Anda di halaman 1dari 17

N

PEDOMAN
PELAYANAN
KIA DAN KB
UPTD PUSKESMAS
MAWASANGKA TIMUR
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berkat dan
rahmat-Nya sehinggan UPTD Puskesmas Mawasangka Timur pada tahun 2023 ini mendapat
kesempatan untuk melaksanakan akreditasi.
Akreditasi bagi UPTD Puskesmas Mawasangka Timur sangatlah penting untuk
meningkatkan mutu pelayanan dan kepuasan bagi pasien serta masyarakat. Untuk menunjang
pelaksanaan akreditasi di UPTD Puskesmas Mawasangka Timur, maka diperlukan pedoman
pelayanan KIA dan KB di UPTD Puskesmas Mawasangka Timur.
Harapan kami agar pedoman pelayanan ini dapat memberi manfaat bagi UPTD
Puskesmas Mawasangka Timur, sehingga akreditasi di UPTD Puskesmas Mawasangka Timur
berjalan lancer dan menjadi Puskesmas yang lebih baik.

Kepala UPTD Puskesmas Mawasangka Timur

Min Sari Kasa, A.Md.Kep


NIP. 19820307 200604 2 015
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................................... 1
B. Tujuan .................................................................................................................. 3
C. Sasaran ................................................................................................................. 3
D. Ruang Lingkup Pelayanan ................................................................................... 3
E. Batasan Operasional ............................................................................................ 3
F. Landasan Hukum ................................................................................................. 4

BAB II STANDAR KETENAGAAN


A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia ...................................................................... 5
B. Distribusi Ketenagaan.......................................................................................... 5
C. Jadwal Kegiatan ................................................................................................... 5

BAB III STANDAR FASILITAS


A. Denah Ruang ....................................................................................................... 6
B. Standar Fasilitas................................................................................................... 6

BAB IV TATALAKSANA PELAYANAN


A. Ruang Lingkup ................................................................................................... 7
B. Metode ............................................................................................................... 7
C. Langkah Kegiatan .............................................................................................. 8

BAB V LOGISTIK .................................................................................................. 10


BAB VI KESELAMATAN SASARAN ................................................................. 11
BAB VII KESELAMATAN KERJA ..................................................................... 12
BAB VIII PENGENDALIAN MUTU .................................................................... 13
BAB IX PENUTUP.................................................................................................. 14
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan reproduksi adalah keadaan yang menunjukkan kondisi

kesehatan fisik, mental, dan sosial seseorang dihubungkan dengan sistem,

fungsi dan proses reproduksinya, termasuk tidak adanya penyakit dan

kelainan yang mempengaruhi kesehatan reproduksi tersebut. Dalam lingkup

kesehatan reproduksi, kesehatan ibu selama kehamilan, persalinan, dan nifas

menjadi masalah utama kesehatan reproduksi perempuan. Setiap orang

berhak untuk menentukan kehidupan reproduksinya dan bebas dari

diskriminasi, paksaaan, dan/atau kekerasan yang menghormati nilai-nilai

luhur yang tidak merendahkan martabat sesuai dengan norma agama. Hak

reproduksi perorangan sebagai bagian dari pengakuan akan hak-hak asasi

manusia yang diakui secara internasional dapat diartikan bahwa setiap orang

baik laki-laki maupun perempuan, tanpa memandang perbedaan kelas

sosial, suku, umur, agama, mempunyai hak yang sama untuk memutuskan

secara bebas dan bertanggung jawab kepada diri, keluarga dan masyarakat

mengenai jumlah anak, jarak antar anak, serta menentukan waktu kelahiran

anak dan dimana akan melahirkan.

Survei Pendududk Antar Sensus (SUPAS) 2015 menunjukkan

masih tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) yaitu 305 per 100.000

kelahiran hidup dan berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan

Indonesia (SDKI) 2017 Angka Kematian Bayi (AKB) 24 per 1.000

kelahiran hidup. Sementara itu, data SDKI 2017 menunjukkan angka

kelahiran pada perempuan usia 15-19 tahun ( Age Specific Fertility Rate/

ASFR) sebesar 36 per 1000. Hasil kajian lanjut sensus penduduk 2010

menunjukkan bahwa 6,9% kematian ibu terjadi pada perempuan usia

kurang dari 20 tahun dan 92% meninggal saaat hamil atau melahirkan
anak pertama.

Hasil Sistem Registrasi Sampel (SRS, Balitbangkes) tahun 2016

menunjukkan data penyebab kematian ibu adalah hipertensi (33,7%),

perdarahan (27,03%), komplikasi non obstetrik (15,7%), komplikasi

obstetrik lainnya (12,04%), infeksi (4%) dan lain-lain (4,5%). Penyebab

kematian bayi baru lahir adalah komplikasi kejadian intrapartum (28,3%),

gangguan respiratori dan kardiovaskuler (21,3%), BBLR dan premature

(19%), infeksi(7,3%), tetanus neonatorum (1,2%), lain-lain (8,2%).

Dalam upaya peningkatan kesehatan masa sebelum hamil,

persiapan kondisi fisik, mental, dan sosial harus disiapkan sejak dini, yaitu

dimulai dari masa remaja. Selain remaja, upaya peningkatan kesehatan

masa sebelum hamil juga diberikan kepada pasangan calon pengantin dan

pasangan Usia Subur (PUS). Pelayanan bertujuan agar ketiga kelompok

sasaran tersebut menjalankan perilaku hidup sehat, melakukan deteksi dini

penyakit maupun faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan

reproduksinya, dan mendapatkan interfensi sedini mungkin jika ditemukan

faktor risiko. Diharapkan setiap pasangan dapat mempersiapkan kesehatan

yang optimal dalam rangka mewujudkan sumber daya manusia dan

generasi yang sehat dan berkualitas .

Sementara itu, pelayanan kesehatan masa hamil ditujukan kepada

semua ibu hamil. Pelayanan kesehatan ini harus di laksanakan secara

komprehensif, terpadu,dan berkualitas sehimgga dapat mendeteksi

masalah atau penyakit dan dapat ditangani secara dini.setiap ibu hamil

diharapkan dapat menjalankan kehamilannya dengan sehat, bersalin

dengan selamat,serta melahirkan bayi yang sehat.


B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tersedianya pedoman dalam melaksanakan pelayanan KIA-KB di puskesmas
2. Tujuan Khusus
a. Tersedianya pedoman tentang jenis pelayanan KIA-KB,peran dan fungsi
ketenagaan, sarana dan prasarana di puskesmas mawasangka timur.
b. Tersediaanya pedoman untuk melaksanakan pelayanan KIA-KB yang bermutu di
puskesmas mawasangka timur
c. Tersedianya pedoman bagi tenaga KIA-KB puskesmas untuk bekerja secara
profesional memberikan pelayana yang bermutu kepada pasien di puskesmas
mawasangka timur
d. Tersedianya pedoman monitoring dan evaluasi pelayanan KIA-KB di puskesmas
mawasangka timur

C. Sasaran
1. Tenaga KIA-KB puskesmas dan tenaga kesehatan lainnya di puskesmas
2. Pengelola program kesehatan dan lintas sektor terkait

D. Ruang Lingkup Pelayanan


1. Kebijakan KIA-KB di puskesmas baik di dalam gedung dan diluar gedung
2. Pencatatan dan pelaporan
3. Monitoring dan evaluasi

E. Batasan Operasional
Upaya Kesehatan Ibu Anak dan Keluarga Berencana di Puskesmas
Mawasanngka Timur bertujuan memantapkan dan meningkatkan jangkauan serta mutu
pelayanan Kesehatan Ibu Anak dan Keluarga Berencana secara efektif dan efisien.
Pemantapan pelayanan Kesehatan Ibu Anak dan Keluarga Berencana dewasa ini
diutamakan pada kegiatan pokok sebagai berikut :
1. Peningkatan pelayanan antenatal sesuai standar bagi seluruh ibu hamil di semua
fasilitas kesehatan.
2. Peningkatan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan kompeten diarahkan ke
fasilitas kesehatan.
3. Peningkatan pelayanan bagi seluruh ibu nifas sesuai standar di semua fasilitas
kesehatan.
4. Peningkatan pelayanan bagi seluruh neonatus sesuai standar di semua fasilitas
kesehatan.
5. Peningkatan deteksi dini faktor risiko dan komplikasi kebidanan dan neonatus oleh
tenaga kesehatan maupun masyarakat.
6. Peningkatan penanganan komplikasi kebidanan dan neonatus secara adekuat dan
pengamatan secara terus-menerus oleh tenaga kesehatan.
7. Peningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh bayi sesuai standar di semua fasilitas
kesehatan.
8. Peningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh anak balita sesuai standar di semua
fasilitas kesehatan.
9. Peningkatan pelayanan KB sesuai standar.

F. Landasan Hukum
a. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
b. Undang-Undang RI Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan
c. Peraturan Menteri Kesehatan nomor 001 Tahun 2012 tentang Sistem Rujukan
Pelayanan Kesehatan Perseorangan
d. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2019 tentang Pusat kesehatan
Masyarakat
e. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 21 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan
Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan, Dan Masa
Sesudah Melahirkan, Pelayanan Kontrasepsi, Dan Pelayanan Kesehatan Seksual.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

1. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Berikut ini kualifikasi sumber daya manusia dan realisasi tenaga KIA-KB
yang ada di puskesmas mawasangka Timur.

Kegiatan Kualifikasi SDM Realisasi


12 orang bidan
KIA-KB:
Pendidikan minimal DIII puskesmas dan 7 orang
- Dalam Gedung
dan DIV Kebidanan bidan desa
- Luar Gedung

2. Distribusi Ketenagaan
Pengaturan dan penjadwalan penanggung jawab upaya KIA-KB dan
karyawan puskesmas yang terlibat dalam kegiatan upaya dikoordinir oleh
penanggung jawab UKM.
Sumber daya manusia yang wajib berpartisipasi dalam kegiatan KIA-KB
adalah:
a. Dokter
b. Bidan
c. Perawat
d. Nutrisionis
e. Sanitarian
f. Promosi kesehatan
g. P2P

3. Jadwal Kegiatan
a. Pengaturan kegiatan KIA-KB dilakukan bersama oleh para pemegang
program dalam kegiatan lokakarya mini bulanan maupun tiga
bulanan/lintas sektor, dengan persetujuan kepala puskesmas.
b. Jadwal kegiatan KIA-KB dibuat untuk jangka waktu satu tahun, dan di
break down dalam jadwal kegiatan bulanan dan dikoordinasikan pada
awal bulan sebelum pelaksanaan jadwal.
c. Secara keseluruhan jadwal dan perencanaan kegiatan KIA-KB
dikoordinasikan oleh kepala puskesmas mawasangka timur.
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruangan

Tem trolli Temp


pat at
tidur tidur
KB

p
i
n
t Meja petugas
u

B. Standar Fasilitas
Standar fasilitas ruangan dan sarana imunisasidi UPTD Puskesmas Mawasangka Timur
meliputi :

Kegiatan Sarana-prasarana
• Meja, kursi
• Alat tulis
• Alat kesehatan
• Buku register, buku pencatatan kegiatan
• Lembar balik
• X banner
Dalam gedung
• Poster
• Blangko-blangko laporan
• Alat pelindung diri (masker dan
handscoon)
• Lemari
• Komputer set
• Lembar balik, poster, materi-materi
penyuluhan
Luar Gedung • Alat kesehatan
• Meja, kursi, ATK
BAB IV
TATALAKSANA KIA-KB

A. Ruang Lingkup
1. Kegiatan KIA-KB dilakukan di dalam gedung, amtara lain :
a. Pelayanan Ante Natal Care (ANC)
b. Pelayanan Intra Natal Care (INC)
c. Pelayanan ibu nifas
d. Pelayanan KB
e. Pelayanan kesehatan neonatus

2. Kegiatan yang dilakukan diluar gedung meliputi jadwal, pelaksanaan dan hasil
pelaksanaan kegiatan-kegiatan antara lain :
a. Pelaksanaan P4K
b. Pelaksanaan kelas ibu hamil
c. Pelaksanaan kelas balita
d. Kemitraan dengan dukun untuk melakukan persalinan di puskesmas

B. Strategi / Metode
Merupakan cara yang dilakuakan untuk mencapai tujuan kegiatan upaya KIA-KB. Ada
tiga strategi yaitu :
1. Strategi advokasi
Merupakan kegiatan untuk menyakinkan orang lain agar membantu atau
mendukung pelaksanaan program. Advokasi adalah pendekatan kepada pengambilan
keputusan dari berbagai tingkat dan sektor terkait dengan kesehatan. Tujuan kegiatan
ini adalah untuk menyakinkan para pejabat pembuat keputusan atau penentu kebijakan
bahwa program kesehatan yang akan dilaksanakan tersebut sangat penting oleh sebab
itu perlu dukungan kebijakan atau keputusan dari pejabat tersebut. Dukungan dari
pejabat pembuat keputusan dapat berupa kebijakan yang dikeluarkan dalam bentuk
undang-undang, peraturan pemerinta, surat keputusan, surat instruksi, dana atau
fasilitas lain.
2. Strategi kemitraan
Tujuan dari kegiatan yang akan dilaksanakan dapat tercapai apabila ada dukungan
dari berbagai elemen yang ada di masyarakat. Dukungan dari masyarakat dapat
berasal dari unusr informal (tokoh agama dan tokoh adat) yang mempunyai pengaruh
dimasyarakat. Tujuannya adalah agar para tokoh masyarakat menjadi jembatan antara
sektor kesehatan sebagai pelaksana program dengan masyarakat sebagai upaya
membina suasana yang kondusif terhadap kesehatan. Bentuk kegiatan berupa
lokakarya.
3. Strategi pemberdayaan masyarakat
Adalah srategi yang ditujukan kepada masyarakat secara langsung. Tujuan utama
pemberdayaan adalah mewujudkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatan mereka sendiri. Bentuk kegiatan pemberdayaan ini dapat
diwujudkan dengan berbagai kegiatan antara lain penyuluhan kesehatan

C. Langkah Kegiatan
Untuk terselenggaranya program KIA-KB di Puskesmas Mawasangka Timur, perlu di
tunjang dengan managemen yang baik . managemen KIA-KB di puskesmas adalah
rangkaian kegiatan yang bekerja secara sistematis untuk menghasilkan puskesmas yang
efektif dan efesiensi di bidang KIA-KB.
Managemen KIA-KB di puskesmas dilakukan dengan cara :
1. Perencanaan (Plan)
2. Pelaksanaan (DO)
3. Pengawasan ( Cek)
4. Tindak lanjut dari pengawasan ( Action)
Semua fungsi managemen tersebut harus dilakuakan secara terkait dan
berkesinambungan.
1. Perencanaan
Penanggung jawab KIA merencanakan kegiatan kesehatan ibu dan anak pada RKA
(yang bersumber dana APBD) dan atau melalui POA BOK (plan of action Bantuan
Operasional Kesehatan) pada kegiatan yang bersumber dana APBN.
2. Pelaksanaan
Pada kegiatan ini petugas melakukan:

a. Membuat jadwal kegiatan


b. Mengkoordinasikan dengan bendahara pengeluaran atau bendahara BOK
c. Mengkoordinasikan dengan lintas program tentang kegiatan yang akan
dilaksanakan
d. Melaksanakan kegiatan
3. Monitoring evaluasi
a. petugas mencatat hasil kegiatan dan melaporkan hasil kegiatan
b. petugas membuat notulen pada kegiatan yang berupa pertemuan
c. petugas mengevaluasi kegiatan
4. Rencana tindak lanjut
Dari hasil pelaksanaan kegiatan dievaluasi tentang permasalahan, hambatan dan
saran-saran yang ditemukan. Kemudaian dianalisis dan dicari pemecahnya untuk
peningkatan mutu pelayanan KIA-KB, untuk kemudian diterapkan pada kegiatan yang
sama di tempat lain.
Pelaksanaan dan hasil kegiatan yang dicapai dibandingkan dengan rencana
tahunan atau target dan standart pelayanan yang sudah dibuat. Kemudaian penanggung
jawab KIA-KB melaporkan pelaksanaan kegiatan dan berbagai sumber daya kemudian
disampaikan kepada kepala puskesmas.
BAB V
LOGISTIK

Perencanaan logistik adalah merencanakan kebutuhan logistik yang pelasksanaannya


dilakukan oleh semua petugas penanggung jawab program kemudian diajukan sesuai dengan
alur yang berlaku di masing-masing organisasi.
Kebutuhan dana dan logistik untuk pelaksanaan kegiatan KIA-KB direncanakan dalam
pertemuan lokakarya mini lintas program dan lintas sektor sesuai tahapan kegiatan dan
metode pemberdayaan yang akan dilaksanakan
Prosedur pengadaan barang dilakukan oleh koordinator KIA-KB berkoordinasi dengan
petugas pengelola barang dan dibahas dalam pertemuan mini lokakarya puskesmas unutk
mendapatkan persetujuan kepala puskesmas. Sedangkan dana yang dibutuhkan untuk
pelaksanaan kegiatan direncanakan oleh koordinator KIA-KB berkoordinasi dengan
bendahara puskesmas dan dibahas dalam kegiatan mini lokakarya puskesmas untuk
selanjutnya dibuat perencanaan kegiatan (POA - Plan Of Action)
BAB VI

KESELAMATAN PASIEN

Setiap kegiatan yang dilakukan pasti akan menimbulkan resiko atau dampak, baik
resiko yang terjadi pada masyarakat sebagai sasaran kegiatan maupun resiko yang terjadi pada
tugas sebagai pelaksana kegiatan. Keselamatan pada sasaran harus diperhatikan karena
masyarakat tidak hanya menjadi sasaran satu kegiatan saja melainkan menjadi sasaran banyak
program kesehatan lainnya. Tahapan-tahapan dalam mengelola keselamatan sasaran antara
lain:
1. Identifikasi resiko
Penanggungjawab program sebelum melaksanakan kegiatan harus mengidentifikasi resiko
terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada saat pelaksanaan kegiatan.
Identifikasi resiko atau dampak dari pelaksanaan kegiatan dimulai sejak membuat
perencanaa. Hal ini dilakukan untuk meminimalisasi dampak yang ditimbulkan dari
pelaksanaan kegiatan. Upaya pencegahan ririko terhadap sasaran harus dilakukan untuk
tiap-tiap kegiatan yang akan dilaksanakan.
2. Analisis Resiko
Tahap selanjutnya adalah petugas melakukan analisis terhadap resiko atau dampak dari
pelaksanaan kegiatan yang sudah diidentifikasi. Hal ini perlu dilakukan untuk menentukan
langkah-langkah yang akan diambil dalam menangani resiko yang terjadi.
3. Rencana Pencegahan Resiko dan Meminimalisasi Resiko
Setelah dilakukan identifikasi dan analisis resiko, tahap selanjutnya adalah menentukan
rencana yang akan dilakukan untuk mencegah terjadinya resiko atau dampak yang
mungkin terjadi. Hal ini perlu dilakukan untuk mencegah atau meminimalkan resiko yang
mungkin terjadi.
4. Rencana Upaya Pencegahan
Tahap selanjutnya adalah membuat rencana tindakan yang akan dilakukan untuk
mengatasi resiko atau dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan yang dilakukan. Hal ini
perlu dilakukan untuk menentukan langkah yang tepat dalam mengatasi resiko resiko atau
dampak yang terjadi.
5. Monitoring dan Evaluasi
Monitoring adalah penilaian yang dilakukan selama pelaksanaan kegiatan sedang berjalan.
Hal ini perlu dilakukan untuk mengetahui apakah kegiatan sudah berjalan sesuai dengan
perencanaan. Sehingga dengan segera dapat direncanakan tindak lanjutnya. Tahap yang
terakhir adalah melakukan evaluasi kegiatan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah
tujuan sudah tercapai
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Keselamatan kerja atau occupational Safety, dalam istilah sehari-hari sering disebut
Safety saja, secara filosofi diartikan sebagai suatu suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin
keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah petugas dan hasil kegiatannya.
Dari segi keilmuan diartikan sebagai suatu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha
mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat pekerjaan atau kegiatan
yang dilakukan.
Keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha untuk menciptakan suasana kerja yang
aman, kondisi keselamatan yang bebas dari resiko kecelakaan dan kerusakan serta penurunan
kesehatan akibat dampak dari pekerjaan yang dilakukan, bagi petugas pelaksana dan petugas
terkait. Keselamatan kerja disini lebih terkait pada perlindungan fisik petugas terhadap resiko
pekerjaan
Seiring dengan kemajuan ilmu dan teknologi, khususnya sarana dan prasarana
kesehatan, maka resiko yang dihadapi petugas kesehatan semakin meningkat. Petugas
kesehatan merupakan orang pertama yang pertama yang terpapar terhadap masalah
kesehatan, untuk itu semua petugas kesehatan harus mendapat pelatihan tentang kebersihan,
epidemiologi dan desinfeksi. Sebelum bekerja dilakukan pemeriksaan kesehatan untuk
memastikan kondisi tubuh yang sehat. Menggunakan desinfektan yang sesuai dan dengan cara
yang benar, mengelola limbah infeksius dengan benar dan harus menggunakan alat pelindung
diri yang benar.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu adalah kegiatan yang bersifatrutin yang dirancang untuk mengukur
dan menilai mutu palayanan. Pengedalian mutu sangat berhubungan dengan aktifitas
pengawasan mutu, sedangkan pengawasan mutu merupakan upaya untuk menjaga agar
kegiatan yang dilakukan dapat berjalan sesuai rencana dan menghasilkan keluaran yang sesuai
dengan standar yang tekah ditetapkan.
Kinerja pelaksanaan dimonitor dan dievaluasi dengan menggunakan indikator sebagai
berikut :
1. Ketetapan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan jadwal
2. Kesesuaian petugas yang melaksanakan kegiatan
3. Ketepatan metode yang digunakan
4. Tercapainya indikator
Hasil pelaksanaan kegiatan monitoring dan evaluasi serta permasalahan yang ditemukan
dibahas pada tiap pertemuan lokakarya mini tiap bulan.
BAB IX
PENUTUP

Buku pedoman KIA-KB Puskesmas Mawasangka Timur merupakan sarana penunjang


yang sangat dibutuhkan sebagai panduan oleh petugas kesehatan khususnya tenaga pelayanan
KIA-KB Puskesmas Mawasangka Timur dalam melaksanakan penyelenggaraan kegiatan
KIA-KB di Puskesmas Mawasangka Timur, agar dapat melaksanakan pelayanan KIA-KB
dengan baik, benar, terukur dan teratur sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat diwilayah kecamatan Mawasangaka Timur.
Diharapkan para petugas kesehatan mampu merencanakan, melaksanakan dan
mengevaluasi upaya KIA-KB di puskesmas secara terpadu bersama dengan lintas upaya dan
lintas sektor terkait peran serta aktif masyarakat.
Pedoman ini jauh dari sempurna oleh karena itu diharapkan tenaga kesehatan lain dapat
membaca dan mempelajari buku-buku atau pedoman KIA-KB yang di perlukan sebagai
pelengkap pengetahuan.
Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dengan harapan derajat
kesehatan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Mawasangka Timur semakin meningkat.

Anda mungkin juga menyukai