PENGERTIAN
Analisa diri perawat adalah kemampuan perawat dalam menilai aspel-aspek yang
dimiliki di dalam dirinya agar dapat melakukan kemampuan diri secara terapeutik kepada
klien.
Perawat merupakan profesi yang menolong manusia untuk beradaptasi secara
positif terhadap stres yang dialami. Pertolongan yang diberikan harus bersifat terapeutik.
Instrumen utama yang dipakai adalah diri perawat sendiri. Jadi, analisa diri sendiri
merupakan dasar utama untuk dapat memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas.
Fokus analisa diri yang penting adalah kesadaran diri, klarifikasi nilai, eksplorasi
perasaan, kemampuan menjadi model, altruisme dan rasa tanggung jawab. Khususnya
dalam berhubungan dengan klien anak, perawat perlu mengkaji pengalaman masa kanak-
kanaknya karena dapat mempengaruhi interaksi. Dengan mengetahui sifat diri sendiri
diharapkan perawat dapat memakai dirinya secara terapeutik untuk menolong klien tanpa
merusak integritas diri.
A. Kesadaran Diri
Helper yang efektif adalah mampu menjawab pertanyaan, siapa saya?
Perawat adalah orang yang care akan kebutuhan pasien baik biologi, psikologik dan
sosiokultural dengan melihat rata-rata penampilan yang dimilikinya. Perawat belajar tentang
kecemasan, kemarahan, kesedihan dan kegembiraan dalam membantu pasien terhadap
kontinyu sehat dan sakit.
Banyak pendapat yang mengatakan bahwa perawat perlu menjawab
pertanyaan “siapa saya”. Perawat harus dapat mengkaji perasaan, reaksi dan perilakunya
secara pribadi maupun sebagai pemberi perawatan. Kesadaran diri akan membuat perawat
menerima perbedaan dan keunikan klien.
Campbell (1980) mendefenisikan kesadaran diri menurut model keperawatan
secara holistik meliputi komponen psikologik, fisik, lingkungan dan pilosopi :
1. Komponen psikologi
Termasuk pengetahuan, emosi, motivasi, konsep diri dan personaliti.
2. Komponen fisik
Adalah pengetahuan tentang fisiologi personal dan umum, juga termasuk sensasi tubuh,
gambaran diri dan potensial fisik.
3. Komponen lingkungan
Berisi tentang lingkungan sosiokultural, hubungan dengan orang lain, dan pengetahuan
tentang hubungan antara manusia dan alam.
4. Komponen pilosopi
Adalah perasaan tentang makna kehidupan. Pilosopi diri berupa tentang kehidupan dan
kematian baik yang disadari maupun tidak disadaritermasuk kemampuan superior, tetapi
juga meliputi tanggung jawab terhadap perilaku baik secara etik dan nyata.
1 2
3 4
Kuadran 1 adalah kuadran yang terdiri dari perilaku, pikiran dan perasaan yang
diketahui oleh individu dan orang lain disekitarnya. Kuadran 2sering disebut kuadran buta
karena hanya diketahui oleh orang lain. Kuadran 3 disebut rahasia karena hanya diketahui
oleh individu. Ada 3 prinsip yang dapat diambil dari Johari Window yaitu :
1. Perubahan satu kuadran akan mempengaruhi kuadran yang lain.
2. Jika kuadran 1 yang paling kecil, berarti komunikasinya buruk atau kesadaran dirinya
kurang.
3. Kuadran 1 paling besar pada individu yang mempunyai kesadaran diri yang tinggi.
Kesadaran diri dapat ditingkatkan melalui tiga cara (Stuart dan Sundeen, 1987,h.98 –
99) yaitu :
1. Mempelajari diri sendiri. Proses eksplorasi diri sendiri, tentang pikiran, perasaan,
perilaku, termasuk pengalaman yang menyenangkan, hubungan hubungan interpersonal
dan kebutuhan pribadi. Caranya meningkatkan pengetahuan diri, diperlukan dengan belajar
tentang diri sendiri. Individu perlu menampilkan keikhlasan dalam menampilkan emosinya,
identifikasi kebutuhan dan kemampuan personal, dan penampilan bentuk tubuh terhadap
kebebasan, kegembiraan, dan spontan. Yang termasuk penampilan personal meliputi
pikiran, perasaan, memori dan rangsangan.
2. Belajar dari orang lain. Belajar dan mendengar orang lain. Pengetahuan tentang diri tidak
bisa diketahui oleh diri sendiri. Juga berhubungan dengan orang lain, individu mempelajari
diri sendiri, juga belajar untuk mendengar secara aktif dan terbuka menerima umpan balik
dari orang lain. Kesediaan dan keterbukaan menerima umpan balik orang lain akan
meningkatkan pengetahuan tentang diri sendiri. Aspek yang negatif memberi kesadaran
bagi individu untuk memperbaikinya sehingga individu akan selalu berkembang setiap
menerima umpan balik.
3. Membuka diri. Keterbukaan merupakan salah satu kriteria kepribadian yang sehat. Untuk
ini harus ada teman intim yang dapat dipercaya tempat menceritakan hal yang merupakan
rahasia.
Proses peningkatan kesadaran diri sering menyakitkan dan tidak mudah khususnya jika
ditemukan konflik dengan ideal diri. Tetapi merupakan tantangan untuk berubah dan
tumbuh.
E. Altruisme
Perawat harus dapat menjawab, mengapa kamu ingin menolong orang lain? helper
yang baik harus interes dengan orang lain dan siap menolong dengan cara mencintai dari
manusia tersebut. Secara benar bahwa seseorang selama hidupnya membutuhkan
kepuasan dan penyelesaian dari kerja yang dilakukan. Tujuannya mempertahankan
keseimbangan antara kedua kebutuhan tersebut.
Altruisme adalah perhatian terhadap kesejahteraan orang lain tanpa memperhatikan
diri sendiri
Efektif “helper”
Interes pada orang lain
Membantu dengan tulus dan cinta kasih
Perhatian terhadap kesejahteraan orang lain
Altruisme lebih menitikkan pada kesejahteraan orang lain. Tidak diartikan secara
altruistik diri juga tidak menampilkan kompensasi yang adekuat dan pengulangan atau
pengingkaran secara praktis atau pengorbanan diri.
Akhirnya, altruisme juga dapat diasumsikan sebagai bentuk perubahan sosial yang
dibuat untuk manusia dalam bentuk kebutuhan akan kesejahteraan. Salah satu tujuannya
adalah semua profesional harus dapat membantu orang lain dalam pemberian pelayanan
dan mengembangkan kemampuan sosial. Secara legitimasi diperlukan peran perawat
dalam melakukan pekerjaannya untuk mengadakan perubahan struktur yang besar dan
proses perubahan sosial dalam meningkatkan kesehatan individu dan kemampuan dirinya.
F. Etik dan Tanggung Jawab
Keyakinan diri pada seseorang dan masyarakat dapat memberikan berupa
kesadaran akan petunjuk untuk melakukan tindakan. Kode untuk perawat umumnya
menampilkan penguatan nilai hubungan perawat-klien dan tanggung jawab dan pemberian
pelayanan yang merupakan rujukan untuk semua perawat dalam memberikan penguatan
untuk kesejahteraan pasien dan tanggung jawab sosial. Pilihan etik bertanggung jawab
dalam menentukan pertanggung jawaban, risiko, komitmen dan keadilan.
Hubungan perawat dengan etik adalah kebutuhan akan tanggung jawab untuk merubah
perilaku. Dimana harus diketahui batasan dan kekuatan dan kemampuan yang dimiliki. Juga
dilakukan oleh anggota tim kesehatan, perawat yang setiap waktu siap untuk menggali
pengetahuan dan kemampuan dalam menolong orang lain; sumber-sumber yang digunakan guna
dipertanggung jawabkan.
Diposkan oleh teman sejawat di 10:10 PM
http://linadjafar.blogspot.co.id/2011/04/analisa-diri-perawat.html
KONSEP KOMUNIKASI KEPERAWATAN
Dalam melakukan proses keperawatan, perawat perlu memiliki kemampuan berkomunikasi yang
efektif dan bertujuan. Perawat perlu memahami mengenai komunikasi terpeutik. Komunikasi terapeutik
adalah suatu interaksi interpersonal antara perawat dan klien yang selama interaksi berlangsung
perawat berfokus pada kebutuhan klien untuk peningkatan pertukaran informasi yang efektif antara
perawat dan klien (Sheila L Videbeck, 2008)
Dalam melakukan komunikasi terapeutik perawat sebelumnya perlu memahami tentang analisa diri.
Analisa diri pada perawat adalah proses stimulasi untuk menentukan keberhasilan setiap tindakan yang
dilakukan oleh perawat. Analisa diri dilakukan oleh perawat yang sehari-harinya berhubungan langsung
dengan klien. Dalam masalah ini ketidakmampuan dalam berkomunikasi dengan efektif mempengaruhi
kemampuan klien untuk mengekspresikan kebutruhan atau bereaksi dengan lingkungan. Analisa diri
terbagi 6 aspek diantaranya kesadaran diri, klarifikasi nilai, ekplorasi keadaan, role model,
altruisme( efektif dalam membantu), etik dan tanggung jawab (Mustikasari, 2009). Suatu alat yang
bermanfaat dalam mempelajari lebih banyak tentang diri sendiri ialah jendela Johari (Luft, 1970. Dikutip
dari Sheilla L Vedebeck, 2008). Empat area yang di evaluasi adalah :
a. Kuadaran I : Pribadi yang umum, terbuka : Individu mengetahui kualitas dirinya sendiri dan orang lain
juga mengetahuinya.
b. Kuadran II : Pribadi yang buta/tidak sadar : Kualitas hanya diketahui oleh orang lain.
c. Kuadaran III : Pribadi yang tersembunyi/tersendiri : Kualitas hanya diketahui oleh diri sendiri
d. Kuadran IV : Tidak diketahui: Kuadran kosong yang menunjukkan kualitas yang sampai saat ini tidak
Memusatkan perhatian secara verbal dan nonverbal yang disampaikan klien. Menggunakan rasio 2;1 (2
telinga:1 mulut). Menurut Crouch 2002 dalam Potter&Perry 2009.Mendengarkan secara aktif
menggunakan akronim SOLER (Sitting facing the client, Observe and open posture, Learn toward the
client, Establish and maintain intermitten, eye contact, Rilex)
Berbagi hasil observasi berbeda dengan asumsi. Saat berbagi observasi, perawat menggunakan bahasa
yang lebih halus dan tidak menyinggung perasaan klien.
Contoh. Ketika klien tampak tidak rapih, perawat tidak langsung menyimpulkan bahwa dia malas
menjalani harinya, perawat menggunakan kata –kata yang lebih halus seperti “anda tampak lelah”,
“Anda tampak berbeda hari ini”, atau “saya lihat anda belum makan apapun hari ini, apa yang anda
rasakan”
c. Berbagi emphatik
Kemampuan untuk memahami dan menerima realita seseorang,merasakan perasaan dengan tepat.
Contoh. Perawat berkata pada klien yang marah dan menderita gangguan mobilisasi ringan pasca stroke
“pasti sulit rasanya mengetahui apa yang anda inginkan tetapi tidak dapat melakukannya”
d. Berbagi harapan.
Contoh. Perawat berkata kepada klien yang murung tentang prognosisnya yang buruk “saya yakin anda
akan menemukan jalan untuk menghdapi situasi ini, karena saya melihat keberanian dan kreativitas
anda sebelumnya”.
e. Berbagi perasaan
Perawat membantu klien mengekspresikan emosi dengan melakukan opservasi, mengetahui perasaan,
mendorong komunikasi, mengijinkan pengekspresian perasaan “negatif”, dan member contoh ekspresi
emosional diri yang sehat
g. Diam
Sikap diam berguna saat individu berhadapan dengan keputusan yang membutuhkan banyak
pertimbangan.
Contoh. Keheningan akan membantu klien mencapai keyakinan yang dibutuhkan untuk berbagi
keputusan dalam menolak suatu tindakan medis.
h. Mengklarifikasikan
contoh. “saya kurang mengerti maksud ‘lebih sakit dari biasanya’ apa yang terasa berbeda bagi anda?”
i. Fokus
Fokus diperlukan untuk memfokuskan perhatian dari unsur penting suatu pesan.
Perawat menggunakan tehnik pemfokusan untuk membimbing arah percakapan kebidang yang penting,
misalnya “kita telah membahas banyak tentang obat anda, tetapi mari kita lihat masalah yang anda
hadapi untuk mengkonsumsinya tepat waktu”.
j. Para frase
Menyatakan kembali suatu pesan dengan lebih singkat dan menggunakan kata-kata si penerima. Jika
makna suatu pesan menjadi menyimpang setelah dilakukan paraphrase, maka komunikasi akan menjadi
tidak efektif.
Contoh. Seorang klien berkata, saya telah mengalami kelebihan berat badan sejak lama dan tidak
pernah ada masalah. Saya tidak paham kenapa saya harus menjalani diet. Parafrase kalimat ini kedalam
bentuk, “anda tidak perduli terhadap berat badan anda” merupakan cara yang salah. Akan lebih baik
anda berkata, “Anda kurang yakin untuk menjalani diet karena anda selama ini tetap sehat”.
Pertanyaan dengan focus digunakan jika dibutuhkan informasi spesifik pada bidang tertentu misalnya
“Bagaimana pengaruh rasa nyeri tersebut pada kehidupan anda dirumah? ”.
Pertanyaan tertutup menghasilkan respon Ya, tidak, atau jawaban satu kata. Contoh. “Berapa kali dalam
sehari anda menggunakan obat anti nyeri?”, berikan kesempatan untuk menjawab pertanyaan terbuka
secara lengkap sebelum memberikan pertanyaan lain. Pertanyaan tertutup berguna pada saat
pengkajian, tetapi kurang bermanfaat selama interaksi terapeutik.
l. Menyimpulkan
Memberikan kepuasan pada akhir percakapan dan sangat berguna pada fase terminasi dari hubungan
perawat dan klien. Menyimpulkan adalah tinjauan singkat dari aspek penting suatu interaksi.
Contoh: pada seorang perawat manejer yang bekerja dengan tenaga kerja yang tidak puas. “Anda telah
memberitahu alasan anda tidak mnyukai pekerjaan ini. Kami telah menemukan beberapa cara untuk
memperbaiki situasi dan anda telah setuju untuk mencobanya. Tolong beritahu saya jika cara tersebut
berguna bagi anda.”
m. Membuka diri
Teknik membuka diri merupakan pengalaman pribadi yang nyata tentang diri sendiri yang diberikan
secara sengaja kepada pihak lain. Ini menunjukkan bahwa perawat memahami pengalaman klien dan
memperlihatkan bahwa pengalaman klien tidak hanya dialami sendiri.
Contoh: hal yang menyedihkan itu juga pernah saya alami. Saya bertemu dengan pusat konseling dan
hal itu sangat membantu. Bagaimana pendapat anda tentang menemui pihak konseling?”.
n. Konfrontasi
Tehnik ini meningkatkan kesadaran diri klien dan membantu klien mengenali pertumbuhan dan
mengatasi masalah penting.
Contoh: “Anda bilang Anda telah memutuskan tindakan yang akan diambil, tetapi Anda masih berbicara
banyak tentang pilihan Anda?”.
Komunikasi terapeutik terjadi antara dua individu, perawat dan klien, dan menggambarkan
kepribadian masing-masing individu.
Analisa proses interaksi (API) (the interactional process analysis) merupakan alat kerja yang
dipakai perawat (mahasiswa) untuk memahami interaksi yang terjadi antara perawat dan klien.
3. Memberi dasar belajar artinya berupa alat untuk mengkaji kemampuan perawat (mahasiswa) dalam
berinteraksi dengan klien, dan data bagi CI / supervisor / pembimbing untuk memberi arahan
4. Meningkatkan kepekaan perawat terhadap kebutuhan klien, serta mempermudah perkembangan dan
perubahan pendekatan perawat
2. Analisa dan identifikasi perasaan perawat serta kemungkinan komunikasi yang dapat dilakukan perawat
3. Analisa dan identifikasi persepsi perawat terhadap emosi dan komunikasi klien
5. Kesan / evaluasi terhadap efektifitas dari komunikasi berdasarkan data 1 sampai dengan 4
Pencatatan dan pelaporan merupakan alat komunikasi antar tim keperawatan dan tim
kesehatan.
Aspek yang penting dicatat dan dilaporkan dalam keperawatan jiwa adalah pola perilaku dan
hubungan interpersonal perawat-klien.Ada 3 macam catatan :
Catatan hubungan P-K adalah interaksi yang terjadi selama perawat berhubung individual klien,
kelompok klien, pada terapi modalitas keperawatan.Catatan hubungan P-K secara verbal dapat berupa :
3. Catatan interaksi
Analisa proses interaksi merupakan alat kerja yang dipakai perawat (mahasiswa) untuk
memahami interaksi yang terjadi antara perawat dan klien.Semua pasien dapat dilakukan Analisa Proses
Interaksi.
1. Tahap awal (orientasi), meliputi pertanyaan terbuka yang digunakan perawat untuk mendorong klien
memilih topik dan identifikasi kalian.
2. Tahap pertengahan (kerja), menggambarkan penggunaan teknik komunikasi terapeutik terfokus untuk
memperoleh gambaran komprehensif tentang situasi dan pikiran, perasaan, kebutuhan dan hubungan
yang terkait.
3. Tahap akhir, meliputi tahap terminasi sementara atau terminasi akhir dalam hubungan perawat dan
klien.
Inisial Klien :
Lingkungan :
Deskripsi Klien :
Nama Mahasiswa/Perawat :
Tanggal :
Waktu :
Ruang :
Komunikasi Komunikasi Non Analisa berpusat Analisa berpusat
Rasional
Verbal Verbal pada perawat pada klien
K ……………….. K …………………
K K ………................ K …………………
…………………..
P ……………….. P ……………..
K ………………. K ………………
Dst …………….
Keterangan :
3. Lingkungan :
Tempat interaksi
5. Tujuan :
7. Komunikasi non verbal : non verbal klien dan perawat pada saat bicara atau saat mendengar
a. Perasaan sendiri
Perawat waspada tentang respon perasaan sendiri & menunjukkan peningkatan kemampuan untuk
menjelaskan riwayat / latar belakang dan analisa, apa dan mengapa perasaan itu muncul.
Cari / kenali, diskusikan dan analisa tingkah laku non verbal diri sendiri
d. Tujuan interaksi
Bagaimana proses ?
Cari / kenali, diskusikan dan analisa tingkah laku non verbal klien
c. Perasaan klien
Temukan / cari arti tingkah laku klien, identifikasi dan diskusikan keadaan perasaan klien, bagaimana
perasaan klien dipengaruhi oleh perawat
d. Kebutuhan klien
Cari kebutuhan klien dengan menggunakan data dari interkasi yang baru terjadi, interaksi sebelumnya,
riwayat klien dari teori.
Sintesa dan terapan teori pada interpersonal : berikan alasan teoritis intervensi anda atau
intervensi lain dan tunjukkan peningkatan kemampuan dalam mendiskusikan tingkah laku klien dalam
rangka teori psikodinamika, teori adaptasi, setiap teori-teori lain yang dikenal.
ANALISA PROSES INTERAKSI PASIEN DENGAN DISTRES SPIRITUAL
Pertemuan ke : 1
Kondisi lingkungan : Klien duduk di tempat tidur berhadapan dengan perawat yang duduk dikursi samping
tempat tidur pasien.
Tujuan : Klien dapat memahami penyebab kecemasannya dan dapat melakukan kegiatan
P : mengangguk-
anggukan kepala.
Komunikasi terapeutik (Dewit, 2005) merupakan komunikasi yang berfokus pada kebutuhan
klien dimana komunikasi ini meningkatkan pemahaman perawat klien. Sedangkan menurut (Potter &
Perry, 2009) merupakan konsep spesifik yang mendorong ekspresi perasaan dan ide serta
menyampaikan penerimaan dan penghargaan. Dalam proses komunikasi terapeutik dengan klien harus
melalui 4 fase, yaitu: fase prainteraksi, fase orientasi, fase kerja, dan fase terminasi.
a. Fase Prainteraksi
Fase ini terjadi sebelum perawat bertemu dengan klien. Dalam hal ini perawat mengumpulkan
informasi tentang klien dari status rekam medis klien, catatan perawat, atau diskusi antar perawat
lainnya yang merawat klien.
Dalam tahapan ini perawat mengeksplorasi perasaan, fantasi, dan kekuatannya, menilik dirinya
dengan cara mengidentifikasi kelebihan dan kekurangannya. Sehingga kesadaran dan kesiapan perawat
untuk melakukan komunikasi dengan klien dapat dipertanggungjawabkan. Setelah hal ini dilakukan
perawat merancang strategi untuk pertemuan pertama dengan klien, tahap ini dilakukan untuk
mengurangi kecemasan. Strategi komunikasi yang harus dilakukan perawat dalam tahapan ini adalah:
4) Merencanakan pertemuan pertama dengan bersikap positif dan menghindari prasangka buruk terhadap
klien dipertemuan pertama
b. Fase Orientasi
Fase ini dimulai saat perawat dan klien bertemu pertama kalinya dan sangat menentukan bagaimana
hubungan perawat dengan klien. Selama pertemuan pertama perawat dan klien saling mengkaji satu
sama lain, sehingga mereka dapat membuat kesimpulan dan penilaian atas tingkah laku masing-masing.
Pada fase ini membina rasa saling percaya (bina trust) sangat diutamakan guna kelancaran komunikasi.
Berikut adalah strategi komunikasi yang dapat digunakan oleh perawat pada fase ini,yaitu:
3) Mengeksplorasi pikiran, perasaan, dan perbuatan serta mengidentifikasi masalah klien yang umumnya
dilakukan dengan menggunakan tekhnik komunikasi (pertanyaan terbuka)
c. Fase Kerja
Pada fase ini terjalin kerjasama antara perawat dan klien dalam mengekspresikan perasaan dan
mendiskusikan masalah yang telah ditemukan pada fase orientasi. Pada fase ini perawat mendorong
ekspresi terbuka perasaan klien dengan sabar dan penuh pemahaman. Empati dan penghargaan
perawat akan membantu menelusuri perasaan dan pikiran klien yang sesungguhnya. Strategi yang dapat
diterapkan pada fase ini adalah:
2) Sikap tubuh terbuka, menunjukkan bahwa perawat bersedia untuk mendukung terciptanya komunikasi
5) Bersikap tenang
d. Fase Terminasi
Fase ini merupakan fase akhir pertemuan antara perawat dengan klien. Fase terminasi dibagi
menjadi dua yaitu fase terminasi sementara dan fase terminasi akhir. Fase terminasi sementara terjadi
saat berakhirnya masa kerja perawat (shift), sementara fase terminasi akhir terjadi saat akhir masa
rawat klien. Dalam fase ini ada beberapa tugas perawat yang harus dilakukan, yaitu:
1) Mengevaluasi pencapaian tujuan dari interaksi yang telah dilaksanakan (evaluasi objektif).
2) Melakukan evaluasi subjektif dengan cara menanyakan klien setelah berinteraksi dengan perawat.
Contoh Aplikasi
Contohnya “Saya sudah menguasai teori-teori tentang komunikasi dan teori terkait penyakit pasien Tn.T,
cara membina trust dengan pasien, namun saya merasa belum percaya diri untuk menghadapi pasien.
Saya berharap dengan penguasaan teori akan mengurangi rasa tidak percaya diri saya.
c. Mengumpulkan data dan informasi dari catatan perawat, status rekam medis atau hasil diskusi dengan
perawat lainnya yang merawat klien sebelumnya.
d. Merencanakan pertemuan pertama dengan bersikap positif dan menghindari prasangka buruk pada
pertemuan pertama
Contoh: “pada saat saya bertemu pasien pada pertemuan peratama, saya akan bersikap ramah,
tersenyum, bersikap terbuka dan saya akan menganggap klien sebagai orang yang memerlukan bantuan
keperawatan
Fase Orientasi
Contoh: “selamat siang bapak perkenalkan nama saya Aris, pagi ini saya akan merawat bapak dari pukul
07.00 sampai pukul 14.00 WIB. Kalu boleh saya tahu nama bapak siapa? Dan senang dipanggil apa? Apa
yang bapak rasakan pagi ini? Bagaimana tidurnya semalam? Pagi ini program bapak adalah control gula
darah dengan menggunakan alat ini, waktunya sekitar 5 menit dengan cara mengambil sample darah
kira-kira satu tetes dari ujung jari bapak. Mungkin rasanya sedikit tidak nyaman. Bagaimana apakah
bapak setuju? Baiklah saya akan menyiapkan alatnya terlebih dahulu.
3. Fase Kerja
Contoh: “Baiklah bapak sesuai kesepakatan kita tadi bahwa saya akan mengambil sample untuk
mengukur kadar gula darah bapak, sebelum saya lakukan apakah ada hal yang ditanyakan?
4. Fase Terminasi
“Baiklah setelah bapak sarapan pagi, sekitar pukul 08.00 saya akan kembali ke kamar bapak untuk
memberikan obat untuk bapak.
“Baiklah bapak, apabila memerlukan bantuan saya, bapak bisa memanggil saya berada di
ruangperawat.”
“Selamat Pagi”
DAFTAR PUSTAKA
Potter & Perry .(2009). Fundamental Keperawatan. Buku 1.(Edisi 7). Edisi Terjemahan. Jakarta: Salemba Medika
Azizah, Lilik . (2011). Keperawatan Jiwa Aplikasi Praktik Klinik. Yogyakarta : Graha Ilmu
http://kalangkangmencrang.blogspot.co.id/2014/02/konsep-komunikasi-keperawatan.html
Oleh : Mustikasari, SKp.,MARS
Pengertian
Analisa diri perawat adalah kemampuan perawat dalam menilai aspel-aspek yang dimiliki di dalam
dirinya agar dapat melakukan kemampuan diri secara terapeutik kepada klien.
1. Kesadaran Diri
Helper yang efektif adalah mampu menjawab pertanyaan, siapa saya? Perawat adalah orang yang
care akan kebutuhan pasien baik biologi, psikologik dan sosiokultural dengan melihat rata-rata
penampilan yang dimilikinya. Perawat belajar tentang kecemasan, kemarahan, kesedihan dan
kegembiraan dalam membantu pasien terhadap kontinyu sehat dan sakit.
Kesadaran diri merupakan kunci penampilan perawat psikiatri. tujuannya agar perawat punya bukti
otentik, komunikasi terbuka dan komunikasi diri. Perawat harus dapat mengerti tentang perasaan
diri, tindakan dan reaksi. Juga dapat menerangkan kemampuan emosional (MacCulloch, 1998).
Yang baik adalah perawat dapat mengerti dan menerima pasien dengan perbedaan dan
keunikannya sesuai dengan pengetahuannya yang dimiliki.
Campbell (1980) mendefenisikan kesadaran diri menurut model keperawatan secara holistik meliputi
komponen psikologik, fisik, lingkungan dan pilosopi :
Komponen psikologi
termasuk pengetahuan, emosi, motivasi, konsep diri dan personaliti.
Komponen fisik
adalah pengetahuan tentang fisiologi personal dan umum, juga termasuk sensasi tubuh, gambaran
diri dan potensial fisik.
Komponen lingkungan
berisi tentang lingkungan sosiokultural, hubungan dengan orang lain, dan pengetahuan tentang
hubungan antara manusia dan alam.
Komponen pilosopi
adalah perasaan tentang makna kehidupan. Pilosopi diri berupa tentang kehidupan dan kematian
baik yang disadari maupun tidak disadaritermasuk kemampuan superior, tetapi juga meliputi
tanggung jawab terhadap perilaku baik secara etik dan nyata.
Kesemua komponen merupakan model yang dapat digunakan untuk meningkatkan kesadaran diri
dan perkembangan diri perawat dan pasien untuk mengerti akan dirinya.
Peningkatan kesadaran diri.Bisa dilihat dari Johari window. Kuadran 1 adalah kuadran terbuka:
perilaku, perasaan dan pikiran diketahui individu dan orang lain. kuadran 2 disebut kuadran buta
sebab semuanya hanya diketahui oleh orang lain sedangkan individu tidak tahu. Kuadran 3 adalah
kuadran rahasia yaitu berpikir tentang dirinya artinya hanya diketahui oleh individu itu sendiri.
kuadran 4 adalah kuadran tidak diketahui yaitu aspek yang berisi tentang diri adalah tidak diketahui
individu dan orang lain. keempat kuadran merupakan penampilan yang ada pada total diri individu.
Berikut ini 3 prinsip yang membantu merencanakan bagaimana tentang diri yaitu:
Gambar A Gambar B
Tujuan meningkatkan kesadaran diri dengan cara memperbesar kuadran 1 dan mengecilkan
kuadran yang lainnya. Caranya meningkatkan pengetahuan diri, diperlukan dengan belajar tentang
diri sendiri. individu perlu menampilkan keikhlasan dalam menampilkan emosinya, identifikasi
kebutuhan dan kemampuan personal, dan penampilan bentuk tubuh terhadap kebebasan,
kegembiraan, dam spontan. Yang termasuk penampilan personal meliputi pikiran, perasaan, memori
dan rangsangan.
Tahap berikutnya dengan memperbaiki kuadran 2 yaitu belajar dan mendengar orang lain.
pengetahuan tentang diri tidak bisa diketahui oleh diri sendiri. juga berhubungan dengan orang lain,
individu mempelajari diri sendiri, juga belajar untuk mendengar secara aktif dan terbuka menerima
umpan balik dari orang lain.
Step terakhir adalah dengan memperbaiki kuadran 3 yaitu membuka diri, atau bertukar pikiran
dengan orang lain tentang aspek dirinya. Keterbukaan diri merupakan tanda individu sehat dan
pencapaian kesehatan pribadi/diri.
Gambar A menunjukkan seseorang dengan kesadaran diri rendah, yaitu perilaku dan perasaannya
rendah. Gambar B menampilkan individu dengan keterbukaan pada orang lain. B diartikan bahwa
meningkatnya kapasitas kemampuan individu secara keseluruhan meliputi: rasa senang, pekerjaan,
cinta dan memiliki. Seseorang juga menunjukkan kurangnya tingkat ketergantungan dan dapat
berinteraksi secara spontan dan menunjukkan rasa cinta dengan orang lain.
Perawat dan perkembangan diri. Perawat membutuhkan waktu untuk menggali dan menjelaskan
setiap bagian dari dirinya. Jika perawat dapat mempersepsikan, merasakan dan memikirkan,
mahasiswa setiap waktu diajarkan untuk memperbaiki diri setiap waktu dan kesempatan yang
diperoleh untuk menampilkan perilakunya. Hubungan secara autentik juga harus dipelajari dan
perawat yang pertama kali menawarkan keterbukaan dan hubungan autentik bisa sebagai
supervisor dan pembimbing. Mahasiswa dan pembimbing dapat berpartisipasi untuk membuat
hubungan penerimaan dan respek terhadap perbedaan individual. Pembimbing membantu
mahasiswa dalam memfasilitasi peningkatan kesadaran diri mahasiswa, meningkatkan fungsi setiap
tingkatan yang dilalui, menstimulasi untuk lebih mengenal diri, dan meningkatkan kemampuan
koping mahasiswa dalam menghadapi stressor.
2. Klarifikasi Nilai
Perawat harus mampu menjawab, apa yang penting untuk saya? Kesadaran membantu perawat
untuk sayang dan tidak menjauhi pasien dan membantu sesuai dengan kebutuhannya. Perawat
menjauhi godaan yang menggunakan pasien untuk menjaga kepuasan atau keamanan diri pasien.
Sistem nilai. Nilai merupakan konsep yang dibentuk yang diakibatkan dari penampilan kehidupan
keluarga, teman, budaya, pendidikan, pekerjaan dan istirahat. Nilai tergantung
individumempersepsikannya. Nilai antara positif dan negatif sangat berbeda. Masyarakat lebih
cenderung menyukai nilai yang berasal dari keyakinan agama, kedekatan keluarga, pandangan
seksual, kelompok etnik lainnya, dan keyakinan akan peran jenis kelamin.
Sistem nilai memberikan kerangka kerja untuk pengambilan keputusan dan melaksanakan
keputusan tersebut. Kesadaran akan sistem nilai, perawat harus dapat mengidentifikasi sistem nilai
yang terjadi disaat timbulnya konflik.
Proses klarifikasi nilai. Mengerti akan nilai diri sendiri dapat mempermudah untuk melakukan
klarifikasi nilai yang dimiliki. Individu dapat lebih mendalam mengenal nilai yang dimiliki melalui
pengkajian, eksplorasi, dan mengartikan apa itu nilai dan membuat prioritas dalam melakukan
proses pengambilan keputusan. Klarifikasi nilai lebih memfokuskan pada proses nilai yang terjadi,
atau bagaimana masyarakat menjadi mempunyai nilai dan dapat dipergunakannya.
Proses pendewasaan nilai. Proses nilai tergantung pada pendewasaan diri secara kompleks, dan
pilihan adalah sangat membingungkan dan sulit. Tidak adanya jaminan dalam pilihan yang dibuat
dapat mempengaruhi aktualisasi diri. Proses nilai tergantung pada kedewasaan diri dengan
karakteristik sebagai berikut (Kirschenbaum & Simon, 1973):
Berubah-ubah dan fleksibel, sebagai dasar dalam penentuan dan tingkat penentuan dari
peningkatan, pengkayaan dan aktualisasi. Nilai bisa berubah secara kontinyu.
Penampilan nilai selalu mengikat setiap waktu dan ditampilkan
Penampilan diri memberikan informasi tentang nilai. Informasi dimulai dengan semua kejadian/data
yang diperoleh dari sumber orang lain, kejadian luar yaitu tidak adanya kesamaan yang penting juga
respon subjektif. Secara psikologi kedewasaan orang dewasa karena adanya kepercayaan diri dan
kearifan/kebijaksanaan
Proses nilai seseorang dimulai dengan keterbukaan akan kesiapan penampilan, mencoba untuk
merasakan dan klarifikasi semua nilai yang dimiliki. Kesiapan memberikan dampak terhadap
penetuan yaitu warna yang ditampilkan dari yang lalu dan hubungannya dengan yang ke depan
3. Eksplorasi Perasaan
Eksplorasi perasaan membantu seseorang untuk mempersipkan objektif secara komplit dan sikap
yang sangat berpengaruh. Ini menggambarkan tentang ketidakbenaran. Objektif yang komplit dan
sikap yang sangat berpengaruh dijabarkan sebagai seseorang adalah tidak responsif, kesalahan,
mudah ditemui, tidak mengenai orang tertentu, dan menjauhkan dari diri sendiri, dimana mutu
hubungan terapeutik. Perawat sangat terbuka, sadar, dan kontrol diri akan perasaannya dimana
dapat membantu pasien.
Perasaan perawat merupakan tujuan penting dalam membantu pasien. Perasaan merupakan tolak
ukur untuk umpan balik dan hubungan dengan orang lain. membantu orang lain, perawat akan
menggunakan perasaannya; kurang memperhatikan kebutuhan pasien, tidak tepat janji sehingga
pasien mengalami kemunduran, distres sehingga pasien tidak mau menurut, marah karena pasien
banyak permintaan atau manipulasi, dan kekuatan karena pasien terlalu tergantung pada perawat.
Perawat harus terbuka akan perasaan dan bagaimana perawat mengerti akan pasien serta
bagaimana pendekatan dengan pasien. Perasaan perawat adalah petunjuk tentang kemungkinan
nilai dari maslah pasien.
4. Role Model
Hasil penelitian menunjukkan kekuatan peran perawat merupakan model sosial dari rentang perilaku
adaptif sampai dengan maladaptif. Perawat menggunakan diri untuk menjadi model yang adaptif
dan perkembangan perilaku.
Role model tidak berhubungan dengan kemampuan total dari norma lokal masyarakat atau
kebahagiaan hidup, isi sepenuhnya dalam kehidupan.efektifnya peran perawat dapat dilakukan
dengan penuh dan kepuasan kehidupan diri yang tidak didominasi oleh konflik, distres atau
pengingkaran dan juga pendekatan perawat dalam kehidupannya dalam mengembangkan
kemampuan, harapan dan adaptasi.
5. Altruisme
Perawat harus dapat menjawab, mengapa kamu ingin menolong orang lain? helper yang baik harus
interes dengan orang lain dan siap menolong dengan cara mencintai dari manusia tersebut. Secara
benar bahwa seseorang selama hidupnya membutuhkan kepuasan dan penyelesaian dari kerja
yang dilakukan. Tujuannya mempertahankan keseimbangan antara kedua kebutuhan tersebut.
Altruisme lebih menitikkan pada kesejahteraan orang lain. Tidak diartikan secara altruistik diri juga
tidak menampilkan kompensasi yang adekuat dan pengulangan atau pengingkaran secara praktis
atau pengorbanan diri.
Akhirnya, altruisme juga dapat diasumsikan sebagai bentuk perubahan sosial yang dibuat untuk
manusia dalam bentuk kebutuhan akan kesejahteraan. Salah satu tujuannya adalah semua
profesional harus dapat membantu orang lain dalam pemberian pelayanan dan mengembangkan
kemampuan sosial. Secara legitimasi diperlukan peran perawat dalam melakukan pekerjaannya
untuk mengadakan perubahan struktur yang besar dan proses perubahan sosial dalam
meningkatkan kesehatan individu dan kemampuan dirinya.
Keyakinan diri pada seseorang dan masyarakat dapat memberikan berupa kesadaran akan petunjuk
untuk melakukan tindakan. Kode untuk perawat umumnya menampilkan penguatan nilai hubungan
perawat-klien dan tanggung jawab dan pemberian pelayanan yang merupakan rujukan untuk semua
perawat dalam memberikan penguatan untuk kesejahteraan pasien dan tanggung jawab sosial.
Pilihan etik bertanggung jawab dalam menentukan pertanggung jawaban, risiko, komitmen dan
keadilan.
Hubungan perawat dengan etik adalah kebutuhan akan tanggung jawab untuk merubah perilaku.
Dimana harus diketahui batasan dan kekuatan dan kemampuan yang dimiliki. Juga dilakukan oleh
anggota tim kesehatan, perawat yang setiap waktu siap untuk menggali pengetahuan dan
kemampuan dalam menolong orang lain; sumber-sumber yang digunakan guna dipertanggung
jawabkan.
Daftar Pustaka :
Stuart, G.W., and Laraia, M.T. (2001). Principles and practice of psychiatric nursing. Seventh edition.
St. Louis: Mosby Inc.
Stuart, G.W., and Sundeen, S.J. (1995). Principles and practice of psychiatric nursing. Sixth edition.
St. Louis: Mosby Year Book.
Stuart, G.W., and Sundeen, S.J. (1995). Buku saku keperawatan jiwa. (edisi Indonesia). Jakarta:
EGC.
Townsend, M.C. (1996). Psychiatric mental health nursing: concepts of care. Second edition.
Philadelphia: F.A. Davis Company.
http://akperku.blogspot.co.id/2013/01/analisa-kesadaran-diri-perawat.html