Anda di halaman 1dari 17

PANDUAN MANAJEMEN

NYERI
PERATURAN KEPALA RUMAH SAKIT HELSA
NOMOR : 055/SK-KRS/RSHCPT/ IV/2023
TENTANG

PEMBERLAKUAN PANDUAN MANAJEMEN NYERI


RUMAH SAKIT HELSA

KEPALA RUMAH SAKIT HELSA


Menimbang : a. bahwa Rumah Sakit dituntut memberikan pelayanan
yang bermutu dan aman (quality and safety) sesuai
dengan standar Akreditasi;
b. bahwa untuk mengurangi rasa nyeri merupakan bagian
dari hak pasien sehingga perlu ditetapkan Panduan
Manajemen nyeri;
c. bahwa berdasarkan butir a dan b tersebut di atas,
dipandang perlu Pemberlakuan Panduan Manajemen
Nyeri di RS helsa yang ditetapkan dengan Peraturan.
Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36
Tahun 2009 tentang Kesehatan;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44
Tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun
2004 tentang Praktik Kedokteran;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.269/MENKES/PER/III/008 tentang Rekam Medis.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : PANDUAN MANAJEMEN NYERI RUMAH SAKIT


HELSA

KESATU : Memberlakukan Panduan Manajemen Nyeri Rumah Sakit


Helsa dimaksud dalam Diktum pertama sebagaimana
tercantum dalam lampiran peraturan ini;

KEDUA : Memberlakukan Panduan Manajemen Nyeri Rumah Sakit


Helsa sebagaimana terlampir merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari peraturan ini;
KETIGA : Surat peraturan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan
sampai dengan tanggal 1 Juni 2026

KEEMPAT : Apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam


peraturan ini, maka akan diadakan perbaikan sebagaimana
mestinya.

Ditetapkan di : Ciputat

Tanggal : 12 April 2023

Kepala Rumah Sakit helsa

dr. Soni Feriadi Kurniawan


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat kepada
kami sehingga kami dapat menyelesaikan Panduan Manajemen Nyeri Rumah Sakit
Helsa sesuai dengan waktunya.
Panduan ini merupakan panduan kerja bagi semua pihak yang terkait dalam
mengatasi nyeri pada pasien di Rumah Sakit Helsa. Panduan Manjanemen Nyeri
ini meliputi definisi, ruang lingkup, tata laksana serta dokumentasi. Semoga
panduan ini dapat membantu para petugas terkait dalam pelayanan asuhan pasien.
Kami mengucapkan terima kasih kepada tim penyusun PAP yang sudah
membantu dalam menyusun Panduan Manajemen Nyeri sehingga panduan ini dapat
terselesaikan. Tim Pokja PAP yang membantu dalam penyusunan Panduan
Manajemen Nyeri. Pembimbing yang sudah membantu dalam memberikan arahan
kepada kami dalam penyusunan Panduan Manajemen Nyeri.

Ciputat, 12 April 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i


DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
BAB I DEFINISI ................................................................................................. 1
BAB II RUANG LINGKUP ................................................................................ 3
BAB III TATA LAKSANA ................................................................................. 4
BAB IV DOKUMENTASI ................................................................................. 11
LAMPIRAN PERATURAN KEPALA RUMAH SAKIT HELSA
NOMOR : 055 /SPer- KRS/RSHCPT/ IV/2023
TANGGAL : 12 April 2023
PERIHAL : PEMBERLAKUAN PANDUAN MANAJEMEN NYERI

BAB I
DEFINISI

A. Definisi
Secara umum nyeri adalah suatu rasa yang tidak nyaman, baik ringan
maupun berat. Nyeri diddefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi
seseorang dan eksistensinya diketahui bila seseorang pernah
mengalaminya(Tamsuri, 2007). Menurut International Association for Study Of
Pain (IASP), nyeri adalah pengalaman perasaan emosional yang tidak
menyenangkan akibat terjadinya kerusakan aktual maupun potensial, atau
menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan pada bagian tubuh tertentu.
Menurut Engel (1970) menyatakan nyeri sebagai suatu dasar sensasi
ketidaknyamanan yang berhubungan dengan tubuh dimanifestasikan sebagai
penderitaan yang diakibatkan oleh persepsi jiwa yang nyata, ancaman atau fantsi
luka. Nyeri adalah apa yang dikatakan oleh orang yang mengalami nyeri dan bila
yang mengalaminya mengatakan bila sakit. Nyeri dapat diekspresikan melalui
menangis, pengutaraan, atau isyarat perilaku (Mc Caffrey & Beebe, 1989 dikutip
dari Betz & Sowden, 2002).
Nyeri dapat merupakan pengalaman yang biasa bagi pasien, yaitu nyeri
yang tidak teratasi mengakibatkan efek kejadian yang tidak diharapkan baik fisik
maupun psikologis. Hak pasien untuk mendapatkan asesmen dan pengelolaan nyeri
yang sesuai dihargai dan dibantu. Berdasarkan lingkup pelayanan yang disediakan,
rumah sakit memiliki proses untuk asesmen dan pengelolaan rasa nyeri yang sesuai
dengan kondisi penyakit, usia pasien, dan tindakan atau pengobatan yang dijalani
oleh pasien. Mengingatkan seringnya nyeri menyertai utama pasien, maka
diperlukan tetecara pengelolaan nyeri secara optimal dalam bentuk manajemen
nyeri dengan mengacu pada panduan dari WHO.
Dengan demikian manajemen nyeri adalah suatu rangkaian kegiatan untuk
mengidentifikasi nyeri, meringankan nyeri atau mengurangi nyeri sampai tingkat
kenyamanan yang dapat diterima oleh pasien.

1
B. Tujuan
Manajemen nyeri diselengarakan untuk menjaga pasien dalam kondisi
senyaman mungkin. Manajemen nyeri yang baik memerlukan kerja sama tim yang
baik, antara apsien, dokter, perawat, dan staf lain yang memberikan pelayanan
manjemen nyeri.
Nyeri berdampak pada tingkat aktifitas, nafsu makan, pola tidur,
penggunaan energi dan mood. Mengatasi nyeri dapat membantu pasien merasa
lebih baik dan akan menolong mereka untuk sembuh lebih cepat.

2
BAB II
RUANG LINGKUP

Manajemen nyeri merupakan salah satu pelayanan yang diberikan oleh


rumah sakit kepada pasien, karena menjadi hak pasien untuk mendapatkan
pelayanan sesuai dengan kebutuhannya. Manajemen nyeri mengatur tatacara
pengelolaan nyeri yang mulai dari identifikasi, penggolongan, pengklasifikasikan
dan tatalaksana nyeri dengan mengacu pada standar dari WHO. Manajemen nyeri
dilakukan diberbagai instalasi, yakni instalasi IGD, rawat jalan, rawat inap,
OK/VK, dan perawatan intensif.

3
BAB III
TATALAKSANA

Manajemen nyeri diselenggarakan di Rumah Sakit Helsa berdasarkan


prinsip – prinsip pemberian pelayanan yang bermutu, berorientasi pada
keselamatan pasien dan melibatkan parean pasien serta keluarga. Manajemennyeri
diawali dengan identifikasi pasien yang nyeri pada waktu asesmen awal dan
asesmen ulang. Rumah Sakit menyediakan pengelolaan nyeri sesuai dengan paduan
tentang pengelolaan nyeri dari WHO.
Berdasar atas cakupan asuhan yang diberikan maka rumah skait
menetapkan proses untuk melakukan skrining, asesmen, dan pelayanan untuk
mengatasi nyeri meliputi :
1. Identifikasi pasien untuk rasa nyeri pada asesmen awal dan asesmen ulang
2. Member informasi kepada pasien bahwa nyeri dapat disebabkan oleh tindkan
atau pemeriksaan
3. Melaksanakan pelayanan untuk mengatasi nyeri terlepas dari mana nyeri itu
berasal
4. Melakukan komunikasi dan edukasi kepada pasien dan keluarga perihal
pelayanan untuk mengatasi nyeri sesuai dengan latar belakang agama, budaya,
nilai – nilai pasien dan keluarga
5. Melatih PPA tentan asesmen dan pelaynaan untuk mengatasi nyeri.
Rumah Sakit Helsa menyelengarakan pelayanan pada pasien secara
komprehensif, termasuk pengelolaan pasien pada rasa nyeri dengan :
1. Setiap pasien harus dilakukan pengajian nyeri.
2. Skala nyeri pasien disosialisasikan kepada petugas, pasien, keluarga.
3. Pengkajian nyeri disesuaikan berdasarkan P,Q,R,S,T yaitu P (Provoks /Point)
: faktor yang mempengaruhi gawat atau ringannya nyeri, Q (Quality)
: Bagaimana rasa nyerinya, R (Radiation / Relief) : Keparahan atau intensitas
nyeri, T (Time / Onset) : Waktu yanng lama serangan atau frekwensi nyeri.
4. Pengkajian juga dilakukan berdasarkan usia pasien serta disediakan formulir
pengkajian nyeri.
5. Assesmen nyeri yang dilakukan di Rumah Sakit Helsa dengan mengunakan
a) Numeric Rating Scale (NRS)
NRS digunakan pada pasien dewasa dan anak berusia > 9 tahun yang
dapat menggunakan angka untuk melambangkan intensitas nyeri yang

4
dirasakannya. Pasien akan ditanya mengenai intesitas nyeri yang
dirasakan dan dilambangkan dengan angka antara 0 – 10.
Berikut Numeric rating Scale yang digunakan untuk melakukan
assesmen nyeri pada pasien.
0 : Tidak nyeri
1-3 : Nyeri ringan : secara obyektif pasien dapat berkomunikasi dengan
baik.
4-6 : Nyeri sedang : secara obyektif pasien mendesis, menyeringai, dapat
menunjukkan loksi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti
perintah dengan baik.
7-9 : Nyeri berat : secara obyektif pasien terkadang tidak dapat mengikuti
perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukan lokasi
nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih
posisi nafas panjang dan distraksi.
10 : Nyeri sangat berat. Pasien sudah tidak mampu lagi komunikasi, hanya
menangis
Untuk menggunakan pengukuran ini, pasien perlu tahu menghitung dan
memperkirakan kuantitas menggunakan angka, sehingga pengukuran
dengan rasio numeral tidak cocok digunakan pada kebanyakan anak usia
8 tahun atau lebih muda.
b) Wong Beker FACES Pain Scale
Wong Beker FACES Pain Scale digunakan pada pasien yang tidak dapat
menggambarkan intensitas nyerinya dengan angka, seperti anak usia
prasekolah yaitu dengan melihat gambaran wajah tersenyum-cemberut-
menangis.

Keterangan :
• 0 : sangat bahagia karena tidak merasa nyeri
• 1- 3 : sedikit nyeri (nyeri ringan)
• 4-6 : cukup nyeri (nyeri sedang)
• 7-10 : sangat nyeri (nyeri berat)
Untuk pasien anak pengkajian berdasarkan observasi orang tua atau dokter
terhadap ekspresi wajah, pergerakan fisik, dan perilaku vokal anakseperti
menangis, serta tingkat respon sosial. Penting untuk mencatat

5
bahwa skala observasi yang tervalidasi baik hanya tersedia untuk nyeri
akut, bukan nyeri kronik atau rekuren, karena tanda – tanda nyeri terhadap
perilaku, seperti seringai, cenderung mengalami penurunan respon seiiring
dengan bertambahnya atau lamanya nyeri. Karena nyeri merupakan suatu
pengalaman subyektif, maka jika memungkinkan, laporan dari pasien
sendiri (self-report) sangat direkomendasikan sebagai sumber primer
untuk pengukuran nyeri. Tatalaksana nyeri dilakukan berdasarkan derajat
nyeri pasien setelah pengkajian pasien dilakukan.

c) Nyeri Neonatus
Pada pasien neonatus (usia 1-28 hari) metode penilaian yang digunakan
adalah pengkajian nyeri neonates (Neonatal Infant Pain Scale )
Skala penilaian nyeri ini dengan melihat tanda-tanda fisik maupun tanda-
tanda fisiologis neonatus, serta persepsi penilai. Penilaian ini dilakukan
dengan melibatkan keluarga dengan melakukan anamnesis danmelakukan
pengamatan pada bayi secara seksama. Pengamat memberikan skor pada
tiap item dan menjumlahkan skor-skor tersebut.
Tabel Pengkajian Nyeri Neonatus
Pengkajian 0 1 2 Nilai
Ekspresi Wajah tenang, Otot wajah
wajah ekspresi netral tenang, alis
berkerut
Tangisan Tenang, tidak Mengerang Menangis
menangis kencang,
melengking
terus menerus
Pola nafas Bernafas biasa Tarikan
ireguler,
lebih cepat,
tersedak
Tungkai Tidak ada Tegang kaku
kekakuan otot,
gerakan
tungkai biasa
Tingkat Tenang Sadar atau
kesadaran gelisah
Total skor
Keterangan :
Skor 0-2 = tidak ada nyeri
Skor 3-4 = Nyeri ringan sampai dengan sedang
Skor >4 = Nyeri berat

6
d) Nyeri pada pasien tidak sadar
Pada pasien dewasa dengan penurunan kesadaran yang menggunakan
ventilator. Penilaian nyeri pada pasien dengan penurunan kesadaran
(termasuk pasien nyeri di ICU) dengan menggunakan skala sikap dan
perilaku pasien / Behavioral Pain Scale (BPS), yaitu dengan melihat
ekspresi wajah, pergerakan atau posisi ekstermitas, dan toleransi terhadap
ventilasi mekanik.
Tabel Behavioral Pain Scale (BPS)
0 1 2 skore
Wajah Ekspresi wajah Otot wajah Sering
tenang tegang, meringis, dagu
meringis atau menegang
mengkerut
Kegelisahan Tenang dan Kadang gelisah Sering terlihat
relaks dengan gelisah
berpindah- berpindah-
pindah posisi pindah posisi
Tonus Otot Normal dan Tonus otot Tonus otot
relaks terlihat rigid
meningkat, jari
tangan dan kaki
terlihat fleksi
Suara Tidak ada Kadang Sering atau
suara yang merintih dan terus menerus
abnormal menangis merintih dan
menangis
Rasa Relaks Nyeri Nyeri sulit
Nyaman teralihkan pada dialihkan saat
saat diajak diajak bicara
bicara atau disentuh

Skor 0 = pasien tidak mengalami rasa nyeri


Skor 1-3 = nyeri ringan
Skor 4-6 = nyeri sedang
Skor > 7 = nyeri hebat/ rasa nyeri yang tidak tertahankan

7
e) Penilaian nyeri pada pasien dewasa dengan penurunan kesadaran tanpa
ventilator.
Penilaian derajat nyeri pada pasien yang tidak mungkin mendapatkan
penilaian mandiri pasien seperti pada keadaan gangguan kognitif, pasien
anak, kegagalan komunikasi, tidak adanya kerjasama atau ansietas hebat
tanpa ventilator, penilaian pada pasien ini menggunakan metode FLACCS
.

Tabel Skala Nyeri FLACCS (Face, Legs, Activity, Cry, Consolability)


Pengkajian 0 1 2 Nilai
Wajah Tersenyum/tidak Terkadang Sering mngetarkan
ada ekspresi menangis/mena dagu dan
khusus rik diri mengatupkan rahang
Kaki Gerakan Tidak Kaki di buat
normal/khusus tenang/tegang menendang/menarik
Aktifitas Tidur, posisi Gerakan Melengkungkan
normal mudah menggeliat, punggung/kaku/
bergerak berguling, kaku menghentak
Menangis Tidak menangis, Mengerang, Menangis terus
bangun/tidur merengek- menerus, terhisak,
rengek menjerit
Bersuara Bersuara normal, Tenang bila Sulit untuk
tenang dipeluk, menenangkan
digendong atau
diajak bicara
Total skor

6. Pemantauan Derajat Nyeri Selama Perawatan


Pemantauan derajat nyeri selama perawatan ini ditunjukan untuk seluruh
pasien diruang perawatan di Rumah Sakit Helsa. Pemantauan derajat nyeri dirawat
inap dilakukan setiap 8 jam secara berkala atau sesuai waktu pemantauan efek obat
analgesia pada pasien dengan derajat nyeri VAS<4 (nyeri ringan). Sedangkan untuk
pasien dengan derajat nyeri VAS 4 – 6 (nyeri sedang) derajat nyeri dikaji ulang
sesuai waktu pemantauan efek obat analgesia atau setiap 2 jam sampai nyeri teratasi
(VAS <4) setelah itu dilakukan pemantauan derajat nyeri setiap 8 jam, sedangkan
untuk nyeri berat (VAS kurang lebih 7-10) pengkajian ulang derajat nyeri sesuai
waktu pemantauan efek obat Analgesia atau setiap 1 jam sampai nyeri menjadi
nyeri sedang dikaji setiap 2 jam, dan bila nyeri telah

8
teratasi pengkajian dilakukan setiap 8 jam. Untuk pasien tidak sadar yang terpasang
ventilator ataupun tidak terpasang ventilator pengkajian ulang nyeri dilakukan
setiap satu jam sekali.
Pasien kembali diminta untuk menyebutkan berapa skor nyeri yang
dialaminya pada saat itu serta pasien diminta untuk mendeskripsikan hal – hal yang
berkaitan dengan timbulnya nyeri, seperti misalnya nyeri timbul pada istirahat atau
pergerakan, menarik nafas, batuk, dll. Pasien juga diminta untuk menyebutkan
adanya efek samping yang mungkin timbul dari pemberian obat – obatan anastesi
seperti mual atau muntah, gatal – gatal, ganguan berkemih, gangguan pergerakan
pada panggul atau ekstrimitas. Untuk menilai keberhasilan terapi, pasien juga
diminta untuk menilai derajat kepuasannya terhadap nyeri yangsudah diberikan.
Hasil pemantauan tersebut kemudian dicatat untuk dibandingkan dengan penilaian
sebelumnya. Jika terdapat perbaikan / perburukan hasil penilaian, tatalaksana nyeri
dapat segera diubah sesuai kondisi pasien.

7. Penanganan nyeri yang diberikan tim tatalaksana nyeri


a. Nonfarmakologi
Tabel Tatalaksana Non Farmakologi
Teknik Cara Keterangan
Comforting Perawat mengajak orang Pelukan dapat memberikan
(memberikan tua/wali untuk memberikan perasaan aman dan
kenyamanan) pelukan ke anak yang sedang penerimaan sehingga
mengalami nyeri membantu mengurangi nyeri
Distraction Pasien diajak untuk Musik dapat pula
(pengalihan) memfokuskan ke hal – hal yang menimbulkan relaksasi dan
menyenangkan dapat dengan rasa mengantuk
mendenygarkan musik dan
menonton televise

Relaxation Pasien diajak untuk


(relaksasi) menenangkan diri dengan
menarik nafas dalam dan
membuang nafas perlahan – -
lahan, minimal 5-10 mnt/hari

9
Massage Perawat mengajak orang yang Menstimulasi kulit dan
(masase) terdekat untuk melakukan memberikan perasaan nyaman
masase dan sentuhan kepada pada semua umur termasuk
Pasien bayi prematur

Guided Pasien diajak untuk


imagery / membayangkan hal – hal yang
visualization menyenangkan, misalnya orang
(membayangk terdekat, tempat yang nyaman, -
an) Dll

TENS Menggunaan arus listrik yang


(Transcutaneo dihasilkan oleh perangkat untuk
us Electrical merangsang saraf untuk
Nerve mengurangi rasa sakit
Stimulation)
Kompres Kompres hangat dan dingin
hangat / mempengaruhi tubuh dengan
dingin cara yang berbeda. Kompres
dingin mempengaruhi tubuh
dengan cara vasokontriksi
pembuluh darah, mengurangi
oedema, mematikan rasa
sensasi nyeri, memperlambat
proses inflamasi, emngurangi
rasa gatal, sednagkan kompres
hangat mempengaruhi tubuh
dengan vasodilatasi pembuluh
darah, member nutrisi dan
oksigen pada sel, meningkatkan
suplai darah, dan mempercepat
penyembuhan.

b. Farmakologi
Pemantauan efek
Obat Dosis Keterangan
obat

10
Parasetamol 3 x 500 – KI : pada gen fungsi hati 15 – 30 menit
1000 mg

Keterolac 3 x 30 mg KI : hipersensitifitas, ulkus peptik 30 – 45 menit


aktif, gangguan fungsi ginjal

Tramadol 3 x 50 – KI : hipersensitif, mendapatkan 30 – 60 menit


100 penghambat MAO. Perhatian :
mg peningkatkan TIK, ggn fs ginjal
dan hati

Profenid 3 x 100 mg KI : hati – hati pada pasien dengan30 – 2 jam


(Ketoprofen) riwayat alergi obat dan asma
Suppositoria bronchial, ulkus peptikum aktif,
penyakit tromboembolik, pasien
dengan gangguan fungsi
ginjal

Asam 3 x 100 mg KI : riwayat 15 – 30 menit


mefenamat penyakit
tromboembolik, hipersensitifitas
Parecoxib IV 1-3 x 40 KI : analgetik post op CABG 15 – 30 menit
mg (Coronary Artery Bypass Graft),

gagal jantung, ulkus peptik aktif,


riwayat alergi
setelah
mengkonsumsi NSAID atau asam
selisilat
Atau obat lain sesuai kebutuhan pasien
Tabel obat – obatan analgesia sistemik intravena bolus

11
BAB IV
DOKUMENTASI

Dari formulir yang digunakan di Rumah Sakit Helsa terdapat beberapa formulir
yang mencantumkan penilaian awal ataupun penilaian ulang skalanya. Beberapa
diantaranya adalah :
1. Formulir asesmen nyeri pada Dewasa
2. Formulir asesmen nyeri pada Anak
3. Formulir asesmen nyeri pada Neonatus
4. Formulir asesmen nyeri pada pasien tidak sadar yang terpasang ventilator
atau pun tidak terpasang ventilator
5. Formulir pengkajian ulang nyeri
6. SOP manajemen nyeri

12

Anda mungkin juga menyukai