Anda di halaman 1dari 52

ULKUS KORNEA

ARIO PERBOWO PUTRA – 030.04.030


PENDAHULUAN
 Kornea berfungsi sebagai membran pelindung dan “jendela” yang
dilalui berkas cahaya menuju retina. Sifat tembus cahayanya
disebabkan strukturnya yang uniform, avaskuler dan deturgenses
 Deturgenses, atau keadaan dehidrasi relatif jaringan kornea,
dipertahankan oleh “pompa” bikarbonat aktif pada endotel dan oleh
fungsi sawar epitel dan endotel.
 Endotel lebih penting daripada epitel dalam mekanisme dehidrasi dan
cedera kimiawi atau fisik pada endotel jauh lebih berat daripada cedera
pada epitel. Kerusakan sel-sel endotel menyebabkan edema kornea
dan hilangnya sifat transparan.
 Penguapan air dari film air mata prakornea berakibat film air mata
menjadi hipertonik; proses itu dan penguapan langsung adalah faktor-
faktor yang menarik air dari stroma kornea superfisial untuk
mempertahankan keadaan dehidrasi
PENDAHULUAN
 Ulkus kornea adalah keadaan patologik kornea yang ditandai oleh
adanya infiltrat supuratif disertai defek kornea bergaung,
diskontinuitas jaringan kornea dapat terjadi dari epitel sampai stroma.
 Ulkus kornea yang luas memerlukan penanganan yang tepat dan cepat
untuk mencegah perluasan ulkus dan timbulnya komplikasi berupa
descematokel, perforasi, endoftalmitis, bahkan kebutaan.
 Ulkus kornea yang sembuh akan menimbulkan kekeruhan kornea dan
merupakan penyebab kebutaan nomor dua di Indonesia
ANATOMI & FISIOLOGI
 Kornea dewasa rata-rata mempunyai tebal 0,54 mm di tengah, sekitar
0,65 di tepi, dan diameternya sekitar 11,5 mm dari anterior ke posterior
 Kornea mempunyai lima lapisan yang berbeda, dari luar-dalam:
 Lapisan Epitel

 Membran Bowman

 Jaringan Stroma

 Membran Descement

 Endotel
DEFINISI & EPIDEMIOLOGI
 Ulkus kornea adalah hilangnya sebagian permukaan kornea akibat
kematian jaringan kornea, yang ditandai dengan adanya infiltrat
supuratif disertai defek kornea bergaung, dan diskontinuitas jaringan
kornea yang dapat terjadi dari epitel sampai stroma

 Insidensi ulkus kornea tahun 1993 adalah 5,3 per 100.000 penduduk di
Indonesia
 Sedangkan predisposisi terjadinya ulkus kornea antara lain terjadi
karena trauma, pemakaian lensa kontak, infeksi, penggunaan obat
imunosupressif, dan kadang-kadang tidak di ketahui penyebabnya
PATOFISIOLOGI
 Kornea merupakan bagian anterior dari mata, yang harus dilalui cahaya,
oleh karenanya kelainan sekecil apapun di kornea, dapat menimbulkan
gangguan penglihatan yang hebat terutama bila letaknya di daerah
pupil
 Karena kornea avaskuler, maka pertahanan pada waktu peradangan
tidak segera datang, seperti pada jaringan lain yang mengandung
banyak vaskularisasi. Maka badan kornea, wandering cell dan sel-sel
lain yang terdapat dalam stroma kornea, segera bekerja sebagai
makrofag, baru kemudian disusul dengan dilatasi pembuluh darah yang
terdapat di limbus dan tampak sebagai injeksi perikornea. Sesudahnya
baru terjadi infiltrasi dari sel-sel mononuclear, sel plasma, leukosit
polimorfonuklear (PMN), yang mengakibatkan timbulnya infiltrat, yang
tampak sebagai bercak berwarna kelabu, keruh dengan batas-batas tak
jelas dan permukaan tidak licin, kemudian dapat terjadi kerusakan
epitel dan timbullah ulkus kornea
PATOFISIOLOGI
 Kornea mempunyai banyak serabut saraf maka kebanyakan lesi pada
kornea baik superfisial maupun profunda dapat menimbulkan rasa sakit
dan fotofobia. Rasa sakit juga diperberat dengan adanya gesekan
palpebra (terutama palbebra superior) pada kornea dan menetap
sampai sembuh. Regresi iris yang meradang dapat menimbulkan
fotofobia, sedangkan iritasi yang terjadi pada ujung saraf kornea
merupakan fenomena reflek yang berhubungan dengan timbulnya
dilatasi pada pembuluh iris
 Penyakit ini bersifat progresif, regresif atau membentuk jaringan parut.
Infiltrat sel leukosit dan limfosit dapat dilihat pada proses progresif.
Ulkus ini menyebar kedua arah yaitu melebar dan mendalam. Jika ulkus
yang timbul kecil dan superficial maka akan lebih cepat sembuh dan
daerah infiltrasi ini menjadi bersih kembali, tetapi jika lesi sampai ke
membran Bowman dan sebagian stroma maka akan terbentuk jaringan
ikat baru yang akan menyebabkan terjadinya sikatrik
ETIOLOGI
INFEKSI
Infeksi Bakteri
 P. Aeruginosa, Streptococcus Pneumonia dan spesies Moraxella
Hampir semua ulkus berbentuk sentral. Gejala klinis yang khas sekret
mukopurulen
Infeksi Jamur
 Candida, Fusarium, Aspergilus, Cephalosporium, dan spesies mikosis
fungoides
Infeksi Virus
 Herpes simplex, Varicella zoster, Variola
Bentuk khas dendrit diikuti oleh vesikel-vesikel kecil dilapisan epitel
yang bila pecah akan menimbulkan ulkus
ETIOLOGI
Acanthamoeba
 Protozoa hidup bebas yang terdapat didalam air yang tercemar yang
mengandung bakteri dan materi organik. Infeksi ini biasanya ditemukan
pada pemakai lensa kontak yang terpapar air atau tanah yang tercemar

NON-INFEKSI
Bahan Kimia, bersifat asam atau basa
 Bila bahan asam mengenai mata maka akan terjadi pengendapan
protein permukaan. Pada bahan alkali akan terjadi penghancuran
kolagen kornea
Radiasi atau Suhu
 Dapat terjadi pada saat bekerja las, dan menatap sinar matahari yang
akan merusak epitel kornea
ETIOLOGI
Sindrom Sjorgen
 Ditandai keratokonjungtivitis sicca yang merupakan suatu keadan mata
kering yang dapat disebabkan defisiensi unsur film air mata. Kelainan
permukan palpebra atau kelainan epitel yang menyebabkan timbulnya
bintik-bintik kering pada kornea. Pada keadaan lebih lanjut dapat
timbul ulkus pada kornea
Defisiensi Vitamin A
 Kekurangan vitamin A dari makanan atau gangguan absorbsi di saluran
cerna dan gangguan pemanfaatan oleh tubuh
Obat-obatan
 Obat-obatan yang menurunkan mekanisme imun, misalnya;
kortikosteroid, IDU (Iodo 2 dioxyuridine), anestesi lokal
Trauma, Pajanan (exposure), dan Neurotropik
KLASIFIKASI
Berdasarkan lokasi , dikenal ada 2 bentuk ulkus kornea , yaitu:
 Ulkus Kornea Sentral
 Ulkus kornea bakterialis

 Ulkus kornea fungi

 Ulkus kornea virus

 Ulkus kornea acanthamoeba

 Ulkus Kornea Perifer


 Ulkus marginal

 Ulkus mooren (ulkus serpiginosa kronik / ulkus roden)

 Ulkus cincin (ring ulcer)


ULKUS KORNEA SENTRAL
ULKUS KORNEA BAKTERIALIS
 Ulkus Streptokokus : Khas sebagai ulkus yang menjalar dari tepi ke
arah tengah kornea (serpiginous). Berwarna kuning keabu-abuan
berbentuk cakram dengan tepi ulkus yang menggaung. Ulkus cepat
menjalar ke dalam dan menyebabkan perforasi kornea

 Ulkus Stafilokokus : Ulkus putih kekuningan disertai infiltrat berbatas


tegas tepat dibawah defek epitel. Apabila tidak diobati secara adekuat,
akan terjadi abses kornea yang disertai edema stroma dan infiltrasi sel
leukosit. Walaupun terdapat hipopion ulkus seringkali indolen yaitu
reaksi radangnya minimal
ULKUS KORNEA SENTRAL
 Ulkus Pseudomonas : Lesi dimulai dari daerah sentral. Ulkus berwarna
abu-abu dengan kotoran yang dikeluarkan berwarna kehijauan.
Kadang-kadang bentuk ulkus ini seperti cincin. Dalam bilik mata depan
dapat terlihat hipopion

 Ulkus Pneumokokus : Tepi ulkus akan terlihat menyebar ke arah satu


jurusan sehingga memberikan gambaran karakteristik yang disebut
Ulkus Serpen. Infiltrasi sel yang penuh dan berwarna kekuning-
kuningan. Ulkus ini selalu ditemukan hipopion yang tidak selamanya
sebanding dengan beratnya ulkus.
ULKUS KORNEA SENTRAL
ULKUS KORNEA FUNGI
 Mata dapat tidak memberikan gejala selama beberapa hari sampai
beberapa minggu sesudah trauma yang dapat menimbulkan infeksi
jamur ini
 Permukaan lesi terlihat bercak putih dengan warna keabu-abuan yang
agak kering. Tepi lesi berbatas tegas irregular dan terlihat penyebaran
seperti bulu pada bagian epitel yang baik. Terlihat tempat asal
penyebaran di bagian sentral dan terdapat satelit-satelit disekitarnya.
Tukak kadang-kadang dalam. Pada infeksi kandida bentuk tukak
lonjong dengan permukaan naik. Dapat terjadi neovaskularisasi akibat
rangsangan radang. Terdapat injeksi siliar disertai hipopion
ULKUS KORNEA SENTRAL
ULKUS KORNEA VIRAL
 Ulkus Kornea Herpes Zoster : Biasanya diawali rasa sakit pada kulit
dengan perasaan lesu. Gejala ini timbul satu 1-3 hari sebelum timbulnya
gejala kulit. Pada mata ditemukan vesikel kulit dan edem palpebra,
konjungtiva hiperemis, kornea keruh akibat terdapatnya infiltrat
subepitel dan stroma. Infiltrat dapat berbentuk dendrit yang
bentuknya berbeda dengan dendrit herpes simplex. Dendrit herpes
zoster berwarna abu-abu kotor dengan fluoresin yang lemah. Kornea
hipestesi tetapi dengan rasa sakit. Keadaan yang berat pada kornea
biasanya disertai dengan infeksi sekunder
ULKUS KORNEA SENTRAL
 Ulkus Kornea Herpes Simplex : Biasanya gejala dini dimulai dengan
tanda injeksi siliar yang kuat disertai terdapatnya suatu dataran sel di
permukaan epitel kornea disusul dengan bentuk dendrit atau bintang
infiltrasi. terdapat hipertesi pada kornea secara lokal kemudian
menyeluruh. Terdapat pembesaran kelenjar preaurikel. Bentuk dendrit
herpes simplex kecil, ulceratif, jelas diwarnai dengan fluoresin dengan
benjolan diujungnya
ULKUS KORNEA SENTRAL
ULKUS KORNEA ACANTHAMOEBA
 Awal dirasakan sakit yang tidak sebanding dengan temuan kliniknya.
Kemerahan dan fotofobia. Tanda klinik khas adalah ulkus kornea
indolen, cincin stroma, dan infiltrat perineural
ULKUS KORNEA PERIFER
ULKUS MARGINAL
 Bentuk ulkus marginal dapat simpel atau cincin. Bentuk simpel
berbentuk ulkus superfisial yang berwarna abu-abu dan terdapat pada
infeksi stafilococcus, alergi, disentri basilar, gonokok arteritis nodosa.
Yang berbentuk cincin atau multiple ditemukan pada penderita
leukemia akut, sistemik lupus eritromatosis
ULKUS KORNEA PERIFER
ULKUS MOOREN
 Berjalan progresif dari perifer kornea ke arah sentral. Terdapat pada
usia lanjut. Banyak teori penyebab yang diajukan, salah satu adalah
teori hipersensitivitas tuberculosis, virus, alergi, dan autoimun.
Biasanya unilateral. Sakit sekali. Sering menyerang seluruh permukaan
kornea dan kadang meninggalkan satu pulau yang sehat pada bagian
yang sentral

RING ULCER
 Injeksi perikorneal sekitar limbus. Kadang timbul perforasi. Ulkus
marginal yang banyak kadang-kadang dapat menjadi satu menyerupai
ring ulcer. Perjalanan penyakitnya menahun
MANIFESTASI KLINIS
GEJALA SUBJEKTIF
 Eritema pada kelopak mata dan konjungtiva
 Sekret mukopurulen
 Merasa ada benda asing di mata, Nyeri
 Pandangan kabur, Silau
 Bintik putih pada kornea, sesuai lokasi ulkus
 Infiltat yang steril dapat menimbulkan sedikit nyeri

GEJALA OBJEKTIF
 Injeksi siliar
 Hilangnya sebagian jaringan kornea, dan adanya infiltrat
 Hipopion
DIAGNOSIS
 Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik
 Disamping itu perlu juga dilakukan pemeriksaan diagnostik seperti:
 Ketajaman penglihatan

 Tes refraksi

 Tes air mata

 Pemeriksaan slit-lamp

 Keratometri (pengukuran kornea)

 Respon reflek pupil

 Pewarnaan kornea dengan zat fluoresensi


DIAGNOSIS
 Goresan ulkus untuk analisa atau kultur (pulasan Gram, Giemsa atau
KOH)
 Pada jamur dilakukan pemeriksaan kerokan kornea dengan spatula

kimura dari dasar dan tepi ulkus dengan biomikroskop. Dilakukan


pewarnaan KOH, Gram atau Giemsa. Lebih baik lagi dengan biopsi
jaringan kornea dan diwarnai dengan Periodic Acid Schiff.
Selanjutnya dilakukan kultur dengan agar sabouraud atau agar
ekstrak maltosa
PENATALAKSANAAN
PENATALAKSANAAN DI RUMAH
 Jika memakai lensa kontak, secepatnya untuk melepaskannya
 Jangan memegang atau menggosok-gosok mata yang meradang
 Mencegah penyebaran infeksi dengan mencuci tangan
 Berikan analgetik jika nyeri

PENATALAKSANAAN MEDIS
 Pengobatan Konstitusi
 Makanan yang bergizi, udara yang baik, lingkungan yang sehat

 Pemberian roboransia: vitamin A, vitamin B kompleks dan vitamin C


PENATALAKSANAAN
 Pengobatan Lokal
 Sulfas Atropine

 Sedatif, menghilangkan rasa sakit


 Dekongestif, menurunkan tanda-tanda radang
 Menyebabkan paralysis M. Siliaris dan M. Konstriktor pupil
 Skopolamin sebagai midriatika

 Analgetik

 Untuk menghilangkan rasa sakit, dapat diberikan tetes pantokain,


atau tetrakain
 Antibiotik

 Antibiotik yang sesuai dengan kuman penyebabnya atau yang


berspektrum luas. Pada pengobatan ulkus sebaiknya tidak
diberikan salap mata karena dapat memperlambat penyembuhan
dan juga dapat menimbulkan erosi kornea kembali
PENATALAKSANAAN
 Anti Jamur
 Jenis jamur yang belum diidentifikasi penyebabnya : Topikal
Amphotericin B 1, 2, 5 mg/ml, Thiomerosal 10 mg/ml, Natamycin >
10 mg/ml, Golongan Imidazole
 Jamur berfilamen : Topikal Amphotericin B, Thiomerosal,
Natamicin, Imidazol
 Ragi (yeast) : Amphotericin B, Natamicin, Imidazol
 Actinomyces yang bukan jamur sejati : Golongan Sulfa, berbagai
jenis Antibiotik
PENATALAKSANAAN
 Anti Viral
 Herpes Zoster: Simptomatik, diberikan streroid lokal untuk
mengurangi gejala, sikloplegik, antibiotik spektrum luas untuk
infeksi sekunder, analgetik bila terdapat indikasi
 Herpes Simplex: diberikan pengobatan IDU, ARA-A, PAA,
interferon inducer

 Perban tidak seharusnya dilpakai pada lesi infeksi supuratif karena


dapat menghalangi pengaliran sekret infeksi tersebut dan memberikan
media yang baik terhadap perkembang biakan kuman penyebabnya
 Perban diperlukan pada ulkus yang bersih tanpa sekret guna
mengurangi rangsangan
PENATALAKSANAAN
UNTUK MENGHINDARI PENJALARAN ULKUS
 Kauterisasi
 Dengan zat kimia : Iodine, As. Karbolik, Trikloroasetat

 Dengan panas (heat cauterisasion) : Elektrokauter atau Termophore.

Ujung alat yang mengandung panas disentuhkan pada pinggir ulkus


sampai berwarna keputih-putihan
 Penutupan ulkus dengan flap konjungtiva. Dengan tujuan memberi
perlindungan dan nutrisi pada ulkus untuk mempercepat
penyembuhan. Kalau sudah sembuh, flap konjungtiva ini dapat
dilepaskan kembali
PENATALAKSANAAN
 Keratoplasti
 Jalan terakhir jika urutan penatalaksanaan diatas tidak berhasil

 Indikasi keratoplasti:

 Jaringan parut yang mengganggu penglihatan


 Kekeruhan kornea yang menyebabkan kemunduran visus
 Kelainan kornea yang mengganggu mental penderita
 Kelainan kornea yang tidak disertai ambliopia
KOMPLIKASI & PROGNOSIS
 Komplikasi yang paling sering timbul berupa:
 Kebutaan parsial atau komplit

 Perforasi dapat berlanjut menjadi endoptalmitis & panopthalmitis

 Prolaps iris

 Sikatrik kornea

 Katarak

 Glaukoma sekunder

 Prognosis ulkus kornea tergantung pada tingkat keparahan, cepat


lambatnya mendapat pertolongan, jenis mikroorganisme penyebabnya,
serta ada tidaknya komplikasi yang timbul. Ulkus kornea yang luas
memerlukan waktu penyembuhan yang lama, karena jaringan kornea
bersifat avaskular. Semakin tinggi tingkat keparahan dan lambatnya
mendapat pertolongan, serta timbulnya komplikasi, maka
prognosisnya menjadi lebih buruk
ULKUS KORNEA FUNGI OS
STATUS OFTALMOLOGI
Identitas Pasien
 Nama : Tn. I
 Umur : 38 tahun
 Jenis kelamin : Laki-laki
 Suku : Jawa
 Agama : Islam
 Alamat : Pondok Asri A2 No. 4, Cinere
 Pekerjaan : Pemulung barang bekas
 Pendidikan : Tamat SD
 Tanggal masuk Poli Mata : 24 Februari 2011
anamnesis
 Autoanamnesis :
24 Maret 2010, Jam 10.30 WIB

 Keluhan Utama :
Mata kiri pasien makin bertambah nyeri dan berair sejak 1 minggu
SMRS Fatmawati

 Keluhan Tambahan :
Pasien merasa ketajaman penglihatannya berkurang dan merasa silau
jika melihat sinar
anamnesis
 Riwayat Penyakit Sekarang :
1 Bulan SMRS Fatmawati (24 Januari 2011) :
Mata kiri kelilipan serat fiber, terasa seperti pasir yang mengganjal
Mata kiri menjadi merah berair, cairan encer & tidak lengket
Pasien mengatasi gejala dengan obat warung Insto
2 Minggu SMRS Fatmawati (10 Februari 2011) :
Ketajaman penglihatan mata kiri berkurang
Mata kirinya menjadi silau jika melihat cahaya
Mata kirinya mulai terasa nyeri dan sering berair
1 Minggu SMRS Fatmawati (17 Februari 2011) :
Rasa nyeri dan berair bertambah hebat, menghambat aktivitas
Mata kiri makin bertambah merah, buram, dan sering silau
anamnesis
 Riwayat Penyakit Sekarang :
Cairan mata lengket hingga susah buka mata & demam (-)
Bersin, batuk, & sesak pada pagi hari atau lingkungan kotor (-)
Keluhan pada kulit atau kelopak mata sebelah kiri wajah (-)
Penyakit kencing manis atau obat kortikosteroid jangka panjang (-)
Mata pegal, mual muntah, penglihatan pelangi (-)

 Riwayat Penyakit Dahulu :


Riwayat penyakit mata berulang (-), Riwayat operasi mata (-) 

 Riwayat Penyakit Keluarga :


Riwayat DM, Alergi, dan Asma keluarga (-)
Pemeriksaan fisik
 Status Generalis
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital :
TD  120/70 mmHg N  80 x/menit
S  37,5 °C P  20 x/menit
Kepala : Normocephali
THT : Sekret (-), serumen (-)
Mulut : Caries gigi (-)
Leher : KGB tidak teraba membesar
Thoraks :
Cor  S1S2 reguler, gallop (-), murmur (-)
Pulmo  SN vesikuler, Rhonki (-), wheezing (-)
Pemeriksaan fisik
 Status Generalis
Abdomen : Buncit, supel, nyeri tekan (-), bising usus (+) N
Ekstremitas : Akral hangat (+/+), oedem (-/-)

 Status Oftalmologi
Visus
AVOD : s.c. : 5/5
AVOS : s.c. : 5/10
c.c. : S+1,50; C-0,25 X 180°  5/5 F 2
PEMERIKSAAN FISIK
OD OS

Kedudukan bola Mata Ortoposisi Ortoposisi

Pergerakan Bola Mata Baik segala arah Baik segala arah

Palpebra Oedema (-), hiperemis (-), Oedema (-), hiperemis (-),


hordeolum (-), kalazion (-) hordeolum (-), kalazion (-)

Konjungtiva Tarsal Kemosis (-), hiperemis (-), Kemosis (-), hiperemis (-),
papil (-), folikel (-) papil (-), folikel (-)

Konjungtiva Fornix Kemosis (-), hiperemis (-), Kemosis (-), hiperemis (-),
simblefaron (-) simblefaron (-)

Konjungtiva Bulbi Inj.konj. (+), inj.episk. (-), Inj.konj. (+), inj.episk. (-),
inj.silier (-), perdarahan (-) inj.silier (+), perdarahan (-)
PEMERIKSAAN FISIK
OD OS

Kornea Jernih, infiltrat (-), ulkus (-), Keruh, infiltrat (+), ulkus (+),
tes.sens. (x), tes.fluo. (x) tes.sens(-), tes.fluo. (+)

Kamera Okuli Anterior Dalam, jernih, sel (-), flare Dalam, jernih, sel (-), flare
(-), hipopion (-), hifema (-) (-), hipopion (-), hifema (-)

Iris Coklat, radier, eksudat (-), Coklat, radier, eksudat (-),


atrofi (-), sinekia (-) atrofi (-), sinekia (-)

Pupil Bulat, 3mm, isokor, sentral, Bulat, 3mm, isokor, sentral,


RCL/TL (+/+), seklusi (-) RCL/TL (+/+), seklusi (-)

Lensa Jernih, shadow test (-), Jernih, shadow test (-),


r.kaca (-), luksasi (-), IOL (-) r.kaca (-), luksasi (-), IOL (-)

Badan Vitreus Jernih, flare (-) Jernih, flare (-)


PEMERIKSAAN FISIK
OD OS
Funduskopi

• Refleks Fundus (+) (+) Menurun


• Papil Merah orange, bulat, tegas Merah orange, bulat, tegas
• CD Ratio 0,3 0,3
• A/V Ratio 2/3 2/3
• Retina Eksudat (-), perdarahan (-), Eksudat (-), perdarahan (-),
infiltrat (-), mikroaneurisma infiltrat (-), mikroaneurisma
(-), neurovask. (-) (-), neurovask. (-)
• Refleks Makula (+) (+)
Uji Proyeksi Sinar Baik segala arah Baik segala arah
Uji Proyeksi Warna Baik Baik
Pemeriksaan fisik
 Pemeriksaan Slit Lamp

Didapatkan infiltrat keabu-abuan serta ulkus pada kornea dimulai dari


lapisan epitel hingga stroma
Pemeriksaan fisik
 Pemeriksaan Fluorescent

Didapatkan defek pada epitel kornea ditandai dengan gambaran berwarna


hijau dengan menggunakan cahaya biru
resume
Pasien Tn. I, 38 tahun, datang ke Poli Mata RSUP Fatmawati
dengan keluhan utama mata kiri bertambah nyeri dan berair sejak 1
minggu SMRS. Awalnya mata kiri kelilipan fiber saat mengolah barang
bekas, rasa tidak enak berlangsung selama 2 minggu. Mata merah (+),
sekret encer (+), penurunan visus (+), fotofobia (+), sekret purulen (-),
demam (-), riw. atopi (-), keluhan kulit, kelopak, wajah unilateral (-), riw.
DM & KS jangka panjang (-), pegal bola mata kiri (-), mual muntah (-),
abrasi kromatik kornea (-), rekurensi penyakit (-), riw. operasi mata (-),
riw. DM & atopi keluarga (-).
Pada pemeriksaan oftalmologi didapatkan AVOD: s.c 5/5; AVOS: s.c
5/10, c.c S+1,50 C-0,25 X180  5/5F2; Konjungtiva bulbi ODS  Injeksi
konjungtiva; Kornea OS  Keruh, infiltrat (+), ulkus (+), sensibilitas (-),
fluorescent (+); Funduskopi OS  Ref. fundus (+) menurun; Px.
Slitlamp OS  Infiltrat keabuan (+), ulkus kornea lap. epitel – stroma.
DIAGNOSIS
 Diagnosis Kerja :
Ulkus Kornea Fungi OS 

 Diagnosis Banding :
Ulkus Kornea Bakterial OS
Ulkus Kornea Viral OS
PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Pemeriksaan kerokan kornea
 Sediaan apus menggunakan KOH

 Pewarnaan Gram dan Giemsa

 Kultur bakteri, virus, atau jamur


PENATALAKSANAAN
 Antifungal Eye Drop
 Natamycin ED 6 dd gutt I OS
 Artificial Tears Eye Drop
 Na Hyaluronate ED 6 dd gutt I OS
 Midriatikum Eye Drop
 Atropine Sulfate ED 6 dd gutt I OS

 Antifungal Oral
 Itrakonazol 6 dd I tab
 Antbiotik Oral
 Ciprofloxasin 250 mg 6 dd I tab
PROGNOSIS
 OD
 Ad Vitam : Bonam
 Ad Visam : Bonam
 OS
 Ad Vitam : Dubia ad bonam
 Ad Visam : Dubia ad bonam
ULKUS KORNEA FUNGI OS
DISKUSI KASUS
DISKUSI KASUS
 Diagnosis kerja kasus ini ditegakkan berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan oftalmologi yang dilakukan
ANAMNESIS
 Pasien Tn. I, 38 tahun, datang ke Poli Mata RSUP Fatmawati dengan
keluhan utama mata kiri bertambah nyeri dan berair sejak 1 minggu
SMRS. Pasien mengeluhkan visus menurun (+) dalam 2 minggu terakhir
yang kemudian ditemukan pada pemeriksaan, mata merah (+)  Mata
merah visus turun mendadak
 Mata merah berair (+), visus turun (+), fotofobia (+), nyeri (+)  Sesuai
gejala umum ulkus kornea
 Rasa tidak enak berlangsung selama 2 minggu, baru kemudian nyeri,
sekret encer (+)  Sesuai gejala awal Ulkus kornea fungi
 Sekret purulen (-), demam (-)  Gejala khas ulkus kornea bakteri (-)
DISKUSI KASUS
 Keluhan kulit, kelopak, wajah unilateral (-), rekurensi penyakit (-), riw.
operasi mata (-)  Gejala khas ulkus viral (-)
 Pegal bola mata kiri (-), mual muntah (-), abrasi kromatik kornea (-) 
Gejala khas Glaukoma akut sudut tertutup (-)
 Riw. atopi pasien & keluarga (-)  Faktor predisposisi Keratitis vernalis
& atopi penyebab ulkus (-)
 Riw. DM & KS jangka panjang (-)  Faktor predisposisi imunosupressor
(-)
PEMERIKSAAN OFTALMOLOGI
 AVOS: s.c 5/10, c.c S+1,50 C-0,25 X180  5/5F2  Bukan kelainan
refraksi, penurunan visus akibat media refraksi
 Kornea: Keruh, infiltrat (+), ulkus (+), sensibilitas (-), fluorescent (+) 
Ulkus kornea jamur atau virus, defek pada epitel
DISKUSI KASUS
PEMERIKSAAN OFTALMOLOGI
 Funduskopi OS: Ref. fundus (+) menurun, yang lain normal  Tidak ada
kelainan segmen posterior atau nervus optikus
 Px. Slitlamp OS: Infiltrat keabu-abuan (+), ulkus kornea lap. epitel –
stroma  Bentuk khas ulkus kornea fungi
PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Sediaan apus menggunakan KOH  Diharapkan adanya gambaran hifa
atau pseudohifa pada infeksi jamur
 Pewarnaan Gram dan Giemsa  Gambaran bakteri beserta gram nya,
menyingkirkan atau menegakkan infeksi bakteri
 Kultur bakteri, virus, atau jamur  Mengetahui dengan pasti spesies
penyebab infeksi untuk terapi lebih spesifik
DISKUSI KASUS
PENATALAKSANAAN
 Antifungal Eye Drop & Oral (Natamycin ED & Itrakonazol)  Terapi
etiologi berdasarkan diagnosis kerja
 Artificial Tears Eye Drop (Na Hyaluronate ED)  Lakrimasi kornea agar
defek tidak meluas akibat gesekkan palpebra
 Midriatikum Eye Drop (Atropine Sulfate ED)  Sedatif - anti nyeri,
Dekongestif – anti radang, Relaksasi N. simpatis yang bekerja
mendilatasikan pupil
 Antbiotik Oral (Ciprofloxasin)  Biasanya infeksi jamur juga disertai
bakteri, mencegah sekunder infeksi, terapi etiologi berdasarkan
diagnosis banding
PROGNOSIS
 Ad Vitam : Dubia ad bonam  Ditangani cepat, sikatriks (-)
 Ad Visam : Dubia ad bonam  Sikatriks (-)  Visus kembali normal
AKHIR DARI PRESENTASI
TERIMA KASIH ATAS PERHATIANNYA

Anda mungkin juga menyukai