P2 HIV AIDS
TAHUN 2023
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayahNya,
kami dapat menyelesaikan penyusunan Panduan Program HIV AIDS Puskesmas Bagor. Acuan
ini kami susun sebagai salah satu upaya untuk memberikan acuan dan kemudahan dalam
memberikan pelayanan di Puskesmas Bagor.
Puskesmas sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang
bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja,
mempunyai posisi yang strategis dalam rangka mewujudkan masyarakat yang mandiri untuk
hidup sehat, sehingga masyarakat dapat memperoleh pelayanan kesehatan yang optimal.
Pada kesempatan ini perkenankan kami menyampaikan ucapan terimakasih dan apresiasi
kepada semua pihak yang terlibat dalam proses penyusunan Panduan Program HIV AIDS
Puskesmas Bagor. Harapan kami tidak lain adalah bahwa Panduan Program HIV AIDS dapat
memberikan manfaat bagi Puskesmas Bagor.
Semoga Allah SWT memberikan rahmat dan hidayahNya kepada kita semua.
2
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DEPAN.......................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR ................................................................................................... 2
DAFTAR ISI................................................................................................................... 3
LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................................... 4
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................... 5
1.1 Latar Belakang ......................................................................................................... 5
1.2 Tujuan …………………………………………………………………………….. 6
1.3 Sasaran ……………………………………………………………………………. 6
1.4 Ruang Lingkup …………………………………………………………………… 6
BAB II STANDAR KETENAGAAN............................................................................ 7
2.1 Kualifikasi Sumber Daya manusia............................................................................ 7
2.2 Distribusi Ketenagaan .............................................................................................. 7
2.3 Jadwal Kegiatan........................................................................................................ 8
BAB III STANDAR FASILITAS ................................................................................. 8
3.1 Denah Ruang ............................................................................................................ 8
3.2 Standar Fasilitas........................................................................................................ 9
BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN ................................................................. 9
4.1 Pelayanan pemeriksaan Suspek HIV …………………………………………….. 9
4.2 Pelayanan Pengobatan ARV ……………………………………………………... 9
4.3 Kunjungan Rumah ……………………………………………………………….. 9
4.4 Penyuluhan ………………………………………………………………………. 9
4.5 Kolaborasi HIV –TBC …………………………………………………………… 10
BAB V LOGISTIK ………………………………………………………………….. 10
BAB VI KESELAMATAN SASARAN ……………………………………………. 10
BAB VII KESELAMATAN KERJA ……………………………………………….. 11
BAB VIII PENGENDALIAN MUTU ……………………………………………… 11
BAB IX PENUTUP …………………………………………………………………. 11
3
LEMBAR PERSETUJUAN
4
PEMERINTAH KABUPATEN NGANJUK
DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS BAGOR
Jl. Raya Madiun No. 100 Petak Kode Pos 64461
Telp/Fax . (0358) 326581 Email : puskesmas.bagor@gmail.com
BAB I
PENDAHULUAN
Penemuan obat antiretroviral (ARV) pada tahun 1996 mendorong suatu revolusi dalam
perawatan ODHA di Negara maju. Meskipun belum mampu menyembuhkan penyakit dan
menambah tantangan dalam hal efek samping serta resistensi kronis terhadap obat, namun secara
dramatis terapi ARV menurunkan angka kematian dan kesakitan, meningkatkan kualitas hidup
ODHA, dan meningkatkan angka harapan hidup ODHA.
Di Indonesia, sejak tahun 1987 hingga awal tahun 2012 telah terjadi peningkatan jumlah
kasus HIV/AIDS. Hal ini disebabkan oleh perkembangan epidemiologi, dan juga disebabkan
oleh meningkatnya kapasitas pemeriksaan untuk HIV/AIDS. Sedangkan pengetahuan
masyarakat tentang cara penularan, pencegahan dan pengendalian HIV/AIDS masih terbatas.
Jumlah meningkat pada kelompok orang berperilaku risiko tinggi tertular HIV yaitu para
penjaja seks komersial dan penyalah-guna NAPZA suntikan di beberapa provinsi seperti DKI
Jakarta, Riau, Bali, Jawa Barat dan Jawa Timur sehingga provinsi tersebut tergolong sebagai
daerah dengan tingkat epidemic terkonsentrasi (concentrated level of epidemic). Tanah Papua
sudah memasuki tingkate epidemik luas (generalized epidemic). Hasil estimasi tahun 2009, di
Indonesia terdapat 186.000 orang dengan HIV positif.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia telah menetapkan sebanyak 278 rumah sakit
rujukan Odha (Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
780/MENKES/SK/IV/2011 tentang Penetapan Lanjutan Rumah Sakit Rujukan Bagi Orang
dengan HIV (lihat Lampiran 1) yang tersebar di hampir semua provinsi di Indonesia. Dari
Laporan Situasi Perkembangan HIV & AIDS di Indonesia sampai dengan September 2011
tercatat jumlah Odha yang mendapatkan terapi ARV sebanyak 22.843 dari 33 provinsi dan 300
kab/kota, dengan rasio laki-lak dan perempuan 3 : 1, dan persentase tertinggi pada kelompok
usia 20-29 tahun. Program penanggulangan AIDS di Indonesia mempunyai 4 pilar, yang
semuanya menuju pada paradigma Triple Zero yaitu Zero new infection, Zero AIDS-related
death dan Zero Discrimination.
Jawa Timur merupakan provinsi penyumbang terbanyak kasus AIDS ketiga setelah DKI
Jakarta dan Papua. Sampai dengan bulan Desember tahun 2012, kasus AIDS di Jawa Timur
5
sebanyak 6.900 kasus, sedangkan kasus HIV mencapai 15.681 kasus. Kasus HIV diperoleh dari
laporan klinik Voluntary Counseling and Testing (VCT) di masing-masing Unit Pelayanan
Kesehatan (UPK) baik itu rumah sakit maupun Puskesmas.
Sebagian besar individu dengan infeksi HIV tidak menyadari status HIV mereka dan datang
ke system layanan kesehatan pada stadium lanjut. Dikarenakan mungkin oleh rendahnya
kesadaran mengenai resiko perorangan terhadap infeksi HIV yang sudah didapat atau terhalang
oleh kekhawatiran terhadap diskriminasi dan stigma, yang keduaanya dapat menghalangi orang-
orang untuk menjalani tes.
Pengetahuan mengenai perkembangan epidemiologi infeksi HIV di daerah masing-masing
dapat membantu meningkatkan kewaspadaan dari pekerja layanan kesehatan. Panduan ini
digunakan untuk menanggulangi kasus HIV/AIDS di UPTD Puskesmas Bagor.
1.2 Tujuan
Menemukan terduga HIV, mengobati, mempertahankan program pengobatan sehingga
mengurangi angka kematian akibat HIV, dan dapat meningkatkan derajat kesehatan warga
wilayah Kec.Bagor.
1.3 Sasaran
4. Penyuluhan kelompok
5. Kolaborasi HIV-TBC
b. Pemeriksaan darah
6
c. Konseling hasil pemeriksaan
b. Kunjungan ke rumah pasien HIV yang tidak melakukan pengambilan obat sesuai
4. Penyuluhan Kelompok
b. Pada masyarakat umum ataupun kelompok lain (kelas ibu hamil, kader UKS)
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
Kualifikasi Sumber Daya manusia dalam program P2 HIV adalah pelaksana program
sebagai penanggung jawab P2 HIV dan bekerjasama dengan dokter umum, perawat, bidan dan
tenaga esehatan lainnya. Serta Dokter Umum yang bertanggung jawab kepada Kepala
Puskesmas.
Dalam melaksanakan kegiatan program, pelaksana program dibantu oleh tenaga esehatan
7
1. dr.Trishalia Sutejo Dokter Umum Puskesmas Berbek
Berdasarkan RPK yang telah disusun, pelaksana program melaksanakan kegiatan melalui
tahapan :
4. Pelaksanaan kegiatan
BAB III
STANDAR FASILITAS
lemari
Jendela
Meja
Meja
8
jendela pintu
Bagor.
2. Timbangan
4. Formulir program
BAB IV
1. Pasien datang ke layanan di puskesmas Bagor : Poli umum, KIA, MTBS,Poli Gigi,UGD
9
4. Menghubungi layanan PDP rujukan jika diperlukan
1. Mengidentifikasi
4.4 Penyuluhan
1. Skrining gejala TBC pada setiap ODHIV yang berkunjung ke layanan pada setiap kali
kunjungan
BAB V
LOGISTIK
Kebutuhan dana dan logistik untuk program P2 HIV di Puskesmas Bagor dan kegiatan di
luar gedung puskesmas Bagor, direncanakan dalam pertemuan lokakarya mini dan sesuai dengan
10
BAB VI
KESELAMATAN SASARAN
kemungkinan yang dapat terjadi pada saat pelaksanaan kegiatan. Upaya pencegahan risiko
terhadap sasaran harus dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan yang akan dilaksanakan sehingga
angka kejadian KTD (Kejadian Tidak Diinginkan) dapat dicegah sedini mungkin.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
kesehatan,terdapat disemua tempat baik didalam maupun diluar gedung yang dapat timbul dari
lingkungan tempat kerja,proses kerja, cara kerja, alat dan bahan kerja yang dapat menimbulkan
Tujuan dari pengenalan potensi bahaya di puskesmas dan masalah yang ditimbulkannya
adalah agar petugas puskesmas dapat melakukan pengendalian resiko dengan benar sehingga
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
11
Upaya pengendalian mutu program P2 HIV dilaksanakan secara efektif dan efisien yaitu dengan
meningkatkan derajat kesehatan dan kualitas hidup masyarakat. Maka perlu dilakukan monitor
1. Pelatihan bagi Petugas/ pelaksana program dan Tim mengenai program dan
BAB IX
PENUTUP
Pedoman ini sebagai acuan bagi karyawan puskesmas dalam melaksanakan pelayanan
12
13