Anda di halaman 1dari 42

ASUHAN KEPERAWATAN MOLA HIDATIDOSA

MAKALAH
Untuk memenuhi tugas matakuliah
Keperawatan Maternitas
yang dibina oleh Ibu Sumirah Budi Pertami , SKp, M.,Kep

Oleh :
1. Laila Firda R P17220191002
2. Citra Noriya P17220191012
3. Mella Nur Sabillah P17220193028
4. Sevia Kurnia Fitri P17220193029

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENEKES MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN
D-III KEPERAWATAN LAWANG
Oktober 2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kesehatan jasmani dan rohani sehingga kita masih bisa menikmati
indahnya ciptaan-Nya. Disini penulis sangat bersyukur karena bisa
menyelesaikan Makalah yang berjudul ” ASUHAN KEPERAWATAN MOLA
HIDATIDOSA”
Dalam Makalah ini penulis mencoba untuk menjelaskan tentang Asuhan
Keperawatan Mola Hidatidosa. Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam pembuatan Makalah ini. Namun tidak lepas
dari semua itu,penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat banyak
kekurangan baik dari segi penyusuan bahasa dan aspek lainnya dan jauh dari
kesempurnaan,oleh karena itu penulis mohon maaf jika terdapat tulisan ataupun
kata-kata yang salah. Penulis juga mengharapkan saran dan kritik dari makalah
ini.

Malang, 29 Oktober 2020

penulis

1
DAFTAR ISI
Halaman Judul
KATA PENGANTAR...................................................................................................1
DAFTAR ISI.................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................4
1.1 Latar Belakang................................................................................................4
1.2 Tujuan.............................................................................................................5
1.3 Manfaat...........................................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................6
2.1 Konsep Medis......................................................................................................6
A Pengertian Mola Hidatidosa..........................................................................6
B Tanda dan Gejala Mola Hidatidosa................................................................7
C Patofisiologi Mola Hidatosa..........................................................................8
D Komplikasi Mola Hidatidosa.........................................................................8
E Pemeriksaan Penunjang untuk Mola Hidatidosa............................................9
F Penatalaksanaan untuk Mola Hidatidosa......................................................10
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan............................................................................11
A Pengkajian.....................................................................................................11
B Diagnosa Keperawatan.................................................................................13
C Intervensi Keperawatan................................................................................14
D Implementasi Keperawatan..........................................................................25
D Evaluasi Keperawatan..................................................................................25
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN REPRODUKSI MOLA
HIDATIDOSA (KASUS FIKTIF)..............................................................................26
3.1 Kasus.................................................................................................................26
A Pengkajian.....................................................................................................26
B Diagnosa Keperawatan..............................................................................30
C Intervensi Keperawatan..............................................................................32
D Implementasi Keperawatan.........................................................................34
E Evaluasi Keperawatan.................................................................................35
BAB IV PEMBAHASAN...........................................................................................37
4.1 Pembahasan.......................................................................................................37
BAB V KESIMPULAN..............................................................................................39

2
5.1     Kesimpulan....................................................................................................39
5.2     Saran..............................................................................................................39
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................40

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Angka kematian ibu merupakan salah satu indikasi yang menentukan derajat
kesehatan suatu bangsa. Data organisasi kesehatan dunia (WHO) pada tahun 2007,
memperkirakan bahwa setiap tahun sejumlah 500 orang perempuan meninggal dunia
akibat komplikasi kehamilan, persalian dan nifas, fakta ini mendekati terjadinya 1
kematian setiap menit dan diperkirakan 99% kematian tersebut terjadi di Negara-
negara berkembang yang tertinggi dengan 450 kematian ibu per 100.000 kelahiran
bayi hidup jika dibandingkan dengan rasio kematian ibu di Sembilan Negara maju
dan 51 negara persemakmuran. Prevalensi molahidatidosa lebih banyak ditemukan
Negara Asia, afrika, dan Amerika Latin. (purwansyah, 2017)Angka kejadian di
Amerika Serikat adalah 1 kejadian dari 1.000 – 1.500 kehamilan, di Asia terjadi 2
dari 1000 kehamilan. Molahidatidosa dapat terjadi pada wanita hamil yang berusia
kurang dari 20 tahun dan berusia antara 40 – 50 tahun(purwansyah, 2017).
Di Indonesia masalah ibu dan anak merupakan prioritas dalam upaya
peningkatan status kesehatan masyarakat, sesuai dengan target MDG’s 2015
(Millenium Development Gold), Angka Kematian Ibu menjadi 102 per 100.000
kelahiran hidup. Upaya kesehatan reproduksi salah satunya adalah menurunkan angka
kesakitan dan kematian ibu hamil dan bersalin. Adapun penyebab langsung dari
kematian ibu di Indonesia adalah trias klasik yaitu perdarahan, infeksi, toksemia
gravidarum. Salah satu dari ketiga ketiga faktor tersebut adalah perdarahan,
perdarahan dapat terjadi pada saat kehamilan, persalinan dan masa nifas. Perdarahan
yang terjadi pada kehamilan, bisa terjadi pada awal kehamilan maupun kehamilan
lanjut, dengan besar angka kejadiannya 3% pada kehamilan lanjut dan 5% pada awal
kehamilan. Perdarahan yang terjadi pada awal kehamilan meliputi abortus, mola
hidatidosa dan kehamilan ektopik. Pada kehamilan lanjut antara lain meliputi Solutio
Plasenta dan Plasenta Previa. Dari kasus perdarahan diatas ternyata didapatkan besar
kasus paling tinggi adalah perdarahan pada awal kehamilan yang dari salah satu
perdarahan awal kehamilan tersebut terdapat kehamilan mola hidatidosa.

4
Molahidatidosa adalah Tumor jinak dari trofoblast dan merupakan kehamilan
abnormal, dengan ciri-ciri stoma villus korialis langka, vaskularisasi dan edematous,
janin biasanya meninggal akan tetapi villus-villus yang membesar dan edematous itu
hidup dan tumbuh terus menerus, sehingga gambaran yang diberikan adalah sebagai
segugus buah anggur.

1.2 Tujuan
Berdasarkan latar belakang di atas, maka tujuan penulisan yang dapat di ambil adalah
sebagai berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan Mola Hidatidosa?
2. Bagaimana tanda dan gejala Mola Hidatidosa?
3. Bagaimana patofisiologi dari Mola Hidatidosa?
4. Bagaimana komplikasi dari Mola Hidatidosa?
5. Bagaimana pemeriksaan penunjang untuk Mola Hidatidosa?
6. Bagaimana penatalaksanaan medis untuk Mola Hidatidosa?
7. Bagaimana asuhan keperawatan Mola Hidatidosa?

1.3 Manfaat
            Penulisan makalah ini bermanfaat untuk mengetahui :
1. Pengertian Mola Hidatidosa
2. Tanda dan gejala Mola Hidatidosa
3. Patofisiologi Mola Hidatidosa
4. Komplikasi Mola Hidatidosa
5. Pemeriksaan penunjang untuk Mola Hidatidosa
6. Penatalaksanaan medis untuk Mola Hidatidosa
7. Asuhan keperawatan Mola Hidatidosa

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Medis
A Pengertian Mola Hidatidosa
Mola Hidatidosa merupakan penyimpangan pertumbuhan dan
perkembangan kehamilan yang disertai janin dan seluruh vili korealis mengalami
perubahan hidropik (Manauba, 1998) dalam (purwansyah, 2017).
Kehamilan mola adalah suatu kehamilan yang ditandai dengan hasil
konsepsi yang tidak berkembang menjadi embrio setelah fetilisasi, namun terjadi
proliferasi dari vili karialis disertai dengan degenerasi hidropik. Uterus melunak dan
berkembang lebih cepat dari usia gestasi normal, tidak dijumpai adanya janin, dan
kavum uteri hanay terisi oleh jaringan seperti rangkaian buah anggur, kelainan ini
merupakan neoplasma trofoblas yang jinak (Yulaikhah, 2008) dalam (purwansyah,
2017).
Mola Hidatidosa adalah perubahan pertumbuhan embrionik dini yang
menyebabkan gangguan pada plasenta, proliferasi sel-sel abnormal yang cepat, dan
penghancuran embrio (purwansyah, 2017).
Mola Hidatidosa ( MH ) merupakan salah satu tipe penyakit trofoblas
gestasional (Gestational Trophoblast Disease, GTD), yakni penyakit berasal dari sel
yang pada keadaan normal berkembang menjadi plasenta pada masa kehamilan,
meliputi berbagai penyakit yang berasal dari sel-sel trofoblast yang diklasifikasikan
World Health Organization sebagai mola hidatidosa parsial (Partial Mola Hydatid,
PMH), mola hidatidosa komplit ( Complete Mola Hydatid, CMH), koriokarsinoma,
mola invasif, dan placental site trophoblastic tumors
Molahidatidosa dapat diklasifikasi yaitu :
a.    Mola hidatidosa komplit
Pada molahidatidosa komplit tidak terdapat adanya tanda - tanda embrio,
tali pusat, ataupun membran. Mola hidatidosa komplit terjadi akibat hasil dari
fertilisasi oleh 1 atau 2 sel sperma terhadap sel telur yang tidak memiliki DNA
sehingga uterus tidak berisi jaringan fetus. Kematian terjadi sebelum berkembangnya

6
sirkulasi plasenta. Villi korionik berubah menjadi vesikel hidropik yang jernih dan
menggantung bergerombol pada pedikulus kecil, seperti anggur. Hiperplasia
menyerang lapisan sinsitiotrofoblas dan sitotrofoblas.
b.    Molahidatidosa parsial
Molahidatidosa parsial terbentuk dari fertilisasi sel ovum oleh 2 sperma
dengan karotipe triploid sehingga dapat ditemukannya jaringan fetus yang tumbuh
menjadi janin dan bertahan selam beberapa minggu. Tanda – tanda adanya embrio,
kantong janin dan kantong amnion dapat ditemukan karena kematian terjadi sekitar
minggu ke 8 atau 9. Hiperplasia trofoblas terjadi pada lapisan sisitotrofoblas tunggal
dan tidak menyebar seperti mola komplit.

B Tanda dan Gejala Mola Hidatidosa


Gejala Klinis mola hidatidosa tidak banyak perbedaan gejala seperti hamil
muda, yaitu nek, mual, muntah, pusing, hanya kadang-kadang berlangsung lebih
hebat. Perkembangan hamil selanjutnya menunjukkan pembesaran rahim yang pesat
disertai pengeluaran hormon semakin meningkat. Infiltrasi sel trofoblas yang merusak
pembuluh darah menimbulkan gejala pendarahan sedikit demi sedikit sampai
pendarahan banyak dan pengeluaran gelembung mola. Pengeluaran gelembung mola
oleh masyarakat telah dikenal dengan sebutan hamil anggur. Tinggi uteri pada
penderita mola hidatidosa dapat lebih tinggi dari umur kehamilan sebenarnya
(purwansyah, 2017).
Pada trimester 1 dan selama trimester 2 terjadi perubahan seperti, perdarahan
pervagina berwarna kecoklatan yang disertai jaringan – jaringan seperti buah anggur,
ukuran uterus membesar lebih besar dari usia kehamilan, denyut jantung janin tidak
ditemukan. Pada perdarahan yang lama atau berkepanjangan akan terjadi anemia
yang ditandai dengan fatique dan sesak nafas, preeklampsia yang ditandai dengan
hipertensi dapat terjadi sebelum usia kehamilan kurang dari 24 minggu, terbentuknya
kista ovarium yang disebabkan tingginya β-hCG perdarahan terutama pada CMH
(Betel dkk, 2006) dalam (purwansyah, 2017).

7
C Patofisiologi Mola Hidatidosa
Jonjot-jonjot tumbuh berganda dan mengandung cairan merupakan kista kista
anggur, biasanya didalamnya tidak berisi embrio. Secara histopatologik kadang-
kadang ditemukan jaringan mola pada plasenta dengan bayi normal. Bisa juga terjadi
kehamilan ganda mola adalah: satu janin tumbuh dan yang satu lagi menjadi mola
hidatidosa. Gelembung mola besarnya bervariasi, mulai dari yang kecil sampai
berdiameter lebih dari 1 cm. Mola parliasis adalah bila dijumpai janin dan
gelembung-gelembung mola.
Secara mikroskopik terlihat :
a. Proliferasi dan trofoblas
b. Degenerasi hidropik dari stroma villi dan kesembaban
c. Terlambat atau hilangnya pembuluh darah dan stroma.
Sel-sel langhans tampak seperti sel polidral dengan inti terang dan adanya sel
sinsial giantik. Pada kasus mola banyak kita jumpai ovarium dengan kista lutein
ganda berdiameter 10 cm atau lebih ( 25 60%). Kista lutein akan berangsur-angsur
mengecil dan kemudian hilang setelah mola hidatidosa sembuh (SARI, 2017). Sel
telur seharusnya berkembang menjadi janini justru terhenti perkembangannya karena
tidak ada buah kehamilan atau degenerasi sistem aliran darah terhadap kehamilan
pada usia 3-4 minggu. Pada fase ini sel seharusnya mengalami nidasi tetapi karena
adanya poliferasi dari trofoblas atau pembengkakan vili atau degenerasi hidrifilik dari
stroma vili dan hilangnya pembuluh darah stroma vili maka nidasi tidak terjadi.
Selain itu sel trofoblas juga mengeluarkan hormon HCG yang akan mengeluarkan
rasa mual dan muntah. Pada mola hidatidosa juga terjadi perdarahan pervaginam, ini
dikarenakan poliferasi trofoblas yang berlebihan, pengeluaran darah ini kadang
disertai juga dengan gelembuung vilus yang dapat memastikan dignosis mola
hidatidosa(SARI, 2017)

D Komplikasi Mola Hidatidosa


a. Perdarahan yang hebat sampai syok, kalau tidak segera ditolong dapat berakibat
fatal

8
b. Perdarahan berulang-ulang yang dapat menyebabkan anemia
c. Infeksi sekunder
d. Perforasi karena keganasan dan karena tindakan
e. Menjadi ganas (PTG) pada kira-kira 18-20% kasus, akan menjadi mola destruens
atau kariokarsinoma(SARI, 2017).

E Pemeriksaan Penunjang untuk Mola Hidatidosa


Menurut Purwaningsih, 2010 dalam (SARI, 2017) ada beberapa pemeriksaan
penunjang yang dapat dilakukan pada pasien mola hidatidosa dengan
1. HCG : nilai HCG meningkat dari normal nya. Nilai HCG normal pada ibu hamil
dalam berbagai tingkatan usia kehamilan berdasarkan haid terakhir :
a. 3 minggu : 5-50 mlU/ml
b. 4 minggu : 5-426 mlU/ml
c. 5 minggu : 18-7,340 mlU/ml
d. 6 minggu : 1.080-56,500 mlU/ml
e. 7-8 minggu : 7,650-229,000 mlU/ml
f. 9-12 minggu : 25,700-288,000 mlU/ml
g. 13-16 minggu : 13,300-254,000 mlU/ml
h. 17-24 minggu : 4,060-165,400 mlU/ml
i. 25-40 minggu : 3,640-117,000 mlU/ml
j. Tidak hamil : <5.0 mlU/ml
k. Post-menopause : < 9.5 mlU/ml
2. Pemeriksaan rontgen : Tidak ditemukan kerangka bayi
3. Pemeriksaan USG : Tidak ada gambaran janin dan denyut jantung janin
4. Uji sonde : Pada hamil mola, sonde mudah masuk,sedangkan pada kehamilan
biasa, ada tahanan dari janin.

9
F Penatalaksanaan untuk Mola Hidatidosa

Karena mola hidatidosa adalah suatu kehamilan patologi dan tidak jarang disertai
penyulit yang membahayakan jiwa, pada prinsipnya harus segera dikeluarkan. Terapi
mola hidatidosa terdiri dari tiga tahap, yaitu :
a. Perbaikan keadaan umum Adalah transfusi darah untuk mengatasi syok
hipovolemik atau anemi,pengobatan terhadap penyulit, seperti pre eklampsi berat atau
tirotoksikosis. Perbaikan keadaan umum pada pasien mola hidatidosa, yaitu :
1) Koreksi dehidrasi
2) Transfusi darah bila ada anemia ( Hb 8 ggr % atau kurang )
3) Bila ada gejala pre eklampsia dan hiperemesis gravidarum diobati sesuai
dengan protokol penangan dibagian obstetrik dan gynekologi
4) Bila ada gejala-gejala tirotoksikosis, dikonsultasikan ke bagian penyakit dalam.
b. Pengeluaran jaringan mola dengan cara kuretase dan histerektomi
1) Kuretase pada pasien mola hidatidosa :
a) Dilakukan setelah pemeriksaan persiapan selesai (pemeriksaan darah rutin,
kadar beta HCG dan foto toraks) kecuali bila jaringan mola sudah keluar spontan
b) Bila kanalis servikalis belum terbuka maka dilakukan pemasangan laminaria
dan kuretase dilakukan 24 jam kemudian
c) Sebelum melakukan kuretase, sediakan darah 500 cc dan pasang infuse dengan
tetasan oksitosin 10 IU dalam 500 cc dektrose 5%.
d) Kuretase dilakukan 2 kali dengan interval minimal 1 minggu
e) Seluruh jaringan hasil kerokan dikirim ke laboratorium PA
2) Histerektomi. Syarat melakukan histerektomi adalah : Tindakan ini
dilakukan pada perempuan yang telah cukup umur dan cukup mempunyai anak.
Alasan untuk melakukan histerektomi adalah karena umur tua dan paritas tinggi
merupan factor predisposisi untuk terjadinya keganasan. Batasan yang dipakai
adalah umur 35 tahun dengan anak hidup tiga (SARI, 2017)
c. Evakuasi Pada umumnya evakuasi jaringan mola dilakukan dengan kuret vakum,
kemudian sisanya dibersihkan dengan kuret tajam.Tindakan kuret hanya dilakukan

10
satu kali.Kuret ulangan dilakukan hanya bila ada indikasi(SARI, 2017).Segerakan
lakukan evakuasi jaringan mola dan sementara proses evakuasi berlangsung berikan
infus 10 IU oksitosin dalam 500 ml NS atau RL dengan kecepatan 40 60 tetes per
menit (sebagai tindakan preventif terhadap perdarahan hebat dan efektifitas kontraksi
terhadap pengosongan uterus secara cepat)(SARI, 2017).

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan


A Pengkajian
a) Identitas pasien Seperti : nama, umur, pendidikan, status pernikahan, pekerjaan,
alamat
b) Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama
Biasanya klien datang dengan keluhan nyeri atau kram perut disertai dengan
perdarahan pervaginam, keluar secret pervaginam, muntah-muntah
2. Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya keluhan pasien akan mengalami perdarahan pervaginam diluar siklus
haidnya, terjadi pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan
3. Riwayat kesehatan dahulu
Kaji jumlah paritas ibu, paritas lebih dari 3 perlu diwaspadai karena semakin
banyak anak keadaan rahim ibu akan semakin melemah. ibu multipara cenderung
beresiko terjadinya kehamilan mola hidatidosa karena trauma kelahiran.
4. Status obstetri ginekologi
a. Usia saat hamil , sering terjadi pada usia produktif 25 – 45 tahun, berdampak
bagi psikososial, terutama keluarga yang masih mengharapkan anak.
b. Riwayat persalinan yang lalu, Apakah klien melakukan proses persalinan di
petugas kesehatan atau di dukun, melakukan persalinan secara normal atau
operasi.
c. Riwayat penggunaan alat kontrasepsi, seperti penggunaan IUD.
d. Adanya keluhan haid, keluarnya darah haid dan bau yang menyengat.
Kemungkinan adanya infeksi.

11
5. Riwayat kesehatan keluarga

11
Hal yang perlu dikaji kesehatan suami, apakah suami mengalami infeksi system
urogenetalia, dapat menular pada istri dan dapat mengakibatkan infeksi pada
celvix.
c) Pola aktivitas sehari – hari
1. Pola nutrisi
Biasanya pada klien mola hidatidosa terjadi penurunan nafsu makan, karena pasien
biasanya akan mengalami mual dan muntah akibat peningkatan kadar hCG dalam
tubuh.
2. Eliminasi
Biasanya pada BAB klien ini dapat menimbulkan resiko terhadap konstipasi itu
diakibatkan karena penurunan peristaltik usus, imobilisasi, obat nyeri, adanya
intake makanan dan cairan yang kurang. Sehingga tidak ada rangsangan dalam
pengeluaran feces. Pada BAK klien mengalami output urine yang menurun
<1500ml/hr, karena intake makanan dan cairan yang kurang.
3. Personal hygiene
Biasanya akibat banyak nya perdarahan yang dialami pasien akan mengalami
kelemahan fisik, pasien akan mengalami pusing dan dapat mengakibatkan
pembatasan gerak, takut mlakukan aktivitas,karena kemungkinan akan timbul nya
nyeri, sehingga dalam personal hygiene tergantung pada orang lain.
4. Pola aktivitas (istirahat tidur)
Biasanya terjadi gangguan istirahat, nyeri akibat luka post op atau setelah kuratese
d) Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
Biasanya keadaan umum kllien akan tampak pucat, lemah, lesu,dan tampak mual
atau muntah
2. Pemeriksaan kepala dan leher
Biasanya muka dan mata pucat, conjungtiva anemis
3. Pemeriksaan leher dan thorak
Tanda-tanda mola hidatidosa tidak dapat di identifikasikan melalui leher dan
thorax

12
4. Pemeriksaan abdomen
Biasanya hampir 50 % pasien mola hidatidosa uterus lebih besar dari yang
diperkirakan dari lama nya amenore.Pada 25% pasien uterus lebih kecil dari yang
diperkirakan.Bunyi jantung janin tidak ada(SARI, 2017).
5. Pemeriksaan genetalia
Biasanya sebelum dilakukan tindakan operasi pada pemeriksaan genetalia eksterna
dapat ditemukan adanya perdarahan pervaginam.
6. Pemeriksaan ekstremitas
Pada ekstrimitas atas dan bawah biasanya ditemukan adanya akral dingin akibat
syok serta tanda-tanda cyanosis perifer pada tangan dan kaki.
e) Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan HCG
2. Pemeriksaan USG

B Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan pervaginam
2. Nyeri berhubungan dengan perdarahan, proses penjalaran penyakit
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
penurunan asupan oral, ketidaknyamanan mulut, mual sekunder akibat peningkatan
kadar HCG
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai darah
ke otak dan suplai nutrisi ke jaringan
5. Resiko infeksi
6. Ansietas berhubungan dengan perubahan fungsi peran(Nurarif & Kusuma, 2015).

13
C Intervensi Keperawatan

Diagnosis dan Perencanaan Keperawatan NANDA Internasional (2015-2017), NIC-NOC (2016)


Diagnosa Keperawatan NOC NIC
Kekurangan volume cairan NOC:Setelah dilakukan Manajemen cairan
berhubungan dengan tindakan keperawatan, 1. Jaga intake atau asupan yang akurat dengan catat
perdarahan pervaginam pasien menunjukkan output pasien
keseimbangan cairan 2. Monitor status hidrasi ( misalnya, membran mukosa
Defenisi : penurunan cairan dengan kriteria hasil : lembab,denyut nadi adekuat)
intravaskuler, intertisial, dan 1. Tekanan darah dalam 3. Monitor hasil laboratorium yang relevan dengan retensi
atau intarselular. Ini mengacu rentang normal ( 110-130 cairan ( misalnya penurunan hematokrit )
pada dehidrasi, kehilangan mmHg) 4. Monitor tanda-tanda vital pasien
cairan saja tanpa perubahan 2. Keseimbangan 5. Monitor makanan atau cairan yang dikonsumsi dan
kadar natrium intake dan output dalam hitung asupan kalori harian
24 jam tidak terganggu 6. Berikan terapi IV
Batasan karakteristik : 3. Hematokrit dalam 7. Dukung pasien dan keluarga untuk membantu dalam
1) Kelemahan rentang normal ( 37-43%) pemberian makan dengan baik
2) Kulit kering 4. Turgor kulit baik Pencegahan perdarahan
3) Membran mukosa 5. Membran mukosa 1. Catat nilai hemoglobin dan hemtokrit sebelum dan
kering lembab setelah pasien kehilangan darah sesuai indikasi
4) Peningkatan 2. Monitor tanda dan gejala perdarahan menetap

14
hematokrit ( contoh : cek smua sekresi darah yang terlihat jelas
5) Penurunan tekanan maupun yang tersembunyi )
darah 3. Monitor komponen koagulasi darah (termasuk
6) Penurunan turgor protrombin time (PT), Partial Thromboplastin Time
kulit (PTT), fibrinogen, degradasi fibrin, dan trombosit
hitung dengan cepat.
4. Monitor tanda-tanda vital
5. Pertahankan agar pasien tetap tirah baring jika terjadi
perdarahan aktif
6. Instruksikan pasien untuk meningkatkan makanan yang
kaya vitamin K

Nyeri akut berhubungan NOC : setelah dilakukan Manajemen nyeri


dengan perdarahan, tindakan keperawatan 1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif yang
proses perjalanan paseien mampu meliputi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
penyakit mengontrol nyeri dengan kualitas, dan berat nya nyeri
kriteria hasil : 2. Pastikan perawatan analgetik bagi pasien dilakukan
Defenisi : pengalaman 1. Nyeri terkontrol dengan pemantauan yang ketat
sensori dan emosional tidak 2. Mampu 3. Gali pengetahuan dan kepercayaan pasien mengenai
menyenangkan yang muncul memutuskan tindakan nyeri

15
akibat kerusakan jaringan untuk memberikan 4. Berikan informasi mengenai nyeri, seperti penyebab
aktual atau potensial atau kenyaman nyeri, berapa lama nyeri akan dirasakan,
yang digambarkan sebagai 3. Mampu menerima mengantisipasi dari ketidaknyamanan akibat prosedur
kerusakan ; awitan yang tiba- infomasi yang disediakan 5. Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri
tiba atau lambat dari ntuk mengurangi nyeri 6. Pilih dan implementasikan tindakan yang
intensitas ringan hingga berat 4. Mampu mengambil beragam ( misalnya, farmakologi, non farmakologi,
dengan akhir yang dapat tindakan untuk interpersonal ) untuk memfasilitasi penurunan nyeri,
diantisipasi atau diprediksi mengurangi nyeri sesuai dengan kebutuhan
7. Evaluasi ke efektifan dari tindakan pengontorl nyeri
Batasan Karakteristik : yang dipakai selama pengkajian nyeri yang dilakukan
1) Ekspresi wajah nyeri (
mis, mata kurang
bercahaya, meringis )
16
2) Fokus pada diri
sendiri
3) Keluhan tentang
intensitas
menggunakan standar
skala nyeri ( mis,
skala Wong- Baker

15
FACES )
4) Keluhan tentang
karakteristik nyeri
dengan menggunakan
standar instrumen
nyeri
5) Laporan tentang
perilaku
nyeri/perubahan
aktivitas
6) Mengekspresikan
prilaku ( mis,
gelisah, merengek,
menangis,waspada
17
)
7) Perubahan posisi
untuk menghindari
nyeri
8) Sikap melindungi area
nyeri.

15
Ketidakseimbangan nutrisi NOC:Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi
kurang dari kebutuhant tindakan keperawatan, 1) Tentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang dibutuhkan
tubuh berhubungan dengan pasien mampu untuk memenuhi persyaratan gizi
penurunan asupan oral, menunjukkan 2) Lakukan atau bantu pasien terkait dengan perawatan mulut
mual sekunder akibat keseimbangan nutrisi tidak sebelum makan
peningkatan kadar hCG terganggu dengan kriteria 3) Monitor kalori dan asupan makanan
hasil : 4) Monitor kecendrungan terjadinya penurunan dan kenaikan
Definisi:
1. Nafsu Makan : berat badan
Asupan nutrisi tidak cukup
Indikator : 5) Berikan arahan bila diperlukan
untuk memenuhi kebutuhan
a. Keinginan untuk
metabolik.
makan tidak terganggu Monitor Nutrisi
b. Rangsangan untuk 1. Timbang berat badan pasien
Batasan Karakteristik: 18
makan tidak terganggu 2. Monitor kecendrungan turun dan naiknya berat badan
a) Bising usus hiperaktif
2. Status Nutrisi : 3. Identifikasi pertumbuhan berat badan terakhir
b) Cepat kenyang
Asupan makanan & 4. Monitor tugor kulit dan mobilitas
setelah makan
cairan 5. Monitor adanya mual muntah
c) Kurang informasi
Indikator : 6. Monitor adanya (warna) pucat, kemerahan dan jaringan
d) Kurang minat pada
a. Asupan makanan konjungtiva yang kering
makanan
secara oral tidak 2) Lakukan pemeriksaan laboratorium (Hb, Ht )

15
e) Membran mukosa terganggu Asupan cairan
pucat secara oral tidak
f) Nyeri andomen terganggu
g) Penurunan berat badan
dengan asupan makanan
adekuat

Intoleransi aktivitas NOC:Setelah dilakukan Peningkatan mekanika tubuh


berhubungan dengan tindakan keperawatan, 1. Kaji komitmen pasien untuk berjalan dan menggunakan
Ketidakseimbangan antara pasien mampu postur tubuh yang benar
suplai darah ke otak dan menunjukkan toleransi 2. Bantu untuk menghindari duduk dalam posisi yang sama
suplai nutrisi ke jaringan terhadap aktivitas dengan dalam jangka waktu yang lama
kriteria hasil : 3. Instruksikan pasien untuk menggerakakn kaki terlebih 19
Defenisi : Ketidakcakupan 1. Frekuennsi nadi dahulu kemudian badan ketika memulai berjalan dari
energi psikologis atau saat beraktivitas posisi berdiri
fisiologis untuk tidak terganggu (80-100 4. Edukasi pasien/kelurga tentang frekuensi dan
mempertahankan atau kali/menit) jumlah pengulangan dari setiap latihan
menyelesaikan aktivitas 2. Tekanan darah
kehidupan sehari-hari yang sistolik dalam Piningkatan Latihan
harus atau yang ingin beraktivitas tidak 1. Gali hambatan untuk melakukan latihan

15
dilakukan terganggu (110-140 2. Dukung ungkapan perasaan mengenai latihan atau
mmHg) kebutuhan untuk melakukan latihan
Batasan Karakteristik 3. Tekanan darah 3. Dukung individu untuk memulai atau melanjutkan latihan
1) Dispnea setelah diastolik dalam 4. Lakukan latihan bersama individu, jika diperlukan
beraktivitas beraktivitas tidak 5. Libatkan keluarga/orang yang memberikan perawatan
2) Ketidaknyamanan terganggu (75-85 mmHg) dalam merencanakan dan meningkatkan program latihan
setelah beraktivitas 4. Frekuensi 6. Instruksikan individu terkait frekuensi, durasi, dan
3) Keletihan pernapasan ketika intensitas prodram latihan yang diinginkan
Respon tekanan darah beraktivitas tidak 7. Monitor respon individu terhadaap program latihan
abnormal terhadap aktivitas terganggu (12-20 8. Sediakan umpan balik positif atau usaha yang dilakukan
kali/menit) individu
Risiko infeksi NOC:Setelah dilakukan Kontrol infeksi
tindakan keperawatan, 1. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan
Definisi: Rentan mengalami pasien mampu mengontrol keperawatan 20

invasi dan multiplikasi Infeksi , dengan kriteria 2. Tingkatkan intake nutrisi


organisme patogenik yang hasil : 3. Monitor tandadangejalainfeksisistemikdan lokal
dapat mengganggu kesehatan. 1. Mampu 4. Inspeksikulitdanmembranemukosaterhadapkemerah
mengidentifikasi faktor an, panas, drainase
risiko infeksi 5. Monitor adanyaluka
2. Mengetahui 6. Dorongmasukancairan

15
konsekuensi terkait 7. Dorongistirahat
infeksi 8. Ajarkanpasiendankeluargatandadangejalainfeksi
3. Mampu
mengidentifikasi tanda
dan gejala infeksi
4. Mempu menunjukan
mencuci tangan untuk
pencegahan infeksi
5. Tidak ada kemerahan
6. Tidak ada demam
7. Tidak ada hipotermia
8. Tidak ada kestabilan
suhu
21
9. Tidak ada kehilangan
nafsu makan
10. Tidak ada malaise

Ansietas berhubungan NOC:Setelah dilakukan Terapi Relaksasi :


dengan perubahan tindakan keperawatan, 1. Tentukan apakah ada intervensi relaksasi dimasa lalu yang
fungsi peran pasien menunjukkan sudah memberikan manfaat

15
cemas berkurang dengan 2. Berikan deskripsi detail terkait intervensi relaksasi yang
Definisi :Perasaan tidak tanda- tanda vital dalam dipilih
nyaman atau kekhawatiran rentang normal dengan 3. Ciptakan lingkungan yang tenang dan tanpa distraksi
yang samar disertai respon kriteria hasil : dengan lampu yang redup dan suhu lingkungan yang
autonom (sumber sering kali nyaman, jika memungkinkan
1. Suhu tubuh dalam
tidak spesifik atau tidak 4. Dapatkan perilaku yang menunjukan terjadinya relaksasi,
rentang normal
diketahui oleh individu) misalnya bernapas dalam, menguap, pernapasan perut, atau
2. Tingkat pernapasan
perasaan takut yang banyangan yang menyenangkan
dalam rentang normal
disebabkan oleh antisipasi 5. Minta klien untuk rileks dan merasakan sensasi yang terjadi
3. Tekanan darah sistolik
terhadap bahaya. Perasaan ini 6. Tunjukan dan praktekan teknik relaksasi pada pasien
dalam rentang normal
merupakan isyarat Evaluasi dan dokumentasikan respon terhadap terapi
4. Tekanan darah
kewaspadaan yang relaksasi
diastolik dalam rentang
memperingatkan bahaya yang
normal 22
akan terjadi dan
5. Tekanan nadi dalam
memampukan individu
rentang normal
melakukan tindakan untuk
6. Kedalaman inspirasi
menghadapi ancaman
dalam rentang normal

Batasan Karakteristik

15
Perilaku
1. Penurunan
produktivitas
2. Mengekspresikan
kekhawatiran akibat
perubahan dalam
peristiwa hidup
3. Gelisah
4. Insomnia
5. Kontak mata buruk
Resah

Afektif
1. Gelisah
2. Distress
3. Ketakutan
4. Perasaan tidak adekuat
5. Marah
6. Menyesal
Perasaan takut Khawatir

15
Fisiologis
1. Wajah tegang
2. Peningkatan keringat
3. Gemetar/tremor
4. Suara bergetar
Sumber : NANDA International, (2015-2017), NIC-NOC (2016)

24

15
D Implementasi Keperawatan
Menurut Perry & Potter (2009) dalam (SARI, 2017) implementasi merupakan
tahap keempat dari proses keperawatan yang dimulai setelah perawat menyusun
rencana keperawatan. Perencanaan keperawatan yang dibuat berdasarkan diagnosis
yang tepat. Tindakan keperawatan diharapkan dapat mencapai tujuan dan hasil yang
diinginkan untuk mendukung dan mengingatkan status kesehatan klien. Tindakan
keperawatan merupakan bentuk penanganan yang dilakukan oleh perawat
berdasarkan pertimbangan dan pengetahuan klinis yang bertujuan untuk
meningkatkan hasil perawatan klien. Proses tindakan keperawatan memerlukan
pengkajian ulang terhadap klien. Saat melakukan tindakan keperawatan, perawat akan
berfokus untuk melakukan tindakan pencegahan terjadinya perdarahan, atau
mengupayakan agar klien tidak mengalami kekurangan volume cairan. Bisa
dilakukan dengan melakukan transfusi darah, pemenuhan cairan melalu infus. Serta
pemantauan tanda-tanda vital pasien (SARI, 2017).

E Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan proses kontiniu yang terjadi saat perawat melakukan
kontak dengan pasien. Setelah melaksanakan tindakan keperawatan,kumpulkan data
subjectif dan objektif dari klien, keluarga, dan anggota tim kesehatan. Selain itu
perawat juga dapat meninjau ulang pengetahuan tentang status terbaru dari kondisi,
terapi, sumber daya, pemulihan, dan hasil yang diharapkan. Proses evaluasi
keperawatan dari data yang didapatkan diharapkan pada pasien mola hidatidosa tidak
terjadi lagi perdarahan, klien tidak anemis, tanda-tanda vital dalam batas normal
(SARI, 2017). Jika hasil telah terpenuhi, berarti tujuan untuk klien juga telah
terpenuhi. Bandingkan perilaku dan respon klien sebelum dan setelah dilakukan
asuhan keperawatan (Perry & Potter, 2009) dalam (SARI, 2017).

25
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN REPRODUKSI
MOLA HIDATIDOSA (KASUS FIKTIF)
3.1 Kasus
Ny. X berusia 30 tahun dibawah keluarganya karena mengalami
pendarahan. Klien sudah 6 hari mengalami pendarahan. Hasil pemeriksaan
diadapatkan vulva tampak kotor dan keluar cairan putih kekuningan serta berbau,
darah yang keluar disertai gelembung-gelembung cairan. Klien tampak lemah,
mukosa bibir kering, turgor kulit kering tidak elastis, pasien mengaku mual, muntah,
tampak meringis menahan nyeri. Pasien mengaku nyeri dibagian perutnya.
Perdarahan 500 cc, TD 100/80 mmHg, RR 22x/menit, N 125x/menit, suhu 37ᵒ c, BB
55 kg. pasien juga mengatakan pusing selama 2 hari. Usia kandungannya sudah 9
minggu. Selama perdarahan pasien hanya berbaring di tempat tidur.

A Pengkajian
Tanggal Masuk : 1 November 2020
Ruang / RS : Melati
Tanggal Pengkajian : 1 November 2020
Jam Masuk : 08.00
Jam Pengkajian : 08.00
Tempat : UGD

A. Data Umum Klien


1. Nama klien : Ny. X
2. Usia : 30 tahun
3. Agama : Islam
4. Status perkawinan : menikah
5. Pekerjaan : Ibu rumah tangga
6. Pendidikan terakhir : SMA
7. Nama suami : Tn. A

26
8. Umur : 35 tahun
9. Agama : Islam
10. Pekerjaan : Wiraswasta
11. Pendidikan terakhir : S-I Manajamen Ekenomi
12. Alamat : Jl. Ambalwarsa

B. Anamnesa
1. Diagnosa Medis : Mola Hidatidosa
2. Keluhan Utama : Pendarahan
3. Keluhan saat Pengkajian : Pasien dating ke Rumah Sakit dengan keluhan
mengalami perdarahan disertai gelembung berisi cairan
4. Riwayat penyakit sekarang : Klien mengeluh mengalami perdarahan disertai
gelembung-gelemung berisi sejak 6 hari, mual muntah, pusing sudah 3 hari, nyeri
bagian perut
5. Riwayat penyakit /kesehatan yang lalu : -
6. Riwayat kesehatan keluarga : -
7. Riwayat menstruasi :
a. Menarchea : Umur 14 tahun
b. Siklus ; 28 hari
c. Jumlah : 6 hari
d. Lamanya : 6 hari
e. Keteraturan : teratur 28 hari
f. Dismenorhea : -
g. Masalah khusus : -

8. Riwayat perkawinan
a. Status perkawinan : menikah
b. Dengan suami :
c. Lama perkawinan : 5 tahun

9. Riwayat KB : -
10. Pola aktivitas sehari-hari(ACTIVITY DAILY LIVING)

27
a. Pola makan &amp; minum
Frekuensi : 5 kali sehari
Jenis : air
Porsi : 1 gelas
Keluhan/Pantangan : -
b. Pola Istirahat
Tidur siang : - jam
Tidur malam :  6- 8. jam
Keluhan : tidur kemudian terbangun karena nyeri
c. Pola eliminasi
BAK 6-7 kali dalam sehari, kali/hari, konsistensi cair,warna kuning bercampur
darah
BAB 1 kali/hari, warna kuning kecoklatan, lendir darah
d. Personal Hygiene
Mandi : 2 kali sehari
Ganti pakaian dan pakaian dalam : 4 kali sehari
e. Aktifitas
Pekerjaan sehari-hari : melakukan pekerjaan rumah tangga
Keluhan : cepat lelah
Hubungan seksual : 2 kali/minggu
f. Kebiasaan hidup
Merokok : -
Minum-minuman keras : -
Konsumsi obat terlarang : -
Minum jamu : -
11. Riwayat psikososial : -

C. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum : pucat dan lemah
2. Tanda vital ( TD/ND/ RR/ Suhu )

28
TD       : 100/80,
RR       : 22x/menit,
N         : 125x/menit,
suhu     : 37 ○ c.
BB       : 55 kg
3. Pemeriksaan kepala leher
Inspeksi : tampak simetris, rambut bersih, tidak ada lesi, konjungtiva anemis, sclera
tidak ikterik, hidung normal, tidak terlihat adanya sektum deviasi, epiktaksis. telinga
simetris. Wajah pucat, mukosa bibir kering
4. Pemeriksaan integumen
turgor kulit kering tidak elastis, tidak terdapat lesi, tidak terdapat tanda alergi
5. Dada dan thorax
Inspeksi : Bentuk dada simetris, tidak terdapat adanya bantuan otot pernafasan.
Palpasi : Fremitus kanan dan kiri sama, tidak terdapat nyeri tekan.
Auskultasi : Suara nafas normal, Tidak terdengar suara nafas tambahan.
Perkusi : Terdengar suara sonor
6. Payudara : Normal
7. Abdomen : Terdapat nyeri tekan di perut, saat di auskultasi terdengar wising usus,
dan peristaltik 15x/menit
8. Genetalia : Vulva tampak kotor, terdapat peradarahan pervagina
9. Ektremitas : Normal
10. Pemeriksaan neurologis :-
11. Pemeriksaan
penunjang/Lab/Thorax………………………………………………………
12. Terapi/pengobatan/penatalaksaan……………………………………

29
B Diagnosa Keperawatan
N Hari/ Data Penunjang Etiologi Masalah Paraf
o tanggal/ jam
1 Senin, 1 Ds : pasien Abortus Resiko tinggi
November mengatakan Perdarahan yang syok
2020 / mengalami terus menerus hipovelemik
08.00 perdarahan sejak
6 hari Kehilangan
Do : volume darah
a.       Vulva tampak Resiko tinggi
kotor syok
b.      Keluar cairan hipovelemik
putih kekuningan
serta berbau
c.       Darah yang
keluar disertai
gelembung-
gelembung cairan
d.      TD : 100/80
mmHg
e.       Pucat
f.        Lemah

2 Senin, 1 Ds : pasien Hiperemesis Kekurangan


November mengatakan Kehilangan volume
2020 / mengalami cairan berlebih cairan
08.00 perdarahan sejak
6 hari Dehidrasi
Pasien mengaku
mual dan muntah Kehilangan

30
Do : volume cairan
a.       Mukosa bibir
kering
b.      Turgor kulit
kering tidak
elastis
c.       Pasien tampak
lemah
3 Senin, 1 Ds : pasien Jonjot-jonjot Nyeri akut
November mengaku nyeri korio
2020 / dibagian bermestatase
08.00 perutnya
Do : Terdapat ulkus
a.       Pasien tampak divagina
meringis Perlukaan jalan
menahan nyeri lahir
b.      Pasien tampak
lemah Nyeri akut
c.       N : 22x/menit
d.      RR :
125x/menit

31
C Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional


. kriteria
hasil
1 Resiko tinggi Setelah 1.      Monitor status 1.  Mengetahui
syok hipovelemik dilakukan sirkulasi, warna kulit, tanda syok
perawatan suhu kulit, denyut hipovelemik
2x24 jam jantung. 2.  Menjaga
syok dapat 2.      Monitor input dan keseimbangan
teratasi output. cairan selama
Kriteria 3.      Berikan cairan Iv atau perdarahan.
hasil : oral yang tepat. 3.  Membantu
a.   Perdarahan4.      Ajarkan pasien dan mengangti
berkurang keluarga tanda dan cairan yang
b.   TTV gejala datangya syok. hilang selam
normal TD perdarahan.
normal 4. 
Mengantisipasi
terjadinya syok
berulang
2 Kekurangan Setelah            Monitor status
1.      mengetahui
volume cairan dilakukan hidrasi status dehidrasi
perawtan            Monitor TTV 2.      Mengetahui
selama            Monitor masukan tanda
2x24 jam cairan pendarahan
dehidrasi            Monitor intake dan
3.      Mengetahui
teratasi output cairan keseimbangan
Kriteria            Kolaborasi cairan
hasil : pemberian cairan IV 4.      Menghindari

32
a. TTV            Persiapkan transfusi terjadinya
dalam batas dehidrasi
normal kembali
b. Tidak ada 5.     
tanda-tanda Mempertahank
dehidrasi an cairan dan
c. elastisitas elektrolit
turgor kulit
baik
d. Membran
mukosa
lembab

3 Nyeri akut Setelah 1.      Kaji skala nyeri. 1.  Mengetahui


dilakukan 2.      Kontrol lingkungan skala nyeri
perawatan yang dapat yang dialami
2x24 jam mempengaruhi nyeri pasien.
pasien seperti suhu, ruangan, 2.  Membantu
ampu pencahayaan, dan mengurangi
mengontrol kebisingan. nyeri,.
nyeri 3.      Kaji tipe dan sumber 3.  Membantu
Kriteria nyeri untuk menentukan menentukan
hasil : intervensi. intervensi yang
a. Mampu 4.      Observasi aspek tepat untuk
mengontrol nonverbal dari ketidak jenis nyeri.
nyeri nyamanan. 4.  Mengetahui
b. Nyeri 5.      Kolaborasi pemberian skala nyeri,
berkurang analgetik. misalkan dari
c. ekspresi wajah.
5.  Membantu

33
mengurangi
nyeri.

D Implementasi Keperawatan

N Diagnosa Hari/tang Implementasi paraf


o. gal/jam
1 Resiko tinggi Senin, 1 1.    Memonitor status sirkulasi, Perawat
syok November warna kulit, suhu kulit, denyut
hipovelemik 2020 / jantung.
08.00 2.    Memonitor input dan output.
3.    Memberikan cairan Iv atau oral
yang tepat.
4.    Mengajarkan pasien dan
keluarga tanda dan gejala
datangya syok
2 Kekurangan Senin, 1 1.      memonitor status dehidrasi Perawat
volume November
2.      memonitor TTV
cairan 2020 / 3.      memonitor masukan cairan
08.00 4.      memonitor intake dan output
cairan
5.      memberikan cairan IV
6.      mempersiapkan transfuse
3 Nyeri akut Senin, 1 1.      Mengkaji skala nyeri. Perawat
November
2.      Mengontrol lingkungan yang
2020 / dapat mempengaruhi nyeri
08.00 seperti suhu, ruangan,
pencahayaan, dan kebisingan.
3.      Mengkaji tipe dan sumber
nyeri untuk menentukan
intervensi.
34

33
4.      Mengobservasi aspek
nonverbal dari ketidak
nyamanan.
5.      Berkolaborasi pemberian
analgetik.

E Evaluasi Keperawatan

No Hari/tanggal/jam no. diagnosa Evaluasi paraf


.
1 Jumat, 5 1 S : pasien mengatakan darah Perawat
November 2020 yang keluar lebih sedikit
O:
a.       Darah yang keluar tidak
terlalu banyak
b.      Vulva tidak tampak terlalu
kotor
c.       Gelembung-gelembung
cairan sudah tidak keluar lagi
A : masalah teratasi
P : lanjutkan intervensi
2 Jumat, 5 2 S :Pasien mengatakan sudah Perawat
November 2020 tidak mual dan muntah saat
makan
O:
a. Mukosa bibir kembali
normal
b. Turgor kulit kembali elastis
A : Masalah teratasi
35

33
P : Hentikan Intervensi
3 Jumat, 5 3 S : pasien mengatakan nyeri Perawat
November 2020 sedikit berkurang
O:
a.       Pasien tidak tampak
meringis kesakitan lagi
b.      Pasien sudah tidak
memagangi perutnya lagi
A : masalah teratasi
P : lanjutkan intervensi

36

33
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Pembahasan
Mola Hidatidosa merupakan penyimpangan pertumbuhan dan perkembangan
kehamilan yang disertai janin dan seluruh vili korealis mengalami perubahan
hidropik. Sedangkan kehamilan mola adalah suatu kehamilan yang ditandai dengan
hasil konsepsi yang tidak berkembang menjadi embrio setelah fetilisasi, namun
terjadi proliferasi dari vili karialis disertai dengan degenerasi hidropik. Uterus
melunak dan berkembang lebih cepat dari usia gestasi normal, tidak dijumpai adanya
janin, dan kavum uteri hanya terisi oleh jaringan seperti rangkaian buah anggur,
kelainan ini merupakan neoplasma trofoblas yang jinak. Molahidatidosa dapat
diklasifikasi yaitu mola hidatidosa komplit dan molahidatidosa parsial.
Gejala Klinis mola hidatidosa tidak banyak perbedaan gejala seperti hamil
muda, yaitu nek, mual, muntah, pusing, hanya kadang-kadang berlangsung lebih
hebat. Infiltrasi sel trofoblas yang merusak pembuluh darah menimbulkan gejala
pendarahan sedikit demi sedikit sampai pendarahan banyak dan pengeluaran
gelembung mola. Tinggi uteri pada penderita mola hidatidosa dapat lebih tinggi dari
umur kehamilan sebenarnya. Pada trimester 1 dan selama trimester 2 terjadi
perubahan seperti, perdarahan pervagina berwarna kecoklatan yang disertai jaringan –
jaringan seperti buah anggur, ukuran uterus membesar lebih besar dari usia
kehamilan, dan denyut jantung janin tidak ditemukan.
Adapun patofisiologi mola hidatidosa yaitu ketika Jonjot-jonjot tumbuh
berganda dan mengandung cairan merupakan kista kista anggur, biasanya didalamnya
tidak berisi embrio. Secara histopatologik kadang-kadang ditemukan jaringan mola
pada plasenta dengan bayi normal. Bisa juga terjadi kehamilan ganda mola adalah:
satu janin tumbuh dan yang satu lagi menjadi mola hidatidosa. Gelembung mola
besarnya bervariasi, mulai dari yang kecil sampai berdiameter lebih dari 1 cm. Mola
parliasis adalah bila dijumpai janin dan gelembung-gelembung mola. Secara

37
mikroskopis terlihat proliferasi dan trofoblas, degenerasi hidropik dari stroma villi
dan kesembaban, Terlambat atau hilangnya pembuluh darah dan stroma.
Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita mola hidatidosa antara lain
perdarahan yang hebat sampai syok, kalau tidak segera ditolong dapat berakibat fatal;
perdarahan berulang-ulang yang dapat menyebabkan anemia; infeksi sekunder;
perforasi karena keganasan dan karena tindakan; menjadi ganas (PTG) pada kira-kira
18-20% kasus, akan menjadi mola destruens atau kariokarsinoma.
Adapun pemeriksaan penunjang dapat dilakukan untuk penderita mola
hidatidosa antara lain dengan HCG. Ketika nilai HCG meningkat dari batas
normalnya. Pemeriksaan rontgen yaitu ketika tidak ditemukan kerangka bayi.
Pemeriksaan USG terlihat tidak ada gambaran janin dan denyut jantung janin. Dan
Uji sonde, pada hamil mola, sonde mudah masuk,sedangkan pada kehamilan biasa,
ada tahanan dari janin.
Karena mola hidatidosa adalah suatu kehamilan patologi dan tidak jarang
disertai penyulit yang membahayakan jiwa, pada prinsipnya harus segera dikeluarkan.
Terapi mola hidatidosa terdiri dari tiga tahap, yaitu perbaikan keadaan umum Adalah
transfusi darah untuk mengatasi syok hipovolemik atau anemi,pengobatan terhadap
penyulit, seperti pre eklampsi berat atau tirotoksikosis.Selanjutrnya pengeluaran
jaringan mola dengan cara kuretase dan histerektomi. Histerektomi. Syarat
melakukan histerektomi adalah : Tindakan ini dilakukan pada perempuan yang telah
cukup umur dan cukup mempunyai anak. Alasan untuk melakukan histerektomi
adalah karena umur tua dan paritas tinggi merupan factor predisposisi untuk
terjadinya keganasan. Batasan yang dipakai adalah umur 35 tahun dengan anak hidup
tiga. kemudian evakuasi Pada umumnya evakuasi jaringan mola dilakukan dengan
kuret vakum, kemudian sisanya dibersihkan dengan kuret tajam.Tindakan kuret hanya
dilakukan satu kali.Kuret ulangan dilakukan hanya bila ada indikasi.

38
BAB V
KESIMPULAN
5.1     Kesimpulan
Mola hidatidosa adalah penyimpangan pertumbuhan dan perkembangan
kehamilan disertai janin dan seluruh vili korealis mengalami perubahan hidro. Gejala
klinis yang ditampakkan pada kehamilan ini sama dengan kehamilan normal.
Perkembangan hamil selanjutnya menunjukkan pembesaran rahim yang pesat disertai
pengeluaran hormon semakin meningkat. Infiltrasi sel trofoblas yang merusak
pembuluh darah menimbulkan gejala pendarahan sedikit demi sedikit sampai
pendarahan banyak dan pengeluaran gelembung mola. Penyebabnya yaitu ovnamun
terlambat dikeluarkan, immunoselektif dan trofoblas, paritas tinggi, kekurangan
protein. Pada wanita yang mengalami mola hidatidosa ini sering mengalami mual dan
muntah karena produksi Hcg yang tinggi. Pendarahan yang abnormal dapat
menyebabkan infeksi pada kandungan usia muda. Resiko infeksi harus segera
ditangani untuk demi kesesalamatan kandungan.

5.2     Saran
Kepada ibu hamil disarankan untuk selalu melakukan pemeriksaan kandungan.
Hal ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya gejala patologis yang sering
terjadi saat sedang mengandung. Apabila terjadi gejala patologis, ibu harus segera
melaporkan kepada tenaga medis agar tidak terjadi hal-hal ang tidak diinginkan
terhadap kandungannya.

39
DAFTAR PUSTAKA

Nurarif, & Kusuma. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosis


NANDA NIC-NOC. Mediaction.
purwansyah, D. (2017). Makalah Askep Mola Hidatidosa. Makalah Askep Mola
Hidatidosa. https://brangkolong.blogspot.com/2017/03/makalah-askep-mola-
hidatidosa.html
SARI, L. P. (2017). ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MOLA
HIDATIDOSA DI RUANGAN GYNEKOLOGI-ONKOLOGI DI RSUP DR. M.
DJAMIL PADANG. https://www.google.com/url?client=internal-element-
cse&cx=partner-pub-
3317167162609756:3134777453&q=http://pustaka.poltekkes-
pdg.ac.id/repository/Lady_Permata_Sari
%25281%2529.pdf&sa=U&ved=2ahUKEwj2l7L16NnsAhXsILcAHQqZBow
QFjACegQICRAB&usg=AOvVaw2dPnLQnjVF7YHbaAbFkxrN

40

Anda mungkin juga menyukai