-paknaw-
iii
iv
DAFTAR ISI
v
3. Kinerja Pelayanan Rumah Sakit ................................. 53
4. Kerangka menghadirkan PASIEN .............................. 55
5. RIBET to SIMPEL dengan LEAN PROCESS .................. 59
a. Alur Proses Layanan .............................................. 59
b. Lean Management ................................................. 65
c. TOOLS LEAN PROCESS ................................................ 80
E. Journey from EVERYTHING RIBET to SIMPLE di
POLIKLINIK................................................................................ 97
1. Road Map Pelayanan Rumah Sakit ............................ 98
2. Road Map Masalah dan Kerangka solusi ............... 100
3. Posisi Layanan Poliklinik ...................................... 101
4. Alur Proses Pelayanan Poliklinik ........................... 101
5. Ekspetasi Pasien saat di Poliklinik ........................ 102
6. Keribetan ( waste) yang terjadi berbasis Lean Process
102
7. Solusi untuk lebih SIMPEL berbasis Lean Process ...105
8. Hadirkan 1001 IDE TERBAIK dari STAF unit kerja . 117
F. PROFILE PAKNAW .......................................................... 131
vi
A. From EVERYTHING RIBET to SIMPEL
1
Yup, sangat merugikan karena akumulasi kekecewaan pasien
yang lama dilayani akan menyebar dari mulut ke mulut (
apalagi emak-emak pasiennya), dan secara massif terjadi
migrasi pasien dari sebuah rumah sakit ke rumah sakit lainnya.
Hari ini dan masa depan, siapa yang MELAYANI maka dia akan
MENGENDALIKAN. Melayani yang dimaksud adalah
menghadirkan KECEPATAN dalam proses Pelayanan, cepat
saat registrasi, cepat saat dilakukan Konsultansi dan diagnose
serta cepat dalam penyediaan obat dan yang lainnya.
3
juga harus di dukung oleh Pelayanan penunjang Medis :
radiologi, labolatorium, farmasi, rekam medis dan pelayanan
non medis : Keuangan, Teknologi Informasi, Pengadaan,
Security.
5
B. Sepenggal Upaya from RIBET to
SIMPEL
6
1. Rumah SAKIT kok SAKIT
Tentu hal ini memicu pasien rawat inap menjadi tinggi dan
tindakan operasi ikut naik serta layanan penunjang pun
kelimpahan pasien.
7
Ini setara dengan final piala Thomas Cup Indonesia Vs China
jaman dulu. ( Soale sekarang langka masuk final lagi
Indonesianya).
9
Sebuah rumah sakit dijakarta malah kantinnya jadi pilihan
orang yang berkantor disekitarnya karena kantinnya dikenal
menunya enak dan bergizi.
10
Teman, artinya manajemen harus membuka jaringan seluas
luasnya agar rumah sakit dapat keluar dari kemelut cashflow
rumah sakit dengan membuka kerjasama Layanan dan non
Layanan.
11
2. Siapa yang TAHAN dan NGGAK NAHAN
Namun saat semua menurun ada hal yang tetap yang harus
dikeluarkan oleh perusahaan yaitu BIAYA TETAP diantaranya
biaya SDM dan operasional lainnya.
Dalam kondisi diatas tentu kita bisa melihat siapa yang nngak
nahan dan yang bertahan.
12
Dan yang bertahan adalah perusahaan yang mempunyai dana
cadangan yang cukup untuk menutupi fix cost selama wabah
berlangsung.
Namun disisi lain new normal yang dicanangkan hari ini dan
akan kita lalui bersama dikemudian hari berdampak kepada
adanya perubahan prilaku konsumen yang tentunya hal ini
harus direspon dengan merubah arah strategi, ide ide baru
dan melihat kembali hasil yang akan dicapai kedepan.
13
menjadi jemput bola kepelanggan dan dengan teknologi hal
ini dapat lebih mudah diimplementasikan.
Tentunya hal ini perlu didukung oleh ide ide yang unik yang
membedakan dari pesaing baik dari sisi kualitas produk,
delivery layanan dan harga yang tetjangkau.
14
BIGDATA perlu dijadikan perhatian penting Karena masa
depan akan dikuasai oleh perusahaan yang konsen dengan
kualitas pelayanan dan memiliki BIGDATA pelanggan yang
cukup besar
15
3. New Normal : BERUBAH atau AMBYAR
Namun saat semua menurun ada hal yang tetap yang harus
dikeluarkan oleh perusahaan yaitu BIAYA TETAP diantaranya
biaya SDM dan operasional lainnya.
Dalam kondisi diatas tentu kita bisa melihat siapa yang nngak
nahan dan yang bertahan.
16
Dan yang bertahan adalah perusahaan yang mempunyai dana
cadangan yang cukup untuk menutupi fix cost selama wabah
berlangsung.
Namun disisi lain new normal yang dicanangkan hari ini dan
akan kita lalui bersama dikemudian hari berdampak kepada
adanya perubahan prilaku konsumen yang tentunya hal ini
harus direspon dengan merubah arah strategi, ide ide baru
dan melihat kembali hasil yang akan dicapai kedepan.
17
menjadi jemput bola kepelanggan dan dengan teknologi hal
ini dapat lebih mudah diimplementasikan.
Tentunya hal ini perlu didukung oleh ide ide yang unik yang
membedakan dari pesaing baik dari sisi kualitas produk,
delivery layanan dan harga yang tetjangkau.
18
BIGDATA perlu dijadikan perhatian penting Karena masa depan
akan dikuasai oleh perusahaan yang konsen dengan kualitas
pelayanan dan memiliki BIGDATA pelanggan yang cukup besar
19
4. 3 cara hadapi TURBULENSI
20
Dalam kepanikan kondisi turbulensi lautan Corona yang
banyak turbulensi ya , semua pelaku usaha sudah
merasakannya: income turun, pelanggan turun, under utility
fasilitas dan underload people.
21
demi keputusan yang diambil didalam merespon perubahan
yang terjadi.
Rubah CARA BERBISNIS
Perubahan kondisi eksternal yang berdampak kepada income
menurun, pelanggan menurun, under utility fasilitas dan
underload people, perlu di respon dengan cepat dengan
merubah model bisnis, strategi dengan dukungan ide ide baru
dan hasil baru yang diinginkan.
22
5. KEADAAN menciptakan PELUANG
Tadi pagi saya bersepeda ke kawasan tanaman sayur dataran
tinggi dekat rumah, seperti biasa ada hal yang dilihat selalu
ada yang menginspirasi saya untuk menulis sesuatu yang
bermanfaat bagi pembaca, kali ini soal keadaan selalu
menciptakan peluang bagi yang jeli melihatnya.
23
Di saat Pandemi kondisinya BEDA NASIB, rumah sakit
OVERLOAD PASIEN dan Hotel UNDERLOAD PELANGGAN.
24
Bagaimana beda jenis Usaha ini bisa mewujudkan
KOLABORASI ?
25
Tentu ada beberapa requirement , dimana pasien yang
dialihkan ke hotel adalah pasien yang mampu bayar karena
pihak hotel menentukan tarif per malam untuk paket Isolasi
Mandiri .
26
Seperti sebuah ungkapan lama : Selalu ada JALAN menuju
ROMA.
27
6. 12 Sumber INOVASI Ribet to SIMPEL
PLATFORM BARU
Rumah sakit menghadirkan layanan pendaftaran via online,
pengantaran obat ke rumah pasien.
SOLUSI BARU
Rumah sakit membuat Layanan Jantung terpadu dengan
konsep Integrated practice Unit dimana semua layanan ada di
ruang yang sama.
28
PENGALAMAN PELANGGAN
Rumah sakit selain merawat pasien rehab medik di poliklinik,
menghadirkan layanan homecare bagi pasien rehab medik
dimana sebelumnya layanan ini tidak tersedia.
REDESIGN PROSES
Rumah sakit melakukan improvement proses pelayanan area
tunggu, dimana sebelumnya pasien harus ngantri berkali kali
di poliklinik di ruang tunggu berbeda untuk registrasi,
Konsultansi dan pengambilan obat menjadi hanya di satu
ruang tunggu untuk semua pelayanan.
PERUBAHAN ORGANISASI
Rumah sakit merubah organisasi pengelolaan klaim asuransi,
dimana tadinya dilakukan oleh 3 unit berbeda , menjadi satu
unit tapi mengelola SDM dari 3 unit berbeda ( keuangan,
koder dan verifikasi medis).
29
SDM dilakukan oleh RS sementara untuk peralatan disediakan
oleh mitra bisnis.
NONCORE BUSINESS
Rumah sakit mendayagunakan area publik untuk membangun
business centre untuk keperluan orang sehat yang mengantar
orang sakit.
MEMBANGUN JARINGAN
Rumah sakit membangun jejaring untuk layanan satelit untuk
layanan poliklinik di beberapa perusahaan
MEMPERKUAT BRAND
Rumah sakit bekerjasama ke dalam jaringan kesehatan global
semisal SOS untuk bisa menerima pasien dari perusahaan OIL
campany dan tambang di tanah air.
30
7. INSPIRASI dari Layanan ORANG DALAM
31
Petugas registrasi, dokter, lab, kasir, dan yang lainnya datang
silih berganti dengan kecepatan yang diluar kebiasaan
melayani pasien reguler dan eksekutif.
32
C. Tantangan Merubah dari RIBET jadi
SIMPEL
33
1. Zona Nyaman : MALAS dan MISKIN IDE
SDM bagi perusahaan seperti dua mata pisau, sebagai aset
atau sebagai beban. sebagai aset jika SDM dipandang sebagai
Aset yang dapat membantu perusahaan mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.
34
dan hal diatas menjadi beban bagi perusahaan, karena
kehadirannya 100% sudah berlawanan dengan keinginan
perusahaan yang menginginkan SDM nya bersinergi dalam
bekerjasama mencapai tujuan organisasi.
35
jika dahulu rotasi dilakukan setelah SDM menempati satu unit
kerja sampai dengan 2 tahun, saat ini beberapa perusahaan
sudah menerapkan rotasi per 3 bulan dengan
menempatkannya pada unit kerja yang akan menguras
pengetahuan, pengalaman dan kompetensinya untuk
dituangkan diunit kerja barunya.
hal ini memang seperti merepotkan, namun hal ini akan selalu
memberi energi baru bagi perusahaan secara terus menerus,
dan hal ini sangat dibutuhkan dalam mempertahankan
eksistensi perusahaan hari ini dan masa depan.
36
2. IDE MENTOK kebanyakan TIKTOK
Saat ini banyak kalangan sedang kena DEMAM MASAL oleh
permainan aplikasi TIK TOK, dimana disini semua orang bisa
tampil dengan gaya ala IDOLA nya menyanyikan lagu
kesukaannya dan di share ke khalayak.
37
Hal ini berbanding terbalik jika diminta ide untuk perbaikan
perusahaan secara berkelanjutan.
38
3. SAOS yang bikin CHAOS
39
Dalam realitanya seringkali terjadi proses saling meniadakan yang
terjadi akibat tidak terbangunnya respect to people di dalam
organisasi karena terlalu membawa ego masing masing.
Jika dengan hal diatas ada SDM yang merasa tersakiti lalu
kemudian menahan partisipasi nya dalam organisasi maka patut
diduga dalam organisasi tersebut sudah terjadi fenomena SAOS
yang bikin CHAOS.
40
4. USUL dibilang USIL
Dalam organisasi turbulensi tidak bisa dihindari hal ini karena
dipicu oleh 5 ancaman yang setiap saat datang dari
pelanggan, kompetitor, vendor, staf internal dan regulasi.
41
Karena itu bertanda masih ada yang peduli dengan masa
depan perusahaan berbasis pada pemikiran prediktif dan
antisipatif.
42
5. SDM Multi talenan
SDM di perusahaan sejatinya kehadirannya berkontribusi
terhadap kemajuan perusahaan berbasis pengetahuan,
pengalaman dan kompetensi yang dimilikinya.
43
6. Organisasi JAM PASIR
Kemajuan perusahaankadang terjadi karena keresahan terjadi
disemua level manajemen mulai dari strategic, middle dan
pelaksana
44
Jika hal ini dibiarkan maka akan terjadi ketidakseimbangan
beban kerja jika digambarkan seperti jam pasir dimana pasir
hanya berkumpul di bagian atas dan bagian bawah.
45
D. SENJATA merubah dari RIBET jadi
SIMPEL
46
1. Road Map Pelayanan Rumah Sakit
47
Rumah sakit bertujuan untuk tumbuh dan berkembang dalam
mencapai VISI dan MISI yang sudah ditetapkan secara
bersama. Oleh karena itu rumah sakit harus ditopang oleh
Pertumbuhan Pendapatan dan Efisiensi Biaya.
48
2. Patient Journey di Rumah Sakit
49
Saat pasien datang kerumah sakit untuk berobat baik pada
pelayanan Rawat Jalan maupun Rawat Inap setidaknya pasien
akan melalui beberapa titik layanan sesuai tujuan utama
berobatnya.
51
Layanan rawat inap sendiri memiliki dua layanan, yaitu layanan
dengan Tindakan operasi atau non operasi.
52
cepat dan 1 unit kerja bekerja lambat, tetap saja secara
keseluruhan akan mengalami keterlambatan.
53
Untuk mengetahui kondisi UNDER LOAD atau OVERLOAD
setidaknya kita dapat melihat tabel KINERJA IDEAL RUMAH
SAKIT dibawah ini ( dicontohkan Rumah Sakit dengan status
Kelas B, kapasitas 500 tempat tidur).
IDEAL
NO KINERJA RUMUS PER TAHUN PER BULAN PER HARI
1 BED 500 500 500
2 REVENUE ( 1 bed 1 Milyar) 1 BED HASILKAN 1 MILYAR 500 M 42 M 1,4 M
3 BOR 80% 80% 80% 80%
4 LOS 4 HR 4 HR 4HR 4HR
5 KUNJUNGAN PASIEN RANAP/ HARI (BED x BOR)/ los 36000 3000 100
6 KUNJUNGAN PASIEN RAJAL/ HARI ranap x 10 360.000 30000 1000
7 OPERASI ranap x 40% 14400 1200 40
55
Untuk mencapai KINERJA Rumah Sakit yang sudah ditetapkan,
tentu membutuhkan pemahaman yang sama terkait upaya
MENGHADIRKAN PASIEN dan MENGELOLA PASIEN selama di
Rumah Sakit.
56
Hal ini perlu dipertahankan, jangan sampai pasien yang sudah
dihadirkan dengan susah payah ke rumah sakit oleh tim
marketing, kecewa dan menjadikan kunjungan pertamanya
menjadi kunjungan terakhirnya ke rumah sakit.
58
5. RIBET to SIMPEL dengan LEAN
PROCESS
59
Karenanya setiap Alur Proses Pelayanan harus dirumuskan,
direncanakan dan dirancang secara sistematis sehingga
mudah untuk dilaksanakan, ditelusuri dan diperbaiki, sehinga
sebuah alur proses pelayanan bisa terdiri dari banyak sub-sub
proses. Di dalamnya.
60
Alur proses Pelayanan di Parkir yang terdiri dari:
61
Alur proses Pelayanan di IGD yang terdiri dari:
62
Alur proses Pelayanan di ICU yang terdiri dari:
63
Alur proses Pelayanan di Farmasi yang terdiri dari:
64
b. Lean Management
66
manajemen organisasi, yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas, keamanan dan efisiensi suatu
proses pelayanan (Kim, Spahlinger, & Billi, 2009). Lean
adalah suatu pendekatan sistematik untuk
mengidentifikasi dan menghilangkan pemborosan
(waste) atau aktivitas-aktivitas yang tidak bernilai
tambah (non value adding activities) melalui perbaikan
yang berkelanjutan (continuous improvement)
(Gaspersz, 2007).
68
Berdasarkan angka keberhasilan yang tercatat, Lean
mampu meningkatkan efisiensi pelayanan mencapai
55% (Burgess & Radnor, 2013). Lean menjadi sebuah
pend3ekatan yang mampu menyingkirkan dinding
pembatas antar departemen di rumah sakit agar dapat
saling bekerja sama, mengurangi pemborosan akibat
proses kerja yang bertele-tele yang meningkatkan risiko
kerugian dan timbulnya bahaya maupun cedera, ataupun
menggunakan sumber daya yang tidak perlu, sehingga
membawa dampak peningkatan biaya, baik berupa
biaya yang harus dibayarkan
69
Beberapa hasil dari Kaizen event menyatakan terdapat total
penghematan waktu sebesar 567.225 menit atau 9.453 jam,
perbaikan keselamatan, dan peningkatan kenyamanan. Kaizen
event juga menghasilkan penghematan biaya sebesar
Rp43,8M,- dan penghematan biaya virtual sebesar Rp2,8M,-
(membuat sendiri e-medical record). Secara keseluruhan,
penerapan Lean dalam pelayanan kesehatan masih dalam
tahap awal dan harus mengalami perbaikan terus - menerus
agar rumah sakit dapat senantiasa bertahan. Suatu
perusahaan dianggap lean bila value-to-waste ratio lebih dari
30%. Pasca bermitra dengan BPJS, jumlah pasien RS Pelni
melonjak dari rata-rata 200 pasien perhari menjadi rata-rata
1200 pasien perhari (Steven, 2016).
Ada 5 faktor kunci untuk keberhasilan dari implementasi Lean
Management, diantaranya adalah: 1) Budaya organisasi, 2)
Kepemimpinan dan komitmen manajemen, 3) Ketersediaan
sumber daya, 4) Strategi komunikasi, dan
5) Dukungan organisasi. Menurut Rafferty (2009), 6 faktor
penentu kesuksesan implementasi manajemen Lean di rumah
sakit meliputi: 1) Keterlibatan secara luas,
2) Kepemimpinan yang kuat, 3) Komunikasi,
4) Pelatihan, 5) Problem solving, dan
70
6) Standarisasi (Burgess & Radnor, 2013). Berdasarkan studi
yang dilakukan Hendartini et al., (2016) terhadap 8 rumah
sakit yang telah memperoleh pelatihan Lean Management
menunjukan beberapa faktor yang mendukung implementasi
Lean, yaitu: 1) Implementasi Lean sesuai tujuan/strategi RS, 2)
Adanya dukungan dan komitmen manajemen, 3) Dilaksanakan
secara bertahap, 4) Adanya dukungan SDM, 5) Ada pengakuan
dan pengahargaan atas upaya yang dilakukan, 6) Infrastruktur
RS.
Dalam menciptakan sebuah pelayanan kesehatan di rumah
sakit yang bermutu, efektif, dan efisien, diperlukan
pengamatan terhadap alur proses pelayanan yang ada di
dalam rumah sakit. Dari pengamatan tersebut akan terlihat
71
Definisi Lean
72
sakit menginginkan pelayanan yang efisien, perawatan yang
efektif, biaya dan pelayanan yang tidak memberikan bahaya
setiap kali mereka datang kunjungan atau berobat.
73
Konsep Lean
1. Perbaikan berkelanjutan/Kaizen/Continuous
Improvement, pengertian Kaizen / Continuous Improvement
dapat dikatakan sebagai perubahan- perubahan kecil ke arah
yang lebih baik. Perbaikan ini dikonsentrasikan untuk
menyingkirkan pemborosan/sampah proses dari pelayanan
pasien atau dari pekerjaan pemberi pelayanan.
2. Menghargai Sumber Daya Manusia/ Respect for People,
konsep Lean untuk menghargai sumber daya manusia, lebih
tepatnya memberikan tantangan kepada manusia dan
mcndorong mereka agar dapat memberikan kinerja yang lebih
baik setiap saat. Dalam penerapannya, rumah sakit harus
mengenal tiga istilah berbahasa Jepang, yakni muda
(pekerjaan yang tidak memberikan nilai tambah), muri (kerja
berlebihan) dan mura (beban kerja tidak seimbang).
Menghargai sumber daya manusia mengharuskan para
pimpinan untuk tidak memberikan pekerjaan yang terlalu
banyak dan beban kerja yang tidak seimbang dengan
kemampuan bawahannya.
Memberikan beban kerja yang sesuai, memberikan
kepercayaan dan mengikutsertakan karyawan dalam
74
menyelesaikan masalah dan
Lean Thinking
75
memperpendek alur produksi dengan cara menghilangkan
berbagai hal yang tidak berguna (Santoso & Taufik, 2010).
Lima prinsip Lean Thinking menurut Womack and Jones dalam
(Graban, 2016) :
A. Specify Value
Value adalah kegiatan yang memiliki nilai tambah yang positif
dan merupakan harapan bagi pelanggan, sehingga value
hanya dapat diidentifikasi oleh pelanggan. Di Rumah Sakit,
yang menjadi value adalah segala jenis kegiatan yang menjadi
harapan dan dapat meningkatkan kesehatan mulai sejak
pasien menerima pelayanan dari awal sampai selesai. Selain
itu value lainnya dapat diidentifikasi dari keluarga pasien,
dokter, tenaga kesehatan lainnya dan pihak lainnya. Masing-
masing mempunyai value yang berbeda.
B. Value Stream
Value stream adalah tahapan-tahapan yang dibutuhkan dalam
menyelesaikan suatu proses. Selama proses tersebut dapat
menghasilkan tiga keluaran yang berbeda, yaitu keluaran yang
memiliki nilai tambah, keluaran yang tidak memiliki nilai
tambah tetapi tidak dapat dihindari, dan keluaran yang tidak
memiliki nilai tambah dan dapat dieliminasi sesegera mungkin.
Untuk mengidentifikasi value pada tiap proses diperlukan
76
adanya value stream mapping. Value stream mapping dimulai
dari tahap awal proses di pelayanan
D. Pull
Sistem “pull” artinya tidak akan melangkah ke proses
selanjutnya apabila belum siap. Penerapan pull value pada
rumah sakit sebagian besar dilakukan pada bagian farmasi,
terkait dengan penyediaan obat. Beberapa masalah yang
sering terjadi pada bagian farmasi di rumah sakit adalah obat-
obatan yang diperlukan kadang-kadang kosong. Namun di sisi
lain, banyak juga obat- obatan dan alat kesehatan lain yang
persediannya menumpuk, yang akhirnya mengakibatkan
kerusakan obat dan bahkan kadaluwarsa. Dengan konsep pull
value, rumah sakit hanya akan memesan persediaan obat
sesuai dengan yang dibutuhkan pasien.
E. Perfection
Pursue of perfection adalah prinsip terakhir dalam penerapan
lean thinking di perusahaan, yang merupakan tujuan dari lean
thinking tersebut, yaitu adanya continuous improvement.
Kunci dari pursue of perfection sendiri sebenarnya
78
bukanlah peningkatan kinerja yang berasal dari atasan, atau
dalam hal ini manajer rumah sakit, tetapi dari individu pekerja
masing-masing yang melakukan peningkatan kinerja
berkelanjutan, yang pada akhirnya berdampak pada
peningkatan kinerja rumah sakit. Dengan menerapkan
keempat prinsip sebelumnya, maka prinsip pursue of
perfection akan tercapai.
79
c. TOOLS LEAN PROCESS
80
Berdasarkan Toyota Production System, ada 4 hal yang
menjadi tujuan eksistensi perusahaan :
Lean Tools
Dalam Toyota Triangle dikatakan bahwa berbagai
instrumen/alat teknik yang ada hanyalah satu komponen dari
sebuah sistem Lean yang terintegrasi. Berikut ini lean tools
yang bisa diterapkan, antara lain 5S, Kanban, Kaizen, Error
Proofing dan Visual Management.
81
a. 5S
Menurut Gasperzs dan Fontana (2007) 5S merupakan
pendekatan sistematik untuk meningkatkan lingkungan kerja,
proses-proses, dan produk dengan melibatkan karyawan di
line produksi maupun dikantor. Metodologi 5S mereduksi
waste melalui perbaikan organisasi tempat kerja dan visual
management. Tujuan utama dari konsep 5S adalah untuk
mencegah berbagai masalah dan menciptakan lingkungan
kerja yang mengizinkan orang untuk menyediakan pelayanan
terbaik kepada pasien dengan cara yang seefektif mungkin.
Tahapan 5S aslinya merupakan metode yang berasal dari lima
kata dalam bahasa Jepang, yaitu Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu
dan Shitsuke. Sedangkan dalam Bahasa Inggris, 5S adalah
Short, Store, Shine, standardize dan Sustain.
1. Seiri (Sort): Memisahkan barang yang dibutuhkan dan
membuang barang yang tidak diperlukan dari tempat
kerja.
2. Seiton (Stabilize, Straighten, Set in Order, Simplify):
Menyimpan barang yang diperlukan di tempat yang tepat agar
mudah diambil saat digunakan.
3. Seiso (Shine, Sweep): Mempertahankan tempat kerja agar
tetap bersih dan rapi.
82
4. Seiketsu (Standardize): diperlukan standarisasi terhadap
praktek 5S di atas (Seiri, Seiton, Seiso) agar tempat kerja
terjaga kebersihan dan kerapiannya.
5. Shitsuke (Sustain, Self-discipline): diperlukan kedisiplinan
dan budaya dalam melakukan pekerjaan sesuai standard dan
dibangun rencana masa depan agar sistem kerja dapat
dikembangkan terus-menerus.
b. Kanban
Kanban adalah metode lean yang membangun konsep
standarisasi kerja, 5S, dan manajemen visual terhadap
manajemen supplies dan inventory untuk menjadi lebih efektif.
Kanban adalah istiah Jepang yang diartikan sebagai “sinyal”,
“kartu”, atau “tanda” biasanya berupa sinyal fisik (kertas kartu,
tali plastik) bahkan bisa juga sinyal elektronik yang
menunjukkan kapan saatnya memesan barang dari siapa, dan
jumlah yang diperlukan (Graban, 2016) . Metode Kanban
bersumber pada prinsip Just in Time yang artinya barang
disediakan sesuai kebutuhan, pada saat yang tepat dan dalam
jumlah yang tepat, sehingga tidak terjadi pemborosan pada
persediaan. Sebelum implementasi lean, manajemen
persediaan di rumah sakit sering kali merupakan proses
informal. Tanggung jawab untuk memesan persediaan
83
mungkin jatuh pada satu orang dan saat orang yang
bertanggungjawab berlibur, atau berhenti mengakibatkan
sistem ini menjadi berantakan, yang menyebabkan kehabisan
stok persediaan atau karyawan lain keliru memesan dalam
jumlah besar persediaan.
Metode Kanban sistematis tidak hanya meminimalkan
kehabisan stok, tetapi juga mencegah akumulasi kelebihan
persediaan. Seringkali, ketika kita kehabisan item yang
dibutuhkan, maka reaksi alami kita adalah reaksi yang
berlebihan untuk memesan lebih persediaan untuk melindungi
terhadap kehabisan lagi. Dalam sistem Kanban setiap
kekurangan stok membutuhkan penyelidikan untuk
mengidentifikasi akar penyebab masalah. Apakah ini satu kali
event atau konsisten pergeseran dalam penggunaan item?
Bukan hanya bereaksi dengan memesan lebih, melainkan
orang yang bertanggung jawab. Untuk sistem kanban
diperlukan untuk menentukan apakah titik pemesanan ulang
perlu diubah.
c. Visual Management
Metode manajemen visual membuat berbagai waste,
permasalahan, kondisi abnormal dengan mudah dan
nyata terlihat oleh seluruh karyawan dan manajemen.
Bentuk dari manajemen visual di rumah sakit
diantaranya petunjuk arah, daftar praktek dokter, daftar
fasilitas dan lain sebagainya.
Menurut pendapat Gwendolyn Galsworth dalam Graban
(2016), menyebutkan bahwa tujuan dari manajemen
visual untuk memunculkan dan memperlihatkan
permasalahan yang ada dalam sebuah proses kerja
sehingga dapat dipikirkan bagaimana upaya yang dapat
85
dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut.
Contohnya: beberapa anak dijadwalkan untuk dilakukan
pemeriksaan MRI dengan perjanjian, dan ketika ada anak
yang memiliki 2 perjanjian maka karyawan akan
memberi kartu penanda yang direkatkan pada baju
sebagai manajemen visual bahwa pasien tersebut harus
beralih dan memperoleh prosedur pemeriksaan kedua
(Graban, 2016).
d. Kaizen
Kaizen adalah suatu proses perbaikan yang dilakukan
secara terus- menerus atau continous improvement yang
dilakukan setiap hari. Perubahan yang terjadi secara
bertahap sedikit demi sedikit. Siklus Plan-Do-Check-Act
(PDCA) adalah kerangka operasi Lean dan merupakan
metodelogi yang diterapkan dalam implementasi Kaizen.
• Plan
86
• Do
Melaksanakan rencana dalam lingkungan dengan
percobaan atau tes dalam skala kecil dan dalam kondisi
yang terkendali.
• Check
Memeriksa hasil uji coba. Memastikan bahwa telah
dilakukan perubahan proses. Jika terjadi perubahan
proses, maka pertimbangkan untuk menerapkan itu
pada skala yang lebih luas.
• Act
Menerapkan perubahan yang telah diverifikasi pada skala
yang lebih luas. Memperbaharui standar prosedur operasi
(SPO).
e. Error Proofing
Error Proofing (Bahasa Jepang: poka yoke) dapat diartikan
sebagai suatu alat atau metode yang dapat mencegah cacat
secara otomatis dan murah. Error Proofing bukan suatu
teknologi spesifik, melainkan suatu pola pikir dan
pendekatan yang membutuhkan kreativitas diantara mereka
yang merancang peralatan, desain proses atau yang
87
mengelola proses (Graban, 2016). Error- proofing berfokus
pada kesalahan itu sendiri, dan respon untuk masalahnya
adalah mengerti dan mencegah kesalahan.
Menurut Graban (2016) ada beberapa tipe error proofing,
antara lain:
1. Membuat agar tidak mungkin melakukan kesalahan.
Error proofing idealnya 100% efektif mencegah kesalahan.
Contohnya di rumah sakit adalah regulator dan jalur gas
memiliki pin dan indeks yang mencegah pengguna
menyambungkan ke jalur yang salah.
2. Membuat lebih sulit untuk melakukan kesalahan.
Lemari penyimpanan otomatis merupakan salah satu metode
error proofing untuk menjamin perawat mengambil obat
yang benar bagi pasiennya. Pada area mikrobiologi, dengan
meletakkan tanda larangan seperator kaca untuk mencegah
orang melampaui bangku peletakan spesimen yang ada.
3. Membuat agar kesalahan yang terjadi menjadi jelas.
Penggunaan pita khusus atau tanda perubahan warna yang
menandakan sterilisasi berjalan sempurna. Tidak munculnya
perubahan ini, maka menandakan ada kesalahan. Hal ini dapat
melindungi pasien.
4. Memperkuat sistem sehingga tidak mentolerir pelaksana
88
melakukan kesalahan.
Meletakkan circuit board dari alat pemeriksaan laboratorium
dari posisi yang tidak seharusnya ke posisi yang seharusnya,
sehingga menghindari ceceran spesimen.
89
Value Stream Mapping mengidentifikasi seberapa lama
langkah setiap proses diperlukan untuk menyelesaikannya dan
yang lebih penting waktu yang dihabiskan dari setiap proses
tersebut. Dapat diketahui juga seluruh proses produksi mulai
dari awal hingga barang atau jasa sampai di pelanggan. Dari
Setiap proses yang dilalui akan terlihat value dan waste,
sehingga dapat digambarkan Future State Map sebagai upaya
perbaikan.
Langkah-langkah dalam proses membuat Value Stream
Mapping menurut Locher (2011) adalah sebagai berikut:
91
Waste
Waste merupakan segala tindakan yang dilakukan tanpa
menghasilkan nilai,
sebagai contoh perbaikan yang dilakukan akibat adanya
kesalahan, produk yang
92
type one waste (Muda I) dan type twowaste (Muda 2)
1. Type One Waste (Muda 1).
Segala aktivitas kerja yang tidak memberikan nilai tambah
bagi pasien tetapi masih diperlukan oleh Rumah
Sakit/Organisasi. Karena berbagai alasan aktivitas ini tidak
dapat dihilangkan saat ini, tetapi dalam jangka panjang
aktivitas tersebut dapat dikurangi atau diminimalkan.
Contohnya adalah pengawasan terhadap orang yang baru
bekerja di suatu perusahaan tetapi tidak dapat dihindari
karena orang tersebut belum berpengalaman
2. Type Two Waste (Muda 2)
Segala aktivitas yang tidak menciptakan nilai tambah bagi
pasien dan rumah sakit/ Organisasi sehingga dapat segera
dihilangkan. Type two waste disebut juga waste, merupakarn
pemborosan yang sesungguhnya yang harus
diidentifíkasidan dihilangkan dengan segera (Gaspersz,
2007). Contoh: melakukan kesalahan (error) atar
menghasilkan produk yang cacat (defect) sehingga harus
dapat dihilangkan dengan segera.
Taiici Ohno mengidentifikasi tujuh tipe waste, kemudian Liker
(2015) menambahkan satu sehingga menjadi delapan jenis
waste. Gaspersz membuat sebuah akronim untuk delapan
93
waste dengan sebutan DOWNTIME
D : Defects
O : Overproduction
W : Waiting
N : Non utilizing employees knowledge, skills
and abilities
T : Transportation
I : Inventories
M : Motion
E : Extra processing
94
esensial dalam manajemen lean rumah sakit adalah:
1. Sumber daya (manusia). Sistem Lean manajemen sangat
menjunjung prinsip- prinsip kemanusiaan, termasuk
didalamnya rasa hormat dan penghargaan pada sesama.
Dalam hal ini, pasien adalah penerima semua pelayanan,
partner dalam pelayanan dan alasan dari adanya sebuah
rumah sakit, pekerja baris pertama (front liner) adalah
sumber daya manusia – partner kerja yang sangat
berharga dan merupakan sumber kreativitas tidak
terbatas sementara pemimpin adalah tangan visionari
yang menggerakan organisasi menuju tujuan
2. Proses. Lean menyediakan pendekatan praktikal dan
tepat guna dalam menciptakan proses yang
mengubahkan. Pendekatan praktikal ini tidak semata-
mata praktis namun juga selalu berakar pada metode
yang terukur/ilmiah. Objektifnya adalah mengurangi
pemborosan
95
3. Desain. Proses transformasi bisa didukung dan
dipercepat dengan desain yang efisien, dalam hal ini
yang dimaksud adalah gedung, fasilitas, perlatan dan
teknologi.
Proses penciptaan sistem manajemen lean dalam rumah sakit
bisa diiringi dengan proses penciptaan desain lean rumah
sakit itu sendiri. Keberhasilan Lean management akan sangat
dipengaruhi kepemimpinan dan pengikutsertaan seluruh
elemen pekerja di rumah sakit termasuk didalamnya frontliner,
jajaran direksi, dan sebagainya, dengan tujuan memberikan
semua orang kesempatan untuk mengidentifikasi masalah dan
menemukan solusi bersama-sama (Grunden & Hagood, 2012).
96
E. Journey from EVERYTHING RIBET
to SIMPLE di POLIKLINIK
97
1. Road Map Pelayanan Rumah Sakit
98
Rumah sakit bertujuan untuk tumbuh dan berkembang dalam
mencapai VISI dan MISI yang sudah ditetapkan secara bersama.
Oleh karena itu rumah sakit harus ditopang oleh Pertumbuhan
Pendapatan dan Efisiensi Biaya.
99
2. Road Map Masalah dan Kerangka solusi
100
3. Posisi Layanan Poliklinik
Dari gambar patient journey di atas, dapat kita lihat bahwa
POLIKLINIK merupakan layanan dalam kelompok rawat jalan
Bersama IGD.
101
5. Proses Pembayaran Penyediaan obat
102
melalui kacamata LEAN PROCESS seperti dijelaskan pada
penjelasan di bab sebelumnya.
1. DEFEK
Pembiaran syarat administrasi pasien yang tidak lengkap,
sehingga menyulitkan saat penagihan ke perusahaan/
asuransi.
2. OVER PROCESS
Pasien mengantri berkali kali saat proses pengambilan obat
: antri pemberian resep, antri pembayaran ke kasir yang
jaraknya berjauhan, antri Kembali ke farmasi untuk
menyerahkan bukti bayar dan antri untuk menunggu obat
hal ini terjadi karena jarak farmasi dan kasir berjauhan
3. WAITING TIME
Pasien menunggu lama dokter tanpa kepastian yang jelas
kedatangan dokter yang dinanti.
103
4. NON UTILIZE TALENT
Karyawan baru yang belum di orientasi yang sudah
diterjunkan pada kegiatan registrasi, sehingga
memperlambat kecepatan pelayanan.
5. TRANSPORTATION
Jarak yang jauh antara Gudang farmasi dan counter farmasi
sehingga saat obat habis membutuhkan waktu untuk
mengantarnya yang berdampak kepada pasien menjadi
menunggu lebih lama
6. INVENTORY
Stock berlebihan, berdampak kepada melebihi tanggak
expire
7. MOTION
Meja print dan computer yang berjauhan, sehingga petugas
registrasi harus berdiri dan berjalan untuk mengambil hasil
print out
104
8. EXTRA PROCESS
Fotokopi berkas syarat administrasi yang berlebihan
sehingga memperlambat dalam proses registrasi.
105
1. Pada Proses Pelayanan kedatangan Pasien :
106
2. Pada Proses Pelayanan Registrasi
107
3. Pada Proses Pelayanan Diagnosa dan Konsultansi
108
4. Pada Proses Pelayanan Pembayaran
109
b. Contoh Solusi Andon ( remainding )
Edukasi ke pasien sebelum penyerahan obat
terkait tata cara penggunaan obat
110
b. Menghadirkan ALUR LAYANAN yang Lancar
111
Pemasanganh gate otomatis di pintu masuk hal ini
untuk merecord jumlah pelanggan yang masuk ke
area poliklinik.
112
a. Contoh Solusi Pull system ( sentralisasi)
Sentralisasi pemeriksaan assessment awal oleh
perawat untuk semua dokter, hal ini untuk
mengurangi jumlah perawat yang melakukan
asesement.
113
b. Contoh Solusi one pice flow
Pemeriksaan item pembayaran, penerimaan
uang, penghitungan uang dan pengembalian
uang yang dilakukan oleh petugas kasir
114
ini untuk mengurangi beban penyediaan obat
di saat bersamaan.
115
kerja, harus melibatkan semua staf baik di unit kerjanya
maupun lintas unit.
116
d. Standarisasi Layanan
117
Agar proses partisipasinya berjalan dengan baik, maka
dibutuhkan sebuah KERANGKA dan RENCANA KERJA, dimana
hal ini dapat menjadi guide line kepala unit kerja untuk
mengajak staf unit kerjanya ikut berpartisipasi dalam proses
penyusunan rencana, implementasi, monitoring proses AKSI
PERBAIKAN untuk KEBAIKAN.
118
a. Kerangka dan Rencana Kerja
Implementasi
119
b. Kerangka Kerja
120
3. Preference, hal ini dimaksudkan untuk memberikan
rangsangan kepada Tim aksi perbaikan untuk
menindaklanjuti hasil pembelajaran yang sudah diikuti
dan rencana yang sudah dibuat. Perhatian dari kepala
unit kerja penting dilakukan agar ada motivasi untuk
anggota Tim mewujudkan hal yang sudah
direncanakan.
121
aksi perbaikan yang masing-masing sudah lakukan di
tempatnya.
c. Rencana Kerja
122
Tanpa rencana kerja di atas, Aksi Perbaikan yang dilakukan akan
sulit di monitoring dan di evaluasi perjalanannya, oleh
karenanya tugas Ka. Unit kerja untuk memantau perjalanannya
melalui media Daily meeting atau weekand meeting yang
dilakukan sebelum bekerja atau setelah bekerja.
123
Peran Unit kerja dalam melayani Pelanggan, Ukuran
Kinerja Unit kerja.
3. Success Story Implementasi Aksi Perbaikan di lokasi lain,
bisa di internal maupun eksternal perusahaan.
4. Tahapan Penyusunan Aksi Perbaikan from Everything
ribet to simple
5. Penyusunan Rencana Aksi Perbaikan from Everything
ribet to simple
6. Presentasi dan Diskusi Rencana Aksi perbaikan yang
sudah dibuat.
124
a. Membuat Alur Proses Pelayanan Utama:
Di Poliklinik. Alur Proses Pelayanan terdiri dari :
1. Pelayanan Penerimaan Pasien
2. Pelayanan Registrasi
3. Pelayanan Diagnosa dan Konsultansi
4. Pelayanan Kasir
5. Pelayanan penyediaan obat
6. Pelayanan Kepulangan pasien.
b. Menetapkan Permasalahan,
Setelah menentukan Alur Pelayanan pada poin A, langkah
selanjutnya adalah menetapkan masalah yang terjadi.
Setiap peserta diskusi diminta untuk berkontribusi
memberikan masukan dengan masalah yang terjadi. Ada
baiknya di siapkan post it dan dibagikan ke setiap orang
dalam kelompok.
Dalam TOP MIND setiap orang , akan cepat mengingat tiga
hal, oleh karenanya disiapkan dan diberikan kepada tiap
orang masing-masing 3 post it, dimana setiap post it untuk
menuliskan satu masalah.
Diberikan waktu 5 menit untuk menulisnya. Jika di
kelompok tersebut ada 10 orang, maka dalam waktu 5
menit akan terkumpul 30 masalah. ( luar biasa bukan).
125
c. Menggruping Masalah ke dalam katagori DOWN TIME, (
seperti yang dijelaskan pada Bab Sebelumnya tentang
Waste), yaitu :
• Defek
• Over process
• Waiting Time
• Non utilize talent
• Transportation
• Inventory
• Motion
• Extra Process
126
3. Masalah pada Pelayanan Diagnosa dan Konsultansi
4. Masalah pada Pelayanan Kasir
5. Masalah pada Pelayanan penyediaan obat
6. Masalah pada Pelayanan Kepulangan pasien.
f. Diskusi Usulan Solusi dan rencana Kegiatan yang akan
dilakukan
Pada tahap ini semua anggota tim diminta berkontribusi
Kembali dalam usulan solusi dari masalah yang terjadi di
tiap alur pelayanan diatas. Bagikan Kembali Post it
kepada seluruh anggota Tim sebanyak 3 lembar. Berikan
kebebasan kepada tiap orang untuk memberikan solusi
terbaik yang dimiliki.
127
Sebagaimana di ketahui, Masalah di unit kerja tidak berdiri
sendiri, ada keterlibatan dari unit lain.
f. Implementasi
128
g. Monitoring dan Evaluasi
129
• Poster, untuk di tempel di madding unit, sebagai
bentuk apresiasi kepada tim yang sudah bekerja
keras di dalam melakukan aksi perbaikan.
i. Apresiasi
130