Anda di halaman 1dari 7

TUGAS INDIVIDU

SDKI, SKLI, SIKI

Nama : DIRA ULFA

ALIH JENJANG DIV KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI
PRODI DIII KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2020/2021
A. Kasus 1
Perempuan bersia 68 tahundirawat diruangan perawatan intermediate dengan
keluhan sesak nafas dan mudah lelah, riwayat hipertensi sejak 20 tahun yang lalu dan
riwayat miokard 10 tahun yang lalu, tekan darah 160/100 mmHg,frekwensi nadi
98x/menit,frekwensi nafas 24x/menit, distensi vena jugolaris, terdengar ronchi dan
edema pada ekstrimitas ats dan bawah +2, sianosis, CRT .3 detik.
1. Diagnosis keperawatan (SDKI)
Penurunan Curah Jantung berhubungan dengan distensi vena jugolaris dibuktikan
dengan sesak nafas, mudah lelah, suara nafas ronchi, sinosis, edema pada
ekstrimitas atas dan bawah, CRT >3 detik. T/D : 160/100 mmHg, Nadi : 98x/i, RR
: 24x/i.

2. Luaran Keperawatan (SLKI)


Luaran Keperawatan Utama : Curah Jantung Meningkat
Luaran Tambahan : Perfusi Miokard, Perfusi Renal, Perfusi Perifer, Perfusi
Serebral, Status Cairan, Status Neurologis, Status Sirkulasi, Tingkat Keletihan.

3. Intervensi Keperawatan
a. Observasi : Menejemen cairan, Identifikasi tanda dan gejala primer dan
sekunder penurunan curah jantung, monitor tekanan darah dan saturasi
oksigen.
b. Terapeutik : posisikan pasien semipowler atau powler dengan kaki
kebawah atau posisi nyaman, berikan diit jantung yang sesuai, gunakan
stoking elastis atau pneumatik internitem sesuai indikasi, berikan terapy
relaksasi untuk mengurangi stress bila perlu.
c. Edukasi : anjurkan beraktifitas fisik sesuai toleransi dan bertahap, anjrkan
berhenti merokok, kolaborasi pemberian antiaretmia jika perlu, ruujukke
program rehabilitasi jantung.

B. Kasus 2
Seorang laki-laki berusia 57 tahun dirawat dengan keluhan perut membesar dan
terasa tidak nyaman, hasil pengkajian : mua sejak 2 minggu yang lalu, nafsu makan
menurun, BB menurun kurang lebih 5 kg ( dalam 1 bulan ), ferkwensi nafas
21x/menit,frekwensinadi 9x/menit, TD 100/75 mmHg, pasien riwaat minum alkohol
sejak 20 tahun yang lalu.
1. Diagnosis keperawatan (SDKI)
Defisit Nutrisi berhubungan dengan nafsu makan menurun dibuktikan dengan
penurunan berat badan, mual, perut membesar dan riwayat minum alkohol.

2. Luaran Keperawatan (SLKI)


Luaran Keperawatan Utama : Status Nutri Membaik
Luaran Tambahan : Berat badan membaik, nafsu makan meningkat, perilaku
meningkatkan berat badan meningkat,tingkat mual menurun, eliminasi fekal,
fungsi gastrointestinal mambaik, status menelan baik, tingkat depresi menurun,
tingkat nyeri menurun.

3. Intervensi Keperawatan (SIKI)


1. Manajemen Nutrisi
a. Observasi
 Identifikasi status nutrisi
 Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
 Identifikasi makanan yang disukai
 Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
 Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik
 Monitor asupan makanan
 Monitor berat badan
 Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
b. Terapeutik
 Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
 Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. Piramida makanan)
 Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
 Berikan makan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
 Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
 Berikan suplemen makanan, jika perlu
 Hentikan pemberian makan melalui selang nasigastrik jika asupan oral
dapat ditoleransi
c. Edukasi
 Anjurkan posisi duduk, jika mampu
 Ajarkan diet yang diprogramkan
d. Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. Pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu
 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan, jika perlU
2. Promosi Berat Badan
a. Observasi
 Identifikasi kemungkinan penyebab BB kurang
 Monitor adanya mual dan muntah
 Monitor jumlah kalorimyang dikomsumsi sehari-hari
 Monitor berat badan
 Monitor albumin, limfosit, dan elektrolit serum
b. Terapeutik
 Berikan perawatan mulut sebelum pemberian makan, jika perlu
 Sediakan makan yang tepat sesuai kondisi pasien( mis. Makanan dengan
tekstur halus, makanan yang diblander, makanan cair yang diberikan
melalui NGT atau Gastrostomi, total perenteral nutritition sesui indikasi)
 Hidangkan makan secara menarik
 Berikan suplemen, jika perlu
 Berikan pujian pada pasien atau keluarga untuk peningkatan yang dicapai
c. Edukasi
 Jelaskan jenis makanan yang bergizi tinggi, namuntetap terjangkau
 Jelaskan peningkatan asupan kalori yang dibutuhkan

C. Kasus 3
Seorang laki-laki berusia 49 tahun dirawat dengan keluhan sesak nafas sejak 2
tahun yang lalu dan memberat sejak 6 jam yang lalu. Hasil pengkajian : didapatkan
adanya sputum,batuk tidak efektif, frekwensi nafas 30x/menit,frekwensi nadi
100x/menit, TD 130/90 mmHg.
1. Diagnosa Keperwatan (SDKI)
Berihan Jalan Nafas Tidak Efektif Berhubugan dengan produksi sputum
dibuktikan dengan batuk tidak efektif,sesak nafas, frekwensi nafas meningkat,
nadi meningkat dan Tekanan Darah naik.
2. Luaran Keperawat (SKLI)
Luaran Utama : Bersihan jalan nafas meningkat
Luaran Tambahan : Batuk efektif meningkat, produksi sputum menurun, sesak
menurun, ferkwensi nafas membaik, Kontrol gejala, pertukaran gas
meningkat, respon alergi lokal, respon sistemik, respon ventilasi mekanik,
tingkat infeksi menurun, fungsi perifer meningkat, pola nafas membaik.
3. Intervensi Keperawatan (SIKI)
Intervensi Utama : menejemen jalan nafas terpantau, Latihan batuk efektif,
pantau repirasi
Intervensi pendukung : dukung kepatuhan program pengobatan.
1. Latihan Batuk Efektif
a. Observasi
 Identifikasi kemampuan batuk
 Monitor adanya retensi sputum
 Monitor tanda dan gejala infeksi saluran napas
 Monitor input dan output cairan ( mis. jumlah dan karakteristik)
b. Terapeutik
 Atur posisi semi-Fowler atau Fowler
 Pasang perlak dan bengkok di pangkuan pasien
 Buang sekret pada tempat sputum
c. Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
 Anjurkan tarik napas dalam melalui hidung selama 4 detik,
ditahan selama 2 detik, kemudian keluarkan dari mulut dengan
bibir mencucu (dibulatkan) selama 8 detik
 Anjurkan mengulangi tarik napas dalam hingga 3 kali
 Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik napas dalam
yang ke-3
d. Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian mukolitik atau ekspektoran, jika perlu
2. Manajemen Jalan Nafas
a. Observasi
 Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
 Monitor bunyi napas tambahan (mis. Gurgling, mengi,
weezing, ronkhi kering)
 Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
b. Terapeutik
 Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt dan chin-lift (jaw-
thrust jika curiga trauma cervical)
 Posisikan semi-Fowler atau Fowler
 Berikan minum hangat
 Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
 Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
 Lakukan hiperoksigenasi sebelum
 Penghisapan endotrakeal
 Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsepMcGill
 Berikan oksigen, jika perlu
c. Edukasi
 Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak kontraindikasi.
 Ajarkan teknik batuk efektif
d. Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika
perlu.
3. Pemantauan Respirasi
a. Observasi
 Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya napas
 Monitor pola napas (seperti bradipnea, takipnea, hiperventilasi,
Kussmaul, Cheyne-Stokes, Biot, ataksik)
 Monitor kemampuan batuk efektif
 Monitor adanya produksi sputum
 Monitor adanya sumbatan jalan napas
 Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
 Auskultasi bunyi napas
 Monitor saturasi oksigen
 Monitor nilai AGD
 Monitor hasil x-ray  toraks
b. Terapeutik
 Atur interval waktu pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
 Dokumentasikan hasil pemantauan
c. Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
 Informasikan hasil pemantauan, jika perlu

Anda mungkin juga menyukai