KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas berkat dan rahmat-Nya, akhirnya Penulisan
tentang “Studi Penyelenggaraan Pelayanan KB Dalam Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN)”, telah selesai dilaksanakan. Program JKN mulai dicanangkan sejak 1 Januari 2014
dengan tujuan agar setiap masyarakat Indonesia memperoleh pemeliharaan dan perlindungan
dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan termasuk pelayanan Keluarga Berencana (KB).
Pemerintah menargetkan pada tahun 2019 seluruh masyarakat Indonesia menjadi peserta JKN
sehingga tercapai jaminan kesehatan semesta (universal health coverage). Dengan adanya
studi ini diharapkan institusi penyelenggara Program KB dapat memperoleh gambaran
tentang penyelenggaraan pelayanan KB dalam JKN yang sudah berlangsung hampir 2 tahun
terakhir. Pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada:
1. Kepala BKKBN yang telah memberikan kepercayaan kepada Pusat Penelitian dan
Pengembangan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera untuk mengelola studi ini.
2. Deputi Bidang Pelatihan, Penelitian dan Pengembangan Program BKKBN yang telah
memberikan kesempatan untuk melaksanakan studi ini.
3. Direktur Jaminan Pelayanan Pemerintah BKKBN yang telah banyak memberikan
masukan dalam studi ini.
4. Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Barat, Lampung, Kalimantan Tengah dan Nusa
Tenggara Timur yang telah memfasilitasi terlaksananya studi ini dan juga telah menjadi
nara sumber/informan.
5. Kepala SKPD KB Kota Bandar Lampung, Kabupaten Pesawaran, Kota Bandung,
Kabupaten Purwakarta, Kota Palangka Raya, Kabupaten Pulang Pisau, Kota Kupang dan
Kabupaten Kupang yang telah memfasilitasi terlaksananya studi ini dan juga telah menjadi
nara sumber/informan.
6. Kepala Dinas Kesehatan di provinsi dan kabupaten/kota terpilih yang telah menjadi
Informan dalam studi ini.
7. Kepala Kantor Cabang BPJS Kesehatan dan Kepala KLOK BPJS Kesehatan di provinsi
dan kabupaten/kota terpilih yang banyak memberikan informasi dalam studi ini.
8. Semua pihak yang telah membantu terlaksananya studi ini yang tidak mungkin disebutkan
satu persatu.
Kami menyadari bahwa penulisan laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kami menerima dengan tangan terbuka kritik dan saran yang membangun dari semua pihak
untuk penyempurnaan tulisan ini.
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR TABEL
iv
67
33. Tugas dan Tanggung Jawab BKKBN dan BPJS Kesehatan Berdasarkan Perjanjian
Kerjasama nomor 83/KSM/G2/2014 dan Nomor 0199/KTR/0314 ....................................... 71
34. Jenis Pelatihan Teknis Medis dan Non Teknis Medis di Perwakilan BKKBN Provinsi
Lampung sampai dengan Bulan Juli 2015............................................................................... 86
35. Jenis Pelatihan Teknis Medis dan Non Teknis Medis di Perwakilan BKKBN Provinsi
Jawa Barat sampai dengan Bulan Juli 2015............................................................................ 88
36. Jenis Pelatihan Teknis Medis dan Non Teknis Medis di Perwakilan BKKBN Provinsi
Kalimantan Tengah sampai dengan Bulan Juli 2015 ............................................................. 91
37. Jenis Pelatihan Teknis Medis dan Non Teknis Medis di Perwakilan BKKBN Provinsi
Nusa Tenggara Timur sampai dengan Bulan Juli 2015........................................................... 92
38. Klaim Pelayanan KB yang Telah Dibayarkan BPJS Kesehatan KC Bandar Lampung
Tahun 2015, Sampai Dengan Bulan Pelayanan Juni 2015 ................................................... 96
39. Klaim Pelayanan KB yang Telah Dibayarkan BPJS Kesehatan KC Metro Tahun 2015,
Sampai Dengan Bulan Pelayanan Juni 2015........................................................................... 97
40. Klaim Pelayanan KB yang Telah Dibayarkan BPJS Kesehatan KC Kota Bumi Tahun
2015 Sampai Dengan Bulan Pelayanan Juli 2015.................................................................. 97
41. Faskes yang Teregister dalam K/0/KB- BKKBN Bekerjasama dengan BPJS Kesehatan ..... 100
42. Faskes Bekerjasama dengan BPJS Kesehatan Teregister dalam K/0/KB –BKKBN (Faskes
KB) ......................................................................................................................................... 101
43. Pengetahuan Terhadap Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Berdasarkan Kabupaten/Kota.. 109
44. Sumber Informasi Mengetahui Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Berdasarkan
Kabupaten/Kota ...................................................................................................................... 112
45. Kepemilikan Kartu BPJS Kesehatan Berdasarkan Kabupaten/Kota ...................................... 113
46. Alasan Tidak Menjadi Peserta BPJS Kesehatan Berdasarkan Kabupaten/Kota .................... 114
47. Cara Memeperoleh Kartu BPJS Kesehatan Berdasarkan Kabupaten/Kota ............................ 115
48. Pembayaran Kepesertaan BPJS Kesehatan Berdasarkan Kabupaten/Kota ............................ 116
49. Tarif Iuran Peserta BPJS Kesehatan Berdasarkan Kabupaten/Kota ....................................... 116
50. Pemanfaatan Kartu BPJS Kesehatan Berdasarkan Kabupaten/Kota ...................................... 117
51. Jenis Pemanfaatan Kartu BPJS Kesehatan Berdasarkan Kabupaten/Kota ............................. 118
52. Keuntungan Menjadi Peserta BPJS Kesehatan Berdasarkan Kabupaten/Kota ...................... 119
53. Permasalahan Menjadi Peserta BPJS Kesehatan Berdasarkan Kabupaten/Kota .................... 120
DAFTAR GAMBAR
v
RINGKASAN
vi
BAB I
PENDAHULUAN
Tujuan Umum
Tujuan umum dari studi ini adalah mengetahui gambaran penyelenggaraan
pelayanan KB dalam Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
Tujuan Khusus
Tujuan khusus studi ini adalah:
1. Mengetahui kesiapan institusi penyelenggara pelayanan KB dalam JKN
(BKKBN, SKPDKB Kabupaten/Kota, BPJS Kesehatan dan Dinas Kesehatan).
2. Mengetahui jumlah fasilitas kesehatan teregister dalam K/0/KB yang sudah
bekerjasama dengan BPJS Kesehatan.
3. Mengetahui jumlah fasilitas kesehatan bekerjasama dengan BPJS Kesehatan
yang teregister dalam K/0/KB.
4. Mengetahui pengetahuan dan kepesertaan masyarakat dalam layanan BPJS
Kesehatan.
TINJAUAN PUSTAKA
3.2 Responden/Informan
Responden Individu
Responden individu adalah wanita pasangan usia subur umur 15-49 tahun
di kabupaten/kota terpilih. Cara pengambilan sampel individu adalah dengan
meminta data keluarga dari setiap kabupaten/kota diambil 30 responden secara
simple random sampling. Sehingga jumlah responden di 8 (delapan)
kabupaten/kota adalah 240 responden.
Responden/Informan Institusi
Responden/informan yang berasal dari institusi penyelenggara program KB
terdiri dari:
1. Perwakilan BKKBN Provinsi (Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi, Kabid
KB, dan Kabid Adpin)
2. Kantor Cabang BPJS Kesehatan dan KLOK BPJS Kesehatan.
3. Dinas Kesehatan Provinsi dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
4. SKPD KB Kabupaten/Kota (Kepala SKPD KB, Kabid KB).
5. PPLKB/PLKB.
6. Rumah sakit yang sudah dan belum bekerjasama dengan BPJS Kesehatan.
7. Puskesmas.
8. Klinik yang sudah dan belum bekerjasama dengan BPJS Kesehatan.
9. Dokter Perorangan yang sudah dan belum bekerjasama dengan BPJS
Kesehatan.
10. Bidan Praktek Mandiri yang sudah dan belum menjadi jejaring BPJS
Kesehatan.
3.3 Data dan Informasi yang dikumpulkan
BAB IV
KEBIJAKAN PELAYANAN KB DALAM JKN
c. Faskes KB
Faskes yang mampu dan berwenang memberikan pelayanan KB
berlokasi dan terintegrasi di FKTP dan FKRTL yang dikelola
pemerintah, pemda dan atau swasta (termasuk masyarakat).
Penyiapan data Faskes untuk pelayanan KB adalah berdasarkan daftar
Faskes yang telah bekerjasama dan teregistrasi dalam sistem informasi
manajemen BKKBN melalui register kartu pendaftaran Faskes KB.
Pendistribusian alkon bagi peserta BPJS Kesehatan dilakukan ke Faskes
yang sudah memiliki kerjasama dengan BPJS Kesehatan dan sudah
teregistrasi dalam SIM (Sistem Informasi Manajemen) BKKBN.
e. Tarif pelayanan KB
Berdasarkan surat edaran dari BKKBN nomor 412/KB.002/E1/2015
tanggal 12 Februari 2015 perihal penyelenggaraan pelayanan KB dalam JKN
yang ditujukan untuk seluruh perwakilan BKKBN provinsi disebutkan
bahwa, pembiayaan pelayanan KB di era jaminanan kesehatan nasional dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1. Pelayanan KB di FKTP
a. Tarif kapitasi pelayanan KB pada FKTP meliputi : konseling, pil dan
kondom.
b. Tarif non kapitasi pelayanan KB (tarif non kapitasi pelayanan
kesehatan kebidanan dan neonatal) di FKTP.
2. Pelayanan KB di FKRTL
Tabel 6. Data Kode Pelayanan dengan ICD 10 dan ICD 9 CM serta INA CBGs
No Tindakan ICD 10&ICD 9 Kode INA Kode INA
CM CBGs CBGs
(Rawat Jalan) (Rawat Inap)
1 a. MOW dengan Z30.2 W-1-12-I W-2-12-0
laparoscopy 66.39,66.32,66.31
b. MOW dengan mini Z30.2 W-1-12-I W-2-12-0
laparoscopy 66.39,66.32,66.31
2 MOP Z30.2 X-0-13-X V-2-10-0
63.73, 63.72,
63.71, 63.70
3 a. Pasang IUD Z30.1 Z-4-12-I W-3-11-0
69,7
b. Cabut IUD Z30.5 Z-4-12-I W-3-12-0
97,71
c. Cabut dan Pasang IUD Z30.5 Z-4-12-I W-3-11-0
97,71
4 a. Pasang susuk KB Z30.2 Z-4-12-I Q-5-44-0
Z30.5 Z-4-12-I W-3-12-0
b. Cabut susuk KB Z30.5 Z-4-12-I W-2-12-0
T83.9 Z-4-14-I Q-5-44-0
c. Cabut dan pasang Z30.1 Z-4-12-I Q-5-44-0
susuk KB O82.9 O-6-10-1 O-7-10-0
5 Komplikasi berat Z30.2
6 a. IUD Post partum 74.4
b.MOW post sectio (untuk 66.39, 66.32, 66.31
sectio langsung steril)
7 Konseling KB Z30.0 Z-4-12-I Q-5-44-0
8 KB suntik 3 bulanan Z30.4 Z-4-12-I Q-5-44-0
9 Survailance IUD Z30.5 Z-4-12-I Q-5-44-0
10 Survailance obat KB Z30.4 Z-4-12-I Q-5-44-0
11 Management Z30.9 Z-4-12-I Q-5-44-0
Provinsi Lampung
Kebijakan terkait pelayanan KB dalam JKN yang ditetapkan oleh Kantor
Perwakilan BKKBN Provinsi Lampung belum ada, yang ada hanya kebijakan dari
BKKBN Pusat. Menurut Informan dari Perwakilan BKKBN Provinsi Lampung,
Provinsi mendukung kebijakan tentang pelayanan KB dalam JKN yang ada dari
BKKBN Pusat yaitu menindaklanjuti perjanjian kerjasama antara BKKBN dan
BPJS Kesehatan tentang penyelenggaraan pelayanan KB pada JKN dan pemetaan
data Faskes KB yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan.
Menurut Informan dari Kantor Cabang BPJS Kesehatan Kota Bandar
Lampung menyatakan bahwa, semua kebijakan yang ada di BPJS Kesehatan
terkait penyelenggaraan pelayanan kesehatan termasuk pelayanan KB dalam JKN
mengacu kepada dasar hukum yang ada, terutama Undang-Undang, Peraturan
Presiden, Peraturan Pemerintah, Peraturan Menteri Kesehatan, maupun peraturan
yang dikeluarkan oleh BPJS Kesehatan. Selanjutnya, Informan juga menjelaskan
bahwa kebijakan terkait penyelenggaraan pelayanan KB dalam JKN mengacu
kepada Peraturan Presiden nomor 12 pasal 21 ayat (1) dan pasal 25. Selain itu,
Sejak tahun 2010 hingga saat ini, Walikota Bandar Lampung mempunyai
program jaminan kesehatan bagi warga Kota Bandar Lampung. Kebijakan
walikota ini menggratiskan pelayanan kesehatan dan KB serta rawat inap selama
5 hari (kelas 3) termasuk biaya kelahiran tanpa batasan jumlah anak dengan hanya
menunjukkan KTP dan Kartu Keluarga Kota Bandar Lampung yang dikenal
dengan Jaminan Kesehatan Kota (Jamkeskot).
Kabupaten Pesawaran
Mengenai kebijakan pelayanan KB di era JKN menurut Informan dari
pengelola KB di tingkat kabupaten menyampaikan bahwa tidak ada kebijakan
khusus dalam penyelenggaraan pelayanan KB. Sebagaimana yang dijelaskan oleh
Informan pengelola KB di Kabupaten Pesawaran, Pelayanan KB tetap
dilaksanakan dengan berkoordinasi bersama Dinas Kesehatan. Pelayanan Statis
juga tetap dilaksanakan di puskesmas; begitu pula pelayanan baksos juga tetap
ada, bekerjasama dengan Dinas Kesehatan. Disampaikan pula dari BKKBN
Provinsi Bandar Lampung memberikan dana ke SKPD KB yang bersumber dari
APBN tahun 2015 yang di gunakan untuk sosialisasi pelaksanaan pelayanan KB
dalam JKN, yaitu sebanyak Rp 5.000.000 (untuk pertemuan dengan 30 peserta).
Disamping itu tersedia pula dana identifikasi Faskes baik yang sudah kerjasama
dengan BPJS Kesehatan maupun belum (untuk 3 orang, 3 hari dan Rp 80.000 per
hari), akan tetapi dananya masih belum dimanfaatkan.
Selanjutnya dikatakan oleh pengelola SKPD-KB Kabupaten Pesawaran
bahwa alat kontrasepsi berasal dari BKKBN Provinsi berupa pil, IUD, suntikan,
kondom dan implan. Namun suntikan sejak November 2014 sudah tidak tersedia
stok. Untuk antisipasi drop out akseptor, maka provider di puskesmas
mengarahkan para akseptor untuk dilayani ke bidan praktek swasta. Akan tetapi
terkendala karena belum semua bidan yang sudah dilatih CTU IUD dan Implan
menerima bantuan IUD dan Implan KIT. Sementara koordinasi dengan BPJS
Kesehatan belum pernah dilakukan. Kebijakan untuk pelayanan kesehatan
termasuk KB pada masyarakat miskin di kabupaten, Bupati Pesawaran
mengeluarkan kebijakan menerbitkan PBI baru. Prosedurnya diawali dengan
pembuatan SKTM di kelurahan yang ditandatangani oleh camat, kemudian
diajukan ke puskesmas untuk diidentifikasi, lalu diteruskan ke Dinkes untuk
Selain itu, Perda Kabupaten Pesawaran nomor 2 tahun 2012 juga mengatur
besarnya tarif pelayanan KB di puskesmas dan puskesmas rawat inap untuk
pemeriksaan dan tindakan di klinik ibu dan anak (Tabel 8).
Khusus di era JKN, BKKBN Provinsi Jawa Barat seperti sebelumnya tetap
melaksanakan pelayanan KB melalui Baksos maupun pelayanan KB, moment-
moment tertentu khususnya bagi PUS yang bukan peserta JKN. Sedangkan bagi
PUS peserta JKN, pelayanan dilakukan melalui FKTP (Fasilitas Kesehatan
Tingkat Primer) dan FKTL (Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Lanjutan)
yang telah bekerjasama.
Atas kebijakan pimpinan BKKBN Provinsi Jawa Barat, khususnya kepada
PUS non JKN yang dilayani melalui Baksos dan moment-moment tertentu
tersebut,diharuskan adanya pernyataan tertulis bagi calon akseptorbahwa mereka
bukan peserta JKN atau bukan sebagai peserta PBI (Penerima Bantuan Iuran).
Bagi peserta yang sudah masuk PBI, seandainya mau ikut pelayanan di pelayanan
baksos, tidak dilayani. Klaim dana ditujukan kepada bendahara APBN BKKBN
Provinsi Jawa Barat. Data peserta yang akan di klaim tersebut diverifikasi.
Setelah lengkap dan benar verifikasinya baru diserahkan ke bendahara BKKBN
Kota Bandung
Informasi mengenai kebijakan pelayanan KB diera JKN diperoleh dari
Kantor Pemberdayaan Perempuan dan KB, Kota Bandung. Informan mengatakan
bahwa di era JKN, regulasi dan kebijakan bahwa fasilitas kesehatan untuk
pelayanan KB bagi peserta JKN harus bekerjasama dengan BPJS Kesehatan.
Sedangkan strategi yang digunakan adalah melakukan pelayanan KB JKN melalui
Klaim pelayanan IUD dan Implan diambilkan dari dana penggerakan yang
ada di provinsi. Akan tetapi informan tidak dapat menjelaskan jumlah pelayanan
yang dapat di klaim, karena klaimnya langsung ke provinsi. Disamping itu,
dijelaskan bahwa sehubungan dengan JKN, SKPD-KB juga mendata ibu hamil
untuk sasaran pelayanan KB postpartum dan selanjutnya data Ibu hamil tersebut
diserahkan ke Dinkes tingkat kota. Dikatakan sebelumnya (tahun 2014) data
miskin/ SKTM dikeluarkan oleh kantor SKPD KB (setelah disetujui lurah),
kemudian diserahkan ke BPJS Kesehatan melalui Dinkes untuk diverifikasi. Saat
ini data kemiskinan dari BKKBN kurang dimanfaatkan oleh instansi luar, karena
data yang diakui adalah dari Dinas sosial melalui Tim Koordinasi
Penanggulangan Kemiskinan.
Kota Purwakarta
Bupati Purwakarta menerbitkan Perda Kabupaten Purwakarta nomor 5
Tahun 2010 tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan pada Pusat Kesehatan
Masyarakat ditetapkan biaya retribusi untuk pemasangan/pencabutan implan/IUD
sebesar Rp. 50.000; sedangkan pencabutan implan/IUD sebesar Rp. 100.000,-.
Sesuai ketentuan yang ada, bila tidak mendaftar sebagai peserta BPJS
Kesehatan, maka masyarakat diwajibkan membayar sesuai dengan tarif yang di
atur dalam peraturan daerah (Perda). Seperti di Kabupaten Gunung Emas, bila
tidak ada BPJS Kesehatan, peraturan Perda yang berlaku; di Kabupaten Kapuas,
Tindak lanjut MOU antara BKKBN dan BPJS Kesehatan diakui provinsi
masih belum banyak dilakukan, baru sebatas sosialisasi dan informasi Faskes.
Menurut informan, karena belum adanya dana untuk itu. Kegiatan dilakukan
disisipkan dengan kegiatan lainnya, karena yang dilakukan bidang operasional
pada intinya adalah dapat akseptor.
Menurut informan, klaim yang bisa dilakukan di klinik ini adalah klaim
MOW, IUD, Suntik, implan dan suntik. Tetapi klaim yang sudah pernah
dilakukan di RSIA ini baru MOW sebesar Rp 2.000.000 per peserta dan IUD Rp
170.000,-, sedangkan metoda KB lainnya belum pernah kami klaim di klinik ini.
Namun dengan adanya Surat Edaran BPJS baru-baru ini tertanggal 27 Juli 2015,
sejak 1 Agustus 2015 untuk MOW interval tidak dapat lagi dilakukan klaim.
Sedangkan peserta PBI sejak 1 Januari 2015 ditutup pendaftarannya. Jadi kalau
mau menjadi peserta BPJS harus membayar sendiri. Disamping itu, tempat
pelayanan hanya terbatas dimana peserta BPJS terdaftar pertama kali. Jadi tidak
bisa pindah ke tempat pelayanan lain.
Pelayanan KB menurut informan Faskes yang sudah bekerjasama sebelum
dan setelah era JKN terdapat perubahan. Menurut informan, pelayanan KB
meningkat karena alat kontrasepsi implan sekarang sudah sampai ke tingkat desa.
Bidan-bidan di puskesmas pembantu sudah dilatih CTU IUD Implan, sehingga
mereka diharuskan mempraktekkan hasil pelatihan. Pelayanan implan rata-rata
20 orang per bulan dan IUD 2 orang per bulan. Untuk peserta KB Pil dan suntik,
puskesmas ini tidak mau menerima tetapi dirujuk ke RSUD. Akan tetapi menurut
informan dari salah satu Puskesmas mengatakan bahwa, dengan adanya JKN-
BPJS ini sebelum dan sesudah, pencapaian pelayanan KB sama saja. Untuk
kesehatan umumnya dengan adanya JKN-BPJS ini antriannya menjadi semakin
banyak dan panjang.
Kabupaten Kupang
Menurut informan Kepala Puskesmas di Kecamatan Camplong, pelayanan
kesehatan (termasuk KB) bagi keluarga miskin tetap tidak membayar, karena
adanya peraturan daerah (Perda) Kabupaten Kupang memiliki progam Jaminan
Kesehatan Kabupaten Kupang (JK3). JK3 ini jika ditempat lain sama dengan
Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda).
Setelah era JKN, jumlah kunjungan pasien BPJS Kesehatan yang datang ke
Rumah Sakit pada Bulan Januari hingga Desember tahun 2014 ada
kecenderungan meningkat yang berkisar antara 187-335 pasien. Sedangkan
kunjungan pasien JKN cukup berfluktuasi dari bulan ke bulan dan berkisar antara
92 - 226 pasien.
Provinsi Lampung
Masalah kependudukan yang meliputi jumlah, komposisi, dan distribusi
penduduk merupakan masalah yang perlu diperhatikan dalam proses
pembangunan. Jumlah penduduk yang besar dapat menjadi potensi, tetapi dapat
pula menjadi beban dalam proses pembangunan jika berkualitas rendah.
Berdasarkan hasil Estimasi penduduk, penduduk Provinsi Lampung, 2013
mencapai 7.932.132 jiwa dengan rasio jenis kelamin sebesar 105,43.
Lokasi penelitian di Provinsi Lampung berada di Kota Bandar Lampung
dan Kabupaten Pesawaran. Kota Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi
Lampung. Dibandingkan dengan kabupaten, kepadatan penduduk di kota
umumnya sangat tinggi. Tingkat kepadatan penduduk Kota Bandar Lampung
mencapai 3.183 jiwa per kilometer persegi, sedangkan di Kabupaten Pesawaran
186 jiwa per kilometer persegi.
Tabel 10. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Rumah Tangga dan Kepadatan
Penduduk di Kota Bandar Lampung dan Kabupaten Pesawaran, 2013
Kabupaten/Kota Luas Jumlah Rumah Kepadatan
(Km2) Penduduk Tangga Penduduk
(Orang/Km2)
Kota Bandar Lampung 296,00 942,039 221.795 3.183
Kab. Pesawaran 2243,51 416.372 105.241 186
Tabel 12. Jumlah Klinik Keluarga Berencana di Kota Bandar Lampung dan
Kabupaten Pesawaran, 2013
Kabupaten/Kota Klinik Keluarga Berencana PKBRS
(Pelayanan KB Rumah Sakit)
Pemerintah Swasta Pemerintah Swasta
Kota Bandar 85 14 4 7
Lampung
Kab. Pesawaran 39 2 1 -
Tabel 13. Jumlah Peserta KB Baru dan Aktif di Kota Bandar Lampung dan
Kabupaten Pesawaran, 2008-2013.
Janis Kabupaten/Kota
Kontrasepsi Kota Bandar Lampung Kabupaten Pesawaran
PB PA PB PA
IUD 7.990 16.378 1.685 8.244
MOW 684 2.277 0 514
MOP 15 1.439 23 742
Susuk 4.753 8.681 3.789 9.593
Suntik 15.844 23.851 10.571 39.947
Pil 16.670 18.359 5.969 37.582
Kondom 2.395 3.181 1.926 1.202
Jumlah 48.351 61.593 23.963 110.397
Keterangan: PB= Peserta KB Baru, PA= Peserta KB Aktif
Tabel 14. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, dan Kepadatan Penduduk di Kota
Bandung dan Kabupaten Purwakarta, 2013
Kabupaten/Kota Luas (Km2) Jumlah Kepadatan Penduduk
Penduduk (Orang/Km2)
Kota Bandung 168,23 2.458.503 14.613,94
Kabupaten Purwakarta 989,89 898.001 907,17
Tabel 15. Jumlah Puskesmas Keliling, Balai Pengobatan, dan Posyandu di Kota
Bandung dan Kabupaten Purwakarta, 2012.
Kabupaten/Kota Puskesmas Balai Pengobatan Posyandu
Keliling
Kota Bandung 13 653 1.938
Kab. Purwakarta 21 75 989
Pasangan usia subur (PUS) Provinsi Jawa Barat, khususnya Kota Bandung
dan Kabupaten Purwakarta dapat memperoleh pelayanan KB di beberapa tempat.
Jumlah klinik KB (KKB) di Kota bandung tercatat 119 unit, sedangkan di
Kabupaten Purwakarta tercatat 97 unit. Selain di klinik KB, PUS di Kota
Bandung juga dapat mendapatkan pelayanan KB di pelayanan KB di dalam
rumah sakit (PKBRS) tercaatat 12 unit, sementara di Kabupaten Purwakarta tidak
terdapat PKBRS.
Tabel 17. Jumlah Petugas Pelayanan KB yang Dihubungi oleh Akseptor Baru di
Kota Bandung dan Kabupaten Purwakarta, 2013
Kabupaten/Kota PLKB Dokter Bidan Jumlah
Kota Bandung 53 172 362 587
Kabupaten 62 16 88 166
Purwakarta
Tabel 18. Banyaknya Peserta KB Baru dan Aktif di Kota Bandung dan Kabupaten
Purwakarta, 2008-2013.
Janis Kabupaten/Kota
Kontrasepsi Kota Bandung Kabupaten Purwakarta
PB PA PB PA
IUD 16.435 106.013 2.648 16.590
MOW 1.644 11.244 537 3.565
MOP 35 1.026 17 1.844
Susuk 908 4.804 2.799 8.471
Suntik 30.772 130.636 17.719 78.009
Pil 6.784 49.671 11.320 49.358
Kondom 3.080 4.641 795 1.957
Jumlah 59.658 308.035 35.835 159.794
Keterangan: PB= Peserta KB Baru, PA= Peserta KB Aktif
Tabel 19. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Rumah Tangga dan Kepadatan
Penduduk di Kota Palangka Raya dan Kabupaten Pulang Pisau, 2013
Kabupaten/Kota Luas Jumlah Rumah Kepadatan
(Km2) Penduduk Tangga Penduduk
(Orang/Km2)
Kota Palangka Raya 2.400 244.500 64.200 102
Kab. Pulang Pisau 8.997 123.300 31.500 14
Tabel 21. Jumlah Tenaga Kerja Kesehatan Menurut di Kota Palangka Raya dan
Kabupaten Pulang Pisau, 2013
Kabupaten/Kota Dokter Bidan Perawat Apoteker/ass Tenaga Jumlah
Umum Apoteker Teknis
Kota Palangka Raya 96 198 553 91 32 970
Kab. Pulang Pisau 41 130 130 11 11 323
Tabel 22. Jumlah Peserta KB Aktif Menurut Kabupaten/Kota dan Pemakaian Alat
Kontrasepsi, 2013
Jenis Kontrasepsi Kabupaten/Kota
Kota Palangka Raya Kabupaten Pulang Pisau
IUD 1.192 614
MOW 691 341
MOP 69 30
Susuk 1.686 1.410
Suntik 16.126 5.553
Pil 15.906 3.551
Kondom 866 732
Jumlah 36.536 12.231
Tabel 23. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk di Kota
Kupang dan Kabupaten Kupang, 2013
Kabupaten/Kota Luas Wilayah Jumlah Penduduk Kepadatan
(Km2) Penduduk
(Orang/ Km2)
Kota Kupang 16.034 368.199 2.296
Kabupaten Kupang 543.772 328.688 60
Tabel 24. Jumlah Fasilitas Pelayanan Kesehatan Menurut Jenis Fasilitas di Kota
Kupang dan Kabupaten Kupang, 2013
Kabupaten/Kota Rumah Puskesmas Posyandu Pustu Pusling Poskesdes
Sakit
Kota Kupang 9 10 297 33 10 5
Kabupaten 1 25 711 151 23 18
Kupang
Tabel 25. Jumlah Petugas Lapangan KB di Kota Kupang dan Kabupaten Kupang,
2013
Kabupaten/Kota PKB/PLKB PPLKB Jumlah
Kota Kupang 36 5 41
Kabupaten Kupang 24 27 51
Tabel 26. Jumlah Peserta KB Aktif di Kota Kupang dan Kabupaten Kupang,
2013
Jenis Kontrasepsi Kabupaten/Kota
Kota Kupang Kabupaten Kupang
IUD 4.295 2.400
MOW 1.580 783
MOP 55 83
Susuk 1.843 3.022
Suntik 8.973 15.176
Pil 3.074 1.822
Kondom 402 443
Jumlah 20.222 23.729
a. Tingkat Pendidikan
Pendidikan merupakan faktor utama yang mempengaruhi individu dalam
hal pengetahuan, sikap dan perilaku. Dapat dikatakan tingkat pendidikan
adalah indikator penting yang menggambarkan modal sosial dari sumberdaya
manusia dan hasil pembangunan sosial ekonomi. Tabel 27 dan 28
e. Lama Menikah
Rata-rata lama menikah pada penelitian ini adalah 11,11 tahun, dengan
lama menikah terendah adalah 1 tahun dan paling lama 27 tahun. Lama
menikah istri tertinggi pada kelompok lama menikah berkisar antara kurang
Tugas 1:
Memberikan informasi dan rekomendasi kepada BPJS Kesehatan tentang
fasilitas kesehatan yang telah memenuhi kriteria dan persyaratan untuk
memberikan pelayanan KB di fasilitas kesehatan baik pemerintah maupun
swasta kepada yang telah terdaftar pada BPJS Kesehatan.
Provinsi Lampung
Menurut informasi dari Informan Perwakilan BKKBN Provinsi Lampung,
bahwa BPJS Kesehatan sudah memberikan data Faskes yang sudah bekerjasama
dengan BPJS Kesehatan. Selain itu, Informan tersebut mengakui bahwa BKKBN
belum memberikan informasi data Faskes KB kepada BPJS Kesehatan. Sebelum
meminta data Faskes yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan ke Kantor
Cabang BPJS Kesehatan Kota Bandar Lampung, Perwakilan BKKBN Provinsi
Lampung sudah menyurati 15 kabupaten/kota untuk mengirimkan data Faskes
yang teregister dalam K/0/KB yang telah bekerjasama dengan BPJS Kesehatan.
Tetapi, dari 15 kabupaten/kota tersebut, baru satu (1) kabupaten yang sudah
Kota Bandung
Seperti sudah dijelaskan di atas, bahwa Kantor Cabang BPJS Kesehatan
Kota Bandung sudah memberikan data Faskes yang sudah bekerjasama dengan
BPJS Kesehatan ke Perwakilan BKKBN Provinsi Lampung, tetapi BKKBN
Provinsi Jawa Barat belum memberikan data Faskes yang teregister dalam
K/0/KB. Hal ini menyebabkan data Faskes yang teregister di K/0/KB yang ada di
Kota Bandung belum diberikan ke BPJS Kesehatan. Menurut Informan dari
SKPD KB Kota Bandung, SKPD KB belum memahami bahwa SKPD KB
berkewajiban memberikan data Faskes KB ke BPJS Kesehatan dan melakukan
pemetaan data Faskes KB yang sudah maupun belum bekerjasama dengan BPJS
Kesehatan.
Kabupaten Purwakarta
Sama halnya dengan Kota Bandung, data Faskes yang teregister dalam
K/0/KB di Kabupaten Purwakarta belum pernah diberikan ke BPJS Kesehatan,
baik di Kantor Cabang BPJS Kesehatan Kota Bandung maupun ke Kantor
Layanan Operasional Kabupaten (KLOK) BPJS Kesehatan Kabupaten
Purwakarta. Informan dari SKPD KB Kabupaten Purwakarta menyampaikan
bahwa, SKPD KB tidak mengetahui kalau ada MOU antara BKKBN dengan
BPJS Kesehatan dengan tanggung jawab saling memberikan informasi data
mengenai data Faskes dengan BPJS Kesehatan. Sehingga SKPD KB belum
menindaklanjuti tugas dan tanggung jawab mengenai pengiriman data Faskes
yang sudah teregister dalam K/0/KB ke BPJS Kesehatan. Begitu juga KLOK
BPJS Kesehatan Kabupaten Purwakarta belum mengirimkan data Faskes yang
sudah bekerjasama dengan BPJS Kesehatan ke SKPD KB dengan alasan KLOK
BPJS Kesehatan Kabupaten Purwakarta masih disibukkan dengan target
kepesertaan BPJS Kesehatan dari perusahaan, sehingga belum ada koordinasi
yang baik dengan SKPD KB.
Kabupaten Kupang
Dari 4 kabupaten lokasi penelitian, hanya Kabupaten Kupang yang tidak
mempunyai Kantor Layanan Operasional Kabupaten (KLOK) BPJS Kesehatan.
Sehingga dalam pelaksanaannya, masyarakat yang ingin mendaftar untuk menjadi
peserta BPJS Kesehatan harus ke Kota Kupang. Sama halnya dengan Kota
Kupang, data Faskes yang teregister dalam K/0/KB di Kabupaten Kupang belum
pernah diberikan ke Kantor Cabang BPJS Kesehatan Kota Kupang yang
membawahi Kabupaten Kupang. Menurut Informan dari SKPD KB Kabupaten
Kupang, SKPD KB belum pernah memetakan data Faskes KB yang sudah
maupun belum bekerjasama dengan BPJS Kesehatan karena ketidaktahuan
mengenai MOU antara BKKBN dan BPJS Kesehatan dan belum ada informasi
dari BKKBN Provinsi NTT untuk melakukan pemetaan tersebut.
Tugas 2:
Menggerakkan Secara Berjenjang mulai dari Perwakilan BKKBN Provinsi dan
SKPD KB Kabupaten/Kota untuk Meningkatkan Kerjasama dan Koordinasi
dengan Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, dan
Puskesmas.
Provinsi Lampung
Menurut Informan dari Perwakilan BKKBN Provinsi Lampung menyatakan
bahwa, koordinasi antara BKKBN Provinsi dengan Dinas Kesehatan Provinsi
Lampung sangat bagus. Lebih lanjut, Informan tersebut menyebutkan bahwa
pelayanan KB sebelum dan sesudah adanya Program JKN tidak ada bedanya.
Informan juga menyebutkan bahwa kegiatan pelayanan KB mobile dilakukan
dalam bentuk kegiatan bakti sosial KB, tanpa memilah peserta JKN maupun non
JKN.
Di tingkat kabupaten/kota, koordinasi untuk pelayanan KB dengan Dinas
Kesehatan Kota Bandar Lampung telah dilakukan oleh SKPD KB Kota Bandar
Lampung dan juga dilakukan secara berjenjang. Sementara itu, informan dari
SKPD KB Kabupaten Pesawaran menyampaikan bahwa, antara Badan PP dan
KB Kabupaten Pesawaran dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Pesawaran sudah
ada koordinasi dalam pelayanan KB. Informan juga menambahkan, bahwa
pelayanan KB di Kabupaten Pesawaran tidak ada perbedaan sebelum dengan
sesudah era JKN.
Provinsi NTT
Informan dari Perwakilan BKKBN Provinsi NTT menyatakan bahwa
koordinasi antara BKKBN, Dinas Kesehatan dan BPJS Kesehatan sudah
dilakukan, namun masih belum optimal. Hal yang sama juga disampaikan oleh
informan Dinas Kesehatan Provinsi NTT, yaitu bahwa dalam pelayanan KB yang
dilakukan adalah koordinasi dengan BKKBN, maupun SKPD KB kabupaten/kota.
Informan Dinas Kesehatan Kota Kupang menyampaikan bahwa koordinasi
antara Dinas Kesehatan dengan Badan KB dan KS Kota Kupang sangat bagus.
Artinya dalam pelayanan KB, alat kontrasepsi berasal dari Badan KB dan KS,
Tugas 3
Menyediakan dan mendistribusikan: a) Materi KIE untuk penggerakan
pelayanan KB dan KR ke fasilitas pelayanan yang berkerja sama dengan
BPJS Kesehatan. b) Sarana penunjang pelayanan kontrasepsi ke fasilitas
pelayanan yang berkerja sama dengan BPJS Kesehatan. c) Menjamin
ketersediaan Alokon sesuai dengan kebutuhan pelayanan KB ke seluruh
fasilitas pelayanan yang teregistrasi dan berkerja sama dengan BPJS
Kesehatan.
Provinsi Lampung
Informan dari Perwakilan BKKBN Provinsi Lampung menyatakan bahwa,
materi KIE KB khusus untuk pelayanan KB dalam JKN belum ada, tetapi
materinya bersifat pelayanan KB secara umum. Alat kontrasepsi disediakan oleh
BKKBN Provinsi Lampung dikirim ke SKPD KB kabupaten/kota. Berkaitan
dengan materi KIE KB ini juga terjadi hal yang sama baik di Kota Bandar
Lampung maupun Kabupaten Pesawaran. Menurut Informan dari SKPD KB
Kabupaten Pesawaran, alat kontrasepsi yang disiapkan oleh BKKBN Provinsi
adalah Pil, IUD, suntikan, kondom dan implan. Namun, sejak Bulan November
2014 alat kontrasepsi suntikan tidak ada stok lagi. Pada tahun 2013, karena
BKKBN Provinsi tidak menyediakan obat efek samping penggunaan kontrasepsi,
Kalimantan Tengah
Informan dari SKPD KB Kota Palangka Raya menyampaikan bahwa,
materi khusus pelayanan KB dalam JKN belum tersedia, tetapi materi KIE KB
secara umum sudah berada dalam KIE KIT yang dibawa oleh PLKB, dan materi
itu juga sudah didistribusikan ke fasilitas kesehatan yang menjadi prioritas.
Untuk sarana dan prasarana dalam pelayanan KB seperti alat kontrasepsi, IUD kit,
Implan Kit dan sarana penunjang lainnya akan dikirim ke Faskes KB. Faskes KB
yang mendapatkan sarana dan prasarana pelayanan KB berjumlah 72 klinik.
Selanjutnya, Informan menyatakan bahwa jaminan ketersediaan Alkon masih
mengikuti pola lama, yaitu dari Perwakilan BKKBN Provinsi dan tidak ada
perubahan yang signifikan dengan adanya Program JKN. Untuk ketersediaan
alkon, jumlahnya sudah mencukupi karena permintaan dilakukan 3 bulan sebelum
stok habis.
Tugas 4:
Merencanakan lokus penggerakan pelayanan KB mobile sesuai dengan
penetapan PUS, yang berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan setempat.
Provinsi Lampung
Informan dari Perwakilan BKKBN Provinsi Lampung menyatakan bahwa,
lokus penggerakan pelayanan KB mobile melalui bakti sosial (hanya pelayanan
IUD dan Implan) dengan sasaran pasangan usia subur usia muda dengan paritas
rendah (Pusmupar) tanpa memperhatikan peserta JKN maupun non JKN.
Kemudian, Informan dari SKPD KB Kota Bandar Lampung menyatakan bahwa,
yang menjadi sasaran pelayanan KB mobile adalah PUS keluarga miskin.
Sementara informan dari SKPD KB Kabupaten Pesawaran menyatakan bahwa,
perencanaan penggerakan pelayanan KB mobile bekerjasama dengan Dinas
Kesehatan, bentuk layanannya tidak ada perbedaan sebelum dan sesudah era JKN.
Tugas 5:
Melakukan Pelatihan Teknis Medis Pelayanan KB bagi Dokter dan Bidan,
serta Pelatihan Non Teknis Medis bagi Petugas di Fasilitas Pelayanan yang
Berkerja Sama dengan BPJS Kesehatan
Tabel 34. Jenis Pelatihan Teknis Medis dan Non Teknis Medis di Perwakilan
BKKBN Provinsi Lampung sampai dengan Bulan Juli 2015.
No Jenis Pelatihan Jumlah Jumlah Tenaga yang dilatih Waktu
Angkat Peserta Pelaksanaan
an
1 Pelatihan 1 56 Es.III, Es. IV, Widyaiswara, 17 Feb 2015
budaya kerja dan Staf
2 Pelatihan 3 Akt 1: 29 Tenaga KIE Akt 1: 27-29
manajemen Akt 2: 27 Mei 2015
Program KKB Akt 3: 35 Akt 2: 27-29
Mei 2015
Akt 3: 7-9
Juni 2015
3 Pelatihan dasar 2 Akt 1: 35 PLKB/PKB/PPLKB Akt 1: 2-6 Juli
demografi Akt 2: 35 2015
Akt 2:2-6 Juli
2015
4 Pelatihan KIP- 2 Akt 1: 35 PLKB/PKB/PPLKB Akt 1: 7-11
konseling KB Akt 2: 35 Juli 2015
dan KR Akt 2: 7-11
Juli 2015
5 Pelatihan 4 Akt 1: 35 Tenaga KIE Akt 1: 3 Mei
konselor sebaya Akt 2: 35 2015
Program Genre Akt 3: 35 Akt 2: 3 Mei
Akt 4: 35 2015
Akt 3: 3 Mei
2015
Akt 4: 3 Mei
2015
Hal yang sama disampaikan oleh salah informan bidan praktek mandiri
yang belum menjadi jejaring FKTP yang sudah bekerjasama dengan BPJS
Kesehatan, bahwa informan sudah mendapatkan pelatihan CTU IUD Implan pada
tahun 2012. Akan tetapi sampai saat wawancara masih belum mendapatkan
sertifikat kompetensi maupun kehadiran yang dikeluarkan oleh JNPK maupun
BKKBN. Padahal sertifikat itu berguna sebagai kredit point bahwa yang
bersangkutan sudah mengikuti pelatihan dan diperlukan pada era JKN ini. Berikut
cuplikan pernyataan dari bidan tersebut:
Tabel 37. Jenis Pelatihan Teknis Medis dan Non Teknis Medis di Perwakilan
BKKBN Provinsi Nusa Tenggara Timur sampai dengan Bulan Juli
2015.
No Jenis Pelatihan Jumlah Jumlah Tenaga yang dilatih Waktu
Angkatan Peserta Pelaksanaan
1 Pelatihan 1 25 Es III, Es IV, Toga- 11-13 Juni
advokasi dan Todat, tenaga KIE 2015
KIE program
KKB
2 TOT pelatihan 2 Akt 1: Akt 1: SKPD KB, Akt 1: 16-22
pendataan 34 PLKB/PKB/PPLKB, Maret 2015
keluarga Akt 2: Bidan Akt 2: 23-29
program KKB 34 Akt 2: SKPD KB, Maret 2015
(MDK) PLKB/PKB/ PPLKB.
3 Diklat 1 23 PLKB/PKB/PPLKB 8-28
fungsional dasar Februari
bagi calon PKB 2015
4 Pelatihan KIP- 6 Akt 1: Akt 1: Bidan Akt 1: 26-30
Konseling 17 Akt 2: Bidan Juni 2015
dengan Akt 2: Akt 3: Bidan Akt 2: 26-30
menggunakan 17 Akt 4: Bidan Juni 2015
ABPK Akt 3: Akt 5: Bidan Akt 3: 2-6
17 Akt 6: Bidan Juli 2015
Akt 4: Akt 4: 2-6
17 Juli 2015
Akt 5: Akt 5: 9-13
17 Juli 2015
Akt 6: Akt 6: 26-30
17 Juli 2015
Provinsi Lampung
Informan dari Perwakilan BKKBN Provinsi Lampung menyatakan bahwa,
BKKBN Provinsi telah melakukan sosialisasi dua (2) kali setahun, narasumber
dari BPJS Kesehatan dengan peserta SKPD Kabupaten/Kota, IBI, Dinas
Kesehatan, dan mitra lainnya. Tempat pelaksanaan sosialisasi tersebut
dilaksanakan di PKBI. Informan dari SKPD Kabupaten Pesawaran menyatakan
bahwa, sosialisasi pelayanan kesehatan dalam JKN pernah diterima pada saat
Rakerda di Perwakilan BKKBN Provinsi, tetapi tidak fokus pada pelayanan KB
dalam JKN.
Informan lain (BPM yang belum menjadi jejaring) di Kota Palangka Raya
menyampaikan bahwa sosialisasi dan promosi tentang KB dalam JKN sangat
penting dan tidak hanya kepada tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan tetapi juga
Tugas 7:
Melaksanakan Bimbingan Teknis, Pemantauan, Pengawasan dan Evaluasi
Program KB dalam JKN
Provinsi Lampung
Informan dari Perwakilan BKKBN Provinsi Lampung menyatakan bahwa,
Bintek dan Monev pelayanan KB dilakukan sama seperti sebelum era JKN,
sedangkan pelayanan KB dalam Program JKN belum secara khusus dilakukan.
Menurut Informan dari SKPD KB Kota Bandar lampung menyatakan bahwa,
Selain tindak lanjut mengenai MOU antara BKKBN dan BPJS Kesehatan, di
semua wilayah penelitian belum membentuk kelompok kerja (POKJA) KB dalam
JKN bahkan buku pedoman penyelenggaraan pelayanan KB dalam JKN belum
dimiliki oleh semua Perwakilan BKKBN Provinsi maupun SKPD KB
Kabupaten/Kota. Kesiapan yang belum baik ini mengakibatkan banyak masalah
diantaranya: koordinasi antar instansi belum maksimal dan sosialisasi pelayanan
KB dalam JKN masih rendah.
Tabel 41. Faskes yang Teregister dalam K/0/KB- BKKBN Bekerjasama dengan
BPJS Kesehatan.
Kabupaten/Kota Faskes Pemerintah Faskes Swasta
Ya Tidak Total Ya Tidak Total
n % n % n % n % n % n %
Lampung
Kota Bandar
Lampung 35 97,22 1 2,78 36 100,00 8 * 7 * 15 *
Kab. Pesawaran 13 30,95 29 69,05 42 100,00 1 * 2 * 3 *
Jawa Barat
Kota Bandung 76 86,36 12 13,64 88 100,00 7 15,22 39 84,78 46 100,00
Kab. Purwakarta 20 40,00 30 60,00 50 100,00 1 1,45 68 98,55 69 100,00
Kalimantan Tengah
Kota Palangka Raya 12 22,22 42 77,78 54 100,00 0 0,00 67 100,00 67 100,00
Kab. Pulang Pisau 10 19,61 41 80,39 51 100,00 0 * 0 * 0 *
Nusa Tenggara Timur
Kota Kupang 14 * 8 * 22 * 4 * 17 * 21 *
Kab. Kupang 24 92,31 2 7,69 26 100,00 0 * 1 * 1 *
Keterangan: * n terlalu kecil (kurang dari 25), sehingga tidak dihitung nilai persentasenya
Provinsi Lampung
b. Faskes Swasta
Dari 15 Faskes swasta yang teregister di K/0/KB, terdapat 8 Faskes
swasta (53,33%) yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan sedangkan 7
Faskes lainnya (46,67%) tidak bekerjasama dengan BPJS Kesehatan.
Selanjutnya, dari 55 Faskes swasta yang bekerjasama dengan BPJS
Kesehatan hanya 8 Faskes (14,55%) teregister dalam K/0/KB, sedangkan
Faskes lainnya seperti 25 dokter perorangan, 19 klinik pratama (swasta) serta 3
RS swasta tidak teregister dalam K/0/KB. Faskes tersebut merupakan Faskes
yang berpotensi diregister jika memberikan pelayanan KB.
Kabupaten Pesawaran
a. Faskes Pemerintah
Dari 42 fasilitas kesehatan pemerintah yang ada di kabupaten Pesawaran
teregister dalam K/0/KB, 13 diantaranya (30,95 %) sudah kerjasama dengan
BPJS Kesehatan, dan ada 29 Faskes kesehatan (69,05%) tidak bekerjasama
dengan BPJS. Kemungkinan Faskes tersebut adalah Puskesmas Pembantu
(Pustu) yang merupakan jaringan dariFaskes Induk (puskesmas Induk).
Selanjutnya, dari 15 fasilitas kesehatan pemerintah yang sudah
bekerjasama dengan BPJS Kesehatan, terdapat 13 klinik (86,67%) sudah
teregister dalam K/0/KB. Disisi lain terdapat dua (2) klinik TNI (13,33%)
tidak teregister dalam K/0/KB.
b. Faskes Swasta
Di Kabupaten Pesawaran tidak banyak fasilitas kesehatan swasta
teregister dalam K/0/KB. Dari tiga fasilitas kesehatan swasta yang sudah
teregister dalam K/0/KB, hanya satu Faskes swasta yang sudah bekerjasama
dengan BPJS Kesehatan (33,3%).
Selanjutnya, data menunjukkan bahwa terdapat 9 Faskes swasta yang
sudah bekerjasama dengan BPJS Kesehatan, namun baru satu yang terdaftar
Kota Bandung
a. Faskes Pemerintah
Berdasarkan data yang ada, Kota Bandung memiliki 88 fasilitas
kesehatan pemerintah yang sudah teregister dalam K/0/KB. Dari sebanyak 88
fasilitas kesehatan pemerintah yang teregister dalam K/0/KB, 76 Faskes
kesehatan (86,36%) diantaranya sudah bekerjasama dengan BPJS Kesehatan,
dan Faskes kesehatan pemerintah lainnya tidak bekerjasama dengan BPJS
Kesehatan sebanyak 12 Faskes (13,64%). Kemungkinan Faskes tersebut adalah
RS swasta, Klinik swasta, bidan praktek mandiri yang di input sebagai Faskes
pemerintah dan Puskesmas Pembantu (Pustu) yang merupakan jaringan dari
Faskes Induk (Puskesmas).
Data BPJS Kesehatan di Kota Bandung menunjukkan bahwa, terdapat 93
fasilitas kesehatan pemerintah yang sudah bekerjasama dengan BPJS
Kesehatan. Dari 93 Faskes pemerintah yang sudah bekerjasama dengan BPJS
kesehatan tersebut, belum semua teregister dalam K/0/KB. Sebanyak 17Faskes
pemerintah (18,28%) yang sudah bekerjasama dengan BPJS Kesehatan tidak
teregister dalam K/0/KB. Sedangkan yang teregister dalam K/0/KB sebanyak
76 Faskes (81,72%). Faskes yang sudah bekerjama dengan BPJS Kesehatan
tetapi belum teregister dalam K/0/KB merupakan potensi untuk diregister jika
Faskes tersebut memberikan pelayanan KB dan memenuhi persyaratan yang
berlaku.
b. Faskes Swasta
Data statistik online bulanan dari BKKBN menunjukkan bahwa di Kota
Bandung terdapat 46 Faskes swasta yang sudah teregister dalam K/0/KB,
namun hanya 7 Faskes (15,22%) yang sudah bekerjasama dengan BPJS
Kesehatan, Faskes lainnya belum bekerjasama dengan BPJS Kesehatan.
Kabupaten Purwakarta
a. Faskes Pemerintah
Kabupaten Purwakarta mempunyai 50 fasilitas kesehatan pemerintah
yang teregister dalam K/0/KB, 20 Faskes diantaranya (40,00%) sudah
kerjasama dengan BPJS Kesehatan, dan terdapat 30 Faskes kesehatan
(60,00%) yang belum bekerjasama dengan BPJS Kesehatan. Kemungkinan
Faskes tersebut adalah RS swasta dan klinik swasta yang diinput sebagai
Faskes pemerintah, selain itu dimungkinkan adalah Puskesmas Pembantu
(Pustu) yang merupakan jaringan dari Faskes induk (Puskesmas).
Data BPJS Kesehatan menunjukkan bahwa, terdapat 24 fasilitas
kesehatan pemerintah yang sudah bekerjasama dengan BPJS Kesehatan. Dari
24 Faskes tersebut, 4 Faskes yang belum teregister dalam K/0/KB (16,67%)
dan sisanya 20 Faskes (83,33%) sudah teregister dalam K/0/KB. Empat Faskes
pemerintah tersebut adalah satu (1) Puskesmas, satu (1) Rumah Sakit, satu (1)
klinik TNI dan satu (1) klinik POLRI. Keempat Faskes ini merupakan Faskes
yang berpotensi untuk diregister K/0/KB jika memberikan pelayanan KB dan
memenuhi persyaratan berlaku.
b. Faskes Swasta
Berdasarkan data statistik rutin bulanan BKKBN, menunjukkan bahwa di
Kabupaten Purwakarta terdapat 69 fasilitas kesehatan swasta yang sudah
teregister dalam K/0/KB. Namun dari 69 Faskes swasta tersebut baru satu
Faskes (1,45%) yang sudah bekerjasama dengan BPJS Kesehatan, sedangkan
68 Faskes swasta lainnya (98,55%) belum bekerja sama dengan BPJS
Kesehatan.
Data BPJS Kesehatan menunjukkan bahwa, di Kabupaten Purwakarta
terdapat 44 Faskes swasta yang sudah bekerjasama dengan BPJS Kesehatan.
Dari Faskes tersebut, 43 Faskes (97,73%) diantaranya tidak teregister dalam
b. Faskes Swasta
Data statistik rutin bulanan dari BKKBN menunjukkan bahwa di Kota
Palangka Raya terdapat 67 Faskes swasta yang teregister dalam K/0/KB. Dari
67 fasilitas kesehatan swasta yang sudah teregister dalam K/0/KB tersebut,
tidak ada satupun Faskes swasta yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan.
Data BPJS Kesehatan menunjukkan bahwa di Kota Palangka Raya
terdapat 12Faskes swasta yang sudah bekerjasama dengan BPJS Kesehatan,
namun tidak ada satupun Faskes tersebutteregister dalam K/0/KB. Faskes
b. Faskes Swasta
Di Kabupaten Pulang Pisau tidak terdapat fasilitas kesehatan swasta yang
teregister dalam K/0/KB. Selanjutnya, data dari BPJS Kesehatan menunjukkan
bahwa terdapat 1 (satu) Faskes swasta yang bekerjasama dengan BPJS
Kesehatan. Faskes tersebut belum teregister dalam K/0/KB dan merupakan
potensi untuk diregister jika Faskes tersebut memberikan pelayanan KB dan
memenuhi persyaratan.
Kota Kupang
a. Faskes Pemerintah
Di Kota Kupang terdapat 22 Faskes pemerintah teregister dalam K/0/KB,
dan 14 Faskes(63,64%) pemerintah diantaranya sudah bekerjasama dengan
BPJS Kesehatan. Delapan (8) Faskes yang belum bekerjasama dengan BPJS
Kesehatan kemungkinan adalah klinik swasta dan Bidan Praktek Mandiri yang
seharuskan dimasukkan kedalah Faskes swasta di input menjadi Faskes
pemerintah, selain itu terdapat Puskesmas Pembantu (Pustu) yang merupakan
jaringan dari Faskes Induk (Puskesmas).
Berdasarkan data BPJS Kesehatan Kota Kupang, terdapat 22 Faskes
pemerintah yang sudah bekerjasama dengan BPJS Kesehatan. Dari 22 Faskes
pemerintah yang sudah bekerjasama dengan BPJS Kesehatan tersebut, 8
Faskes (36,36%)diantaranya tidak teregister dalam K/0/KB. Ke delapan
Faskes tersebut adalah 1 (satu) Puskesmas, 1 (satu) RS TNI POLRI, 3 (tiga)
Klinik TNI, dan 3 (tiga) Klinik POLRI. Faskes yang sudah bekerjasama
dengan BPJS Kesehatan tetapi belum teregister dalam K/0/KB merupakan
potensi untuk diberi nomor registrasi jika Faskes tersebut memberikan
pelayanan KB dan memenuhi persyaratan.
b. Faskes Swasta
Di Kota Kupang berdasarkan data statistik rutin BKKBN, terdapat 21
fasilitas kesehatan swasta yang sudah teregister dalam K/0/KB. Dari sejumlah
Faskes tersebut, hanya 4 Faskes swasta (19,05%) yang sudah bekerjasama
dengan BPJS Kesehatan. Kemungkinan mereka yang tidak bekerjasama
dengan BPJS Kesehatan adalah Bidan Praktek yang merupakan jejaring Faskes
Induk atau Bidan tersebut memang tidak bersedia bekerjasama dengan BPJS
Kesehatan dengan berbagai alasan.
Berdasarkan data BPJS Kesehatan, di Kota Kupang terdapat 26 Faskes
Swasta yang sudah bekerjasama dengan BPJS Kesehatan. Dari sejumlah
Faskes swasta tersebut, sebanyak 23 Faskes swasta (88,46%) tidak terdaftar
dalam K/0/KB. Faskes swasta tersebut adalah 14 dokter perorangan, 6 klinik
Kabupaten Kupang
a. Faskes Pemerintah
Di Kabupaten Kupang terdapat 26 fasilitas kesehatan pemerintah yang
teregister dalam K/0/KB, dan 24 Faskes (92,31 %) diantaranya sudah
kerjasama dengan BPJS Kesehatan. Hanya 2 (dua) Faskes pemerintah yang
teregister dalam K/0/KB belum bekerjasama dengan BPJS Kesehatan.
Kemungkinan Faskes tersebut adalah Puskesmas Pembantu yang merupakan
jaringan Faskes Induk (Puskesmas).
Data BPJS Kesehatan Kabupaten Kupang menunjukkan bahwa, dari 34
fasilitas kesehatan pemerintah yang sudah bekerjasama dengan BPJS
Kesehatan, terdapat 10 Faskes pemerintah (29,41%) belum teregister dalam
K/0/KB. Kesepuluh Faskes tersebut adalah 4 (empat) Puskesmas, 2 (dua)
Klinik TNI dan 4 (empat) Klinik POLRI, yang merupakan Faskes berpotensi
diregister dalam K/0/KB jika memberikan pelayanan KB.
b. Faskes Swasta
Di Kabupaten Kupang hanya ada 1 (satu) fasilitas kesehatan swasta yang
teregister dalam K/0/KB. Namun, Faskes swasta tersebut belum bekerjasama
dengan BPJS Kesehatan. Selanjutnya data dari BPJS kesehatan menunjukkan
bahwa tidak terdapat Faskes swasta yang bekerjasama dengan BPJS
Kesehatan.
2. Perlu koordinasi yang baik antara BKKBN, Dinkes dan BPJS Kesehatan terkait
sosialisasi dan mekanisme pelayanan kesehatan secara umum dan pelayanan KB
secara khusus dalam program JKN.
3. Perlu kesiapan lapangan terutama dari segi input (SDM/tenaga, sarana dan
prasarana). Jaminan ketersediaan obat harus jelas dalam era JKN-BPJS Kesehatan
termasuk distribusi obat karena banyak obat yang tidak ditanggung oleh BPJS
Kesehatan, ketersediaan obat tidak boleh dibatasi. Update ilmu pengetahuan
dengan pelatihan-pelatihan. Regulasi pengadaan obat sebaiknya dilaksanakan
oleh Dinas Kesehatan.
4. Monitoring dan evaluasi dilakukan terus menerus oleh BPJS Kesehatan
berkoordinasi dengan BKKBN dan Dinkes.
5. Kepesertaan BPJS Kesehatan Non PBI perlu ditinjau kembali iurannya.
Tarif iuran bulanan yang dikenakan jangan terlalu besar dan membebani
masyarakat. Pendataan ulang data masyarakat yang betul-betul miskin yang layak
mendapatkan kartu BPJS Kesehatan PBI sehingga tidak banyak yang salah
sasaran. Data yang dipergunakan untuk orang miskin sebaiknya minta kepada
Kepala Desa yang sudah disiapkan oleh kader. Kartu BPJS Kesehatan jangan
terpaku pada wilayah ppk1, tetapi bisa berlaku dimana saja, hal ini karena adanya
sistem kapitasi. Seluruh masyarakat Indonesia yang mau ditanggung oleh
pemerintah gratis semua di kelas 3 dan berlaku di semua wilayah. Kalau memang
pasien masih diperbolehkan mengeluarkan biaya tambahan sebaiknya harus jelas
untuk item apa saja sehingga tidak menimbulkan kebingungan baik bagi provider
maupun komplain pasien. Untuk Faskes Perlu sosialisasi ke desa-desa, terutama
untuk penyamaan data miskin. Karena pada saat menerima beras miskin dan
BLT, data di drop dari atas, sehingga yang menerima RASKIN dan BLT kadang-
kadang bukan orang miskin (salah sasaran).
6.1 KESIMPULAN
Secara umum kesiapan institusi untuk melaksanakan pelayanan KB dalam JKN
belum maksimal. Perwakilan BKKBN Provinsi belum semua menindaklanjuti perjanjian
kerjasama atau MOU antara BKKBN dengan BPJS Kesehatan tentang penyelenggaraan
pelayanan KB dalam JKN, begitu juga dengan SKPD KB kabupaten/kota, bahkan ada
yang belum tahu kalau ada MOU tersebut. Selain tindak lanjut mengenai MOU antara
BKKBN dan BPJS Kesehatan, di semua wilayah penelitian belum membentuk kelompok
kerja (POKJA) KB dalam JKN bahkan buku pedoman penyelenggaraan pelayanan KB
dalam JKN belum dimiliki oleh semua Perwakilan BKKBN Provinsi maupun SKPD KB
Kabupaten/Kota. Kesiapan yang belum baik ini mengakibatkan banyak masalah
diantaranya: koordinasi antar instansi belum maksimal dan sosialisasi pelayanan KB
dalam JKN masih rendah.
Salah satu tugas dan tanggung jawab yang tercantum dalam MOU antara BKKBN
dan BPJS Kesehatan adalah saling tukar informasi mengenai data Faskes. Akibat dari
tindak lanjut yang belum maksimal menyebabkan data Faskes yang teregister dalam
K/0/KB (Klinik KB) dengan Faskes yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan tidak
terjadi sinkronisasi. Artinya, jumlah dan nama antara data klinik KB dengan data Faskes
yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan tidak sama.
Pengetahuan masyarakat tentang JKN sangat tinggi. Tetapi, kepemilikan kartu
BPJS Kesehatan masih rendah. dari responden yang memiliki kartu BPJS Kesehatan
hampir setengahnya membayar. Tidak semua masyarakat yang memiliki kartu BPJS
Kesehatan dimanfaatkan. Pemanfaatan kartu BPJS Kesehatan digunakan untuk periksa
kesehatan, periksa kehamilan, kelahiran, pemakaian kontrasepsi dan efek samping
penggunaan kontrasepsi.
6.2 SARAN
1. Perjanjian kerjasama atau MOU antara BKKBN dengan BPJS Kesehatan tentang
penyelenggaraan pelayanan KB dalam JKN perlu disosialisasikan dan ditindaklanjuti
dengan kegiatan operasional di lapangan.
2. Pendistribusian dan sosialisasi buku pedoman penyelenggaraan pelayanan KB dalam
JKN paling tidak sampai kepada SKPD KB kabupaten/kota. Kemudian, SKPD KB