Anda di halaman 1dari 5

LEMBAR TUGAS MANDIRI

PENATALAKSANAAN MENYELURUH ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS


(AUTISME) DAN PERAN PERAWAT PADA INDIVIDU PENYANDANG AUTISME

Oleh : Efa Fathurohmi


NPM : 2006539481
Kelompok : FG 1
Kelas : A

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS INDONESIA
GANJIL 2021
I. Pendahuluan
Autisme adalah suatu keadaan dimana anak menarik diri ke dalam dirinya sendiri serta
kedalam fantasi yang diciptakannya, aktivitas dan minat yang terbatas (Townsend,
2010). Manurut Muhith (2015), ketika anak mengalami autisme biasanya mengalami
keterlambatan bicara, tidak mampu bahkan tidak mau bicara jika seseorang mengajak
berbicara, sulit memahami apa yang dikatakan orang lain. Selain itu, anak-anak autis
seringkali menjadi anak-anak yang terisolir dari lingkungannya dan hidup dalam dunianya
sendiri dengan berbagai gangguan mental dan perilaku. Perilaku itu biasanya, sering
bersikap semaunya sendiri tidak mau diatur, perilaku tidak terarah (mondar-mandiri, lari-
lari, manjat, berputar-putar, lompat, berteriak, agresif, menyakiti diri sendiri, tantrum
(mengamuk), sulit konsentrasi).
Adanya anak penyandang autisme akan berdampak pada munculnya masalah bagi
keluarga. Masalah yang muncul berawal dari adannya keterbatasan anak dengan autisme
seperti kesulitan fungsi sosial dan emosional, kemampuan komunikasi timbal balik dan
minat yang terbatas, dan perilaku yang disertai dengan gerakan berulang tanpa tujuan.
Maka dari itu dibutuhkan peran perawat dalam upaya mendampingi keluarga dan
anak yang memiliki kebutuhan khusus baik dalam pemberian terapi ataupun
pendampingan dalam pemberian pendidikan khusus.

II. Penatalaksanaan Menyeluruh Anak Berkebutuhan Khusus (Autisme) dan Peran


Perawat pada Individu Penyandang Autisme
Kasus
Anak S (7,5 tahun) didiagnosa mengalami autisme oleh dokter. Klien hiperaktif, sering
marah dan mengamuk tanpa sebab atau tiba-tiba menangis, belum mampu untuk
berkomunikasi dengan jelas dan tepat, belum mampu menyampaikan keinginan dan
juga belum mampu mengungkapkan perasaan yang sedang dialami. Aktivitas sehari-
hari masih dibantu oleh orang tua dimulai dari kebersihan diri, makan dan minum, serta
toileting. Orangtua klien merasa bingung dan kadang “kewalahan” menghadapi perilaku
klien,
A. Penatalaksanaan Menyeluruh
Menurut Yusuf (2015), penatalaksanaan menyeluruh pada penderita autisme dapat
ditingani dengan cara terapi psikofarmaka, terapi perilaku, terapi bicara, terapi
okupasional, terapi fsik, terapi sosial, terapi bermain, terapi perkembangan, terapi
visual, pendidikan khusus, terapi alternatif. Sesuai dengan kasus diatas, terapi yang
dibutuhkan untuk anak autism adalah sebagai berikut :
1. Terapi Perilaku
Penatalaksanaan gangguan autisme menggunakan metode Lovass. Metode
Lovass adalah metode modifikasi tingkah laku yang disebut dengan Applied
Behavioral Analysis (ABA). Dasar pemikirannya adalah perilaku yang
diinginkan atau yang tidak diinginkan bisa dikontrol atau dibentuk dengan
system penghargaan (reward) dan hukuman (punishment). Pemberian
penghargaan akan meningkatkan frekuensi munculnya perilaku yang diinginkan
sedangkan hukuman akan menurunkan frekuensi munculnya perilaku yang tidak
diinginkan.
2. Terapi Bicara
Gangguan bicara dan berbahasa diderita oleh hampir semua anak autisme. Anak
dipaksa untuk berbicara kata demi kata, serta cara ucapan harus diperhatikan.
Setelah mampu berbicara, diajarkan berdialog. Anak dipaksa untuk memandang
teraps, karena anak autisme tidak mau adu pandang dengan orang lain. Dengan
adanya kontak mata, maka diharapkan anak dapat meniru gerakan bibir terapis.
3. Terapi Fisik
Autisme adalah suatu gangguan perkembangan pervasive. Banyak di anatara
individu autis mempunyai gangguan perkembangan dalam motoric kasarnya.
Fisioterapi dan terapi integrase sensoris akan sangat banyak menolong untuk
menguatkan otot-ototnya dan memperbaiki keseimbangan tubuhnya.
4. Terapi Visual
Individu dengan autism lebih mudah belajar dengan melihat. Hal ini yang
kemudian dipakai untuk mengembangkan metode belajar komunikasi melalui
gambar-gambar misalnya dengen metode Picture Exchange Communication
System (PECS).

5. Terapi Bermain
Seorang anak suts membutuhkan pertolongan dalam belajar bermain, Dengan
bermain bersama teman sebaya dapat berguna untuk anak autis belajar bicara,
komunikasi dan interaksi sosial. Seorang terapis bermain bisa membantu anak
dalam hal ini dengan teknik tertentu.
B. Peran Perawat pada Individu Penyandang Autisme
Peran perawat dalam menjalankan peran dan fungsinya selama merawat anak
dengan autisme harus melibatkan tiga jenis spesialis dalam keperawatan untuk
bekerja sama yaitu perawat komunitas, anak dan jiwa. Susanti (2005) menjelaskan
bahwa perawat komunitas berperan dalam deteksi dini anak dengan autisme di
dalam masyarakat, melakukan optimalisasi peran dan fungsi keluarga selama
merawat anak dengan autisme, pencegahan peningkatan angka autisme melalui
perbaikan gaya hidup dan penyuluhan tentang penyebab autisme melalui serta
melakukan rujukan ke tingkat pelayanan kesehatan yang lebih tinggi. Perawat anak
lebih berfokus terhadap keadaan anak itu sendiri, dimana perawat berperan dalam
deteksi dini keberadaan anak autisme melalui observasi tumbuh kembang anak
dalam keluarga , melakukan stimulasi anak autisme sesuai dengan tahap
perkembangan usia serta melatih keluarga untuk melakukan stimulasi tumbuh
kembang anak dengan autisme. Sementara perawat jiwa berperan dalam melakukan
deteksi dini masalah psikososial dan kejiwaan dalam keluarga yang merawat anak
dengan autisme, mengajarkan keluarga untuk memilih strategi koping dalam
menghadapi masalah selama merawat anak dengan autisme, memberikan dukungan
secara psikologis kepada keluarga serta memberdayakan keluarga khususnya dalam
hal psikologis selama merawat anak dengan autisme.

III. Kesimpulan
Berdsarkan hasil penjelasan dari pembahasan di atas, dapat ditarik berbagai
kesimpulan bahwa anak penyandang autis masih dapat diobati dan mampu menjadi
anak yang normal seperi anak-anak yang lainnya tentunya dengan bantuan, bimbingan
perawat dan dukungan keluarga.
Keberhasilan terapi bagi penyandang autisme dapat dilakukan dengan berbagai
metode dan terapi, antara lain dengan terapi psikofarmaka, terapi perilaku, terapi
bicara, terapi okupasional, terapi fsik, terapi sosial, terapi bermain, terapi
perkembangan, terapi visual, pendidikan khusus, terapi alternatif. Selain terapi
tersebut, dapat juga dilakukan dengan cara memberikan perhatian, pelatihan dan
pendidikan secara khusus bagi penyandang anak autis. Sehingga anak autis tersebut
mampu mengembangkan dirinya dalam berkomunikasi maupun berinteraksi dengan
teman-teman sebayanya.

Daftar Pustaka
Townsend, MC. (2010). Diagnosis Keperawatan Psikiatri Rencana Asuhan & Medikasi
Psikotropika. Jakarta : EGC.

Muhith, A. (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa (Teori dan Aplikasi). Yogyakarta : Andi.

Yusuf, Fitriyasari, R., & Nihayati, H. E. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Jakarta : Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai