A. DEFINISI LANSIA
B. PROSES MENUA
Menua secara normal dari system saraf didefinisikan sebagai perubahan oleh usia
yang terjadi pada individu yang sehat bebas dari penyakit saraf “jelas” menua
normal ditandai oleh perubahan gradual dan lambat laun dari fungsi-fungsi
tertentu (Tjokronegroho Arjatmo dan Hendra Utama,1995).
Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi
dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantinides 1994). Proses menua
merupakan proses yang terus menerus (berlanjut) secara alamiah dimulai sejak
lahir dan umumnya dialami pada semua makhluk hidup (Nugroho Wahyudi,
2000).
Proses menua dapat terlihat secara fisik dengan perubahan yang terjadi pada tubuh
dan berbagai organ serta penurunan fungsi tubuh serta organ tersebut.
Perubahan secara biologis ini dapat mempengaruhi status gizi pada masa tua.
Antara lain :
Massa otot yang berkurang dan massa lemak yang bertambah, mengakibatkan
juga jumlah cairan tubuh yang berkurang, sehingga kulit kelihatan mengerut
dan kering, wajah keriput serta muncul garis-garis menetap. Oleh karena itu,
pada lansia seringkali terlihat kurus.
Penurunan indera penglihatan akibat katarak pada lansia sehingga
dihubungkan dengan kekurangan vitamin A, vitamin C dan asam folat.
Sedangkan gangguan pada indera pengecap dihubungkan dengan kekurangan
kadar Zn yang juga menyebabkan menurunnya nafsu makan. Penurunan
indera pendengaran terjadi karena adanya kemunduran fungsi sel syaraf
pendengaran.
Dengan banyaknya gigi yang sudah tanggal, mengakibatkan gangguan fungsi
mengunyah yang dapat berdampak pada kurangnya asupan gizi pada usia
lanjut.
Penurunan mobilitas usus, menyebabkan gangguan pada saluran pencernaan
seperti perut kembung, nyeri yang menurunkan nafsu makan, serta susah
BAB yang dapat menyebabkan wasir.
Kemampuan motorik menurun, selain menyebabkan menjadi lamban, kurang
aktif dan kesulitan menyuap makanan, juga dapat mengganggu aktivitas
kegiatan sehari-hari.
Pada usia lanjut terjadi penurunan fungsi sel otak, yang menyebabkan
penurunan daya ingat jangka pendek, melambatnya proses informasi, kesulitan
berbahasa, kesulitan mengenal benda-benda, kegagalan melakukan aktivitas yang
mempunyai tujuan (apraksia) dan gangguan dalam menyususn rencana, mengatur
sesuatu, mengurutkan, daya abstraksi, yang dapat mengakibatkan kesulitan dalam
emlakukan aktivitas sehari-hari yang disebut dimensia atau pikun. Gejala pertama
adalah pelupa, perubahan kepribadian, penurunan kemampuan untuk pekerjaan
sehari-hari dan perilaku yang berulang-ulang, dapat juga disertai delusi paranoid atau
perilaku anti sosial lainnya.
Akibat proses menua, kapasitas ginjal untuk mengeluarkan air dalam jumlah
besar juga bekurang. Akibatnya dapat terjadi pengenceran natrium sampai dapat
terjadi hiponatremia yang menimbulkan rasa lelah. Incontinentia urine (IU) adalah
pengeluaran urin diluar kesadaran merupakan salah satu masalah kesehatan yang
besar yang sering diabaikan pada kelompok usia lanjut, sehingga usia lanjut yang
mengalami IU seringkali mengurangi minum yang dapat menyebabkan dehidrasi.
Secara psikologis pada usia lanjut juga terjadi ketidakmampuan untuk
mengadakan penyesuaian terhadap situasi yang dihadapinya, antara lain sindrom
lepas jabatan yang mengakibatkan sedih yang berkepanjangan
C. BATASAN LANSIA
1. Tipe Arif Bijaksana: Yaitu tipe kaya pengalaman, menyesuaikan diri dengan
perubahan zaman, ramah, rendah hati, menjadi panutan.
2. Tipe Mandiri: Yaitu tipe bersifat selektif terhadap pekerjaan, mempunyai
kegiatan.
3. Tipe Tidak Puas: Yaitu tipe konflik lahir batin, menentang proses penuaan
yang menyebabkan hilangnya kecantikan, daya tarik jasmani, kehilangan
kekuasaan, jabatan, teman.
4. Tipe Pasrah: Yaitu lansia yang menerima dan menunggu nasib baik.
5. Tipe Bingung: Yaitu lansia yang kehilangan kepribadian, mengasingkan diri,
minder, pasif, dan kaget.
E. TEORI PENUAAN
1. Teori Biologis
Proses penuaan merupakan proses secara berangsur yang mengakibatkan
perubahan secara komulatif dan serta berakhir dengan kematian. Proses menua
merupakan suatu yang fisiologis yang akan dialami oleh setiap orang. Batasan orang
dikatakan lanjut usia berdasarkan UU No 13 tahun 1998 adalah 60 tahun.
Teori biologis tentang penuaan dibagi menjadi :
a) Teori Instrinsik
Teori ini berati perubahan yang berkaitan dengan usia timbul akibat
penyebab dalam diri sendiri.
b) Teori Ekstrinsik
Teori ini menjelaskan bahwa perubahan yang terjadi diakibatkan
pengaruh lingkungan.
Teori lain menyatakan bahwa teori biologis dapat dibagi menjadi :
a) Teori Genetik Clock
Teori tersebut menyatakan bahwa menua telah terprogram secara
genetik untuk species – species tertentu. Tiap species mempunyai didalam
nuklei ( inti selnya )suatu jam genetik yang telah diputar menurut suatu
replikasi tertentu. Jam ini akan menghitung mitosis dan akan
menghentikan replikasi sel bila tidak diputar, jadi menurut konsep ini bila
jam kita berhenti kita akan meninggal dunia, meskipun tanpa disertai
kecelakaan lingkungan atau penyakit akhir yang katastrofal. Konsep ini
didukung kenyataan bahwa ini merupakan cara menerangkan mengapa
pada beberapa species terlihat adanya perbedaan harapan hidup yang
nyata.
Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram
oleh molekul /DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi.
b) Teori Mutasi Somatik ( teori error catastrophe )
Menurut teori ini faktor lingkungan yang menyebabkan mutasi
somatik . sebagai contoh diketahui bahwa radiasi dan zat kimia dapat
memperpendek umur sebaliknya menghindarinya dapqaat
mempperpanjang umur.menurut teori ini terjadinya mutasi yang progresif
pada DNA sel somatik, akan menyebabkan terjadinya penurunan
kemampuan fungsi sel tersebut. Sebaai salah satu hipotesis yang
berhubungan dengan mutasi sel somatik adalah hipotesis error catastrope.
c) Teori Auto imun
Dalam proses metabolisme tubuh , suatu saat diproduksi oleh zat
khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut,
sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit.
Pada proses metabolisme tubuh , suatu saat diproduksi suatu zat
khusus. Sad jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut
sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan mati.
d) Teori Radikal Bebas
Radikal bebas dapat dibentuk di alam bebas. Tidak stabilnya radikal
bebas mengakibatkan oksigenasi bahan - bahan organik seperti KH dan
protein.radikal ini menyebabkansel – sel tidak dapat beregenerasi.
Tidak stabilnya redikal bebas mengakibatkan oksidasi-oksidasi bahan
bahan organik seperti karbohidrat dan protein . radikal ini menyebabkan
sel-sel tidak dapat regenerasi.
e) Teori stres
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan.
Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan
internal dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah dipakai.
2. Teori Sosial
a) Teori aktifitas
Lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam
kegiatan social
b) Teori Pembebasan
Salah satu teori sosial yang berkenaan dengan proses penuaan adalah
teori pembebasan ( disengagement teori ). Teori tersebut menerangkan
bahwa dengan berubahnya usi seseorang secara berangsur – angsur mulai
melepaskan diri dari kehidupan sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan
interaksi sosial lansia menurun, baik secara kualitatif maupun kuantitasnya
sehingga sering terjadi kehilangan ganda yaitu:
Kehilangan peran
Hambatan kontrol social
Berkurangnya komitmen
c) Teori Kesinambungan
Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus
kehidupan lansia. Dengan demikian pengalaman hidup seseorang pada usatu
saat merupakan gambarannya kelak pada saat ini menjadi lansia.
Pokok-pokok dari teori kesinambungan adalah :
lansia tak disarankan untuk melepaskan peran atau harus aktif
dalam proses penuaan, akan tetapi didasarkan pada
pengalamannya di masa lalu, dipilih peran apa yang harus
dipertahankan atau dihilangkan
Peran lansia yang hilang tak perlu diganti
Lansia dimungkinkan untuk memilih berbagai cara adaptasi
3. Teori Psikologi
a) Teori Kebutuhan manusia mneurut Hirarki Maslow
Menurut teori ini, setiap individu memiliki hirarki dari dalam diri,
kebutuhan yang memotivasi seluruh perilaku manusia (Maslow
11111954). Kebutuhan ini memiliki urutan prioritas yang berbeda.
Ketika kebutuhan dasar manusia sidah terpenuhi, mereka berusaha
menemukannya pada tingkat selanjutnya sampai urutan yang paling
tinggi dari kebutuhan tersebut tercapai.
b) Teori individual
Carl Jung (1960) Menyusun sebuah terori perkembangan kepribadian
dari seluruh fase kehidupan yaitu mulai dari masa kanak-kanak , masa
muda dan masa dewasa muda, usia pertengahan sampai lansia.
Kepribadian individu terdiri dari Ego, ketidaksadaran sesorang dan
ketidaksadaran bersama. Menurut teori ini kepribadian digambarkan
terhadap dunia luar atau ke arah subyektif. Pengalaman-pengalaman dari
dalam diri (introvert). Keseimbangan antara kekuatan ini dapat dilihat
pada setiap individu, dan merupakan hal yang paling penting bagi
kesehatan mental.
1. Mudah jatuh
Jatuh pada lanjut usia merupakan masalah yang sering terjadi. Penyebabnya
multi-faktor. Dari faktor instrinsik misalnya : gangguan gaya berjalan, kelemahan
otot ekstremitas bawah, kekakuan sendi, dan sinkope atau pusing. Untuk faktor
ekstrinsik, misalnya lantai licin dan tidak rata, tersandung benda, penglihatan
yang kurang karena cahaya kurang terang, dan sebagainya sehingga dapat
menyebabkan keterbatasan dalam melakukan aktivitas.
2. Mudah lelah
Hal ini disebabkan oleh Faktor psikologis seperti perasaan bosan, keletihan, atau
depresi dan penyebab lainnya adalah :
o Gangguan organis : anemia, kekurangan vitamin, perubahan pada
tulang (osteomalasia), gangguan pencernaan,kelainan
metabolisme (diabetes melitus, hipertiroid), gangguan ginjal
dengan uremia, gangguan faal hati, gangguan sistem peredaran
darah dan jantung.
o Pengaruh obat, misalnya obat penenang, obat jantung, dan obat
yang melelahkan daya kerja otot.
o Berat badan menurun
Berat badan menurun disebabkan oleh :
- Pada umumnya nafsu makan menurun karena kurang
adanya gairah hidup atau kelesuan serta kemampuan
indera perasa menurun
- Adanya penyakit kronis
- Gangguan pada saluran pencernaan sehingga
penyerapan makanan terganggu
- Faktor sosio-ekonomis (pensiunan)
3. Gangguan Kardiovaskuler
Nyeri dada
Sesak nafas pada kerja fisik
Palpitasi
Edema kaki
Salah satu penyakit yang sering terjadi pada lansia terkait dengan degeneratif secara
biologis adalah kemunduran pada sistem pencernaan yaitu terjadinya gastritis, untuk
itu dalam laporan pendahuluan ini kelompok akan membahas tentang konsep dan
asuhan keperawatan pada lansia yang menderita gastritis kronis.
A. DEFENISI
Gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung yang dapat bersifat akut,
kronik, difus atau lokal (Sylvia A. Price, 1995), sedangkan menurut Dr. Robert B.
Cooper (1996) mengemukakan bahwa gratitis adalah suatu iritasi atau infeksi yang
menjadikan dinding merah, bengkak, berdarah dan berparut. Gratitis adalah inflamasi
dari mukosa lambung (Arif Mansjoer, 1999). Sedangkan menurut Sujono Hadi
(1999) gastritis adalah inflamasi dari lambung terutama pada mukosa gaster.
Klasifikasi gastritis Gastritis Akut Gratitis (inflamasi mukosa lambung) sering akibat
diet sembrono. Individu ini makan terlalu banyak atau terlalu cepat atau makan
makanan yang terlalu berbumbu atau mengandung mikro organisme penyebab
penyakit.
Gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung (Brunner dan Sudarth,
2001)Gastritis adalah inflamasi (pembengkakan) dari mukosa lambung termasuk
gastritis erosiva yang disebabkan oleh iritasi, refluks cairan kandung empedu dan
pankreas haemorraphic gastritis, infectionus gastrititis dan atrafi mukosa lambung.
(www.google.2007).Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa grastitis
adalah suatu peradangan dan mukosa lambung baik akut atau kronik yang
menimbulkan gejala rasa sakit atau tidak enak didaerah epigastrium.
B. KLASIFIKASI
Gastritis bersal dari dua kata yaitu gaster yang berarti lambung, dan itis
berarti peradangan atau pembengkakan. Gastritis adalah suatu inflamasi yang terjadi
didaerah mukosa lambung yang disebabkan oleh kuman-kuman, diman bisa terjadi
secara akut dan kronis.
Secara klinis gastritis terbagi atas :
1. Gastritis akut
Inflamasi akut dari dinding lambung yang biasannya terbatas pada bagian
mukosa saja. Terjaddi atas gastritis atas, gastritis ekssogen da n endogen
akut.
2. Gastritis kronis
Inflamasi kronis pada dinding lambung yang bisa bagian mukosa saja atas
sesudah penetrasi kelapisan sub mukosa lambung yang kaya akan
pembuluh darah. Gastritis kronis terjadi kare na gastritis akut yang tidak
tertangani.
C. ETILOGI
1. Gastritis akut
Merupakan kelainan klinis akut yang jelas penyebabnya dengan tanda dan
gejala yang khas, biasanya ditemukan sel inflamasi akut atau neotrofil.
2. Gastritis kronik
D. MANIFESTASI KLINIS
Nyeri ulu hati, anoreksia, nausea dan pada pemeriksaan fisik tidak
dijumpai kelainan.
Anatomi Lambung
1. Kardia / kelenjar jantung ditemukan di regia mulut jantung. Ini hanya mensekresi
mukus
2. Fundus / Gastric terletak hampir di seluruh corpus, yang mana kelenjar ini
memiliki tiga tipe utama sel, yaitu :
3. Pilorus terletak pada regia antrum pilorus. Kelenajr ini mensekresi gastrin dan
mukus, suatu hormon peptida yang berpengaruh besar dalam proses sekresi
lambung.
1. Lapisan peritoneal luar atau lapisan serosa yang merupakan bagian dari
peritoneum viseralis.
Dua lapisan peritoneum visceral menyatu pada kurvatura minor lambung dan
duodenum, memanjang kearah hati membentuk omentum minus. Lipatan
peritoneum yang kelaur dari organ satu menuju organ lain disebut ligamentum.
Pada kurvatura mayor peritoneum terus kebawah membentuk omentum mayus.
serabut longitudinal, yang tidak dalam dan bersambung dengan otot esofagus,
serabut sirkuler yang paling tebal dan terletak di pilorus serta membentuk otot
sfingter; dan berada di bawah lapisan pertama, dan
serabut oblik yang terutama dijumpai pada fundus lambung dan berjalan dari
orifisium kardiak, kemudian membelok ke bawah melalui kurvatura minor
(lengkung kecil).
3. Lapisan submukosa yang terdiri atas jaringan areolar berisi pembuluh darah dan
saluran limfe. Lapisan mukosa yang terletak di sebelah dalam, tebal, dan terdiri
atas banyak kerutan atau rugue, yang hilang bila organ itu mengembang karena
berisi makanan.
4. Membran mukosa dilapisi epitelium silindris dan berisi banyak saluran limfe.
Semua sel-sel itu mengeluarkan sekret mukus. Permukaan mukosa ini dilintasi
saluran-saluran kecil dari kelenjar-kelenjar lambung. Semua ini berjalan dari
kelenjar lambung tubuler yang bercabang-cabang dan lubang-lubang salurannya
dilapisi oleh epithelium silinder. Epithelium ini bersambung dengan permukaan
mukosa dari lambung. Epithelium dari bagian kelejar yang mengeluarkan sekret
berubah-ubah dan berbeda-beda di beberapa daerah lambung.
Suplai darah dilambung berasal dari arteri seliaka. Dua cabang arteri yang
penting dalam klinis adalah arteri duodenalis dan pankreas tikoduodenalis
(retroduodenalis) yang berjalan sepanjang bulbus posterior duodenum. Tukak
dinding posterior duodenum dapat mengerosi arteri itu menyebabkan perdarahan.
Darah vena dari lambung dan duodenum serta berasal dari pankreas, limpa dan
bagian lain saluran cerna berjalan ke hati melalui vena porta.
Fisiologi Lambung
Secara umum gaster memiliki fungsi motorik dan fungsi pencernaan &
sekresi, berikut fungsi Lambung:
1. Fungsi motorik
Fungsi Reservoir
Fungsi Mencampur
1. Mekanik
2. Kimiawi
Prinsip dari aktivitas di perut adalah memulai pencernaan protein. Bagi orang
dewasa, pencernaan terutama dilakukan melalui enzim pepsin. Pepsin memecah
ikatan peptide antara asam amino yang membentuk protein. Rantai protein yang
terdiri dari asam amino dipecah menjadi fragmen yang lebih kecil yang disebut
peptide. Pepsin paling efektif di lingkungan yang sangat asam di perut (pH=2) dan
menjadi inaktif di lingkungan yang basa. Pepsin disekresikan menjadi bentuk inaktif
yang disebut pepsinogen, sehingga tidak dapat mencerna protein di sel-sel
zymogenic yang memproduksinya. Pepsinogen tidak akan diubah menjadi pepsin
aktif sampai ia melakukan kontak dengan asam hidroklorik yang disekresikan oleh
sel parietal. Kedua, sel-sel lambung dilindungi oleh mukus basa, khususnya setelah
pepsin diaktivasi. Mukus menutupi mukosa untuk membentuk hambatan antara
mukus dengan getah lambung.
Enzim lain dari lambung adalah lipase lambung. Lipase lambung memecah
trigliserida rantai pendek menjadi molekul lemak yang ditemukan dalam susu. Enzim
ini beroperasi dengan baik pada pH 5-6 dan memiliki peranan terbatas pada lambung
orang dewasa. Orang dewasa sangat bergantung pada enzim yang disekresikan oleh
pankreas (lipase pankreas) ke dalam usus halus untuk mencerna lemak. Lambung
juga mensekresikan renin yang penting dalam mencerna susu. Renin dan Ca bereaksi
pada susu untuk memproduksi curd. Penggumpalan mencegah terlalu seringnya
lewatnya susu dari lambung menuju ke duodenum (bagian pertama dari usus halus).
Rennin tidak terdapat pada sekresi lambung pada orang dewasa.
WOC
F. DIAGNOSTIK KLINIS
1. Gastritis Akut
Tiga cara dalam menegakkan diagnosis, yaitu gambaran klinis, gambaran lesi
mukosa akut di mukosa lambung berupa erosi atau ulkus dangkal dengan
tepi rata. Pada endoskopi saluran cerna bagian atas lebih sensitif dan spesifik
untuk diagnosis kelainan akut lambung.
2. Gastritis Kronis
G. PENATALAKSANAAN
1. Gastritis akut dapat diatasi dengan menghilangkan etiologinya. Diet lambung
dengan porsi kecil dan sering. Apabila gejala menetap cairan perlu diberikan
secara parenteral. Bila pendaraan terjadi maka penatalaksanaannya adalah
serupa dengan prosedur yang dilakukan untuk hemoragi saluran
gastrointestinal. Bila gastritis diakibatkan oelh mencerna makanan yang
terlalu asam atau alkali. Pengobatan terdiri dari pengenceran dan penetralan
agen penyebab.
H. KOMPLIKASI
1. Gastritis akut
Pendarahan saluran cerna bagian atas, ulkus, perforasi dan anemia karena
gangguan absorbsi Vitamin B12.
2. Riwayat Keluarga
a) Pasangan : hidup/mati, kesehatan, umur, pekerjaan, alamat, kematian,
sebab kematian, tahun Meninggal.
b) Anak : Hidup/mati, nama, alamat, kematian, tahun meninggal,
penyebab kematian.
3. Riwayat Pekerjaan
5. Riwayat Rekreasi
7. Kebiasaan Ritual
a) Obat-obatan
b) Status Imunisasi
a) Keadaan Umum
Kelelahan, perubahan BB setahun yang lalu, perubahan nafsu makan,,
demam, keringat malam, kesulitan tidur, sering filek dan infeksi,
penilaian diri terhadap status kesehatan, kemampuan melakukan ADL,
tingkat kesadaran (kualitatif, kuantitatif), TTV.
b) Integument
c) Hemapoetik
d) Kepala
Sakit kepala, trauma pada masa lalu, pusing, gatal kulit kepala, lesi
/luka.
e) Mata
f) Telinga
i) Leher
j) Payudara
k) Pernafasan
l) Kardiovaskuler
m) Gastrointestinal
Disfagia, tak dapat mencerna, nyeri ulu hati, pembesaran hepar, mual/
muntah, hematemesis, perubahan nafsu makan, intoleransi makanan,
ulkus, nyeri, ikterik, benjolan/ massa, perubahan kebiasaan defekasi,
diare, konstipasi, melena, hemoroid, perdarahan rectum, pola defekasi
biasanya.
n) Perkemihan
q) Muskuluskletal
s) Sistm Endokrin
Intoleransi panas atau dingin, goiter, pigmentasi kulit / tekstur,
perubahan rambut, polifagia, polidipsia, poliuria.
t) System Imun
u) System Pengecapan
v) System Penciuman
w) Psikososial
C. PERENCANAAN
NOC NIC
Pain Control : Pain Management :
1. Observasi reaksi nonverbal
1. Mengenali faktor penyebab
dari ketidaknyamanan
2. Mengenali onset (lamanya sakit)
2. Kaji nyeri secara komprehensif
3. Menggunakan metode meliputi ( lokasi, karakteristik, dan
pencegahan untuk mengurangi onset, durasi, frekuensi, kualitas,
nyeri intensitas nyeri )
4. Menggunakan 3. Kaji skala nyeri
metode
4.
nonanalgetik untuk mengurangi Gunakan komunikasi
nyeri terapeutik agar klien dapat
5. Mengunakan analgesik sesuai mengekspresikan nyeri
dengan kebutuhan 5. Kaji factor yang dapat
6. Mencari bantuan tenaga menyebabkan nyeri timbul
kesehatan 6. Anjurkan pada pasien
7. Melaporkan gejala pada petugas untuk cukup istirahat
kesehatan 7. Control lingkungan yang
8. Mengenali gejala gejala nyeri dapat mempengaruhi nyeri
9. Melaporkan nyeri yang sudah
8. Monitor tanda tanda vital
terkontrol 9. Ajarkan tentang teknik
nonfarmakologi (relaksasi)
untuk mengurangi nyeri
10. Jelaskan factor factor yang
dapat mempengaruhi nyeri
11. Kolaborasi dengan
dokter dalam pemberian
obat
Nutritional Status Nutrion Management
1. Intake nutrisi baik 1. Monitor catatan masukan kandungan
2. Intake makanan baik nutrisi dan kalori.
3. Asupan cairan cukup 2. Anjurkan masukan kalori yang tepat
4. Peristaltic usus normal sesui dengan tipe tubuh dan gaya hidup.
5. Berat badan meningkat 3. Berikan makanan pilihan.
4. Anjurkan penyiapan dan penyajian
makanan dengan teknik yang aman.
5. Berikan informasi yang tepat tentang
kebutuhan nutrisi dan bagaimana cara
memperolehnya
6. Kaji adanya alergi makanan
7. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan
nutrisi yang dibutuhkan pasien
8. Yakinkan diet yang dimakan
mengandungtinggi serat untuk
mencegah konstipasi
9. Ajarkan pasien bagaimana
membuat catatan makanan harian
10. M o n i t o r a d a n y a p e n u r u n a n
B B d a n g u l a darah
11. Monitor lingkungan selama makan
12. Jadwalkan pengobatan dan
tindakan tidakselama jam makan
13. Monitor turgor kulit
14. Monitor kekeringan, rambut
kusam, totalprotein, Hb dan kadar
Ht
15. Monitor mual dan muntah
16. Monitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan jaringan konjungtiva
17. Monitor intake nuntrisi
D. IMPLEMENTASI
E. EVALUASI
Evaluasi juga merupakan tahap akhir dari suatu proses perawatan yang
merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana tentang kesehatan pasien
dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara melibatkan pasien dan
sesama tenaga kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
http://kumpulan-asuhan-keperawatan.blogspot.com/2009/01/asuhan-keperawatan-
pada-pasien-dengan_6374.html
http://loebis-qoa.blogspot.com/2010/11/askep-gastritis.html
Maryam, siti dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta : Penerbit
Salemba Medika
Nugroho, Wahyudi. 2008. Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC
Stanley, Mickey dkk. 2000. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC
Watson, Roger. 2003. Perawatan pada Lansia. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC