OLEH :
A. PENGERTIAN
a. HIV/AIDS
Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan penyakit kekurangan sistem imun
yang disebabkan oleh retrovirus HIV tipe 1 atau HIV tipe 2. Infeksi HIV adalah
infeksi virus yang secara progresif menghancurkan sel-sel darah putih infeksi oleh
HIV biasanya berakibat pada kerusakan sistem kekebalan tubuh secara progresif,
menyebabkan terjadinya infeksi oportunistik dan kanker tertentu (terutama pada
orang dewasa).
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala dan
infeksi atau sindrom yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia
akibat infeksi virus HIV.
b. Toxoplasmosis encephalitis
Toxoplasmosis adalah infeksi yang disebabkan oleh parasit yang disebut Toxoplasma
gondii. Ini dapat ditemukan di dalam kotoran kucing dan memasak daging yang
kurang matang, terutama daging rusa, domba, dan babi. Parasit ini juga dapat
ditularkan melalui air yang terkontaminasi. Sementara TE atau toxoplasmosis
encephalitis merupakan salah satu infeksi oportunistik yang paling sering pada sistem
saraf pusat pasien HIV.
B. TANDA DAN GEJALA
HIV menyerang T
Limfosit, sel saraf,
makrofag, monosit,
limfosit B
CD4
Immunocompromise
Infeksi oportunistik
Toxoplasmosis
Encephalitis
Menyerang sistem
saraf pusat
Terjadi inflamasi di
otak
Proses inflamasi
Tekanan darah
Risiko cedera
E. PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Toksoplasmosis otak diobati dengan kombinasi pirimetamin dan sulfadiazin. Kedua obat
ini dapat melalui sawar-darah otak.
b. Toxoplasma gondii, membutuhkan vitamin B untuk hidup. Pirimetamin
menghambat pemerolehan vitamin B oleh tokso. Toxoplasma gondii. Sulfadiazin
menghambat penggunaannya.
c. Kombinasi pirimetamin 50-100 mg perhari yang dikombinasikan dengan sulfadiazin1-2 g
tiap 6 jam.
d. Pasien yang alergi terhadap sulfa dapat diberikan kombinasi pirimetamin 50-100
mg perhari dengan clindamicin 450-600 mg tiap 6 jam.
e. Pemberian asam folinic 5-10 mg perhari untuk mencegah depresi sumsum tulang.
f. Pasien alergi terhadap sulfa dan clindamicin, dapat diganti dengan Azitromycin
1200mg/hr, atau claritromicin 1 gram tiap 12 jam, atau atovaquone 750 mg tiap 6 jam.
Terapi ini diberikan selam 4-6 minggu atau 3 minggu setelah perbaikan gejala klinis.
g. Terapi anti retro viral (ARV) diindikasikan pada penderita yang terinfeksi HIVdengan
CD4 kurang dari 200 sel/mL, dengan gejala (AIDS) atau limfosit totalkurang dari 1200.
Pada pasien ini, CD4 42, sehingga diberikan ARV.
h. Pemberian antikonvulsan untuk menghentikan kejang
Toksoplasmosis ensephalitis merupakan salah satu kasus emergensi neurologi
pada HIV, oleh karena itu memerlukan penatalaksanaan yang serius. Terapi meliputi
penatalaksanaan infeksi aktif diikuti dengan terapi maintanance untuk mencegah rekuren
pada pasien dengan CD4 <200 sel/mm3. Terapi standar diberikan primetamin loading
dose 100 mg diikuti 50mg maintanance dan sulfadiazin 100 mg/hari. Untuk pasien yang
intoleran dengan sulfadiazin dapat diberikan klindamisin 600 mg setiap 6 jam.Terapi
maintanance diberikan minimal 6 minggu. Untuk mengurangi toksisitas pirimetamin
terhadap sumsum tulang dapat diberikan asam folat 2 sampai 4 mg/hari.Untuk
mengurangi edem cerebri dapat diberikan steroid intravena.
F. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1) Subjektif
Data subjektif dapat diperoleh dengan teknik anamnesa yang meliputi :
a) Keluhan Utama
Keluhan utama berupa keluhan pasien saat pertama kali masuk rumah sakit.
(Contoh : sakit/nyeri di kepala, pandangan kabur atau penurunan kesadaran).
b) Riwayat Penyakit Sekarang
Menceritakan bagaimana kondisi pasien secara kronologis dari sebelum dan
sampai di rawat di rumah sakit.
c) Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit yang pernah diderita pasien sebelumnya seperti terinfeksi
HIV atau pernah mengalami infeksi oportunistik lain.
d) Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat penyakit keluarga adalah riwayat yang pernah dialami oleh keluarga
dari pasien tersebut, yang mungkin berkaitan dengan penyakit yang di derita
pasien saat ini.
2) Objektif
Survei Primer
1. Airway
a). Look Benda-benda asing di jalan napas.
b). Listen Dapat bicara/tidak.
c). Feel
2. Breathing
a). Pergerakan dinding dada (asimetris/simetris).
b). Frekuensi napas.
c). Bunyi napas (vesikuler/stridor/wheezing/ronchi).
d). Irama napas.
e). Pola napas.
f). Penggunaan otot bantu (retraksi dada) ada/tidak.
3. Ciculation
a). Akral (dingin/hangat)
b). Pucat
c). Pengisian kapiler
d). Nadi
e). Tekanan darah : biasanya pasien dengan tekanan intrakranial mengalami
hipertensi.
4. Disability
a) Dapat terjadi penurunan kesadaran
Survei Sekunder
a) Sistem Pernapasan
1. Inspeksi
2. Auskultasi
3. Palpasi
4. Perkusi
b) Sistem Kardiovaskuler
1. Tekanan darah meningkat.
c) Sistem Persarafan
2. Terjadi penurunan aktivitas neurologik
3. Dapat terjadi kejang
4. Terdapat tremor
5. Terjadi sakit kepala
6. Terjadi penurunan kesadaran
d) Sistem Perkemihan
e) Sistem Pencernaan
1. Terkadang disertai mual dan muntah
f) Sistem Muskuloskeletal – Integumen
1. Terkadang mengalami kaku kuduk jika sudah semakin parah
2. Kulit kering akibat kegagalan termoregulasi karena proses infeksi
g) Sistem Endokrin
h) Sistem Reproduksi
3) Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan Serologi: didapatkan seropositif dari anti-T.gondii IgG dan
IgM. Deteksi juga dapat dilakukan dengan indirect fluorescent antibody
(IFA), aglutinasi, atau enzymelinked immunosorbent assay (ELISA).Titer
IgG mencapai puncak dalam 1-2 bulan setelah terinfeksi kemudian
bertahan seumur hidup.
b) Pemeriksaan cairan serebrospinal: menunjukkan adanya pleositosis ringan
dari mononuklear predominan dan elevasi protein.
c) Pemeriksaan Polymerase Chain Reaction (PCR): mendeteksi DNA
T.gondii. PCR untuk T.gondii dapat juga positif pada cairan
bronkoalveolar dan cairan vitreus atau aquos humor dari penderita
toksoplasmosis yang terinfeksi HIV. Adanya PCR yang positif pada
jaringan otak tidak berarti terdapat infeksi aktif karena tissue cyst dapat
bertahan lama berada di otak setelah infeksi akut.
d) CT scan: menunjukkan fokal edema dengan bercak-bercak hiperdens
multiple disertai dan biasanya ditemukan lesi berbentuk cincin atau
penyengatan homogen dan disertai edema vasogenik padajaringan
sekitarnya. Ensefalitis toksoplasma jarang muncul dengan lesi tunggal
atau tanpa lesi.
e) Biopsi otak: untuk diagnosis pasti ditegakkan melalui biopsi otak.
f) Sebelumnya akan dilakukan tes laboratorium seperti kultur HIV, western
blot, CD4 untuk mendeteksi infeksi HIV.
G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Risiko perfusi sebrebral tidak efektif dibuktikan dengan hipertensi
2. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
4. Risiko cedera dibuktikan dengan kegagalan mekanisme pertahanan tubuh
H. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Pencegahan Kejang
1. Monitor status
neurologis
2. Monitor tanda-tanda
vital
3. Baringkan pasien agar
tidak terjatuh
4. Rendahkan ketinggian
tempat tidur
5. Pasang side-rail tempat
tidur
6. Berikan alas empuk di
bawah kepala Jauhkan
benda-benda berbahaya
terutama benda tajam
7. Anjurkan segera melapor
jika merasakan aura
8. Kolaborasi pemberian
antikonvulsan jika perlu
I. IMPLEMENTASI
Implementasi dilaksanakan sesuai dengan intervensi atau perencanaan yang telah
ditetapkan
J. EVALUASI
Evaluasi dilaksanakan sesuai dengan respons dan metode penulisan SOAP.
DAFTAR PUSTAKA
Luma H, Tchaleu BN, Mapoure N, Temfack, Doualla S, Halle P, et al. Toxoplasma encephalitis
in HIV/AIDS patients admitted to the Douala general hospital between 2004 and 2009: a
cross sectional study. BMC Research Notes. 2013; 6(146):1-5.
Swami A, Thakuria R, Kharat S. Cerebral Toxoplasmosis in a Treatment Naive HIV Patient with
High CD4 Count Responding to Treatment with a Regime of Cotrimoxazole and
Pyrimethamine: Do We Need to Start Prophylaxis for Toxoplasmosis at a Higher CD4
Count? HIV/AIDS Research and Treatment. 2015 August; 2(3):72-5
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) Edisi 1.
Jakartaː Persatuan Perawat Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) Edisi 1.
Jakartaː Persatuan Perawat Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) Edisi 1.
Jakartaː Persatuan Perawat Indonesia
Nama Pembimbing/ CT
…………………………………….
NIP