Anda di halaman 1dari 5

1.

Rumus Pemberian O2

𝑴𝑽 = 𝑽𝑻 × 𝑹𝑹

Keterangan:

MV= Minute Ventilation, udara yang masuk ke sistem pernapasan setiap menit

VT= Volume Tidal, 6-8 ml/kg bb

RR= Respiration Rate

Misalnya : Berat Badan 50 kg, RR 30x/menit

MV= VTxRR

= (50 kg x (6-8 ml)) x 30

= 9000-12000 ml/mnt

= 9-12 L/menit

2. Gambaran ECG pada pasien hiperkalemi dan hipokalemi

A. HIPOKALEMIA
Hipokalemia merupakan gangguan kalium yang paling menonjol pada populasi lanjut
usia yang dapat disebabkan : terapi diuresis kegagalan proses pemekatan urin pada nefron
distal karena penurunan jumlah dan fungsi nefron diet kalium yang tidak adekuat
Pada Hipokalemia perubahan dari gambar EKG adalah =
a. U menjadi prominen
b. T semakin mendatar dan akhirnya terbalik
c. Depresi ST
d. Interval PR memanjang

B. HIPERKALEMIA
Hiperkalemia pada populasi lanjut usia --> penurunan aktivitas sistem renin-
angiotensin aldosteron
Penggunaan obat-obatan tertentu (beta-blocker dan anti inflamasi non steroid) ataupun obat-
obatan yang menurunkan aktivitas aldosteron (ACE inhibitor dan diuretik hemat kalium)
hyperkalemia
Pada hiperkalemia atau kadar kalium yang meningkat akan terjadi perubahan dari
gambaran EKG antara lain :
a. T menjadi lebih tinggi dan lancip
b. R menjadi lebih pendek
c. QRS menjadi melebar
d. QRS bersatu dengan T, sehingga segmen ST menghilang
e. P mengecil dan akhirnya menghilang

INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Diare
Ditandai dengan keluhan nyeri abdomen, keram perut, peningkatan dorongan defekasi,
bising usus hiperaktif, bab cair lebih dari 3x dalam sehari
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam 1x24jam diare berkurang atau
teratasi
Kriteria hasil: tidak ad tanda2 dehidrasi, penurunan frekuensi bab, bu normal (5-15x/m)
turgor kulit baik (>2 detik)
Intervensi:
a) Monitor intake dan output nutrisi serta cairan
b) Observasi turgor kulit
c) Amati adanya tanda2 dehidrasi
d) Anjurkan untuk memaksimalkan intake cairan
e) Identifikasi faktor penyebab dari diare
f) Edukasi keluarga dan pasien untuk menghindari penggunaan obat laksatif
g) Intruksikan pasien /keluarga untuk mencatat warna,jumlah,frekuensi dan konsistensi
dari feses
h) Kolaborasi pemberian antispasme

2. Nyeri Akut berhubungan dengan gejala terkait penyakit


Ditandai dengan pasien mengeluh nyeri perut, terasa diremas remas hilang timbul,
bertambah nyeri setelah makan, dengan skala nyeri 6. Terdapat nyeri tekan di perut, tampak
grimace saat sakit, tampak mempertahankan satu posisi, tingkah laku berhati-hati, berfokus
pada diri sendiri, dan penurunan nafsu makan/minum
Tujuan: setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 6 jam nyeri dapat berkurang
Kriteria hasil: ttv dalam batas normal, keluhan nyeri berkurang, skala nyeri berkurang
Intervensi:
a) Kaji nyeri secara komprehensif (lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, dan intensitas
nyeri
b) Monitor reaksi non verbal dari ketidaknyamanan
c) Kaji faktor yang dapat menimbulkan nyeri timbul
d) Monitor ttv
e) Evaluasi keefektifan dari tindakan mengontrol nyeri
f) Kontrol lingkungan yg mempengaruhi nyeri
g) Gunakan kominikasi terapeutik agar klien dapat engekspresikan nyeri
h) Ajarkan teknik nofarmakologi (relaksasi) untuk mengurangi nyeri
i) Jelaskan faktor2 yang dapat mempengaruhi nyeri
j) Anjurkan untuk cukup istirahat
k) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik

3. Mual berhubungan dengan iritasi lambung, nyeri perut, terapi


Ditandai dengan keluhan tidak nafsu makan dan rasa ingin muntah saat makan, makan hanya
masuk ¼ porsi, muntah
Tujuan: setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x24 jam, mual dapat berkurang
atau hilang
Kriteria hasil: intake nutrisi dan cairan seacara oral adekuat, turgor kulit baik, mukosa
lembab, ttv dalam batas normal
Intervensi:
a) Kaji mual pasien: frekuensi, durasi, dan faktor penyebab
b) Monitor kemajuan toleransi terhadap intake makanan
c) Monitor tekanan darah, nadi dan frekuensi napas
d) Monitor intake dan output
e) Monitor kondisi membran mukosa
f) Monitor turgor kulit
g) Kaji bising usus
h) Identifikasi riwayat pemberian obat antiemetik
i) Anjurkan istirahat dan tidur yang adekuat
j) Kolaborasi dengan ahli gizi perencanaan diet pasien
k) Kolaborasi pemberian obat antiemetik

4. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum


Ditandai dengan pasien mengeluh merasa lemah dan letih, berdebar saat aktivitas,
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam toleransi pasien terhadap
aktivitas meningkat
Kriteria hasil: saturasi oksigen dalam batas normal setelah melakukan aktivitas, ttv dalam
batas normal setelah melakukan aktivitas, mampu malakukan adl secara mandiri, mobilisasi
secara mandiri
Intervensi:
a) Kaji batas kemampuan fisik
b) Kaji penyebab kelemahan (aktivitas, nyeri, atau pengobatan)
c) Monitor respon kardiorespiratori terhadap aktivitas (takikartdi, disritmia, dispneu,
peningkatan RR, diaphoresis, tekanan hemodinamik)
d) Monitor keefektifan terapi oksigen (pulse oxymetry)
e) Batasi aktivitas fisik agar suplai oksigen dalam tubuh tercukupi
f) Lakukan ROM aktif untuk mengurangi kekakuan pada sendi
g) Anjurkan melakukan aktifitas bertahap
h) Bantu ADL pasien
i) Instruksikan pasien dan keluarga tentang tanda dan gejala kelemahan agar mengurangi
aktifitasnya
j) Kolaborasi dengan ahli gizi tentang diet untuk meningkatkan intake dari makanan yang
tinggi energi
k) Konsul dengan tim kesehatan lain untuk pemberian oksigen saat aktifitas dan/atau tidur

5. Risiko Infeksi Berhubungan Dengan imunitas inadequate


Ditandai dengan tidak nafsu makan, penurunan Hb, imunodefisiensi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam diharapkan tidak ad tanda infeksi
Kriteria hasil: tidak terdapat tanda infeksi, suhu tubuh dalam batas normal, tidak terdapat
kelemahan kronis, leukosit dalam batas noramal
Intervensi:
a) Kaji kemerahan, suhu, dan kelembaban kulit dan membran mukosa
b) Monitor tanda dan gejala infeksi, baik infeksi sistemik maupun terlokalisir
c) Monitor jumlah granulosit, jumlah wbc/leukosit\
d) Monitor perubahan tingkat energi/malaise
e) Batasi pengunjung
f) Anjurkan minum yang cukup
g) Anjurkan intake nutrisi yang adekuat
h) Anjurkan istirahat

6. Risiko Jatuh (sedang)


Skala morse 35 (risiko jatuh sedang)
Tujuan: setelah dialakukan intervensi keperawatan, pasien tidak terjatuh selama dilakukan
proses perawatan
Kriteria hasil: tidak jatuh selama dialakukan proses perawatan
a) Kaji kemampuan fisik, kognitif dan faktor lingkungan yang meningkatkan resiko jatuh
b) Kaji skor resiko jatuh menggunakan skala morse setiap hari
c) Kunci roda dan side rail tempat tidur pasien
d) Dekatkan bel pada jangkauan pasien
e) Atur pencahayaan yang adekuat
f) Pasangkan gelang risiko jatuh

Anda mungkin juga menyukai