Anda di halaman 1dari 102

PEDOMAN PELAYANAN OBSTETRI

NEONATAL EMERGENSI
KOMPREHENSIF (PONEK)

TAHUN 2018

Jl. Gereja Theresia No. 22 Jakarta 10350


Telp. (021) 3909725, Fax (021) 390980
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................................... ........ 1
A. LATAR BELAKANG .............................................................................................................. ........ 1
B. DASAR HUKUM ................................................................................................................... ........ 3
C. VISI DAN MISI ...................................................................................................................... ........ 3
D. TUJUAN ............................................................................................................................... ........ 3
E. SASARAN ............................................................................................................................ ........ 3
F. PENGERTIAN ...................................................................................................................... ........ 4
G. RUANG LINGKUP ................................................................................................................ ........ 4
H. PELAYANAN PENUNJANG MEDIS..................................................................................... ........ 7
BAB II STRUKTUR ORGANISASI ..................................................................................................... ...... 10
STRUKTUR ORGANISASI PONEK ........................................................................................... ...... 10
URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI .................................................................................... ...... 11
TATA HUBUNGAN KERJA ...................................................................................................... ...... 14
BAB III STANDAR KETENAGAAN ................................................................................................... ...... 17
BAB IV STANDAR FASILITAS .......................................................................................................... ...... 21
BAB V STANDAR PELAYANAN ....................................................................................................... ...... 43
KRITERIA RUMAH SAKIT PONEK 24 JAM ............................................................................... ...... 43
PELAYANAN KESEHATAN MATERNAL DAN NEONATUS ..................................................... ...... 45
RAWAT GABUNG ...................................................................................................................... ...... 55
BAYI BERAT LAHIR RENDAH DENGAN METODE KANGURU ............................................... ...... 65
RUMAH SAKIT SAYANG IBU DAN BAYI (RSSIB) .................................................................... ...... 72
INISIASI MENYUSU DINI........................................................................................................... ...... 74
SISTEM RUJUKAN .................................................................................................................... ...... 76
SECTIO CAESARIA ................................................................................................................... ...... 78
TATA LAKSANA PENERIMAAN PASIEN BARU ....................................................................... ...... 85
TATA LAKSANA PEMERIKSAAN PASIEN VISITE DOKTER PENANGGUNG JAWAB ........... ...... 86
TATA LAKSANA MERUJUK PASIEN ........................................................................................ ...... 87
TATA LAKSANA MENDAMPINGI PASIEN UNTUK DIRUJUK .................................................. ...... 88
TATA LAKSANA PASIEN PULANG RAWAT INAP.................................................................... ...... 89
TATA LAKSANA PEMERIKSAAN PASIEN LABORATORIUM RAWAT INAP ........................... ...... 91
TATA LAKSANA PEMERIKSAAN RADIOLOGI PASIEN RAWAT INAP.................................... ...... 92
BAB VI KESELAMATAN PASIEN (PATIENT SAFETY) ........................................................... ...... 93
BAB VII KESELAMATAN KERJA............................................................................................. ...... 95
BAB VIII PENGENDALIAN MUTU ............................................................................................ ...... 97
PENUTUP .................................................................................................................................. ...... 98
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. ...... 99
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kita semua tahu bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia masih
tinggi yaitu AKI: 228/100.000 kelahiran hidup (KH) dan AKB: 34/1000 kelahiran hidup (SDKI 2007).
Sedangkan target RPJMN Depkes 2004-2009 AKI: 226/100.000 KH dan AKB 26/1000 KH. Dalam Konferensi
Tingkat Tinggi Persatuan Bangsa-Bangsa (2000) telah disepakati berbagai komitmen tentang Tujuan
Pembangunan Milenium (Milenium Development Goals) pada tahun 2018, ada dua sasaran dan indikator
secara khusus terkait dengan kesehatan ibu, bayi dan anak yaitu:
 Mengurangi Angka Kematian Bayi dan Balita sebesar 2/3 dari angka pada tahun 1990 (menjadi 20 dan
25/1000KH)
 Mengurangi Angka Kematian Ibu sebesar ¾ dari AKI pada tahun 1990 (menjadi 125/100.000 KH)
Survey Kesehatan Rumah Tangga tahun 2001 menyebutkan bahwa penyebab kematian ibu terbanyak di
Indonesia adalah perdarahan (28%), eklampsia (24%), infeksi (11%), partus macet/lama (8%) dan aborsi (5%)
sedangkan penyebab kematian bayi baru lahir yang terbanyak adalah karena BBLR (29%), asfiksia (27%),
infeksi dan tetanus (15%), masalah pemberian minum (10%), gangguan hematologi (6%), dan lain-lain (13%).
Hal tersebut kemungkinan disebabkan oleh keterlambatan pengambilan keputusan, merujuk dan mengobati.
Sedangkan kematian ibu umumnya disebabkan perdarahan (25%), infeksi (15%), pre-eklamsia /eklamsia
(15%), persalinan macet dan abortus. Mengingat kematian ibu mempunyai hubungan erat dengan mutu
penanganan ibu, maka proses persalinan dan perawatan bayi harus dilakukan dalam sistem terpadu ditingkat
nasional dan regional
Pelayanan obstetri dan neonatal regional merupakan upaya penyediaan pelayanan bagi ibu dan bayi
baru lahir seara terpadu dalam bentuk Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komfrehensif (PONEK) di
rumah sakit dan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) ditingkat Puskesmas.
Rumah Sakit PONEK 24 jam merupakan bagian dari sistem rujukan dalam pelayanan kedaruratan
dalam maternal dan neonatal, yang sangat berperan dalam menurunkan angka kematian ibu dan bayi baru
lahir. Kunci keberhasilan PONEK adalah ketersediaan tenaga kesehatan yang sesuai kompetensi, prasarana,
sarana dalam pelayanan kepada pasien,
Komplikasi obstetrik tidak selalu dapat diramalkan sebelumnya dan mungkin saja terjadi pada ibu hamil
yang diidentifikasi normal. Oleh karena itu kebijakan Rumah Sakit Ibu dan Anak YPK Mandiri adalah

Pedoman Pelayanan obsestri Nenonatal Emergansi Komprehensif 1/ 99


mendekatkan pelayanan obstetrik dan neonatal sedekat mungkin kepada setiap ibu hamil sesuai dengan
pendekatan Making Pregnancy Safer (MPS) yang mempunyai 3 pesan kunci yaitu:
1. Persalinan bersih dan aman oleh tenaga terampil.
2. Penanganan komplikasi kehamilan dan persalinan secara adekuat
3. Setiap kehamilan harus diinginkan dan tersedianya akses bagi penanganan komplikasi abortus tidak
aman.
Penyebab kematian pada masa prenatal/neonatal pada umumnya berkaitan dengan kesehatan ibu
selama kehamilan, kesehatan janin selama didalam kandungan dan proses pertolongan persalinan yang
bermasalah. Oleh karena itu perlu adanya strategi penurunan kematian/kesakitan maternal perinatal dengan
Sistem Pelayanan Maternal Perinatal Regional yaitu dukungan bagi MPS di Indonesia dengan upaya:
a. Menyiapkan pelayanan yang siap siaga 24 jam.
b. Meningkatkan mutu SDM dengan pelatihan berkala mengenai pelayanan kegawatdaruratan.
c. Bertanggung jawab atas semua kasus rujukan.
d. Bekerjasama dengan dinas dalam surveillance/audit kematian ibu dan bayi
Selanjutnya diharapkan pedoman penyelenggaraan PONEK di RS ini dapat dijadikan panduan bagi tim
PONEK di RS kabupaten/kota serta bagi dinas kesehatan propinsi/kabupaten/kota dapat dipergunakan untuk
menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) diwilayah kerjanya.

B. Dasar Hukum
1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara RI tahun
1992 nomor 100, tambahan lembaran Negara RI nomor 2495)
2. Undang-undang Republik Indonesia nomor 29 tahun 2004 tentang praktek Kedokteran (Lembaga Negara
RI tahun 2004 nomor 125, tambahan lembaran Negara RI nomor 4431)
3. Undang-undang Republik Indonesia nomor 32 tahun 2004 tentang praktek Kedokteran (Lembaga Negara
RI tahun 2004 nomor 125, tambahan lembaran Negara RI nomor 4437)
4. Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 159b/Menkes/SK/per/II/1988 tentang RS.
5. Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 1333/menkes/SK/VII/1999 tentang standar Pelayanan RS.
6. Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 131/menkes/SK/II/2004 tentang Sistem Kesehatan Nasional
diatur dalam upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat.
7. Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 1575/menkes/per/XI/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Departemen Kesehatan.

Pedoman Pelayanan obsestri Nenonatal Emergansi Komprehensif 2/ 99


8. Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 1045/menkes/per/XI/2006 tentang Pedoman Organisasi RS di
Lingkungan Departemen Kesehatan.
9. Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 512/menkes/per/IV/2007 tentang izin Praktek dan Pelaksanaan
Praktik Kedokteran.

C. Visi dan Misi


VISI
Pada tahun 2018 tercapai tujuan pembangunan milenium (Milenium Development Goals) yaitu:
 Mengurangi angka kematian bayi sebesar dua pertiga dari AKB pada tahun 1990 menjadi 20 dari 25/1000
kelahiran hidup.
 Mengurangi angka kematian ibu sebesar tiga perempat dari AKI pada tahun 1990 menjadi 125/100.000
kelahiran hidup.
MISI
Menyelenggarakan pelayanan obstetrik neonatal yang bermutu melalui standarisasi RS PONEK 24 jam,
dalam rangka menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian bayi di Indonesia.

D. Tujuan
a. Umum
Meningkatkan Pelayanan Maternal dan Perinatal yang bermutu dalam upaya penurunan Angka Kematian
Ibu dan Angka Kematian Bayi di Rumah Sakit Ibu dan Anak YPK Mandiri.
b. Khusus
1. Terlaksananya RS YPK Mandiri sebagai Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi dan Rumah Sakit PONEK
24 jam.
2. Tercapainya kemampuan teknis tim PONEK sesuai standar.
3. Adanya koordinasi dan sinkronisasi antara pengelola dan penanggung jawab pada tingkat
kabupaten/kota, propinsi dan pusat dalam manajemen program PONEK.

E. Sasaran
1. Seluruh pimpinan RS tingkat kabupaten/kota.
2. Seluruh dinas kesehatan provinsi kabupaten/kota
3. Pengelola program kesehatan ibu dan anak diseluruh dinas kesehatan provinsi dan kabupaten/kota

Pedoman Pelayanan obsestri Nenonatal Emergansi Komprehensif 3/ 99


F. Pengertian
1. Regionalisasi pelayanan obstetri dan neonatal
Adalah suatu sistem pembagian wilayah kerja rumah sakit dengan cakupan area pelayanan yang
dapat dijangkau oleh masyarakat dalam waktu kurang dari 1 jam, agar dapat memberikan tindakan darurat
sesuai standar. Regionalisasi menjamin agar sistem rujukan kesehatan berjalan secara optimal
2. Rujukan
Adalah pelimpahan tanggung jawab timbal balik dua arah dari sarana pelayanan primer kepada
sarana kesehatan sekunder dan tersier.
3. Rumah Sakit PONEK 24 JAM
Adalah rumah sakit yang menyelenggarakan pelayanan kedaruratan maternal dan neonatal
secara komprehensif dan terintegrasi 24 jam.

G. Ruang Lingkup
Upaya pelayanan PONEK:
1. Stabilisasi di IGD dan peRSpan untuk pengobatan definitif.
2. Penanganan kasus gawat darurat oleh tim PONEK RS diruang tindakan.
3. Penanganan operatif cepat dan tepat meliputi laparatomi dan seksio sesaria.
4. Perawatan intensif ibu dan bayi
5. Pelayanan asuhan antenatal resiko tingggi.
Ruang lingkup kesehatan maternal dan neonatal pada PONEK terbagi atas 2 kelas yaitu rumah sakit kelas C
dan B. Rumah Sakit Ibu dan Anak YPK Mandiri adalah rumah sakit tipe C, pelayanannya antara lain:
PONEK RUMAH SAKIT KELAS C
1. Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal fisiologis.
 Pelayanan kehamilan
 Pelayanan persalinan
 Pelayanan nifas
 Asuhan bayi baru lahir (level 1)
 Imunisasi dan stimulasi, deteksi. Inteverensi dini tumbuh kembang (SDIDTK)
2. Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal dengan resiko tinggi
Masa Antenatal

Pedoman Pelayanan obsestri Nenonatal Emergansi Komprehensif 4/ 99


 Pendarahan pada kehamilan muda
 Nyeri perut dalam kehamilan muda dan lanjut
 Gerak janin tidak dirasakan
 Demam dalam kehamilan dan persalinan
 Kehamilan Ektopik (KE) dan Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)
 Kehamilan dengan nyeri kepala, gangguan penglihatan, kejang, koma dan tekanan darah tinggi.
Masa intranatal
 Persalinan dengan parut uterus
 Persalinan dengan distensi uterus
 Gawat janin dalam persalinan
 Pelayanan terhadap syok
 Ketuban pecah dini
 Induksi dan akselerasi persalinan
 Aspirasi vakum manual
 Ekstrasi cunam
 Section secarea
 Episiotomi
 Kraniotomi dan kraniosentesis
 Malpresentasi dan malposisi
 Distosia bahu
 Prolapsus tali pusat
 Plasenta manual
 Perbaikan robekan serviks
 Perbaikan robekan vagina dan perineum
 Perbaikan robekan dinding uterus
 Reposisi inversi uteri
 Histerektomi
 Sukar bernafas
 Kompresi bimanual dan aorta
 Dilatasi dan kuretase

Pedoman Pelayanan obsestri Nenonatal Emergansi Komprehensif 5/ 99


 Ligase arteri uterina
 Bayi baru lahir dengan asfiksia
 BBLR
 Resusitasi bayi baru lahir
 Anastesi umum dan lokal untuk section secarea
 Anastesi spinal, ketamin
 Blok paraservikal
 Blok pudendal
Masa Postnatal
 Masa nifas
 Deman pasca persalinan
 Pendarahan pasca persalinan
 Nyeri perut pasca persalinan
 Keluarga berencana
 Asuhan bayi baru lahir (level2)
3. Pelayanan kesehatan neonatal
 Hiperbilirubin
 Asfiksia
 Trauma kelahiran
 Hipoglikemi
 Kejang
 Sepsis neonatal
 Gangguan kesimbangan cairan dan elektrolit
 Gangguan pernapasan
 Kelainan jantung (payah jantung, payah jantung bawaan, PDA)
 Gangguan pendarahan
 Renjatan (shock)
 Aspirasi mekonium
 Koma
 Inisiasi dini ASI (breast feeding)

Pedoman Pelayanan obsestri Nenonatal Emergansi Komprehensif 6/ 99


 Kangaroo mother care
 Resusitasi neonatus
 Penyakit membrane hyaline
 Pemberian minum pada bayi resiko tinggi
4. Pelayanan ginokelogi
 Kehamilan ektopik
 Perdarahan uterus disfungsional
 Perdarahan menoragia
 Kista ovarium akut
 Radang pelvik akut
 Abses pelvik
 Infeksi saluran genitalia
 HIV-AIDS
5. Perawatan khusus/ High Care Unit dan Transfusi Darah.
H. Pelayanan Penunjang Medik
1. Pelayanan Darah
a. Jenis pelayanan
 Merencanakan kebutuhan darah di RS
 Menerima darah dari UTD yang telah memenuhi syarat uji saring (non reaktif) dan telah di
konfirmasi golongan darah.
 Menyimpan darah dan memantau suhu simpanan darah
 Memantau persediaan darah harian/mingguan
 Melakukan pemerikasan golongan darah ABO dan rhesus pada darah donor dan darah resipien
 Melakukan uji silang serasi antara darah donor dan darah resipien
 Melakukan rujukan kesulitan uji silang serasi dan golong darah ABO/rhesus ke unit transfusi
darah/UTD secara berjenjang
 Bagi rumah sakit yang tidak memiliki fasilitas unit tranfusi darah/Bank darah dianjurkan untuk
membuat kerjasama dengan penyediaan fasilitas tersebut.
b. Tempat pelayanan
 Unit transfusi darah/UTD PMI

Pedoman Pelayanan obsestri Nenonatal Emergansi Komprehensif 7/ 99


 Unit transfusi darah dan UTD rumah sakit
 Bank darah rumah sakit/ BDRS
c. Kompetensi
 Mempunyai kemampuan manajemen pengelolan tranfusi darah dan bank darah rumah sakit.
 Mempunyai sertifikasi pengetahuan keterampilan tentang
- Tranfusi darah
- Penerimaan darah
- Penyimpanan darah
- Pemeriksaan golongan darah
- Pemeriksaan uji silang serasi
- Pemantapan mutu internal
- Pencatatan, pelaporan, pelacakan dan dokumentasi
- Kewaspadaan universal (universal precaution)
d. Sumber daya manusia
 Dokter
 Para medis Teknologi Transfusi Darah (PTTD)
 Tenaga Administrator
 Pekarya
e. Ruang pelayanan darah
Ukuran minman 24 m2
f. Fasilitas peralatan
Peralatan utama

2. Perawatan intensif
a. Jenis pelayanan
 Pemantauan terapi cairan
 Pengawasan gawat nafas/ventilator
 Perawatan sepsis
b. Tempat pelayanan
 Unit perawatan intensif
c. Kompetensi

Pedoman Pelayanan obsestri Nenonatal Emergansi Komprehensif 8/ 99


 Pelayanan pengelolaan resusitasi segera untuk pasien gawat, tunjangan kardio-respirasi jangka
pendek dan mempunyai peran memantau serta mencegah penyulit pada pasien medik dan bedah
yang beresiko.
 Ventilasi mekanik dan pemantauan kardiovaskular sederhana.
d. Sumber daya manusia
 Dokter jaga 24 jam dengan kemampuan melakukan resusitasi jantung paru
 Dokter spesialis Anastesiologi
e. Ruang pelayanan
 Ruang pelayanan intensif (ICU) 75m3
3. Pencitraan
 Radiologi
 USG/ibu dan neonatal
4. Laboratorium
 Pemeriksaan rutin darah, urin
 Kultur darah, urin, pus
 Kimia

Pedoman Pelayanan obsestri Nenonatal Emergansi Komprehensif 9/ 99


BAB II
STRUKTUR ORGANISASI

Struktur organisasi Penyelenggaraan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensi (PONEK)


dalam pelaksanaannya dilakukan secara terpadu oleh suatu panitia yang terdiri dari berbagai unit dalam
rumah sakit antara lain: bagian kebidanan dan kandungan, bagian anak dan sebagainya yang telah ditetapkan
dengan surat keputusan Direktur Rumah Sakit.

STRUKTUR ORGANISASI PELAYANAN OBSTETRI NEONATAL EMERGENSI KOMPREHENSIF

Direktur Utama Komite Medik

Direktur Pelayanan Direktur


Medis

Kelompok staf Kelompok staf Panitia PONEK:


medis kebidanan medis anak - Ketua
- Sekertaris
- Anggota

Penanggungjawab Penanggungjawab Penanggungjawab admin


Pelayanan Medis Keperawatan/ kebidanan & keuangan

Keterangan
Garis Koordinasi
Garis Instruksi

Pedoman Pelayanan obsestri Nenonatal Emergansi Komprehensif 10/ 99


URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI
I. Direktur Utama
1. Nama Jabatan: Direktur Utama
2. Uraian Tugas:
a. Merupakan penanggung jawab utama dalam pelayanan maternal dan neonatal
b. Menetapkan tim/panitia peristi dengan surat keputusan
c. Berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan (Propinsi/Kabupaten/kota) dan organisasi profesi untuk
kegiatan yang berkaitan dengan pelayanan maternal dan neonatal.
II. Panitia PONEK
1. Nama jabatan: Panitia
2. Uraian Tugas:
a. Sebagai koordinator penyelenggara pelayanan maternal dan perinatal di Rumah Sakit.
b. Berkoordinasi dengan unit bagian lain terkait pelayanan maternal dan perintal di RS.
c. Memberikan laporan penyelenggaraan pelayan maternal dan perinatal di RS kepada Direktur
Utama.
d. Membuat SPO (Standar Operasional Prosedur) pelayanan maternal dan perinatal untuk unit –
unit terkait
e. Pengelola sarana, prasarana dan SDM untuk pelayanan maternal dan perinatal.
III. Penanggung Jawab Layanan Maternal
1. Nama jabatan: Penanggung Jawab Layanan Maternal
2. Pengertian:
Adalah seorang dokter spesialis obstetric dan gynekologi yang bekerja di instalasi/bagian obstetrik &
gynekologi.
3. Uraian Tugas:
a. Bertanggung jawab dalam pelaksanaan pelayanan maternal meliputi konseling, tindakan medis
dan tindakan operatif.
b. Dibantu oleh tenaga pelaksaa pelayanan: dokter umum terlatih, perawat terlatih, bidan dan
tenaga kesehatan lainnya.
c. Bekerjasama dengan spesialisasi lain terkait pelaksanaan pelayanan maternal
d. Tenaga pelayanan wajib memberikan pelayanan maternal sesuai dengan standar pelayanan
yang berlaku (SOP) serta memberikan pelayanan yang bermutu sesuai standar profesi.

Pedoman Pelayanan obsestri Nenonatal Emergansi Komprehensif 11/ 99


IV. Pernanggung Jawab Layanan Perinatal
1. Nama jabatan: Penanggung Jawab Layanan Perinatal
2. Pengertian:
Adalah seorang dokter spesialis anak yang bekerja di instalasi/bagian anak
3. Uraian Tugas
a. Bertanggung jawab dalam pelaksanaan perinatal meliputi konseling, tindakan medis dan
tindakan operatif.
b. Dibantu oleh tenaga pelaksana pelayanan: dokter umum terlatih dan perawat dan tenaga
kesehatan lainnya
c. Bekerjasama dengan spesialis lain terkait pelaksanaan pelayanan perinatal
d. Tenaga pelayanan wajib memberikan pelayanan neonatal sesuai dengan standar pelayanan
yang berlaku (SOP) serta memberikan pelayanan yang bermutu sesuai standar profesi.
V. Penangungjawab Layanan Keperawatan
1. Nama jabatan: Penanggung Jawab Layanan Keperawatan
2. Pengertian:
Seorang tenaga perawat/bidan terlatih
3. Uraian Tugas
a. Bertanggung jawab dalam membuat perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi masukan
keperawatan.
b. Dalam pelaksanaan sehari-hari berkolaborasi dengan tenaga medis dan tenaga kesehatan
lainnya.
c. Bertanggung jawab dalam pencatatan dan pelaporan pelayanan perinatal di RS
d. Memberikan laporan status kesehatan pasien ke dokter.

VI. Penanggungjawab Layanan Kebidanan


1. Nama jabatan: Penanggung Jawab Layanan Kebidanan
2. Pengertian:
Seorang bidan yang diberi wewenang dan tanggung jawab dalam mengkoordinasi kegiatan
pelayanan kebidanan di Kamar Bersalin dan turut melaksanakan pelayanan keperawatan
3. Uraian Tugas Penanggung Jawab Shift:

Pedoman Pelayanan obsestri Nenonatal Emergansi Komprehensif 12/ 99


a. Bertanggung jawab dalam membuat perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi asuhan
kebidanan.
b. Dalam pelaksanaan sehari-hari berkolaborasi dengan tenaga medis dan tenaga kesehatan
lainnya.
c. Bertanggung jawab dalam pencatatan dan pelaporan pelayanan maternal di RS
d. Memberikan laporan status kesehatan pasien ke dokter.

Pedoman Pelayanan obsestri Nenonatal Emergansi Komprehensif 13/ 99


TATA HUBUNGAN KERJA
RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK YPK MANDIRI

IRJ
IGD Kasir
Logistik
umum

Admission Logistik
Farmasi

PONEK
Umum/ Operator
Teknisi

Kamar Umum/
Operasi Sopir

Rekam Umum/
Radiologi Laboratorium
Medik Keamanan

II. Keterkaitan Hubungan Kerja dengan Unit Lain


1. Logistik Farmasi
Kebutuhan obat dan alat medis floor stock, diperoleh dari bagian logistik farmasi dengan prosedur
permintaan.
2. Logistik Umum
Kebutuhan alat-alat rumah tangga dan alat tulis kantor, diperoleh dari logistik umum dengan
prosedur permintaan.
3. Kamar OK
Bayi yang memerlukan tindakan operasi, akan dibuatkan surat pengantar operasi oleh dokter,
kemudian penanggung jawab/keluarga pasien dianjurkan ke bagian admission untuk dijelaskan biaya
operasi serta perawat kamar bayi memberitahu bagian OK tentang rencana operasi (bila
keluarga/penanggungjawab sudah setuju)

Pedoman Pelayanan obsestri Nenonatal Emergansi Komprehensif 14/ 99


4. Laboratorium
Bayi yang membutuhkan pemeriksaan laboratorium akan dibuatkan formulir permintaan
laboratorium oleh dokter dan formulir diserahkan kepada petugas laboratorium oleh perawat kamar
bayi.
5. Umum/teknisi
Kerusakan alat medis dan non medis di Kamar Bayi akan dilaporkan dan diajukan perbaikan ke
bagian umum dengan prosedur permintaan perbaikan sesuai dengan SPO yang berlaku.
6. Rekam Medik
Bayi yang di rawat di Ruang Perinatal Resiko Tinggi bila pulang paksa atau meninggal dunia status
akan dikembalikan lagi ke rekam medik, atau bila ada pasien lama yang dirawat maka rekam medik
akan memberikan status lamanya.
7. Admission
Setiap bayi yang di rawat di ruang Perinatal Resiko Tinggi selalu didaftarkan ke bagian admission,
dari bagian admission disiapkan status dan slip pembayaran pasien, kemudian status dan slip
pembayaran diantarkan oleh petugas admission ke Ruang Perinatal Resio Tinggi
8. Radiologi
Bayi yang membutuhkan pemeriksaan radiologi, akan dibuatkan formulir permintaan pemeriksaan
radiologi oleh dokter, dan formulir diserahkan ke petugas radiologi oleh perawat Kamar Bayi.
9. Operator
Apabila petugas kamar bayi membutuhkan sambungan langsung telepon keluar maka bagian
kamar bayi akan meminta bantuan ke bagian operator dengan cara menekan angka 9 (sembilan) pada
pesawat teleponnya.
10. Kasir
Bayi yang telah selesai di rawat akan menyelesaikan administrasi pembayaran di kasir oleh
keluarganya.
11. Instalasi Gawat Darurat (IGD)
Apabila ada pasien yang akan masuk rawat dari IGD, maka pasien akan dibuatkan surat pengantar
rawat kamar bayi oleh dokter, penanggung jawab.keluarga pasien dianjurkan ke bagian admission
untuk menetapkan kamar, setelah penanggungjawab/ keluarga pasien menandatangani surat
persetujuan rawat Kamar Bayi, maka pasien diantar oleh perawat IGD ke ruang Kamar Bayi beresiko
tinggi.

Pedoman Pelayanan obsestri Nenonatal Emergansi Komprehensif 15/ 99


12. Instalasi Rawat Jalan (IRJ)
Pasien yang memerlukan tindakan lanjut/kansul ke doter spesialis pada jam kerja, perawat akan
menghubungi dokter konsulen dan bila kondisi pasien memungkinkan untuk tindak lanjut di poliklinik,
maka pasien diantar oleh perawat ke bagian Instalasi Rawat Jalan.
13. Umum/Supir
Pasien yang memerlukan rujukan ke RS lain dapat menggunakan ambulance Rumah Sakit Ibu dan
Anak YPK Mandiri, bila keadaan memungkinkan dengan didampingi perawat/bidan.
14. Umum/Keamanan
Bila ada pasien yang meninggal, maka setelah jenazah dirapikan akan diantar ke kamar jenazah
dengan terlebih dahulu menginformasikan ke bagian umum/keamanan.

Pedoman Pelayanan obsestri Nenonatal Emergansi Komprehensif 16/ 99


BAB III
STANDAR KETENAGAAN

Daftar ketenagaan RS Penyelenggara PONEK


No Jenis Tenaga Tugas Jumlah
1 Dokter Spesialis Obstetri dan Penanggung jawab pelayanan 1-2
Ginekologi kesehatan maternal & neonatal
2 Dokter spesialis anak Pelayanan kesehatan perinatal dan 1-2
anak
3 Dokter Spesialis anastesi Pelayanan anastesi 1
4 Perawat anestesi Pelayanan anastesi 1-2
5 Dokter telatih Penyelenggaraan pelayanan medik 2-4
6 Bidan koordinator Koordinator asuhan pelayanan 1-2
kesehatan
7 Bidan penyelia Koordinator tugas, sarana dan 2-4
prasarana
8 Bidan pelaksana Pelayanan asuhan kebidanan 6-8
9 Perawat koordinator Asuhan keperawatan 1-2
10 Perawat pelaksana Asuhan keperawatan 8-11
11 Petugas laboratorium Pelayanan pemeriksaan penunjang 1-2
12 Pekarya kesehatan Membantu pelaksanaan kesehatan 2-4
13 Petugas administrasi Administrasi dan keuangan 2-4

A. Kualifikasi SDM
No Nama Jabatan Pendidikan Sertifikasi Jumlah
Kebutuhan
1 Penanggung Jawab Maternal Dokter Spesialis Anak Pelatihan NICU 1
dan Neonatal Dokter Spesialis
Kebidanan Pelatihan PONEK 1
2 Penanggung Jawab D3 Keperawatan/ - Manajemen bangsal

Pedoman Pelayanan obsestri Nenonatal Emergansi Komprehensif 17/ 99


Keperawatan/Kebidanan Kebidanan - NICU 1
3 Perawat Pelaksana D3 Keperawatan - Pelatihan NICU 5
4 Bidan Pelaksana D3 Kebidanan 12

B. Distribusi Ketenagaan
Pola pengaturan ketenagaan di ruang perinatal yaitu
a. Untuk dinas pagi
Petugas yang ada berjumlah 3 (tiga) orang dengan kategori:
- 1 (satu) orang Ka ru
- 1 (satu) orang pelaksana
- 1 (satu) orang TPK (gabung dengan perawatan ibu)
b. Untuk dinas sore
Petugas yang ada berjumlah 2 (dua) orang dengan kategori:
- 1 (satu) orang PJ Shift
- 1 (satu) orang TPK (gabung dengan perawatan ibu)
c. Untuk dinas malam
Petugas yang ada berjumlah 2 (dua) orang dengan kategori:
- 1 (satu) orang PJ Shift
- 1 (satu) orang TPK (gabung dengan perawatan ibu)

C. Peraturan Jaga Kerja


a. Pengaturan jadwal dinas perawat dibuat dan dipertanggung jawabkan oleh Kepala Ruang (Ka Ru) dan
disetujui oleh Kepala Keperawatan.
b. Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu satu bulan dan direalisasikan ke perawat pelaksana.
c. Untuk tenaga perawat yang memiliki keperluan penting pada hari tertentu, maka perawat tersebubt
dapat mengajukan permintaan dinas pada buku permintaan. Permintaan akan disesuaikan dengan
kebutuhan tenaga yang ada (apabila tenaga mencukupi dan berimbang serta tidak mengganggu
pelayanan, maka permintaan disetujui).
d. Setiap tugas jaga/shift harus ada perawat penanggung jawab shift (PJ Shift) dengan syarat pendidikan
D3 Keperawatan/Kebidanan pengalaman minimal 2 tahun serta memiliki sertifikat.
e. Jadwal dinas terbagi atas dinas pagi, dinas sore, dinas malam, lepas malam, libur dan cuti.

Pedoman Pelayanan obsestri Nenonatal Emergansi Komprehensif 18/ 99


f. Apabila ada tenaga perawat jaga karena sesuatu hal sehingga tidak dapat jaga sesuai dengan jadwal
yang ditetapkan (terencana), maka perawat yang bersangkutan harus memberitahu Ka Ru; 2 jam
sebelum dinas Pagi, 4 jam sebelum dinas sore dan malam. Sebelum memberi tahu Ka Ru, diharapkan
perawat yang bersangkutan sudah mencari pegganti, maka Ka Ru akan mencari tenaga perawat
pengganti yaitu perawat yang pada hari itu libur.
g. Apabila ada tenaga perawat yang tiba-tiba tidak dapat jaga sesuai jadwal yang telah ditetapkan (tidak
terencana) maka Ka Ru akan mencari perawat pengganti yang pada hari itu libur. Apabila perawat
pengganti tidak didapatkan maka perawat yang dinas pada shift sebelumnya wajib untuk
menggantikan.
D. Pelatihan
Untuk meningkatkan mutu pelayanan, keterampilan dan pengetahuan perawat yang bekerja di ruang
pelayanan kebidanan neonatal maka diperlukan pelatihan-pelatihan yang mendukung profesionalisme
agar senantiasa dapat memberikan pelayanan yang bermutu seiring dengan perkembangan ilmu
pengetahuan kedokteran dan keperawatan.
Pelatihan yang diperlukan yaitu :
a. Pengenalan tanda kegawatdaruratan maternal dan neonatal
- Penatalaksanaan ibu dengan perdarahan
- Pelayanan pada bayi asfiksia
- Penatalaksanaan pada bayi dengan sepsis
- Penatalaksanaan pada bayi BBLR
b. Pelatihan kegawatan
- Resusitasi Neonatus
c. Pelayanan perawatan sesuai dengan kebutuhan pasien
- Manajemen laktasi.
d. Program pengendalian infeksi
- Penyegaran SPO mencuci tangan
- Penyegaran SPO tindakan invasif
e. Program keselamatan dan kesehatan kerja
- Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
f. Penggunaan peralatan secara benar, efektif dan aman

Pedoman Pelayanan obsestri Nenonatal Emergansi Komprehensif 19/ 99


- Penyegaran SPO penggunaan alat medik: monitor, syiringe pump, infuse pum, incubator,
CPAP
g. Pelayanan prima
- Komunikasi

Pedoman Pelayanan obsestri Nenonatal Emergansi Komprehensif 20/ 99


BAB IV
STANDAR FASILITAS

A. PRASARANA DAN SARANA


Dalam rangka Program Menjaga Mutu pada penyelenggaraan PONEK harus di penuhi hal-hal sebagai
berikut:
- Ruang rawat inap yang leluasa dan nyaman
- Ruang tindakan gawat darurat dengan instruman dan bahan yang lengkap
- Ruang pulih/observasi paska tindakan
- Protokol pelaksanaan dan uraian tugas pelayanan termasuk koordinasi internal
a. Kriteria Umum Ruangan
1. Struktur fisik
 Spesifikasi ruang tidak kurang dari 15-20m3
 Lantai harus porselen atau plastik
 Dinding harus dicat dengan bahan yang bisa di cuci atau dilapisi keramik
2. Kebersihan
 Cat dan lantai harus berwarna terang sehingga kotoran dapat terlihat dengan mudah
 Ruang harus bersih dan bebas debu, kotoran, sampah atau limbah rumah sakit
 Hal tersebut pula berlaku untuk lantai, mebel, perlengkapan, instrument, pintu, jendela,
dinding, steker listrik dan langit-langit.
3. Pencahayaan
 Pencahayaan harus terang dan cahaya alami atau listrik
 Semua jendela harus diberi kawat nyamuk agar serangga tidak masuk.
 Listrik harus berfungsi dengan baik, kabel dan steker tidak membahayakan dan semua
lampu berfungsi dengan baik dan kokoh
 Tersedia peralatan gawat darurat
 Harus ada cukup lampu untuk setiap neonatus
4. Ventilasi
 Ventilasi termasuk jendela harus cukup jika dibandingkan dengan ukuran ruang
 Kipas angis atau pendingin ruang harus berfungsi dengan baik.
 Suhu ruangan harus dijaga 24-26oC

Pedoman Pelayanan obsestri Nenonatal Emergansi Komprehensif 21/ 99


 Pendingin ruangan harus dilengkapi dengan filter (sebaiknya anti bakteri)
5. Pencucian tangan
 Wastafel haru dilengkapi dengan dispenser sabun atau desinfektan yang dikendalikan
dengan siku atau kaki
 Wastafel, keran dan dispenser harus dipasang di pada ketinggian yang sesuai (dari lantai ke
dinding)
 Tidak boleh ada saluran pembuangan air yang terbuka.
 Pasokan air panas harus cukup dan dilengkapi pemanas air yang dipasang kokoh di dinding,
pipa ledeng sesuai dan tidak ada kawat yang terbuka.
 Harus ada handuk (kain bersih) atau tisu untuk mengeringkan tangan, diletakkan di sebelah
wastafel.
b. Kriteria Khusus Ruangan
1. Area cuci tangan di Ruang Obstetri dan Neonatus
Di ruang dengan lebih dari satu tempat tidur, jarak tempat tidur adalah 6 meter dengan wastafel.
c. Area Resusitasi Dan Stabilisasi Di Ruang Obstetri Dan Neonatus/IGD
 Paling kecil, ruangan berukuran 6 meter dan ada unit Perawatan Khusus
 Kamar PONEK di Instalasi Gawat Darurat harus terpisah dari kamar darurat lain. Sifat
privasi ini penting untuk kebutuhan perempuan bersalin dan bayi.
 Tujuan kamar ini adalah memberikan pelayanan darurat untuk stabilisasi kondisi pasien,
misalnya syok, henti jantung, hipotermia, asfiksia dan apabila perlu menolong partus darurat
serta resusitasi.
 Perlu dilengkapi meja resusitasi bayi dan inkubator.
 Kamar PONEK membutuhkan
o Ruang berukuran 15m2
o Berisi lemari dan troli darurat.
o Tempat tidur bersalin serta tiang infus
o Inkubator
o Pemancar panas
o Meja, kursi
o Aliran udara bersih dan sejuk
o Pencahayaan

Pedoman Pelayanan obsestri Nenonatal Emergansi Komprehensif 22/ 99


o Lampu sorot dan lampu darurat
o Mesin isap
o Defibrillator
o Oksigen dan tabungnya atau berasal dari sumber dining (outlet)
o Lemari isi: perlengkapan persalinan, vakum, vorcep, kuret, obat/infus.
o Alat resusitasi dewasa atau bayi
o Wastafel dengan air mengalir atau antiseftik
o Alat komunikasi dan telepon ke kamar bersalin
o Nurse station dan lemari rekam medik
o USG mobile.
 Sarana pendukung meliputi: toilet, kamar tunggu keluarga, kamar peRSpan peralatan (linen
dan instrument), kamar kerja kotor, kamar jaga, ruang sterilisator dan jalur ke ruang
bersalin/kamar operasi terletak saling berdekatan dan merupakan bagian dari instalasi
gawat darurat.
d. Ruang Maternal
1. Kamar bersalin
 Lokasi berdekatan dengan Kamar Operasi dan IGD
 Luas minimal 6m2 perorang, berarti 1 pasien, 1 penunggu, dan 2 penolong diperlukan
4x4m2=16m2
 Paing kecil, ruangan berukuran 12m2 (6m2 untuk masing-masing pasien)
 Harus ada tempat untuk isolasi ibu di tempat terpisah
 Tiap ibu besalin harus punya privasi agar keluarga dapat hadir.
 Ruangan bersalin tidak boleh merupakan tempat lalu lalang orang.
 Bila kamar operasi juga ada dalam lokasi yang sama, upayakan tidak ada keharusan
melintas pada ruang bersalin.
 Minimal 2 kamar bersalin terdapat pada setiap rumah sakit.
 Kamar bersalin terletak sangat dekat dengan kamar neonatal, untuk memudahkan transport
bayi dengan komplikasi ke ruang rawat.
 Idealnya sebuah ruang bersalin merupakan unit terintegrasi: kala 1, kala 2, dan kala 3 yang
berarti setiap pasien diperlakuakan utuh sampai kala IV bagi ibu bersama bayinya secara

Pedoman Pelayanan obsestri Nenonatal Emergansi Komprehensif 23/ 99


privasi. Bila tidak memungkinkan maka diperlukan dua kamar kala 1 dan sebuah kamar kala
2.
 Kamar bersalin harus dekat dengan ruang jaga perawat (nurse station) agar memudahkan
pengawasan ketat setelah pasien partus sebelum dibawa ke ruang rawat (postpartum),
selanjutnya bila diperlukan operasi, pasien akan dibawa ke kamar operasi yang berdekatan
dengan kamar bersalin.
 Harus ada kamar mandi-toilet berhubungan kamar bersalin.
 Ruang postpartum harus cukup luas, standar 8m2 per tempat tidur (bed) dalam kamar
dengan multibed atau standar 1 bed minimal 10m2.
 Ruang tersebut terpisah dari fasilitas toilet, kloset, lemari.
 Pada ruang dengan banyak tempat tidur, jarak antara tempat tidur minimum 1m s.d. 2m dan
antara dinding 1m.
 Jumlah tempat tidur per ruangan maksimum 4.
 Tiap ruangan harus mempunyai jendela sehingga cahaya dan udara cukup
 Harus ada fasilitas cuci tangan pada tiap ruangan.
 Tiap pasien harus punya akses ke kamar mandi privasi (tanpa ke koridor).
 Kamar pemeriksa/diagnostik berisi: tempat tidur pasien/obgin, kursi pemeriksa, meja, kursi,
lampu sorot, troli alat, lemari obat kecil, USG mobile dan troli emergensi.
 Kamar periksa harus mempunyai luas sekurang-kurangnya 11m2. Bila ada beberapa tempat
tidur maka per pasien memerlukan 7m2. Perlu disediakan toilet yang dekat dengan ruang
periksa.
 Ruang perawatan –nurse station- berisi; meja, telepon, lemari berisi perlengkapan
darurat/obat.
 Ruang isolasi bagi kasusu infeksi perlu disediakan seperti pada kamar bersalin.
 Ruang tindakan operasi/kecil darurat/ one day care: untuk kuret, penjahitan dsb berisi meja
operasi lengkap, lampu sorot, lemari perlengkapan operasi kecil, mesin anastsi, inkubator,
perlengkapan kuret (MVA) dsb.
 Ruang tunggu bagi keluarga pasien: minimal 15m2, berisi meja, kursi-kursi serta telepon.
e. Unit Perawatan Intensif/Eklampsia/Sepsis
 Unit ini harus berada di samping ruang bersalin, atau setidaknya jauh dari area yang sering
di lalui

Pedoman Pelayanan obsestri Nenonatal Emergansi Komprehensif 24/ 99


 Paling kecil, ruangan berukuran 18m2 (6-8m2 untuk masing-masing pasien)
 Di ruang dengan beberapa tempat tidur, sedikitnya ada jarak 8 kaki (2, 4 m) antara ranjang
ibu.
 Ruang harus dilengkapi paling sedikit enam steker listrik yang dipasang dengan tepat untuk
peralatan listrik steker harus mampu memasok beban listrik yang diperlukan, aman dan
berfungsi baik.
f. Ruang Neonatal
1. Unit Perawatan Intensif
 Unit ini harus berada disamping ruang bersalin atau setidaknya jauh dari area yang sering
dilalui
 Minimal ruangan berukuran 18m2 (6-8m2 untuk masing-masing pasien)
 Di ruang dengan beberapa tempat tidur sedikitnya ada jarak 8 kaki (2, 4 m) antara ranjang
bayi.
 Harus ada tempat untuk isolasi bayi di area terpisah.
 Ruang harus dilengkapi paling sedikit enam steker listrik yang dipasang dengan tepat untuk
peralatan listrik.
2. Unit Perawatan Khusus
 Unit ini harus berada disamping ruang bersalin atau setidaknya jauh dari area yang sering
dilalui
 Minimal ruangan berukuran 12m2 (4m2 untuk masing-masing pasien)
 Harus ada tempat untu isolasi bayi di area terpisah.
 Paling sedikit harus ada jarak 1m2 antara inkubator atau tempat tidur bayi.
3. Area Laktasi
 Minimal ruangan berukuran 6m2
4. Area pencucian Inkubator
 Minimal ruangan berukuran 6-8m2
g. Ruang Operasi
 Unit operasi diperlukan untuk tindakan operasi seksio sesarea dan laparatomia.
 Idealnya sebuah kamar operasi mempunyai luas: 25m2 dengan lebar minimum 4m, di luar
fasilitas: lemari dinding, unit ini sekurang-kurangnya ada sebuah bagian kebidanan

Pedoman Pelayanan obsestri Nenonatal Emergansi Komprehensif 25/ 99


 Harus disediakan unit komunikasi dengan kamar bersalin. Di dalam kamar operasi harus
tersedia: pemancar panas, inkubator, dan perlengkapan resusitasi dewasa dan bayi.
 Ruang resusitasi berukuran 3m2. Harus tersedia 6 sumber listrik.
 Kamar pulih ialah ruangan bagi pasien pasca bedah dengan standar luas 8m2/bed,
sekurang-kurangnya ada 2 tempat tidur, selain itu isi ruangan ialah: meja, kursi perawat,
lemari obat, mesin pemantau tensi/nadi oksigen dsb, tempat rekam medik, inkubator bayi,
troli darurat.
 Harus dimungkinkan pengawasan langsung dari meja perawat ke tempat pasien. Demikian
pula agar keluarga dapat melihat melalui kaca.
 Perlu disediakan alat komunikasi ke kamar bersalin dan kamar operasi, serta telepon
sekurang-kurangnya 4 sumber listrik/bed.
 Fasilitas pelayanan berikut perlu diseiakan untuk unit operasi:
1. Nurse station yang juga berfungsi sebagai tempat pengawasan lalu lintas orang.
2. Ruang -kerja kotor yang terpisah dari ruang kerja bersih- ruang ini berfungsi
membereskan alat dan kain kotor. Perlu disediakan tempat cuci wastafel besar untuk
cuci tangan dan fasilitas air panas/dingin. Ada meja kerja dan kursi kursi, troli troli.
3. Saluran pembuangan kotoran/cairan.
4. Kamar pengawas: KO 10m2.
5. Ruang tunggu keluarga: tersedia kursi kursi, meja dan tersedia toilet
6. Kamar sterilisasi yang berhubungan dengan kamar operasi. Ada autoklaf besar
berguna bila darurat.
7. Kamar obat berisi lemari dan meja untuk distribusi obat.
8. Ruang cuci tangan (scrub) sekurang-kurangnya untuk dua orang, terapat di depan
kamar operasi/kamar bersalin. Wastafel itu harus dirancang agar tidak membuat basah
lantai. Air cuci tangan harus steril.
9. Ruang kerja bersih. Ruang ini berisi meja dan lemari berisi linen, baju dan
perlengkapan operasi, juga terdapat troli pembawa linen.
10. Ruang gas/tabung gas
11. Gudang alat anastesi: alat/mesin yang sedang direparasi-dibersihkan, meja dan kursi.
12. Gudang 12m2: tempat alat-alat kamar bersalin dan kamar operasi.

Pedoman Pelayanan obsestri Nenonatal Emergansi Komprehensif 26/ 99


13. Kamar ganti: pria dan wanita masing-masing 12m2, berisi loker, meja, kursi dan
sofa/tempat tidur, ada toilet 3m2.
14. Kamar diskusi bagi staf paramedis: 15 m2
15. Kamar jaga dokter: 15 m2.
16. Kamar jaga paramedis: 15 m2.
17. Kamar rumatan rumah tangga (house keeping): berisi lemari, meja, kursi, peralatan
mesin isap, sapu, ember, perlengkapan kebersihan dsb.
18. Ruang tempat brankar dan kursi roda.
h. Ruangan Penunjang Harus Disediakan Seperti:
 Ruang perawat/bidan
 Kantor perawat
 Ruang rekam medik
 Toilet staf
 Ruang staf medik
 Ruang loker staf/perawat
 Ruang rapat/konfresnsi
 Ruang keluarga pasien
 Ruang cuci
 Ruang peRSpan diperlukan bila ada kegiatan peRSpan alat/bahan.
 Gudang peralatan
 Ruang kotor –peralatan- harus terpisah dari ruang cuci/steril. Ruang ini mempunyai tempat
cuci dengan air panas-dingin, ada meja untuk kerja.
 Ruang obar: wastafel, meja kerja dsb.
 Ruang linen bersih.
 Dapur kecil untuk pembaian makan pasien.
B. PRASARANA DAN SARANA PENUNJANG
 Unit Transfusi Darah
Unit ini harus berfungsi untuk melakukan tes kecocokan, pengambilan donor dan tes lab: infeksi VDRL,
hepatitis dan HIV. Diperlukan ruang 25m2, berisi lemari pendingin, meja kursi, lemari telepon, kamar
petugas, dsb. Memiliki peralatan sesuai dengan standar minimal peralatan maternal dan neonatal. Bagi

Pedoman Pelayanan obsestri Nenonatal Emergansi Komprehensif 27/ 99


rumah sakit yang memiliki fasilitas unit transfusi darah/bank darah dianjurkan untuk membuat
kerjasama dengan penyedia fasilits tersebut.
 Laboratorium
Unit ini berfungsi untuk melakukan tes laboratorium dalam penanganan kedaruratan maternal alam
pemeriksaan hemostasis penunjang untuk pre eklampsia dan neonatal.
 Radiologi
Unit ini harus berfungsi untuk diagnostik obstetrik dan thoraks.
C. DENAH RUANG RS YPK MADIRI
D. STANDAR FASILITAS DAN SARANA
1. Nurse Station
Standar fasilitas di Nurse Station lantai I, II dan III adalah
No Nama Alat Jumlah Spesifikasi Ukuran Keterangan
1 Tensimeter 1 Air raksa Standar
2 Stetoskop 1 Riester Standar
3 Bak instrument 1 Stainless Kecil
4 Kom tertutup 1 Stainless Kecil
5 Light Box 1 Fiber Single
6 Timbangan 1 Stainless Dewasa
7 Troly obat 1 Stainless Standar
8 Glukometer 1 Achu-check Standar
9 Tourniquet 1 Karet Standar
10 Thermometer 1 Digital Dewasa
11 Thermometer manual 1 Air raksa Dewasa
1
ATK 1
1 Tempat isolatif 1 Plastik Standar
2 Perforator 1 Stainless Standar
3 Computer 1
4 Printer 1 Standar
5 CPU 1 Standar
6 Box file jumbo 7 Plastik Standar
7 Penggaris 50 cm 1 Plastik Standar
8 Map status 30 Plastik+karton Standar
9 Papan penugasan perawat 1 White board 1,5mx1m
10 Papan rencana tindakan 1 White board 1,5mx1m
pasien
11 Papan pengumuman 1 White board 1,5mx1m
12 Formulir-formulir 1 Kertas
1
ART 1

Pedoman Pelayanan obsestri Nenonatal Emergansi Komprehensif 28/ 99


1 Nurse station 1 Medicom Standar
2 Kotak saran 1 Kayu Standar
3 Kursi kantor 4 Mubaric Standar
4 Pesawat telepon 3 Panasonic Standar

2. Ruang Perawatan Kelas VIP


No Nama Alat Jumlah Spesifikasi Ukuran Keterangan
1 Tempat tidur 1 Paramount Dewasa
elektrik
2 Kasur 1 Busa Dewasa
3 Bantal 2 Darkon Standar
4 Bantal guling 1 Darkon Standar
5 Bed cover 1 Katun+woll 218x214 cm
6 Sofa bed 1 Jok+busa Standar
7 Meja tamu 1 Kayu Standar
8 Lemari pakaian 1 Kayu Standar
9 Meja rias 1 Kayu Standar
10 Bedside cabinet 1 Stainless+berlaci Standar
11 Over bed table 1 Stainless+Kayu Standar
12 Kursi penunggu 2 Kayu+jok Standar
13 Televisi 1 Sanyo 21 inci
14 Lemari es 1 Sanyo 2 pintu
15 Dispenser 1 Bio-L Standar
16 Pesawat telepon 1 Panasonic Standar
17 Ac 1 Daikin 1 PK
18 Kamar mandi dan toilet 1 Shower & wc 2x 1,5m
duduk

3. Ruang Perawtan Kelas 1


No Nama Alat Jumlah Spesifikasi Ukuran Keterangan
1 Tempat tidur 2 Paramount elektrik Dewasa
2 Kasur 2 Busa Dewasa
3 Bantal 2 Darkon Standar
4 Bantal guling 2 Darkon Standar
5 Lemari pakaian 2 Kayu Standar
6 Meja rias 2 Kayu Standar
7 Bedside cabinet 2 Stainless+berlaci Standar
8 Over bed table 2 Stainless+Kayu Standar
9 Kursi penunggu 2 Kayu+jok Standar
10 Televisi 2 Sanyo 21 inci
11 Lemari es 1 Sanyo 1 pintu
12 Pesawat telepon 2 Panasonic Standar
13 Ac 1 Daikin 1 PK

Pedoman Pelayanan obsestri Nenonatal Emergansi Komprehensif 29/ 99


14 Kamar mandi dan toilet 1 Shower & wc duduk 2x 1,5m

4. Ruang Perawatan Kelas II


No Nama Alat Jumlah Spesifikasi Ukuran Keterangan
1 Tempat tidur standar 3 Paramount Standar
2 Kasur 3 Busa Standar
3 Bantal 3 Darkon Standar
4 Lemari pakaian 3 Kayu Standar
5 Bedside cabinet 3 Paramount Standar
6 Over bed table 3 Paramount Standar
7 Kursi penunggu 3 Kayu+jok Standar
8 Televisi 1 Sanyo 21 inci
9 Pesawat telepon Optional Panasonic Standar
10 Ac 1 Daikin 1 PK
11 Kamar mandi dan toilet 1 Shower & wc 2x1,5m
duduk

5. Ruang Perawatan Kelas III


No Nama Alat Jumlah Spesifikasi Ukuran Keterangan
1 Tempat tidur standar 5 Paramount Standar
2 Kasur 5 Busa Standar
3 Bantal 5 Darkon Standar
4 Lemari pakaian 5 Kayu Standar
5 Bedside cabinet 5 MAK Standar
6 Over bed table 5 MAK Standar
7 Kursi penunggu 5 Kayu+jok Standar
8 Televisi 1 Sanyo 21 inci
9 Pesawat telepon Optional Panasonic Standar
10 Ac 1 Daikin 1 PK
11 Kamar mandi dan toilet 1 Shower & wc 2x1,5m
duduk

6. Ruang Perawatan Bayi


A. Kamar Bayi Level 1
No Nama Alat Jumlah Spesifikasi Ukuran Keterangan
1 Inkubator 2 Tesena Standar
2 Suction 1 DXX-1 Standar
3 Timbangan bayi 1 Sella Standar
4 Korentang 1 Stainless Standar
5 Tempat steril botol 1 Chicco Standar

Pedoman Pelayanan obsestri Nenonatal Emergansi Komprehensif 30/ 99


6 Oxygen dinding 2 Standar
7 Tangga pasien 1 Standar
8 Humidifier 1 Standar
9 Lampu emergency 1 Standar
10 Tas emergency 1 Standar
11 Stabilizer 1 Matsuta Standar
12 Box bayi 8 Stainless Standar
13 Thermometer 1 Termo Standar
14 Tiombangan pampers 1 Standar
15 Photo teraphy 2 Tesena Standar

ATK
1 Telephon 1 Panasonic Standar
2 Jumbo vox file 2 Karton+plastik Standar
3 Papan reklame 3 Kayu+kertas Standar
4 Box plastik 1 Plastik Standar
5 Meja 1 Kayu Standar
6 Lemari pakaian 1 Kayu Standar

ART
1 Kursi kantor beroda 2 Mubaric Standar
2 Kursi betawi 2 Kayu Standar
3 Meja bundar betawi 1 Kayu Standar
4 Toples 2 Gelas Standar
5 Remote AC 1 Daikin Standar
6 Jam dinding 1 RSMG Standar
7 Tempat sampah 2 Plastik Standar
8 Ember tertutup 1 Plastik Standar
9 Termos 1 1 lt
10 Hand soap 1 Plastik Standar
11 AC 1 Daikin Standar

Obat-obatan
1 Minyak telon 1 Cair Standar
2 Baby oil 1 Cair Standar
3 Neo K 4 Ampul Standar
4 Cendofenikol 1 Tube Standar
5 Sagestam 1 Cream Standar
6 Salep Garamycin 1 Salep Standar

B. Kamar Bayi Level II


No Nama Alat Jumlah Spesifikasi Ukuran Keterangan
1 Inkubator 2 Tesena
2 Timbangan 1 Sella

Pedoman Pelayanan obsestri Nenonatal Emergansi Komprehensif 31/ 99


3 Toples 1
4 Korentang 1
5 Kom kecil 1
6 Meja stenlis 1 Max
7 Set infus 1 Box
8 Mediglove 1 Box
9 Tiang infuse 1
10 Stetoskop 2

Alkes
1 Extension tube 1 Terumo
2 Three way 1 Terumo
3 Hypafis 1 Terumo
4 Feeding tube no.8 1 Terumo
5 Feeding tube no.6 1 Terumo
6 Spuit no. 10cc 1 Terumo
7 Spuit no. 50cc 1 Terumo
8 Spuit no. 1cc 2 Terumo
9 Spuit no.2,5cc 2 Terumo
10 Urin kolektor 1
11 N5 1 Outsu
12 Dex10% 1 Otsu
13 NaCl 0,9% 100cc 1 Otsu
14 Xyloxain jelly 2% 1

Obat-obatan
1 Lasix 1 2cc
2 Phenitoin 1 2cc
3 Ranitidine 1 2cc
4 Dexamethasone 1 2cc
5 Heparine 1 5000iu
6 Morphine 1 1cc
7 Aminophylin 1 10mg
8 Omz 1 40mg

Set Infus
1 Pinset anatomis 1 Stainless Standar
2 Gunting kecil 1 Stainless Standar
3 Duk alas 1 Kain Standar
4 Duk bolong kecil 1 Kain Standar
5 Kapas bulat alcohol 1 Kapas Standar
6 Kassa 1 Kain Standar

Umbilikal kareter Set


1 Duk alas 1 Kain Standar

Pedoman Pelayanan obsestri Nenonatal Emergansi Komprehensif 32/ 99


2 Duk bolong 1 Kain Standar
3 Kassa steril 5 Lembar Standar
4 Pinset anatomis 1 Stainless Standar
5 Pinset sirugis 1 Stainless Standar
6 Arteri klem 1 Stainless Standar
7 Gunting kecil 1 Stainless Standar
8 Kom kecil 1 Stainless Standar
9 Nallpuder 1 Stainless Standar

C. Tas Emergency Kamar Bayi


No Nama Alat Jumlah Spesifikasi Ukuran Keterangan
OBAT
1 Epineprin 2 1cc
2 Ca.glukonas 1 10cc
3 Dormicum 1 5cc
4 Sulfas atropine 2 1cc
5 Neo K 2 1cc
6 Meylon 1 25cc
7 Dextrose 10% 1 500cc
8 NaCL 0,9% 2 25cc
9 N5 1 500cc
10 Water for Inj 2 25cc
11 KCl 2 25cc

ALKES
1 Abocatch no 24 2 Terumo Standar
2 Abocatch no 24 2 Terumo Standar
3 Abocatch no 26 2 Terumo Standar
4 Wing needle 2 Terumo Standar
5 ETT no 2 1 Portex Standar
6 ETT no 2,5 1 Portex Standar
7 ETT no 3 1 Portex Standar
8 ETT no 3,5 1 Portex Standar
9 ETT no 4 1 Portex Standar
10 Feeding tube no 3,5 1 Terumo Standar
11 Feeding tube no 5 1 Terumo Standar
12 Feeding tube no 8 1 Terumo Standar
13 Extension tube 1 Terumo Standar
14 Gelang bayi biru 1 Standar
15 Gelang bayi pink 1 Standar
16 Face mouth 4 Portex Standar
17 Goodel no 0(04) 2 Rusch Standar
18 Goodel no 00 (06) 3 Rusch Standar
19 Goodel no 000 (08) 4 Rusch Standar

Pedoman Pelayanan obsestri Nenonatal Emergansi Komprehensif 33/ 99


20 Nasal canul pediatric 2 Latex Standar
21 Mikropore 1 Standar
22 Mokri dip 1 Terumo Standar
23 Suplu tubing 1 Latex Standar
24 Suction catch no 8 1 Latex Standar
25 Spuit 1cc 1 Terumo Standar
26 Spuit 2,5cc 3 Terumo Standar
27 Spuit 10cc 1 Terumo Standar
28 Spuit 20cc 1 Terumo Standar
29 Umbilical cord 1 Standar
31 Ambu bag bayi 1 Standar
32 Xylocain jelly 1 Standar
33 Stilet 1 Portex Standar
34 Laringoscop 1 Riester Standar

7. Ruang Partus VIP


No Nama Alat Jumlah Spesifikasi Ukuran Keterangan
1 t.tidur elektrik/t.partus 1 Paramount Standar
2 Kasur busa 1 Busa Standar
3 Bantal 2 Darcon Standar
4 Guling 1 Darcon Standar
5 Bedside cabinet 1 MAK Standar
6 Meja makan pasien 1 MAK Standar
7 Tiang infus TT 1 Paramount Standar
8 Dopler 1 Jumper Standar
9 Lampu sorot 1 Kawe Standar
10 Trolly stainlese 1 MAK Standar
11 Meja mayo 1 MAK Standar
12 Tensimeter 1 Riester Standar
13 Stetoscop 1 Duplek Standar
14 Tromol sedang 1 Stainless No 27
15 Tomol kecil 1 Stainless No 21
16 Kom bertutup 1 Stainless Standar
17 Keranjang set infus 1 Plastik Standar
18 Box bayi 1 MAK Standar
19 Kursi taburet 1 RIO Standar
20 Lemari besar 2 Kayu Standar
21 Kursi penunggu 2 Kayu+jok Standar
22 Sofa bed 1 Jok+busa Standar
23 Meja tamu 1 Kayu Standar
24 Meja telepon 1 Kayu Standar
25 Ac 1 Daikin Standar
26 Dispenser 1 Bio L Standar
27 Lukisan 1 Standar

Pedoman Pelayanan obsestri Nenonatal Emergansi Komprehensif 34/ 99


28 Rak handuk 1 Stainless Standar
29 Jam dinding 1 Standar
30 Keranjang baju 1 Lion star Standar
31 Skerm Besi+kain Standar

8. Ruang Bersalin/VK
No Nama Alat Jumlah Spesifikasi Ukuran Keterangan
Alkes
1 Bed Partus 1 Huntleight Standar
2 Infant warmer 1 Standar
3 Meja mayo 1 Stainless Standar
4 Timbangan bayi 1 Stella
5 Korentang 1 Stainless Standar
6 Tromol 1 Stainless Sedang
7 Tromol 1 Stainless Besar
8 Kom tertutup 1 Stainless Kecil
9 Pispot 1 Stainless Standar
10 Nierbekken 1 Stainless Standar
ART
1 Kursi bundar 1 Taburet Standar
2 Box container 2 Plastik Besar
3 Toples 1 Kaca Besar
4 Toples 2 Kaca Kecil
5 Telepon 1 Panasonic Standar
Emergensi stok
1. Obat
1 Alinamin F 2 Ampul/inj 10 ml
2 Atropin sulfat 10 Ampul/inj 1 ml
3 Cycotec 4 Tablet 2 ml
4 Divadilan 2 Ampul/inj 3mg
5 Dormicum 3 Ampul/inj
6 Epidosin 3 Ampul/inj
7 Fenthanyl 2 Ampul/inj
8 Kanamycin 1 Flacon/inj 1gr
9 Ketalar 1 Ketalar/inj 20 ml
10 Kalmethason 3 Ampul/inj 2 ml
11 Lidocain 10 Ampul/inj 2 ml
12 Methegrin 10 Ampul/inj 2 ml
13 MGSO4 2 Fles/inj 25 ml
14 Primperan 3 Ampul/inj 2 ml
15 Phenergan 3 Ampul/inj 2 ml
16 Papaverin 5 Ampul/inj 1 ml

Pedoman Pelayanan obsestri Nenonatal Emergansi Komprehensif 35/ 99


17 Phytaminadion 6 Ampul/inj
18 Pethidin 1 Ampul/inj 2 ml
19 Profapol 5 Ampul/inj
20 Syntocinon 10 Ampul/inj 2 ml
21 Transamin 5 Ampul/inj 5 ml
22 Toradol 2 Ampul/inj 2 ml
23 Valium 5 Ampul/inj 2 ml
24 Vit K 5 Ampul/inj 1 ml
25 Xylocain 25% 2 Falcon /inj 50 ml
26 Xilocain jelly 2 Tube 20gr
27 Sufratul 5 Lembar Standar

2. Cairan
1 Dextrose 2,5% 1 Kolf 500 ml
2 Dextrose 5% 5 Kolf 500 ml
3 Nacl 0,9% 2 Kolf 25 ml
4 Nacl 0,9% 5 Kolf 500ml
5 Water for inj 5 Kolf 25 ml
6 Ringer lactate 5 Kolf 500 ml
7 Ringer dextrose 5 Kolf 500ml

III Alkes Disposible


1 Ansel gammex 5 Steril No. 6
2 Ansel gammex 5 Steril No. 6,5
3 Ansel gammex 5 Steril No.7
4 Ansel gammex 5 Steril No.7,5
5 Ansel gammex 5 Steril No.8
6 Apron disposable 5 Standar
7 Blood set 5 Terumo Standar
8 Chromic 5 W488 2/0
9 Canule curet 2 Carman No.5
10 Canule curet 2 Carman No.6
11 Canule curet 2 Carman No.8
12 Canule curet 2 Carman No.10
13 Folley catheter 2 Rusch No.12
14 Folley catheter 2 Rusch No.14
15 Folley catheter 2 Rusch No.16
16 Folley catheter 2 Rusch No.18
17 Folley catheter 2 Rusch No.22
18 Folley catheter 1 Rusch No.24
19 Female catheter 5
20 Hamsaplas betadin 10 Steril
21 Hypafix 2 10x5
22 Infus set 4 B.braun Standar
23 IV catheter 1 Terumo No.14

Pedoman Pelayanan obsestri Nenonatal Emergansi Komprehensif 36/ 99


24 IV catheter 2 Terumo No.18
25 IV catheter 2 Terumo No.20
26 IV catheter 2 Terumo No.22
27 IV catheter 1 Terumo No.24
28 IV catheter 1 Terumo No.26
29 Kassa steril 2 Husada Standar
30 Kapas husada 50 25gr
31 Kiwi vacuum disp 1 Kaca Standar
32 Masker surgical 2 Standar
33 Materny post partum 6 Standar
34 Pampers baby 1 Standar
35 Spuit 1cc 10 Terumo 1cc
36 Spuit 2,5 cc 10 Terumo 2,5cc
37 Spuit 5cc 10 Terumo 5cc
38 Spuit 10cc 10 Terumo 10cc
39 Spuit 20cc 2 Terumo 20cc
40 Spuit 50cc 1 Terumo 50cc
41 Suction catheter 5 No.8
42 Tegaerm 2 10x25
43 Umbilical cord 5 Standar
44 Urine bag steril 4 Rusch Standar
45 Uterin injector 1 ZVi 2.0 Standar
46 Under pad 6 Besar
47 Venflon 5 No.18
48 Venflon 5 No.20
49 Venflon 2 No.22

9. Nurse Station Ruang Bersalin


No Nama Alat Jumlah Spesifikasi Ukuran Keterangan
A Alkes
1 Timbangan 1 Detecto Dewasa
2 Bag emergensi 1 Stainless Standar

B ART
1 Meja kantor 2 Kayu Standar
2 Kursi kantor beroda 2 Mubarik Standar
3 Meja bundar 1 Standar
4 Tempat sampah medis 2 Plastik Besar
5 Tempat sampah 2 Plastik Sedang
6 Tissue kotak 1 Plastik Standar
7 Rak sepatu 1 Plastik Standar
8 Sandal 3 Plastik Besar
9 Sepatu bot 1 Plastik Besar

Pedoman Pelayanan obsestri Nenonatal Emergansi Komprehensif 37/ 99


C ATK
1 Jumbo box file 4 Plastik Standar
2 Telephone 1 Panasonic Standar
3 Perporator 1 Stainless Standar
4 Map status 1 Karton Standar
5 Map plastik 1 Plastik Standar
6 Clear box 1 Plastik Standar

10. Ruang Kala


No Nama Alat Jumlah Spesifikasi Ukuran Keterangan
A. Alkes
1 Tempat tidur partus 1 Paramount Standar
2 Tempat tidur standar 2 Paramount Standar
3 Bedside cabinet 1 MAK Standar
4 Overbed table 2 MAK Standar
5 CTG 1 Hewleet Standar
6 USG 1 Logid L200 Standar
7 Dopler 1 Fatai dopler Standar
8 Tensimeter 1 Kent Standar
9 Standar infuse 1 Paramount Standar
10 Nier bekken 1 Stainless Standar
11 Lenec 1 Kayu Standar
12 Scerem 1 Katun Standar
13 Spuit gliserin 1 Stainless Standar
14 Kom tertutup 1 Stainless Kecil
15 Standar infuse 1 Stainless Standar
16 Pisau cukur 1 Stainless Standar
17 Tromol kecil 1 Stainless Kecil
18 Tromol besar 3 Stainless Besar
19 Tromol sedang 1 Stainless Sedang
20 Pispot 1 Stainless Standar
21 Korentang 1 Stainless Standar
22 Piala ginjal 1 Stainless Standar
B ART
1 Toples 1 Kaca Besar
2 Ember sedang 2 Plastik Sedang
3 Hand soap 1 Plastik Standar
4 Tempat alcohol 1 Plastik Standar
5 Box container 1 Plastik Besar
6 AC 1 Daikin Standar
7 Kulkas 1 Samsung Kecil
8 Lampu emergensi 1 2bohlam Standar
9 Dingkil 1 2 tangga Standar
10 Jam dinding 1 Standar

Pedoman Pelayanan obsestri Nenonatal Emergansi Komprehensif 38/ 99


11 Telephone 1 Panasonic Standar

11. Ruang Tindakan


No Nama Alat Jumlah Spesifikasi Ukuran Keterangan
A. Alkes
1 Gynecolog chair 2 Huntleight Standar
2 Suction 2 Chong wae 5lt
3 Lampu sorot 1 Kawe Standar
4 Monitor EKG 1 Heuwlet Packard Standar
5 Tabung O2 dorong 1 Besi 1000lt
6 Korentang 1 Stainless Standar
7 Bak instrument 1 Stainless Besar
8 Kom tertutup 1 Stainless Sedang
9 Tromol kecil 1 Stainless No. 21
10 Ambu bag 1 Karet Dewasa
11 Trolystainless 1 MAK Standar
12 Humidifier O2 1 Stainless fiber 300cc
13 Meja mayo 1 Stainless Standar
B ART
1 Kursi Bundar 1 Taburet Standar

12. Ruang Tunggu Keluarga Pasien Melahirkan


No Nama Alat Jumlah Spesifikasi Ukuran Keterangan
1 Sofa 1 Jok + busa Standar
2 Meja tamu 2 Kayu Standar
3 Kursi hijau 7 Besi+jok Standar
4 Kursi merah 4 Future Standar
5 Tv 1 Akira 21inc
6 Ac 1 Daikin 1PK

13. Ruang Karu (Kepala Ruangan)


No Nama Alat Jumlah Spesifikasi Ukuran Keterangan
1 Meja kantor 1 Kayu Standar
2 Kursi beroda 1 Mubarik Standar
3 Kursi beroda 2 Future Standar
4 Filling cabinet 2 Besi 3 laci
5 Papan s.organisasi 1 White board 90x90cm

14. Ruang Obat Dan Perlengkapan


No Nama Alat Jumlah Spesifikasi Ukuran Keterangan
1 Trolly obat 1 Stainless Standar

Pedoman Pelayanan obsestri Nenonatal Emergansi Komprehensif 39/ 99


2 Suction 1 Chong wae
3 EKG 1 Nichon kohden
4 Tabung oksigen 1 Besi
5 Korentang 1 Stainless Standar
6 Kom tertutup 1 Stainless
7 Alat tumbuh obat 1 Keramik Standar

15. Ruang Linen


No Nama Alat Jumlah Spesifikasi Ukuran Keterangan
1 Boven laken 62 Katun putih tebal 274x180cm
2 Laken 62 Katun putih tebal 269x176cm
3 Stick laken 62 Katun putih tebal 176x92cm
4 Sarung bantal 62 Katun putih tebal 65x53cm
5 Sarung gulng 62 Katun tebal 90x40cm
6 Baju pasien 62 Katun tebal Standar
7 Baju pengantar jenazah 2 Katun tebal Standar
8 Baju khemotherapi 2 Katun tebal Standar
9 Baju dokter 6 Katun tebal Standar
10 Bed cover 8 Wool+katun Standar
11 Handuk 10 Handuk 90cmx40cm
12 Lap tangan 8 Handuk 40x40cm
13 Keset 26 Handuk 60cmx100cm

16. Ruang Pantry


No Nama Alat Jumlah Spesifikasi Ukuran Keterangan
1 Microwave 1 First line
2 Dispenser 1 Sanyata
3 Kitchen set 1 Kayu chitose
4 Kursi 2 Kaca
5 Piring 6 Kaca
6 Gelas 12 Stainless
7 Sendok 12 Stainless
8 Garpu 12 Stainless
9 Tatakan+tutup gelas 12 Stainless
10 Pisau 1 Stainless
11 Baki 1 Stainless
12 Termos 3 Melamin
13 Gallon 2 Plastik
14 Trolly makan 1 Fiber
15 Meja dispenser 1 Kayu
16 Tempat sampah 1 Plastik

Pedoman Pelayanan obsestri Nenonatal Emergansi Komprehensif 40/ 99


17. Ruang Spoelhok
No Nama Alat Jumlah Spesifikasi Ukuran Keterangan
1 Waskom 30 Stainless Standar
2 Pispot 15 Stainless Standar
3 Gelas ukur 1 Stainless 2 lt
4 Urinal 3 Plastik Standar
5 Commode chair 1 Plastik Standar

18. Ruang Spoelhok Kamar Bersalin


No Nama Alat Jumlah Spesifikasi Ukuran Keterangan
A Alkes
1 Waskom besar 1 Stainless
2 Waskom sedang 1 Stainless
3 Waskom kecil 1 Stainless
4 Pispot 1 Stainless
5 Piala ginjal 3 Stainless
6 Piring plasenta 1 Stainless
7 Saringan besar 1 Stainless
B ART
1 Kain pel 1 Kain tebal
2 Sikat WC 1 Plastik
3 Serokan Air 1 Plastik
4 Sapu 1 Plastik
5 Ember besar 1 Plastik
6 Ember sedang 1 Plastik
7 Ember kecil 1 Plastik
8 Rak handuk 1 Stainless

E. PEMELIHARAAN, PERBAIKAN DAN KALIBRASI PERALATAN


Setiap peralatan yang ada baik medis maupun non medis harus dilakukan pemeliharaan, perbaikan dan
kalibrasi agar peralatan dapat tetap terpelihara dan dapat digunakan sesuai dengan fungsinya.
 Tujuan:
a. Agar peralatan yang ada dapat digunakan sesuai dengan fungsi dan tujuan
b. Agar nilai yang dikeluarkan dari alat medis sesuai dengan nilai yang diinginkan
c. Sebagai bahan informasi untuk perencanaan peremajaan peralatan medis yang diperlukan
 Prosedur
a. Untuk perbaikan peralatan yang rusak mengisi buku permintaan perbaikan rangkap 3 (putih, merah,
kuning) dan diantar ke bagian rtehnisi beserta alat yang rusak.

Pedoman Pelayanan obsestri Nenonatal Emergansi Komprehensif 41/ 99


b. Setelat alat diperbaiki di tehnisi, alat dikembalikan keruangan.
c. Bila alat tidak dapat diperbaiki oleh tehnisi internal, maka alat diperbaiki oleh tehnisi luar (melalui
bagian pembelian).

Pedoman Pelayanan obsestri Nenonatal Emergansi Komprehensif 42/ 99


BABI V
STANDAR PELAYANAN

KRITERIA RUMAH SAKIT PONEK 24 JAM

KRITERIA UMUM RUMAH SAKIT PONEK


 Ada dokter jaga yang terlatih di IGD untuk mengatasasi kasus emergensi baik secara umum maupun
emergency obstetrik-neonatal.
 Dokter, bidan dan perawat telah mengikuti pelatihan PONEK di rumah sakit meliputi resusitasi
neonatus, kegawat-daruratan obstetrik-neonatal.
 Mempunyai Standar Operasinal Prosedur penerimaan dan penanganan pasien kegawat-daruratan
obstetrik-neonatal.
 Kebijakan tidak ada uang muka bagi pasien kegawat-daruratan obstetri-neonatal.
 Mempunyai prosedur pendelegasian wewenang tertentu.
 Mempunyai standar respon time di IGD selama 10 menit, di kamar bersalin kurang dari 30 menit,
pelayanan darah kurang dari 1 jam.
 Tersedia kamar operasi yang siap (siaga 24 jam) melakukan operasi, bila ada kasus emergency
obstetri atau umum
 Tersedia kamar bersalin yang mampu menyiapkan operasi dalam waktu kurang dari 30 menit
o Memiliki kru/awak yang siap melakukan operasi untuk melaksanakan tugas sewaktu-waktu,
meskipun on call
o Adanya dukungan semua pihak dalam tim pelayanan PONEK, antara lain dokter kebidanan,
dokter anak, dokter/petugas anastesi, dokter penyakit dalam, dokter spesialis lain serta
dokter umum, bidan dan perawat.
o Tersedia pelayanan darah siap 24 jam
o Tersedia pelayanan penunjang lain yang berperan dalam PONEK, seperti laboratorium dan
radiologi selama 24 jam, recovery room 24 jam, obat dan alat penunjang yang selalu siap
tersedia.
o Perlengkapan
 Semua perlengkapan harus bersih (bebas dari debu, kotoran, bercak, cairan, dll.)
 Permukaan metal harus bebas karat atau bercak

Pedoman Pelayanan obsestri Nenonatal Emergansi Komprehensif 43/ 99


 Semua perlengkapan harus kokoh (tidak ada bagian yang longgar atau stabil)
 Permukaan yang di cat harus utuh dan bebas dari goresan besar
 Roda perlengkapan (jika ada) harus lengkap dan berfungsi baik
 Instrument yang siap digunakan harus disterilisasi
 Semua perlengkapan listrik harus berfungsi dengan baik (saklar, kabel dan steker
menempel kokoh).
o Bahan
Semua bahan harus berkualitas tinggi dan jumlahnya cukup untuk memenuhi kebutuhan unit
ini.

KRITERIA KHUSUS RUMAH SAKIT PONEK


1. SUMBER DAYA MANUSIA
Memiliki tim PONEK essensial yang terdiri dari:
- 1 dokter spesialis Kebidanan Kandungan
- 1 doker spesialis anak
- 1 dokter di Instalasi Gawat Darurat
- 3 orang bidan (1 Koordinator dan 2 penyelia)
- 2 orang perawat
Tim PONEK ideal ditambah
- 1 dokter spesialis Anastesi/perawat Ansthesi
- 6 bidan pelaksana
- 10 perawat (tiap shift 2-3 perawat jaga)
- 1 petuas laboratorium
- 1 pekarya kesehatan
- 1 petugas administrasi

Pedoman Pelayanan obsestri Nenonatal Emergansi Komprehensif 44/ 99


PELAYANAN KESEHATAN MATERNAL DAN NEONATUS

A. Konsep Pelayanan :
 Dilakukan secara kerjasama tim(teamwork)
 Pelayanan dilakukan sesuai standar
 Peralatan yang tersedia memenuhi ketentuan
 Semua tindakan terdokumentasi dengan baik
 Harus ada sistem monitor dan evaluasi
B. Strata Pelayanan Maternal dan Perinatal di RS
Dalam menyelenggarakan pelayanannya di rumah sakit, pelayanan kesehatan maternal dan perinatal
dibagi dalam beberapa strata pelayanan. Jenis pelayanan, kompetensi SDM dan fasilitas/sarana pelayanan
menentukan strata pelayanan di rumah sakit tersebut atau sebaliknya.
Pelayanan kesehatan maternal dan perinatal di RS YPK Mandiri masuk dalam strata II : Pelayanan
sekunder yaitu pelayanan medik spesialistik (RS Kelas B Non Pendidikan dan Kelas C), mencakup :
 Pelayanan antenatal dan postnatal
 Pelayanan persalinan normal dan penanganan persalinan resiko sedang dan tinggi
 Perdarahan dalam kehamilan, persalinan dan nifas
 Pelayanan Perinatal level 2 (MCU atau HCU)
 Perawatan bayi dengan kelainan sedang – berat
 Perawatan Metode Kangguru untuk BBLR
 Inisiasi Menyusui Dini dan pemberian ASI pada neonatus
 Imunisasi
 Keluarga Berencana

Tenaga yang tersedia minimal :


 Dokter spesialis Obstetri & Ginekologi
 Dokter spesialis Anak
 Dokter umum terlatih
 Perawat terlatih
 Bidan

Pedoman Pelayanan obsestri Nenonatal Emergansi Komprehensif 45/ 99


C. Administrasi dan pengelolaan pelayanan
Administrasi dan pengelolaan pelayanan maternal dan perinatal merupakan bagian integral dari unit
pelayanan di rumah sakit yang diatur untuk dapat memenuhi kebutuhan masyarakat
Adapun cakupan pelaksanaan administrasi dan pengelolaan sebagai berikut :
1. Cakupan pelayanan ditentukan berdasarkan fungsi dan kemampuan rumah sakit
2. Bagan pelayanan kegiatan administrasi digambarkan dengan jelas dan dapat diketahui umum. Dalam
bagan pelayanan administrasi harus tergambar tiga jalur sistem yaitu :
 Alur Pelayanan Pasien
 Alur Pencatatan dan Pelaporan
 Alur Keuangan
Ketiga jalur tersebut harus dijabarkan dalam prosedur tetap (Protap)
3. Bagan organisasi harus dapat mencermikan hubungan kerja, wewenang dan tanggung jawab dari staf
medis, perawat dan non perawat
4. Harus ada kepala/manajer yang ditetapkan untuk bertanggung jawab atas pengelolaan pelayanan
maternal dan perinatal
5. Protap penatalaksanaan pelayanan maternal dan perinatal di rumah sakit harus ada (PPK untuk ibu dan
anak)
6. Tenaga kesehatan yang ada pada pelayanan maternal dan perinatal di rumah sakit harus memenuhi
kualifikasi

Pedoman Pelayanan obsestri Nenonatal Emergansi Komprehensif 46/ 99


D. Alur Pelayanan di RS

Pasien datang sendiri/rujukan

Instalasi Rawat
IGD Inap

Rawat Inap unit Terkait

Kamar Tindakan

Kamar Operasi

Kamar Bersalin

 Bank Darah
 Pemeriksaan
Penunjang
 Farmasi

Pedoman Pelayanan obsestri Nenonatal Emergansi Komprehensif 47/ 99


E. Prosedur Pelayanan
Pelayanan yang diberikan sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan RS dan Standar Prosedur
Operasional. Prosedur pelayanan maternal & perinatal adalah :
1. Melakukan identifikasi pasien :
Pasien baru :
a. Bisa berasal dari rujukan luar maupun dalam RS serta datang sendiri
b. Dilakukan anamnesa penyakit dan pengisian rekam medik yang baru secara lengkap
Pasien lama :
a. Bisa berasal dari rujukan luar maupun dalam RS serta datang sendiri
b. Dilakukan anamnesa penyakit dan pengisian rekam medik yang lama secara lengkap
2. Tindakan pertama dilakukan setelah pemeriksaan oleh tenaga medis (dokter). Pemeriksaan
dilakukan secara sistematis meliputi anamnesa dan pemeriksaan fisik.
3. Setelah itu kolaborasi dengan tenaga keperawatan lainnya sesuai kewenangan masing – masing
4. Apabila akan dilakukan tindakan/operasi maka pasien dan keluarga diberikan informasi mengenai
tindakan/operasi yang akan dilakukan (teknik, lokasi dll) setelah setuju maka keluarga
menandatangani informed consent
5. Pada kasus – kasus dengan resiko tinggi sebelum diberikan informasi, pasien harus ditangani
terlebih dahulu
6. Jika pasien dirawat bersama oleh beberapa spesialisasi maka harus ada dokter penanggungjawab
pasien (DPJP)
7. Apabila diperlukan dapat dilakukan pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan laboratorium,
radiologi dan sebagainya.
8. Pelayanan yang diberikan meliputi preventif, promotif, kuratif dam rehabilitatif
9. Pulang dan kunjungan kontrol
- Pasien dipulangkan setelah mendapat persetujuan dokter
- Pada saat pulang ibu diberikan catatan mengenai kesehatan ibu dan bayi menggunakan buku
KIA atau sejenisnya
- Kunjungan kontrol dapat dilakukan di tempat pemberi layanan (RS) atau fasilitas kesehatan
diluar RS (Puskesmas, klinik, dokter/bidan swasta) apabila pasien sebelumnya merupakan
kiriman/rujukan dari sarana pelayanan kesehatan tersebut

Pedoman Pelayanan obsestri Nenonatal Emergansi Komprehensif 48/ 99


F. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dan pelaporan adalah keseluruhan proses pendataan pelakasanaan pelayanan maternal dan
perinatal di rumah sakit dimana petugas pencatatan dan pelaporan serta jalur dan terapan telah ditetapkan
secara jelas
A. Pencatatam
Dalam pelayanan maternal dan perinatal di rumah sakit diperlukan mekanisme pencatatan yang
akurat
- Form MP (Formulir Maternal Perinatal)
Form ini mencatat data semua ibu bersalin/nifas dan perinatal yang masuk ke rumah sakit.
Pengisiannya dapat dilakukan oleh dokter atau perawat
- Form MA (Formulir Medical Audit)
Form ini dipakai untuk menulis hasil/kesimpulan dari audit Maternal maupun audit Perinatal.
Yang mengisi formulir ini adalah dokter yang bertugas di Bagian Kebidanan dan Kandungan
(untuk kasus ibu) atau Bagian Anak (untuk kasus perinatal)
B. Perinatal
- Internal : Laporan harian tetap dilakuak di tiap – tiap bagian di rumah sakit yang nantinya secara
periodik (mingguan) diserahkan kepada penanggungjawab/manajer pelayanan Maternal dan
Perinatal
- Eksternal : Laporan dari rumah sakit ke Dinas Kesehatan (LAPRS) Laporan bulanan ini berisi
informasi mengenai kesakitan dan kematian (serta sebab kematian) ibu dan bayi baru lahir di
Bagian Kebidanan dan Penyakit Kandungan serta Bagian Anak.
Penggunaan buku register di rumah sakit dlam pelayanan maternal dan perinatal berisi data – data
dasar semua pasien termasuk maternal dan perinatal resiko tinggi. Dari data tersebut diharapkan
dapat membantu untuk melakukan analisa dan pencatatan selama penanganan guna kepentingan
dalam peningkatan mutu maupun kinerja pelayanan maternal dan perinatal di rumah sakit.

G. Sistem Pembiayaan
Pembiayaan untuk pelayanan maternal dan perinatal ditetapkan sesuai dengan peraturan yang berlaku atas
dasar jenis pelayanan dan kelas perawatan.

Pedoman Pelayanan obsestri Nenonatal Emergansi Komprehensif 49/ 99


Sistem pembiayaan :
1. Sumber
a. Biaya sendiri
b. Asuransi
c. Perusahaan
d. Subsidi pemerintah/pemerintah daerah untuk pasien tidak mampu
e. Lain – lain
2. Pola tarif terdiri dari
- Konsul dokter
- Tindakan :
a. Jasa medik
b. Jasa Rumah Sakit
c. Bahan dan alat

Pedoman Pelayanan obsestri Nenonatal Emergansi Komprehensif 50/ 99


TINGKAT PELAYANAN PERINATAL RESIKO TINGGI

A. Pengertian: perawatan bayi baru lahir disesuaikan dengan keadaan klinis bayi setelah lahir dan tingkat
kemampuan perawatan di rumah sakit.
B. Tujuan
 Mempertahankan kondisi bayi baru lahir dalam keadaan sehat secara optimal
 Melakukan perawatan terhadap bayi baru lahir sesuai dengan tingkat pelayanan (tingkat I, II dan III)
C. Pembagian tingkat pelayanan
1. Pelayanan tingkat I (Ruang rawat Gabung)
 Merupakan pelayanan keperawatan dasar pada neonatus normal meliputi:
- Neonatus normal, stabil, cukup bulan dengan berat badan >2,5kg
- Neonatus hampir cukup bulan (masa kehamilan 35-37 minggu)
 Saat rawat gabung dengan bantuan tenaga paramedic ibu belajar merawat bayinya, mulai dari
memandikan bayi, merawat tali pusat dan menyusui bayinya.
 Pelayanan difokuskan pada
- Resusitasi dan perawatan neonatus
- Evaluasi pasca lahir untuk neonatus yang sehat
- Stabilisasi dan pemberian asuhan untuk bayi yang lahir pada sia 35 sd 27 minggu yang tetap
dalam keadaan stabil secara fisiologis
- Perawatan neonatus dengan usia kehamilan <35 minggu atau sakit sampai neonatus
dipindahkan ke fasilitas yang menyediakan asuhan neonetel spesialistik (level II-III).
- Therapi sinar.
2. Pelayanan tingkat II ( unit perawatan khusus neonatus)
Merupakan pelayanan keperawatan neonatus dengan ketergantngan tinggi, pelayanan neonatus
tingkat II dibagi 2 kategori yaitu IIA dan IIB yang dibedakan berdasarkan kemampuan memberikan
ventilasi dengan alat bantu termasuk CPAP (Continous Positive Airway Presure)
 Pelayanan keperawatan neonatus pada tingkat IIA
- Bayi premature dan atau sakit yang memerlukan resusitasi stabilisasi sebelum dipindahkan ke
fasilitas asuhan keperawatan intensif neonatus.

Pedoman Pelayanan obsestri Nenonatal Emergansi Komprehensif 51/ 99


- Bayi yang lahir denganusi kehamilan >32 minggu dan memiliki berat badan lahir > 1500 gram
yang tidak memiliki ketidakmatangan fisiologis seperti apnoe, prematuritas, ketidakmampuan
menerima asupan oral atau menderita sakit yang tidak diantisipasi sebelumnya.
- Bayi yang memerlukan oksigen nasal dengan pemantauan saturasi oksigen
- Bayi yang memerlukan infus intravena ferifer dan mungkin nutrisi parenteral untuk jangka
waktu terbatas.
- Bayi yang sedang dalam penyembuhan setelah perawatan intensif.
 Pelayanan keerawatan neonats pada tingkat IIB
Pelayanan keperawatan neonatus pada tingkat ini sama degan pelayanan keperawatan IIA
ditambah dengan pelayanan keperawatan pada bayi dengan penggunaan ventilasi mekanik selama
jangka waktu yang singkat (24jam).
3. Pelayanan tingkat III (Unit perawatan intensif neonatus)
 Pelayanan dengan pengawasan paling ketat dari segi penyakitnya dan kemampuan dokter dan
paramedic serta peralatannya
 Setiap bayi yang tidak apat dirawat di tingkat II merupakan kandidat untuk pelayanan tingkat III.
 Indikasi pelayanan tingkat III: bayi dengan apne berulang yang tidak dapat diatasi dengan
rangsangan taktil dan obat, bayi dengan gawat napas berat yang memerlukan bantuan vemtilator
(missal sindron aspirasi mekoneum, pneumotoraks, penyakit membrane hialin, gagal napas, hernia
diagframatika), bayi yang memerlukan transfuse tukar, bayi sebaelum dan sesudan operasi
sebelum dinyatakan layak di rawat di tingkat II, semua bayi dengan berat lahir < 1500g, sebelum
diputuskan apat dirawat di tingkat II.
D. Bayi baru lahir sehat
 NCB-SMK
 NKB (getasi>36 minggu dan atau BL > 2000gr)
 BBLR dengan asfiksia ringan
Riwayat kehamilan, persalinan, kelahiran dan pasca persalinan normal. Bila setelah di observasi di kamar
bayi dan secara klinis tidak ada kelainan (tanda vital dan pemeriksaan fisis normal), maka bayi
dilaksanakan rawat gabung (pelayanan tingkat I) paling lambat 4 jam setelah lahir.
E. Bayi resiko tinggi
 NKB <36 minggu
 BBLR <2000gr

Pedoman Pelayanan obsestri Nenonatal Emergansi Komprehensif 52/ 99


 Bayi BMK/IUGR
 NLB
 Bayi dengan riwayat asfiksia berat
 Ibu mempunyai komplikasi dalam kehamilan, persalinan atau kelahiran
Bayi dengan kriteria tersebut di observasi di ruang kamar bayi IRNA lantai II selama 4-6 jam, bila klinis
baik bayi dapat dilakukan rawat gabung, sedangkan bila bayi perburukan/sakit bayi di rawat di tingkat
pelayanan II atau III.
F. Bayi sakit
 Bayi baru lahir yang tampah tidak bugar dan atau disertai tanda klinis yang tidak normal.
 Bayi dalam kelompok ini mungkin saja sebelumnya termasuk kelompok bayi sehat atau bayi dengan
resiko tinggi.
Bayi dengan kriteria tersebut di atas dapat di rawat pada pelayanan tingkat II atau II. Setiap keputusan
merawat bayi baru lahir ditentukan oleh dokter spesialis anak.

HOME VISIT

A. Pengertian: memberikan pelayanan lanjutan langsung di rumah pasien.


B. Tujuan:
 Memantau kondisi pasien pacsa rawat inap
 Memberikan rasa aman dan nyaman kepada pasien dan keluarga
 Mengikusertakan keluarga dalam perawatan ibu dan bayi
 Memperpendek hari perawatan
C. Pelaksanaan
 Pelaksanaan home care 3 kali kunjungan atau lebih sesuai dengan permintaan pasien.
 Kunjungan dilakukan satu hari setelah pasien pulang atau setelah bayi pulang.
 Waktu pelaksanaan pukul 07.00-08.00 pagi.
 Petugas yang melakukan home visit adalah petugas shift pagi atau petugas shift malam bila petugas
shift pagi tidak dapat melaksanakan home care.
 Pada saat libur/tanggal merah yang melakukan home care petugas shift malam kedua (lepas).
D. Pelayanan yang diberikan
1. Pelayanan post partum

Pedoman Pelayanan obsestri Nenonatal Emergansi Komprehensif 53/ 99


 Perawatan payudara (breast care)
 Perawatan luka operasi/luka episiotomy
 Perawatan nipas
 Edukasi laktasi
2. Pelayanan bayi
 Memandikan bayi
 Perawatan tali pusat
 Cara menjemur bayi
 Cara memberikan asi/formula

Ketentan Home Visit


1. Rumah Sakit Ibu dan Anak YPK Mandiri adalah sebagai rumah sakit yang menerima rujukan dari
puskesmas, bidan praktek swasta di wilayah Jakarta Pusat.
2. Pasien rujukan yang dirawat di Rumah Sakit Ibu dan Anak YPK Mandiri, setelah dinyatakan sudah tidak
perlu tindakan/pengobatan/perawatan di Rumah Sakit Ibu dan Anak YPK Mandiri akan dikembalikan ke
tempat/sarana yang merujuk pasien tersebut.
3. Pasien rujukan pasca rawat inap dianjurkan untuk berobat ke sarana kesehatan terdekat/sarana yang
merujuk sesuai waktu.jawdal kontrol yang dianjurkan oleh dokter yang merawat atau sewaktu-waktu jika
dibutuhkan harus kontrol ulang ke Rumah Sakit Ibu dan Anak YPK Mandiri.
4. Pelayanan lanjutan terhadap ibu dan bayi pasca rawat inap dari Rumah Sakit Ibu dan Anak YPK Mandiri
tidak dilakukan home visit oleh petugas dari pelayanan perinatal resiko tinggi, karena pasien disarankan
kembali ke tempat sarana kesehatan yang merujuk pasien tersebut.
5. Pada pasien non rujukan terlebih dahulu petugas menawarkan kepada pasien dan keluarga untuk
pelayanan home visit, jika pasien dan keluarga menyetujui maka petugas dari pelayanan perinatal resiko
tinggi akan melakukan home visit.
6. Pasien dilakukan home visit atas persetujuan pasiennya.

Pedoman Pelayanan obsestri Nenonatal Emergansi Komprehensif 54/ 99


RAWAT GABUNG

A. PENGERTIAN
Rawat gabung adalah suatu cara perawatan dimana bayi baru lahir ditempatkan bersama ibunya dalam
suatu ruangan. Hal ini dimaksudkan agar bayi mudah dijangkau oeh ibunya selama 24 jam/hari sehingga
memungkinkan pemberian ASI kepada bayi sesuai dengan kebutuhannya.
B. TUJUAN
Tujuan dilakukan Rawat Gabung adalah:
1. Agar bayi segera mendapatkan colostrum maupun ASI.
2. Agar bayi memperoleh stimulasi mental dini demi tumbuh kembang anak
3. Agar ibu mendapat pengalaman dalam hal merawat payudara dan cara menyusui yang benar.
4. Agar ibu dan keluarganya mendapatkan pengalaman cara merawat bayi baru lahir.
5. Agar bayi bisa mendapat ASI setiap ia inginkan.
C. JENIS
Terdapat dua jenis rawat gabung yang dapat dilakukan di rumah sakit, yaitu:
1. Rawat gabung penuh: cara perawatan ibu dan bayi bersama-sama dalam suatu ruangan secara
terus-menerus selama 24 jam.
2. Rawat gabung paRSl: cara perawatan ibu dan bayi terpisah dalam waktu-waktu tertentu (misalnya
malam hari dan waktu kunjungan).
D. MANFAAT
Rawat gabung merupakan cara yang sangat bermanfaat bagi ibu, keluarga dan juga bagi petugas
kesehatan serat Rumah Sakit/ Rumah Bersalin.
Manfaat Terhadap Ibu:
1. Manfaat ditinjau dari segi psikologi ibu
a. Meningkatkan keakraban ibu dan bayi, apabila sentuhan fisik antara ibu dan bayi terjadi setelah
lahir.
b. Memberikan kesempatan pada ibu untuk belajar merawat sendiri bayi yang baru dilahirkannya.
c. Memberikan rasa percaya diri dan tanggung jawab kepada ibu untuk merawat bayinya.
d. Memberi kesempatan pada ibu untuk belajar mengenal tangisan sakit, lapar dan manja.
2. Manfaat ditinjau dari segi fisik ibu:

Pedoman Pelayanan obsestri Nenonatal Emergansi Komprehensif 55/ 99


a. Involusi uterus akan terjadi dengan baik, oleh karena dengan menyusui bayi akan terjadi kontraksi
rahim dengan baik akibat pendarahan post partum dapat dikurangi.
b. Mempercepat mobilisasi ibu, karena aktifitas ibu merawat sendiri bayinya.
c. Mempercepat produksi ASI.
d. Menghindari pembengkakkan payudara.
Manfaat Terhadap Bayi:
1. Manfaat ditinjau dari segi psikologik bayi:
Dengan rawat gabung sentuhan fisik ibu dan anak segera terjadi. Hal ini merupakan stimulasi dini yang
diperlukan bagi tumbuh kembang anak khususnya dalam memberikan rasa aman dan kasih sayang.
2. Manfaat ditinjau dari segi fisik bayi:
a. Melindungi bayi dari bahaya infeksi karena ASI terutama kolostrum mengandung zat-zat antibodi
(kekebalan)
b. Bayi akan mendapatkan makanan yang sesuai dengan kebutuhannya.
c. Mengurangi kemungkinan terjadinya infeksi nosokomial (infeksi yang berasal dari RS.
d. Mengurangi bahaya aspirasi yang disebabkan oleh susu botol.
e. Mencegah timbulnya penyakit alergi terhadap susu buatan
f. Mengurangi Maloklusi gigi (pertumbuhan/penutupan gigi yang jelek)
g. Mengajar bayi untuk menghisap putting dan areola dengan benar
h. Memperlancar pengeluaran mekoneum.

Manfaat Terhadap Keluarga:


1. Manfaat dari segi psikologik keluarga;
a. Rawat gabung memberikan peluang bagi keluarga untuk memberikan dorongan pada ibu dalam
memberikan ASI kepada bayinya.
b. Memberi kesempatan kepada ibu dan suaminya untuk mendapatkan pengalaman cara merawat
bayinya sesudah melahirkan.
2. Manfaat dari segi ekonomik keluarga:
a. Biaya perawatan lebih sedikit, karena kesehatan ibu lebih cepat pulih kembali.
b. Tidak perlu membeli susu formula dan perlengkapannya karena ibu menyusui sendiri bayinya.
c. Anak jarang sakit sehingga biaya pengobatan anak menjadi kurang sekali.
Manfaat Terhadap Petugas Kesehatan:

Pedoman Pelayanan obsestri Nenonatal Emergansi Komprehensif 56/ 99


1. Manfaat dari segi psikologik petugas kesehatan
a. Petugas di ruang perawatan akan merasa tenang dan dapat melakukan pekerjaan lain yang
bermanfaat, karena bayi jarang menangis.
b. Petugas mempunyai lebih banyak kesempatan untuk berkomunikasi dengan ibu yang telah
melahirkan.
2. Manfaat dari segi fisik petugas kesehatan
a. Pekerjaan petugas dalam merawat bayi dan ibu kandung akan berkurang, oleh karena itu sebagian
tugasnya diambil alih oleh ibu. Petugas mempunyai cukup waktu untuk melaksanakan pekerjaan lain,
misalnya kegiatan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE).
b. Tak perlu repot menyiapkan dan memberikan susu formula.
Manfaat Terhadap Rumah Sakit:
1. Manfaat dari segi kebutuhan susu formula dan perlengkapannya serta obat-obatan:
a. Kebutuhan rumah sakit akan susu formula serta perlengkapannya akan menurun
b. Kebutuhan rumah sakit akan obat-obatah, cairan infus, dan lain-lain menurun, shingga mengurangi
anggaran belanja rumah sakit.

2. Manfaat dari segi kebutuhan tenaga medis


Kebutuhan akan tenaga paramedis untuk perawatan ibu dan bayi berkurang, sehingga tenaga yang ada dapat
dimanfaatkan untuk kegiatan lain. Selain itu tenaga paramedis mempunyai kesempatan untuk menambah
keterampilan yang akan bermanfaat pula bagi rumah sakit
3. Manfaat dari segi pengurangan morbiditas
Morbiditas ibu dan bayi akan berkurang, sehingga mengurangi hari perawatan serta subsidi yang diberikan
rumah sakit. Frekuensi pergantian pengguna tempat tidur menjadi lebih tinggi sehingga daya tamping rumah
sakit lebih banyak
4. Manfaat dari segi kebutuhan ruangan
Ruangan khusus untuk bayi dapat dikurangi. Sehingga dapat menghemat penggunaan ruangan atau juga
dapat digunakan sebagai perluasan ruangan untuk keperluan lainnya.

Pedoman Pelayanan obsestri Nenonatal Emergansi Komprehensif 57/ 99


E. PERSYARATAN RAWAT GABUNG
Syarat utama sari Rawat Gabung penuh dapat dilihat pad algoritme di bawah ini

Algoritme Perawatan
Bayi Baru Lahir

Bayi Sehat Bayi resiko Tinggi Bayi sakit

 NCB_SMK  NKB <36 mgg  Bayi baru lahiryang


- NKB (gestasi.36 mgg  BBLR <200 g tampak tidak bugar an
dan atau B.L >2000g)  Bayi BMK/IUGR atau disertai tanda klinis
- BBLR>2000g  NLB yang tidak normal
- Bayi dengan asfiksia  Bayi dengan riwayat  Bayi dalam kelompok ini
ringan asfiksia berat mungkin saja
 Riwayat Kehamilan  Ibu mempunyai sebelumnya termasuk
komplikasi dalam kelompok bayi sehat atau
kehamilan, persalinan bayi dengan resiko
atau kelahiran tinggi.

Ruang Bayi Stabilisasi di kamar Stabilisasi di kamar


bayi < 4 bayi

Rawat gabung Kondisi Perburukan/ Ruang level I


membaik sakit atau level III

Pedoman Pelayanan obsestri Nenonatal Emergansi Komprehensif 58/ 99


F. PELAKSANAAN RAWAT GABUNG DI RUMAH SAKIT
Rawat gabung dapat dilakukan sesuai dengan tujuannya, hal-hal yang dilakukan berkenaan dengan
pelaksanaan rawat gabung adalah sebagai berikut:
1. Di unit Rawat Jalan Kebidanan:
a. Melaksanakan KIE dengan pesan antara lain tentang manfaat ASI dan rawat gabung.
b. Melaksanakan KIE dengan pesan antara lain tentang perawatan payudara dan makanan ibu hamil.
c. Melaksanakan KIE tentang KB, imunisasi dan kebersihan.
d. Mengatasi masalah pada payudara ibu, kalau perlu dirujuk ke klinik laktasi.
e. Menyelenggarakan senam hamil.
2. Di Ruang Bersalin:
a. Segera setelah bayi diahirkan bayi dibawa kepada ibunya agar mulut bayi ditempelkan pada
payudara ibu (walaupun mungkin saja ASI belum keluar) untuk memulai menghisap payusara ibu
agar merangsang pengluaran ASI.
b. Untuk ibu yang mendapat nerkose umum, bayi disusukan setelah ibunya sadar
3. Di Ruang Rawat Gabung
a. Bayi didekatkan di dekat ibunya
b. Paramedis di ruang rawat gabung, harus mengawasi bayi agar disusukan paling sedikit 8 kali dalam
24 jam tanpa perlu dilakukan penjadwalan (sesuai keinginan dan kebutuhan bayi – on demand
feeding). Setiap kali menyusukan, bayi harus mendapatkan susu dari kedua payudara secara
bergantian.
c. Pada hari pertama tidak boleh Prelacteal Feeding (larutan guala, madu, air putih). Bayi harus segera
mendapatkan ASI dari ibunya, bila pada hari berikutnya ASI belum keluar dan bayi rewel, boleh diberi
air minum akan tetapi harus diberikan dengan sendok. Bila bayi tidak rewel tetap diberikan ASI saja.
d. Memberi KIE tentang perawatan payudara dan tali pusat, cara-cara mempertahankan atau
memperbanyak produksi ASI, cara memberi ASI pada ibu bekerja, makanan ibu menyusui, KB, cara
memandikan bayi, imunisasi dan penanggulangan diare.
e. Memotivasi ibu pada saat pulang dari rumah sakit tentang manfaat klinik laktasi.
4. Di Klinik Laktasi
Klinik laktasi adalah tempat konsultasi dimana dilakukan kegiatan-kegiatan:
a. Memantau kesehatan ibu nifas dan bayi

Pedoman Pelayanan obsestri Nenonatal Emergansi Komprehensif 59/ 99


b. Memberi KIE dengan pesan tentang gizi ibu, mengatasi kesulitan proses laktasi dan menjaga
kelangsungan proses menyusui
c. Melakukan demontrasi perawatan bayi.

G. PERAN DOKTER ALAM RAWAT GABUNG


Peranan yang dapat dilakukan dokter dalam rawat gabung aalah:
1. Menggariskan kebijaksanaan dan tata tertib rawat gabung.
2. Melaksanakan perawatan ibu dan anak
3. Merencanakan, melaksanakan, dan menilai kegiatan-kegiatan KIE kepada ibu dan keluarganya
tentang laktasi dan gizi ibu.

H. PERAN PARAMEDIS DALAM RAWAT GABUNG:


Peranan paramedis yang dapat dilakukan dalam rawat gabung adalah:
1. Mengajak atau memotiasi ibu melakukan perawatan payudara, cara menyusui, merawat bayi dan tali
pusat serta memandikan bayi.
2. Mengatasi masalah laktasi.
3. Memantau keadaan ibu dan bayi terutama dapat mengidentifikasi keadaan tidak biasa.

I. PERAN IBU DALAM RAWAT GABUNG


Pada rawat gabung ibu dapat berperan sebagai berikut:
1. Mempraktekkan hal-hal yang diajarkan petugas kesehatan misalnya tentang merawat payudara,
menyusui bayinya, merawat tali pusat dan lain-lainnya.
2. Mengamati hal-hal yang tidak biasa (kelainan) yang terjadi pada bayi atau dirinya dan melaporkan
pada petugas.

J. PERSYARATAN RAWAT GABUNG YANG IDEAL


1. BAYI
a. Bayi ditempatkan dalam box tersendiri dekat tempat tidur ibu sehingga mudah dijangkau dan
dilihat oleh ibu. Bila tidak terdapat tempat tidur bayi, bayi boleh diletekkan di tempat tidur ibu. Agar
mengurangi bahaya bayi jatuh dari tempat tidur, sebaiknya dua tempat tidur ibu diletakkan.
b. Tersedianya pakaian bayi.

Pedoman Pelayanan obsestri Nenonatal Emergansi Komprehensif 60/ 99


2. IBU
a. Tempat tidur ibu
b. Tempat tidur ibu diusahakan rendah agar meudahkan untuk naik/turun
c. Tersedianya perlengkapan perawatan nifas.
3. RUANGAN DAN SARANA
a. Ruangan cukup hangat, sirkulasi udara cukup.
b. Ruang unit ibu/ bayi yang masih memerlukan perawatan harus dekat dengan ruang petugas
4. PETUGAS
Mempunyai kemampuan dan keterampilan pelaksanaan rawat gabung
5. ADANYA SISTEM PENCATATAN DAN LAPORAN
Catatan medis diperlukan untuk mencatat keadaan bayi dan ibu setiap hari.

Pedoman Pelayanan obsestri Nenonatal Emergansi Komprehensif 61/ 99


BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR)
DENGAN PERAWATAN METODE KANGURU (PMK)

1. Falsafah
Sesuai isi deklarasi Bogota tentang perawatan Metode Kanguru tahun 1998:
 Perawatan metode kanguru harus menjadi hak dasar bagi bayi baru lahir
 Perawatan metode kanguru harus menjadi bagian integrasi dari manajemen BBLR dan bayi normal,
dalam berbagai kondisi dan pada semua tingkat pelayanan di semua Negara.
Program PMK terdiri atas empat komponen yaitu:
a. Kangaroo position yaitu posisi kanguru (kangaroo position) merujuk pada kontak kulit ibu dengan kuli
bayi)
b. Kangaroo Nutrition yaitu nutrition merujuk pada praktek pemberian ASI yang diperkuan dengan
kontak kulit ibu dengan kulit bayi.
c. Kangaroo Discharge yaitu kangaroo discharge merujuk pada kelanjutan praktek PMK di rumah
setelah keluar dari rumah sakit.
d. Kangaroo support merupakan bentuk dukungan pada PMK dapat berupa dukungan fisik maupun
emosional kepada ibu.
2. Definisi
 Perawatan Metode Kanguru (PMK) adalah perawatan Bayi Berat Lahir Rendah dengan melakukan
kontak langsung antara kulit bayi dngan kulit ibu (skin to skin contact)
 Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah kelompok bayi lahir dengan berat kurang dari 2500 gram
tanpa memandang usia kehamilannya, baik premature atau cukup bulan.
 PMK berselang (continuous KMC) adalah perawatan Metode Kanguru yang di praktekkan selama 24
jam terus menerus dalam sehari.
 PMK berselang (intermintten KMC) adalah Perawatan Metode Kanguru yang dipraktekkan dalam
beberapa jam atau tiap beberapa hari
 Bangsal/ unit PMK adalah sarana kesehatan untuk mempraktekkan PMK.
3. Pelayanan Perawatan Metode Kanguru
3.1. Komponen Perawatan Metode Kanguru
a. Kangaroo Position
b. Kangaroo Nutrition

Pedoman Pelayanan obsestri Nenonatal Emergansi Komprehensif 62/ 99


c. Kangaroo Discharge
d. Kangaroo Support
3.2. Konsep Pelayanan
a. Dilakukan secara komprehensif (promotif, preventif, kurativ dan rehabilitative)
b. Hospital Based dan Community Bassed.
c. Harus integritas dengan pelayanan yang ada.
d. Semua tindakan harus terdokumentasi
e. PMK utamanya marupakan intervensi perawatan dengan dukungan medis.
3.3. Alur Pasien Dalam Pelayanan
Bayi dengan berat lahir rendah bisa mendapatkan perawatan metode kanguru (PMK) di dalam dan di
luar rumah sakit. Bayi-bayi yang masih memerlukan fasilitas perawatan spesialistik dirawat di RS. Sedangkan
bayi-bayi dengan kondisi umum stabil, toleransi minum baik dan ibu dianggap mampu melakukan PMK dapat
dirawat di luar RS atau di rumah dengan pengawasan tenaga kesehatan terlatih. Jika bayi kembali masuk
dalam keadaan gawat dapat langsung datang ke RS/IGD.

Pedoman Pelayanan obsestri Nenonatal Emergansi Komprehensif 63/ 99


Pasien

UGD Poliklnik

Ruang bersalin

NICU Spesial Care Ruang rawat


(level III) (Level II) Gabung (Level I)

Discharge

Rumah Poliklinik/
puskesmas

3.4. Prosedur/Algoritme Pelayanan


PMK di berikan sesuai dengan standar profesi, prosedur peayanan sebagai berikut:
a. PMK pada BBLR dilakukan setelah pemeriksaan dan persetujuan oleh tenaga medis (dokter).
b. Setelah dokter memutuskan bahwa BBLR dapat dilakukan PK, selanjutnya inisiasi oleh tenaga
keperawatan.
c. Keluarga pasien diberikan informasi mengenai pelayanan PMK, setelah setuju maka keluarga
menandatangani informed consent.
d. Edukasi kepada keluarga pasien mengenai pelaksanaan PMK, sesuaikan dengan level perawatan
bayi.
- Ruang rawat PMK (level I): dilakukan PMK secara kontinyu.
- Level II-III: PMK intermiten.

Pedoman Pelayanan obsestri Nenonatal Emergansi Komprehensif 64/ 99


e. Melatih keluarga untuk melakukan PMK terutama mengenai posisi bayi, cara menyusui dan
personal hygiene. Setelah keluarga dilatih maka dilakukan uji coba penerapan PMK (dengan
persetujuan dokter).
f. Perawat melakukan observasi terhadap pasien dan keluarga pasien selama melaksanakan
perawatan PMK.
g. Pulang dan kunjungan kontrol:
- Pemulangan (discharge) pasien dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan dari dokter.
- Pada saat pulang keluarga diberikan edukasi mengenai hal-hal yang perlu di lakukan dan
diperhatikan selama melakukan PMK di rumah. Dapat di berikan catatan mengenai kesehatan
bayi menggunakan buku KIA atau sejenisnya.
- Kunjungan kontrol dapat dilakukan di tempat pemberi layanan RS atau fasilitas kesehatan di
luar rumah sakit (puskesmas, klinik, doter/bidan swasta) apabila pasien sebelumnya
merupakan kiriman/rujukan dari sarana pelayanan kesehatan tersebut.
3.5. Asuhan Keperawatan
Asuhan keperawatan merupakan suatu rangkaian kegiatan keperawatan dalam upaya memenuhi
kebutuhan bayi baru lahir dan keluarganya. Pendekatan yang digunakan adalah proses keperawatan yaitu
suatu pendekatan sistematis dimulau dari pengkjian, perumusan masalah, intervansi, implementasi dan
evaluasi. Untuk mengientifikasi masalah pemenuhan kebutuhan dasar bayi baru lahir secara optimal,
pengkajian harus dlkukan secara seksama baik itu pengkajian pada bayi maupun pegkajian terhadap
kebutuhan belajar dari orang tua bayi.
Perawatan metode kanguru utamanya intervensi perawatan BBLR dengan dukungan medis. Sehingga
yang lebih banyak berperan untuk melatih dan mendidik ibu adalah perawat atau bidan terlatih. Untuk itu perlu
diperhatikan hal-hal yang terkait dengan asuhan keperawatan yang diberikan tidak hanya kepada si bayi tetapi
juga kepada ibu bahkan keluarganya. Dalam memberikan asuhan keperawatan PMK, komponen yang perlu
dilakukan adalah:
A. Edukasi kepada ibu
Ada dua macam edukasi, yaitu saat:
1. Pemeriksaan kehamilan (ANC)
2. Setelah persalinan dengan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
Edukasi yang diberikan berisi:
a. Apa dan bagaimana terjadinya BBLR

Pedoman Pelayanan obsestri Nenonatal Emergansi Komprehensif 65/ 99


b. Penanganan BBLR, dimana diantaranya dengan PMK
c. Informasi tentang PMK mulai dari tujuan sampai manfaatnya
d. Membangun kesadaran akan pentingnya mencegah dan menangani masalah BBLR.
B. Konseling
Konseling adalah cara berhubungan dengan orang dimana anda mengerti apa yang mereka rasakan
dan menolong mereka untuk memutuskan yang harus dilakukan.
Prinsip-prinsip konseling:
1. Menggunakan komunikasi bahasa non verbal
2. Pertanyaan terbuka
3. Merespon bahasa tubuh yang menunjukan minat
4. Mengulang ucapan ibu
5. Empati-perlihatkan bahwa anda mengerti yang ibu rasakan
6. Hindari kata-kata yang menghakimi
Setelah di konseling dan ibu memutuskan untuk PMK maka dilanjutkan dengan latihan penerapan
Pendidikan dan konseling merupakan metode pemberian informasi dalam upaya meningkatkan
pengetahuanan keterampilan keluarga, informasi tentang PMK merupakan dasar bagi keluarga dalam
memutuskan kesediannya melakukan PMK. Tujuan akhir dari kegiatan ini adalah keluarga mampu
melaksanakan perawatan metode kanguru di rumah.
Untuk mendapatkan hasil yang optimal, perawat dan tenaga kesehatan yang lain harus memiliki
keterampilan dalam memberikan informasi, memahami perawatan metode kanguru, dan memahami kesiapan
keluarga dalam menerima informasi. Faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhu kualitas informasi yang
diterima oleh keluarga yang pada akhirnya mempengaruhi perubahan perilaku keluarga terhadap pelaksanaan
PMK.
Keluarga merupakan pemberi asuhan utama bayi premature keluar dari rumah sakit melalui pemberian
pendidikan kesehatan dan konseling sangatlah penting mengingat bayi premature memerlukan perawatan
khusus dalam memenuhi kebutuhan dasarnya.

C. Perawatan Metode Kanguru


1. PeRSpan
Sebelum ibu mampu melakukan PMK dilakukan untuk adaptasi selama lebih dari kurang 3 hari. Saat
melakukan latihan ibu diajarkan juga personal hygiene: dibiasakan mencuci tangan, kebersihan kulit bayi

Pedoman Pelayanan obsestri Nenonatal Emergansi Komprehensif 66/ 99


(tidak dimandikan hanya dengan baby oil), kebersihan tubuh ibu dengan mandi sbelum melakukan PMK,
serta diajarkan tanda-tanda bahaya seperti:
- Kesulitan bernapas (dada tertarik kedalam)
- Bernapas sangat cepat atau sangat lambat
- Serangan henti napas (apnea) sering dan lama
- Bayi terasa dingin: suhu bayi di bawah normal walaupun telah dilakuan penghangatan.
- Sulit minum: bayi tidak lagi terbangun untuk minum, berhenti minum atau muntah
- Kejang
- Diare
- Sclera/kulit menjadi kuning
2. Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan PMK perlu diperhatikan 4 komponen PMK yaitu:
a. Posisi bayi
Letakan bayi di antara payudara dengan posisi tegal, dada bayi menempel kedada ibu. posisi bayi
di jaga dengan kain panjang atau pengikat lainnya. Kepala bayi dipalingkan ke sisi kanan atau kiri,
dengan posisi sedikit tengadah (ekstensi). Ujung pengikat tepat berada di bawah kuping bayi. Tungkai
bayi haruslah dalam posisi “kodok”, tangan harus dalam posisi fleksi. Ikatan kain dengan kuat agar saat
ibu bangun dari duduk, bayi tidak tergelincir. Pastikan juga bahwa ikatan yang kuat dari kain tersebut
menutupi dada si bayi. Perut bayi jangan sampai tertekan dan sebaiknya berada di sekitar epigastrium
ibu. dengan cara ini bayi dapat melakukan pernapasan perut.
Berikut adalah cara memasukan dan mengeluarkan bayi dari baju kanguru, misalnya saat akan
disusui:
- Pegang bayi dengan satu tangan di letakkan di belakang leher sampai punggung bayi.
- Topang bagian bawah rahang bayi dengan ibu jari dan jari-jari lainnya agar kepala bayi tidak
tertekuk dan tak menutupi saluran napas ketika bayu berada pada posisi tegak.
- Tempatkan tangan lainnya di bawah pantat bayi
b. Nutrisi dengan pemberian ASI
Dengan melakukan PMK, proses menyusui menjadi lebih berhasil dan sebagian besar bayi yang di
pulangkan memperoleh ASI. Bayi pada kehamilan kurang dari 30-32 minggu biasanya perlu di beri
minum melalui pipa nasogastrik, untuk ASI yang diperas (expressed breast milk). Bayi dengan masa

Pedoman Pelayanan obsestri Nenonatal Emergansi Komprehensif 67/ 99


kehamilan 32-34 minggu dapat diberi minum melalui gelas kecil. Sedangkan bayi-bayi dengan usia
kehamilan sekitan 32 minggu atau lebih, sudah dapat mulai menyusui pada ibu.
c. Dukungan (support)
Saat bayi telah lahir, ibu memerlukan dukungan dari berbagai pihak diantaranya berupa:
- Dukungan emosional: ibu memerlukan dukungan untuk melakukan PMK. Banyak ibu-ibu
muda yang mengalami keraguan yang sangat besar untuk memenuhi kebutuhan bayi
pertamanya sehingga membutuhkan dukungan dari keluarga teman serta petugas kesehatan.
- Dukungan fisik: selama beberapa minggu pertama PMK, merawat bayi akan sangat menyita
waktu ibu. Istirahat dan tidur yang cukup sangat penting pada peranannya pada PMK. Oleh
karena itu, ibu memerlukan dukungan untuk membantu menyelesaikan tugas-tugas rumah.
- Dukungan edukasi: sangat penting memberikan informasi yang ibu butuhkan agar ia dapat
memahami seluruh proses PMK dan mengetahui manfaat PMK. Hal ini membuat PMK
menjadi lebih bermakna dan akan meningkat kemungkinan bahwa ibu akan berhasl
menjalankan PMK baik di rumah sakit ataupun saat di rumah.
Dukungan bisa diperoleh dari petugas kesehatan, seluruh anggota keluarga, ibu dan masyarakat.
Tanpa ada dukungan, akan sangat sulit bagi ibu untuk dapat melakukan PMK dengan berhasil.
d. Pemulangan (discharge)
Pemulangan bayi dilakukan atas persetujuan dokter berdasarkan laporan perawat. Bayi PMK dapat
dipulangkan dari rumah sakit setelah memenuhi kriteria di bawah ini:
- Kesehatan bayi secara keseluruhan dalam kondisi baik dan tidak ada henti nafas (apnea) atau
infeksi
- Bayi minum dengan baik
- Berat bayi selalu bertambah (sekurang-kurangnya 15g/kg/hari) untuk sekurang-kurangnya tiga
hari berturut-turut.
- Ibu mampu merawat bayi dan dapat datang secara teratur untuk melakukan follow up.
- Mereka akan tetap memerlukan dukungan meskipun tidak sering dan seintensif seperti
sebelumnya. Jika tidak ada layanan tindak lanjut atau lokasi rumah sakit letaknya jauh,
pemulangan dapat ditunda, sebelum dipulangkan, pastikan ibu sudah mengerti tanda-tanda
bahaya pada bayi, jadwal kontrol bayi, monitoring tumbuh kembang dan bagaimana cara
merujuk ke rumah sakit jika ada bahaya.

Pedoman Pelayanan obsestri Nenonatal Emergansi Komprehensif 68/ 99


e. Monitoring kondisi bayi
Hal-hal yang harus di monitoring adalah:
- Tanda vital 3x/hari (setiap ganti shift)
- Timbang berat badan bayi 1x/hari
- Panjang badan dan lingkar kepala 1x/minggu
- Predischarge scor setiap hari
- Jejas pasca persaalinan
- Skrining bayi baru lahir
- Tumbuh kembang bayi: terutama panca indranya.
f. Monitoring kondisi ibu:
Hal-hal yang perlu di monitoring, antara lain:
- Tanda-tanda vital
- Involusi uteri
- Laktasi
- Pendarahan post partum
- Luka operasi
- Luka perineum
g. Penanganan pencegahan
- Untuk mencegah BBLR mendapat penyakit, maka BBLR perlu mendapat imunisasi sesuai
jadwal yang dianjurkan.
- Tanya dan cari tanda-tanda apapun yang mengindikasikan adanya penyakit, baik yang
dilaporkan atau tidak oleh ibu.
- Tangani setiap penyakit berdasarkan standar operasional prosedur dan juklak lokal
- Jika penambahan berat badan tidak mencukupi, tanya dan cari permasalahannya, penyeban
dan solusi. Semua ini berhubungan dengan pemberian minum dan penyakit.
3.6. Pencatatan dan Pelaporan
Berdasarkan pencatatan dan pelaporan maka kualitas asuhan dapat diidentifikasi dan ditingkatkan.
a. Pencatatan
Beberapa format pencatatan yang dapat digunakan dalam pemeriksaan PMK:
1. Lembar observasi bayi dalam PMK: digunakan untuk memantau bayi setiap hari mencakup tanda-
tanda vital, berat badan, dukungan khusus yang diberikan seperti oksigen.

Pedoman Pelayanan obsestri Nenonatal Emergansi Komprehensif 69/ 99


2. Catatan harian Berat Badan Bayi: digunakan untuk melihat kenaikan berat badan yang dilakukan PMK
secara keseluruhan. Catatan diisi setiap hari oleh penanggung jawab PMK.
3. Lembar penilaian Kesiapan Pulang (predischarge scoring): format ini berisi tentang merawat bayi saat
menyusu, produksi ASI, rasa percaya iri inu dalam merawat bayu, dukungan social ekonomi,
pertambahan berat badan setiap hari, pengetahuan tentang PMK, rasa percaya diri ibu dalam
memberikan obat, penerimaan dan menerapkanPMK. Masing-masing pernyataan diberi nilai dengan
rentang 0-2. Nilai tinggi menggambarkan lebih siap. Kriteria bayi boleh pulang adalah apabila nilai
predischarge score lebih dari 16. Penilaian dilakukan oleh pemberi asuhan.
b. Pelaporan
Laporan tentang proses pelaksanaan harus mencakup:
 Waktu pelaksanaan PMK: hal ini mencakup pada usia berapa hari rata-rata PMK dilakukan
 Tipe PMK: apakah PMK dilksanakan berselang (intermiten) atau 24 jam secara terus menerus
(continous)
 Masalah.kendala yang dihadapi: kendala selama pelaksanaan PMK dapat diidentifikasi melalui proses
pemantauan.
Seusai dengan sifatnya, laporan dibagi menjadi dua yaitu:
1. Laporan internal: laporan terkait pelaksanaan PMK di ruang rawat, di lakukan secara berkala setiap
bulan
2. Laporan eksternal: laporan yang disampaikan ke divisi laporan mencakup semua hal terkait dengan
pelaksanaan PMK. Laporan dilaukan 6 bulan sekali.

3.7. Model Implementasi Perawat Metode Kanguru (PMK)


Model A: perawat metode kanguru berselang sukarela dan tidak menyediakan pelayan PMK terus-menerus.
Model B: berada dalam bangsal neonatal, dimana dilakukan PMK terus-menerus, terdapat ruang terpisah
untuk PMK dan dekat dengan NICU dan high care. Jika pemondokan tersedia, ibu dan bayi langsung
dimasukan ke bangsal PMK dan ibu melakukan sebagian besar perawatan bayi. Sedang jika fasilitan
pemondokan tidak tersedia, ibu pulang dan datang untuk melakukan PMK berselang juga pemberian ASI.
Model C: bangsal PMK terpisah dari bangsal neonatal. Perawatan di NICU dan high care menggunakan
inkubator dan PM berselang. Pada tahap ini bangsal PMK sebagai peRSpan bayi untuk dipulangkan
Model D: merupakan variasi dari model C dimana terdapat unit PMK terpisah dengan NICU tersendiri. Ibu
dapat memutuskan apakah akan dirawat secara PMK atau konvensional. Ibu milai dengan PMK berselang

Pedoman Pelayanan obsestri Nenonatal Emergansi Komprehensif 70/ 99


di ruang khusus walaupun bayi dengan ventilator. Setelah kondisi bayi membaik dapat ditingkatkan
menjadi PMK terus menerus sampai bayi siap dipulangkan. Sesudah ibu dan bayi pulang akan dilakukan
kunjungan rumah oleh tenaga kesehatan. Model D sangat memakan biaya dan bukan pilihan yang baik
untuk Negara miskin.
Model E: fasilitas High Care tidak tersedia. RS tidak punya ruang atau pemondokan ibu dapat merujuk ibu dan
bayi ke fasilitas lain sampai bayi mencapai berat yang cukup.
Model F: ini adalah model perawatan PMK di rumah setelah bayi di pulangkan. Bayi dirawat secara PMK
terus-menerus, dan ibu membawa ke klinik khusus setiap hari atau dua kali seminggu untuk kontrol.
Semakin kuat bayi, frekuensi kunjungan kontrol semakin jarang. Model ini hanya dapat bekerja dimana
sistem rawat jalan dan transportasi umum tersedia.

Pedoman Pelayanan obsestri Nenonatal Emergansi Komprehensif 71/ 99


RUMAH SAKIT SAYANG IBU DAN BAYI ( RSSIB)

1. Definisi
Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi (RSSIB) adalah rumah sakit pemerintah maupun swasta, umum
maupun khusus yang telah melaksanakan 10 langkah Menuju Perlindungan bayi dan ibu secara terpadu
dan paripurna.
2. Tujuan
UMUM
Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan ibu dan bayi secara terpadu dalam upaya menurunkan angka
kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB)
KHUSUS
1. Melaksanakan dan mengembangkan standar pelayanan perlindungan ibu dan bayi secara terpadu dan
paripurna
2. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan bayi termasuk kepedulian terhadap ibu dan bayi.
3. Meningkatkan kesiapan rumah sakit dalam melaksanakan fungsi pelayanan obstetrik dan neonatus
termasuk pelayanan kegawatdaruratan (PONEK 24 jam).
4. Meningkatkan fungsi rumah sakit sebagai pusat rujukan pelayanan kesehatan ibu dan bayi sarana
pelaksanaan kesehatan lainnya
5. Meningkatkan fungsi rumah sakit sebagai model dan Pembina teknis dalam pelaksanaan IMD dan
pemberian ASI ekslusif
6. Meningkatkan fungsi RS dalam perawatan metode kanguru (PMK)
3. Sasaran
a. Rumah Sakit Umum Pemerintah dan Swasta.
b. Rumah Sakit Khusus (RS Bersalin dan Ibu anak) Pemerintah dan Swasta.
4. Strategi Pelaksanaan
Melaksanakan Perlindungan ibu dan Bayi secara terpadu melalui 10 (sepuluh) langkah menuju keberhasilan
menyusui sebagai berikut:
1. Ada kebijakan tertulis tentang manajemen yang mendukung pelayanan kesehatan ibu dan bayi
termasuk pemberian ASI Ekslusif dan perawatan metode kanguru (PMK) untuk bayi BBLR.
2. Menyelenggarakan pelayanan antenatal termasuk konseling kesehatan maternal dan neonatal.

Pedoman Pelayanan obsestri Nenonatal Emergansi Komprehensif 72/ 99


3. Menyelenggarakan persalinan bersih dan aman serta penanganan bayi baru lahir dengan inisiasi
menyusu dini dan kontak kulit ibu-bayi.
4. Menyelenggarakan pelayanan obstetrik dan neonatal emergency komprehensif (PONEK).
5. Menyelenggarakan pelayanan adekuat untuk nifas, rawat gabung termasuk membantu menyusui yang
benar dan pelayanan neonatus sakit.
6. Menyelenggarakan pelayanan rujukan dua arah dan membina jejaring rujukan pelayanan ibu dan bayi
dengan sarana kesehatan lain.
7. Menyelenggarakan pelayanan imunisasi bayi dan tumbuh kembang anak.
8. Menyelenggarakan pelayanan keluarga berencanan termasuk pencegahan dan penanganan
kehamilan yang tidak diinginkan serta kesehatan reproduksi.
9. Menyelenggarakan audit maternal dan perinatal rumah sakit secara periodik dan tindak lanjut.
10. Memperdayakan kelompok pendukung ASI dalam mendindaklanjuti pemberian ASI ekslusif dan
PMK.

Pedoman Pelayanan obsestri Nenonatal Emergansi Komprehensif 73/ 99


INISIASI MENYUSU DINI

A. DEFINISI
Segala menaruh bayi didada ibunya, kontak kulit dengan kulit (skin to skin contact) segera setelah lahir
setidaknya satu jam atau lebih sampai bayi menyusu sendiri.
Apabila bayi sehat diletakkan segera pada perut dan dada ibu setelah lahir untuk kontak kulit ibu dan kulit
bayi, bayi memperlihatkan kemampuan yang menakjubkan. Bayi dapat merangkak, dirangsang oleh sentuhan
ibu yang lembut, melintasi perut ibu mencapai payudara. Sentuhan awal yang lembut oleh tangan atau kepala
bayi pada payudara merangsang produksi oksitosin ibu, sehingga mulailah ASI mengalir dan juga
meningkatkan rasa cinta kasih pada bayi. Kemudian bayi mencium, menyentuk dengan mulut dan menjiat
putting ibu. Akhirnya bayi melekat pada payudara dan menghisap minum ASI.

B. Tatalaksana inisiasi menyusui dini secara umum


1. Dianjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu saat persalinan.
2. Disarankan untuk tidak atau mengurangi penggunaan obat kimiawi saat persalinan. Dapat diganti
dengan cara non kimiawi, misalnya pijat aromatherapy atau gerakan.
3. Biarkan ibu menentukan cara melahirkan yang diinginkan, misalnya melahirkan normal, di dalam air
atau jongkok.
4. Keringkan bayi secepatnya, kecuali kedua tanagannya. Pertahankan lemak putih alami (vernix) yang
melindungi kulit baru bayi.
5. Bayi ditengkurapkan di dada atau perut ibu. Biarkan bayi melekat dengan kulit ibu. posisi kontak kulit ini
dipertahankan minium satu jam atau setelah menyusu awal selesai. Keduanya diselimuti. Jika perlu
gunakan topi bayi.
6. Biarkan bayi mencari putting susu ibu. Ibu dapat merangsang bayi dengan sentuhan lembut, tetapi
tidak memaksa bayi ke putting susu.
7. Ayah di didukung agar membantu ibu untuk mengenali tanda-tanda atau perilaku bayi sebelum
menyusu.
8. Dianjurkan untuk memberikan kesempatan kontak kulit pada ibu yang melahirkan dengan tindakan,
misalnya operasi seksio caesar.
9. Bayi dipisahkan dari ibu untuk di timbang, di ukur dan di cap setelah satu jam atau menyusu awal
selesai. Prosedur yang invasif misalnya suntikan vitamin K dan tetesan mata bayi dapat ditunda.

Pedoman Pelayanan obsestri Nenonatal Emergansi Komprehensif 74/ 99


10. Rawat gabung-ibu dan bayi dirawat satu kamar 24 jam- bayi tetap tidak dipisahkan dan bayi selalu
dalam jangkauan ibu. Pemberian minuman prelaktal (cairan yang diberikan sebelum ASI keluar)
dihindarkan.
C. Tata laksana inisiasi menyusu dini pada operasi caesar.
1. Tenaga dan pelayanan kesehatan yang suportif
2. Jika mungkin, diusahakan suhu ruangan 20-25 C. disediakan selimut untuk menutupi punggung bayi
untuk mengurangi hilangnya panas dari kepala bayi.
3. Usahakan pembiusan ibu bukan pembiusan umum tetapi epidural.
4. Tatalaksana selanjutnya sama dengan tatalaksana umum di atas
5. Jika inisiasi dini belum terjadi di kamar bersalin, kamar operasi, atau bayi harus dipindah sebelum
satu jam maka bayi tetap iletakka didada ibu ketika dipindahkan ke kamar perawatan atau pemulihan.
Menyusu dini dianjurkan di kamar perawatan ibu atau kamar pulih.

Pedoman Pelayanan obsestri Nenonatal Emergansi Komprehensif 75/ 99


SISTEM RUJUKAN

A. PENGERTIAN RUJUKAN
Sistem rujukan merupakan penyelenggaraan kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas dan tanggung
jawab secara timbal balik vertical maupun horizontal, maupun struktural dan fungsional terhadap kasus
penyakit atau masalah penyakit atau permasalahan kesehatan. Kegiatan ini mencakup:
a. Rujukan pasien.
Rujukan pasien internal adalah rujukan antar spesialis dalam satu rumah sakit. Rujukan eksternal
adalah rujukan antar spesialis keluar rumah sakit dengan mengikuti sistem rujukan yang ada.
b. Rujukan pengetahuan dan teknologi, termasuk peningktanan kemampuan tenaga kesehatan (dana,
alat dan sarana).
c. Rujukan manajemen.
Dapat berupa permintaan kepada unit yang lebih mampu atau bantuan kepada unit yang kurang
mampu untuk menyelesaikan suatu masalah tertentu yang tidak dapat diatasi sendiri.

B. SISTEM PELAYANAN MATERNAL DAN PERINATAL


Bila pasien meternal dan perinatal tidak dapat ditangani sendiri segera rujuk ke sarana kesehatan yang
lebih lengkap fasilitas dan tenaga kesehatannya. Harus ada koordinasi, mudak, sehingga tidak memperlambat
pertolongan dan tidak merugikan pasien. Mudah, cepat dan tepat adalah yang utama. Rujukan internal rumah
sakit berpedoman kepada prosedur rujukan di dalam rumah sakit dan mekanisme kerja di bagian/instalasi
Anak dan Obstetri Ginekologi. Rujukan eksternal mengikuti mekanisme rujukan sesuai jenjang pelayanan.
a. PeRSpan rujukan untuk pasien:
 Menyiapkan petugas yang terlatih untuk mendampingi pasien
 Membantu penjelasan kepada pihak keluarga alasan pasien dirujuk ke rumah sakit.
 Pada saat merujuk pasien harus disertakan surat rujukan dan resume medik pasien meliputi: riwayat
penyakit, penilaian kondisi pasien yang dibuat saat kasus diterima perujuk, tindakan atau pengobatan
yang telah diberikan dan keterangan lain yang perlu atau ditemukan sehubungan dengan kondisi
pasien.
b. Di rumah sakit.
 Memberi penjelasan kepada pasien dan keluarganya bahwa segala tindakan yang dilakukan adalah
untuk menyelamatkan ibu dan bayinya.

Pedoman Pelayanan obsestri Nenonatal Emergansi Komprehensif 76/ 99


 PeRSpan pihak keluarga untuk memberikan darah jika dibutuhkan
 Pasien/keluarga diberi penjelasan mengenai tindakan/perawatan yang akan dilaksanakan.
C. SKEMA RUJUKAN

RS KELAS A/B PENDIDIKAN Pelayanan medik spesialistik dan


subspesialistik luas

RS KELAS B NON PENDIDIKAN Pelayanan medik spesialistik dan


subspesialistik terbatas
Pelayanan medik dasar dan
RS KELAS A/B PENDIDIKAN spesialistik terbatas

Pelayanan medik dasar dan


RS KELAS C spesialistik terbatas

Pelayanan medis dasar


RS KELAS D
Pelayanan komunitas dasar

PUSKESMAS PONED
Keterangan:
Rujukan
BIDAN POLINDES  Untuk RS diutamakan RS
PONEK
 Untuk puskesmas diutamakan
MASYARAKAT/KADER/ puskesmas PONEK
BUMIL/POSYANDU

Pedoman Pelayanan obsestri Nenonatal Emergansi Komprehensif 77/ 99


SEKSIO SESARIA
A. Definisi
Adalah suatu prosedur untuk mengeluarkan bayi melalui insisi dinding abdomen dan uterus
B. Jenis Seksio Sesar
Standar internasional tentang jenis seksio sesaria masih terus diperdebatkan tetapi klasifikasi praktis yang
digunakan saat ini adalah:
- Primary and repeat CS
- Emergency and elective CS
- Lower segment CS dan Upper segment CS
- Postmortem CS
- Cesarean hysterektomy
C. Indikasi Seksio Sesaria
1. Maternal (Disproporsi)
a. Disproporsi kepala pinggul berat
b. Disproporsi kepala panggul ringan dengan trial of labor gagal
c. Panggul sempit absolute, panggul miring, panggul android
d. Presentasi dahi
e. Presentasi mula dengan dagu di belakang yang tidak mau memutar kedepan
f. Oksipito posterior persisten, deep tranverse arresr yan UUK-nya gagal memutar kedepan baik
setelah dipimpin mengejan atau setelah vakum Ekstraksi.
g. Presentasi bokong pada primigravida degan TBJ > 3000 gr
h. Presentasi bokong pada sekundi atau multigravisa degan TBJ > 3000 gram
i. Presentasi bokong dengan tali pusat ditunggangi
j. Letak lintang dalam persalinan
k. Inkoordinasi uteri yang tidak dapat dikoreksi dengan obat-obatan
l. Servikal distosia
m. Tumor menutupi jalan lahir
n. Reptur uteri yang membakat
o. Janin besar dengan TBJ 400 gram atau lebih pada primigravida
p. High head at term pada primigravida
q. Induksi atau pasca persalinan yang gagal.

Pedoman Pelayanan obsestri Nenonatal Emergansi Komprehensif 78/ 99


r. Hidrosepalus dengan jaringan otak yang masih baik.
2. Maternal (Pendarahan Ante Partum)
a. Plasenta previa totalis atau peRSlis dalam persalinan
b. Plasenta previa dengan pedarahan banyak
c. Plasenta letak rendah di belakang dalam persalinan
d. Vasa previa pecah
3. Janin
a. Persistent fetal distress
b. Malpresentasi
c. Pada CTG non reaktif (deselerasi lambar dan deselerasi variabel/silent/non reaktif setelah
pemberian oksigen)
d. Prolapsus funikuli dan bayi masih hidup
e. Posmaturitas, terutama bila terjadi gawat janin saat induksi persalinan
f. Kehamilan ganda (multiple pregnancy)
4. Preeklampsia Dan Eklampsia
a. Pre-eklampsia berat atau eklamsia, janin aterm pada primigravida.
b. Pre-eklampsia atau eklamsia, janin anterm pada multigravida dengan kegagalan obat-obatan.
c. Pre-eklampsia berat atau eklamsia, janin antern pada multi gravid dengan bishoscore yang rendah
(unripe cervix).
d. Pre-eklampsia berat atau eklamsia anin preter dengan kegagalan terapi obat-obatan.
5. Lain-Lain
a. Riwayat operasi vagino plastik
b. Riwayat operasi mioma uteri yang cukup luas
c. Herpes genitalis dengan ketuban masih utuh atau ketuban pecah kurang dari… jam
d. Vakum ekstraksi atauforseps gagal
e. Riwayat C dengan:
 Insisi kosporal interval < 1 tahun
 TBJ >= 3500 gr
 Kelainan letak
 Tebal SBU <= 5mm
 Postmatur

Pedoman Pelayanan obsestri Nenonatal Emergansi Komprehensif 79/ 99


f. IUGR berat (lebih dari 2 standar deviasi)
D. Keputusan Tindakan Seksio Sesaria
A. Yang meutuskan tindakan seksio sesaria sesuai indkasi medis adalah:
1. Operator seksio sesaria adalah dokter spesialis kebidanan yang memutuskan tindakan seksio
sesaria
2. Pemilihan jenis anastesi tergantung dari berbagai hal:
- Keadaan umum pasien, makan, minum terakhirdan reaksi emosional pasien.
- Pada kasus gawat darurat, anastesi umum disiapkan lebih cepat dari anastesi spinal dan lebih
aman pada ibu hipovolemia atau syok.
- Bila tersedia cukup waktu (tindakan masih dapat ditunggu hingga 30 menit) maka anastesi
spinal (oleh tenaga terampil) dapat mengurangi resiko terhadap ibu dan bayi.
- Pertimbangan untuk pilihan anastesi harus dilakukan antara operator dan anesthetist.
3. Pemilihan jenis insisi:
- Insisi vertical Mediana
 Keuntungan
 Memudahkan akses ke kavum abdomen
 Pendarahan lebih sedikit
 Mudah untuk menampilkan bagian atas atau bawah abdomen
 Waktu operasi lebih singkat.
 Keterbatasan
 Resiko tinggi teradi dehiscence dan incicional hernia akibat sistem vascularisasi yang
relatif lebih singkat
 Nilai rendah dari aspek estetika/ kosmetik.
- Insisi Transversal (pfannenstiel)
 Keuntungan
 Resiko rendah incional hernia
 Nilai lebih dari aspek estetika/kosmetika
 Keterbatasan
 Butuh waktu lama
 Pendarahan lebih banyak
 Lebih sulit untuk menampilkan bagian atas rongga abdomen.

Pedoman Pelayanan obsestri Nenonatal Emergansi Komprehensif 80/ 99


B. Menentukan jenis seksio sesaria
1. Tanyakan riwayat reproduksi penyakit masa lampau yang mencakup riwayat perkawinan,
kehamilan, persalinan dan keguguran.
2. Periksa perut ibu, apakah ada bekas operasi. Bila ada, Tanya operasi apa, kapan dan apa
sebabnya. Bila pernah dilakukan SC tanyakan kapan operasi tersebut dilakukan, apa penyebab
operasi (perkiraan), berat bayi, lama dirawat, apakah ada febris sebelum dan sesudah operasi
(perawatan). Apakah luka operasi tidak menyembuh dalam waktu satu minggu/ basah.
3. Lihat jelas di dinding abdomen atau memanjang dan apakan jelas.

E. Penjelasan Terhadap Pasien Untuk Tindakan Seksio Sesaria


1. Dokter yang merawat pasien tersebut harus:
a. Memberi penjelasan mengapa harus dilakuan operasi seksio sesarea. Apabila pasien maupun
keluarganya ragu maka harus dapat memberikan penjelasan ulang.
b. Memberikan informasi dan penjelasan tentang cara tindakan medis yang akan dilakukan (membuka
perut untuk mengeluarkan bayi)
c. Menjelaskan resiko (pendarahan/infeksi/pengaruh anastesi) yang mungkin terjadi baik yang diduga
maupun yang tidak terduga sebelumnya.
d. Memberikan penjelasan tentang alternatif tindakan medis lain yang tersedia serta resikonya
masing-masing.
e. Memberikan informasi dan penjelasan tentang hasil diagnosis pasien.
f. Memberi kesempatan pada pasien dan keluarganya untuk mendapatkan penjelasan ulang.
2. Meminta persetujuan tertulis untuk tindakan oerasi dengan menandatangani lembar persetujuan
tindakan medik.
F. PeRSpan Sebelum Tindakan
a. Anamnesis
 Usia ibu dan kehamilan (HPHT)
 Riwayat persalinan sebelumnya (jumlah, cara dan hasil kehamilan/persalianan)
 Riwayat medik dan tindakan operasi.
b. Pemeriksaan fisik
 Keadaan umum (vital sign, chest, and heart)
 Pemeriksaan abdomen (letak, presentasi dan DJJ)

Pedoman Pelayanan obsestri Nenonatal Emergansi Komprehensif 81/ 99


 Status lokalis (pembukan, kondisi selaput ketuban, penurunan dan presentasi)
c. Pemeriksaan tambahan
 HB dan hematokrit
 Golongan darah (ABO dan Rh)
 Ui silang darah resipien dan donor
 Uji tapis penyakit menular/berbahaya
 Gula darah sewaktu
 Analisis urin

G. Perawtan Pasca Seksio Sesaria


1. Perawatan pasca bedah dengan anastesi spinal:
a. Mobiisasi setelah 24 jam
b. Bila 6 jam tidak mual dan mutah-muntah boleh minum sedikit demi sedikit
c. Mobilisasi duduk dan berjalan setelah 24 jam.
2. Asuhan keperawatan
a. Posisi pasien terlentang tanpa diberi bantal
b. …… dstnya.
3. Perawatan pasca bedah dengan anastesi dengan anastesi umum
a. Mobilisasi dini setelah keaaan memungkinkan
b. Realimentasi setelah bising usus positif.
H. Standar Peralatan Tindakan Seksio Sesaria
1. Ruang operasi terdiri dari:
a. Meja operasi
b. Lampu operasi yang tidak berbayang
c. Kereta dorong untuk meletakan peralatan
d. Tiang infus
e. Alat pendingin ruangan
f. Lemari
g. Rak
h. Tempat untuk cucian
i. Alat diatermi

Pedoman Pelayanan obsestri Nenonatal Emergansi Komprehensif 82/ 99


j. Peralatan suction
2. Set operasi seksio sesaria (instrument)
No Nama alat No Catalog Jumlah
1 Kom 14cm - 1
2 Kom 10 cm - 1
3 Desinfektan klem BF 120 R 1
4 Doek klem BF 432 R 6
5 Scaple handle no 3 BB 073 R 1
6 Scaple handle no 4 BB 084 R 1
7 Needle case (box jarum) BL 941 R 1
8 Pinset anatomis pendek BD 027 R 1
9 Pinset chirurgis pendek BD 547 R 1
10 Pinset chirurgis panjang BD 562 R 1
11 Pinset diatermi BD 669 R 1
12 Gunting mayo panjang BC 615 R 1
13 Gunting mayo pendek BC 606 R 1
14 Guntng benang BC 580 R 1
15 Guntng benang BC 413 R 1
16 Nald voeder BM 235 R 1
17 Nald voeder BM 236 R 1
18 Nald voeder BM 237 R 1
19 Pean lurus panjang BH 444 R 2
20 Pean lurus pendek BH 160 R 2
21 Pean bengkok pendek BH 413 R 2
22 Pean kasar (chrome) BH 445 R 2
23 Kocher BH 630 R 2
24 Abdominal retractor BT 617 R 1
25 Abdominal retractor BT 658 R 1
26 Langen back BT 352 R 2
27 Oog back BT 405 R 1
28 Penster klem BF 122 R 7
29 Peritoneum klem BJ 310 R 4
30 Canul suction GF 944 R 1
31 Tempat instrument JF 223 R 1

3. Set operasi seksio sesaria (linen dan baju)


a. Laken operasi besar dan kecil
b. Pembungkus alat (laken berlapis)
c. Alas meja dorong
d. Duk bolong
e. Duk operasi

Pedoman Pelayanan obsestri Nenonatal Emergansi Komprehensif 83/ 99


f. Baju dan celan operasi
g. Jas operasi
h. Topi operasi
i. Barakschort
j. Penutup kepala pasien
k. Sarung kaki
l. Sarung tabung oksigen
m. sarung meja mayo
n. Handuk/lap tangan
o. Baju pasien kamar bedah
p. Perlak besar dan kecil
q. Schort plastik/karet

Pedoman Pelayanan obsestri Nenonatal Emergansi Komprehensif 84/ 99


TATA LAKSANA PENERIMAAN PASIEN BARU

A. PETUGAS PENANGGUNG JAWAB


- Perawat pelaksana
B. PERANGKAT KERJA
- Surat pengantar rawat
- Berkas rekam medik
- Alat tulis stetoskop, thermometer
- Timbangan badan
C. TATA LAKSANA
1. Bayi masuk ruang perawatan dengan membawa surat pengantar rawat inap IGD atau surat rujukan
2. Perawat menerima pesanan kamar dari admission
3. Perawat dibantu TPK menyiapkan inkubator lihat SPO)
4. Perawat menghubungi petugas IGD/IRJ bahwa kamar perawatan sudah siap untuk digunakan
5. Perawat IGD/IRJ mengantarkan pasien ke ruang perawatan
6. Pasien diterima di ruang perawatan dengan ramah dan perawat mengucapkan salam kepada pasien
7. Perawat IGD/IRJ melakuakn serah terima pasien beserta BRM pasien dengan perawat ruang rawat.
8. Perawat membaca instruksi dokter dan menjalankan instruksi tersebut.
9. Perawat memeriksa tanda-tanda vital pasien serta mendokumentasikannya pada berkas rekam medid
pasien
10. Apabila pasien dianjurkan untuk dilakukan pemeriksaan lanoratorium atau radiologi, maka perawat
menghunungi petugas laboratorium radiologi.

Pedoman Pelayanan obsestri Nenonatal Emergansi Komprehensif 85/ 99


TATA LAKSANA
PEMERIKSAAN PASIEN (VISITE) DOKTER PENANGGUNG JAWAB

A. PETUGAS PENANGGUNG JAWAB


 Dokter penanggung jawab pasien
 Perawat PJ shift
B. PERANGKAT KERJA
 Berkas rekam medik pasien
 Stetoskop
C. TATA LAKSANA
1. Perawat memberitahukan dokter penanggung jawab pasien bahwa pasien sudah masuk ruang rawat
dan menanyakan rencana waktu visite.
2. Perawat menemani dokter visite dengan membawa rekam medis dan peralatan medis yang
dibutuhkan dokter tersebut.
3. Dokter memeriksa kondisi dan perkembangan pasien serta mengisi/melengkapi rekam medis pasien.
4. Dokter penanggung jawab memberikan informasi kepada pasien/keluarga tentang kondisi penyakit
serta perkembangan pasien yang bersangkutan.
5. Perawat mencatat semua instruksi dokter di catatan kegiatan harian
6. Perawat mencatat kondisi dan perkembangan pasien dalam buku laporan harian untuk
diinformasikan kepada perawat jaga shift berikutnya.

Pedoman Pelayanan obsestri Nenonatal Emergansi Komprehensif 86/ 99


TATA LAKSANA
MERUJUK PASIEN

A. PETUGAS PENANGGUNG JAWAB


- Perawat pelaksana
B. BAHAN KERJA
- Form rujukan
- Ringkasan pasien pulang
- Resume keperawatan
- Obat-obatan dan barang-barang milik pasien
- Alat-alat tulis
C. TATA LAKSANA
1. Pasien yang dirujuk disebabkan karena tidak lengkapnya alat, fasilitas atau pasien memerlukan
penanganan lanjutan yang tidak tersedia di RS YPK Mandiri
2. Siapkan formulirrujukan yang diisi oleh dokter PJ pasien atau dokter jaga
3. Perawat menghubungi RS yang dituju, pastikan RS tersebut sudah ada tempat untuk pasien tersebut
4. Perawat menghubungi RS yang dituju, pastikan RS tersebut sudah ada tempat untuk pasien tersebut.
5. Perawat menghubungi petugas IGD untuk permintaan ambulance RS YPK Mandiri
6. Perawat menyiapkan obat-obatan hasil pemeriksaan lain dan barang-barang milik pasien dan pesanan
pulang
7. Petugas ADM IRNA menyelesaikan administrasi ruangan dan mengirim ke kasir rawat inap
8. Keluarga diminta untuk menyelesikan administrasi ke bagian kasir rawat inap dengan membawa surat
pulang rawat inap
9. Keluarga menunjukka kwitansi dan surat izin pulang dari kasi kepada perawat.
10. Antarkan pasien ke RS yang dituju.

Pedoman Pelayanan obsestri Nenonatal Emergansi Komprehensif 87/ 99


TATA LAKSANA
MENDAMPINGI PASIEN UNTUK DIRUJUK

A. PETUGAS PENANGGUNG JAWAB


 Perawat Pelaksana
B. PERANGKAT KERJA
 Form Rujukan
 Inkubator
 Ambulan
 Alat-Alat Tulis
C. TATA LAKSANA
1. Perawat yang mendampingi pasien yang di rujuk harus yang sudah PJ shift.
2. Dokter PJ pasien membuat surat rujukan dan melengkapi hasil-hasil pemeriksaan yang telah
dilakukan untuk dibawa perawat pendamping
3. Perawat menghubungi RS rujukan untuk memastikan adanya tempat untuk penerimaan pasien di RS
rujukan.
4. Cek kesiapan transportasi/ambulan RS YPK Mandiri/ ambulan 188
5. Perawat pendamping pasien menyiapkan pasien dan surat rujukan beserta dokumen medis yang
akan dibawa antara lain: fotokopi hasil pemeriksaan, foto rontgent, dll
6. Observasi suhu, Nadi, RR (lihat SPO…) sebelum pasien dibawa.
7. Perawat pendamping pasien harus selalu memantau keadaan umum pasien selama dalam
perjalanan, antara lain: suhu, nadi, pernapasan pasien (lihat SPO...) Dan mencatat hasil pemantauan
di formulir observasi.
8. Perawat pendamping pasien melakukan serah terima pasien dan menyerahkan surat rujukan pasien
beserta hasil pemeriksaan, obat-obatan.

Pedoman Pelayanan obsestri Nenonatal Emergansi Komprehensif 88/ 99


TATA LAKSANA
PASIEN PUILANG RAWAT INAP

A. PETUGAS PENANGGUNG JAWAB


 Perawat Pelaksana
B. PERANGKAT KERJA
 Ringkasan pasien pulang dan resume keperawatan
 Obat-obatan
 Foto rontgent, USG.
 Foto copy hasil pemeriksaan laboratorium/radiologi sesuai dengan permintaan pasien
 Surat pengantar kontrol ulang
 Alat-alat tulis
C. TATA LAKSANA
1. Beri tahu petugas ADM, bahwa pasien sudah ada rencana pulang, minta petugas ADM IRNA untuk
mengecek administrasi pasien selama di rawat.
2. Beritahu pasien dan keluarga, bahwa pasien sudah diperbolehkan pulang pada tanggal..... Dan jam
.... (sebelum jam 12.00) atau pulang tunggu dokter datang melihat pasien terlebih dahulu.
3. Siapkan bekas-berkas yang harus dibawa pasien pulang seperti ringkasan pulang dan resume
keperawatan, obat-obatan, yaitu resep/obat-obatan yang akan di bawa pulang, surat istirahat, surat
pengantar kontrol ulang, surat asuransi, foto copy hasil pemeriksaan diagnostik dan hasil
laboratorium.
4. Kirim resep obat pasien pulang ke farmasi, bila pasien diberikan obat tambahan dalam bentuk resep,
masukan nomor resep dalam transaksi.
5. Cek obat-obat pasien, jika ada yang akan diretur di berikan ke petugas ADM untuk diretur, kecuali
obat -obat yang dibeli di luar farmasi RS.
6. Keluarga diminta untuk menyelesaikan administrasi ke kasir rawat inap dengan membawa surat ijin
pulang rawat inap.
7. Keluarga menunjukkan kwitansi dan surat izin pulang dari kasir kepada perawat.
8. Beri penjelasan kepada pasien mengenai pesanan pulang seperti perawatan khusus di rumah, obat-
obatan yang di minum, tanggal kontrol kembali.
9. Serahkan obat-obat yang di bawa pulang, barang milik pasien, foto rontgent, ringkasan pulang, surat

Pedoman Pelayanan obsestri Nenonatal Emergansi Komprehensif 89/ 99


istirahat, keterangan sakit dll, minta pasien/ keluarga memberikan tanda tangan pada buku
pemulangan foto/USG dan meminta keluarga untuk menandatangani resume keperawatan.
10. Buatlah perjanjian untuk kontrol ke praktek dokter sesuai dengan jadwal yang diminta oleh dokter
yang merawat, bila pasien pulang pada hari libur/minggu, catat pada buku ekspedisi pasien untuk
dibuatkan perjanjian setelah hari libur.
11. Bayi diantar oleh perawat sampai pintu utama RS YPK Mandiri atau sampai naik kendaraan.
12. Hapus nama pasien pada papan nama pasien.

Pedoman Pelayanan obsestri Nenonatal Emergansi Komprehensif 90/ 99


TATA LAKSANA
PEMERIKSAAN LABORATORIUM PASIEN RAWAT INAP

A. PETUGAS PENANGGUNG JAWAB


 Perawat Pelaksana
 Petugas Analis
 Petugas Radiografer
B. PERANGKAT KERJA
 Berkas rekam medik
 Formulir pemeriksaan laboratorium/radiologi
C. TATA LAKSANA
1. Dokter menjelaskan kepada pasien/keluarganya tentang pemeriksaan yang akan dilakukan.
2. Dokter mengisi formulir permintaan pemeriksaan laboratorium
3. Perawat mencatat tentang pemeriksaan laboratorium yang akan diperiksa pada catatan kegiatan
harian.
4. TPK menurunkan form permintaan pemeriksaan laboratorium.
5. Petugas analis datang ke rawat inap untuk mengambil sample pemeriksaan
6. Petugas laboratorium menghubungi perawat dan memberitahukan hasil pemeriksaan sudah selesai
dan dapat diambil segera
7. Perawat/ tpk mengambil hasil pemeriksaan ke bagian laboratorium.
8. Hasil pemeriksaan laboratorium diterima dari bagian laboratorium, dimasukan ke dalam RM pasien
yang bersangkutan dan perawat melaporkan hasil pemeriksaan kepada dokter penanggung jawab
pasien.

Pedoman Pelayanan obsestri Nenonatal Emergansi Komprehensif 91/ 99


TATA LAKSANA
PEMERIKSAAN RADIOLOGI PASIEN RAWAT INAP

A. PETUGAS PENANGGUNG JAWAB


 Perawat Pelaksanaan-
 Petugas Analisis
 Petuga Radiografer
B. PERANGKAT KERJA
 Berkas rekam medik
 Formulir pemeriksaan laboratorium/radiologi
C. TATA LAKSANA
1. Dokter menjelaskan kepada pasien/keluarganya tentang pemeriksaan yang akan dilakukan.
2. Dokter mengisi formulir permintaan pemeriksaan radiologi
3. Perawat mencatat tentang pemeriksaan radiologi yang akan dilakukan pada catatan kegiatan harian.
4. Perawat menginformasikan ke bagian radiology tentang permintaan pemeriksaan radiology
5. Perawat dan TPK membawa pasien ke bagian radiologi dengan menggunakan inkubator sesuai
kondisi bayi beserta form permintaan pemeriksaan radiologi.
6. Untuk bayi dengan keadaan umum yang tidak memungkinkan maka petugas radiologi dapat
melakukan pemeriksaan di ruang bayi (bayi level2)
7. Petugas radiology menghubungi perawat dan memberitahukan hasil pemeriksaan sudah selesai dan
dapat diambil segera
8. Perawat/ TPK mengambil hasil pemeriksaan ke bagian radiologi
9. Hasil pemeriksaan radiologi diterima dari bagian radiologi, dimasukan ke dalam RM pasien yang
bersangkutan dan perawat melaporkan hasil pemeriksaan kepada dokter penanggung jawab pasien.

Pedoman Pelayanan obsestri Nenonatal Emergansi Komprehensif 92/ 99


BAB VI
KESELAMATAN PASIEN (PATIENT SAFETY)

A. DEFINISI
Keselamatan pasien (Patient Safety) rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat
asuhan pasien lebih aman.

B. TUJUAN
 Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
 Meningkatkan akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
 Menurunkan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) di Rumah Sakit Ibu dan Anak YPK Mandiri
 Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian yang
tidak diharapkan (KTD)

C. STANDAR PATIENT SAFETY
Standar keselamatan pasien (Patien Safety) untuk pelayanan maternal dan perinatal adalah:
1. Hak Pasien.
Pasien atau keluarga pasien mempunyai hak mendapatkan informasi tentang rencana dan hasil
pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya KTD.
2. Mendidik Pasien Dan Keluarga
Edukasi kepada keluarga pasien tentang kewajiban dan tanggungjawab keluarga dalam asuhan
perawtan/asuhan kebidanan. Untuk keluarga pasien diajarkan cara mengurangi resiko terjadinya
infeksi nosokomial seperti mencuci tangan.
3. Keselamatan Pasien Dan Kesinambungan Pelayanan
Rumah sakit menjamin kesinambungan pelayanan dan menjamin koordinasi anta tenaga
(dokter, bidan/perawat, gizi, dll), dan antar unit pelayanan terkait
4. Penggunaan Metode-Metode Peningkatan Kinerja Untuk Melakukan Evaluasi Dan Program
Peningkatan Keselamatan Pasien.
Rumah sakit harus terus memperbaiki pelayanan, memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui
pengumpulan data, menganalisis secara intensif KTD dan melakukan perubahan untuk meningkatkan
kinerja dan keselamatan pasien.

Pedoman Pelayanan obsestri Nenonatal Emergansi Komprehensif 93/ 99


5. Peran Pimpinan Rumah Sakit Dalam Meningkatkan Keselamatan Pasien
Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program patient safety melalui penerapan
tujuh standar Patient Safety.
6. Mendidik Staf Tentang Keselamatan Pasien.
Rumah sakit menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan sesuai standar
profesi, standar pelayanan rumah sakit dan standar prosedur operasional untuk meningkatkan
kompetensi staf dalam pelayanan maternal dan perinatal.
7. Komunikasi Merupakan Kunci Bagi Staff Untuk Mencapai Keselamatan Pasien.
Komunikasi antara tenaga kesehatan dan keluarga pasien selama melaksanakan pelayanan
dapat mencegah kemungkinan terjadinya KTD.

D. PROGRAM PENGAMANAN
a. Program pengamanan Fasilitas dan peralatan
Sistem pemeriksaan secara berkala harus dilakukan terhadap semua peralatan untuk pertolongan
maternal dan perinatal antara lain: alat-alat gawat darurat, dan alat-alat resusitasi. Daerah pengaman listrik
paling sedikit diperiksa 2 (dua) bulan sekali dan catatan daerah-daerah yang diperiksa, prosedur yang
diikuti dan hasilnya harus disimpan baik-baik.
b. Program pengamanan infeksi Mosokomial
Harus ada sistem yang digunakan untuk mengurangi resiko terjadi infeksi nosokomial. Sistem ini harus
merupakan bagian internal dari pengendalian di rumah sakit royal progress.

E. TATA LAKSANA
a. Memberikan pertolongan pertama sesuai dengan kondisi yang terjadi pada pasien
b. Melaporkan pada dokter jaga ruangan
c. Memberikan tindakan sesuai dengan instruksi dokter.
d. Mendokumentasikan kejadian tersebut pada formulir “pelaporan insiden keselamatan”.

Pedoman Pelayanan obsestri Nenonatal Emergansi Komprehensif 94/ 99


BAB VII
KESELAMATAN KERJA

A. Pendahuluan
HIV/AIDS telah menjadi ancaman global. Ancaman penyebaran HIV menjadi lebih tinggi karena
pengidap HIV tidak menampakan gejala. Setiap hari ribuan anak brusia kurang dari 15 tahun dan 14000
penduduk berusia 15049 tahun terinfeksi HIV. Dari keseluruhan kasus baru 25% terjadi di negara-negara
berkembang yang belum mampu menyelenggarakan kegiatan penanggulangan yang memadai.
Angka pengidap HIV di Indonesi terus meningkat, dengan peningkatan kasus secara langsung ke
masyarakat melalui penduduk migran, sementara potensi penularan di masyarakat cukup tinggi (misalnya
melalui perilaku seks bebas tanpa pelindung, pelayanan kesehatan yang belum aman karena belum
ditetapkannya kewaspadaan umum dengan baik, penggunaan bersama peralatan menembus kulit: tato, tindik,
dkk)
Penyakit hepatitis B dan C, yang keduanya potensial untuk menular melalui tindakan pada pelayanan
kesehatan. Sebagai ilustrasi dikemukakan bahwa menurut data PMI angka kesakitan hepatitis B di Indonesia
pada pendonor sebesar 2,08% pada tahun 1998 dan angka kesakitan hepatitis C di masyarakat menurut
perkiraan WHO adalah 2,10%. Kedua penyakit ini sering tidak dapat dikenali secara klinis karena tidak
memberikan gejala
Dengan munculnya penyebaran penyakit tersebut diatas memperkuat keinginan untuk
mengembangkan dan menjalankan prosedur yang bisa melindungi semua pihak dari penyebaran infeksi.
Upaya pencegahan penyebaran infeksi melalui “Kewaspadaan Umum” atau “Universal Precaution” yaitu
dimulai sejak dikenalnya infeksi nosokomial yang terus menjadi ancaman bagi “Petugas Kesehatan”
Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak yang melayani dan melakukan kontak langsung dengan
pasien dalam waktu 24 jam secara terus-menerus tentunya mempunyai resiko terpajan infeksi, oleh sebab itu
tenaga kesehatan wajib menjaga kesehatan dan keselamatan dirinya dari resiko tertular penyakit agar dapat
bekerja maksimal.

B. Tujuan
a. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat melindungi diri sendiri, pasien
dan masyarakat dari penyebaran infeksi.

Pedoman Pelayanan obsestri Nenonatal Emergansi Komprehensif 95/ 99


b. Petugas kesehawtan di dalam menjalankan tugas dan kewajibannya mempunyai resiko tinggi terinfeksi
penyakit menular dilingkungan tempat kerjanya, untuk menghindarkan paparan tersebut, setiap
petugas harus menerapkan prinsip “ universal precaution”.

C. Tindakan yang beresiko terpajan


a. Cuci tangan yang kurang benar
b. Penggunaan sarung tangan yang kurang tepat.
c. Penutupan kembali jarum suntik secara tidak aman
e. Pembuangan peralatan tajam secara tidak aman.
f. Teknik dekontaminassi dan sterilisasi peralatan yang kurang tepat
g. Praktek kebersihan ruangan yang belum memadai.

D. Prinsip Keselamatan Kerja


Prinsip utama prosedur Universal Precaution dalam kaitan keselamatan kerja adalah menjaga higiene
sanitasi individu, higiene sanitasi ruangan dan sterilisasi peralatan. Ketiga prinsip tersebut dijabarkan menjadi
5 (lima) kegiatan pokok yaitu:
a. Cuci tangan guna mencegan infeksi silang
b. Pemakaian alat pelindung diantaranya pemakaian sarung tangan guna mencegah kontak dengan
darah serta cairan infeksi yang lain
c. Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai
d. Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan
e. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan.

Pedoman Pelayanan obsestri Nenonatal Emergansi Komprehensif 96/ 99


BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Indikator mutu yang digunakan di Rumah Sakit Ibu dan Anak YPK Mandiri dalam memberikan
pelayanan adalah:
A. Indikator kecepatan penanganan pertama pasien gawat darurat
a. Presentase kematian ibu karena eklampsia
b. Waktu tunggu sebelum operasi.
c. Presentase kematian ibu karena melahirkan sepsis.
d. Presentasi kematian ibu karena perdarahan.

B. Indikator pelayanan ibu bersalin dan bayi.


a. Angka kematian ibu karena eklampsi
b. Angka kematian ibu karena perdarahan
c. Angka kematian ibu karena sepsis
d. Angka kematian perpanjangan waktu rawat inap ibu melahirkan
e. Angka kematian bayi dengan BBLR >2000gr
f. Angka sectio sesaria

Indikator tersebut dilaporkan setian bulan dalam laporan kerja bulanan.

Pedoman Pelayanan obsestri Nenonatal Emergansi Komprehensif 97/ 99


PENUTUP

Angka kematian ibu dan angka kematian bayi semakin meningkat dan tidak mengalami perubahan
berarti pada lima tahun terakhir. Keadaan ini akan meningkat bila tidak segera diantisipasi dengan berbagai
terobosan yang optimal. Kasus kebidanan yang sifatnya akut dan fatal akan menurunkan kondisi kesehatan
pada ibu hamil dan bayi di masyarakat dan akan mempengaruhi prestasi dan kinerja generasi mendatang.
Berdasarkan Hal Tersebut, Maka Dipandang Perlu Agar Program Pedoman Pelayanan Obstetrik dan
Neonatal Emergenci Komprehensif (PONEK) dijadikan prioritas, yang terlihat pada target upaya kesehatan
perorangan (UKP) pada rencana strategi Departemen Kesehatan 2005-2009.
Pada Saat Ini Sesuai Era Desentralisasi, Kebijakan Ini Amat Perlu Didukung Oleh Dinas kesehatan
provinsi/kabupaten daerah sehingga terjadi sinkronisasi antara perencanaan Departemen Kesehatan RI pusat
dan daerah yang menghasilkan suatu visi yang saweling memperkuat dalam penurunan angka kematian ibu
(AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB).
Disamping Itu Pelaksanaan Pelayanan Obstetrik Dan Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK)
hendak disesuaikan dengan kondisi spesifik daerah dan keterbatasan sumber daya sehingga dapat mencapai
target yang optimal yaitu 75% RSU kabupaten/kota menyelenggarakan PONEK.

Jakarta, Janusri 2018

Penyusun

Pedoman Pelayanan obsestri Nenonatal Emergansi Komprehensif 98/ 99


DAFTAR PUSTAKA

1. Despkes (2008), Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif 24c jam di
Rumah Sakit.
2. Departemen kesehatan (2002), Standar Tenaga Keperawatan di Rumah Sakit, Cetakan Pertama, Jakarta.
3. Departemen Kesehatan (2009), Pedoman Pelayanan Maternal dan Perinatal Pada Rumah Sakit Umum Kelas B, C
dan D, Edisi Kedua, Jakarta.
4. Departemen Kesehatan (2007), Pedoman Pedoman Rawat Gabung Ibu dan Bayi, Direktorat Bina Pelayanan
Medik, Jakarta.
5. Departemen Kesehatan (2009), Pedoman Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir Rendah Dengan Perawatan
Metode Kanguru di Rumah Sakit dan Jejaringnya, Depkes RI, Jakarta.
6. Departemen Kesehatan (2009), Pedoman Pelaksanaan Program Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi, Depkes RI,
Jakarta.

Pedoman Pelayanan obsestri Nenonatal Emergansi Komprehensif 99/ 99

Anda mungkin juga menyukai