan kebersihan tangan dalam tempat yang disposable atau yang diisi ulang, dicuci
dan dikeringkan terlebih dahulusebelum diisi ulang. Jangan diisi ulang cairan anti septik
sebelumdibersihkan dan dikeringkan terlebihdahulu.
Hal – hal yang harus diperhatikan mengenai kebersihan tangan:
1) Sebelum kebersihan tangan, cincin, jam dan seluruhperhiasan yang ada di pergelangan
tangan harus dilepas.
2) Kuku harus tetap pendek dan bersih
3) Jangan menggunakan pewarna kuku atau kuku palsu karenadapat menjadi tempat bakteri
terjebak dan menyulitkanterlihatnya kotoran di dalam kuku.
4) Selalu gunakan air mengalir, apabila tidak tersedia, makaharus menggunakan salah satu
pilihan sebagai berikut:
• Ember berkeran yang tertutup.
• Ember dan gayung, dimana seseorang menuangkan airsementara yang lainnya mencuci
tangan.
5) Tangan harus dikeringkan dengan menggunakan papertowel atau membiarkan tangan
kering sendiri sebelummenggunakan sarung tangan (Yee, 2006).

69
Gambar 4. Cara mencuci tangan yang tepat dengan air mengalir

Gambar 5. Cara mencuci tangan dengan menggunakan handrub/cairan berbasis alkohol

70
Indikasi kebersihan tangan termasuk :
1. Bila tangan terlihat kotor.
2. Setelah menyentuh bahan/objek yang terkontaminasidarah, cairan tubuh, ekskresi dan sekresi.
3. Sebelum memakai sarung tangan.
4. Segera setelah melepas sarung tangan.
5. Sebelum menyentuh pasien.
6. Sebelum melakukan prosedur aseptik.
7. setelah kontak dengan permukaan dalam ruang praktiktermasuk peralatan, gigi palsu, cetakan
gips.

2) Penggunaan Alat Pelindung Diri


Tenaga pelayanan kesehatan gigi dan mulut wajib menggunakanAlat Pelindung Diri
(APD) dibawah ini.Penyediaan peralatandan bahan perlindungan diri bagi tenaga di puskesmas
wajibdipenuhi dan untuk pengadaan dikoordinasikan dengan dinaskesehatan kota/kabupaten.
(1) Sarung tangan
Tenaga pelayanan kesehatan gigi wajib menggunakansarung tangan ketika melakukan
perawatan yangmemungkinkan berkontak dengan darah atau cairan tubuhlainnya. Sarung tangan
harus digantitiap pasien, lepaskansarung tangan dengan benar setelah digunakan dan
segeralakukan kebersihan tangan untuk menghindari transfermikroorganisme ke pasien lain atau
permukaan lingkungan.Lepaskan sarung tangan jika sobek, atau bocor dan lakukankebersihan
tangan sebelum memakai kembali sarungtangan. Disarankan untuk tidak mencuci, mendisinfeksi
ataumensterilkan ulang sarung tangan yang telah digunakan.Prosedur pemakaian sarung tangan :
1. Ambil salah satu sarung tangan dengan memegang sisisebelah dalam lipatannya.
2. Posisikan sarung tangan setinggi pinggang danmenggantung ke lantai, sehingga bagian lubang
jarijaritangannya terbuka, lalu masukkan tangan.
3. Ambil sarung tangan kedua dengan cara menyelipkanjari-jari tangan yang sudah memakai
sarung tangan kebagian lipatan (bagian yang ti dak bersentuhan dengankulit tangan).
4. Pasang sarung tangan kedua dengan cara memasukkanjari-jari tangan yang belum memakai
sarung tangan,kemudian luruskan lipatan dan atur posisi sarungtangan sehingga terasa pas di
tangan.Selain sarung tangan yang digunakan untukpemeriksaan, ada jenis sarung tangan yang
digunakanuntuk mencuci alat serta membersihkan permukaanmeja kerja, yaitu sarung tangan
rumah tangga (utilitygloves) yang terbuat dari lateks atau vinil yang tebal.
(2) Masker
Tenaga pelayanan kesehatan gigi dan mulut wajibmenggunakan masker pada saat
melakukan tindakanuntuk mencegah potensi infeksi akibat kontaminasi aerosolserta
percikansaliva dan darah dari pasien dan sebaliknya.Masker harus sesuai dan melekat dengan
baik denganwajah sehingga menutup mulut dan hidung dengan baik.Ganti masker diantara
pasien atau jika masker lembab ataubasah dan ternoda selama ti ndakan ke pasien. Masker akan

71
kehilangan kualitas perlindungannya jika basah. Lepaskanmasker jika tindakan telah selesai.
(3) Kacamata Pelindung
Tenaga pelayanan kesehatan gigi wajib menggunakangaun/baju pelindung yang
digunakan untuk mencegahkontaminasi pada pakaian dan melindungi kulit darikontaminasi
darah dan cairan tubuh.Gaun pelindungini harusdicuci setiap hari. Gaun pelindung terbuat dari
bahan yang dapat dicuci dan dapat dipakai ulang (kain),tetapi dapat juga terbuat dari bahan
kertas kedap air yanghanya dapat sekali pakai (disposable). Lepaskan gaun/bajupelindung jika
tindakan telah selesai.
(4) Gaun/baju Pelindung
Tenaga pelayanan kesehatan gigi wajib menggunakankacamata pelindung untuk
menghindari kemungkinaninfeksi akibat kontaminasi aerosol dan percikansaliva
dandarah.Kacamata ini harus didekontaminasi dengan air dansabun kemudian didisinfeksi setiap
kali bergantipasien.Sebelum melakukan perawatan bagi pasien, gunakan bajupelindung, lalu
masker bedah dan selanjutnya kacamatapelindung sebelum mencuci tangan.Setelah
tangandikeringkan, ambil sarung tangan, kenakan dengan caraseperti tertera di atas.Setelah
selesai perawatan dan seluruh instrumen kotortelah disingkirkan, lepaskan sarung tangan yang
telahterkontaminasi dengan memegang sisi bagian luar danmenariknya hingga terlepas dari
dalam ke luar. Setelah
salah satu sarung tangan terlepas, lepaskan sarung tanganlainnya dengan memegang sisi bagian
dalam sarung tangandan menariknya hingga terlepas. Apabila seluruh alatpelindungdiri telah
dilepaskan, hindari menyentuh areaterkontaminasi.Selalu lakukan kebersihan tangan dan
keringkan tangansebelum memasang kembali sarung tangan.

Gambar 6. Alat Pelindung Diri (APD)

3) Manajemen Limbah dan Benda Tajam

72
a. Peraturan pembuangan limbah sesuai peraturan lokal yangberlaku.
b. Pastikan bahwa tenaga pelayanan kesehatan gigi yangmenangani limbah medis di training
tentang penangananlimbah yang tepat, metode pembuangan dan bahayakesehatan.
c. Gunakan kode warna dan label kontainer, warna kuninguntuk limbah infeksius dan warna
hitam untuk limbah noninfeksius.
d. Tempatkan limbah tajam seperti jarum, blade scapel,orthodontic bands, pecahan instrumen
metal dan bur padakontainer yang tepat yaitu tahan tusuk dan tahan bocor,kode warna kuning.
e. Darah, cairan suction atau limbah cair lain dibuangke dalamdrain yang terhubung dengan
sistem sanitary.
f. Buang gigi yang dicabut ke limbah infeksius, kecualidiberikan kepada keluarga.

4) Manajemen Lingkungan
a. Ikuti instruksi pabrik untuk pemakaian yang tepat bahandisinfektan untuk pembersihan
permukaan lingkungan.
b. Jangan menggunakan disinfektan tingkat tinggi untukdisinfeksi permukaan lingkungan.
c. Pakai Alat Pelindung Diri saat melakukan pembersihan dandisinfeksi pemukaan
lingkungan.
d. Pasang pelindung permukaan untuk mencegah permukaankontak klinik terkontaminasi,
khususnya yang sulitdibersihkan sepertiswitches on dental chair dan ganti pelindung
permukaan setiap pasien.
e. Bersihkan dan disinfeksi permukaan kontak klinik yang tidakdi lindungi dengan pelindung
setelah kegiatan satu pasien,gunakan disinfeksi tingkat sedang jika kontaminasi dengandarah.
f. Bersihkan seluruh permukaan lingkungan (lantai,dinding,meja, troley) dengan detergen dan
air atau disinfektan,tergantung dari permukaan, tipe dan tingkat kontaminas.
g. Bersihkan kain pembersih setelah digunakan dan keringkansebelum dipakai ulang, atau
gunakan yang sekali pakai,disposible kain.
h. Sediakan cairan pembersih atau cairan disinfektan setiaphari.
i. Bersihkan dinding, pembatas ruangan, gordyn jendeladiarea perawatan pasien jika terlihat
kotor, berdebu danternoda.
j. Segera bersihkan tumpahan darah atau bahan infeksiuslainnya menggunakan cairan
disinfektan.
k. Hindari penggunaan karpet dan furniture dari bahan kainyang menyerap di daerah kerja,
laboratorium dan daerahpemerosesan instrumen.

5) Penanganan Linen (Kain Alas Instrumen, Kain Sarung DentalUnit)


a. Segera ganti linen yang terkontaminasi dengan darah,cairan tubuh atau bahan infeksius
lainnya.

73
b. Ganti linen diantara pasien.

6) Peralatan Perawatan Pasien


a. Bersihkan dan sterilkan peralatan kritis sebelum digunakan.
b. Bersihkan dan sterilkan peralatan semi kritis sebelumdigunakan.
c. Biarkan pembungkus alat mengering di sterilisator sebelumditangani untuk menghindari
kontaminasi.
d. Area pemrosesan instrumen meliputi area penerimaan,pembersihan dan disinfeksi,
persiapan dan pembungkusan,sterilisasi dan penyimpanan.
e. Gunakan alat pembersih otomati s (Ultrasonic cleaner atauwasher –disinfector).
f. Pakai sarung tangan rumah tangga untuk membersihkaninstrumen dan prosedur disinfeksi.
g. Pakai Alat Pelindung Diri (APD) selama melakukanpembersihan peralatan.
h. Gunakan sistem kontainer atau pembungkus yang cocokdengan tipe proses sterilisasi yang
digunakan.
i. Sebelum instrumen kritis dan semi kritis di sterilisasi,periksa kebersihan instrumen,
kemudian bungkus atautempatkan instrumen dalam kontainer yang tepat
untukmempertahankan kesterilan selama penyimpanan.
j. Jangan sterilisasi alat implan tanpa dibungkus.
k. Jangan simpan instrumen krits tanpa dibungkus.

7) Perlindungan Kesehatan Karyawan


a. Immunisasi
Berdasarkan pada beberapa penelitian bahwa tenagapelayanankesehatan gigi mempunyai
risiko tinggi terhadappenularan hepatitis B, influenza, measles, mumps, rubelladan varicella.
Pada saat ini sudah ditemukan vaksin untukmencegah infeksi dari penyakit-penyakit
tersebut.Tenaga pelayanan kesehatan gigi harus diberikanimunisasi atau memperoleh booster
terhadap infeksiyang umum terjadi: tetanus, difteri, poliomyelitis, tifoid,meningococcal,
hepatitis A, hepatitis B, rubella, tuberkulosis,measles, batuk rejan, mumps (Yee, 2006).
Dokter gigi diIndonesia direkomendasikan untuk melakukan vaksinasitersebut dan
mencatat/mendokumentasikan imunisasiyang telah dilakukan.
Institusi pendidikan kedokteran gigi di Indonesiadiwajibkanmelaksanakan program
pendidikan tentangpencegahan dan pengendalian infeksi, dan dihimbauuntuk pemeriksaan
dan vaksinasi hepatitis B kepadamahasiswanya.
Bagi karyawan yang tidak bersinggungan denganpasien (pegawai administratif, cleaning
service, dll)dapat dimasukkan dalam program tersebut tergantungpada risiko mereka
berkontak dengan darah atau saliva.Apabila ditemukan karyawan yang tidak bersediauntuk
mendapatkan vaksinasi hepatitis B, diwajibkanmenandatangani surat pernyataan ti dak
bersedia yangdibuat oleh insti tusi dan diketahui oleh pimpinan.

74
b. Manajemen pasca pajanan.
c. Pencegahan pajanan darah dan bahan infeksius lainnya.
• Tempatkan limbah tajam dalam kontainer tahan tusuk, tahan air dan anti bocor.
• Jangan memanipulasi jarum syringe atau benda tajamsetelah digunakan.
• Jangan membengkokan, mematahkan atau melepasjarum setelah digunakan.
• Gunakan teknik satu tangan atau peralatan lain jikaharus menutup kembali jarum setelah
digunakan.
• Jangan pernah menerima limbah jarum atau bendatajam dari orang lain.
d. Pencegahan Kecelakaan Kerja.
Instrumen tajam yang digunakan dalam memberikanperawatan kedokteran gigi
(misalnya,sonde, jarum danampul anestesi yang telah digunakan) memiliki
potensimengakibatkan luka dan menyebarkan penyakit menular.Luka tersebut dapat dicegah
dengan:
(1) Penanganan minimal jarum, syringe dan instrument tajam lainnya setelah penggunaan.
(2) Tangani instrumen tajam dengan hati -hati .
(3) Buang instrumen/alat tajam dalam wadah yang tidakdapat robek segera setelah digunakan.
Apabila wadahtersebut penuh, keluarkan isinya dan bakar atau diisidengan semen
selanjutnya dikubur.

Gambar 7. Wadah pembuangan instrumen tajam disposable

(4) Selalu gunakan uti lity gloves keti ka mencuci instrument yang tajam.
(5) Apabila instrumen tajam harus diberikan dari asistenke operator selama perawatan maka
instrument tersebut ti dak boleh dipegang secara bersamaan olehkeduanya. Asisten
meletakkan instrumen tajam dalambaskom atau baki yang telah didisinfeksi,
beritahukanpada operator bahwa instrumen tersebut telah siapuntuk digunakan.
(6) Gunakan ‘teknik satu-tangan’ apabila perlu menutupkembali jarum sunti k. Letakkan tutup
jarum sunti kdi atas permukaan datar. Dengan satu tanganmemegang syringe dan jarum
dimasukkan ketutupnya. Apabila tutup jarum sunti k telah menutupjarum, tekantutup

75
jarum sunti k pada permukaandatar jangan menggunakan tangan yang lainnya
untukmengencangkan tutup.

Gambar 8. Menutup jarum sunti k dengan teknik satutangan

8) Penyuntikan yang Aman


a. Jangan memberikan obat-obatan dari satu jarum sunti k kebeberapa pasien walaupun
jarumnya diganti .
b. Gunakan single dose vial untuk parenteral obat-obatan jikamemungkinkan.

9) Etika Batuk
Terapkan eti ka kebersihan pernapasan/ batuk (lihat gambar).
- Tutup mulut & hidung saat batuk/ bersin dengan ti su.
- Buang ti ssu ke tempat limbah.
- Lakukan kebersihan tangan.
- Jika ti ssu ti dak tersedia , bersinkan atau batukkan ke lenganbagian dalam.

Gambar 9. Etika Batuk

b. Kewaspadaan Berdasarkan Transmisi

76
1. Berdasarkan transmisi airborne
a. Gunakan masker N95/respiratorik
b. Segera lepas selesai ti ndakan
2. Berdasarkan transmisi droplet
a. Gunakan masker bedah, pelindung mata dan wajah
b. Segera lepaskan selesai ti ndakan
3. Berdasarkan transmisi kontak
a. Gunakan sarung tangan dan gaun
b. Segera lepaskan selesai ti ndakan

77
BAB IX
PENUTUP

A. MONITORING DAN EVALUASI


Monitoring berfungsi untuk mengurangi risiko kesalahan pengambilan kesimpulan dari
hasil akhir evaluasi.Evaluasi dilaksanakan untuk menilai keberhasilan dari tujuan yang telah
ditentukan sebelumnya. Berdasarkan tujuan tersebut, pencapaiandapat dievaluasi sejalan dengan
keberhasilan yang diperoleh, berupa:
- Penurunan jumlah orang yang mengalami sakit gigi.
- Pemanfaatan pola pelayanan, seperti peningkatan jumlah pasien yang melakukan pemeriksaan
regular dan pasien yang datang untuk mencabut gigi berlubang.
- Status kesehatan gigi mulut, yaitu jumlah gigi yang rusak, ditambal dan pencabutan gigi.
- Kepuasan konsumen akan perawatan yang diperoleh.
- Kepuasaan kerja dari penyedia layanan kesehatan.
- Sumber daya yang terbentuk.

B. PENCATATAN DAN PELAPORAN


a. Pencatatan
Kegiatan-kegiatan yang perlu dicatat oleh tenaga kesehatan gigi:
- Penyuluhan
- Pemeriksaan dan Pengobatan sederhana
- Rujukan
b. Pelaporan
Kegiatan-kegiatan yang perlu dilaporkan oleh tenaga kesehatan gigi
- Catatan kegiatan sesuai format
- Laporan kegiatan bulanan disesuaikan format

78
DAFTAR PUSTAKA

1. Kementrian Kesehatan RI. Keputusan Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan Nomor:
HK.02.04/II/964/2012 t e n t a n g Pedoman Paket Dasar Pelayanan Kesehatan Gigi dan
Mulut di Puskesmas. Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan. Jakarta

2. Kementrian Kesehatan RI, 2012. Standar Pencegahan dan Pengendalian Infeksi


Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Jakarta

3. Kementrian Kesehatan RIKeputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


HK.02.02/Menkes/62/2015TentangPanduan Praktik Klinis Bagi Dokter Gigi. Jakarta

4. Konsil Kedokteran Indonesia, 2015.Standar Kompetensi Dokter Gigi Indonesia. Jakarata.

5. Santoso, et all, 2016. Pedoman Penilaian Kinerja Puskesmas di Jawa Timur. Pemerintah
Provinsi Jawa Timur Dinas Kesehatan. Surabaya

Lampiran 1

79
PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP
DINAS KESEHATAN SUMENEP
Jl. Dr. Cipto No.33 Telp (0328) 662122
SUMENEP

Nama : drg. Nurul Latifa, M.Kes

NIP : 19790906 200604 2 025

Pendidikan : Magister Kedokteran Keluarga

Pangkat / Golongan : Penata Tk I / III.d

Nama Jabatan : Kepala UPT Puskesmas Saronggi

Uraian Tugas Pokok :

1. Menyiapkan rencana kegiatan berdasarkan tugas, permasalahan dan kebijaksanaan


sebagai bahan penyusunan Renstra UPT Puskesmas
2. Menyusun rencana pelaksanaan kegiatan berdasarkan Renstra UPT Puskesmas
3. Membagi tugas kepada bawahan sesuai jabatan pada UPT Puskesmas
4. Menyelia (membimbing, mengarahkan dan mengawasi) pelaksanaan kegiatan pada UPT
Puskesmas
5. Menilai bawahan sesuai peraturan dan pedoman untuk mengetahui kinerja bawahan
6. Melakukan pembinaan pegawai untuk peningkatan kinerja
7. Mengevaluasi pelaksanaan program kegiatan berdasarkan rencana dan realisasinya untuk
mengetahui tingkat pencapaian program dan permasalahan yang dihadapi, serta
pemecahan masalahnya
8. Merumuskan upaya peningkatan dan pengembangan kegiatan

KEPALA DINAS KESEHATAN KEPALA UPT PUSKESMAS SARONGGI


KABUPATEN SUMENEP

dr. H. Fatoni, M.Si drg. NURUL LATIFA, M.Kes


Pembina Penata Tingkat I
NIP.19631221 200012 1 001 NIP.19790906 200604 2 025

80
PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP
DINAS KESEHATAN
UPT PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT
( PUSKESMAS )
KECAMATAN SARONGGI
Jalan Raya Saronggi No. 40 Telpon 082337360796
Email : pkmsaronggi@gmail.com
SARONGGI
Kode Pos 69467

Nama : drg. Siti Aminah Z

NIP :-

Pendidikan : S1 Kedokteran Gigi

Pangkat / Golongan :-

Nama Jabatan : Dokter Gigi

Uraian Tugas Pokok :

1. Menyusun rencana kerja dan kebijaksanaan tehnis pelayanan kesehatan gigi.


2. Menetukan pola pelayanan dan tata kerja.
3. Memimpin pelaksanaan kegiatan pelayanan kesehatan gigi.
4. Melaksanakan pengawasan, pengendalian dan evaluasi kegiatan pelayanan kesehatan
gigi.
5. Merencanakan, melaksanakan dan mengawasi kegiatan mutu pelayanan kesehatan gigi.
6. Melaksanakan dan memberikan upaya pelayanan medik dengan penuh tanggung jawab
sesuai keahlian dan kewenangannya serta sesuai standar profesi dan peraturan
perundangan yang berlaku.
7. Memberikan penyuluhan kesehatan dengan pendekatan promotif dan preventif.
8. Melakukan pencatatan pada rekam medik dengan baik, lengkap serta dapat
dipertanggung jawabkan termasuk memberi kode diagnosa menurut ICD X.

KEPALA UPT PUSKESMAS SARONGGI PETUGAS

drg. NURUL LATIFA, M.Kes drg.Siti Aminah


Penata Tingkat I
NIP.19790906 200604 2 025

81
PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP
DINAS KESEHATAN
UPT PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT
( PUSKESMAS )
KECAMATAN SARONGGI
Jalan Raya Saronggi No. 40 Telpon 082337360796
Email : pkmsaronggi@gmail.com
SARONGGI
Kode Pos 69467

Nama : Sulaksono, Amd.KG

NIP : 19640706 198603 1 017

Pendidikan : DIII (Diploma III) Kesehatan Gigi

Pangkat / Golongan : Penata Tk.I / III d

Nama Jabatan : Petugas Gigi

Uraian Tugas Pokok :

1. Melaksanakan pelayanan medic/asuhan keperawatan gigi dan mulut sesuai SOP, Standar
Pelayanan Minimal (SPM), Standar Pelayanan Publik (SPP), tata kerja dan kebijakan
yang telah ditetapkan oleh Kepala Puskesmas.
2. Melakukan pencatatan dan menyusun pelaporan serta visualisasi data kesehatan gigi dan
mulut sebagai bahan informasi dan pertanggung jawaban kepada Kepala Puskesmas.
3. Mengidentifikasi, merencanakan, memecahkan masalah, mengevaluasi kinerja program
kesehatan gigi dan mulut.
4. Melaksanakan dan menjaga keselamatan klinik pelayanan kesehatan gigi meliputi
keamanan dan kebersihan alat, ruangan serta pencegahan pencemaran lingkungan.
5. Melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Puskesmas.

KEPALA UPT PUSKESMAS SARONGGI PETUGAS

drg. NURUL LATIFA, M.Kes Sulaksono, Amd.KG


Penata Tingkat I NIP. 19640706 198603 1 017
NIP.19790906 200604 2 025

82
PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP
DINAS KESEHATAN
UPT PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT
( PUSKESMAS )
KECAMATAN SARONGGI
Jalan Raya Saronggi No. 40 Telpon 082337360796
Email : pkmsaronggi@gmail.com
SARONGGI
Kode Pos 69467

Nama : Eva Amilayensi, Amd.KG

NIP : 19870410 200901 2 001

Pendidikan : DIII (Diploma III) Kesehatan Gigi

Pangkat / Golongan : Penata Muda / III a

Nama Jabatan : Petugas Gigi

Tugas Tambahan : Petugas P.Care

I. Uraian Tugas Pokok :


1. Melaksanakan pelayanan medik/asuhan keperawatan gigi dan mulut sesuai SOP, Standar
Pelayanan Minimal (SPM), Standar Pelayanan Publik (SPP), tata kerja dan kebijakan
yang telah ditetapkan oleh Kepala Puskesmas.
2. Melakukan pencatatan dan menyusun pelaporan serta visualisasi data kesehatan gigi dan
mulut sebagai bahan informasi dan pertanggung jawaban kepada Kepala Puskesmas.
3. Mengidentifikasi, merencanakan, memecahkan masalah, mengevaluasi kinerja program
kesehatan gigi dan mulut.
4. Melaksanakan dan menjaga keselamatan klinik pelayanan kesehatan gigi meliputi
keamanan dan kebersihan alat, ruangan serta pencegahan pencemaran lingkungan.
5. Melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Puskesmas.
II.Uraian Tugas Tambahan :
Petugas P-Care
1. Mengentry peserta BPJS yang kontak dengan Puskesmas Saronggi setiap hari.
2. Melakukan evaluasi hasil kinerja entry P.Care BPJS
3. Melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Puskesmas.

KEPALA UPT PUSKESMAS SARONGGI PETUGAS

drg. NURUL LATIFA, M.Kes Eva Amilayensi, Amd.KG


Penata Tingkat I NIP. 19870410 200901 2 001
NIP.19790906 200604 2 025

83
84

Anda mungkin juga menyukai