Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

“Asuhan Keperawatan ADHD”

DOSEN PENGAMPU:

Ns. Hariet Rinancy, M.Kep

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 5

Lina 191012114201011

Syahdila Widya Mardani 191012114201026

Wahyu Kurniawan 191012114201027

Yuva Audini 171012114201023

Zulhamda Eka Putra 191012114201028

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

INSTITUT KESEHATAN PRIMA NUSANTARA BUKITTINGGI

TAHUN AKADEMIK 2020/2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan ADHD”. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang
diberikan dalam mata kuliah Keperawatan Anak di Institut Kesehatan Prima
Nusantara Bukittinggi. Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak
kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan
kemampuan yang saya miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat
kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih


yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan
makalah ini, khususnya kepada Dosen kami Ibu Ns.Hariet Rinancy, M.Kep yang
telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas ini.

Bukittinggi, 18 Juni 2021

KELOMPOK 5

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i

DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

LATAR BELAKANG ...................................................................................... 1

RUMUSAN MASALAH ................................................................................. 2

TUJUAN .......................................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN TEORI................................................................................. 4

DEFENISI........................................................................................................ 4

ETIOLOGI ....................................................................................................... 5

PATOFISIOLOGI DAN WOC ......................................................................... 7

MANIFESTASI KLINIS ............................................................................... 10

PEMERIKSAAN PENUNJANG .................................................................... 11

KOMPLIKASI ............................................................................................... 12

PENATALAKSANAAN ................................................................................ 12

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN .............................................................. 14

PENGKAJIAN ............................................................................................... 14

DIAGNOSA KEPERAWATAN .................................................................... 15

INTERVENSI ................................................................................................ 16

IMPLEMENTASI .......................................................................................... 23

EVALUASI ................................................................................................... 23

BAB IV PENUTUP ........................................................................................... 24

ii
KESIMPULAN .............................................................................................. 24

SARAN .......................................................................................................... 24

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 25

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Hiperaktif adalah suatu pola perilaku yang menetap pada seorang anak yang
ditandai dengan sikap tidak mau diam, tidak bisa berkonsentrasi dan bertindak
sekehendak hatinya atau impulsif. Gangguan hiperaktivitas diistilahkan sebagai
gangguan kekurangan perhatian yang menandakan gangguan-gangguan sentral
yang terdapat pada anak-anak yang sampai saat ini dicap sebagai menderita
hiperkinesis, kerusakan otak minimal atau disfungsi serebral minimal, biasa
disebut dengan istilah ADHD (Attention Deficit Hyperaktivity Disorder).

Attention Deficit Hyperaktivity Disorder (ADHD) dicirikan dengan tingkat


gangguan perhatian, impulsivitas dan hiperaktivitas yang tidak sesuai dengan
tahap perkembangan dan gangguan ini dapat terjadi disekolah maupun di rumah
(Isaac, 2005).

Sebagian besar penelitian menunjukkan bahwa 5% dari populasi usia


sekolah sampai tingkat tertentu dipengaruhi oleh ADHD, yaitu sekitar 1 %
sangat hiperaktif. Sekitar 30-40% dari semua anak-anak yang diacu untuk
mendapatkan bantuan professional karena masalah perilaku, datang dengan
keluhan yang berkaitan dengan ADHD (Baihaqi dan Sugiarmin, 2006). Di
beberapa negara lain, penderita ADHD jumlahnya lebih tinggi dibandingkan
dengan di Indonesia. Literatur mencatat, jumlah anak hiperaktif di beberapa
negara 1:1 juta. Sedangkan di Amerika Serikat jumlah anak hiperaktif 1:50.
Jumlah ini cukup fantastis karena bila dihitung dari 300 anak yang ada, 15 di
antaranya menderita hiperaktif. "Untuk Indonesia sendiri belum diketahui
jumlah pastinya. Namun, anak hiperaktif cenderung meningkat (Pikiran rakyat,
2009). Dengan terus meningkatnya jumlah anak dengan ADHD, kami tertarik
untuk membahas tentang anak dengan ADHD. Disini kami akan membahas
lebih dalam ADHD dan asuhan keperawatannya.

1
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang dimaksud dengan ADHD?
2. Apakah yang menyebabkan seorang anak menderita ADHD?
3. Bagaimanakah patofisiologi dari ADHD ?
4. Bagaimanakah tanda dan gejala yang menunjukkan anak menderita ADHD?
5. Pemeriksaan apa sajakah yang dapat menegakkan diagnosa seorang
anak menderita ADHD?
6. Komplikasi apa saja yang dapat ditimbulkan dari anak yang menderita
ADHD?
7. Bagaimanakah penatalaksanaan pada anak ADHD?
8. Bagaimanakah asuhan keperawatan pada anak ADHD?

1.3 TUJUAN
1. Tujuan Umum
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak
, serta untuk mengetahui pemberian asuhan keperawatan pada pasien
dengan Attention Deficit Hyperactive Disorder (ADHD).
2. Tujuan Khusus
a. Bagi pembaca : diharapkan dengan paparan materi yang diberikan dapat
memberika pengetahuan mengenai anak dengan ADHD.
b. Bagi penyusun : setelah penyusunan makalah ini diharapkan penyusun
dapat lebih memahami materi mengenai anak ADHD, yaitu :
 Untuk mengetahui definisi ADHD
 Untuk mengetahui penyebab seorang anak menderita ADHD
 Untuk mengetahui patofisiologi dari ADHD
 Untuk mengetahui tanda dan gejala yang menunjukkan anak
menderita ADHD
 Untuk mengetahui tumbuh kembang anak ADHD
 Untuk mengetahui pemberian Nutrisi yang tepat pada anak ADHD
 Untuk mengetahui pendidikan kesehatan pada orangtua yang
memilki anak ADHD

2
 Untuk mengetahui bagaimankah peran perawat pada anak ADHD
 Untuk mengetahui pemeriksaan apa sajakah yang dapat
menegakkandiagnosa seorang anak menderita ADHD
 Untuk mengetahui komplikasi apa saja yang dapat ditimbulkan
dari anak yang menderita ADHD
 Untuk mengetahui penatalaksanaan pada anak ADHD
 Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada anak ADHD
c. Bagi mahasiswa keperawatan : dapat dijadikan sebagai landasan
pengetahuandalam penerapan asuhan keperawatan pada anak ADHD

3
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 DEFENISI
Menurut American Academy Pediactrics, Attention Deficit Hyperactivity
Disorder (ADHD) adalah gangguan yang diketahui sebagai gangguan
hiperaktifitas defisit-perhatian adalah suatu kondisi kronologis kronis yang
diakibatkan dari adanya gangguan fungsi pada sistem sistem saraf pusat dan
tidak berkaitan dengan jenis kelamin, tingkat kecerdasan, atau lingkungan
kultural.

Gangguan hiperaktifitas defisit perhatian adalah istilah terakhir dari


serangkaian istilah yang dgunakan oleh ahli psikiatri dan neuorologi untuk
menjelaskan anak dengan intelegensi normal atau hampir normal, tetapi
memperlihatkan pola perilaku abnormal yang terutama ditandai dengan
kurangnya perhatian, mudah teralih perhatiannya, inpulsif, dan hiperaktif serta
sering disertai gangguan belajar serta agresifitas.

ADHD adalah singkatan dari Attention Deficit Hyperactivity Disorder,


suatu kondisi yang pernah dikenal sebagai Attention Deficit Disorder (Sulit
memusatkan perhatian), Minimal Brain Disorder (Ketidak beresan kecil di
otak), Minimal Brain Damage (Kerusakan kecil pada otak), Hyperkinesis
(Terlalu banyak bergerak / aktif), dan Hyperactive (Hiperaktif). Ada kira-kira 3
- 5% anak usia sekolah menderita ADHD.

Dapat disimpulkan bahwa ADHD adalah gangguan neurobiologis yang


menyebabkan kelainan hiperaktifitas, kecenderungan untuk mengalami
masalah pemusatan perhatian, kontrol diri, dan kebutuhan untuk selalu mencari
stimulasi yang mulai ditunjukkan oleh anak sebelum usia 4 tahun, dan hal
tersebut menyebabkananak ADHD akan menunjukkan banyak masalah ketika
SD karena dituntut untuk memperhatikan pelajaran dengan tenang, belajar
berbagai ketrampilan akademik, dan bergaul dengan teman sebaya sesuai
aturan.

4
2.2 ETIOLOGI
Berbagai penelitian menunjukkan penyebab terjadinya gangguan ini,
meliputiberbagai faktor yang berpengaruh terhadap fungsi otak.

1. Faktor Penyebab
a. Faktor Genetik
Hier (1980) telah menunjukkan adanya hubungan anatara faktor genetik
dan penyebab gangguan ini, yaitu pada anak laki-laki dengan kelebihan
Y kromosom (XYY) menunjukkan peningkatan kejadian hiperaktivitas
yang menyertai kemampuan verbal dan performance rendah. Masalah
kesulitan memusatkan perhatian dan kesulitan belajar juga diakibatkan
adanya cacat genetik. Pada anak perempuan dengan kromosom 45, XO
juga menunjukkan kesulitan memusatkan perhatian dan kesulitan
menulis dan menggambar ulang.
b. Faktor Neurologik dan Proses dalam Otak
Rutter berpendapat bahwa ADHD adalah gangguan fungsi otak, oleh
karena itu didapatkan defisit aktivasi yang disebabkan oleh adanya
patologi di area prefrontal dan atau sagital frontal pada otak dengan
predominasi pada korteks otak. Adanya kerusakan otak merupakan
resiko tinggi terjadinya gangguan psikiatrik termasuk ADHD.
Kerusakan otak pada janin dan neonatal paling sering disebabkan oleh
kondisi hipoksia. Keadaan hipoksia memiliki kecenderungan
menyebabkan terjadinya patologi yang merata pada korteks otak yang
menimbulkan gangguan fungsi integrasi koordinasi dan pengendalian
kortikal. Korteks frontal dianggap memiliki peran penting dalam
aktivasi dan integrasi lebih lanjut dari bagian otak lain. Oleh karena itu,
patologi yang merata pada korteks otak dianggap sebagai penyebab
terjadinya gejala lobus frontalis.
c. Faktor Neurotransmitter
Berbagai penelitian menunjukkan hasil bahwa gejala aktivitas motorik
yang berlebihan pada ADHD secara patofisiologi disebabkan oleh
fungsi norepinefrin abnormal. Sedangkan gejala lain , yang tidak
mampu memusatkan perhatian dan penurunan vigilance disebabkan

5
oleh fungsi dopaminerjik abnormal. Gangguan pada sistem norepinefrin
berpean pada terjadinya gejala ADHD, tetapi tidak menjadi penyebab
tunggal. Terjadinya ADHD disebabkan oleh beberapa sistem yang
berbeda tetapi memiliki hubungan yang erat. Sistem tersebut memiliki
peran yang berbeda terhadap metabolisme dopamin atau norepinefrin.
Meskipun berbagai obat anti ADHD memiliki komposisi kimiawi
berbeda, mekanisme kerja obat tersebut sama baik dengan dopaminerjik
ataupun norepinefrinerjik. Norepinefrin dan dopamin adalah poten
agonis pada reseptor D4 di celah pascasinaptik, gen reseptor dopamin
D4 (DRD 4) sampai saat ini telah dianggap sebagai penyebab gangguan
ini ( Landau et al., 1997 ; Biederman, 2000)
d. Faktor Psikososial
Willis dan Lovaas berpendapat bahwa perilaku hiperaktivitas
disebabkanoleh buruknya rangsang pengendalian oleh perintah dari ibu,
dan pengaturan perilaku yang buruk pada anak timbul dari manjemen
pengasuhan orangtua yang buruk.
e. Faktor Lingkungan
Berbagai toksin endogen juga pernah dianggap sebagai penyebab
ADHD. Seperti keracunan timbal, aditif makanan, dan reaksi alergi.
Akan tetapiberbagai penelitian terhadap faktor tersebut belum ada yang
menunjukkan bukti adanya hubungan yang bermakna antara faktor
tersebut dengan ADHD.
2. Faktor Predisposisi
a. Teori psikodonamika
Teori Mahler (1975) mengusulkan bahwa anak dengan ADHD adalah
tetap pada fase simbiotik dari perkembangan dan belum membedakan
diri dengan ibunya. Perkembangan ego mundur, dan dimanifestasikan
perilaku impulsif dan diperintahkan oleh id.
b. Teori biologia.
DSM-III-R menyatakan bahwa abnormalitas sistem saraf pusat (SSP),
seperti adnya neurotoksin-neurotoksin, serebral palsi, epilepsi, dan
perilaku-perilaku neurologis yang menyimpang lainnya, disebut sebagai

6
faktor predisposisi. Lingkungan-lingkungan yang tidak teratur atau
semrawut serta penyiksaan dan pengabaian terhadap anak dapat
merupakan faktor-faktor predisposisi pada beberapa kasus.
c. Teori dinamika keluarga.
Bowen (1978) mengusulkan bahwa bila ada hubungan pasangan
disfungsional, fokus dari gangguan dipindahkan pada anak, dimana
perilakunya lambat laun mulai mencerminkan pola-pola dari gangguan
fungsi system.

2.3 PATOFISIOLOGI DAN WOC


Patofisiologi ADHD atau di indonesia dikenal dengan GPPH (Gangguan
Pemusatan Perhatian dan Hiperaktif) memang tak jelas. Ada sejumlah teori
yang membicarakan patofisiologi ADHD. Penelitian pada anak ADHD telah
menunjukkan ada penurunan volume korteks prefrontal sebelah kiri, Penemuan
ini menunjukkan bahwa gejala ADHD inatensi, hiperaktivitas dan impulsivitas
menggambarkan adanya disfungsi lobus frontalis, tetapi area lain di otak
khususnya cerebellum juga terkena.

Penelitian “neuroimaging” pada anak ADHD tak selalu memberikan hasil


yang konsisten, pada tahun 2008 hasilnya neuroimaging hanya digunakan untuk
penelitian, bukan untuk membuat diagnosa. Hasil penelitian “neuroimaging”,
neuropsikologi genetik dan neurokimiawi mendapatkan ada 4 area frontostriatal
yang memainkan peran patofsiologi ADHD yakni : korteks prefrontal lateral,
korteks cingulate dorsoanterior, kaudatus dan putamen. Pada sebuah penelitian
anak ADHD ada kelambatan perkembangan struktur otak tertentu rata-rata pada
usia 3 tahun, di mana gejala ADHD terjadi pada usia sekolah dasar.

Kelambatan perkembangan terutama pada lobus temporal dan korteks


frontalis yang dipercaya bertanggung jawab pada kemampuan mengontrol dan
memusat-kan proses berpikirnya. Sebaliknya, korteks motorik pada anak
hiperaktif terlihat berkembang lebih cepat matang daripada anak normal, yang
mengakibatkan adanya perkembangan yang lebih lambat dalam mengontrol
tingkah lakunya, namun ternyata lebih cepat dalam perkembangan motorik,
sehingga tercipta gejala tak bisa diam, yang khas pada anak ADHD. Hal ini

7
menjadi alasan bahwa pengobatan stimulansia akan mempengaruhi faktor
pertumbuhan dari susunan saraf pusat.

Pada pemeriksaan laboratorium telah didapatkan bahwa adanya 7 repeat


allele DRD4 gene (Dopamine 04 receptor gene) di mana merupakan 30% risiko
genetik untuk anak ADHD di mana ada penipisan korteks sebelah kanan otak,
daerah otak ini penebalannya jadi normal sesudah usia 10 tahun bersamaan
dengan kesembuhanklinis gejala ADHD.

Dari aspek patofisiologik, ADHD dianggap adanya disregulasi dari


neurotransmitter dopamine dan norepinephrine akibat gangguan metabolisme
catecholamine di cortex cerebral. Neuron yang menghasilkan dopamin dan
norepinephrine berasal dari mesenphalon. Nucleus sistem dopaminergik adalah
substansia nigra dan tigmentum anterior dan nucleus sistem norepinephrine
adalah locus ceroleus.

8
WOC

Disfungsi otak Genetik

Hipoksia otak Hipofungsi dopamin dan noreprin

Disfungsi kortiko striatal

Disfungsi korteks prefrontal

MK: Resiko
Defek fungsi kognitif
Cedera
Kegagalan inhibisi perilaku,
tertundanya respon perilaku Perubahan f.
, kognitif
Inattentiveness dan impulsivitas

Hiperaktif
ADHD

Hyperaousal kompensas yang


Genetik B3 berllebihan di korteks otak
,
Anak laki - laki Underarousal G3 Defek fungsi
kromosom XYY retikular activating area frontal
system
Masuknya
Kemampuan verbal dan Aktivitas motorik neuron
performa menurun meningkat dopamine ke
lobus frontalis
Defisiensi bicara Hiperaktiif central

< responsif pd orang lain < kontrol tidur Ke korteks


prefrontal dari
subkortikal
MK: Gangguan Sulit tidur, istirahat <
interaksi sosial
Ketidakmampuan
MK: Gangguan belajar
Anak perempuan pola tidur
(Kromosom 45)
MK: Resiko gangguan
perkembangan
Ketidakmampuan belajar

MK: Resiko gangguan perkembangan


9
2.4 MANIFESTASI KLINIS
Menurut Diagnostic and Satatistical Manual of Mental Disorder (DSM),
terdapat 3 gejala utama ADHD, yaitu :

1. Inatensi
Yaitu anak ADHD menujukkan kesulitan memusatkan perhatian
dibandingkan dengan anak normal dengan umur dan jenis kelamin yang
sama. Masalah tersebut antara lain:
a. Sering tidak dapat memusatkan perhatian pada suatu hal secara
detail/rinci
b. Sering membuat kesalahan karena ceroboh
c. Sulit mempertahankan perhatiannya pada tugas-tugas atau aktivitas
bermain
d. Segera tidak mendengar sewaktu diajak bicara
e. Sering tidak mengikuti perintah/cenderung menentang dan tidak
memahamiperintah
f. Sering tidak dapa mengorganisir / mengatur tugas-tugas / aktivitasnya
g. Sering menolak, tidak menyenangi untuk terikat pada tugas-tugas
yang menuntut ketahanan mental
h. Sering kehilangan barang
i. Perhatiannya mudah beralih
j. Pelupa
2. Hiperaktivitas
Yaitu anak ADHD juga menunjukkan aktivitas yang sangat berlebihan atau
tidak sesuai dengan tingkat perkembangannya, baik aktivitas motorik
maupun verbal. Berikut merupakan perilaku anak yang menunjukkan
hiperaktivitas:
a. Kaki dan tangan tidak dapat tenang
b. Berteriak-teriak di tempat duduknya
c. Sering meninggalkan tempat duduknya sewaktu di kelas
d. Berlari kesana kemari
e. Sulit melakukan aktivitas/bermain dengan tenang
f. Ada saja hal yang dilakukan

10
g. Seringkali berbicara dengan suara yang keras
3. Impulsivitas atau Perilaku Impulsif
Anak yang menderita ADHD pada umumnya tidak mampu menghambat
tingkah lakunya pada waktu memberikan respon terhadap tuntutan
situasional dibandingkan dengan anak normal dengan umur dan jenis
kelamin yang sama.
Berikut merupakan perilaku impulsif yang mencirikan sebagai anak
penderita ADHD:
a. Menjawab sebelum selesai pertanyaan
b. Sulit menunggu giliran
c. Sering menginterupsi atau mengintrusi orang lain (misal
orang lainsedang berbicara atau bermain)

2.5 PEMERIKSAAN PENUNJANG


Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang akan menegakkan diagnosis
gangguan kekurangan perhatian. Anak yang mengalami hiperaktivitas
dilaporkan memperlihatkan jumlah gelombang-gelombang lambat yang
bertambah banyak pada elektorensefalogram mereka, tanpa disertai dengan
adanya bukti tentang penyakit neurologik atau epilepsi yang progresif, tetapi
penemuan ini mempunyai makna yang tidak pasti. Menurut Doenges et. al
(2007) pemeriksaan diagnostic yang dilakukan pada anak dengan ADHD antara
lain :

a. Pemeriksaan Tiroid : dapat menunjukkan gangguan hipertiroid atau


hipotiroid yang memperberat masalah
b. Tes neurologist (misalnya EEG, CT scan) menentukan adanya gangguan
otak organik
c. Tes psikologis sesuai indikasi : menyingkirkan adanya gangguan ansietas,
mengidentifikasi bawaan, retardasi borderline atau anak tidak mampu
belajar dan mengkaji responsivitas social dan perkembangan bahasa
d. Pemeriksaan diagnostic individual bergantung pada adanya gejala fisik
(misalnya ruam, penyakit saluran pernapasan atas, atau gejala alergi lain,
infeksi SSP)

11
Selain itu juga ada pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosa
ADHD yaitu dengan Skrining DDTK pada anak pra sekolah dengan ADHD.
Tujuannya adalah untuk mengetahui secara dini anak adanya Gangguan
Pemusatan Perhatian danHiperaktivitas (GPPH) pada anak umur 36 bulan ke
atas.

2.6 KOMPLIKASI
1. Diagnosis sekunder-gangguan konduksi, depresi, dan penyakit ansietas.
2. Pencapaian akademik kurang, gagal di sekolah, sulit membaca dan
mengerjakan aritmatika (seringkali akibat abnormalitas konsentrasi).
3. Hubungan dengan teman sebaya buruk (seringkali akibat perilaku agresif
dan kata-kata yang diungkapkan).

2.7 PENATALAKSANAAN
1. Perawatan
Menurut Baihaqi dan Sugiarmin (2006) perawatan yang dapat dilakukan
orang tuaterhadap anak yang menderita ADHD antara lain :
a. Terapi medis : Mengendalikan simptom-simptom ADHD di sekolah
dan rumah
b. Pelatihan manajemen orang tua : Mengendalikan perilaku anak yang
merusak di rumah, mengurangi konflik antara orangtua dan anak serta
meningkatkan pro-sosial dan perilaku regulasi diri
c. Intervensi pendidikan : Mengendalikan perilaku yang merusak di kelas,
meningkatkan kemampuan akademik serta mengajarkan perilaku pro
sosial dan regulasi diri
d. Merencanakan program-program bulanan : Melakukan penyesuaian di
rumah dan keberhasilan ke depan di sekolah dengan mengombinasikan
perlakukan tambahan dan pokok dalam program terapi
e. Melakukan konseling keluarga : Coping terhadap stres keluarga dan
individu yang berkaitan dengan ADHD, termasuk kekacauan hati dan
permasalahan suami istri

12
f. Mencari kelompok pendukung : Menghubungkan anak dewasa dengan
orang tua anak ADHD lainnya, berbagi informasi dan pengalaman
mengenai permasalahan umum dan memberi dukungan moral
g. Melakukan konseling individu : Memberi dukungan di mana anak dapat
membahas permasalahan dan curahan hati pribadinya
2. Pengobatan
Pengobatan terhadap anak dengan ADHD umumnya dilakukan dengan
berbagai pendekatan termasuk program pendidikan khusus, modifikasi
perilaku, pengobatan melalui obat-obatan dan konseling. Disamping
pendekatan yang kontroversial antara lain melakukan diet khusus dan
penggunaan obat-obatan sertavitamin-vitamin tertentu (Delphie, 2006).
Menurut Videbeck (2008) obat stimulan yang sering digunakan untuk
mengobati ADHD antara lain :
a. Metilfenidat (Ritalin)
Dosis 10-60 dalam 2 – 4 dosis yang terbagi. Intervensi keperawatan
pantau supresi nafsu makan yang turun, atau kelambatan pertumbuhan,
berikan setelah makan, efek obat lengkap dalam 2 hari.
b. Dekstroamfetamin (Dexedrine) amfetamin (Adderall)
Dosis 3-40 dalam 2 atau 3 dosis yang terbagi. Intervensi keperawatan,
pantau adanya insomnia, berikan setelah makan untuk mengurangi efek
supresi nafsu makan, efek obat lengkap dalam 2 hari
c. Pemolin (Cylert)
Dosis 37,5-112,5 dalam satu dosis harian. Intervensi keperawatan
pantay peningkatan tes fungsi hati dan supresi nafsu makan, dapat
berlangsung 2 minggu untuk mencapai efek obat yang lengkap

13
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
ADHD terjadi pada anak usia 3 tahun, anak laki – laki cenderung
memiliki kemungkinan4x lebih besar dari perempuan untuk menderita
ADHD.
2. Keluhan utama
Keluarga mengatakan anaknya tidak bisa diam, kaki atau tangannya
bergerak terus
3. Riwayat penyakit sekarang
Orang tua atau pengasuh melihat tanda – tanda awal dari ADHD

a. Anak tidak bisa duduk tenang

b. Anak selalu bergerak tanpa tujuan dan tidak mengenal lelah


c. Perubahan suasan hati yang yang mendadak/impulsive
4. Riwayat penyakit sebelumnya
Tanyakan kepada keluarga apakah anak sebelumnya pernah
mengalami cedera otak.
5. Riwayat penyakit keluarga
Tanyakan kepada keluarga apakah ada faktor genetik yang diduga
sebagai penyebab dari gangguan hiperaktivitas pada anak.
6. Riwayat psiko,sosio, dan spiritual
Anak mengalami hambatan dalam bermain dengan teman dan
membinahubungan dengan teman sebaya nya karena hiperaktivitas dan
impulsivitas
7. Riwayat tumbuh kembang
a. Prenatal : Ditanyakan apakah ibu ada masalah asupan
alcohol atau obat-obatan selama kehamilan
b. Natal : Ditanyakan kepada ibu apakah ada penyulit selama
persalinan. lahir premature, berat badan lahir rendah
(BBLR)
c. Postnatal : Ditanyakan apakah setelah lahir langsung
diberikan imunisasi apatidak.8.Riwayat imunisasiTanyakan
pada keluarga apakah anak mendapat imunisasi

14
lengkap.Usia imunisasi DPT/HB I dan Polio 2 Usia 3 bulan
anak mendapat imunisasi DPT/HB II dan Polio 3 Usia 4
bulan anak mendapat imunisasi DPT/HB III dan Polio 4 Usia
9 bulan anak mendapat imunisasi campak
8. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang biasanya ditemukan pada anak dengan
gangguan hiperaktif mencakup :
a. Rambut yang halus
b. Telinga yang salah bentuk
c. Lipatan-lipatan epikantus
d. Langit-langit mulut yang melengkung tinggi
e. Kerutan-kerutan telapak tangan yang hanya tunggal saja
f. Terdapat gangguan keseimbangan, astereognosis,
disdiadokhokinesis serta permasalahan-permasalahan di
dalam koordinasi motorik yang halus.
9. Activity daily living ( ADL )
a. Nutrisi Anak nafsu makan nya berkurang (anarexia).
b. Aktivitas Anak sulit untuk diam dan terus bergerak tanpa
tujuan
c. Eliminasi Anak tidak mengelamai ganguan dalam eliminasi
d. Istirahat tidur Anak mengalami gangguan tidur
e. Personal Higiane Anak kurang memperhatikan kebersihan
diri nya sendiri dan sulit di atur
3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan Interaksi Sosial (D.0118)

2. Koping Tidak Efektif (D.0096)

3. Resiko Gangguan Perkembangan (D.0107)

15
3.3 INTERVENSI
NO MASALAH SLKI SIKI
KEPERAWATAN

Gangguan Interaksi Sosial Promosi


Interaksi Sosial (L.13115) Sosialisasi
Setelah dilakukan (I.13498) Definisi
tindakan keperawatan Meningkatkan
selama 3x24 jam kemampuan untuk
masalah resiko cedera berinteraksi dengan
diharapkan orang lain.
meningkat dengan Tindakan
kriteria hasil : Observasi
1. Perasaan - Identifikasi
nyaman dengan kemampuan
situasi sosial melakukan
meningkat interaksidengan
2. Perasaan mudah orang lain
menerima atau - Identifikasi
mengkomunikas hambatan
ikan perasaan melakukan
meningkat interaksidengan
3. Responsif pada orang lain
orang lain Terapeutik
meningkat - Motivasi
4. Minat meningkatkan
melakukan keterlibatan
kontak emosi dalam suatu
meningkat hubungan
5. Minat - Motivasi
melakukan kesabaran
kontak fisik dalam

16
meningkat mengembangka
n suatu
hubungan
- Motivasi
berpartisipasi
dalam aktivitas
baru dan
kegiatan
kelompok
- Diskusikan
kekuatan dan
keterbatasan
dalam
berkomunikasi
dengan orang
lain

Edukasi
- Anjurkan
berinteraksi
dengan orang
lain secara
bertahap
- Anjurkan
meningkatkan
kejujuran diri
dan
menghormati
hak orang lain
- Latih bermain
peran untuk
meningkatkan

17
keterampilan
komunikasi
- Latih
mengekspresika
nmarah dengan
tepat
2 Koping tidak Status Koping Promosi Koping
efektif (L.09086) (I.09312)
Setelah dilakukan Definisi :
tindakan keperawatan Meningkatkan upaya
selama 1x24 jam kognitif dan perilaku
masalah resiko cedera untuk menilai dan
diharapkan merspons stressor
Membaik dengan kriteria dan/ataukemampuan
hasil : menggunakansumber-
1. Kemampuan sumber yang ada.
memenuhi peran Observasi
sesuai usiacukup - Identifikasi
meningkat kegiatanjangka
2. Perilaku koping pendek dan
adaptif cukup panjang sesuai
meningkat tujuan
3. Verbalisasi - Identiffikasi
kemampuan kemampuan
mengatasi yang dimiliki
masalah cukup - Identifikasi
meningkat sumber daya
4. Verbalisasi yang tersedia
kemampuan untuk
masalah cukup memenuhi
meningkat tujuan
5. Verbalisasi - Identifikasi

18
kelemahan diri dampak situasi
cukup terhadap peran
meningkat dan hubungan
6. Perilaku asertif Terapeutik
cupuk meningkat - Diskusikan
7. Verbalisasi perubahanperan
menyalahkan yang dialami
oranglain cukup - Gunakan
menurun pendekatan
8. Verbalisasi yangtenang dan
rasionalisasi meyakinkan
kegagalan cukup - Diskusikan
menurun untuk
9. Hipersensitif mengklarifikasi
terhadap kritikan kesalahpahama
cukup menurun n dan
mengevaluasi
perilaku sendiri
- Fasilitasi dalam
memperoleh
informasi yang
dibutuhkan
- Dampingi saat
berduka (mis.
Penyakit
kronik,
kecacatan)
- Perkenalkan
dengan orang
atau kelompok
yang berhasil
mengalami

19
pengalaman
sama
- Kurangi
rangsangan
lingkungan
yang
mengancam
Edukasi
- Anjurkan

menjalin
hubungan yang
memiliki
kepentingan
dan tujuan
sama
- Anjurkan
membuat tujuan
yang lebih
spesifik
- Ajarkan cara
memcahkan
masalah secara
konstruktif
- Latih
penggunaan
teknik relaksasi
- Latih
keterampilan
sosial, sesuai
kebutuhan

20
3 Resiko Gangguan Status Perkembangan Promosi
Perkembangan (L.10101) Perkembangan Anak
Setelah dilakukan (I.10340)
tindakan keperawatan Definisi
selama 1x24 jam Meningkatkan dan
masalah resiko cedera memfasilitasi
diharapkan kemampuan orang
Membaik dengan kriteria tua/pengasuh untuk
hasil : mengoptimalkan
1. Keterampilan/pe perkembangan motorik
rilaku sesuai usia kasar, motorik halus,
cukup bahasa, kognitif, sosial
meningkat dan emosiaonal pada
2. Kemampuan anak usia prasekolah
melakukan dan usia sekolah.
perawatan diri Tindakan
cukup Observasi
meningkat - Identifikasi
kebutuhan
khusus anak
dan
kemampuan
adaptasi anak
Terapeutik
- Fasilitasi
hubungan anak
dengan teman
sebaya
- Dukung anak
berinteraksi
dengan anak
lain

21
- Dukung anak
mengekspresika
n perasaannya
sewajarnya
Berikan mainan
sesuai usia anak
- Sediakan
kesemapatan
danalat-alat
untuk
menggambar,
melukis dan
mewarnai
Edukasi
- Jelaksan

nama-nama
benda objek
yang ada
dilingkungan
sekitar
- Ajarkan sikap
kooperatif,
bukan
kompetisi
diantaraanak
- Ajarkan anak
cara meminta
bantuan dari
anak lain, jika
perlu
- Demonstrasika

22
n kegiatan yang
meningkatkan
perkembangan
pada pengasuh
Kolaborasi
- Rujuk untuk
konseling, Jika
perlu

3.4 IMPLEMENTASI
Implementasi adalah pengolahan dan perwujudan dari rencana keperawatan
yang telah disusun pada tahap perencanaan (Effendi, 1995). Jenis tindakan pada
implementasi ini terdiri dari tindakan mandiri, saling ketergantungan /
kolaborasi, dan tindakan rujukan / ketergantungan.Implementasi tindakan
keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan. Pelaksanaan /
tindakan disesuaikan dengan intervensi yang telah ditentukan.

3.5 EVALUASI
Keperawatan Hasil yang diharapkan dari pemberian asuhan keperawatan
pada anak dengan hiperaktif antara lain:

1. Anak dapat mengembangkan hubungan dengan orang lain atau anak lain
2. Anak tidak akan melukai diri sendiri atau orang lain.
3. Anak mampu mengembangkan dan menggunakan keterampilan koping
yang sesuai dengan umur dan dapat diterima sosial.
4. Anak mampu untuk mencapai tidur tidak terganggu selama 6 sampai 7 jam
setiap malam.
5. Anak tidak mengalami keterlambatan dalam perkembangan

23
BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
ADHD adalah singkatan dari Attention Deficit Hyperactivity Disorder,
suatu kondisi yang pernah dikenal sebagai Attention Deficit Disorder (Sulit
memusatkan perhatian), Minimal Brain Disorder (Ketidak beresan kecil di
otak), Minimal Brain Damage (Kerusakan kecil pada otak), Hyperkinesis
(Terlalu banyak bergerak / aktif), dan Hyperactive (Hiperaktif). Ada kira-kira 3
- 5% anak usia sekolah menderita ADHD (Permadi, 2009).

Belum ada kepastian faktor apa yang menyebabkan seorang anak dapat
menderita ADHD, namun beberapa penelitian menunjukkan bahwa faktor
genetik, neurologik dan proses dalam otak, neurotransmitter, lingkungan,
psikososial merupakan faktor penyebab dari gangguan ini.

Pada umumnya terdapat beberapa tes penunjang dalam menentukan bahwa


anak menderita ADHD atau tidak, namun yang sering dilakukan dan merupakan
tugas perawat adalah melakukan pengkajian dengan mengguanakan formulir
deteksi dini Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas/GPPH
(Abbreviated Conners Ratting Scale).

4.2 SARAN
Setelah mengetahui banyak hal mengenai ADHD yang telah dipaparkan dia
tas, sudah sepantasnya sebagai mahasiswa calon tenaga kesehatan
mengaplikasikan ilmu tersebut untuk melakukan asuhan keperawatan pada anak
berkebutuhan khusus seperti anak ADHD. Bukanlah hal yang mudah untuk
melakukan asuhan keperawatan pada anak ADHD mengingat mereka kurang
konsentrasi dan memiliki perilaku maladaptif. Maka dari itu diperlukan
pengetahuan yang lebih luas dan ketrampilan yang mendukung agar dapat
melakukan asuhan keperawatan dengan baik.

24
DAFTAR PUSTAKA

https://pdfcoffee.com/qdownload/askep-adhdkel-3-adocx-pdf-free.html

https://id.scribd.com/document/427917826/woc-ADHD-docx

https://sg.docs.wps.com/l/sAH_ZpZn51OFKpYip76inFA

25

Anda mungkin juga menyukai