Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-Nya sehingga
penyusun dapat menyelesaikan Buku Pedoman Pelayanan Antenatal (ANC) Terpadu. Buku
ini disusun sebagai salah satu upaya untuk memberikan acuan bagi tenaga kesehatan di
Puskesmas Kedungjajang dalam melaksanakan pelayanan. Buku pedoman ini dibuat
berdasarkan pedoman – pedoman eksternal yang dimiliki oleh Puskesmas Kedungjajang.
Dalam hal ini, penyusun banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, karena itu
pada kesempatan kali ini penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang terlibat dalam proses penyusunan Buku Pedoman Pelayanan Antenatal (ANC) Terpadu.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan pahala atas segala amal baik, dan
semoga Buku Pedoman Pelayanan Antenatal (ANC) Terpadu ini berguna bagi semua pihak
yang memanfaatkan.
WIWIK SUNDARI
NIP. 19750309 200501 2 011
PUSKESMAS KEDUNGJAJANG i
DAFTAR ISI
Halaman Sampul.............................................................................................................
Kata Pengantar................................................................................................................ i
Daftar Isi......................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN________________________________________________ 1
A. Latar Belakang.................................................................................................... 1
B. Tujuan................................................................................................................. 3
C. Sasaran................................................................................................................ 4
D. Ruang Lingkup Pedoman.................................................................................... 4
BAB II STANDAR KETENAGAAN______________________________________ 6
A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia..................................................................... 6
B. Distribusi Ketenagaan......................................................................................... 6
C. Jadwal Kegiatan.................................................................................................. 6
BAB III PELAYANAN ANTENATAL TERPADU__________________________ 7
A. Persiapan Kegiatan.............................................................................................. 7
B. Jenis Pelayanan................................................................................................... 8
BAB IV PENYELENGGARAAN PELAYANAN ANTENATAL______________ 14
A. Input.................................................................................................................... 14
B. Proses.................................................................................................................. 14
C. Output................................................................................................................. 15
BAB V LOGISTIK____________________________________________________ 16
BAB VI KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN/ PROGRAM_____________ 18
BAB VII KESELAMATAN KERJA______________________________________ 20
BAB VIII PENCATATAN DAN PELAPORAN____________________________ 22
A. Pencatatan........................................................................................................... 22
B. Pelaporan............................................................................................................. 22
BAB IX PENGENDALIAN MUTU_______________________________________ 24
BAB X PENUTUP_____________________________________________________ 25
PUSKESMAS KEDUNGJAJANG ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara nasional, akses masyarakat kita terhadap pelayanan kesehatan ibu cenderung
semakin membaik. Dimana tren angka kematian ibu AKI di indonesia saat ini telah
berhasil diturunkan dari 390/100.000 kelahiran hidup (data SDKI tahun 1990) menjadi
359 / 100.000 kelahiran hidup (data SDKI tahun 2012). Namun demikian , jika pada
tahun 2015 sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup, sehingga indonesia masih
memerlukan upaya dan kerja keras untuk mencapainya.
Faktor yang berkomunikasi terhadap kematian ibu, secara garis besar dapat
dikelompokkan menjadi penyebab langsung dan penyebab tidak langsung. Penyebab
langsung kematian ibu adalah faktor yang berhubungan dengan komplikasi kehamilan,
infeksi, persalinan dan nifas seperti perdarahan ,preeklamsia/eklamsia, infeksi, persalinan
macet dan abortus. Penyebaba tidak langsung kematian ibu adalah faktor – faktor yang
memperberat keadaan ibu hamil seperti EMPAT TERLALU (terlalu muda, terlalu tua,
terlalu sering melahirkan dan terlalu dekat jarak kelahiran ) menurut data SDKI 2002
sebanyak 22,5%, maupun yang mempersulit proses penanganan kedaruratan kehamilan,
persalinan dan nifas seperti TIGA TERLAMBAT (terlambat mengenali tanda bahaya dan
mengambil keputusan, terlambat mencapai fasilitas kesehatan dan terlambat dalam
penanganan kegawatdaruratan). Faktor lain yang mempengaruh adalah ibu hamil yang
menderita penyakit menular seperti malaria, HIV/AIDS, TB, sifilis, penyakit tidak
menular seperti HT, DM, jantung gangguan jiwa, maupun yang mengalami kekurangan
gizi.
Selain itu masih terdapat masalah dalam penggunaan kontrasepsi. Menurut data
SDKI tahun 2012, angka unmet-need 8,5%. Kondisi ini merupakan salah satu faktor
penyebab terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan dan aborsi yang tidak aman, yang
pada akhirnya dapat menyebabkan kesakitan dan kematian ibu.
Malaria pada kehamilan seringkali menimbulkan komplikasi yang berbahaya bagi
ibu, janin dan bayinya. Berdasarkan data Riskesdas tahun 2013, bahwa proporsi ibu hamil
malaria dengan pemeriksaan RDT sebesar 1,9%, dimana 1,3% disebabkan oleh parasit
Plasmodium Falcifarum, 0,4% Plasmodium vivax, dan 0,2% mix (campuran plasmodium
falcifarium dan plasmodium vivax). Dimana hal ini dapat berpotensi menyumbang
kematian ibu di indonesia. Untuk mengatasi hal tersebut, kegiatan yang telah dilakukan
meliputi pemberian kelambu berrinsentisida, skining malaria dengan menggunakan
PUSKESMAS KEDUNGJAJANG 1
RDT / mikroskop dan pengobatan sedini mungkin bagi ibu hamil yang positif malaria
dengan menggunakan Kina/ACT. Berdasarkan data Diktorat P2PL tahun 2013, 26
propinsi endemis malaria sedang dan tinggi (kecuali propinsi DKI jakarta, banten, jawa
barat, jawa timur, dan bali) bahwa ibu hamil yang diberikan kelambu berintesida sebesar
81% ( 391.640 ibu hamil ), ibu hamil yang dilakukan skrining (RDT/mikroskopis)
sebanyak 337. 796 ibu hamil (74,64% dari sasaran ibu hamil yang berada di daerah
endermis malaria sedang dan tinggi ), ibu hamil yang positif malaria sebanyak 940 ibu
hamil dan yang diobati sebesar 744 ibu hamil. Hal ini menunjukkan masih ada missed
opportunity ibu hamil di daerah endermis malaria sedang dan tinggi yang belum
mendapatkan pelayanan antenatal terpadu dengan malaria secara optimal.
Masalah lain adalah HIV pad aibu hamil, selain mengancam keselamatan ibu juga
dapat menular kepada bayinya (mother –to-child transmission). Menurut data kementrian
kesehatan tahun 2013, dari 100.296 ibu hamil yang menjalani tes HIV, sebanyak 3.135
(3,1%) ibu hamil dinyatakan positif HIV. Sifilis merupakan salah satu infeksi menular
seksual yang juga perlu mendapatkan perhatian. Ibu hamil yang menderita sifilis
berpotensi untuk melahirkan bayinya dengan sifilis kongenital. Data Kementrian
Kesehatan, dari bulan januari – juni 2013, sebanyak 10.353 ibu hamil yang tes sifilis,
sebanyak 264 (2,5%) ibu hamil dinyatakan positif sifilis. Penyakit menular lain yang
masih merupakan masalah utama kesehatan masyarakat adalah TB. Pada ibu hamil TB
dapat memperburuk kesehatan dan status gizi ibu, serta mempengaruhi tumbuh kembang
janin dan resiko tertular pada bayinya. Penyakit kronis seperti HT, DM, jantung, asma
berat, dan gangguan jiwa sangat mempengaruhi kondisi kesehatan ibu, janin dan BBL.
Penanganan penyakit kronis pada ibu hamil masih blm seperti yang diharapkan dan
datanya juga belum terekam dengan baik.
Kekurangan gizi pada ibu hamil juga masih merupakan masalah kesehatan
masyarakat yang perlu mendapat perhatian khusus. Kurang asupan zat besi pada
perempuan khususnya ibu hamil dapat menyebabkan anemia yang akan menambah resiko
perdarahan dan melahirkan bayi dengan BBLR, prevalensi anemia pada ibu hamil sekitar
37,1% Riskesdas 2013. Di samping kekurangan asupan zat besi, anemia juga dapat di
sebabkan karena kecacingan dan malaria. Masalah gizi yang lain adalah kurang energi
kronik (KEK) dan konsumsi garam beryodium yang masih rendah. Berdasarkan data
Riskesdas tahun 2013 bahwa prevalensi resiko ibu hamil KEK sebesar 24,2%.
Selain penanganan masalah kehamilan dan komplikasi yang menyertainya, perlu
diupayakan peningkatan kualitas bayi yang akan dilahirkan, melalui kegiatan brain
booster meliputi stimulasi otak janin dan asupan gizi seimbang pada ibu hamil. Masalah
PUSKESMAS KEDUNGJAJANG 2
kekerasan terhadap perempuan (KtP) merupakan masalah global yang terkait dengan
kesehatan dan hak asasi manusia. Ibu hamil yang mendapatkan kekerasan secara fisik dan
psikis baik dari suami maupun orang – orang terdekatnya dapat mempengaruhi kehamilan
perkembangan janin.
Indikator yang digunakan untuk menggambarkan akses ibu hamil terhadap pelayanan
antenatal adalah cakupan K1 kontak pertama dan K4 kontak 4 kali dengan tenaga
kesehatan yang mempunyai kompetensi sesuai standar. Berdasarkan data Riskesdas
bahwa cakupan ibu hamil yang memperoleh pelayanan antenatal terpadu telah meningkat
dari 92,7% pada tahun 2010 menjadi 95,2% pada tahun 2013. Cakupan persalinan yang
ditolong oleh tenaga kesehatan juga meningkat dari 79.0% pada tahun 2010 menjadi
86,9% pada tahun 2013. Walaupun demikian, masih terdapat disparitas antar propinsi dan
antar kabupaten/ kota yang variasinya cukup besar. Selain adanya kesenjangan, juga
ditemukan ibu hamil yang tidak menerima pelayanan dimana seharunya diberikan pada
saat kontak dengan tenaga kesehatan (missed opportunity).
Untuk mengatasi permasalahan tersebut di atas, maka pelayanan antenatal di fasilitas
kesehatan pemerintah maupun swasta dan praktik perorangan / kelompok perlu
dilaksanakan secara komprehensif dan terpadu, mencakup pelayanan KIA, Gizi,
pengendalian penyakit menular ( imunisasi, HIV/AIDS, TB, malaria, penyakit menular
seksual), penanganan penyakit tidak menular serta beberapa program lokal dan spesifik
lainnya sesuai dengan kebutuhan program.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memenuhi hak setiap ibu hamil memperoleh pelayanan antenatal yang berkualitas
sehingga mampu menjalani kehamilan dengan sehat, bersalin dengan selamat dan
melahirkan bayi dengan sehat dan berkualitas.
2. Tujuan khusus
a. Menyediakan pelayanan antenatal terpadu, komprehensif dan berkualitas
termasuk konseling kesehatan dan gizi ibu hamil, konseling KB dan pemberian
ASI.
b. Menghilang “missed opportunity“ pada ibu hamil dalam mendapatkan pelayanan
antenatal, komprehensif, dan berkualitas.
c. Mendeteksi secara dini kelainan/penyakit/gangguan pada ibu hamil sedini
mungkin.
PUSKESMAS KEDUNGJAJANG 3
d. Melakukan intervensi terhadap kelainan/penyakit/gangguan pada ibu hamil
sedini mungkin.
e. Melakukan rujukan kasus ke fasilitas pelayanan kesehatan sesuai dengan sistem
rujukan yang ada.
C. Sasaran
1. Sasaran pelayanan :
Semua ibu hamil ditargetkan menjadi sasaran pelayanan antenatal terpadu.
2. Penguguna buku pedoman
a. Tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan ibu, bayi baru lahir
dan keluarga berencana
b. Fasilitas kesehatan pemerintah dan swasta yang menyediakan pelayanan
antenatal
c. Lintas program terkait di tingkat pusat, propinsi dan kabupaten / kota
d. Intitusi pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan (perguruan tinggi,
Poltekkes, STIkes, RS, Bapelkes, Pusat Pelatihan, dan Lainnya).
e. Organisasi profensi terkait.
D. Indikator
1. Kunjungan pertama (K1)
K 1 adalah kontak pertama ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang mempunyai
kompetensi, untuk mendapatkan pelayanan terpadu dan komprehensif sesuai standar.
Kontak pertama harus dilakukan sedini mungkin pada trimester pertama, sebaiknya
sebelum minggu ke 8.
2. Kunjungan ke – 4 (K4)
K4 adalah ibu hamil yang telah mendapatkan pelayanan antenatal oleh tenaga
kesehatan yang mempunyai kompetensi sesuai standar, minimal 4 kali selama
kehamilannya dengan distribusi waktu: 1 kali pada trimester ke-1 (0-12 minggu), 1
kali pada trimester ke-2 (> 24 minggu sampai dengan kelahiran).
Kunjungan antenatal bisa lebih dari 4 kali sesuai kebutuhan dan jika ada keluhan,
penyakit atau gangguan kehamilan.
PUSKESMAS KEDUNGJAJANG 4
3. Penanganan komplikasi (PK)
PK adalah penanganan komplikasi kebidanan, penyakit menular maupun tidak
menular serta masalah gizi yang terjadi pada waktu hamil, bersalin dan nifas.
Pelayanan diberikan oleh tenaga kesehatan yang mempuyai kompetensi.
Komplikasi kebidanan, penyakit,dan masalah gizi yang sering terjadi adalah
perdarahan, preeklamsia, persalinan macet, infeksi, abortus, malaria, HIV/AIDS,
sifilis, TB, Hipertensi, DM, anemia gizi besi dan kurang Energi Kronis (KEK).
PUSKESMAS KEDUNGJAJANG 5
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
B. Distribusi Ketenagaan
Pola pengaturan ketenagaan pelayanan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal di
Puskesmas Kedungjajang yaitu
1. Bidan Koordinator
2. Penanggung jawab UKM KIA-KB
3. Bidan Sukwan
4. Bidan Magang
C. Jadwal Kegiatan
Pelaksanaan Pelayanan Ntenatal (ANC) Terpadu di Puskesmas Kedungjajang
dilaksanakan setiap hari Rabu dari pukul 07.30 – 14.00 WIB.
PUSKESMAS KEDUNGJAJANG 6
BAB III
PELAYANAN ANTENATAL TERPADU
A. Konsep Pelayanan
Pelayanan kesehatan ibu meliputi pelayanan kehamilan, persalinan, nifas dan bayi
baru lahir. Dengan kualitas pelayanan kesehatan ibu, jani, ibu bersalin, ibu nifas dan
bayi baru lahir. Dalam pelayanan ini, tenaga kesehatan dapat memastikan kehamilan
normal,mendeteksi, interview secara adekuat sehingga ibu hamil siap untuk persalinan
normal.
Pelayanan dilakukan secara rutin, sesuai standar dan terpadu untuk pelayanan yang
berkualitas.
Pelayanan ANC terpadu yang komprehensif dan berkualitas melalui:
1. Pemberian pelayanan dan konseling kesehatan
2. Deteksi dini masalah
3. Penyiapan persalinan
4. Perencanaan antisipasi dan persiapan dini
5. Penatalaksanaan kasus
6. Melibatkan pasien dan keluarga dalam kesehatan kehamilan dan persalinan
RUJUKAN PENANGANAN
IBU HAMIL DENGAN
GIZI DAN TIDAK
MASALAH GIZI
LANJUTNYA
IBU HAMIL
BERESIKO PERENCANAAN
PERSALINAN AMAN DI
FASILITAS KESEHATAN
IBU HAMIL DENGAN
KOMPLIKASI
KEBIDANAN
PUSKESMAS KEDUNGJAJANG 7
Pemeriksaan ANC terpadu sesuai standar terdiri dari :BB dan TB
1. Tekanan darah
2. Lingkar lengan atas
3. Tinggi fundus uteri
4. Denyut jantung janin
5. Skrining dan pemberian TT
6. Pemberian tablet FE
7. Pemeriksaan laboraturium
8. Tatalaksana dan penganan kasus
9. Temu wicara (konseling )
B. Jenis Pelayanan
1. Anamnesa
2. Pemeriksaan
Meliputi umum ( fisik ) dan psikologis ( kejiwaan )
1 Keadaan umum √ √ √
2 Suhu tubuh √ √ √
3 Tekanan darah √ √ √
4 Berat badan √ √ √
5 Lila √
6 Tfu √ √
7 Presentasi janin √ √
8 DJJ √ √
9 Pemeriksaan lab √ * √
10 Golongan darah √
11 Protein urine * *
PUSKESMAS KEDUNGJAJANG 8
NO JENIS PEMERIKSAAN TM I TM II TM III
13 Darah malaria √* * *
14 BTA * * *
15 IMS / Sifilis * * *
17 USG * * *
Ket : √ : Rutin : dilakukan pemeriksaan rutin
*: khusus : dilakukan pemeriksaan atas indikasi
√ * : pada daerah endemis akan menjadi pemeriksaan rutin
√** : pada daerah epidemi meluas dan terkonsentrasi atau ibu hamil dengan
IMS dan TB menjadi pemeriksaan rutin
3. Penanganan dan tindak lanjut kasus
Dari hasil anamnesa , pemeriksaan fisik dan pemperiksaan penunjang. Didapat
diagnosa kerja / banding agar dapat mengenali keadaan normal dan abnormal pada
ibu hamil.
PUSKESMAS KEDUNGJAJANG 9
No Hasil pemeriksaan Penanganan dan tindak lanjut kasus
PUSKESMAS KEDUNGJAJANG 10
No Hasil pemeriksaan Penanganan dan tindak lanjut kasus
PUSKESMAS KEDUNGJAJANG 11
Pada kasus kekerasan rumah tangga yang menangani kasus ibu hamil adalah PPT /
pusat pelayanan terpadu dilakasanakan pelayanan di rumah sakit / polri secara
komprehensif oleh multi sipliner di bawah satu atap (one stop servies)
4. Pencatatan hasil pemeriksaan ANC terpadu
5. Komunikasi informasi dan edukasi ( KIE ) yang efektif
PUSKESMAS KEDUNGJAJANG 13
BAB IV
PENYELENGGARAAN PELAYANAN ANTENATAL TERPADU
B. Proses
1. Sosialisasi norma, standar, prosedur dan kriteria (NSPK) pelayanan antenatal terpadu
secara berjenjang.
2. Penyusunan perencanaan dan penganggaran program KIA tahunan tingkat pusat,
propinsi dan kabupaten/kota untuk penyelenggaraan pelayanan antenatal di fasilitas
pelayanan kesehatan.
3. Melaksanakan pelayanan antenatal terpadu di sarana dan fasilitas kesehatan.
4. Menggunakan logistik sesuai kebutuhan dalam penyelenggaraan pelayanan antenatal
terpadu.
PUSKESMAS KEDUNGJAJANG 14
5. Standarisasi pengelola program KIA dalam penyelenggaraan pelayanan antenatal
terpadu di tingkat propinsi dan kabupaten/kota.
6. Standarisasi tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan antenatal terpadu.
7. Menggunakan informasi, sistem dan tempat daerah resiko tinggi terjadinya penyakit
terkait kehamilan dalam memberikan pelayanan antenatal terpadu.
8. Menggunakan informasi endemisitas dan daerah beresiko tinggi terjadinya penyakit
terkait kehamilan dalam memberikan pelayanan antenatal terpadu.
9. Menggunakan pedoman pelaksanaan program terkait dalam menyelenggarakan
pelayanan antenatal terpadu.
C. Output
1. Tersosialisasinya norma, standar, prosedur, dan kriteria (NSPK) pelayanan antenatal
terpadu
2. Terlaksananya pelayanan antenatal terpadu di fasilitas pelayanan kesehatan sesuai
perencanaan yang di dukung anggaran tahunan di tingkat pusat, propinsi dan
kabupaten/kota
3. Terlakasananya pelayanan antenatal terpadu di sarana dan fasilitas kesehatan yang
telah berstandar
4. Digunakan nya logistik pendukung yang di butuhkan dalam penyelenggaraan
pelayanan antenatal terpadu
5. Tenaga pengelola program KIA mampu mengelola pelayanan antenatal terpadu di
tingkat propinsi dan kabupaten/kota
6. Tenaga kesehatan mampu memberikan pelayanan antenatal terpadu sesuai standar
7. Digunakannya informasi sistem dan tempat rujukan dalam pelaksanaan pelayanan
antenatal terpadu
8. Di gunakan informasi endemitas dan daerah beresiko tinggi terjadi nya penyakit
terkait kehamilan dalam memberikan pelayanan antenatal
9. Digunakan pedoman pelaksanaan program terkait dalam menyelenggarakan
pelayanan antenatal terpadu
PUSKESMAS KEDUNGJAJANG 15
BAB V
LOGISTIK
PUSKESMAS KEDUNGJAJANG 17
BAB VI
KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN/PROGRAM
PUSKESMAS KEDUNGJAJANG 18
membran terekspos dan terkontaminasi linen atau terjadi transfer mikroba ke pasien
lain, petugas dan lingkungan.
Buang terlebih dahulu kotoran ke toilet dan letakkan linen dalam kantong linen.
Cuci dan keringkan linen sesuai SOP
Petugas yang menangani linen harus menggunakan APD yang sesuai.
f. Kesehatan karyawan
Setiap petugas harus waspada dalam bekerja, untuk mencegah terjadinya luka/cedera
saat melakukan tindakan menggunakan jarum, scalpel dan alat tajam lain, setelah
melakukan prosedur, saat membersihkan instrumen dan saat membuang jarum.
g. Penempatan Pasien
Tempatkan pasien yang potensial mengkontaminasi lingkungan atau yang tidak dapat
diharapkan menjaga kebersihan kedalam ruang rawat yang terpisah.
Cara penempatan sesuai jenis kewaspadaan terhadap transmisi infeksi.
h. Hygiene respirasi/Etika batuk
Mengendalikan penyebaran patogen dari pasien yang terinfeksi untuk transmisi kepada
kontak yang tidak terlindungi. Untuk penyakit yang ditransmisikan melalui droplet besar
dan atau droplet nuklei maka etika batuk harus diterapkan kepada semua individu dengan
gejal gangguan pada saluran napas.
Petugas, pasien, pengunjung dengan gejala infeksi saluran napas harus:
Menutup mulut dan hidung dengan lengan atas saat batuk atau bersin
Pakai tisu, saputangan, masker bila tersedia
Lakukan cuci tangan sesuai standar.
i. Praktek menyuntik yang aman
Pakai jarum yang steril, sekali pakai tiap kali penyuntikan untuk mencegah kontaminasi
pada peralatan injeksi dan terapi. Bila memungkinkan gunakan juga vial sekali pakai
walaupun multidose dapat menimbulkan kontaminasi mikroba yang dapat menyebar saat
obat dipakai untuk pasien lain.
PUSKESMAS KEDUNGJAJANG 19
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
b. Potensi : tersayat
Jika terjadi insiden :
a. Tutup dan tekan dengan lembut bagian tubuh yang tersayat dengan kain kassa steril
b. Angkat bagian tubuh yang tersayat sampai pada posisi dimana darah tidak dapat
mengalir
c. Bersihkan luka dengan air mengalir atau kain basah
d. Teteskan desinfektas atau alkohol
e. Tutup luka dengan perban dan plester
f. Lakukan rujukan ke IRD
g. Laporkan insiden ke Pos K3
PUSKESMAS KEDUNGJAJANG 21
BAB VIII
PENCATATAN DAN PELAPORAN
A. Pencatatan
Pencatatan pelayanan antenatal terpadu menggunakan formulir yang sudah ada yaitu :
1. Kartu ibu atau rekam medis lainnya yang disimpan di fasilitas kesehatan
2. Kohort ibu : merupakan kumpulan data – data dari kartu ibu
3. Buku KIA (dipegang )
4. Pencatatan dari program yang sudah ada (catatan dari imunisasi, dari malaria, gizi,
KB, TB dan lain)
Formulir harus diisi lengkap setiap pemberian pelayanan. Dokumen ini harus di simpan
dan dijaga dengan baik karena akan digunakan pada kontak berikutnya. Pada keadaan
tertentu dokumen ini diperlukan untuk kegiatan audit medik.
B. Pelaporan
Pelaporan pelayanan antenatal terpadu menggunakan formulir pelaporan yang sudah ada,
yaitu :
a. LB3 KIA
b. PWS KIA
c. PWS imunisasi
d. Untuk terkait, pelaporan mengikuti formulir yang ada pada program tersebut
Tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan antenatal di wilayah kerja
puskesmas, melaporkan rekapitulasi hasil pelayanan antenatal terpadu setiap awal bulan
ke puskesmas atau disesuaikan dengan kebijakan daerah masing – masing.
Puskesmas menghimpun laporan rekapitulasi dari tenaga kesehatan di wilayah kerjanya
dan memasukkan ke dalam register KIA untuk keperluan pengelolahan dan analisa data
serta pembuatan laporan PWS KIA.
Hasil pengelola dan analisa data di laporkan ke dinas kesehatan kabupaten/kota
setiap bulan. Sementara itu grafik PWS KIA digunakan oleh Puskesmas untuk memantau
pencapaian target dan melihat tren pelaksanaan pelayanan antenatal terpadu serta
digunakan pertemuan dengan lintas sektor.
Dinas kesehatan kabupaten/kota menghimpun hasil pengelolahan dan analisa data
dari puskesmas di wilayahnya untuk keperluan pengelolahan dan analisa data serta
perbuatan grafik PWS KIA tingkat kabupaten/kota setiap bulan.
PUSKESMAS KEDUNGJAJANG 22
Hasil pengelola dan analisa data dilaporkan ke dinas kesehatan propinsi setiap bulan.
Sementara itu grafik PWS KIA digunakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/kota untuk
memantau pencapaian target dan melihat tern pelaksanaan pelayanan antenatal terpadu.
Dinas Kesehatan Propinsi minghimpun hasil pengelola dan analisa data dari seluruh
kabupaten/kota di wilayannta untuk keperluan pengelola dan analisa data.
Hasil pengelola dan analisa data dilaporkan ke Pusat data dan surveilens Kementrian
Kesehatan dengan tembusan ke Bagian PI setditjen Bina Gizi dan KIA setiap 3 bulan.
Sementara itu grafik PWS KIA digunakan dinas kesehatan propinsi untuk memantau
pencapaian target dan melihat tren pelaksanaan pelayanan antenatal terpadu.
Pusat Data dan informasi Kementrian Kesehatan bersama bagian PI setditjen Bina
Gizi dan KIA menghimpun hasil pengelola dan analisa data dari seluruh propinsi per
kabupaten/kota. Sementara itu melalui Direktorat Jendral Bina Gizi dan KIA memberi
umpan balik ke Kepala Dinas Kesehatan Propinsi melalui Gubernur.
Lintas program yang terkait pelayanan antenatal terpadu bertanggung jawab untuk
melaporkan rekapitulasi hasil pelayanan ke penanggung jawab program masing – masing
secara berjenjang (dari Puskesmas sampai Pusat) dan memberikan tembusan
kepenganggung jawab program KIA.
PUSKESMAS KEDUNGJAJANG 23
BAB IX
PENGENDALIAN MUTU
Mutu pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh ada tidaknya kritikan dan keluhan dari
pasiennya, lembaga sosial atau swadaya masyarakat dan bahkan pemerintah sekalipun. Mutu
akan diwujudkan jika telah ada dan berakhirnya interaksi antara penerima pelayanan dan
pemberi pelayanan. Mengukur mutu pelayanan dapat dilakukan dengan melihat indikator-
indikator mutu pelayanan kesehatan yang ada di beberapa kebijakan pemerintah. Analisa
indikator akan mencerminkan kualitas manajemen input, manajemen proses dan output dari
proses pelayanan kesehatan secara mikro maupun makro.
Pada pelayanan neonatal di Puskesmas Kedungjajang , mutu pelayanan kesehatan dapat
dilihat dari sumber daya manusia yang bekerja di wilayah Puskesmas Kedungjajang mulai
dari latar belakang pendidikan, kompetensi kinerja, komunikasi dan sikap dari tenaga
kesehatan yang memberikan pelayanan yaitu bidan. Selain itu, juga dapat dilihat dari fasilitas
sarana dan prasarana yang menunjang serta tata laksana dalam memberikan pelayanan
antenatal. Keselamatan dan keamanan yang diberikan kepada pasien juga menjadi salah satu
peran yang mempengaruhi mutu pelayanan kesehatan. Manajemen administrasi, dokumentasi
yang terdiri dari pencatatan dan pelaporan juga menjadi salah satu indikator mutu pelayanan.
Semua indikator mutu pelayanan yang ada tersebut tercakup dalam akreditasi yang
dilakukan oleh Puskesmas. Oleh karena itu, mutu pelayanan kesehatan dari suatu fasilitas
kesehatan tercermin dari akreditasi fasilitas kesehatan. Sehingga semakin baik akreditasi yang
diperoleh oleh Puskesmas maka semakin baik pula mutu pelayanan kesehatan dari Puskesmas
tersebut.
PUSKESMAS KEDUNGJAJANG 24
BAB X
PENUTUP
PUSKESMAS KEDUNGJAJANG 25