Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEPERAWATAN

GAWAT DARURAT HEPATIC


FAILURE

Nama kelompok :

 Muhammad Iqbal
 Melsy nur Savitri
 Mutiara Rahmah
 Nurul Annisa
 Yuva Audini
A. Pengertian Hepatic Failure

Gagal hati adalah kondisi di mana sel-sel organ hati mengalami kerusakan
penuh atau sebagian sehingga tidak mampu melakukan fungsi-fungsinya dan
kondisi ini cukup serius dan memerlukan pengobatan mendesak. Ketika hati
mengalami kegagalan akan timbul suatu sindrom yang kompleks yang dan
melibatkan gangguan pada banyak organ serta fungsi tubuh.
B. Klasifikasi Hepatic Failure

01 . Gagal hati akut


02. Gagal hati
kronis
Kejadian gagal hati akut seringkali
Penyakit pada gagal hati
tidak di sertai dengan gejala apa pun
kronis mengalami beberapa
dan Penyebab gagal hati akut ini
tahapan, yaitu peradangan,
karena keracunan atau overdosis
fibrosis, sirosis, penyakit hati
obat-obatan.
stadium akhir, dan kanker hati.
 Hepatitis virus
 Hepatitis nonvirus
 Sirosis hepatitis
 Kanker hati
C. Etiologi Hepatic Failure
1.
D. Manifestasi Klinis Hepatic Failure
Ikterus akibat kegagaglan hati melakukan konjugasi bilirubin
2. Nyeri abdomen atau nyeri tekan abdomen akibat inflamasi hati
3. Mual dan anoreksia akibat efek sistemik inflamasi
4. Rasa lelah dan penurunan berat badan akibat kegagaglan metabolisme
hati
5. Pruritus akibat penumpukan bilirubin dalam kulit
6. Oliguria akibat vasokonstriksi intrarenal
7. Patekie akibat trombositopenia
8. Amenore yang terjadi sekunder karena perubahan produksi dan
metabolisme hormon streroid.
9. Ginekomastia pada lai-laki akibat penumpukan estrogen yang di
sebabkan oleh kegagaglan fungsi biotranformasi hepatik
(Kowalak,Welsh, 2017, p. 380).
10. Asites, perubahan rentang hati, hematemesia atau melena, hipotensi dan
takikardia

E. WOC
F. Pemeriksaan Penunjang Hepatic
Failure

 Tes darah hati


 INR
 Fungsi Ginjal
 Panel metabolic
 Skrining toksikologi, AGD
 USG untuk melihat penyakit hati yang lain
(Samant, 2020, p. 2)
G. Komplikasi Hepatic Failure

1. Infeksi jamur bakteri


2. Udem cerebral terjadi pada 80% pasien, menimbulkan
gangguan dalam produksi faktor-faktor pembekuan darah
3. Koagulopati yang disebabkan karena penurunan sintesa
faktor pembekuan darah oleh     hati, trombositopenia dan
fungsi platelet yang abnormal.
4. Perdarahan saluran pencernaan
5. Elektrolit imbalance
6. Disfungsi ginjal dengan gagal ginjal. Hal ini terjadi 50%
dari pasien
7. Gangguan keseimbangan asam- basa
8. Gangguan respirasi dan kardiovaskuler
9. Sepsis, syok dan post necrotic cirrhosis
10. Kematian
H. Penatalaksanaan Hepatic Failure
1. Transplantasi hati

2. Diet tinggi karbohidrat rendah protein untuk memproduksi defisiensi gizi dan
mencegah bebean kerja hati yang berlebihan.

3. Pemberian laktulosa untuk mengurangi kadar amonia darah dan membantu


mengurangi sebagian gejala ensefalopati hepatik.

4. Parasentesis untuk mengeluarkan cairan asites dan mengurangi


ketidaknyamanan abdomen.

5. Pemberian obat-obat vasokontriktor untuk mengendalikan perdarahan.

6. Pembedahan untuk ligasi kolateral vena porta yang mengalami perdarahan.

7. Pemberian vitamin K untuk mengendalikan perdarahan dengan menurunkan


waktu protombin (Kowalak,Welsh, 2017, p. 380)
I. Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Hepatic Failure

1. Pengkajian Primer
 Airway
Saat di Auskultasi secara umum normal tetapi bisa  Disability
didapatkan adanya bunyi nafas tambahan ronkhi akibat Kesadaran compos mentis, GCS
akumulasi sekret. normal, fungsi bicara normal.
 Breathing
Pada saat inspeksi terlihat sesak dan  Exposure
menggunakan otot bantu nafas sekunder dari penurunan Suhu tubuh normal, area hati membesar
ekspansi rongga dada dari asites. dan mengeras.
 Circulation
Tekanan darah ortostatik, tampak pucat, anemia,
terdapat tanda dan gejala pendarahan, CRT > 2 detik,
Denyut nadi meningkat dengan irama yang tidak teratur.
2. Pengkajian Sekunder
 Keluhan Anoreksia, mual, muntah, nyeri abdomen

 Kulit, selaput lendir, sclera : kekuning-kuningan, gatal, urine berwarna kuning tua dan
berbuih.

 Kebiasaan : merokok, minum alcohol, obat-obatan terlarang, Tanda vital : tekanan


darah menunjukkan tekanan darah ortostatik

 Status cairan dan elektrolit : deficit volume, muntah, pendarahan, dehidrasi akibat
asites dan edema dan kelebihan volume akibat retensi natrium dan air.

 Abdomen : gerakan peristalsis (auskultasi), distensi abdomen, nyeri tekan,


pembesaran hepar dan limpa, asites, dilatasi vena pada abdomen (kaput medusa).

 Sistem Pernafasan, Sistem kardiovaskular, sistem pencernaan, sistem endokrin,


persarafan, integument, muskoletal, pngelihatan, psikososial dan spritual
Diagnosa Keperawatan

a) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan


sindrom hipoventilasi

b) Hipervolemia berhubungan dengan kelebihan


asupan cairan

c) Defisit nutrisi berhubungan dengan


ketidakmampuan mencerna makanan
Intervensi keperawatan
no Diagnosa keperawatan luaran intervensi

1 Pola napas tidak efektif Setelah dilakukan (Manajemen Jalan


berhubungan dengan sindrom tindakan keperawatan Napas)
hipoventilasi selama 3x24 jam, pola Observasi
napas membaik, dengan  Monitor pola
kriteria hasil : napas
 Penggunaan otot  Monitor bunyi
bantu napas napas tambahan
menurun  Monitor sputum
 Frekuensi napas Teraupetik
membaik  Pertahankan
 Kedalaman napas kepatenan jalan
membaik napas
 Posisikan
fowler/semi-
fowler
 Lakukan
penghisapan
lendir
Edukasi

 Anjurkan asupan cairan


2000 ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
 Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu

2 Hipervolemia berhubungan Setelah dilakukan tindakan (Pemantauan cairan)


dengan kelebihan asupan keperawatan selam 3x24 jam, Observasi
cairan keseimbangan cairan  Monitor frekuensi
meningkat, dengan kriteria  dan kekuatan nadi
hasil :  Monitor frekuensi nafas
 Asites menurun  Monitor tekanan darah
 Tekanan darah membaik  Monitor berat badan
 Turgor kulit membaik  Monitor waktu pengisian
kapiler
 Monitor elastisitas atau
turgor kulit
 Monitor jumlah, warna dan berat jenis
urine
 Monitor kadar albumin dan protein
total
 Monitor hasil pemeriksaan serum
 Monitor intake dan output cairan
 Identifikasi tanda-tanda hypervolemia
 Identifikasi faktor risiko
ketidakseimbangan cairan
Terapeutik
 Atur interval waktu pemantauan
sesuai dengan kondisi pasien
 Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
 Informasikan hasil pemantauan, jika
perlu
3 Defisit nutrisi Setelah dilakukan (Manajemen Hipovolemia)
berhubungan dengan tindakan Observasi
ketidakmampuan keperawatan  Identifikasi kemungkinan penyebab BB kurang
mencerna makanan selama 3x24 jam,  Monitor adanya mual dan muntah
status nutrisi  Monitor jumlah kalori yang
membaik, dengan dikonsumsi sehari-hari
kriteria hasil :  Monitor berat badan
 Berat badan  Monitor albumin, limfosit, dan elektrolit serum.
membaik Teraupetik
 Indeks massa  Sediakan makanan yang tepat sesuai kondisi
tubuh (IMT) pasien
membaik  Berikan suplemen, jika perlu
Edukasi
 Jelaskan jenis makanan yang bergizi tinggi,
namun tetap terjangkau
 Jelaskan peningkatan asupan kalori yang
dibutuhkan
5. Implementasi Keperawatan

Implementasi merupakan tahap keempat dalam


tahap proses keperawatan dengan melaksanakan
berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan)
yang telah direncanakan dalam rencana tindakan
keperawatan.

6. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari
proses keperawatan dengan cara melakukan
identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana
keperawatan tercapai atau tidak.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai