Anda di halaman 1dari 20

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Konsep Diri


Konsep diri adalah semua pikiran, kepercayaan dan keyakinan yang
diketahui tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan
dengan orang lain. Terdapat 5 komponen dari konsep diri, yaitu :
1. Gambaran Diri (Body Image) adalah pandangan seseorang terhadap
tubuhnya. Termasuk persepsi masa lalu dan sekarang, serta perasaan
tentang ukuran, fungsi, penampilan, dan potensi. Yang secara
berkesinambungan dimodifikasi dengan persepsi dan pengalaman yang
baru. (Stuart & Sundeen, 2013).
2. Ideal Diri (Self Ideal) adalah persepsi individu tentang perilaku yang harus
dilakukan sesuai dengan standar, aspirasi, tujuan atau nilai yang ditetapkan.
3. Harga Diri (Self Esteem) adalah penilaian tentang nilai iindividu dengan
menganalisa kesesuaian perilaku dengan ideal diri.
4. Peran (Role Performance) adalah seperangkat perilaku yang diharapkan
masyarakat sesuai dengan fungsi individu didalam masyarakat tersebut.
5. Identitas (Identity) adalah penilaian individu terhadap dirinya sebagai satu
kesatuan yang utuh, berlanjut, konsisten dan unik.

Adapun ciri dari konsep diri, yaitu:

 Konsep diri yang positif.


 Gambaran diri yang tepat dan positif.
 Ideal diri yang realistis.
 Harga diri yang tinggi.
 Penampilan diri yang memuaskan.
 Identitas yang jelas.
B. Pengertian Harga Diri Rendah
Harga diri merupakan salah satu aspek penting dalam psikologi. Harga diri
meningkat saat anak dapat mengembangkan hubungan yang bermakna dan

1|HARGA DIRI RENDAH


menguasai tugas perkembangan. Sementara itu, masa remaja awal adalah masa
risiko untuk harga diri karena remaja berusaha untuk mendefinisikan sebuah
identitas dan rasa diri dalam kelompok sebaya. (Boyd dalam Carpenito-
Moyet,2009).
Harga diri rendah adalah penilaian tentang pencapaian diri dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. (Keliat B.A,
1992).
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah
diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negative terhadap diri sendiri dan
kemampuan diri.
Gangguan harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri
atau kemampuan diri yang negatif yang dapat secara langsung atau tidak
langsung diekspresikan (Townsend, 1998).
Menurut Schult & Videbeck (1998), gangguan harga diri rendah adalah
penilaian negatif seseorang terhadap diri dan kemampuan, yang diekspresikan
secara langsung maupun tidak langsung.
Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif
terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa
gagal mencapai keinginan. (Budi Ana Keliat,1999).
Jadi dapat disimpulkan bahwa perasan negatif terhadap diri sendiri yang
dapat diekspresikan secara langsung dan tidak langsung yang terkait dengan
mekanisme koping tiap individu yang berbeda tergantung dari efektif atau
tidaknya baik dari diri sendiri maupun dari pihak keluarga.
Harga diri rendah terdiri dari dua, yaitu:
1. Harga diri rendah situasional yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba. Misalnya
harus operasi, kecelakaan, dicerai suami, putus sekolaj, putus hubungan
kerja, perasaan malu karena sesuatu (korban perkosaan, dituduh KKN,
dipenjara tiba-tiba). Pada pasien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah
karena:

a. Privasi yang kurang diperhatikan, misalnya: pemeriksaan fisik yang


sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan (pencukuran pubis,
pemasangan kateter, pemeriksaan perineal).

2|HARGA DIRI RENDAH


b. Harapan akan struktur, bentuk, dan fungsi tubuh yang tidak tercapai
karena dirawat/sakit/penyakit.
c. Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai, misalnya berbagai
pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan, tanpa persetujuan. Kondisi ini
banyak ditemukan pada pasien gangguan fisik.
2. Harga diri rendah kronik, yaitu perasaan negative terhadap diri telah
berlangsung lama, yaitu sebelum sakit atau dirawat. Pasien mempunyai cara
berpikir yang negative. Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi
negative terhadap dirinya. Kondisi ini mengakibatkan respon yang
maladaptive, Kondisi ini dapat ditemukan pada pasien gangguan fisik yang
kronis atau pada pasien gangguan jiwa (NANDA NIC-NOC, 2015).

C. Rentang Respon Harga Diri Rendah


Rentang respon HDR berfluktuasi dari rentang adiptif sampai rentang
maladiptif (Stuartd dan Studeent, 1998) :

Menurut Stuart dan Sundeen (1998) respon individu terhadap konsep


dirinya sepanjang rentang respon konsep diri yaitu adaptif dan maladaptif.
1. Respon Adaptif
Yaitu respon individu dalam penyesuaian masalah yang dapat diterima
oleh norma- norma sosial dan kebudayaan. Respon Adaptif meliputi:
a. Aktualisasi Diri
Pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan latar
belakang pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima.

3|HARGA DIRI RENDAH


b. Konsep Diri Positif
Apabila individu mempunyai pengalaman yang positif dalam
beraktualisasi diri dan menyadari hal-hal positif maupun yang
negatif dari dirinya.
2. Respon Maladaptif
Yaitu respon individu dalam penyesuaian masalah yang tidak dapat
diterima oleh norma – norma sosial dan kebudayaan. Respon maladaptif
meliputi:
a. Harga Diri Rendah
Adalah individu cenderung untuk menilai dirinya negatif dan merasa
lebih rendah dari orang lain.
b. Kekacauan Identitas
Adalah kegagalan individu mengintegrasikan aspek-aspek identitas
masa kanak-kanak kedalam kematangan aspek psikososial
kepribadian pada masa dewasa yang harmonis.
c. Depersonalisasi
Adalah perasaan yang tidak realistis dan asing terhadap diri sendiri
yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat
membedakan dirinya dengan orang lain. (Suliswati dkk, 2005).

4|HARGA DIRI RENDAH


D. Pohon Masalah
Risiko Tinggi (Risti) Perilaku Kekerasan

(Effect) Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi

Isolasi Sosial : Menarik Diri

Harga Diri Rendah


(Core Problem)

(Cousa) Koping Individu Tidak Efeketif

E. Etiologi
1. Faktor Predisposisi
Hal-hal yang dapat mempengaruhi terjadinya harga diri rendah,
meliputi:
a) Faktor Biologis
Pengaruh faktor biologis meliputi adanya faktor herediter anggota
keluarga yang mengalami gangguan jiwa, riwayat penyakit atau trauma
kepala.
b) Faktor Psikologis
Pada pasien yang mengalami harga diri rendah, dapat ditemukan
adanya pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan, seperti
penolakan dan harapan orang tua yang tidak realistis, kegagalan

5|HARGA DIRI RENDAH


berulang; kurang mempunyai tanggungjawab personal; ketergantungan
pada orang lain; penilaian negatif pasien terhadap gambaran diri, krisis
identitas, peran yang terganggu, ideal diri yang tidak realistis; pengaruh
penilaian internal individu.
c) Faktor Sosial Budaya
Pengaruh sosial budaya meliputi penilaian negatif dari lingkungan
terhadap pasien yang mempengaruhi penilaian pasien, sosial ekonomi
rendah, riwayat penolakan lingkungan pada tahap tumbuh kembang
anak, dan tingkat pendidikan rendah.
2. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi harga diri rendah antara lain:
a) Trauma: penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan
peristiwa yang mengancam kehidupan.
b) Ketegangan peran: berhubungan dengan peran atau posisi yang
diharapkan dan individu mengalaminya sebagai frustasi.
 Transisi peran perkembangan: perubahan normatif yang berkaitan
dengan pertumbuhan.
 Transisi peran situasi: terjadi dengan bertambah atau berkurangnya
anggota keluarga melalui kelahiran atau kematian.
 Transisi peran sehat-sakit: sebagai akibat pergeseran dari keadaan
sehat dan keadaan sakit. Transisi ini dapat dicetuskan oleh
kehilangan bagian tubuh; perubahan ukuran, bentuk, penampilan
atau fungsi tubuh; perubahan fisik yang berhubungan dengan
tumbuh kembang normal; prosedur medis dan keperawatan.

F. Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala yang muncul pada klien dengan harga diri rendah
meliputi:

6|HARGA DIRI RENDAH


1. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat
tindakan terhadap penyakit. Misalnya: malu dan sedih karena rambut
jadi botak setelah mendapat terapi sinar matahari.
2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Misalnya : ini tidak akan terjadi
bila saya segera ke rumah sakit.
3. Merendahkan martabat. Misalnya : saya tidak bisa menulis, tulisan
saya jelek, saya orang bodoh dan tidak tahu apa-apa.
4. Gangguan berhubungan sosial, seperti menarik diri, klien tidak ingin
bertemu dengan orang lain dan lebih suka sendiri.
5. Percaya diri kurang. Klien sukar mengambil keputusan, misalnya
tentang memilih alternatif tindakan.
6. Menciderai. Akibat harga diri rendah disertai harapan yang suram,
mungkin klien ingin mengakhiri kehidupan.

G. Penatalaksanaan Medis
Menurut Stuart dan Sundeen (1998) penatalaksanaan pada pasien
dengan gangguan konsep diri berfokus pada tingkat penilaian kognitif
terhadap kehidupan yang terdiri dari :
1. Persepsi
2. Kesadaran pasien akan emosi dan perasaan
3. Menyadari masalah dan perubahan sikap.
Prinsip asuhan keperawatan yang diberikan terlihat dari kemajuan
pasien meningkatkan dari satu tingkat ke tingkat berikutnya yaitu :
1. Meluaskan kesadaran diri yaitu dengan meningkatkan hubungan
keterbukaan dan saling percaya.
2. Menyelidiki dan mengeksplorasi diri (self-exploration) yaitu membantu
pasien untuk menerima perasaan dan pikirannya.
3. Perencanaan realita realita planing) membantu pasien bahwa hanya saja
di yang dapat merubah bukan rang lain.
4. Tanggung jawab bertindak (comitment to action) membantu pasien
melakukan tindakan yang perlu untuk merubah respon maladaptif dan
mempertahankan respon adaptif.

7|HARGA DIRI RENDAH


KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
HARGA DIRI RENDAH
A. Pengkajian
Pengkajian dilakukan dengan cara wawancara dan observasi pada pasien
dan keluarga (pelaku rawat).
Tanda dan gejala harga diri rendah dapat ditemukan melalui wawancara
dengan pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana pandangan/ penilaian Anda tentang diri sendiri?
2. Bagaimana penilaian Anda terhadap diri sendiri yang mempengaruhi
hubungan Anda dengan orang lain?
3. Apa yang menjadi harapan Anda?
4. Apa saja harapan yang telah Anda capai?
5. Apa saja harapan yang belum berhasil Anda capai?

8|HARGA DIRI RENDAH


6. Apa upaya yang Anda lakukan untuk mencapai harapan yang belum
terpenuhi?

B. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan data diatas , yang didapat melalui observasi , wawancara atau
pemeriksaan fisik bahkan melalui sekunder, maka perawat dapat menegakkan
diagnose keperawatan pada pasien sebagai berikut :

GANGGUAN KONSEP DIRI : HARGA DIRI RENDAH

C. Tindakan Keperawatan
1. Tindakan Keperawatan pada Pasien
Tujuan:
1) Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
2) Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki
3) Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.
4) Klien dapat menetapkan/memilih kegiatan yang sesuai kemampuan.
5) Klien dapat melatih kegiatan yang sudah dipilih, sesuai kemampuan.
6) Klien dapat menyusun jadwal untuk melakukan kegiatan yang sudah
dilatih.

Tindakan Keperawatan

1) Membina Hubungan Saling Percaya


 Bina hubungan saling percaya: salam tarapeutik, perkenalan diri,
jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat
kontrak yang jelas (waktu, tempat dan topik pembicaraan).
 Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya.
 Sediakan waktu untuk mendengarkan klien.
 Katakana kepada klien bahwa dirinya adalah seseorang yang
berharga dan bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya
sendiri.

9|HARGA DIRI RENDAH


2) Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
 Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien,
utamakan memberi pujian yang realistis.
 Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
3) Menilai kemampuan yang dapat digunakan
 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
 Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang
kerumah.
4) Membantu klien dapat memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai
dengan kemampuan pasien
 Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap
hari sesuai kemampuan.
 Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien.
 Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan.
5) Melatih pasien sesuai kemampuan yang dipilih
 Beri kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan.
 Beri pujian atas keberhasilan klien.
 Diskusikan kemungkinan pelaksanaan dirumah.
6) Memberikan pujian yang wajar terhadap keberhasilan klien.
7) Membantu menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang dilatih.
 Beri kesempatan pada pasien untuk mencoba kegiatan yang telah
dilatih.
 Beri pujian atas kegiatan yang dapat dilakukan klien setiap hari.
 Tingkatkan kegiatan sesuai dengan tingkat toleransi dan perubahan
setiap kegiatan.
 Susun jadwal untuk melaksanakan kegiatan yang telah dilatih.
 Beri kesempatan mengungkapkan perasaannya setelah
pelaksanaan kegiatan.
2. Tindakan Keperawatan pada Keluarga
Keluarga diharapkan dapat merawat pasien dengan harga diri rendah
di rumah dan menjadi system pendukung yang efektif bagi pasien

10 | H A R G A D I R I R E N D A H
Tujuan:
1) Keluarga dapat membantu pasien mengidentifikasi kemampuan yang
dimiliki
2) Keluarga memfasilitasi aktivitas pasien yang sesuai kemampuan
3) Keluarga memotivasi pasien untuk melakukan kegiatan sesuai dengan
latihan yang dilakukan, dan memberikan pujian atas keberhasilan
pasien
4) Keluarga mampu menilai perkembangan perubahan kemampuan
pasien.
Tindakan Keperawatan
1) Jelaskan kepada keluarga tentang harga diri rendah yang ada pada
pasien
2) Diskusi dengan keluarga kemampuan yang dimiliki pasien dan memuji
pasien atas kemampuannya
3) Anjurkan keluarga untuk memotivasi pasien dalam melakukan kegiatan
yang sudah dilatihkan pasien dengan perawat
4) Ajarkan keluarga cara mengamati perkembangan perubahan perilaku
pasien.

LATIHAN 1 : MENGKAJI PASIEN DENGAN HARGA DIRI RENDAH

Untuk mendapatkan data yang mendukung adanya masalah atau gangguan


konsep diri : harga diri rendah, perawat perlu membina hubungan saling percaya
dengan pasien serta melakukan pengkajian. Berikut contoh percakapannya.

Orientasi :

“selamat pagi saya suster Rika, dari Puskesmas Darul Immarah,


bagaimana kalau kita berkenalan? Nama bapak/ibu siapa ? Dipanggil
apa ?”

“ bagaimana perasaan bapak/ibu hari ini? Adakah bapak/ibu pikirkan?


Bagaimana kalo kita bercakap-cakap tentang perasaan atau masalah

11 | H A R G A D I R I R E N D A H
yang bapak/ibu hadapi? Mau berapa lama , bagaimana kalau 30 menit
?”

“mau duduk dimana ? Bagaimana kalau di ruang tamu?”

Kerja :

Bagaimana perasaan bapak/ibu setelah mengalami gempa dan


tsunami? Apa harapan bapak/ibu setelah kejadian tersebut?.
Bagaimana rencana bapak/ibu untuk mencapai keinginan atau
harapan tersebut ?. Adakah harapan atau keinginan bapak/ibu yang
belum tercapai ? Sejauh ini apa yang bapak/ibu rasakan jika harapan
atau keinginan tersebut tidak tercapai?

“bagaimana pandangan orang lain dalam menilai bapak/ibu ?.


Bagaimana perasaan bapak/ibu dengan kekurangan / kelemahan yang
bapak/ibu rasakan?. Bagaimana kalau minggu depan kita bicara
tentang kemampuan yang masih bapak/ibu miliki?

Terminasi :

“Baiklah kita sudah bercakap-cakap panjang lebar , bagaimana


perasaan bapak/ibu setelah bercakap-cakap ? Bagaimana kalau
minggu depan kita bicara tentang kemampuan yang masih bapak/ibu
miliki.”

Sesuai dengan percakapan diatas serta pengamatan yang dilakukan


oleh perawat, maka berikut ini data yang diperoleh perawat yang akan
dituliskan pada pencatatan pengkajian keperawatan pasien dengan HDR.

Pasien mengungkapkan: “saya sudah gagal, tidak banyak yang saya


dapat lakukan saat ini , lihat suster semua keluarga saya yang lain berhasil
usahanya, sedangkan saya hanya menjadi pengangguran, sekarang
ditambah lagi semua apa yang saya miliki sudah habis dibawa tsunami,
sebenarnya salah saya apa?, yang lain berdosa saya yang terkena imbasnya,
sudahlah hilang semua harapan saya”.

12 | H A R G A D I R I R E N D A H
Ekspresi wajah murung, lebih sering menunduk saat bicara, tidak
mau menatap mata perawat, sulit mengungkapkan kata-kata, nada suara
rendah. Pakaian kurang rapi, tercium bau kurang sedap.

LATIHAN 2 : MENDISKUSIKAN KEMAMPUAN DAN ASPEK POSITIF


YANG MASIH DIMILIKI PASIEN

Berikut ini beberapa contoh percakapan perawat- pasien dalam mendiskusikan


kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien.

Orientasi :

“Selamat pagi, bagaimana keadaan bapak/ibu hari ini, bapak/ibu


terlihat segar”. Bagaimana, kalau kita bercakap-cakap tentang
kemampuan dan kegiatan yang pernah bapak/ibu lakukan? dimana
kita duduk? bagaimana kalau di ruang tamu ? berapa lama ?
bagaimana kalau 30 menit?

Kerja :

“bapak/ibu apa saja kemampuan ini yang dimiliki ? Bagus, apa lagi?
Saya buat daftarnya ya! Apa pula kegiatan rumah tangga yang biasa
bapak/ibu lakukan? Bagaimana dengan merapikan kamar? Menyapu?
Mencucui piring ?.......dst”. Wah, bagus sekali ada 5 kemampuan dan
kegiatan yang bapak/ibu miliki.”

Terminasi :

“Bagaimana perasaan bapak/ibu setelah kita bercakap-cakap? Yah


bapak/ibu masih memiliki kemampuan. Nah, coba nanti diingat-ingat
lagi, kemampuan bapak/ibu yang belum kita bicarakan.” Dua hari lagi
saya akan datang lagi untuk membahas kemampuan yang masih bisa
bapak/ibu lakukan. Jam berapa kira-kira kita bertemu? Bagaimana
kalau jam 10. Sampai jumpa ya.”

LATIHAN 3 : MEMBANTU PASIEN DAPAT MENILAI KEMAMPUAN


YANG DAPAT DIGUNAKAN

13 | H A R G A D I R I R E N D A H
Orientasi :

“Selamat pagi , bagaimana keadaan bapak/ibu hari ini ? Saya lihat


bapak/ibu pagi ini tampak segar” Bagaimana, apakah ada lagi
kemampuan bapak/ibu yang belum kita bicarakan? Bagus sekali, jadi
sudah ada 7 ya! Baiklah kita akan melihat kegiatan yang masih bisa
bapak/ibu lakukan. “Mau duduk dimana , bagaimana kalau di ruang
tamu? Mau berapa lama, bagaimana kalau 20 menit?”

Kerja :

Bapak/ibu, dari 7 kegiatan dan kemampuan ini yang mana masih dapat
dikerjakan di rumah? Coba kita lihat, yang pertama bisakah, yang
kedua …… sampai 7 (misalnya ada 4 yang masih bisa dilakukan).
Bagus sekali ada 4 kegiatan yang masih bisa dikerjakan di rumah.
Menurut bapak/ibu adakah bantuan yang diperlukan? Iya, bagus
sekali!”

Terminasi :

“Bagaimana perasaan bapak/ibu setelah kita bercakap-cakap? Jadi


ada 4(empat) kegiatan yang didapat bapak/ibu lakukan. Coba
bapak/ibu pikirkan kegiatan yang akan dipilih untuk dilatih.
Bagaimana kalau kita memilih kegiatan yang disuka, dan melatihnya.
Mau jam berapa?”

LATIHAN 4 : MEMBANTU PASIEN DAPAT MEMILIH/ MENETAPKAN


KEGIATAN YANG SESUAI DENGAN KEMAMPUAN.

Orientasi :

“ Selamat pagi , bagaimana perasaan bapak/ibu hari ini ? Wah tampak


segar! Masih ingat apa yang akan kita bicarakan hari ini? Betul sekali,
memilih kegiatan yang dapat bapak/ibu kerjakan dari 7 kegiatan yang
bapak/ibu pernah lakukan. Bagaimana kalau kita bercakap-cakap
ditempat biasa. Berapa lama? 30 menit seperti biasa.”

Kerja :

14 | H A R G A D I R I R E N D A H
“Mari kita lihat daftar kegiatan yang sudah kita buat dua hari yang
lalu”.

“Coba bapak/ibu pilih yang mana yang masih bisa dilakukan di rumah.
Yang nomor 1 merapikan tempat tidur, bagaimana bapak/ibu? Wah
tentu bisa dilakukan ya. Bagus sekali. Yang nomor 2 main tennis, wah
saat ini belum bisa dilakukan. Baik, nomor tiga mencuci piring, bisa
ya. (dst sampai nomor 7 didiskusikan, misalnya ada 5 kegiatan yang
dipilih dan dapat dikerjakan di rumah)”.

Terminasi :

“Bagaimana perasaan bapak/ibu setelah memilih kegiatan yang dapat


dikerjakan di rumah? Bagus sekali! Ada 5 kegiatan yang bisa
dilakukan bapak/ibu. Coba dipikirkan kegiatan yang mana yang akan
dilatih terlebih dahulu. Dua hari lagi, saya akan datang untuk melatih
bapak/ibu. Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 10 pagi? Sampai
jumpa”.

LATIHAN 5 : MELATIH KEGIATAN YANG SUDAH DIPILIH PASIEN


SESUAI KEMAMPUANNYA DAN MENYUSUN RENCANA KEGIATAN

Orientasi :

“Selamat pagi, bagaimana perasaan bapak/ibu pagi ini? Wah , tampak


cerah! Sudah siap untuk latihan melakukan kegiatan yang telah
ditetapkan dua hari yang lalu? Mau pilih yang mana dulu? Baik, mari
kita latihan merapikan tempat tidur. Dimana kamarnya?”

Kerja :

“Nah kalau kita mau merapikan tempat tidur, mari kira pindahkan
dulu bantal dan selimutnya. Bagus! Sekarang kita angkat spreinya dan
kasurnya kita balik.” Nah sekarang kita pasang lagi spreinya, kita
mulai dari atas, ya bagus! Sekarang sebelah kaki, tarik dan masukkan,
lalu sebelah pinggi masukkan. Sekarang ambil bantal, rapikan, dan

15 | H A R G A D I R I R E N D A H
letakkan di sebelah atas/kepala. Mari kita lipat selimut, nah letakkan
sebelah bawah/kaki. Bagus!”

Terminasi :

“Bagaimana perasaan bapak/ibu setelah latihan? Bagus sekali,


bapak/ibudapat mengikuti langkah-langkahnya. Sekarang, mari kita
masukkan pada jadwal harian bapak/ibu. Mau berapa kali sehari
merapikan tempat tidur. Bagus, dua kali yaitu pagi-pagi jam berapa?
Lalu sehabis istirahat, jam 16.00. Kalau sudah dikerjakkan beri tanda
ya. Nah, dua hari lagi saya datang, kita latihan kegiatan yang kedua.
Mau jam berapa? Sama dengan sekarang? Sampai jumpa.”

LATIHAN 6 : PERCAKAPAN DENGAN KELUARGA UNTUK


MEMBANTU MEMOTIVASI PASIEN DALAM MELAKUKAN
KEGIATAN YANG SUDAH DILATIHKAN

Orientasi :

“Selamat pagi , bagaimana keadaan bapak/ibu disini ? Bagaimana


kalau hari ini kita bercakap-cakap tentang cara memotivasi anak
bapak/ibu melakukan kegiatan yang sudah dilatih? Adakah waktu
bapak/ibu, kira- kira 30 menit?”

Kerja :

“Anak bapak/ibu telah berlatih dua kegiatan yaitu merapikan tempat


tidur dan mandi. Serta telah dibuat jadwal untuk melakukannya. Saya
telah katakana bahwa bapak/ibu akan mengingatkannya untuk
melakukan kegiatan tersebut sesuai jadwal. Tolong bantu menyiapkan
alat-alatnya. Dan jangan lupa memberikan pujian agar harga dirinya
meningkat. Ajak pula memberi tanda cek list pada jadwal yang
kegiatannya”.

Terminasi :

16 | H A R G A D I R I R E N D A H
“Bagaimana bapak/ibu? Ada yang ingin ditanyakan? Baik, jangan
lupa ya bapak/ibu dua hari lagi saya datang lagi untuk melatih kegiatan
yang lain. Nanti kita lakukan bersama- sama. Sampai jumpa.”

D. Evaluasi Kemampuan Pasien Dan Keluarga Dalam Merawat Harga Diri


Rendah.
1. Kemampuan yang diharapkan pasien
a. Pasien dapat mengungkapkan dan aspek positif yang dimiliki
b. Pasien dapat menilai kemampuan yang dapat dikerjakan
c. Pasien dapat melatih kemampuan yang dapat dikerjakan
d. Pasien dapat membuat jadwal kegiatan harian
e. Pasien dapat melakukan kegiatan sesuai jadwal kegiatan harian
2. Kemampuan yang diharapkan dari keluarga :
a. Mengidentifikasikan kemampuan yang dimiliki pasien
b. Menyediakan fasilitas untuk pasien dapat melakukan kegiatan
c. Mendorong pasien melakukan kegiatan
d. Memuji pasien saat pasien dapat melakukan kegiatan
e. Membantu melatih pasien
f. Membantu menyusun jadwal kegiatan pasien
g. Memantau perkembangan pasien.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Harga Diri Rendah adalah perasaan negatif terhadap diri sendiri
termasuk kehilangan percaya diri, tidak berharga, tidak berdaya, pesimis,
tidak ada harapan, dan putus asa. Rentang respon HDR berfluktuasi dari
rentang adiptif sampai rentang maladiptif. Etiologi atau penyebab dari
harga diri rendah terdiri factor predisposisi dan factor presipitasi. Faktor
predisposisi terdiri dari factor biologis, psikologis dan social budaya. Factor
presipitasi yakni seperti trauma yang pernah dialami oleh pasien. Tanda dan
gejala yang biasa dialami pasien yakni Mengkritik diri sendiri dan orang
lain, Penurunan produktivitas, Destruktif yang diarahkan pada orang lain,

17 | H A R G A D I R I R E N D A H
Gangguan dalam berhubungan, Rasa diri penting yang berlebihan, Perasaan
tidak mampu, Rasa bersalah, Mudah tersinggung atau marah berlebihan,
Perasaan negatif tentang dirinya sendiri, Ketegangan peran yang dirasakan,
Pandanangan hidup yang pesimis, Keluhan fisik, Pandangan hidup yang
bertentangan, Penolakan terhadap kemampuan personal, Destruktif
terhadap diri sendiri, Pengurangan diri, Menarik diri secara sosial,
Penyalahgunaan zat, Menarik diri dari realitas, dan Khawatir. Adapun
mekanisme koping untuk pasien dengan harga diri rendah terdapat
mekanisme koping jangka panjang dan jangka pendek.
Asuhan keperawatan pasien dengan harga diri rendah dimulai dari
pengkajian sampai evaluasi, pengkajian dimulai dengan melakukan
wawancara dan observasi kepada klien lalu, didapatkan diagnose yakni
gangguan konsep diri: Harga diri rendah setelah dirumuskan diagnose
selanjutnya dilakukan tindakan keperawatan kepada pasien dan kepada
keluarga pasien setelah dilakukan tindakan keperawatan, tahap akhir yaitu
evaluasi terhadap pasien dan keluarga.

B. Saran
1. Bagi Perawat
Diharapkan bagi perawat agar meningkatkan keterampilan dalam
memberikan praktikasuhan keperawatannya, serta pengetahuannya pada
pasien dengan Harga Diri Rendah, sehingga dapat memberikan asuhan
keperawatan yang maksimal dan dapat menjadi edukator bagi klien
maupun keluarganya.
2. Bagi Mahasiswa
Diharapkan bagi mahasiswa dengan adanya makalah ini dapat
membantu dalam dalam pembuatan asuhan keperawatan.

18 | H A R G A D I R I R E N D A H
DAFTAR PUSTAKA
Depkes, RI., 1999, Kumpulan Materi Perkuliahan Kesehatan Psikiatri.
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.2006. Modul IC-CMHN
Manajemen keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas Desa Siaga Sehat
Jiwa. Jakarta: Universitas Indonesia.
Keliat, B. A., 1998, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC
Stuart, dkk 2006, Buku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi 3 Jakarta : EGC
Stuart, G.W. & Laraia, M.T. (2005). Principles and Practice of Psychiatric
Nursing. 8thedition. Missouri: Mosby
Stuart, G. W. dan Sundeen, S.J. 2013. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 3.
Jakarta : EGC
Townsend M. C, (1998). Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan Psikiatri,

19 | H A R G A D I R I R E N D A H
Pedoman untuk Pembuatan Rencana Keperawatan, Jakarta: EGC.
Keliat Budi Ana. (1999). Gangguan Konsep Diri, Edisi I, Jakarta: EGC.
Fajariyah Nur. (2011). Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Harga Diri
Rendah. Jakarta: Trans Info Media.
Sutejo. Konsep dan Praktik Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa: Gangguan Jiwa
dan Psikososial. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

20 | H A R G A D I R I R E N D A H

Anda mungkin juga menyukai