Anda di halaman 1dari 67

KATA PENGANTAR

Rencana Strategis Departemen Kesehatan tahun 2005 – 2009 telah menetapkan


target penurunan angka kematian ibu dari 307 menjadi 226 /100.000,- kelahiran
hidup dan angka kematian bayi dari 35 menjadi 26/1000 kelahiran hidup pada
tahun 2009. Dalam mencapai target tersebut perlu dilakukan upaya terobosan
yang efisien yaitu melalui program Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi
Komprehensif (PONEK) di Rumah Sakit. Upaya peningkatan PONEK di Rumah
Sakit dilakukan melalui upaya pelatihan Tim PONEK Rumah Sakit, pemenuhan
peralatan PONEK di Rumah Sakit Kabupaten / Kota, Bimbingan Teknis,
Manajemen Pelayanan Keperawatan dan pelayanan darah yang aman / Bank
Darah di Rumah Sakit.
Pedoman ini memuat beberapa hal yang perlu dipenuhi oleh Rumah Sakit untuk
meningkatkan kesiapan rumah sakit sebagai fasilitas rujukan yang bertanggung
jawab dalam penyediaan sarana pelayanan obstetri dan neonatal. Diharapkan
Pedoman Penyelenggaraan RS PONEK ini dapat mempunyai kontribusi dalam
menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) yang
merupakan target Rencana Strategis 2005- 2009 dan tercapainya target Upaya
kesehatan Perorangan tahun 2009 yang diharapkan 75 % Rumah sakit
kabupaten /Kota telah menyelenggarakan PONEK Pedoman ini diharapkan
menjadi acuan bagi rumah sakit kabupaten / kota agar dapat melakukan PONEK
sesuai dengan standar.
Tersusunnya pedoman ini merupakan kerjasama antara Direktorat Jenderal Bina
Pelayanan Medik dengan JNPK-KR, POGI, IDAI, IBI dan PPNI dengan
dukungan berbagai pihak dan stake holder terkait.Untuk itu Tim Penyusun
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak terkait yang telah berperan dan
berkontribusi dalam proses hingga tersusunnya pedoman ini.

Jakarta,Desember2008 DEPARTEMEN KESEHATANRI


DIREKTORATJENDERALBINAPELAYANANMEDIK
Direktur Bina Pelayanan MedikSpesialistik
Dr. Ratna Rosita,MPHM
NIP 140 098639
SAMBUTAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
Kita menyadari bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Neonatal
(AKN) di Indonesia masih tertinggi diantara negara-negara ASEAN. Sedangkan
penurunan angka tersebut masih relatif lambat, (AKI dari 390/100.000 tahun 1994
menjadi 307/100.000 tahun 1997 dan AKN dari 28,2/1000 kelahiran hidup
menjadi 21,8 pada tahun 1997) Salah satu kendala utama lambatnya penurunan
AKI dan AKN di Indonesia adalah hambatan terhadap penyediaan dan akses
pelayanan kegawatdaruratan obstetri dan neonatal. Saat ini hanya sebagian Rumah
Sakit yang siap melayani kasus komplikasi maternal dan neonatal yaitu berkisar
42%.Dengan adanya pelayanan obstetri dan neonatal dasar di tingkat puskesmas
dan neonatal komprehensif di tingkat rumah sakit, diharapkan dapat mempercepat
target.
Rencana Strategi Departemen Kesehatan RI 2005-2009 yang mengharapkan AKI
mencapai 125/100.000 kelahiran hidup dan AKB sebesar 20/1000 kelahiran hidup
dalam Upaya Kesehatan Perorangan serta 75% RS telah
menyelenggarakanPONEK.

Dengan terbitnya buku ini diharapkan akan mempermudah pelaksanaan pelayanan


obstetri neonatal komprehensif 24 jam di rumah sakit beserta jejaring sistem
rujukan pelayanan obstetri neonatal emergensi dasar di puskesmas di tingkat
kabupaten / kota. Kami sampaikan terima kasih kepada JNPK-KR, POGI, IDAI,
IBI dan PPNI serta dukungan berbagai pihak dan stake holder terkait yang telah
berkontribusi dalam penyusunan pedoman ini

Semoga pedoman ini dapat dimanfaatkan oleh setiap pelaksana pelayanan


kesehatan ibu dan neonatal di kabupaten/kota.

Menteri KesehatanRI
DR. dr. Siti Fadilah Supari,Sp.JP

SAMBUTAN
DIREKTUR JENDERAL BINA
PELAYANAN MEDIK
DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK
INDONESIA

Saat ini Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Neonatal (AKN) di
Indonesia tertinggi diantara negara - negara ASEAN dengan penurunan sangat
lambat.Seperti kita ketahui angka kematian ibu sebesar 307 per 100.000 kelahiran
hidup, sedangkan angka kematian neonatal 20 per 1000 kelahiran hidup (hasil
survey 2002 – 2003). Hal tersebut berarti setiap jam ada 2 (dua) ibu yang
meninggal dan setiap jam ada 10 (sepuluh) kematian neonatal. Kematian bayi 35
per 1000 kelahiran hidup (SDKI Th. 2002 – 2003) yang artinya setiap jam ada 18
(delapan belas) kematian bayi.

Keadaan tersebut diakibatkan oleh penyebab utama kematian yang sebenarnya


dapat dicegah melalui pendekatan deteksi dini dan penatalaksanaan yang tepat
untuk ibu dan bayi.Di Indonesia penyebab kematian ibu adalah perdarahan,
infeksi dan eklamsi, partus lama dan komplikasi abortus.Penyebab kematian
utama adalah perdarahan yang sebagian besar disebabkan oleh retensi plasenta.

Hal ini menunjukkan adanya manajemen persalinan kala III yang kurang
adekuat.Sedangkan kematian ibu akibat infeksi merupakan indikator kurang
baiknya upaya pencegahan dan manajemen infeksi.Kematian ibu yang disebabkan
karena komplikasi aborsi adalah akibat dari kehamilan yang tidak dikehendaki.
(KTD) Program menurunkan angka kematian ibu dan bayi (maternal neonatal)
dan meningkatkan pelayanan Ibu dan Bayi yang mempunyai masalah komplikasi
persalinan dan kelahiran kurang bulan sangat diperlukan.Sehubungan hal tersebut
perlu diperoleh dukungan faktor keterampilan tenaga kesehatan khusus PONEK
serta pelayanan kesehatan ibu dan bayi yang berkualitas di Rumah Sakit.

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK


INDONESIA NOMOR 1051/MENKES/SK/XI/2008
TENTANG

PEDOMAN PENYELENGGARAAN/ PELAYANAN


OBSTETRI NEONATALEMERGENSI
KOMPREHENSIF(PONEK) 24 JAM DI RUMAHSAKIT

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


DAFTAR ISI

Kata
Pengantar....................................................................................................................
..................

Sambutan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia………………………………………………….. Sambutan Direktur
Jenderal Bina Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RepublikIndonesia…..
Tim Penyusun dan
kontributor.....................................................................................................
Daftar
Isi................................................................................................................................
.................
BAB I

PENDAHULUAN.....................................................................................................
..
A.
LatarBelakang............................................................................................................
..
B.
DasarHukum..............................................................................................................
..
C.
Pengertian...................................................................................................................
..
D. Visi, Misi, Tujuan
danSasaran.....................................................................................
BAB II REGIONALISASI PELAYANAN
OBSTETRI DAN
NEONATAL...................... A. Fungsi
RumahSakit.....................................................
..................................................
B. Langkah-Langkah
KebijakanRegionalisasi..................................................................
C. Monitor dan Evaluasi
Kinerja..........................................................................................

BABIII LINGKUP PELAYANAN RUMAH


SAKIT PONEK 24
JAMBERDASARKAN STANDAR
KINERJA
KLINIS.....................................................
........................
A. PONEK Rumah Sakit Kelas
C………………………………………………………
BAB IV KRITERIA RUMAH SAKIT
PONEK 24 JAM
BERDASARKANSTANDAR
KINERJA
MANAJEMEN.....................................
...........................................
A. Kriteria Umum Rumah Sakit
PONEK…….............................................................
B.
Kriteriakhusus............................................................................................................
.

BABV ON THE JOB


TRAINING……………………………………….
BABVI PENERAPAN PROGRAM RUMAH
SAKIT SAYANG IBUDAN
BAYIDALAMPROGRAMPONEK.................................
.....................................

A. Konsep Dasar
RSSIB..................................................................................................
B.
Pengertian...................................................................................................................
.
C.
TujuanRSSIB.............................................................................................................
.
D.
Sasaran.......................................................................................................................
.
E. Strategi
Pelaksanaan...................................................................................................
BABVII

PENUTUP.................................................................................................................
..

KEPUSTAKAAN.....................................................................................................
............................

Lampiran 1. Mekanisme alur pasien rujukan maternal & neonatal


……………………

Lampiran 2. Penilaian Standar Kinerja


Manajemen.....................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATARBELAKANG
Seperti kita ketahui bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian
Neonatal (AKN) di Indonesia masih tertinggi di antara Negara ASEAN dan
penurunannya sangat lambat.AKI dari 390/100.000 kelahiran hidup (SDKI tahun
1994), menjadi 307/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2002-2003. Demikian
pula AKN 28,2/1000 kelahiran hidup 1987-1992 menjadi 21,8/1000 kelahiran
hidup pada tahun 1992-1997. Seharusnya sesuai dengan Rencana Strategis
Depkes tahun 2005-2009 telah ditetapkan target penurunan Angka Kematian Bayi
dari 35 menjadi 26/1000 kelahiran hidup dan angka kematian ibu dari 307
menjadi 226/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2009.

Gambar 1. Grafik Angka Kematian Ibu di Indonesia

Di samping itu Index Pembangunan Manusia di Indonesia berada pada urutan ke


107 dibandingkan dengan bangsa lain dan selama 5 tahun terakhir ini mengalami
perbaikan namun sangat lambat.

Pada Konferensi Tingkat Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tahun 2000


disepakati bahwa terdapat 8 Tujuan Pembangunan Millenium (Millenium
Development Goals) pada tahun 2015. Dua diantara tujuan tersebut mempunyai
sasaran dan indikator yang terkait dengan kesehatan ibu, bayi dan anak yaitu :

1. Mengurangi angka kematian bayi dan balita


sebesar dua per tiga dari AKB pada tahun
1990 menjadi 20 dari 25/1000 kelahiranhidup.
2. Mengurangi angka kematian ibu sebesar tiga
per empat dari AKI pada tahun 1990 dari 307
menjadi 125/100.000 kelahiranhidup

Meskipun tampaknya target tersebut cukup tinggi, namun tetap dapat dicapai
apabila dilakukan upaya terobosan yang inovatif untuk mengatasi penyebab utama
kematian tersebut yang didukung kebijakan dan sistem yang efektif dalam
mengatasi berbagai kendala yang timbul selama ini.

Kematian bayi baru lahir umumnya dapat dihindari penyebabnya seperti Berat
Badan Lahir Rendah (40,4%), asfiksia (24,6%) dan infeksi (sekitar 10%). Hal
tersebut kemungkinan disebabkan oleh keterlambatan pengambilan keputusan,
merujuk dan mengobati.Sedangkan kematian ibu umumnya disebabkan
perdarahan (25%), infeksi (15%), pre-eklampsia / eklampsia (15%), persalinan
macet dan abortus. Mengingat kematian bayi mempunyai hubungan erat dengan
mutu penanganan ibu, maka proses persalinan dan perawatan bayi harus dilakukan
dalam sistem terpadu di tingkat nasional danregional

Pelayanan obstetri dan neonatal regional merupakan upaya penyediaan pelayanan


bagi ibu dan bayi baru lahir secara terpadu dalam bentuk Pelayanan Obstetri
Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) di Rumah sakit dan Pelayanan
Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) di tingkatPuskesmas.

Rumah sakit PONEK 24 Jam merupakan bagian dari sistem rujukan dalam
pelayanan kedaruratan dalam maternal dan neonatal, yang sangat berperan dalam
menurunkan angka kematian ibu dan bayi baru lahir.Kunci keberhasilan PONEK
adalah ketersediaan tenaga kesehatan yang sesuai kompetensi, prasarana, sarana
dan manajemen yang handal.

Untuk mencapai kompetensi dalam bidang tertentu, tenaga kesehatan memerlukan


pelatihan- pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan
perubahan perilaku dalam pelayanan kepada pasien.

Pada tahun 2005 telah dilakukan penyusunan buku Pedoman Manajemen


Penyelenggaraan PONEK 24 jam di Rumah Sakit Kabupaten/Kota yang
melibatkan Departemen Kesehatan, Dinas Kesehatan Propinsi dan sektor terkait
lainnya. Telah pula dilakukan bimbingan teknis tentang manajemen PONEK 24
jam di RS Kabupaten/Kota pada RSUD di 4 Propinsi (Riau,Sumatera Barat,
Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur) untuk mempersiapkan
penyelenggaraan PONEK 24 jam

Pada tahun 2006 dilanjutkan dengan penyelenggaraan Lokakarya Upaya


Peningkatan Kesehatan Ibu, Bayi dan Anak melalui strategi Making Pregnancy
Safer (MPS) yang melibatkan 12 propinsi meliputi 6 propinsi Wilayah Timur
dengan AKI dan AKB tertinggi (NTB, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah,
Sulawesi Tenggara, Maluku dan Paupua) dan 6 propinsi yang telah dibina melalui
program bantuan HSP (NAD, Jawa Barat, DKI Jakarta, Sumatera Utara, Jawa
Timur).

Pada tahun 2007 telah dilakukan pelatihan keterampilan bagi tim PONEK di
Rumah Sakit Kabupaten/Kota (dokter spesialis Anak, dokter spesialis Kebidanan
dan kandungan, Bidan dan Perawat) di 6 propinsi di Wilayah Timur dengan AKI
tertinggi (NTB, Kalimantan TImur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Maluku
dan Papua). Dengan melibatkan JNPK-KR, POGI dan IDAI, dalam rangka
mendukung pelaksanaan program PONEK di RSU Kabupaten/Kota yang
merupakan target UKP Departemen Kesehatan RI, yaitu 75% RS Kabupaten dapat
menyelenggarakan PONEK pada tahun2009.

Pelatihan yang sangat bermanfaat tersebut mendapatkan respon sangat besar


terutama dari wilayah Indonesia Timur karen hampir selama 15 tahun bidan dan
perawat tidak pernah mendapatkan pelatihan kedaruratan maternal dan neonatal.
Pelatihan tersebut akan dilanjutkan dengan kegiatan On the Job Training (OJT) di
masing-masing Rumah Sakit yang dilatih yang semula direncanakan 3 (tiga) tahap
menjadi 1 (satu) tahap akibat keterbatasan dana.

Sebagai tindak lanjut perlu dlakukan pelatihan serupa pada tahap berikutnya di
propinsi lainnya hingga tahun 2009 untuk meningkatkan keterampilan bagi tim
PONEK di RS Kab/Kota (Dokter spesialis Anak, Dokter Spesialis Kebidanan dan
Kandungan, Bidan dan Perawat) dalam rangka mendukung pelaksanaan program
PONEK di RSU Kabupaten/Kota yang merupakan targer UKP Departemen
Kesehatan sebesar 75% pada tahun 2009 dengan melibatkan JNPK-KR, POGI dan
IDAI.
Selanjutnya diharapkan Pedoman Penyelenggaraan PONEK di Rumah Sakit ini
dapat dijadikan panduan bagi Tim PONEK Rumah Sakit dalam pelaksanaan
program PONEK di RS Kabupaten /Kota serta bagi Dinas Kesehatan Propinsi /
Kabupaten / Kota dapat dipergunakan untuk menurunkan Angka Kematian Ibu
(AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di wilayahkerjanya.

Diharapkan dari kedua tahap pelatihan PONEK tersebut dihasilkan para pelatih
regional yang mampu menjadi pelatih bagi tim PONEK Rumah Sakit yang belum
dilatih di wilayah masing- masing. Dengan demikian jumlah Tim PONEK Rumah
Sakit yang dilatih dapat cepat bertambah dengan dukungan dana dekonsentrasi
pemerintah daerah untuk akselerasi pencapaian target tahun 2009 tersebut.
B. DASARHUKUM

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23


Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara
RI Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran
Negara RI Nomor3495).
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29
Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
(Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 116,
Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4431).
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 125,
Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4437).
4. Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
159b/Menkes/SK/Per/II/1988 tentang RumahSakit.

5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang
Standar Pelayanan RumahSakit.
6. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 131/Menkes/SK/II/2004 tetntang Sistem
Kesehatan Nasional, diatur Upaya Kesehatan
Perorangan dan Upaya Kesehatan Masyarakat.
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1575/Menkes/Per/XI/2005 tentang
Organisasi dan Tata Kerja DepartemenKesehatan.
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1045/Menkes/Per/XI/2006 tentang
Pedoman Organisasi Rumah Sakit di Lingkungan
DepartemenKesehatan.
9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 512/Menkes/Per/IV/2007 tentang Izin
Praktek dan Pelaksanaan PraktikKedokteran.

C. PENGERTIAN

 Regionalisasi Pelayanan Obstetri dan Neonatal


adalah suatu sistem pembagian wilayah kerja
rumah sakit dengan cakupan area pelayanan yang
dapat dijangkau oleh masyarakat dalam waktu
kurang dari 1 jam, agar dapat memberikan
tindakan darurat sesuai standar. Regionalisasi
menjamin agar sistem rujukan kesehatan berjalan
secaraoptimal.
Gambar 2. Regionalisasi Tingkat Pelayanan
Kesehatan Neonatus

 Rujukan adalah pelimpahan tanggung jawab


timbal balik dua arah dari sarana pelayanan primer
kepada sarana kesehatan
Rujukan sekunder dantersier.
Utama

RS Rujukan II RS
Propinsi

RS Rujukan I RS
Kabupaten /
TRA
DAN
ASI
K
UNI
M
KO

PUSKESMAS

PUSKESM AS

Kecamat
Bidan Desa Pondok RUJUKAN

DESA

Gambar 3. Fasilitas Kesehatan pada berbagai tingkat


pelayanan di Indonesia

 Rumah Sakit PONEK 24 jam adalah Rumah Sakit


Sayang Ibu dan Bayi yang menyelenggarakan
pelayanan kedaruratan maternal dan neonatal
secara komprehensif dan terintegrasi 24 jam. Hal
ini harus dapat terukur melalui Penilaian Kinerja
Manajemen (lihat lampiran 2 hal xxx) dan
Penilaian Kinerja Klinis (berpedoman pada buku
Protokol Asuhan Neonatal Essensial untuk bidang
neonatal dan buku untuk bidang obstetri
ginekologi). Standard kinerja tersebut
harusterpenuhi

D. VISI, MISI TUJUAN DANSASARAN

I. VISI

Pada Tahun 2015 tercapai Tujuan Pembangunan


Millenium (Millenium Development Goals) yaitu :
 Mengurangi angka kematian bayi dan balita
sebesar dua pertiga dari AKB pada tahun 1990
menjadi 20 dari 25/1000 kelahiranhidup
 Mengurangi angka kematian ibu sebesar tiga
perempat dari AKI pada tahun 1990 menjadi
125/100.000 kelahiran hidup.
II. MISI
Menyelenggarakan pelayanan obstetri dan neonatal yang bermutu melalui
standarisasi Rumah Sakit PONEK 24 Jam, dalam rangka menurunkan Angka
Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi di Indonesia. Pelayanan yang bermutu
ini dapat dipantau dan dinilai oleh Rumah Sakit itu sendiri melalui format yang
telah disusun pada Standar Kinerja Manajemen dan Standar Kinerja Klinis (lihat
lampiran 2 hal xxx dan lihat buku Protokol Asuhan Neonatal Essensial untuk
bidang neonatal dan buku xxxxxxxxxxxxxxx untuk bidang obstetri ginekologi).
III. TUJUAN

1. Adanya kebijakan Rumah Sakit dan dukungan penuh manajemen


dalam pelayananPONEK

2. Terbentuknya Tim PONEK RumahSakit

3. Tercapainya kemampuan teknis Tim PONEK


sesuai Standar Kinerja Manajemen (lihat lampiran
2 hal xxx) dan Standar Kinerja Klinis (lihat buku
Protokol Asuhan Neonatal Essensial untuk bidang
neonatal dan buku untuk bidang obstetri
ginekologi)
4. Adanya koordinasi dan sinkronisasi antara
pengelola dan penaggung jawab program pada
tingkat kabupaten/kota, propinsi, dan pusat dalam
manajemen programPONEK.

IV. SASARAN

1. Seluruh pimpinan Rumah Sakit tingkat Kabupaten/Kota

2. Seluruh Dinas Kesehatan Propinsi danKabupaten/Kota

3. Pengelola program kesehatan ibu dan anak di


seluruh Dinas Kesehatan Propinsi dan
Kabupaten/Kota.
4. Unsur-unsur terkait lainnya/ Pihak yang peduli
dan berkepentingan terhadap kesehatan ibu danana
BAB 2

REGIONALISASI PELAYANAN OBSTETRI DAN


NEONATAL

A. PENGERTIAN

Regionalisasi Pelayanan Obstetri dan


Neonatal adalah suatu sistem pembagian
wilayah kerja rumah sakit dengan cakupan
area pelayanan yang dapat dijangkau oleh
masyarakat dalam waktu kurang dari 1
jam, agar dapat memberikan tindakan
darurat sesuai standar.Regionalisasi
menjamin agar sistem rujukan kesehatan
berjalan secara optimal.

Gambar 2. Regionalisasi Tingkat Pelayanan


Kesehatan Neonatus

 Rujukan adalah pelimpahan tanggung


jawab timbal balik dua arah dari sarana
pelayanan primer kepada sarana kesehatan
sekunder dantersier.
A. FUNGSI RUMAHSAKIT

1. Pelayanan
Rumah sakit harus dapat mengangani kasus rujukan yang tidak mampu ditangani
oleh petugas kesehatan di tingkat pelayanan primer (dokter, bidan, perawat).
2. Pendidikan
Rumah sakit harus terus menerus meningkatkan kemampuan baik petugas rumah
sakit, luar rumah sakit maupun peserta pendidikan tenaga kesehatan sehingga
mampu melakukan tindakan sesuai dengan standar dan kewenangannya untuk
menyelesaikan kasus darurat.
3. Penelitian
Rumah sakit harus mempunyai pogram evaluasi kinerja baik rumah sakit maupun
wilayah kerja dalam rangka menurunkan angka kematian ibu dan bayi baru lahir.

B. LANGKAH-LANGKAH KEBIJAKANREGIONALISASI

1. Tentukan wilayahrujukan.

2. Persiapkan sumber daya manusia (Dokter, bidan,


dan perawat pada wilayah pelayanan primer- ada 4
Puskesmas PONED) dan rumahsakit
3. Buatkan kebijakan (SK, Perda) yang mendukung pelayanan
regional dan danadukungan.

4. Pembentukan organisasi Tim PONEK Rumah


Sakit (Dokter Sp.OG, Dokter Sp.A, Dokter umum
UGD, Bidan dan Perawat) melalui SK Direktur
RumahSakit

5. Pelatihan bagi SDM agar kompeten sesuai standarprosedur.

6. Meningkatkan fungsi pengawasan oleh Direktur


Rumah Sakit dengan melibatkan Tim Peristi untuk
melakukan pengawasan dan evaluasi
kegiatanPONEK.
7. Evaluasi Kinerja melalui penilaian Standar Kinerja
Manajemen (lihat lampiran 2 hal xxx) dan Standar
Kinerja Klinis (lihat buku Protokol Asuhan
Neonatal Essensial untuk bidang neonatal dan
buku xxxxxxxxxxxxxxx untuk bidang obstetri

21
ginekologi) yang telah dibuat. Evaluasi ini bisa
disesuaikan dengan kebutuhansetempat.

C. MONITOR DANEVALUASI
Pemantauan dan evaluasi kinerja :

1. Harus dapat dilakukan mandiri oleh RS itu


sendiri, tidak tergantung pada siapapun. Dapat
dilakukan setiap saat, berkesinambungan
danterarah.
2. Harus ada Pihak luar/ Lembaga yang lebih
tinggi (RS Rujukan atau panitia akreditasi)
yang melakukan penilaian apabila Rumah
Sakit tersebut belum mampu untuk melakukan
penilaian mandiri. Ketergantungan ini secara
perlahan akan dikurangi dan diupayakan untuk
dapat kembali ke poin 1 yaitu menilai secara
mandiri. Bila kemandirian inisudahtercapai,
penilaian dari pihak luar masih juga diperlukan
sebagai legitimasi hasil pencapaian/kinerja RS
tersebut.
3. Sebagai tindak lanjut peningkatan pencapaian
kinerja ini, perlu dilakukan kegiatan audit
maternal perinatal yang dilakukan minimal 3
sampai 4 kali dalamsetahun.

Audit Kematian ibu dan bayi dilakukan dengan melibatkan :

a. Dinas Kesehatan danBappeda

b. Rumah sakitrujukan

c. Stafpendidikan

22
Audit kesehatan juga ditujukan bagi kasus yang NYARIS MATI, karena hal itu
tidak bisa dibiarkan.Ada banyak unsur medik dan non medik yang dapat
dihindarkan (uang muka rumah sakit, transportasi, kelambanan petugas, insentif,
persediaan obat dan lain-lain) yang sebenarnya dapat diselesaikan dengan hati
dannurani.

Selain itu pencegahan kesakitan/kematian ibu harus diupayakan misalnya dengan


perluasan cakupan peserta KB mencapai 75%.Hal ini dapat dilakukan dengan
program PKBRS dan pelatihan petugas.

Sudah tersedia format untuk Pemantauan dan Evaluasi melalui penilaian standar
yang terdiri atas 2 komponen besar yaitu:
 Standar Kinerja Manajemen, terdiriatas:
a. Standar Masukan  Daftar Tilik Pemantauan standar masukan meliputi
Area Cuci Tangan, Area Resusuitasi dan Stabilisasi di Ruang Neonatus/UGD,
Unit Perawatan Khusus, Unit Perawatan Intensif, Area Laktasi, Area
Pencucian Inkubator (lihat lampiran 2 hal xxx).

b.StandarManajemenDaftarTilikPemantauanPenannya
a. RSRujukan
b. Staf dari RSPendidikan (PONEK PLUS)yang
diunjuk untuk mengampu
g obstetri ginekologi)

1. Fasilitas fisik

2. Kinerja kelompok kerja di unit Gawat Darurat,


kamar bersalin, kamar operasi (harus mampu
dilakukan operasi dalam waktu kurang dari 30
menit, setelah diputuskan), dan kamar neonatal.
3. Case Fatality Rate, angka kematian penyakit yang
harus menurun setiap tahun dengan

23
percepatan20%.
4. Angka rasio kematian ibu harus (< 200/100.000
kelahiran hidup), rasio kematian perinatal (<
20/1000 kelahiran hidup di rumahsakit.

Untuk wilayah kerja-kabupaten/kota, target adalah :

a. Angka kematian ibu (AKI) < 100/100.000 kelahiranhidup

b. Angka Kematian Neonatal < 18/1000kelahiran.

BAB 3

LINGKUP PELAYANAN RUMAH SAKIT PONEK 24 JAM


BERDASARKAN STANDAR KINERJA KLINIS

Upaya pelayanan PONEK secara khusus ditujukan pada penurunan AKI dan AKB
sesuai dengan target MDGs 4 dan 5.Lebih luas lagi, upaya pelayanan PONEK
harus dapat mengupayakan kesehatan reproduksi ibu yang baik dan pencapaian

24
tumbuh kembang anak yang optimal sesuai dengan potensi genetiknya.

Ruang lingkup pelayanan PONEK di RS seyogya nya dimulai dari garis


depan/UGD dilanjutkan ke kamar operasi/ruang tindakan sampai ke ruang
perawatan. Secara singkatdapat dideskripsikan sebagai berikut:
1. Stabilisasi di UGD dan persiapan untuk pengobatandefinitif.

2. Penanganan kasus gawat darurat oleh tim PONEK RS di


ruangtindakan.

3. Penanganan operatif cepat dan tepat meliputi laparatomi dan


seksiosaesaria.

4. Perawatan intermediate dan intensif ibu danbayi.

5. Pelayanan Asuhan Ante Natal RisikoTinggi.

Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa di Indonesia terdapat beberapa kelas


RS.Oleh karena itu, maka penilaian Kinerja Klinis disesuaikan dengan kelas RS
tersebut. Syarat minimal pelayanan yang harus disediakan oleh RS PONEK
adalah:
a. Mampu memberikan Pelayanan Kesehatan
Maternal Fisiologis dan Risiko Tinggi
pada masa antenatal, intranatal dan
postnatal.
b. Mampu memberikan Pelayanan Neonatal
Fisiologis dan Risiko Tinggi pada level IIB
(Asuhan Neonatal dengan
KetergantunganTinggi)
(lihat penjelasan tentang Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal pada
PONEK bedasarkan kelas RS, halaman xx-xxx).

RS kelas A seyogyanya mampu memberikan Pelayanan Kesehatan Maternal


Risiko tinggidan Neonatal Risiko tinggi pada level IIIA, sehingga dapat disebut

25
juga RS PONEK PLUS. Untuk RS tipe C, B dan A yang belum mencapai standar
minimal kriteria RS PONEK berdasarkan Standar Kinerja Klinis, maka RS
tersebut menyandang kriteria RS PRAPONEK yang memerlukan perhatian
khusus dan bimbingan serta didorong untuk segera memperbaiki sistem pelayanan
kesehatan di RS nya sehingga mampu memperoleh kriteria RSPONEK.

Ruang lingkup RS PONEK akan disesuaikan dengan kelas dari masing-masing


Rumah Sakit. Adapun pelayanan kesehatan maternal dan neonatal pada PONEK
terbagi atas 3 kelas, antara lain:
I. PONEK RUMAH SAKIT KELASC

1. Pelayanan Kesehatan MaternalFisiologis

- PelayananKehamilan

- PelayananPersalinan

- PelayananNifas

2. Pelayanan Kesehatan NeonatalFisiologis


- AsuhanBayiBaruLahir(LevelIAsuhanD
asarNeonatal/AsuhanNeonatalNormal)
FungsiUnit:
 Resusitasineonatus

 Rawat gabung bayi sehat -ibu

 Asuhan evaluasi pascalahir neonatus sehat

 Stabilisasi dan pemberian asuhan bayi baru


lahir usia kehamilan 35-37 minggu yg
stabil secarafisiologis
 Perawatan neonatus usia kehamilan <35 minggu atau
neonatus sakit sampaidapat
pindah ke fasilitas asuhan neonatal spesialistik

 Stabilisasi neonatus sakit sampai pindah ke fasilitas


asuhan neonatalspesialistik

26
 Terapisinar

Kriteria Rawat Inap Neonatus

 Neonatus normal, stabil, cukup bulan dengan berat lahir ≥


2,5kg

 Neonatus hampir cukup bulan (masa


kehamilan 35-37 mgg), stabil secara
fisiologis, bayi dengan risikorendah
- Imunisasi dan Stimulasi, Deteksi, Intervensi Dini Tumbuh
Kembang(SDIDTK)

3. Pelayan
an
Kesehat
an
Materna
l
RisikoTi
nggi.
Masaante
natal
 Perdarahan pada kehamilan muda

 Nyeri perut dalam kehamilan muda danlanjut

 Gerak janin tidakdirasakan

 Demam dalam kehamilan danpersalinan

 Kehamilan ektopik (KE) dan Kehamilan Ektopik Terganggu


(KET)

 Kehamilan dengan nyeri kepala, gangguan


penglihatan, kejang dan atau koma, tekanan

27
darahtinggi,

Masa intranatal

 Persalinan dengan parututerus

 Persalinan dengan distensiuterus

 Gawat janin dalampersalinan

 Pelayanan terhadapsyok

 Ketuban pecahdini

 Persalinanlama

 Induksi dan akselerasipersalinan

 Aspirasi vakummanual

 EkstraksiCunam

 Seksiosesarea

 Episiotomi

 Kraniotomi dan kraniosentesis

 Malpresentasi danmalposisi

 Distosiabahu

 Prolapsus talipusat

 Plasentamanua

 Perbaikan robekanserviks

 Perbaikan robekan vagina danperineum

 Perbaikan robekan dindinguterus

 Reposisi InersioUteri

 Histerektomi

28
 SukarBernapas

 Kompresi bimanual danaorta

 Dilatasi dankuretase

 Ligase arteriuterina

 Bayi baru lahir denganasfiksia

 BBLR

 Resusitasi bayi barulahir

 Anestesia umum dan lokal untuk seksiosesaria

 Anestesia spinal,ketamin

 Blokparaservikal

 Blokpudendal

(Bila memerlukan pemeriksaan spesialistik, dirujuk ke RSIA/RSU) Masa Post
Natal
 Masanifas

 Demam pascapersalinan

 Perdarahan pascapersalinan

 Nyeri perut pascapersalinan

 KeluargaBerencana

4. Pelayanan Kesehatan Neonatal dengan Risiko Tinggi


(minimal level IIB)

- Asuhan bayi barulahir


Level II: Asuhan Neonatal denganKetergantunganTinggi (Ruang Rawat
Neonatus AsuhanKhusus)
 Level II A: Pelayanan obstetri dan

29
neonatal emergensi dasar (sesuai dengan
kemampuan
pelayananpuskesmas/PONED).
Fungsi Unit:

 Resusitasi dan stabilisasi bayi prematur


dan/atau sakit sebelum pindah ke
fasilitas asuhan intensifneonatus
 Pelayananbayiyanglahirdenganusiakehamilan>32mgg
danberatlahir>
1500 gr yang memiliki ketidakmampuan fisiologis seperti:

- Apnea

- Prematur

- Tidak mampu menerima asupanoral

- Menderita
sakit yg tidak
diantisipasi
sebelumnya
dan
membutuhka
n pelayanan
sub
spesialistik
dlm waktu
mendesak
 Oksigen nasal dengan pemantau saturasioksigen

 Infus intravena perifer dan nutrisi parenteral untuk


jangka waktuterbatas

 Memberikan asuhan bayi dalam masa penyembuhan


pasca perawatan intensif.

 Level II B: Pelayanan obstetri dan

30
neonatal emergensi komprehensif (sesuai
dengan kemampuan standarPONEK).
Fungsi Unit:

 Kemampuan unit perinatal level II A


ditambah dengan tersedianya ventilasi
mekanik selama jangka waktu singkat
(<24 jam) atau CPAP (Continuous
Positive AirwayPressure)
 Infusintravena,nutrisiparenteraltotal,jalursentralmengg
unakantalipusatdan
jalur sentral melalui intravena per kutan Kriteria Rawat Inap
o Bayi prematur > 32mgg

o Bayi dari ibu denganDiabetes

o Bayi yg lahir dari kehamilan berisiko tinggi atau


persalinan dengankomplikasi

o Gawat napas yg tidak memerlukan ventilasibantuan

o Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) >1,5kg

o Hiperbilirubinemia yang perlu terapisinar

o Sepsisneonatorum

o Hipotermia

5. PelayananGinekologis

 Kehamilanektopik

 Perdarahan uterusdisfungsi

 Perdarahanmenoragia

 Kista ovariumakut

 Radang Pelvikakut

 Abses pelvik

31
 Infeksi saluranGenitalia

 HIV-AIDS

6. Perawatan Khusus / High Care Unit dan


Tranfusi Darah  Di obgyn apakah sudah
includedenganmaternalresikotinggi?
(apakahperluditulislagi?)
7. Pelayanan PenunjangMedik

A. Pencitraan
Unit ini harus berfungsi untuk diagnosis Obstetri dan Thoraks

 Radiologi

 USG Ibu danNeonatal

B. Laboratorium bekerja sama dengan LaboratoriumPusat


Unit ini harus berfungsi untuk melakukan tes laboratorium dalam penanganan
kedaruratan maternal dalam pemeriksaan hemostasis penunjang untuk pre
eklampsia dan neonatal.
 Pemeriksaan rutin darah,urin

 Kultur darah, urin, pus

 Kimia

C. TPNM (Total Parenteral NutritionMedicine)

 Pada bayi prematur, bayi sakit dan pasca


operasi yang tidak mendapat nutrisi enteral
adekuat à dukungan nutrisi parenteral
untuk mengurangi kesakitan, dan agar bayi
tetap bertumbuh dengan memperhatikan
komplikasi yang mungkinmenyertai.
 Mencegah balans negatif energi dannitrogen.

 Mempertahankan keseimbangan cairan, elektrolit &


fungsimetabolik

32
D. Ruang BMHP (Bahan Medis HabisPakai)

E. Ruang Pencucian dan Penyimpanan alat steril yang


sudahdibersihkan

33
Area membersihkan alat merupakan tempat yang digunakan untuk membersihkan
alat yang kotor untuk di sterilisasi.Area penyimpanan alat bersih merupakan
tempat yang digunakan untuk menyimpan alat kedokteran yang sudah dibersihkan
dan disterilkan dan siap pakai.
F. Ruang Menyusui bagi ibu yang bayinya
masih dirawat dan tempat penyimpanan
ASI perah.
G. KlinikLaktasi.

H. RuangSusu
Dapur susu merupakan tempat yang digunakan untuk menyiapkan susu formula
bagi pasien perinatologi yang higienis. Dapur susu terdiri dari 2 ruang yaitu ruang
penyimpanan dan ruang persiapan yang digabung menjadi satu ruang.
Ruang Penyimpanan :

a. Ruangan mampu menampung rak-rakpenyimpanan

b. Ruangan terletak tidak jauh dari ruangpersiapan

c. Barang-barang disimpan pada rak dan tidak langsung di


ataslantai

d. Suhu penyimpanan berkisar 10-15 C dan dimonitor


setiaphari

e. Rotasi barang berdasarkan sistem FIFO (First In


FirstOut)

f. Petugas mengisi kartu stok setiap kali


mengeluarkan dan memasukkan barang ke
dalam rakpenyimpanan
Ruang Persiapan :

a. Petugas menggunakan perlengkapan APD


secara lengkap pada saat berada di ruang
persiapan
b. Petugas mencuci tangan dengan sabun
dan/atau dengan cairan desinfektan

34
sebelum bekerja
c. Petugas membersihkan meja kerja dengan
cairandesinfektan

d. Selama persiapan susu, pintu ruang


persiapan harus selalu tertutup dan yang
boleh berada di dalam ruang hanya petugas
Gizi yang bertugas menyiapkansusu
Ruang Pencucian
Ruang pencucian memiliki akses yang terpisah untuk membawa botol kotor dari
ruangan dan botol bersih dari ruang pencucian.

BAB 4

35
KRITERIA RUMAH SAKIT PONEK 24 JAM

BERDASARKAN STANDAR KINERJA MANAJEMEN

Rumah Sakit PONEK 24 jam adalah Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi yang
menyelenggarakan pelayanan kedaruratan maternal dan neonatal secara
komprehensif dan terintegrasi 24 jam. Hal ini harus dapat terukur melalui
Penilaian Kinerja Manajemen (lihat lampiran 2 hal xxx) dan Penilaian Kinerja
Klinis (berpedoman pada buku Asuhan Neonatal Essensial untuk bidang neonatal
dan buku xxxxxxxxxxxxxxx untuk bidang obstetri ginekologi).Standard kinerja
tersebut harus terpenuhi.

A. KRITERIA UMUM RUMAH SAKITPONEK

 Ada dokter jaga yang terlatih di UGD untuk


mengatasi kasus emergensi baik secara umum
maupun emergensiobstetrik-neonatal.
 Dokter, bidan dan perawat terlatih melakukan
resusitasi neonatus dan kegawat-daruratan
obstetrik danneonatus.
 Mempunyai Standar Operating Prosedur
penerimaan dan penanganan pasien kegawat-
daruratan obstetrik danneonatal.
 Jika memungkinkan, terdapat kebijakan tidak
ada uang muka bagi pasien kegawat- darutan
obstetrik danneonatal.
 Mempunyai prosedur pendelegasian wewenangtertentu.

 Mempunyai standar respon time di UGD


(target diupayakan selama 10 menit), di kamar
bersalin (target diupayakan kurang dari 30
menit), pelayanan darah (target diupayakan
kurang dari 1jam)

36
 Tersedia kamar operasi yang siap (siaga 24
jam) untuk melakukan operasi, bila ada kasus
emergensi obstetrik atauumum.
 Tersedia kamar bersalin yang mampu
menyiapkan operasi dengan target dalam
waktu kurang dari 30mnit.
 Memiliki kru/awak yang siap melakukan
operasi atau melaksanakan tugas sewaktu-
waktu, meskipun on call.
 Adanya dukungan semua pihak dalam tim
pelayanan PONEK, antara lain dokter
kebidanan, dokter anak, dokter/petugas
anestesi, dokter penyakit dalam, dokter
spesialis lain serta dokter umum, bidan
danperawat.
 Mengupayakan tersedianya pelayanan darah yang siap 24jam.

 Mengupayakan tersedianya pelayanan


penunjang lain yang berperan dalam PONEK,
seperti Laboratorium dan Radiologi selama 24
jam, recovery room 24 jam, obat dan alat
penunjang yang selalu siaptersedia.
 Perlengkapan

 Semua perlengkapan harus bersih (bebas debu, kotoran,


bercak, cairandll)

 Permukaan metal harus bebas karat ataubercak

 Semua perlengkapan harus kokoh (tidak ada bagian yang


longgar atau tidakstabil)

 Permukaan yang dicat harus utuh dan bebas dari


goresanbesar

37
 Roda perlengkapan (jika ada) harus lengkap dan
berfungsibaik

 Instrumen yang siap digunakan harusdisterilisasi

 Semua perlengkapan listrik harus


berfungsi baik (saklar, kabel dan steker
menempel kokoh)
 Bahan
Semua bahan harus berkualitas tinggi dan jumlahnya cukup untuk memenuhi
kebutuhan unit ini.

B. KRITERIA KHUSUS (disesuaikan dengan Standar


KinerjaManajemen)

Oleh karena di Indonesia terdapat beberapa kelas RS, maka dalam memberikan
penilaian pada Standar Kinerja Manajemen disesuaikan dengan kelas RS nya. RS
kelas A seyogyanya mampu menyediakan Sumber Daya Manusia, Sarana dan
prasarana dengan kondisi fisik ruang/area/fasilitas yang baik, Obat-obatan,
Manajemen dan Sistem Informasi yang dapat mendukung pelayanan kesehatan
maternal risiko tinggi dan neonatal risiko tinggi pada level IIIA, sehingga dapat
disebut juga RS PONEKPLUS.

Untuk RS tipe C, B dan A yang belum mencapai standar minimal kriteria RS


PONEK berdasarkan Standar Kinerja Manajemen (Persentase pencapaian Standar
Kinerja Manajemen
>.......% ), maka RS tersebut menyandang kriteria RS PRAPONEK yang
memerlukan perhatian khusus dan bimbingan serta didorong untuk segera
memperbaiki sistem pelayanan kesehatan di RS nya sehingga mampu memperoleh
kriteria RS PONEK.

I.PONEK RS TIPEC

1. SUMBER DAYAMANUSIA

38
Memiliki Tim PONEK esensial yang terdiridari:

- 1 dokter Spesialis KebidananKandungan

- 1 dokter SpesialisAnak

- 1 dokter di Unit Gawatdarurat

- 3 orang bidan (1 koordinator dan 2penyelia)

-
2

o
r
a
n
g

p
e
r
a
w
a
t
.
T
i
m

P
O
N
E
K

39
i
d
e
a
l
d
i
t
a
m
b
a
h
:
- 1 dokter spesialis anesthesi/perawatanesthesi

- 6 Bidanpelaksana

- 10 Perawat (tiap shift 2-3 perawatjaga)

- 1 Petugas laboratorium

- 1 Pekaryakesehatan

- 1 Petugas administrasi

- 1 Konselor laktasi

- 1 Tenaga Elektromedik

Staf

 Dokter spesialis anak yang telah mengikuti


pelatihan khusus neonatologi, harus
tersedia/bisa dihubungi 24 jam
 Dokter spesialis obstetri dan ginekologi, harus tersedia/ bisa

40
dihubungi 24jam

 Dokter spesialis anestesi, harus tersedia/bisa dihubungi 24jam

 Dokter dan perawat harus terlatih dalam


asuhan neonatal (ASI, resusitasi neonatus,
kegawatdaruratanneonatus).
 Ahli manajemen laktasi untuk setiap tugasjaga

 Rasio perawat : pasien = 1 : 2-4 dlm setiap tugasjaga

 Konselor laktasi yang dapat dihubungi 24jam

2. PRASARANA DANSARANA
Dalam rangka Program Menjaga Mutu pada penyelanggaraan PONEK harus
dipenuhi hal-hal sebagai berikut:
 Ruang rawat inap yang leluasa dannyaman

 Ruang tindakan gawat darurat dengan instrumen dan bahan


yanglengkap

 Ruang pulih/observasi pasca tindakan

 Protokol pelaksanaan dan uraian tugas pelayanan termasuk


koordinasiinternal

Kriteria Umum Ruangan:

1) StrukturFisik

 Spesifikasi ruang tidak kurang dari 15-20m2

 Lantai harus ditutup dengan lantai porselen atauplastik

 Dinding harus ditutup dengan porselen


atau dicat dengan bahan yang bisa dicuci

41
atau dilapiskeramik
 Langit-langit di cat dengan cat yang bisadicuci.

 Unit harus memiliki area untuk menyiapkan susu formula


dan arealaktasi

 Minimal tersedia 6 outlet listrik untuk setiappasien

 Harus ada 1 lemari dan meja untuk penyimpaan bahan


diruangan

 Harus tersedia kulkas khusus untuk susu formula danASI

2) Kebersihan

 Cat dan lantai harus berwarna terang sehingga kotoran


dapat terlihat denganmudah.

 Ruang harus bersih dan bebas debu, kotoran, sampah atau


limbah rumahsakit

 Hal tersebut berlaku pula untuk lantai,


mebel, perlengkapan, instrumen, pintu,
jendela, dinding, steker listrik danlangit-
langit.

3) Pencahayaan

 Pencahayaan harus memadai dan sesuai dengan area


dalamruangan.

 Pencahayaan harus terang dan memadai baik cahaya


alami atau buatan ataulistrik

 Semua jendela harus diberi kawat nyamuk agar serangga


tidakmasuk.

 Listrik harus berfungsi baik, kabel dan


steker tidak membahayakan dan semua

42
lampu berfungsi baik dankokoh
 Tersedia peralatan gawatdarurat

 Harus ada cukup lampu untuk setiap neonatus.

4) Ventilasi

 Ventilasi, dapat mencakup sumber alami


(jendela), harus cukup jika dibandingkan
dengan ukuranruang.
 Kipas angin atau pendingin ruang harus berfungsibaik.

 Diperlukan pendingin ruangan, suhu ruangan

dipertahankan pada24-260C

 Pendingin ruang harus dilengkapi filter (sebaiknya


antibakteri)

5) Pencuciantangan
 Tersedia 1 wastafel (uk 50 cm x 60 cm x
15 cm) dengan campuran air panas dan
dingin (bila memungkinkan), kran harus
dapat dibuka dengansiku
 Wastafel harus dilengkapi dengan dispenser sabun atau
disinfektan yangdikendalikan
dengan siku atau kaki.

 Wastafel, keran air dan dispenser harus


dipasang pada ketinggian yang sesuai (dari
lantai dandinding).
 Tidak boleh ada saluran pembuangan air yangterbuka.

 Pasokan air panas harus cukup dan


dilengkapi pemanas air yang dipasang

43
kokoh di dinding, pipa ledeng sesuai dan
tidak ada kawatterbuka.
 Harusadahanduk(kainbersih)atautisuuntukmengeringkanta
ngan,diletakkandi
sebelah westafel.

Kriteria Khusus Ruangan

1) Area Cuci Tangan di Ruang Obstetri danNeonatus


Di ruang dengan lebih dari satu tempat tidur, jarak tempat tidur adalah 6 meter
dengan wastafel
2) Area Resusitasi dan Stabilisasi di Ruang Obstetri
danNeonatus/UGD

 Paling kecil, ruangan berukuran 6 meter dan ada di dalam


Unit PerawatanKhusus.

 Kamar di unit gawat darurat harus terpisah


dari kamar gawat darurat lain. Sifat privasi
ini penting untuk kebutuhan perempuan
bersalin danbayi.
 Tujuankamariniialah:memberikanpelayanandaruratuntukst
abilisasikondisi
pasien, misalnya syok, henti jantung, hipotermia, asfiksia dan apabila perlu
menolong partus darurat serta resusitasi.
 Perlu dilengkapi dengan meja resusitasi bayi,
daninkubator.

 Sarana Pendukung, meliputi: toilet, kamar


tunggu keluarga, kamar persiapan peralatan
(linen dan instrumen), kamar kerja kotor,
kamar jaga, ruang sterilisator dan jalur ke
ruang bersalin terletak saling berdekatan

44
dan merupakan bagian dari unit
gawatdarurat.

3) R
u
a
n
g
M
a
t
e
r
n
a
l

K
a
m
a
r
B
e
r
s
a
l
i
n
 Lokasi berdekatan dengan Kamar Operasi danIGD

45
 Luas minimal: 6 m2 per orang. Berarti bagi
pasien 1 pasien, 1 penunggu dan 2

penolong, diperlukan 4 x 4 m2 = 16m2.

 Paling kecil, ruangan berukuran 12 m 2 ( 6 m2 untuk


masing-masingpasien)

46
 Harus ada tempat untuk isolasi ibu di tempatterpisah.

 Tiap ibu bersalin harus punya privasi agar keluarga


dapathadir.

 Ruangan bersalin tidak boleh merupakan tempat lalu


lalangorang.

 Bila kamar operasi juga ada dalam lokasi


yang sama, upayakan tidak ada keharusan
melintas pada ruangbersalin.
 Minimal 2 kamar bersalin terdapat pada setiap rumah sakit
umum.

 Kamar bersalin terletak sangat dekat


dengan kamar neonatal, untuk
memudahkan transpor bayi dengan
komplikasi ke ruangrawat.
 Idealnyasebuahruangbersalinmerupakanunitterintegrasi:ka
la1,kala2dankala3
yang berarti setiap pasien diperlukan utuh sampai kala 4 bagi ibu bersama bayinya
secara privasi. Bila tidak memungkinkan, maka diperlukan dua kamar kala 1 dan
sebuah kamar kala 2.
 Kamar bersalin harus dekat dengan ruang jaga perawat
(nurse station)agar
memudahkan pengawasan ketat setelah pasien partus sebelum dibawa ke ruang
rawat (postpartum). Selanjutnya bila diperlukan operasi, pasien akan dibawa ke
kamar operasi yang berdekatan dengan kamar bersalin.
 Harus ada kamar mandi-toilet berhubungan
kamarbersalin.

 Ruang postpartum harus cukup luas,

standar: 8 m2 per tempat tidur (bed) dalam


kamar dengan multibed atau standar 1 bed

minimal : 10m2.

47
 Ruang tersebut terpisah dari fasilitas : toilet, kloset,lemari.

 Pada ruang dengan banyak tempat tidur,


jarak antar tempat tidur minimum 1m s/d
2m dan antara dinding 1m.
 Jumlah tempat tidur per-ruangan maksimum4.

 Tiap ruangan harus menpunyai jendela sehingga cahaya


dan udaracukup.

 Harus ada fasilitas untuk cuci tangan pada tiapruangan.

 Tiap pasien harus punya akses ke kamar mandi privasi


(tanpa kekoridor).

 Kamar periksa/diagnostik berisi: tempat


tidur pasien/obgin, kursi pemeriksa, meja,
kursi, lampu sorot, troli alat, lemari obat
kecil, USG mobile dan troliemergensi.
 Kamar periksa harus mempunyai luas sekurang-

kurangnya 11 m2. Bila adabeberapa

tempat tidur maka per pasien memerlukan 7 m 2. Perlu disediakan toilet yang
dekat dengan ruang periksa.
 Ruang perawat-nurse station-berisi : meja, telepon,
lemari berisiperlengkapan
darurat/obat.

 Ruang isolasi bagi kasus infeksi perlu disediakan seperti


pada kamarbersalin.

48
 Ruang tindakan operasi kecil/darurat/one
day care : untuk kuret, penjahitan dan
sebagainya berisi; meja operasi lengkap,
lampu sorot, lemari perlengkapan operasi
kecil, wastafel cuci operator, mesin
anestesi, inkubator, perlengkapan kuret
(MVA) dsb.

 Ruangtunggubagikeluargapasien:minimal15m2,berisimeja
,kursi-kursiserta
telpon.

4) R
u
a
n
g

N
e
o
n
a
t
a
l
U
n
i
t
P
e
r
a
w
a
t
a
n

N
e
o
n
a
t
a
l
N
o
r
m
a
l
 Ruangan terpisah (ruang perawatan
neonatus) atau rawat gabung ibu-bayi harus
tersedia di semua RS atau pusat kesehatan
dg unit atau ruang bersalin (tidak
memandang berapa jumlah persalinan
setiaphari)
 Jumlah boks bayi harus melebihi jumlah persalinan rata-
rata setiaphari

 Suhu dalam ruangan harus terkontrol (24 –26°C)

Unit Perawatan Neonatal dengan Risiko Tinggi Level II


 Unit asuhan khusus harus dekat dengan
ruang bersalin, bila tidak memungkinkan
kedua ruangan harus berada di gedung
yang sama dan harus jauh dari tempat lalu
lintasbarang/orang.
 Area yang diperlukan tidak boleh < 12 m² (4 m² untuk
tiappasien)

 Unit harus memiliki kemampuan untuk


mengisolasi bayi:

1. Area terpisah

2. Area terpisah dalam 1unit

3. Inkubator di areakhusus

 Ruang harus dilengkapi paling sedikit


enam steker listrik yang dipasang dengan
tepat untuk peralatan listrik. Steker harus
mampu memasok beban listrik yang
diperlukan, aman dan berfungsibaik.

Kriteria Peralatan dan Perlengkapan Umum

1) Area Cucitangan

 Wastafel
Wastafel cuci tangan ukuranya cukup besar sehingga air tidak terciprat dan
dirancang agar air tidak tergenang atau tertahan.
 Wadah gaunbekas

 Rak/gantunganpakaian

 Raksepatu

 Lemari untuk barangpribadi


 Wadah tertutup dengan kantungplastik
Harus disediakan wadah terpisah untuk limbah organik dan non organik

 Sabun
Tersedia sabun dalam jumlah cukup, lebih disukai sabun cair antibakteri dalam

dispenserdengan pompa.

 Handuk
Harus ada handuk untuk mengeringkan tangan.Bisa kain bersih atau tisu.

2) Area Resusitasi dan Stabilisasi di Ruang Neonatus/UGD

 Steker listrik

- Ruangharusdilengkapipalingsedikittigas
tekeryangdipasangdengan te
- Steker harus mampu memasok beban
listrik yang diperlukan, aman dan
berfungsi baik.
 Meja periksa untukibu

- Meja harus ditutup dengan lapisan


kasur busa, lembar plastik utuh dan
seprai bersih.
- Bagian logam harus bebaskarat.

 Jamdinding

- Harus menunjukkan waktu yang tepat dan


berfungsibaik.

 MejaPerlengkapan

 Selimut

- Harus ada cukup selimut untuk


menutupi ibu dalam jumlah yang sesuai
dengan perkiraanpersalinan.
3) Perlengkapan : Pasokanoksigen
Level SNC

 Harus ada dua tabung oksigen dengan satu


regulator dan pengukur aliran (jika ada
oksigen dengan sistem pipa di dinding,
lihat standar untuk levelNICU)
 Tabung oksigen cadangan harus selalu terisi penuh.

 Harus ada pengatur kadaroksigen.

Level Intermediate/NICU

 Harus ada oksigen dengan sistem pipa


dengan jumlah outlet yang sama dengan
jumlahpenghangat.
 Harus ada dua tabung oksigen dengan satu
regulator dan pengatur aliran sebagai
cadangan.
 Tabung oksigen cadangan harus selalu terisi penuh

Kriteria
Peralata
n dan
Perleng
kapan
Khusus
Unit
Perawat
an
Khusus
1. Steker listrik
Ruang harus dilengkapi paling sedikit enam steker yang dipasang dengan tepat
untuk peralatan listrik.Steker harus mampu memasok beban listrik yang
diperlukan, aman dan berfungsi baik.
2. Mebel Lemariinstrument
- Harus ada satu lemari dan meja untuk penyimpanan bahan pasokan umum,
selain dari lemari dan meja untuk menyimpan bahan-bahan untuk ruang isolasi.
- Rak dan lemari kaca tidak boleh retak (agar tidak luka)

3. Lemari es

4. Meja

- Harus ada meja di area administrasi danpenyuluhan.


- Harus dicat dengan bahan yang bisa dibersihkan / dicuci.

5. Kursi

- Harus ada tiga kursi di area administrasi dan edukasi yang


berfungsibaik.

6. Wadah sampah tertutup dengan kantongplastik.

7. Jamdinding
- Harus menunjukkan waktu yang tepat dan berfungsi baik.

8. P
a
s
o
k
a
n
o
k
s
i
g
e
n
L
e
v
e
l
I
I
Harus ada dua tabung oksigen dengan satu regulator dan pengukur

o Aliran (jika ada oksigen dengan sistem


pipa di dinding, lihat standar untuk tingkat
III /NICU)
o Tabung oksigen cadangan harus selalu terisi penuh.

o Harus ada pengatur kadaroksigen.

9. Lampudarurat

10. Inkubator, asuhannormal

o Paling sedikit harus ada 3 inkubator yang berfungsibaik.

o Paling sedikit harus ada jarak 1 m 2 antara inkubator atau


tempat tidurbayi

11. Penghangat (Radiantwarmer)


Paling sedikit harus ada satu penghangat yang berfungsi baik.

12. Timbanganbayi
Paling sedikit harus ada satu timbangan bayi yang berfungsi baik di setiap
ruangan.

13. Alat /Instrumen

o Harus ada ekstraktor vakum yangberfungsi.

o Ada forcepsnaegle

o AdaAVM
o Harus ada pompa vakum listrik yang bisa dibawa
denganpangatur

o Hisapan, selang dan reservoar bersih atau kanister


sebagaicadangan.

14. Oximeter

15. Generator listrik darurat


Harus ada generator listrik cadangan yang dioperasikan jika pasokan listrik utama
tidak ada.

Kamar bersalin
 Harus ada wastafel besar untuk cuci tangan penolong dan sumber listrik
sebanyak 4 pada titik yang berbeda.

Jenis Peralatan Neonatal.

- Peralatan resusitasi neonatus (pemanas, balon


yang mengembang sendiri, alat penghisap
lendir)
- Laringoskop neonatus dengan 2 bilah lurus
(ukuran 0 dan 00). Batere AA (cadangan)
untuk bilah laringoskop dan bola lampu
laryngoskopcadangan.
- 3Inkubator.
Untuk tiap inkubator tersedia:

 1 unit terapisinar

 1alat pemantaukardio-respirasi

 1 oksimeter denyutnadi

 1 syringe pump

- Complete set NasalCPAP

- 1 alat ukurikterus
- Lampudarurat

- Stetoskop dewasa

- Balon yang bisa mengembang sendiri berfungsibaik.

- Selang reservoaroksigen

- Masker oksigen (ukuran bayi cukup bulan dan prematur)

- Pipaendotrakeal

- Plester

- Gunting

- 1 Kateterpenghisap

- Naso GastricTube
- Alat suntik 1, 2 1/2 , 3, 4, 10, 20, 50cc

- Ampul Epinefrin /Adrenalin

- NaCl 0,9% / Larutan Ringer Asetat /RL

- Dextrose5%

- Sodium bikarbonat8,4%

- Penghangat (Radiant warmer). Harus ada


sedikitnya satu penghangat yang berfungsi
baik.
- KateterVena

- Alat ujiglukosa

- 1 perangkatresusitasi

- Sumberoksigen
BAB 5 ON THE JOB TRAINING

A. PENGERTIAN
On The Job Training (OJT) pada awalnya bertujuan untuk
mengawasi/mengevaluasi kinerja unit maternal neonatal Rumah Sakit setempat.Di
dalam OJT juga terkandung upaya bimbingan/penyampaian saran jika ditemukan
kejanggalan/hal-hal yang tidak sesuai dengan seharusnya.

B. PELAKSANA
Tim pelaksana dapat berasal dari tim PONEK RS setempat (self assessement).
Penilaian ini minimal harus dikerjakan 1 kali setiap bulan.Hal yang dinilai adalah
Standar Kinerja Manajemen yang meliputi Standar masukan dan standar
manajemen (lihat lampiran xxx hal xxx).Selain itu, perlu pula dinilai kemampuan
petugas kesehatan dalam menangani kasus.Hal yang dinilai adalah Standar
Kinerja Klinis, menggunakan kriteria yang disusun dalam buku Protokol Asuhan
Neonatal Essensial untuk bagian Neonatal dan buku xxxxxxx untuk bagian
obstetri danginekologi.
Direktur RS
Kepala Bidang Pelayanan

Sub Tim Sub Tim Neonatal


Unit GawatDarurat DokterSpesialis Anak
KonselorASI Perawat Petugas
Sub Tim Kebidanan Laboratorium PekaryaKesehatan Petu
Dokter Umum Perawat
Dokter Spesialis Kebidanan Kandungan administrasi Tenaga
Bidan Perawat elektromedik
DokterAnestesi
Petugas Laboratorium Pekarya kesehatan Petugas administrasi Tenaga elektromedik
PerawatAnestesi

Gambar 6. Susunan Tim PONEK RS


setempat
Tentunya penilaian/assessement harus melibatkan tim PONEK RS luar yang lebih
tinggi, agar dapat dihasilkan penilaian yang lebih objektif. Pihak luar yang
dimaksud disini adalah para trainer yang berasal dari rumah sakit yang kelas nya
lebih tinggi dan yang dianggap mempunyai kemampuan lebih. OJT ini
seyogyanya dilakukan 2 atau 3 bulan sekali atau lebih sering jika diperlukan,
terutama untuk pemula, agar peserta OJT tidak kehilangan arah. Setelah itu,
secara perlahan, peserta OJT akan dilepaskan untuk dapat melakukan penilaian
secaramandiri.

C. PESERTA
Peserta adalah unit-unit yang dinilai beserta unit-unit pendukungnya baik pada
pelayanan maternal maupun neonatal.Hal ini dikerjakan sebaiknya dilakukan
dalam waktu bersamaan, sehingga jika ada masalah, dapat diselesaikan
bersama.Sebab disadari bahwa kesehatan ibu dan anak merupakan 2 hal yang
tidak dapat dipisahkan.
D. WAKTUPELAKSANAAN
Setiap kali OJT, seyogyanya dikerjakan minimal 2 hari dimana hari pertama
secara bersama- sama mengevaluasi hasil pencapaian RS tersebut dan hari kedua
membicarakan langkah selanjutnya yang akan dilakukan.

E. INSTRUMEN
Agar lebih seragam dan terarah, disediakan instrumen untuk melakukan OJT
yaitu:

- Standar Kinerja Manajemen (Standar masukan dan


Standarmanajemen)

- Standar Kinerja Klinis (lihat buku


Protokol Asuhan Neonatal Essensial
untuk bidang Neonatal dan buku
xxxx untuk bidang Obstetri
danginekologi)

F. TARGET
Setiap Rumah Sakit perlu mencantumkan target pencapaian PONEKnya, tentunya
hal ini perlu dibicarakan dengan pimpinan rumah sakit, pimpinan daerah dan
pengembang rumah sakit tersebut.

Secara khusus, sebaiknya dilakukan audit minimal 3-4 kali setahun berupa Audit
Maternal Perinatal. AMP dilakukan dengan melibatkan:
a. Pemerintah daerah, DPRD, Dinas Kesehatan dan Bappeda,
LSM,Swasta

b. RSRujukan

c. Staf dari RS pendidikan (PONEK Plus) yang diunjuk untuk


mengampu wilayahtersebut.

BAB 6
PENERAPAN PROGRAM RUMAH SAKIT SAYANG IBU
DAN BAYI DALAM PROGRAM PONEK

PONEK mempunyai keterkaitan dengan program Rumah Sakit Sayang Ibu dan
Bayi (RSSIB) dan dalam pelaksanaan di rumah sakit perlu penerapan program
tersebut untuk mencapai hasil yang optimal. Adapun konsep, pengertian dan
tujuan serta strategi pelaksanaan RSSIB sebagai berikut:

A. KONSEP DASARRSSIB

Pelayanan Kesehatan Ibu dan Bayi merupakan pelayanan yang berkesinambungan


dan saling terkait.Kesehatan bayi ditentukan sejak bayi dalam kandungan. Di sisi
lain kesehatan ibu dapat berpengaruh terhadap kesehatan bayi yang
dikandungnya. Oleh karena itu upaya penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi
merupakan kegiatan yang saling terkait dan tidak terpisahkan sehingga
pelaksanaannya menjadi satu program yaitu Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi
(RSSIB).

Bayi mempunyai hak untuk mendapatkan ASI sedangkan Ibu mempunyai


kewajiban untuk memberikan ASI kepada bayi.Agar ibu dapat melaksanakan
kewajibannya memberikan ASI kepada bayi maka eksehatan ibu perlu dijaga
sehingga dapat memproduksi ASI sesuai dengan kebutuhan bayinya. Di sisi lain
agar bayi mendapatkan haknya yaitu ASI maka bayi tersebut harus lahir sehat.
Sejalan dengan hal tersebut maka kesehatan bayi sangatlah diperlukan sehingga
hak dan kewajiban dapat dilaksanakan.

Diharapkan bahwa dengan diterapkannya Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi maka
upaya penurunan AKI dan AKB dapat dipercepat melalui peningkatan kesiapan
rumah sakit terutama Rumah Sakit kabupaten/kota dan agar diterapkan Pedoman
peningkatan mutu pelayanan ibu dan bayi berupa 10 langkah menuju
perlindungan ibu dan Bayi secara terpadu danparipurna.
B.PENGERTIAN

Rumah sakit Sayang Ibu dan Bayi adalah Rumah Sakit pemerintah maupun
swasta, umum dan khusus yang telah melaksanakan 10 Langkah menuju
perlindungan ibu dan bayi secara terpadu danparipurna.

C. TUJUANRSSIB

1. Umum :

Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan ibu dan bayi secara terpadu dalam
upaya menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi
(AKB).
2. Khusus:

a. Melaksanakan dan mengembangkan


standar pelayanan perlindungan ibu dan
bayi secara terpadu danparipurna
b. Meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan ibu dan bayi termasuk
kepedulian terhadap ibu danbayi
c. Meningkatkan kesiapan rumah sakit dalam
melaksanakan fungsi pelayanan obstetrik
dan neonatus termasuk pelayanan
kegawatdaruratan (PONEK 24jam)
d. Meningkatkan fungsi rumah sakit sebagai
pusat rujukan pelayanan kesehatan ibu dan
bayi bagi sarana pelayanan
kesehatanlainnya
e. Meningkatkan fungsi rumah sakit sebagai
model dan pembina teknis dalam
pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini, Rawat
Gabung dan pemberian ASIEksklusif
f. Meningkatkan fungsi Rumah Sakit dalam
perawatan Metode Kanguru (PMK) pada
BBLR
g. Melaksanakan sistem monitoring & Evaluasi pelaksanaan
programRSSIB

D. SASARAN

 Rumah Sakit Umum Pemerintah dan Swasta


 Rumah Sakit Khusus (RS Bersalin dan RS Ibu Anak)
Pemerintah danSwasta

E. STRATEGIPELAKSANAAN

Melaksanakan 10 (sepuluh) langkah


perlindungan ibu dan bayi secara terpadu dan
paripurna menuju RS sayang ibu dan anak
sebagai berikut :

3. Ada kebijakan tertulis tentang manajemen


yang mendukung pelayanan kesehatan ibu dan
bayi termasuk Inisiasi Menyusui Dini (IMD),
pemberian ASI eksklusifdan indikasi yangtepat
untuk pemberian susu formula serta Perawatan
Metode Kangguru (PMK) untuk bayi Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR).

4. Menyelenggarakan pelayanan antenatal


termasuk konseling kesehatan maternal dan
neonatal, serta konseling pemberianASI.
1. Menyelenggarakan persalinan bersih dan aman
serta penanganan pada bayi baru lahir dengan
Inisiasi Menyusu Dini dan kontak kulitibu-
bayi.

2. Menyelenggarakan Pelayanan Obstetrik dan


Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK)
selama 24 jam sesuai dengan standar minimal
berdasarkan tipe RS masing- masing.
3. Menyelenggarakan pelayanan adekuat untuk
nifas, rawat gabung termasuk membantu ibu
menyusui yang benar, termasuk mengajarkan
ibu cara memerah ASI bagi bayi yang tidak
bisa menyusu langsung dari ibu dan tidak
memberikan ASI perah melalui botol serta
pelayanan neonatus sakit

4. Menyelenggarakan pelayanan rujukan dua


arah dan membina jejaring rujukan pelayanan
ibu dan bayi dengan sarana kesehatan lain.

5. Menyelenggarakan pelayanan imunisasi bayi dan


tumbuhkembang

6. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan


keluarga berencana termasuk pencegahan dan
penanganan kehamilan yang tidak diinginkan
serta kesehatan reproduksilainnya.

7. Menyelenggarakan Audit Maternal dan


Perinatal rumah sakit secara periodik dan
tindak lanjut

8. Memberdayakan Kelompok pendukung ASI


dalam menindaklanjuti pemberian ASI
eksklusif danPMK.

BAB 7
PENUTUP

Angka kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi semakin meningkat dan tidak
mengalami perubahan berarti pada 5 tahun terakhir. Keadaan ini akan cenderung
meningkat bila tidak segera di antisipasi dengan berbagai terobosan yang optimal.
Karakteristik kasus kebidanan yang sifatnya akut dan fatal akan menurunkan
kondisi kesehatan pada ibu hamil dan bayi di masyarakat dan akan mempengaruhi
prestasi dan kinerja generasimendatang.

Berdasarkan hal tersebut, maka dipandang perlu agar program Pelayanan Obstetri
dan Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) dijadikan prioritas, yang
terlihat pada target Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) pada Rencana Strategis
Departemen Kesehatan2005-2009.

Pada saat ini sesuai dengan era desentralisasi, kebijakan ini amat perlu didukung
oleh Dinas Kesehatan Propinsi/Kabupaten daerah sehingga terjadi sinkronisasi
antara perencanaan Departemen Kesehatan RI pusat dan daerah yang
menghasilkan suatu visi yang saling memperkuat dalam penurunan Angka
Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB).

Di samping itu pelaksanaan Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi


Komprehensif (PONEK) hendaknya disesuaikan dengan kondisi spesifik daerah
dan keterbatasan sumber daya, sehingga dapat mencapai target yang optimal yaitu
75% RSU Kabupaten/Kota menyelenggarakan PONEK.
KEPUSTAKAAN

1. Pedoman Manajemen Pelayanan Obstetri


Neonatal Emergensi Komprehensif 24 Jam di
Tingkat Kabupaten/Kota, Departemen
KesehatanRI-2005

2. Pedoman Sistem Rujukan Maternal dan


Neonatal di Tingkat Kabupaten/Kota,
Departemen KesehatanRI-2006

3. Pedoman Teknis Audit Maternal - Perinatal di


Tingkat Kabupaten/Kota, Departemen
KesehatanRI-2007

4. Pedoman Pelaksanaan dan Penilaian


Perlindungan Ibu dan Bayi Secara Terpadu
Paripurna Menuju Rumah Sakit Sayang Ibu
dan Bayi, Departemen KesehatanRI-2001

5. Pedoman Pelaksanaan Strategi Program


Making Pregnancy Safer (Kehamilan yang
Lebih Aman), Departemen Kesehatan RI-2006

6. Kebijakan dan Strategi Nasional Kesehatan Reproduksi di


Indonesia,Jakarta-2005

7. Modul On The Job Training Pelatihan


Pelayanan Obstetri Neobnatal Emergensi
Komprehensif, JNPK-KR-2007
8. Essential Neonatal Care, Protocols for Physicians, First
Edition,2007.

Anda mungkin juga menyukai