Anda di halaman 1dari 32

PEDOMAN

PELAYANAN OBSTETRI NEONATAL


EMERGENCY KOMPREHENSIF (PONEK)

RUMAH SAKIT HERMINA MAKASSAR

TAHUN 2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha esa karena atas rahmat dan
dihayahnya maka Buku Pedoman Pelayanan Ponek dapat diselesaikan dengan baik.

Buku Pedoman Pelayana PONEK ini dapat menjadi pegangan serta pedoman bagi
pelayanan medik setiap tahunnya sehingga pelayanan yang dihasilkan mempunyai mutu,
efektifitas, serta efisiensi sesuai dengan yang diharapka.

Keberadaan Buku Pedoman Pelayanan PONEK ini sangat penting dan dapat dipisahkan
dengan pedoman menjaga mutu dan merupakan suatu proses yang berkesinambunngan dan
dinamis. Oleh karena itu, kami mengharapkan akan mengalami perbaikan dan
penyempurnaan / revisi kembali di masa yang akan datang.

Akhirnya kami harapkan semoga Buku Pedoman Pelayanan PONEK ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan dan dapat mencapai sasaran yang
diharapkan.

Makassar, 19 Desember 2017


Direktur
DAFTAR ISI
Halaman
KEPUTUSAN DIREKTUR TENTANG PEDOMAN PELAYANAN OBSTETRI DAN
NEONATAL EMERGENCY KOMPREHENSIF (PONEK)

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................................i

DAFTAR ISI.....................................................................................................................................................ii

BAB I. PENDAHULUAN...........................................................................................................................1

A. Latar belakang...........................................................................................................................1
B. Tujuan...........................................................................................................................................3
C. Ruang Lingkup Pelayanan.....................................................................................................3
D. Batasan Operasional................................................................................................................4
E. Dasar Hukum..............................................................................................................................7
BAB II. STANDAR KETENAGAAN
A. Tenaga Medis.............................................................................................................................8
B. Tenaga Keperawatan................................................................................................................8
C. Tenaga Pendukung....................................................................................................................9
D. Staff dan Pimpinan...................................................................................................................9
BAB III. STANDAR FASILITAS DAN PERALATAN.....................................................................10
BAB IV. TATA LAKSANA PELAYANAN............................................................................................14
BAB V. LOGISTIK.......................................................................................................................................21
BAB VI. KESELAMATAN PASIEN........................................................................................................22
BAB VII. KESELAMATAN KERJA.......................................................................................................23
BAB VIII. PENGENDALIAN MUTU....................................................................................................24
BAB IX. PENUTUP.......................................................................................................................................25
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin adalah measlah besar
dinegara berkembang. Di Negara miskin, sekitar 25-50% kematian wanita subur usia
disebabkan hal berkaitan dengan kehamilan. Kematian saat melahirkan biasanya menjadi
factor utama mortalitas utama muda pada masa puncak produktifitasnya Tahun 1996,
WHO memperkirakan lebih dari 58.000 ibu pertahunnya meninggal saat hamil dan
bersalin. Di Asia Selatan, wanita kemungkinan 1: 18 meninggal akibat kehamilan atau
bersalin selama kehidupannya.
Komitmen dan perkembangan yang terjadi secara international tersebut berpengaruh
pula pada langkah yang dilaksanakan Indonesia dalam menangani masalah kematian ibu.
Tahun 1988 diadakan lokakarya Kesejahteraan ibu, yang merupakan kelanjutan
konferensi tentang kematian ibu di Nairobi setahun sebelumnya. Angka kematian ibu di
Indonesia masih menempati peringkat teratas diantara Negara-Negara Asia Tenggara.
Penyebab kematian ibu terbanyak adalah perdarahan 28%, Eklamsia 24,5%, Infeksi 11%,
partus macet/lama 5% (SKRT 2001)
Apabila dibandingkan dengan Negara ASEAN lainnya, Indonesia masih tertinggal
dalam banyak aspek kesehatan reproduksi, selanjutnya perubahan pendekatan dalam
menangani program kesehatan yang terkait dengan kesehatan reproduksi tersebut
ditempatkan pada Visi Departeman Kesehaan yaitu Masyarakat mandiri untuk hidup
sehat dan Misi: membuat Rakyat Sehat dengan Grand Strategy yaitu:
1. Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat
2. Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas.
3. Meningkatkan system surveilance, monitoring dan informasi kesehatan.
4. Meningkatkan pembiayaan kesehatan.
Berdasarkan visi dan misi, maka upaya kesehatan yang dikembangkan akan
menekankan pentngnya aspek promotif dan preventif dalam rangka mendukung
pencapaian “Masyarakat Mandiri Untuk hidup sehat”, selain itu dalam era desentralisasi
dewasa ini, penerapan upaya kesehatan reproduksi diarahkan untuk mengatasi masalah
kesehatan setempat dan dala kontek sosio budaya.

Didalam Angka Kematian bayi tercakup Angka Kematian Perinatal, dimana


kematian karena gangguan perinatal menurut Survey Kesehata Rumah tangga 1986
adalah 42,3% dari kematian bayi ppada usia 0-1 bulan. Mengingat kematian bayi
khususnya dalam periode prenatal berkaitan erat engn kesehatan Ibu diman Angka
Kematian masih tinggi maka sungguh tepat apabila dalam buku ini juga dimuat hal-hal
pokok pentingnya pelayanan Maternal dan Perinatal sebagai kegiatan integrative di
Rumah Sakit untuk terus ditingkatkan dalam upaya menurunkan AKI dan AKB.

Hal-hal yang melatarbelakangi kematian ibu yang menderita komplikasi obstetric


dalam bentuk “3 terlambat”, yaitu

1. Terlambat mengenali tanda bahaya dan mengambil keputusan ditingkat keluarga.


2. Terlambat mencapai tempat pelayanan
3. Terlambat mendapat pertolongan medis yang memadai

Komplikasi obstetri tidak selalu dapat diramalkan sebelumnya dan mungkin sja
terjadi pada ibu hamil yang diidentifikasi normal. Oleh karena itu kebijakan Departemen
Kesehatan adalah mendekatkan pelayanan obstetric dan neonatal sedekat mungkin
kepada setiap ibu hamil sesuai dengan pendekatan making Pregnancy Safer (MPS) yang
mempunyai 3 pesan kunci yaitu:
1. Persalinan bersih dan aman oleh tenaga terampil.
2. Penanganan komplikasi kehamilan dan persalinan secara adekuat
3. Setiap kehamilan harus diinginkan dan tersedianya akses bagi penangan komplikasi
abortus tidak aman.

Kesiapan Rumah Sakit perlu mendapatkan perhatian yang serius khususnya dalam
PONEK yang meliputi tenaga, sarana, prasarana dan dana. Saat ini pemanfaatan Rumah
Sakit dirasakan masih sangat lemat, hal inni disebabkan oleh karena:
1. Belum mempunyai sistim pelayanan yang berkesinambunngan melaui rujukan
2. Belum efektif dan efisiensi pelasanaan program RSSIB (Rumah Sakit sayang Ibu dan
Bayi)
3. Kualitas dan kuantitas sumber daya manusia yang memerlukan perhatian serius.
4. Kualitas pelayanan merupakan hal yang penting dalam merebut pasar di era
globalisasi masih belum disadari ioleh pihak rumah sakit.

Penyebab kematian pada masa prenatal / neonatal pada umumnya berkiatan dengan
kesehatan ibu selama kehamilan, kesehatan janin selama didalam kandungan dan proses
pertolongan persalinan yang bermasalah. Oleh karena itu perlu adanya strategi penurunan
kematian / kesakitan maternal perinatal dengan Sistem Pelayana Maternal Perinatal
Regional yaitu dukungan bagi MPS di indonesia dengan upaya:
a. Menyiapkan RS PONEK 24 jam
b. Meningkatkan mutu SDM dengan pelatihan berkala termasuk melatih petugas
puskesmas (PONED) dalam gawat darurat.
c. Bertanggung jawab atas semua kasus rujukan dalam wilayah kerja
d. Bekerja sama dengan dinas dalam surveilance / audit kematian ibu dan bayi
e. Upaya penutunan kematian ibu / perinatal akan melibatkan masyarakat dalam hal ini
rumah sakit / klinik swasta sebagai tanggung jawab social dalam satu wilayah kerja.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Meningkatkan pelayanan Maternal dan Neonatal yang bermutu dalam rangka
pemenuhan hak masyarakat di bidang kesehatan sehingga terjadi penurunan angka
kemtian Ibu dan Bayi
2. Tujuan Khusus
Mengembangkan system penanggulangan masalah maternal perinatal secara
menyeluruh sehingga :
a. Meningkatkan pengetahuan petugas kesehatan di pelayanan dasar melaksanakan
rujukan secara tepat
b. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tenaga kesehatan bidang kesehatan
ibu dan bayi RS kelas C
c. Tersedianya pelayanan meternal perinatal yang bermutu di RS kelas C
C. RUANG LINGKUP PELAYANAN
1. Stabilisasi di IGD dan persiapan untuk pengobatan definitif
2. Penanganan kasus gawat darurat oleh tim Ponek RS di ruang lingkup tindakan
3. Penaganan operatif cepat dan tepat meliputi laparatomi, dan sectio caesaria
4. Perawatan intensif ibu dan bayi
5. Pelayanan Asuhan AntenNatal Resiko Tinggi

D. BATASAN OPERASIONAL
1. IGD PONEK
PONEK adalah Pelayana Obstetri Neonatal Emergency komprehensif / RS 24 jam
memiliki kemampuan untuk memberikan pelayanan langsung terhadap ibu hamil /
ibu bersalin, ibu nifas dan bayi baru lahir baik yang datang sendiri atau rujukan kader
/ masyarakat, bidan di desa, puskesmas dan puskesmas PONED.
Tim IGD sebaiknya sebagai pemeriksaan awal dan cepat untuk menemukan
kegawatdaruratan dan melakukan tindakan stabilisasi untuk penyelamatan jiwa,
sedangkan tindakan definitif sebaiknya dilakukan di kamar bersalin.
2. Poliklinik / ANC
Manurut Manuaba (2008) dalam asuha keperawatan (ASKEP),pemeriksaan
Antenatal Care (ANC) adalah pemeriksaan kehamilan untuk mengoptimalkan
keehatan dan fisik ibu hamil, hingga mampu menghadapi persalinan, kala nifas,
persiapan pemberian ASI dan kembalinya reproduksi secara wajar.
Tujuan ANC
Menurut Depkes RI (2004), tujuan ANC adalah menjaga agara ibu hamil dapat
melaui masa kehamilannya, persalinan dan nifas dengan baik dan selamat, serta
menghasilkan bayi yang sehat. Adapun tujuan umum ANC menurut Muchtar (2005)
dalam febriani (2010), adalah sebagai berikut: Memantau Kemajuan Kehamilan
untuk kesehatan ibu dan tumbuh kembang janin.
a. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, maternal, dan sosio ibu dan
bayi
b. Mengenal secara dini adanya komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil,
termasuk riwayat penyakit secar umum, kebidanan dan pembedahan.
c. Mempersiapkan perslinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat ibu maupun
bayinya dengan taruma seminimal mungkin
d. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI Ekslusif
e. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar
daoat tumbuh kembang secara optimal.
f. Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan pernatal.
Jadwal Pemeriksaan Kehamilan

Kunjungan antenata untuk pemantauan dan pengawasan kesejahteraan ibu dan anak
minimal empat kali selama kehamilan dalam waktu, yaitu sampai dengan kehamilan
trimester 1 (<14 minggu) satu kali kunjungan, dan kehamilan trimester II (14-28
minggu) satu kali kunjungan, dan kehamilan trimester III (28-36 dan sesudah minggu
ke-36) dua kali kunjungan (Hanafiah, 2006)

Pelayanan Antenatal

Menurut Depkes (2009), pelayananantenatal adalah kesehatan oleh profesional


dokter (dokter spesialis, kebidanan, dokter umum,bidan, pembantu bidan,dan perawat
bidan) untuk ibu selama masa kehamilannya sesuai dengan standar pelayanan
antenatal yang meliputi 5T yaitu timbag berat badan, ukur tinggi badan, ukur tekanan
darah, pemberian imunisasi tetanus toxoid, ukur tinggi funndus uteri dan pemberian
tablet besi minimal 90 tablet selama masa kehamilan.

3. VK/OK
Kamar bersalin adalah kamar untuk ibu yang sudah dalam kala fase aktif atau kala 2
persalinan. Pada saat ini seorang ibu hamil berada dalam kondisi yang paling tindak
menyenangkan, karena berada dalam puncak rasa sakitnya. Tidak banyak yang dapat
dilakukan oleh petugas dalam hal konseling menejemen laktasi, karena sulit bagi ibu
hamil untuk diajak komunikasi, kecuali tentang hal-hal yang menyangkut proses
persalinan.
Bayi harus segera disusukan. Rangsangan puting susu akan mempercepat lahirnya
plasenta melalui pelepasan oksitosin, yang dapat mengurangi risiko perdarahan post
partum. Rangsangan puting susu memacu refleks prolaktin dan oksitosin, dua refleks
penting yang dibutuhkan dalam proses menyusui.
Ruang bersalin tidak boleh tempat lalu lalang orang dan ibu bersalin harus punya
privaci agar keluarga dapat hadir.
Kamar operasi adalah salah satu fasilitas yang ada di Rumah sakit termasuk fasilitas
yang mempunyai banyak persyaratan. Fasilitas ini dipergunakan untuk pasien yang
membutuhkan tindakan operasi, terutama untuk tindakan operasi besar, proses
operasi meskipun sebuah operasi yang kompleks akan terbagi menjadi 3 paeriode
yaitu:
a. Prior Surgery
Kegiatan pada periode prior sugery dapat dilakukan di ruang perawatan atau di
ruang persiapan operasi untuk kasus one Day care Surgery
b. During surgery
Kegiatan pada during surgery tentu saja berada di di Kamar Operasi
c. After surgery
Sedangkan kegiatan pada after surgery, pasien yang telah selesai dilakukan
tindakan operasi adakan diindahkan ke ruang pemulihan tahap 1 selama 1 atau 2
jam

Setelah asien siuman dapat dipindahkan ke ruang perawatan yang tentunya


tergantung dari kondisi pasien itu sendiri, jika pasien dalam keadaan baik maka
akan dipindahkan kebangsal perawatan biasa, apabila pasien perlu mendapatkan
perawatan intensive maka akan di relokasi ke ICU. Sedangkan pasien yang
dilakukan tindakan operasi dengan system One Day Care maka akan
dipindahkanke ruang pemulihan tahap 2 sebelum pasien ini pulang ke rumah
Sifat operasi:
1) Bedah elektif
Bedah elektif merupakan pembedahan dimana dapat dilakukan penundaan
tanpa membahayakan nyawa pasien
2) Bedah Emegency
Bedah emergensi merupakan pembedahan yang dilakukan dalam keadaan
sangat mendadak untuk menghindari komplikasi lanjut dari proses penyakit
atau untuk menyelamatkan jiwa pasien.
4. Intensif
Perinatal adalah jangka waktu dari masa konsepsi sampai 7 hari setelah lahir (WHO).
Sebagai batasan operasional, periode perinatal dimulai pada usia kehamilan 28
minggu hingga bayi baru lahir 0-7 hari.
ICU (Intencive care Unit) adalah ruang perawatan terpisah yang berada di dalam
rumah sakit yang dikelola khusus untuk merawat pasien sakit berat dan kritis dengan
melibatkan tenaga terlatih khusus serta didukung dengan peralatan khusus.
5. Perawatan Ibu / nifas
Perawatan adalah suatu aktivitas untuk memelihara atau menjaga fasilitas atau
penyesuaian pergantian yang diperlukan agar terdapat suatu keadaan operasi produksi
yang memuaskan sesuai dengan apa yang direncanakan.
Rawat Gabung adalah suatu cara perawatan bayi baru lahir dimana ditempatkan
bersama ibunya dalam satu rungan dan diharapkan bayi mendapatkan ASI setiap saat
sesuai dengan kebutuhan bayinya.
E. DASAR HUKUM
1. Undang-undang No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan (Lembaran negara Tahun 1992
no. 100. Tambahan Lembaran Negara No. 3495)
2. Undang undang No. 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak
3. Undang-undag No. 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran
4. Peraturan pemerintah No. 32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan (Lembaran Negara
tahun 1996 nomor 49, tambahan Lembaran Negara nomor 3637);
5. Peraturan pemerintah Nomor 38 tahun 2007 tentang pembagian Urusan
Pemerintahan antara pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah
Daerah Kebupaten / Kota (Lembaran Negara tahun 2007 nomor 82, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4737);
6. Peraturan Menteri Kesehatan republik Indonesia Nomor 159b/Menkes/Per/IX/1988
Tentang Rumah Sakit
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1045/ Menkes/Per/XI/2006
tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit di Lingkungan Depkes
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 512/Menkes/per/IV/2007
tentang Izin Praktik dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran
9. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 1333/Menkes/Per/XII/1999
tentang standar Pelayanan Ruma Sakit
10. Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 462/Menkes/SK/V/2002 tentang safe
Community (Masyarakat hidup Sehaat dan Aman).
BAB II

STANDAR KETENAGAAN

A. Tenaga Medis
Untuk memberikan pelayanan yang optimal dalam penyelenggaraan pelayanan
Maternal dan Neonatal, maka standar tenaga medis:
1. Pelayanan dilakukan oleh dokter spesialis Obstetri dan Ginekologi, Spesialis Anak,
Spesialis Anestesi dan Dokter umum.
2. Kualifikasi dokter spesialis Obsgyn, spesialis anak dan dokter umum adalah sudah
mengikuti pelatihan teknik Resusistasi Neonatus, manajemen Laktasi dan kegawat
daruratan Maternal Neonatal.
3. Jumlah tenaga Dokter yang memberikan pelayanan Perinatal resiko tinggi ditetapkan
sebagai berikut :
a. Dokter Obsgyn : 7 Orang
b. Dokter Anak : 8 Orang
c. Dokter Anestesi : 4 Orang
d. Dokter Umum : 7 Orang
4. Pelayanan Perinatal resiko tinggi dipimpin oleh seorang dokter umum yang bekerja
purna waktu (Full timer) minimal sudah 3 tahun dan telah mengikuti teknik
resusistasi neonatus, manajemen laktasi dan kegawat daruratan maternal neonatal
B. Tenaga Keperawatan (Bidan/ Perawat)
Untuk memberikan pelayanan yang optimal dalam penyelenggaraan pelayanan
maternal dan neonatal, maka pola kebutuhan ketenagaan dan penanggung
jawab keperawatan diatur sebagai berikut:
1. Pelayanan keperawatan Perinatal dipimpin oleh seorang perawat
2. Kualifikasi perawat untuk perawatan Perinatal adalah perawat/ bidan yang telah
mengikuti pendidikan dan pelatihan bidang Perinatal ( Pelayanan Poliklinik,
Perawatan Ibu, Perawatan bayi, VK/ OK, dan Perawatan Perina)
3. Kebutuhan perawatan untuk perawatan Perinatal adalah 1 orang perawat melayani 4
pasien Perina (1:4), Intranatal (2:1), Postnatal (1:6), Antenatal (1:1).
4. Jumlah perawat/ bidan yang memberi pelayanan Perinatal resiko tinggi di RS
Hermina Makassar
a. Poliklinik Ibu (2 bidan)
b. VK/ kamar bersalin (4 bidan)
c. OK/ Kamar Operasi ( 11 perawat)
d. Perawatan ibu ( 4 perawat)
e. KBBL (3 perawat)
f. ICU-NICU (4 perawat)
g. Perina (3 perawat)
h. IGD PONEK (2 bidan)
Pada saat pelayanan setiap shift ditetapkan perawat/ bidan terlatih yang ditunjuk sebagai
penanggung jawab pelayanan dengan kualifikasi D III dan telah berpengalaman kerja
selama 2 tahun.
C. Tenaga Pendukung
Harus disediakan tenaga pendukung lain dalam bidang usaha dan pemeliharaan
peralatan
D. Staff dan Pimpinan
Adanya SK pengangkatan dari Direktur Rumah Sakit kepada penanggung jawab/
manajer pelayanan Maternal dan Perinatal untuk mengelola Sumber Daya Manusia
(SDM).
BAB III

STANDAR FASILITAS DAN PERALATAN

A. DENAH RUANGAN
IGD

VK
OK

RUANG INTENSIF

B. Tempat Pelayanan
1. Instalasi gawat darurat
2. Instalasi rawat jalan
3. Instalasi kamar bersalin dan kamar operasi
4. Instalasi perina dan ICU
5. Instalasi Rawat Inap (ibu)
C. Standar fasilitas
Rancangan bangun dari ruang tindakan maternal dan perinatal maupun rawat inap
harus sedimikian rupa sehingga:
1. Mudah dicapai pasien
2. Penerimaan pasien dilakukan dekat dengan pelayanan
3. Lalu lintas harus teratur dan harus dicegah terjadinya hambatan
4. Adanya perbatasan jelas yang memisahkan antara pelayanan umum dan khusus bagi
maternal dan perinatal
5. Kamar yang tenang untuk tempat pasien menunggu tindakan yang dilengkapi dengan
fasilitas memadai
6. Ruang yang cukup untuk menyimpan peralatan, linen, obat farmasi, termasuk bahan
narkotik
7. Ruang untuk mendukung fungsi pendidikan/ pelatihan.
8. Ruang tempat pengumpulan/ pembuangan peralatan dan linen bekas pakai
9. Tersedia ruang istirahat dan kelengkapan yang cukup bagi petugas yang harus berada
diruang perawatan maternal dan perinatal dalam jangka lama/ jaga (misal: toilet,
makanan, minuman, ruang duduk.
10. Ruang untuk Pelayanan PONEK di IGD RS Hermina Makassar,dengan perlengkapan
sebagai berikut:
a) Meja Ginekologi
b) Lampu sorot
c) Kursi Penolong
d) 1 set partus set
e) Obat-obatan standart obstetri
f) Resusitasi set
g) Perlengkapan APD
h) Standart infus
i) Oksigen sentral
j) Infant warmer

1. Pelayanan Kesehatan Maternal Fisiologis


2. Pelayanan Kesehatan Neonatal Fisiologis
3. Pelayanan Kesehatan Maternal Risiko Tinggi (masa antenatal, masa intranatal dan
masa postnatal)
4. Pelayanan Kesehatan Neonatal dengan Risiko Tinggi
5. Pelayanan Ginekologis
6. Perawatan Khusus/High Care Unit dan Transfusi Darah
7. Pelayanan Subspesialistik

1. Laboratorium
2. Radiologi
3. USG
D. Standar Pelayanan
Persyaratan minimal kamar tindakan dan perawatan maternal dan perinatal yang harus
dipenuhi :
1. Semua perlengkapan harus bersih (bebas debu,kotoran,bercak,cairan dll)
2. Permukaan metal harus bebas dari karat atau bercak
3. Semua perlengkapan harus kokoh (tidak ada bagian yang longgar atau tidak
stabil).permukaan yang di cat harus utuh dan bebas dari goresan besar
4. Roda perlengkapan (jika ada) harus lengkap dan berfungsi dengan baik
5. Instrumen yang siap digunakan harus disterilisasi
6. Semua perlengkapan listrik harus berfungsi baik,(saklar,kabel,dan steker menempel
kokoh
BAB IV

TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Pelayanan Maternal
1. Kehamilan normal
2. Persalinan normal
3. Masa nifas normal
4. Perdarahan pada kehamilan muda
5. Perdarahan pada kehamilan lanjut dan persalinan
6. Perdarahan pasca persalinan
7. Hipertensi dalam kehamilan
8. Preeklamsia berat dan eklamsia
B. Pelayanan Neonatal
1. Asuhan baru lahir
2. Rujukan bayi
3. BBLSR atau premature kecil
4. Letargi
5. Hipotermi
6. Kejang
7. Bayi premature sedang atau BBLR
8. Ketuban pecah lama dan asinptomatis
C. Pelayanan Neonatal
1. Ruang NICU
2. Ruang HCU
3. Ruang Observasi tindakan
4. Ruang PICU, ICU IBU
D. ASI Eksklusif
ASI Eksklusif adalah pemberian ASI saja tanpa pemberian cairan / makanan lain selain
obat dan vitamin
Berikut adalah beberapa keuntungan pemberian ASI Eksklusif:
1. Hubungan Emosional
Hubungan antara ibu dan bayi sangat penting untuk saling mengenal terutama pada
hari-hari pertama setelah persalinan. Bayi akan memperoleh kehangatan tubuh ibu,
suara ibu, kelembutan dan kasih sayang ibu, sehingga bayi memperoleh stimulasi
mental dini demi tumbuh kembang anak.
2. ASI sebagai nutrisi
ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan kombinasi yang seimbang dan
disesuaikan dengan kebutuhan pertumbuhan bayi
3. Meningkatkan daya tahan tubuh bayi
Pemberian Kolostrum yang mengandung antibodi dalam jumlah tinggi akan melapisi
seluruh permukaan kulit dan saluran pencernaan bayi dan diserap oleh bayi sehingga
bayi akan memiliki kekebalan yang tinggi sehingga menurunkan angka kesakitan dan
kematian bayi serta meningkatkan kesejahteraan bayi
4. Keuntungan Untuk Ibu
a. Mengurangi perdarahan setelah melahirkan
b. Mengurangi terjadi anemia
c. Menjarangkan kehamilan ( selama ibu membri ASI eksklusif dan belum haid,
98% tidak akan hamil pada 6 bulan pertama dan 96% sampai usia bayi 12 bulan)
d. Lebih ekonomis / murah
5. IMD (Inisiasi Menyusui Dini)
Adalah proses alamai mengembalikan bayi untuk menyusui, yaitu dengan memberi
kesempatan pada bayi untuk mencari dan mengisap ASI sendiri, dari satu jam pertama
pada awal kehidupannya. Program IMD merupakan program yang sedang gencar
dianjurkan pemerintah, Menyusu dan bukan Menyusui merupakan gambaran bahwa IMD
bukan program ibu menyusui bayi tetapi nayi yang harus aktif menemukan sendiri puting
susu ibu pada masa neonatal
Masa Neonatal adalah masa sejak lahir sampai 4 minggu (28 hari) sesudah kelahiran.
6. Rawat Gabung
Rawat gabung adalah suatu cara perawatan bayi baru lahir dimana ditempatkan bersama
ibunya dalam satu ruangan dan diharapkan bayi mendapatkan ASI setiap saat sesuai
dengan kebutuhan bayinya.
Tujuan Umum
Menigkatkan fungsi Rumah Sakit untuk melaksanakan Rawat Gabung sebagai salah
satu langkah Program PONEK (Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif)
dengan sasaran menurunkan angka kematian bayi dan meningkatkan kesehatan ibu.
Tujuan Khusus
a. Bayi yang terus menyusu tanpa ada batas waktu/ semau dan sekehendak bayi dapat
menekankan rahim dan mengeluarkan hormon yang membantu menghentikan
perdarahan ibu / kontraksi rahim
b. Menghindari terjadinya infeksi nosokomial
c. Mempererat hubungan kasih sayang antara ibu dan bayi
d. Ibu lebih tenang karna bayi selalu ada di dekatnya bisa memeluk dan menyusu
sekehendak bayinya.
7. PMK pada bayi BBLR
Perawatan Metode Kanguru (PMK) adalah bentuk interaksi orang tua dengan bayinya
dengan kontak kulit dengan kulit pada posisi vertical, kepala diatas payudara selama 20
menit atau lebih. Metode ini adalah metode perawatan BBLR seperti bayi kanguru
berada dalam kantong kanguru selama diperlukan. Bayi berada di dalam dekapan ibu
dalam posisi tegak, kepal, dimiringkan ke kiri atau ke kanan selagi bayi merasakan
0
sumber panas secara alami (36-37 C). Terus menerus langsgung dari kulit ibu ke kulit
bayi serta mendapatkan kehangatan udara dalam kantong baju yang berada dalam
lingkungan bayi-ibu serta memudahkan dan memperlancar ASI.
Bagi bayi-bayi yang lahir dengan berat badan rendah dilakukan perawatan metode
kanguru di ruang Perinatologi untuk :
a. Menstabilakn suhu tubuh
b. Stabilkan laju denyut jantung dan pernafasan
c. Mendorong kedekatan dan ikatan emosional dengan orang tua
d. Memfasilitasi pemberian ASI
e. Mempengaruhi tingkah laku
f. Mempengaruhi KK dnan Pertumbuhan
g. Memperpendek masa rawat inap di RS
Langkah- Langkah Perawatan Metode Kanguru:
a. Di Ruang Perawatan Perinatologi Level 2
1). Persiapan
a) Lakukan informed consent ke orang tua tentang perawatan Metode kanguru.
b) Siapkan :
(1) Baju tanpa lengan
(2) Topi
(3) Kaos kaki
(4) Popok
(5) Kain gendongan atau kantong kanguru
(6) Baju untuk ibu (kimono)
2) Pelaksanaan
a) Ibu atau ayah mandi, membersihkan bagian dada, perut dan tangan
b) Perawat memeriksa untuk memastikan kuku ibu atau ayah bersih
c) Ibu atau ayah memakai baju kimono / baju yang mempunyai kancing depan
d) Memasang kain gendongan atau kantong kanguru
e) Bayi idak perlu dimandikan, cukup dilap dengan kain hangat
f) Memasang tutup kepala / topi dan popok bayi
g) Bayi diangkat dari box bayi:

Dimasukkan dalam kantong kanguru , atau

Dimasukkan dalam kantong gendongan

h) Bayi didekap, letaknya diantara kedua payudara mendekati salah satu daerah
puting (sesuai kenyamanan, ibu bisa dalam posisi tidur atau duduk)
3) Pengakhiran
Setelah ≥20 menit, bayi diletakkan kembali
Catatan: pemberian PMK ini bisa dilakukan berulang kali sesuai kebutuhan
b. Di ruang Perawatan Perinatologi Level 3 (NICU)
1. Tahap persiapan
Sama dengan di level 2
Tahap Pelaksanaan:
Point a s/d f sama dengan level 2
2. Tahap Pengakhiran
Setelah 20 menit, bayi diletakkan kembali
Catatan : pemberian PMK ini bisa dilakukan berulang kali sesuai kebutuhan
A. NEONATUS RESIKO RENDAH (LOW RISK)
1. Kriteria: Bayi baru lahir normal dan sehat
a. Persalinan normal / tindakan tanpa komplikasi
b. Nilai APFGAR 5 menit > 7
c. Berat lahir 2500-4000 gram
d. Usia kehamilan (gestasi) 37 -41 minggu
e. Tanpa kelainan congenital
f. Tanpa resiko penyulit, mempunyai Antibodi Rhesus, defenisi G6PD, ketuban
pecah dini dll
g. Rawat gabung (ibu dan Bayi) sampai pulang
h. Petugas, bidan, perawat, supervise oleh dokter/ spesialis anak
B. NEONATUS RESIKO SEDANG (MIDDLE RISK)
Batasan semua bayi baru lahir yang memerlukan observasi dan perawatan selama
periode neonatal lebih dari bayi baru lahir normal dan sehat
1. Kriteria kelompok bayi
a. BBLR > 1000 g tanpa komplikasi
b. BBL > 4000 g / Makrosoma
c. Nilai APGAR 5 menit 4-7
d. Gangguan nafas ringan – sedang
e. Infeksi local / sistemik ringan – sedang
f. Kelainan bawaan ringan sampai sedang yang bukan keadaan gawat
g. Penyulit / komplikasi yang lain tanpa memerlukan perawatan intensif
2. Rawat dilevel II (HCU /IMC)
3. Petugas:

Dokter spesialis anak

Perawat anak

C. NEONATUS RESIKO TINGGI (HIGH RISK)


Batasan semua bayi baru lahir yang dalam keadaan kritis memerlukan observasi
ketat dan tindakan intensif
1. Kriteria / kelompok III
a. Berat badan lahir sangat rendah (1000g)
b. Nilai APGAR 5/10 menit >3
c. Gangguan nafas berat

RDS berat

MAS berat

Sepsis berat

Hemia

d. Infeksi berat (sepsis berat dengan atau komplikasi NEC, DIC)


e. Meningitis
f. Kejang neonatus, HIE, bilirubin enchepalopathi, hipoglikemia, tetanus
neonaturun
g. Kelainan bawaan ringan dengan gawat darurat

Fistula trachea esophagus

Atresia esophagus

TGA minimal

Meningoansefalokel dengan komplikasi minimal

Bayi baru lahir dengan komplikasi yang memerlukan ventilasi mekanik

2. Rawat di level III


3. Petugas

Neonatologis (dokter anak yang mempunyai kompetensi di NICU)

Perawat terampil, bidan terampil
4. Jenjang pelayanan
4.1 pelayanan perinatal Level (1)
rawat bersama : bayi baru lahir dirawat bersama ibu/rawat gabung/ rooming
in
4.2 pelayanan perinatal Level II (L2)
jenis pelayanan dapat berupa, rawat gabung,

intermmediate Care unit (IMCU)

High Care Unit (HCU0

4.3 pelayanan perinatal level III (L3)


Meliputi pelayanan LI,L2,L3 yaitu:

rawat gabung / Rooming In

IMCU

NICU

AMP / Audit Meternal Perinatal adalah serangkaian kegiatan penelusuran sebab


kematian atau kesakitan bu, perinatal, dan neonatal guna mencegah kesakitan atau kematian
serupa dimasa yang akan datang, Analisis pemberian pelayanan atas suatu kejadian
kesakitan atau kematian tersebut dilakukan secara sistemik dan anonim oleh pera pengkaji
yang berasal baik dari dalam maupun luar wilayah setempat.

Prinsifnya adalah bagaiman setiap kejadian kesakitan atau kematian ibu, perinatal dan
neonatal dapat dijadikan pembelajaran bukan saja oleh para pihak yang terkait langsung atas
kematianmu kesakitan, tetapi juga oleh para pihak yang kebetulan tidak sedang terlibat
dalam pelayanan.
Kematian Maternal adalah kasus kematian perempuan yang diakibatkan oleh proses
yang berhubungan denga kehamilan (termasuk amil ektopik), persalinan, abortus (termasuk
abortus mola), dan masa dalam kurun waktu 42 hari setelah berakhirnya kehamilan tanpa
melihat usia gestasi, dan tidak termasuk di dalamnya sebab kematian akibat kecelakaan atau
kejadian insidental

Kematian perinatal / Neonatal adalah kematian bayi (denganumur kehamilan lebih 22


minggu) yang lahir dalam keadaan meninggal atau bayi yang lahir hidup namun kemudian
meninggal dalam masa 7 hari setelah persalinan.
BAB V

LOGISTIK

Pengelolaan Pelayanan Naternal dan perinatal merupakan bagian integral dari unit
pelayanan rumah sakiy dan diatur agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat, adapun
cakupan pelaksaan Administrasi sebagai berikut:

1. Cakupan pelayanan ditentukan berdasarkan fungsi, local dan kemampuan rumah sakit
2. Bagian pelayanan kegiatan administrasi digambarkan dengan jelas dan dapat diketahui
umum. Dalam bagan pelayanan administrasi harus tergambar tiga jalur system yaitu:
a. Alur Pelayanan pasien
b. Alur Pencatat dan pelaporan
c. Alur keuangan

1. Bagian organisasi harus dapat mencerminkan hubungan kerja, wewenang dan tanggung
dari staf medis, perawat dan non perawat
2. Harus ada kepala / manajer yang ditetapkan untuk bertanggung jawab atas pengelolaan
pelayanan maternal dan perinatal.
3. Protap penatalaksanaan pelayanan maternal dan perinatal dirumah sakit harus ada (SPM
unntuk ibu dan anak)
BAB VI

KESELAMATAN PASIEN

Dengan pemberian pelayanan kesehatan yang berkualitas diharapkan dapat menurunnkan


angka kematian ibu. Apabila ibu mendapatkan pelayanan antenatal yang berkualitas maka
komplikasi obstetrik yang tidak selalu dapat diramalkan dpat diketahui lebih dini dan segera
mendapat pelayanan rujukan yang efektif. Sesuai dengan sasaran Keselamatan Pasien maka
dalam hal pengelolaan Pelayanan Obstetri Neonatal emergency Komprhensif maka standar
pelayanan harus mengikuti:

1. Pelayanan pemeriksaan antenatal, terdiri dari :


a. Pemeriksaan antenatal
b. Keluhan pada masa kehamilan
c. Tanda-tanda bahay kehamilan
d. Persiapan persalinan
2. Screening kehamilan resiko tinggi
Pasien yang telah teridentifikasi kehamilan resiko tinggi dilakukan penandaan berupa cap
/ stempel KRT pada sampul depan berkas rekam medis pasien dan dituliskan tanggal.
3. Melakukan IMD baik yang lahir spontan ataupun SC
4. ASI Eksklusif
Semua pasien yang melahirkan di Rumah Sakit Hermina Makassar akan mendapatkan
ASI Eksklusif baik bayi sehat atau pun bayi sakit dan melakukan Rawat gabung.
5. Keluarga Berencana
Setiap pasien yang sudah melahirkan dianjurkan untuk mengikuti program pemerintah
untuk mengatur jarak antara anak yang selanjutnya.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Sebagaimana kita ketahui bahwa pada pelayanan PONEK terutama pada kasus
kehamilan dan persalinan patugas kemungkinan terpapar cairantubuh pasien. Untuk
mencegah terjadinya penularan dari pasien, maka perlu dibuat prorgram tata cara pencegahan
penularan dari pasien ke petugas atau perawat di instalasi rawat jalan ataupun instalasi rawat
inap terutama petugas yang membantu di kamar bersalin dan ruang operasi.
1. Ruangan KIE di rawat jalan memenuhi standard ruangan yang sudah ditentukan
2. Pengambilan darah di laboratorium, disesuaikan dengan standar ruangan
3. Petugas laboratorium salalu memakai APD (masker, sarung tangan)
4. Bidan atau perawat yang membantu persalinan selalu menggunakan APD(topi, masker,
google, handscoon,apron,sepatu boot)
5. Kamar bersalin dan kamar operasi ada set emergency utnuk kegawatdaruratan pada
pasien kebidanan emergency
6. Kebersihan ruangan, dilakukan secara rutin dan terjadwal
7. Adanya pelaporan bila petugas kamar bersalin dan kamar operasi tertusuk jarum
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Untuk pengendalian mutu pelayanan, harus dibuat program kerja pengedalian dan
penigkatan mutu pelayanan, antara lain denga melakukan:
1. Adudit Medik
2. Pertemuan berkala secara formal dengan pimpinan rumah sakit dan Komite Medic /SMF
3. Melakukan pelatihan kepada perawat atau bidan untuk memberikan pelayanan yang
profesional kepada pasien
4. Bekerja sama dengan petugs MPO untuk melakukan skrining terhadap pasien yang
mempunnyai kehamilan resiko tinggi
5.

Anda mungkin juga menyukai