Disusun Oleh :
NIM : 03.021.005
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...............................................................................................................ii
i
KATA PENGANTAR...............................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
Data Subjektif.................................................................................................14
Data Objektif...................................................................................................16
Analisa............................................................................................................17
ii
BAB IV PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................23
KATA PENGANTAR
iii
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan pada
penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat
PreEklamsia Berat di Rumah Sakit Umum Daerah OKU Timur Tahun 2022” penulis juga
mengucapkan terimakasih kepada ibu Rini Camelia SKM, M.Kes selaku kaprodi DIII kebidanan
ibu Wachyu Amelia, SST, M.Kes selaku dosen pembimbing Praktik Belajar Lapangan, penulis
juga mengucapkan terimakasih kepada ibu Yeviza Puspita Sari, SKM, M.Kes selaku
Pembimbing Akademik, Ketua Rumah Sakit Umum Daerah Oku Timur bapak dr.
Sugihartono,M.sc , dan ibu Dwi Prestyawati, SST sebagai Control Instrukture Poli Kebidanan
(PK).
Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi
pembaca tentang materi Asuhan Kebidanan. Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya
kepada seluruh pihak yang ikut serta dalam menyusun makalah ini.
Penulis harap tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan
terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi
iv
Penulis
v
BAB I
PENDAHULUAN
1.1........................................................................................................Latar Belakang
Preeklampsia merupakan salah satu penyebab langsung kematian ibu. Menurut WHO angka
kejadian preeclampsia berkisar antara 0,51-38%. Di negara maju berkisar 6-7% dan
eklampsia 0,1-0,7%, sedangkan dinegara berkembang angka kematian ibu disebabkan
preeklampsia masih tinggi. Diindonesia kasus preeclampsia dan eklampsia terjadi pada6-8%
pada wanita hamil. penyebabnya, masih misterius sehingga disebut penyakit disease of
theory. Kejadian kematian ibu paling banyak adalah pada waktu nifas sebesar 49,12%,
kemudian waktu bersalin sebesar 26,99%, dan pada waktu hamil sebesar 23,89%.
Penyebabkematian adalah perdarahan sebesar 22,42%, eklampsia sebesar 28,76% infeksi
sebesar 3,54%, dan lain-lainsebesar 45,28%. Preeklampsia berat akan berakibat fatal jika
tidak segera ditindak, karna akan merusak plasenta sehingga menyebabkan bayi lahir dalam
keadaan prematur bahkan tidak bernyawa. Preeklampsia berat serta eklampsia juga akan
memberikan dampak terhadap organ-organ ibu seperti diantaranya otak, retina, paru-paru,
jantung, dan ginjal. Selain itu komplikasi yang sering terjadi pada ibu yaitu berupa HELLP
syndrome (hemolisis, elevated liver enzymes, dan low platelet count) yang ditandai dengan
eritrosit yang cepat mengalami hemolisis dapat terlihat dari ptekie, ekimosis dan hematuria,
lalu ditandai dengan peningkatan enzim hati. (Cuningham, et al, 2013).
Berdasarkan data UNICEF (2015), menyatakan jumlah kematian ibu dan anak setiap
tahun akibat komplikasi kehamilan dan persalinan menurun dari 532.000 pada tahun 1990
menjadi 303.000 pada tahun 2015. Penyebab utama kematian ibu adalah akibat
komplikasi dari kehamilan atau melahirkan. Komplikasi tersebut salah satunya adalah
hipertensi dalam kehamilan (preeklampsia & eklampsia) yang telah menyumbangkan
14% penyebab kematian maternal di dunia. (UNICEF, 2015). Preeklampsia sebagai salah
satu komplikasi persalinan didefinisikan sebagai suatu kumpulan gejala pada ibu hamil
ditandai dengan peningkatan tekanan darah sistolik ≥ 140/90 MmHg dan tingginya kadar
protein pada urine (proteinuria) yang sering muncul pada usia kehamilan ≥ 20 minggu.
Kedua kriteria ini masih menjadi definisi klasik preeklampsia, sedangkan untuk edema
tidak lagi dipakai sebagai kriteria diagnostik karena sangat banyak ditemukan pada
wanita dengan kehamilan normal (POGI, 2019).
4
1.2...................................................................................................Rumusan Masalah
Bagaimanakah gambaran “Asuhan Kebidanan Pada Ny A G2P1A0 dengan Preeklampsia
Berat di Rumah Sakit Umum Daerah OKU Timur Tahun 2022”?
1.3.......................................................................................................................Tujuan
1. Tujuan umum
Bagaimanakah “Asuhan Kebidanan Pada Ny A G2P1A0 dengan preeklampsia berat di
Rumah Sakit Umum Daerah OKU Timur Tahun 2022”?
2. Tujuan khusus.
Secara khusus penelitian “Asuhan Kebidanan Pada Ny A G2P1A0 dengan
preeklampsia berat di Rumah Sakit Umum Daerah OKU Timur Tahun 2022”?
bertujuan untuk:
a. Mendeskripsikan hasil pengkajian pada “Asuhan Kebidanan Pada Ny Ny A
G2P1A0 dengan preeklampsia berat di Rumah Sakit Umum Daerah OKU Timur
Tahun 2022”
b. Mendeskripsikan diagnosis pada “Asuhan Kebidanan Pada Ny Ny A G2P1A0
dengan preeklampsia berat di Rumah Sakit Umum Daerah OKU Timur Tahun
2022”
c. Mendeskripsikan intervensi yang direncanakan pada “Asuhan Kebidanan Pada
Ny Ny A G2P1A0 dengan preeklampsia berat di Rumah Sakit Umum Daerah
OKU Timur Tahun 2022”
d. Mendeskripsiakn implementasi yang dilaksanakan pada “Asuhan Kebidanan Pada
Ny A G2P1A0 dengan preeklampsia berat di Rumah Sakit Umum Daerah OKU
Timur Tahun 2022”
e. Mendeskripsikan hasil evaluasi pada “Asuhan Kebidanan Pada Ny A G2P1A0
dengan preeklampsia berat Rumah Sakit Umum Daerah OKU Timur Tahun 2022”
1.4.....................................................................................................................Manfaat
Manfaat penulisan makalah untuk aspek pengembangan ilmu pengetahuan tentang
asuhan kebidanan pada ibu dengan preeklampsia berat dan sejauh mana hasil asuhan
dapat diterapkan untuk kepentingan masyarakat dalam melakukan tindakan segera setelah
terjadi pendarahan. Manfaat bagi penulis adalah untuk memberikan asuhan kebidanan
kepada ibu dengan preeklamsia berat, bagi intitusi/lahan praktek untuk mengembangkan
5
pentingnya tindakan segera Membantu untuk meminimalisirkan kejadian preeklamsia
pada ibu bersalin sehingga dapat menurunkan angka mortalitas dan morbiditas pada ibu
bersalin dengan preeklamsia
6
BAB II
TINJAUAN TEORI
7
2) Menurut Varney dkk, (2007;645). Preeklampsia adalah sekumpulan gejala yang
secara spesifik hanya muncul selama kehamilan dengan usia lebih dari 20 minggu
kecuali pada penyakit trofoblastik.
2. Preeklamsia Berat
Tanda dan gejala: bila salah satu diantara gejala atau tanda ditemukan pada ibu
persalinan, sudah dapat digolongkan preeklamsia berat. Tekanan darah 160/ 110 mm Hg,
oligouria urine < 100.000/mm. (12)
8
Sampai saat ini terjadinya preeklampsia belum diketahui penyebabnya, tetapi ada yang
menyatakan bahwa preeklampsia dapat terjadi pada kelompok tertentu diantaranya yaitu
ibu yang mempunyai faktor penyabab dari dalam diri seperti umur karena bertambahnya
usia juga lebih rentan untuk terjadinya peningkatan hipertensi kronis dan menghadapi
risiko lebih besar untuk menderita hipertensi karena kehamilan, riwayat melahirkan,
keturunan, riwayat kehamilan, riwayat preeclampsia. (Wardani et all, 2015).
preeklampsia dapat terjadi pada kelompok tertentu diantaranya yaitu ibu yang
mempunyai faktor penyabab dari dalam diri seperti umur karena bertambahnya usia juga
lebih rentan untuk terjadinya peningkatan hipertensi kronis dan menghadapi risiko lebih
besar untuk menderita hipertensi karena kehamilan, riwayat melahirkan, keturunan,
riwayat kehamilan, riwayat preeclampsia. (Wardani et all, 2015)
9
• Lakukan intubasi jika diperlukan
Penanganan umum
• Jika tekanan diastolik > 110 mmHg, berikan antihipertensi sampai tekanan diastolik
antara 90-100 mmHg
• Pasang infus Ringer Laktat dengan jarum besar no.16 atau lebih
• Ukur keseimbangan cairan, jangan sampai terjadi overload
• Kateterisasi urin untuk pengukuran volume dan pemeriksaan proteinuria
• Infus cairan dipertahankan 1,5 - 2 liter/24 jam
Persalinan
• Pada preeklampsia berat, persalinan harus terjadi dalam 24 jam, sedangkan pada
eklampsia dalam 6 jam sejak gejala eklampsia timbul
• Jika terjadi gawat janin atau persalinan tidak dapat terjadi dalam 12 jam (pada
eklampsia), lakukan bedah Caesar
• Jika bedah Caesar akan dilakukan, perhatikan bahwa:
a. Tidak terdapat koagulopati. Koagulopati kontra indikasi anestesi spinal.
b. Anestesia yang aman/terpilih adalah anestesia umum untuk eklampsia dan
spinal untuk PEB. Dilakukan anestesia lokal, bila risiko anestesi terlalu
tinggi.
• Jika serviks telah mengalami pematangan, lakukan induksi dengan Oksitosin 2-5 IU
dalam 500 ml Dekstrose 10 tetes/menit atau dengan cara pemberian
prostaglandin/misoprostol
Perawatan post partum
• Anti konvulsan diteruskan sampai 24 jam postpartum atau kejang yang terakhir
• Teruskan terapi hipertensi jika tekanan diastolik masih > 90 mmHg
• Lakukan pemantauan jumlah urin
10
BAB III
TINJAUAN KASUS ASUHAN KEBIDANAN
ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN NORMAL NY A G2P1A0
DENGAN PEB (PREEKLAMSIA BERAT) DI RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH OKU TIMUR TAHUN 2022
DATA SUBJEKTIF
1.Identitas Pasien
Nama ibu. : Ny. Ana Milisiani
Umur. : 42 tahun
11
Agama. : Islam
Suku/bangsa. : Jawa/Indonesia
Pendidikan. : SMA
Pekerjaan. : Ibu Rumah Tangga
Alamat. : Tulus Ayu Belitang BK10
Suami
Nama suami. : Tn. Sujianto
Umur. : 45 tahun
Agama. : Islam
Suku/bangsa. : Jawa/Indonesia
Pendidikan. : SMA
Pekerjaan. : Petani
Alamat. : Tulus Ayu Belitang BK10
2. Alasan datang
Ibu datang ke RSUD Oku Timur ingin melahirkan dan keluar lendir bercampur darah
3. Riwayat Kesehatan/Penyakit
Riwayat penyakit yang diderita sekarang/dulu : Tidak ada
Riwayat penyakit keturunan : Tidak ada
Riwayat penyakit menular : Tidak ada
Riwayat penyulit kehamilan : Tidak ada
Riwayat penyulit persalinan yang lalu : Tidak ada
4. Riwayat Sosial
a. Pengambilan keputusan keluarga : Suami
b. Tempat rujukan jika terjadi komplikasi : RSUD Okutimur
c. Kepercayaan yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan dan nifas : Tidak ada
12
3x Sehari (teratur) nasi, sayuran dan lauk pauk
Kurang lebih 8 gelas/hari air putih
7. Pola Eliminasi :
BAB : 1x sehari
BAK : 5x sehari
DATA OBJEKTIF
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Baik
Kesadaran. : Komposmentis
Tanda-Tanda Vital.
TD. : 150/90 mmHg
Suhu. : 36,5°C
Pernafasan : 18x/m
Nadi. : 90x/menit
Wajah. : Simetris, tidak odema
Mata. : Simetris, bersih, conjungtiva merah muda, skelera
warna putih
Payudara
Areola. : Hitam kecokelatan
Papilla. : Menonjol
Colostrum. : Sudah keluar
Genitalia
Varises : Tidak ada
Edema : Ada Pembengkakan
Bartholini : Tidak ada
13
Tanda-tanda PMS : Tidak ada
Keputihan : Tidak ada
Gatal : Tidak ada
Bau
Keadaan Prineum:
Bekas luka : Tidak ada
Kemerahan : Tidak ada
Ektermitas bawah : Terdapat odema
Ederma
Uterus
TBJ=(TFU-13)x155 : 18x15 = 2.790
Kontraksi. : Baik
Kandung kemih : Kosong
Auskultasi
Djj
- Frekuensi : 133x/m
- Lokasi : Sebelah kanan dibawah pusat
14
Pemeriksaan penunjang (Jika ada indikasi)
HB : Dilakukan (hasil=13.2)
- Leukosit : H 14.41
- Hematokrit : 40.5
- Trombosit : 256
Urine : Tidak dilakukan
HBsAg : Non Reaktif
Anti HIV : Non Reaktif
USG : Dilakukan
ANALISA
G2P1A0 38 minggu kala 1fase aktif jth puka preskep + PEB(preeklamsia berat)
15
CATATAN PERKEMBANGAN
KALA I
Hari/Tanggal
Pembukaan : 10 cm
16
Pendataran : 100%
Ketuban : Utuh
Asesment
Kebutuhan :
17
CATATAN PERKEMBANGAN
KALA II
Hari/Tanggal
N Jam Catatan
18
2. Hari : Data Subjektif
TD : 150/90 Pulse :
90x/m
RR : 18x/m Suhu :
36,5’c
DJJ : -
Pembukaan : 10cm
Pendataran : 100%
Ketuban : Jernih
Asesment
janin baik
Kebutuhan :
III
19
lengkap
kontraksi
CATATAN PERKEMBANGAN
KALA III
20
N Hari/Tanggal Catatan
Data Objektif
Jam :
TD : 146/80 mmHg Pulse :
80x/m
RR : 20x/m Suhu :
36,5’c
Lainnya :
Assesment
Kebutuhan :
tertinggal
21
Berat plasenta 500gram panjang: 50cm
Melakukan IMD
22
CATATAN PERKEMBANGAN
KALA IV
N Hari/Tanggal Catatan
Kontraksi : Baik
Asesment
23
ketuban
24
25
BAB IV
PEMBAHASAN
Retensio plasenta adalah kondisi tidak keluarnya plasenta dalam waktu 30 menit
setelah melahirkan bayi. Kelainan ini adalah komplikasi langka yang hanya
mempengaruhi sekitar 2 hingga 3 persen dari semua kelahiran yang terjadi. Retensio juga
bisa terjadi terjadi ketika sebagian dari plasenta tertinggal di dalam rahim setelah
kelahiran bayi, seperti kasus yang terjadi pada Ny Salamah P3A0 nifas 1 hari, Ny S
bersalin di dukun pada Tanggal 21 November 2022 tetapi pada saat mengeluarkan
plasenta ada bagian plasenta yang tertinggal di dalam uterus, oleh karena itu Ny S
mengalami pendarahan dan rahim tidak berkontraksi dengan baik. Dari kasus yang
penulis bahas di atas berkaitan dengan teori ilmiah yaitu Rohani dkk. (2020:217) retensio
plasenta adalah sebagian atau belum lahirnya plasenta hingga atau melebihi waktu 30
menit setelah bayi lahir. Adapun teori lain yang mendasari terjadinya retensio plasenta
dalam kasus Ny S P3A0 adalah Retensio Plasenta adalah tertinggalnya sisa plasenta dan
membrannya dalam kavum uteri, (Saifuddin, A.B, 2017). Retensio plasenta merupakan
tertinggalnya bagian plasenta dalam rongga rahim yang dapat menimbulkan perdarahan
Post partum dini atau perdarahan post partum lambat yang biasanya terjadi dalam 6 hari
sampai 10 hari pasca persalinan, (Prawirohardjo, 2016). plasenta tidak bisa dianggap
sepele karena jika dibiarkan dapat menimbulkan komplikasi yang berbahaya bagi ibu
yang melahirkan. Ketika plasenta tidak dapat dikeluarkan secara utuh atau tidak terjadi
dalam 30 hingga 60 menit kelahiran bayi, hal ini dikenal retensio plasenta.
26
Plasenta inkreta, yaitu plasenta yang tertanam hingga keseluruhan lapisan otot rahim.
Implantasi jonjot plasenta sampai mencapai otot uterus, sehingga tidak mungkin lepas
sendiri. Perlu dilakukan plasenta manual, tetapi tidak akan lengkap dan harus diikuti:
b. Histerektomi
Kondisi plasenta tertanam hingga memasuki keseluruhan lapisan otot pada rahim.
Respons terhadap suntikan induksi atau obat tambahan saat proses persalinan
berlangsung.
Plasenta tertanam dalam rahim akibat penyempitan yang terjadi di mulut rahim.
rahim, dan bisa juga disebabkan karena kelainan pada lapisan rahim yang biasanya
disebabkan oleh riwayat operasi pada rahim termasuk operasi sesar. Penyebab retensio
plasenta terdiri dari berbagai faktor tergantung pada jenis yang dialami. Namun pada
27
umumnya, penyebab retensi plasenta yang paling sering ditemukan adalah gangguan pada
kontraksi rahim. Kontraksi yang lemah serta jeda yang terlalu lama dapat menghambat
mekanisme tersebut dapat mengganggu pelepasan dan ekspulsi normal plasenta dari
uterus. Plasentasi invasif abnormal dapat terjadi akibat trauma pada endometrium.
pasien. Komplikasi retensio plasenta yang paling sering ditemukan adalah perdarahan
Beberapa kondisi yang dapat membuat rahim tidak berkontraksi dengan baik dapat
menyebabkan retensi plasenta. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan setelah melahirkan
agar dapat membantu untuk mengatasi atau mencegah terjadinya masalah terkait plasenta ini,
yaitu:
Menyusui: Ahli medis akan meminta ibu melahirkan untuk menyusui sesegera
mungkin setelah melahirkan. Hal ini dapat membuat rahim berkontraksi dan
Mengubah posisi: Dokter juga mungkin meminta ibu melahirkan untuk berguling ke
samping atau jongkok. Hal ini dapat membantu rahim untuk berkontraksi dan plasenta
dapat dikeluarkan.
28
Melakukan pijatan/masasse: Dokter juga dapat memberikan pijatan di perut untuk
membantu terjadinya kontraksi. Cara ini dapat menimbulkan rasa tidak nyaman, tetapi
Pemberian obat: Cara lainnya untuk mengatasi retensi plasenta adalah dengan
memberikan suntikan oxitosyn obat agar rahim dapat berkontraksi dan membuat
mengeluarkan plasenta dengan tangan. Namun cara ini dilakukan setelah mencoba
metode lainnya sebelumnya. Dokter akan memberikan anestesi (obat bius) untuk
Operasi: Jika semua cara tidak berhasil, operasi bisa jadi dilakukan. Hal ini umumnya
dilakukan jika plasenta telah tumbuh ke dinding rahim dan menyerang jaringan lain,
sehingga butuh pengangkatan rahim. Selain di operasi jika plasenta masih bisa di
kerok
BAB V
Kesimpulan
29
Retensio plasenta adalah kondisi tidak keluarnya plasenta dalam waktu 30
menit setelah melahirkan bayi. Kelainan ini adalah komplikasi langka yang hanya
mempengaruhi sekitar 2 hingga 3 persen dari semua kelahiran yang terjadi. Macam
macam jenis plasenta adalah Plasenta adhesiva, Plasenta akreta, Plasenta inkreta,
Plasenta inkarserata. Faktor retensio plasenta adalah Bayi yang meninggal pada
saat dilahirkan, terjadi kontraksi rahim yang kuat, ukuran plasenta sangat kecil,
pengalaman melahirkan lebih dari lima kali, pernah menjalani operasi bedah rahim.
Saran
ini, akan tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis
Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat
menghasilkan penelitian dan karya tulis yang bermanfaat bagi banyak orang.
DAFTAR PUSTAKA
30
Apriilia. 2019. Retensio Plasenta. Bandung : Gramedia medika
31