NYERI
PERATURAN KEPALA RUMAH SAKIT HELSA
NOMOR : 055/SK-KRS/RSHCPT/ IV/2023
TENTANG
MEMUTUSKAN
Ditetapkan di : Ciputat
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat kepada
kami sehingga kami dapat menyelesaikan Panduan Manajemen Nyeri Rumah Sakit
Helsa sesuai dengan waktunya.
Panduan ini merupakan panduan kerja bagi semua pihak yang terkait dalam
mengatasi nyeri pada pasien di Rumah Sakit Helsa. Panduan Manjanemen Nyeri
ini meliputi definisi, ruang lingkup, tata laksana serta dokumentasi. Semoga
panduan ini dapat membantu para petugas terkait dalam pelayanan asuhan pasien.
Kami mengucapkan terima kasih kepada tim penyusun PAP yang sudah
membantu dalam menyusun Panduan Manajemen Nyeri sehingga panduan ini dapat
terselesaikan. Tim Pokja PAP yang membantu dalam penyusunan Panduan
Manajemen Nyeri. Pembimbing yang sudah membantu dalam memberikan arahan
kepada kami dalam penyusunan Panduan Manajemen Nyeri.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
DEFINISI
A. Definisi
Secara umum nyeri adalah suatu rasa yang tidak nyaman, baik ringan
maupun berat. Nyeri diddefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi
seseorang dan eksistensinya diketahui bila seseorang pernah
mengalaminya(Tamsuri, 2007). Menurut International Association for Study Of
Pain (IASP), nyeri adalah pengalaman perasaan emosional yang tidak
menyenangkan akibat terjadinya kerusakan aktual maupun potensial, atau
menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan pada bagian tubuh tertentu.
Menurut Engel (1970) menyatakan nyeri sebagai suatu dasar sensasi
ketidaknyamanan yang berhubungan dengan tubuh dimanifestasikan sebagai
penderitaan yang diakibatkan oleh persepsi jiwa yang nyata, ancaman atau fantsi
luka. Nyeri adalah apa yang dikatakan oleh orang yang mengalami nyeri dan bila
yang mengalaminya mengatakan bila sakit. Nyeri dapat diekspresikan melalui
menangis, pengutaraan, atau isyarat perilaku (Mc Caffrey & Beebe, 1989 dikutip
dari Betz & Sowden, 2002).
Nyeri dapat merupakan pengalaman yang biasa bagi pasien, yaitu nyeri
yang tidak teratasi mengakibatkan efek kejadian yang tidak diharapkan baik fisik
maupun psikologis. Hak pasien untuk mendapatkan asesmen dan pengelolaan nyeri
yang sesuai dihargai dan dibantu. Berdasarkan lingkup pelayanan yang disediakan,
rumah sakit memiliki proses untuk asesmen dan pengelolaan rasa nyeri yang sesuai
dengan kondisi penyakit, usia pasien, dan tindakan atau pengobatan yang dijalani
oleh pasien. Mengingatkan seringnya nyeri menyertai utama pasien, maka
diperlukan tetecara pengelolaan nyeri secara optimal dalam bentuk manajemen
nyeri dengan mengacu pada panduan dari WHO.
Dengan demikian manajemen nyeri adalah suatu rangkaian kegiatan untuk
mengidentifikasi nyeri, meringankan nyeri atau mengurangi nyeri sampai tingkat
kenyamanan yang dapat diterima oleh pasien.
1
B. Tujuan
Manajemen nyeri diselengarakan untuk menjaga pasien dalam kondisi
senyaman mungkin. Manajemen nyeri yang baik memerlukan kerja sama tim yang
baik, antara apsien, dokter, perawat, dan staf lain yang memberikan pelayanan
manjemen nyeri.
Nyeri berdampak pada tingkat aktifitas, nafsu makan, pola tidur,
penggunaan energi dan mood. Mengatasi nyeri dapat membantu pasien merasa
lebih baik dan akan menolong mereka untuk sembuh lebih cepat.
2
BAB II
RUANG LINGKUP
3
BAB III
TATALAKSANA
4
dirasakannya. Pasien akan ditanya mengenai intesitas nyeri yang
dirasakan dan dilambangkan dengan angka antara 0 – 10.
Berikut Numeric rating Scale yang digunakan untuk melakukan
assesmen nyeri pada pasien.
0 : Tidak nyeri
1-3 : Nyeri ringan : secara obyektif pasien dapat berkomunikasi dengan
baik.
4-6 : Nyeri sedang : secara obyektif pasien mendesis, menyeringai, dapat
menunjukkan loksi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti
perintah dengan baik.
7-9 : Nyeri berat : secara obyektif pasien terkadang tidak dapat mengikuti
perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukan lokasi
nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih
posisi nafas panjang dan distraksi.
10 : Nyeri sangat berat. Pasien sudah tidak mampu lagi komunikasi, hanya
menangis
Untuk menggunakan pengukuran ini, pasien perlu tahu menghitung dan
memperkirakan kuantitas menggunakan angka, sehingga pengukuran
dengan rasio numeral tidak cocok digunakan pada kebanyakan anak usia
8 tahun atau lebih muda.
b) Wong Beker FACES Pain Scale
Wong Beker FACES Pain Scale digunakan pada pasien yang tidak dapat
menggambarkan intensitas nyerinya dengan angka, seperti anak usia
prasekolah yaitu dengan melihat gambaran wajah tersenyum-cemberut-
menangis.
Keterangan :
• 0 : sangat bahagia karena tidak merasa nyeri
• 1- 3 : sedikit nyeri (nyeri ringan)
• 4-6 : cukup nyeri (nyeri sedang)
• 7-10 : sangat nyeri (nyeri berat)
Untuk pasien anak pengkajian berdasarkan observasi orang tua atau dokter
terhadap ekspresi wajah, pergerakan fisik, dan perilaku vokal anakseperti
menangis, serta tingkat respon sosial. Penting untuk mencatat
5
bahwa skala observasi yang tervalidasi baik hanya tersedia untuk nyeri
akut, bukan nyeri kronik atau rekuren, karena tanda – tanda nyeri terhadap
perilaku, seperti seringai, cenderung mengalami penurunan respon seiiring
dengan bertambahnya atau lamanya nyeri. Karena nyeri merupakan suatu
pengalaman subyektif, maka jika memungkinkan, laporan dari pasien
sendiri (self-report) sangat direkomendasikan sebagai sumber primer
untuk pengukuran nyeri. Tatalaksana nyeri dilakukan berdasarkan derajat
nyeri pasien setelah pengkajian pasien dilakukan.
c) Nyeri Neonatus
Pada pasien neonatus (usia 1-28 hari) metode penilaian yang digunakan
adalah pengkajian nyeri neonates (Neonatal Infant Pain Scale )
Skala penilaian nyeri ini dengan melihat tanda-tanda fisik maupun tanda-
tanda fisiologis neonatus, serta persepsi penilai. Penilaian ini dilakukan
dengan melibatkan keluarga dengan melakukan anamnesis danmelakukan
pengamatan pada bayi secara seksama. Pengamat memberikan skor pada
tiap item dan menjumlahkan skor-skor tersebut.
Tabel Pengkajian Nyeri Neonatus
Pengkajian 0 1 2 Nilai
Ekspresi Wajah tenang, Otot wajah
wajah ekspresi netral tenang, alis
berkerut
Tangisan Tenang, tidak Mengerang Menangis
menangis kencang,
melengking
terus menerus
Pola nafas Bernafas biasa Tarikan
ireguler,
lebih cepat,
tersedak
Tungkai Tidak ada Tegang kaku
kekakuan otot,
gerakan
tungkai biasa
Tingkat Tenang Sadar atau
kesadaran gelisah
Total skor
Keterangan :
Skor 0-2 = tidak ada nyeri
Skor 3-4 = Nyeri ringan sampai dengan sedang
Skor >4 = Nyeri berat
6
d) Nyeri pada pasien tidak sadar
Pada pasien dewasa dengan penurunan kesadaran yang menggunakan
ventilator. Penilaian nyeri pada pasien dengan penurunan kesadaran
(termasuk pasien nyeri di ICU) dengan menggunakan skala sikap dan
perilaku pasien / Behavioral Pain Scale (BPS), yaitu dengan melihat
ekspresi wajah, pergerakan atau posisi ekstermitas, dan toleransi terhadap
ventilasi mekanik.
Tabel Behavioral Pain Scale (BPS)
0 1 2 skore
Wajah Ekspresi wajah Otot wajah Sering
tenang tegang, meringis, dagu
meringis atau menegang
mengkerut
Kegelisahan Tenang dan Kadang gelisah Sering terlihat
relaks dengan gelisah
berpindah- berpindah-
pindah posisi pindah posisi
Tonus Otot Normal dan Tonus otot Tonus otot
relaks terlihat rigid
meningkat, jari
tangan dan kaki
terlihat fleksi
Suara Tidak ada Kadang Sering atau
suara yang merintih dan terus menerus
abnormal menangis merintih dan
menangis
Rasa Relaks Nyeri Nyeri sulit
Nyaman teralihkan pada dialihkan saat
saat diajak diajak bicara
bicara atau disentuh
7
e) Penilaian nyeri pada pasien dewasa dengan penurunan kesadaran tanpa
ventilator.
Penilaian derajat nyeri pada pasien yang tidak mungkin mendapatkan
penilaian mandiri pasien seperti pada keadaan gangguan kognitif, pasien
anak, kegagalan komunikasi, tidak adanya kerjasama atau ansietas hebat
tanpa ventilator, penilaian pada pasien ini menggunakan metode FLACCS
.
8
teratasi pengkajian dilakukan setiap 8 jam. Untuk pasien tidak sadar yang terpasang
ventilator ataupun tidak terpasang ventilator pengkajian ulang nyeri dilakukan
setiap satu jam sekali.
Pasien kembali diminta untuk menyebutkan berapa skor nyeri yang
dialaminya pada saat itu serta pasien diminta untuk mendeskripsikan hal – hal yang
berkaitan dengan timbulnya nyeri, seperti misalnya nyeri timbul pada istirahat atau
pergerakan, menarik nafas, batuk, dll. Pasien juga diminta untuk menyebutkan
adanya efek samping yang mungkin timbul dari pemberian obat – obatan anastesi
seperti mual atau muntah, gatal – gatal, ganguan berkemih, gangguan pergerakan
pada panggul atau ekstrimitas. Untuk menilai keberhasilan terapi, pasien juga
diminta untuk menilai derajat kepuasannya terhadap nyeri yangsudah diberikan.
Hasil pemantauan tersebut kemudian dicatat untuk dibandingkan dengan penilaian
sebelumnya. Jika terdapat perbaikan / perburukan hasil penilaian, tatalaksana nyeri
dapat segera diubah sesuai kondisi pasien.
9
Massage Perawat mengajak orang yang Menstimulasi kulit dan
(masase) terdekat untuk melakukan memberikan perasaan nyaman
masase dan sentuhan kepada pada semua umur termasuk
Pasien bayi prematur
b. Farmakologi
Pemantauan efek
Obat Dosis Keterangan
obat
10
Parasetamol 3 x 500 – KI : pada gen fungsi hati 15 – 30 menit
1000 mg
11
BAB IV
DOKUMENTASI
Dari formulir yang digunakan di Rumah Sakit Helsa terdapat beberapa formulir
yang mencantumkan penilaian awal ataupun penilaian ulang skalanya. Beberapa
diantaranya adalah :
1. Formulir asesmen nyeri pada Dewasa
2. Formulir asesmen nyeri pada Anak
3. Formulir asesmen nyeri pada Neonatus
4. Formulir asesmen nyeri pada pasien tidak sadar yang terpasang ventilator
atau pun tidak terpasang ventilator
5. Formulir pengkajian ulang nyeri
6. SOP manajemen nyeri
12