Anda di halaman 1dari 16

SATUAN ACARA PENYULUHAN

KECEMASAN PADA ANAK DI POLI KESWARA RUMAH SAKIT JIWA


MENUR SURABAYA

Pembimbing Klinik : Pembimbing Akedemik :


Uswatun Hasanah.,S.Kep.Ns.,M.Kep.,Sp.J

OLEH :
Moh. Ridwan Helmi (20194663057)
Ardhy Igo Sanggar Pratama (20194663039)
Vika Ramadhana Fitriyani (20194663074)
Herlinda Astoria (20194663048)
Rifma Yuniar M.W (20194663064)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
2019

SAP Kecemasan Pada Anak| 1


SATUAN ACARA PENYULUHAN KECEMASAN PADA ANAK
Bidang Studi : Keperawatan Jiwa
Topik : Kecemasan Pada Anak
Sasaran : Anak dan Orang Tua
Tempat : Poli Keswara Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya
Hari / Tanggal : Kamis, 24 Oktober 2019
Waktu : 30 menit

A. Latar Belakang
Kecemasan tidak hanya dialami oleh orang dewasa, namun anak anak
pun bisa mengalaminya. (Pearson dalam Warsiki, 2009) mengatakan juga
bahwa banyak anak menunjukkan rasa takut, meskipun tak ada benda atau
keadaan yang menimbulkan rasa takut. Dikatakan pula bahwa anak lebih
penakut daripada orang dewasa. Bila anak mengatakan takut maka artinya
ketakutan tersebut bukan menyatakan sumber ketakutan yang
sesungguhnya melainkan merupakan simbol suatu kecemasan, yakni ada
sesuatu yang menimbulkan bencana atau celaka pada diri anak atau
merupakan simbol dimana anak mengutarakan suatu keadaan atau ramalan
yang tak baik mengenai dirinya.
Kecemasan dan ketakutan merupakan ciri normal pada masa kanak-
kanak, seperti halnya pada kehidupan orang dewasa. Ketakutan anak-anak
terhadap gelap atau binatang kecil merupakan hal biasa dan akan
menghilang dengan sendirinya. Kecemasan dianggap tidak normal bila
berlebihan dan menghambat fungsi akademik dan sosial atau menjadi sangat
menyusahkan. Anak-anak, seperti juga orang dewasa, dapat mengalami
berbagai jenis gangguan kecemasan yang dapat didiagnosis, termasuk fobia
spesifik, fobia sosial, gangguan kecemasan menyeluruh, dan gangguan
mood, termasuk depresi mayor dan gangguan bipolar. Walaupun gangguan-
gangguan ini dapat berkembang pada setiap usia.
Anak-anak dapat pula menunjukkan pola penolakan terhadap interaksi
sosial yang lebih umum yang merupakan ciri kepribadian menghindar.

SAP Kecemasan Pada Anak| 2


Walaupun anak-anak yang secara sosial menolak atau memiliki gangguan
kecemasan sosial dapat memiliki hubungan yang hangat dengan anggota
keluarga, mereka cenderung pemalu dan menarik diri dari orang lain.
Penolakan mereka terhadap orang-orang di luar anggota keluarga dapat
mempengaruhi perkembangan sosial mereka dengan teman sebaya. Selain
itu, rasa tertekan yang mereka alami saat berkumpul dengan anak-anak lain
di sekolah dapat mempengaruhi kemajuan akademik mereka. Menderita
gangguan kecemasan sosial selama masa remaja atau dewasa awal akan
meningkatkan kemungkinan untuk berkembangnya gangguan depresi di
kemudian hari.
Kita mungkin berpikir bahwa masa kanak-kanak merupakan masa
paling bahagia dalam kehidupan. Sebagian besar anak-anak dilindungi oleh
orang tua mereka dan tidak dibebani oleh tanggung jawab orang dewasa.
Dari perspektif dewasa lanjut, tubuh anak-anak tampak terbuat dari karet
dan bebas rasa sakit, mreka tampaknya punya tenaga yang tidak terbatas. Di
samping adanya stereotip tentang masa kanak-kanak yang bahagia, depresi
klinis bisa saja terjadi pada anak-anak dan remaja.
B. Tujuan Intruksional
a.Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Tujuan umum dari penyuluhan ini adalah agar orang mampu mengenali
kecemasan pada anak dan cara penanganannya
b. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan peserta akan mampu :
1. Mengembangkan dan meningkatkan kemampuan orang tua dalam
mengatasi masalah kecemasan pada anak.
2. Mengetahui macam-macam dan faktir yang mempengaruhi
kecemasan pada anak.
C. Sub Pokok Bahasan
1. Kecemasan pada anak.
2. Faktor-faktor kecemasan pada anak.
3. Macam-macam kecemasan pada anak.

SAP Kecemasan Pada Anak| 3


4. Penanganan kecemasan pada anak.
D. Pelaksanaan Kegiatan
a. Topik Pendahuluan
Kecemasan pada anak
b. Sasaran
Anak dan orang tua
c. MetodePenyuluhan
a) Ceramah
b) Diskusidan Tanya jawab
c) Demonstrasi
d. Media danPeralatan
a) Leaflet
b) Laptop
c) LCD
e. Tempat
Penyuluhan akan dilaksanakan di di Poli Keswara Rumah Sakit Jiwa
Menur Surabaya
f. Waktu
a) Hari/tanggal : Kamis, 24 Oktober 2019
b) Jam : 10.30 – 11.00 WIB

g. Pengorganisasian
Pembimbing
: Uswatun Hasanah.,S.Kep.Ns.,M.Kep.,Sp.J
Akademik
Pembimbing Klinik :
Moderator :
Penyaji :
Fasilitator :
Observer :

SAP Kecemasan Pada Anak| 4


h. Setting TempatPenyuluhan

Keterangan :
: Moderator

: Penyaji

: Pembimbing

: Pasien, keluarga, danpengunjung

: Media

: Fasilitator

E. Kegiatan Penyuluhan

Kegiatan
No Tahap Waktu Media / Alat
Penyuluh Peserta
1. Pra 3 menit  Penyuluh mengucapkan salam dan  Menyambut salam  Laptop
Interaksi perkenalan diri dan mendengarkan  LCD
Pembukaan  Menyampaikan tujuan  Mendengarkan
penyuluhan  Mendengarkan
 Melakukan kontrak waktu  Mendengarkan
 Menyebutkan materi yang
diberikan

SAP Kecemasan Pada Anak| 5


2. Interaksi 10  Menjelaskan tentang: 1.Mendengarkan &  Laptop
Pelaksanaa menit a) Pengertian Kecemasan Pada memperhatikan  LCD
n Anak 2.Mendengarkan &  Leafleat
b) Faktor-Faktor Kecemasan Pada memperhatikan
Anak 3.Merespon (sambil
c) Macam-Macam Kecemasan mengacungkan
Pada Anak tangan) &
d) Penanganan Kecemasan Pada mengajukan
Anak pertanyaan
 Memberikan kesempatan pada 4.Mendengarkan,
peserta untuk menanyakan materi memberi masukan /
yang kurang dipahami. sanggahan /
tanggapan
3. Evaluasi 5 menit  Menanyakan kembali kepada  Menjawab dan  Laptop
peserta tentang materi yang menjelaskan  LCD
telah disampaikan. pertanyaan
4. Terminasi 2 menit  Menyimpulkan hasil kegiatan  Membalas  Laptop
Penutup penyuluhan. ucapan terima  LCD
 Mengucapkan terima kasih kasih
kepada peserta.  Menjawab salam
 Mengucapkan salam

F. Evaluasi

1.Evaluasi Struktur
- Tempat dan alat tersedia sesuai perencanaan.
- Pre Planning telah disetujui
- Kesiapan materi
- Kesiapan SAP
- Semua peserta hadir di tempat penyuluhan tepat waktu
- Penyuluhan dilaksanakan di Poli Keswara Rumah Sakit Jiwa Menur
Surabaya.
- Pengorganisasian penyelenggara penyuluhan dilakukan sebelumnya
2.Evaluasi Proses
- Penyuluhan dimulai dengan waktu yang telah direncanakan
sebelumnya
- Peserta penyuluhan antusias mengikuti materi penyuluhan
- Peserta penyuluhan terlibat aktif dalam kegiatan penyuluhan
- Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan benar

SAP Kecemasan Pada Anak| 6


- Suasana penyuluhan berjalan dengan tertib
- Peserta tidak meninggalkan tempat penyuluhan.
3. Evaluasi Hasil
Peserta dapat memahami materi yang disampaikan dan dapat
melakukan bagaimana menagani kecemasan pada anak.

SAP Kecemasan Pada Anak| 7


Lampiran 1
MATERI PENYULUHAN
KECEMASAN PADA ANAK DI POLI KESWARA RUMAH SAKIT JIWA
MENUR SURABAYA
A. PENGERTIAN KECEMASAN PADA ANAK
Anxiestas/ kecemasan adalah suatu keadaan aprehensi atau keadaan
khawatir yang mengeluhkan bahwa sesuatu yang buruk akan segera terjadi
(Nevid, 2005). Kecemasan menjadi abnormal bila tingkatnya tidak sesuai
dengan proporsi ancaman, atau bila sepertinya datang tanpa ada penyebabnya
yaitu, bila bukan merupakan respon terhadap perubahan lingkungan. Dalam
bentuknya yang ekstrem, kecemasan dapat mengganggu fungsi kita sehari –
hari.
Gangguan kecemasan (anxiety disorder) adalah gangguan psikologis
yang mencakup ketegangan motorik (bergetar, tidak dapat duduk tenang, tidak
dapat bersantai); hiperaktivitas (pusing, jantung yang berdetak cepat dan juga
berkeringat); dan harapan- harapan dan pikiran - pikiran yang mendalam
(Laura, 2010). Gangguan kecemasan berbeda dari kecemasan sehari - hari yang
mungkin kita alami. Kecemasan ini tidak dapat dikendalikan, tidak
proporsional bila dibandingkan dengan bahaya nyata yang mungkin dihadapi,
dan gangguan sehari - hari orang tersebut.
Kecemasan tidak hanya dialami oleh orang dewasa, namun anak anak
pun bisa mengalaminya. (Pearson dalam Warsiki, 2009) mengatakan juga
bahwa banyak anak menunjukkan rasa takut, meskipun tak ada benda atau
keadaan yang menimbulkan rasa takut. Dikatakan pula bahwa anak lebih
penakut daripada orang dewasa. Bila anak mengatakan takut maka artinya
ketakutan tersebut bukan menyatakan sumber ketakutan yang sesungguhnya
melainkan merupakan simbol suatu kecemasan, yakni ada sesuatu yang
menimbulkan bencana atau celaka pada diri anak atau merupakan simbol
dimana anak mengutarakan suatu keadaan atau ramalan yang tak baik mengenai
dirinya.

SAP Kecemasan Pada Anak| 8


Kecemasan biasanya muncul akibat sebuah pengalaman yang tidak
menyenangkan.Misalnya, anak yang berusia lebih kecil mungkin tidak dapat
sepenuhnya memahami atau menjelaskan perasaan mereka sendiri. Anak-anak
yang lebih besar mungkin dapat memahami apa yang mengganggu mereka,
meskipun itu bukan jaminan bahwa mereka akan membagikan informasi itu
dengan orang tua mreka.
Perubahan perilaku atau temperamen adalah tanda umum yang dapat
mengindikasikan bahwa anak Anda mungkin mengalami perasaan cemas.
Kecemasan anak dapat diekspresikan melalui perubahan fisiologis, perilaku,
kognitif, dan afektif. Perubahan fisiologis terhadap kecemasan, seperti nafsu
makan hilang, telapak tangan berkeringat dingin; perubahan perilaku, seperti
gelisah, menarik diri, kurang koordinasi; perubahan kognitif seperti bingung,
takut, perhatian terganggu; dan perubahan afektif, seperti tidak sabar, tegang,
mudah terganggu (Stuart, 1998).
Beberapa tanda umum lainnya yang dialamianak meliputi: Keluhan sakit
perut atau sakit kepala, nafsu makan menurun atau meningkat, masalah tidur
atau mimpi buruk, mengompol, kesulitan berkonsentrasi, perubahan perilaku
jadi lebih murung, menunjukkan kebiasaan gugup seperti menggigit kuku,
menjauhi keluarga atau teman, serta menolak pergi ke sekolah.

B. FAKTOR-FAKTOR KECEMASAN PADA ANAK

Kecemasan sering kali berkembang selama jangka waktu dan sebagian


besar tergantunga pada seluruh pengalaman hidup seseorang. Peristiwa -
peristiwa atau situasi khusus dapat mempercepat munculnya serangan
kecemasan. Menurut Savitri Ramaiah (2003) ada beberapa faktor yang
menunujukkan reaksi kecemasan, diantaranya yaitu :

a. Lingkungan
Lingkungan atau sekitar tempat tinggal mempengaruhi cara berfikir
individu tentang diri sendiri maupun orang lain. Hal ini disebabkan karena
adanya pengalaman yang tidak menyenangkan pada individu dengan

SAP Kecemasan Pada Anak| 9


keluarga, sahabat ataupun lingkungan sekolah. Sehingga individu tersebut
merasa tidak aman terhadap lingkungannya.
b. Emosi yang ditekan
Kecemasan bisa terjadi jika individu tidak mampu menemukan jalan keluar
untuk perasaannya sendiri dalam hubungan personal ini, terutama jika
dirinya menekan rasa marah atau frustasi dalam jangka waktu yang sangat
lama.Hal ini biasanya terjadi pada anak jika dia memiliki masalah dengan
teman bermainnya disekolah, namun anak tidak mampu menyampaikan
atau mengekspresikan apa yang di rasakannya.
c. Sebab- sebab fisik
Pikiran dan tubuh senantiasa saling berinteraksi dan dapat menyebabkan
timbulnya kecemasan. Hal ini terlihat dalam kondisi seperti misalnya ketika
masa transisi dari anak menuju ke remaja. Anak akan mengalami pubertas
dan bentuk tubuh serta pola pikir anak mulai berubah. Selama ditimpa
kondisi - kondisi ini, perubahan - perubahan perasaan lazim muncul, dan ini
dapat menyebabkan timbulnya kecemasan.
Selain itu, dari lembaga pendidikan banyak faktor pemicu kecemasan pada
anak yaitu:
a. Kecemasan yang bersumber dari faktor kurikulum : target kurikulumyang
terlalu tinggi, iklim pembelajaran yang tidak kondusif, pemberiantugas
yang sangat padat, sistem penelian yang ketat, ujian.
b. Kecemasan yang bersumber dari guru : sikap atau perlakuan guru
yangkurang bersahabat, galak, judes, kurang berkompeten.
c. Kecemasan yang bersumber dari manajemen lembaga
pendidikan:penerapan disiplin sekolah atau lembaga pendidikan yang
ketat,mengedepankan hukuman, iklim lembaga pendidikan yang
kurangnyaman, serta sarana belajar mengajar yang kurang nyaman.

C. MACAM MACAM KECEMASAN PADA ANAK


Freud (dalam Arisanti, 2005) mengemukakan adanya tiga macam
kecemasan, yaitu kecemasan objektif, neurotik dan moral.

SAP Kecemasan Pada Anak| 10


a. Kecemasan realistik yaitu rasa takut terhadap ancaman atau bahaya-
bahaya nyata yang ada di dunia luar atau lingkungannya.
b. Kecemasan neurotik adalah rasa takut jangan-jangan insting-insting
(dorongan Id) akan lepas dari kendali dan menyebabkan dia berbuat
sesuatu yang bisa membuatnya dihukum. Kecemasan neurotik bukanlah
ketakutan terhadap insting-insting itu sendiri, melainkan ketakutan
terhadap hukuman yang akan menimpanya jika suatu insting dilepaskan.
Kecemasan neurotik berkembang berdasarkan pengalaman yang
diperolehnya pada masa kanak-kanak, terkait dengan hukuman dan
ancaman dari orang tua maupun orang lain yang mempunyai otoritas, jika
dia melakukan perbuatan impulsif.
c. Kecemasan moral yaitu rasa takut terhadap suara hati (super ego). Orang-
orang yang memiliki super ego yang baik cenderung merasa bersalah atau
malu jika mereka berbuat atau berfikir sesuatu yang bertentangan dengan
moral. Sama halnya dengan kecemasan neurotik, kecemasan moral juga
berkembang berdasarkan pengalaman yang diperolehnya pada masa
kanak-kanak, terkait dengan hukuman dan ancaman dari orang tua
maupun orang lain yang mempunyai otoritas jika dia melakukan
perbuatan yang melanggar norma.

D. PENANGANAN KECEMASAN PADA ANAK


1. Terapi Konseling Behavior

Konsep dasar teori Behavioristik yang dikembangkan oleh Skiner &


Ziegler, pandangan tentang manusia, menyatakan bahwa manusian,
bahawa perilaku manusia pada dasarnya sangat tergantung pada faktor
internal seperti sifatdan lain – lain .dan bahwa perilaku yang dimiliki
manusia adalah sebagai hasil dari pengkondisian lingkungan dimana
manusia berada; dan manusia sehat / menyimpang tidak ada batasan
yang jelas mengenai pribadi yang sehat atau tidak sehat. (Aqib, 2013) .
Modeling merupakan belajar melalui observasi dengan
menambahkan atau mengurangi tingkah laku yang teramat,

SAP Kecemasan Pada Anak| 11


menggeneralisasikan berbagai pengamtan sekaligus, melibatkan proses
kognitif. Menurut Rochayatun Dwi Astuti, ada tiga tipe-tipe modeling
yaitu:
1. modeling tingkah laku baru yang dilakukan melalui observasi
terhadap tingkah laku yang diterima secara sosial individu
memperoleh tingkah laku baru. Modeling mengubah tingkah laku
lama yaitu dengan meniru tingkah laku model yang tidak diterima
sosial akan tingkah model itu diganjar atau dihukum;
2. modeling simbolik yaitu modeling melalui film dan televisi yang
menyajikan contoh tingkah laku, berpotensi sebagi sumber model
tingkah laku; dan
3. model kondisioning banyak yang dipakai Untuk mempelajari respon
emosional yang mendapat penguatan Muncul respon emosional yang
sama dan ditujukan ke obyek yang ada didekatnya saat ia mengamati
model. (Rochayatun, 2015)

2. Teknik Konseling Role Play

Martinis Yamin (2008) menjelaskan bahwa role playing adalah


teknik yang melibatkan interaksi antara dua siswa atau lebih tentang
topik atau situasi, dimana siswa melakukan peran masing -masing sesuai
dengan tokoh yang diperankan dan siswa berinteraksi dengan sesamanya
melalui peran terbuka. Jadi role playing merupakan teknik yang
melibatkan interaksi antar siswa dengan melakukan peran masing-
masing yang diberikan oleh guru dengan satu topik tertentu.

Sementara itu Moeslichatoen (1993) berpendapat bahwa role


playing merupakan suatu kejadian yang memerankan tokoh - tokoh atau
benda – benda sekitar anak pada situasi tertentu sehingga dapat dipakai
oleh anak untuk mengembangkan daya khayal atau imajinasi sehingga
dapat menhayati tujuan dari kegiatan tersebut. Senada dengan pendapat
yang disampaikan oleh Vygotsky (dalam Moeslichatoen, 1993) disebut

SAP Kecemasan Pada Anak| 12


juga main simbolis, pura - pura, make believe , fantasi, imajinasi atau
bermain drama, sangat penting untuk perkembangan kognisi, sosial dan
emosi pada individu..

Pelaksanaan teknik role playing ada beberapa tahap. Menurut


Hisyam Zaini (2009) tahapan tersebut adalah :

1. Pemilihan masalah. Orang tua mengemukakan masalah yang


diangkat dari kehidupan anak agar mereka dapat merasakan
masalah itu dan terdorong untuk menyelesaikan masalah tersebut.
2. Pemilihan peran. Memilih peran yang sesuai dengan permasalahan
yang akan dibahas, mendeskripsikan karakter dan peran yang harus
dikerjakan oleh anak.
3. Penyusunan tahap - tahap ole playing Menyusun tahap - tahap
bermaian, dalam hal ini orang tua telah membuat dialog tetapi anak
juga dapat menambahkan dialog sendiri.
4. Menyiapkan pengamat. Pengamat dari kegiatan ini adalah semua
anak yang tidak menjadi pemain atau pemeran.
5. Pemeranan. Tahapan ini menuntut anak untuk mulai bereaksi sesuai
dengan peran masing - masing yang terdapat pada skenario.
6. Diskusi setelah pemeranan. Mendiskusikan masalah masalah serta
pertanyaan yang muncul dari anak.
7. Pengambilan kesimpulan. Mengambil kesimpulan dari role
playing yang telah dilakukan.
3.Teknik Behavioral Rehearsal (latihan perilaku)
a. Pengertian Teknik Behavioral Rehearsal
Teknik behavior rehearsal diterapkan dalam bentuk bermain peran
dimana klien mempelajari suatu tipe perilaku baru di luar situasi
konseling. behavior rehearsal memasukkan beberapa komponen
kunci yaitu: menirukan perilaku, menerima umpan balik dari
konselor, dan sering mempraktekkan/melatih perilaku yang
diinginkan (Elford, 2016). Upaya yang dilakukan bersama dalam satu

SAP Kecemasan Pada Anak| 13


kelompok, dengan tujuan untuk memberikan pengalaman belajar
bersama dalam penangan masalah kecemasan tersebut.
b. Langkah langkah penanganan dengan teknik behavioral rehersal
peristiwa -peristiwa yang terjadi dalam kehidupan sehari - hari
diperankan oleh klien dan konselor profesional sebagai upaya untuk
mengurangi kecemasan apapun yang dialami klien ketika
mengekpresika dirinya yairu dengan melakukan beberapa hal berikut
ini;
1. Klien bertindak sebagai dirinya, dan konselor prodesional
memainkan peran orang dengan siapa klien yang meiliki
kecemasan.
2. Konselor mengintruksikan untuk mengkomunikasikan
perasaannya tentang orang atau keadaan yang mengakibatkan
kecemasan.
3. Klien perlu menggunakan suara kuat dan mengulang - ulang
sebuah pertanyaan tentang perasaan atau perilaku yang tepat
guna,
4. Sementara itu, konselor memberikan umpan balik kepada klien
5. Klien terus berlatih sampai konselor mengatakan bahwa
pernyataan tersebut telah dikomunikasikan secara efektif.

SAP Kecemasan Pada Anak| 14


Alwisol. (2004). Psikologi kepribadian. Edisi 1. Malang:Universitas
Muhammadiyah. Malang.
APA. (2000). DSM V - TR (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders
V Text Revision).Washington, DC: American Psychiantric
Association Press.
DamayantiRika, Aeni Tri (2016). Efektifitas konseling Behavioral dengan teknik
modeling untuk mengatasi perilaku agresif pada peserta didik SMP
Negri 07 Bandar Lampung.Jurnal bimbingan dan konseling,03 (1) 1-10.
Bandar Lampung
Hurlock, E.B. (1990). Perkembangan Anak (Penerjemah: Tjandrasa, M).
Jakarta: Erlangga.
Maslim, R., 2003, Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas dari PPDGJ III,
Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya, Jakarta.
Mubin Fatkhul, MariaDessy (2007). FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN
DENGAN KECEMASAN PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI
BANGSAL MELATI RSUD TUGUREJO. Jurnal Staf Pengajar Prodi S1
Keperawatan. Semarang

Mutahari, H. (2016). Hubungan Antara Kepercayaan Diri Dengan Kecemasan


Sosial Pada Siswa. E-Journal Bimbingan Dan Konseling, 3 (5), 13 – 23
Nevid. (2005). Psikologi Abnormal: Jilid I. Jakarta: Erlangga
Nevid, S. J. Rathus, A.Spencer, & Greene Baverly. (2005). Psikologi abnormal
Jilid.2. Jakarta: Erlangga.
Purwandari, H. (2009). Pengaruh terapi seni untuk menurunkan tingka kecemasan
anak usia sekolah yang menajalani hospitalisasi di wilayah kabupaten
banyumas. Tesis. Universitas Indonesia.
Ratna Wuri, Hagia (2015). Efektifitas teknik role playing untuk meningkatkan
perilaku asertif pada anggota osis smp negri 1 pakem.Skripsi
Bimbingan konseling.UNY, Yogyakarta
Rosita, Yuni (2006). Pelaksanaan Konseling Behavioral Dalam Mengatasi Phobia
Kucing seorang klien di Rasamala 2 Menteng dalam tebet Jakarta
selatan. Skripsi Bimbingan penyuluhan Islam. Jakarta

SAP Kecemasan Pada Anak| 15


Santrock, J.W. (2012). Life - Span Development (Perkembangan Masa Hidup Edisi
13 Jilid 1, Penerjemah: Widyasinta,B). Jakarta: Erlangga.
Sutrisno 1, Gipta Galih Widodo2, Herry Susanto (2017). Kecemasan Anak Usia
Sekolah Sebelum dan Sesudah Mendapatkan Informasi Saat Pemberian
Obat Injeksi. Jurnal Ilmu Kesehatan. Lampung

Syisnawati,Helena Novy,Setiawan Agus (2016). Menurunkan Kecemasan Anak


Usia Sekolah Selama Hospitalisasi Dengan Terapi Bermain All Tangled
Up. Jurnal Ilmu keperawatan Islam. Makassar. Vol 1 No 1, Juli 2016.

SAP Kecemasan Pada Anak| 16

Anda mungkin juga menyukai