Anda di halaman 1dari 35

PAK, KAK, CAKK dan Manajemen Risiko

Oleh : Kelompok 5
Kelas A

Beby Tri Anisa


Efa Fathurohmi
Karina Novianti
Nurhadi Wibowo
Pramita Nastiti

Mata Kuliah : Keselamatan Pasien


Penyakit Akibat Kerja (PAK)
Pengertian

• Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan


dan atau lingkungan kerja termasuk penyakit terkait kerja. Penyakit
terkait kerja adalah penyakit yang mempunyai beberapa agen
penyebab dengan faktor pekerjaan dan atau lingkungan kerja
memegang peranan bersama dengan faktor risiko lainnya (Permenkes
RI. 2016). Didalam Perpres No 7 tahun 2019 menerangkan bahwa
Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh
pekerjaan dan/atau lingkungan kerja. 
Penyebab PAK

• Fisik, contohnya kebisingan, suhu, getaran, lantai licin. 


• Kimia, contohnya formaldehid, alkohol, ethiline okside, bahan pembersih lantai,
desinfectan, clorine. 
• Biologi, contohnya bakteri, virus, mikroorganisme, tikus, kecoa, kucing dan
sebagainya. 
• Ergonomi, contohnya posisi statis, manual handling, mengangkat beban. 
• Psikososial, contohnya beban kerja, hubungan atasan dan bawahan, hubungan
antar pekerja yang tidak harmonis. 
• Mekanikal, contohnya terjepit mesin, tergulung, terpotong, tersayat, tertusuk. 
• Elektrikal, contohnya tersengat listrik, listrik statis, hubungan arus pendek
kebakaran akibat listrik.
• Limbah, contohnya limbah padat medis dan non medis, limbah gas dan limbah
cair.

Sumber : Permenkes RI No. 66 tahun 2016


Macam-macam PAK

Penyakit Yang Disebabkan Pajanan Faktor Yang Timbul Dari Aktivitas


Pekerjaan 
1. Penyakit yang disebabkan oleh faktor kimia
2. Penyakit yang disebabkan oleh faktor fisika
3. Penyakit yang disebabkan oleh faktor biologi dan penyakit infeksi atau
parasite

Sumber : Newfang, 2015


Penyakit Berdasarkan Sistem Target Organ 

1. Penyakit saluran pernafasan


2. Penyakit kulit
3. Gangguan otot dan kerangka
4. Gangguan mental dan perilaku

Sumber : Newfang, 2015


Pencegahan PAK

• Mendeteksi tanda-tanda awal penyakit akibat kerja dapat merangsang pencegahan. Tanda-
tanda awal bisa didefinisikan sebagai kombinasi gejala atau tanda dan faktor risiko yang
berhubungan dengan pekerjaan berdasarkan bukti. 
• Tindakan dini dapat mencegah terjadinya penyakit akibat kerja memperkuat urgensi dan
kesiapsiagaan untuk mengambil tindakan pencegahan untuk mengurangi faktor risiko terkait
pekerjaan. 
• Pembentukan Tim yang meliputi profesional kesehatan dan keselamatan kerja termasuk
perawat kesehatan kerja dan lingkungan, dokter kedokteran kerja, ahli higiene industri,
keselamatan profesional, dan psikolog kesehatan kerja, terdapat  tim multidisiplin adalah ahli
ergonomi, ahli toksikologi, ahli epidemiologi, spesialis sumber daya manusia, dan psikolog
organisasi. 

Sumber : Van der Molen, & Frings-Dresen 2019


Kecelakaan Akibat Kerja (KAK)
Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 03/Men/98 kecelakaan
kerja adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga
semula yang dapat menimbulkan korban manusia dan atau harta benda.
OHSAS 18001:2007 menyatakan bahwa kecelakaan kerja didefinisikan
sebagai kejadian yang berhubungan dengan pekerjaan yang dapat
menyebabkan cidera atau kesakitan (tergantung dari keparahannya),
kejadian kematian, atau kejadian yang dapat menyebabkan kematian.
Kecelakaan yang terjadi ditempat kerja atau dikenal dengan kecelakaan
industri kerja. Kecelakaan industri ini dapat diartikan suatu kejadian
yang tidak diduga semula dan tidak dikehendaki yang mengacaukan
proses yang diatur dari suatu aktifitas (Husni, 2003).
Ada tiga jenis tingkatan kecelakaan berdasarkan efek yang ditimbulkan yaitu:
• Accident
• Incident
• Near miss

Kecelakaan kerja dapat menimbulkan korban jiwa (manusia). Kecelakaan kerja dikelompokkan
menjadi 3 yaitu:
• Kecelakaan Kerja Ringan
Setelah korban kecelakaan kerja diberi pengobatan seperlunya, selanjutnya bisa langsung bekerja
kembali seperti semula (sama dengan kondisi sebelum menjadi korban kecelakaan)
• Kecelakaan Kerja Sedang
Bila korban kecelakaan kerja dalam waktu maksimal 2 x 24 jam setelah diberi pengobatan
seperlunya, selanjutnya bisa bekerja kembali seperti semula (samadengan kondisi sebelum
menjadi korban kecelakaan kerja)
• Kecelakaan Kerja Berat
Bila korban peristiwa kecelakaan kerja, tidak bisa bekerja kembali seperti semula (sama dengan
kondisi sebelum menjadi korban kecelakaan kerja) dalam waktu lebih dari 2 x 24 jam setelah
diberi pengobatan seperlunya. Atau bila manusia atau tenaga kerja yang menjadi korban peristiwa
kecelakaan kerja mengalami cacat tubuh seumur hidup.

Sumber : Sumber : Syahrizal, 2015


Penyebab kecelakaan kerja dikelompokkan sebagai berikut:
1. Faktor Lingkungan Kerja (Work Environment)
a. Faktor Kimia
b. Faktor Fisik
c. Faktor Biologi
d. Faktor Ergonomi.
e. Faktor Psikologi

2. Faktor Pekerjaan
f. Jam Kerja
g. Pergeseran Waktu
.
3. Faktor Pekerja (Human Factor).
h. Umur Pekerja
i. Pengalaman Bekerja .
j. Tingkat Pendidikan dan Keterampilan
k. Lama Bekerja .
l. Faktor Kelelahan

Sumber : Syahrizal, 2015


Teori penyebab kecelakaan
Menurut Heinrich dalam risetnya menemukan sebuah teori yang dinamainya teori
domino.
Teori ini menjelaskan bahwa pada setiap kecelakaan yang menimbulkan cedera,
terdapat lima faktor secara berurutan yang digambarkan sebagai lima domino yang
berdiri sejajar, yaitu kebiasaan, kesalahan seseorang, perbuatan dan kondisi tidak
aman (hazard), kecelakaan, serta cedera.
Heinrich mengemukakan, untuk mencegah terjadinya kecelakaan, kuncinya adalah
dengan memutuskan rangkaian sebab akibat. Misalnya dengan membuang hazard, satu
domino diantaranya.
Teori ini menyatakan bahwa kecelakaan merupakan akibat dari peristiwa berurutan,
kiasan seperti domino jatuh. Jika salah satu domino jatuh, itu akan memicu domino
berikutnya jatuh sampai pada domino terakhir.
Dampak kecelakaan kerja, kerugian akibat kecelakaan kerja dikategorikan atas dua
kerugian, yaitu:

1. Kerugian langsung
Kerugian langsung adalah kerugian akibat kecelakaan yang langsung dirasakan dan
membawa dampak terhadap organisasi atau perusahaan:
a. Biaya Pengobatan dan Kompensasi
b. Kerusakan Sarana Produksi
 
2. Kerusakan Tidak Langsung
c. Kerugian Jam Kerja
d. Kerugian Produksi
e. Kerugian Sosial
f. Citra dan Kepercayaan Konsumen

Sumber : Soehatman, 2010


Ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh suatu perusahaan untuk mencegah
terjadinya kecelakaan di tempat kerja, diantaranya:
1. Mengurangi kondisi yang tidak aman
2. Mengurangi perilaku kerja yang tidak aman
3. Memiliki pekerja yang memiliki sikap kerja yang baik
4. Melakukan pelatihan K3
5. Melakukan inspeksi dan motivasi secara terus-menerus
6. Melakukan audit K3

Sumber : Hanggraeni, 2012


 
Cedera Akibat Kecelakaan Kerja (CAK)
Pengertian

Kecelakaan merupakan sebuah kejadian tak terduga yang dapat menyebabkan cedera
atau kerusakan. Kecelakaan dapat terjadi akibat kelalaian dari perusahaan, pekerja,
maupun keduanya, dan akibat yang ditimbulkan dapat memunculkan trauma bagi
kedua pihak.
Bagi pekerja, cedera akibat kecelakaan dapat berpengaruh terhadap kehidupan pribadi,
kehidupan keluarga, dan kualitas hidup pekerja tersebut.

Sumber : Triyono, 2014


Cedera Akibat Kecelakaan Kerja

Menurut M. Bruri, 2014 Pengertian cidera adalah patah, retak, cabikan, dan
sebagainya yang diakibatkan oleh kecelakaan. Bagian tubuh yang terkena cidera
dan sakit terbagi menjadi:
• Kepala; mata.
• Leher.
• Batang tubuh; bahu, punggung.
• Alat gerak atas; lengan tangan, pergelangan tangan, tangan selain jari, jari
tangan.
• Alat gerak bawah; lutut, pergelangan kaki, kaki selain jari kaki, jari kaki
• Sistem tubuh.
• Banyak bagian

Sumber : Heinrich et al., 1980


Tujuan analisa cedera atau sakit yang mengenai
anggota bagian tubuh yang spesifik

Untuk membantu dalam mengembangkan program untuk mencegah


terjadinya cidera karena kecelakaan, sebagai contoh cidera mata dengan
penggunaan kaca mata pelindung. Selain itu juga bisa digunakan untuk
menganalisis penyebab alami terjadinya cidera karena kecelakaan kerja.

Sumber : Redjeki, 2016


Klasifikasi Jenis Cidera Akibat Kecelakaan Kerja

Adalah kematian yang disebabkan oleh


Cidera fatal (fatality) cidera atau penyakit akibat kerja

Adalah suatu kejadian yang


Cidera yang menyebabkan hilang menyebabkan kematian, cacat permanen,
waktu kerja (Loss Time Injury) atau kehilangan hari kerja selama satu
hari kerja atau lebih

Cidera yang menyebabkan Adalah semua jadwal masuk kerja yang


kehilangan hari kerja (Loss Time mana karyawan tidak bisa masuk kerja
Day) karena cidera, tetapi tidak termasuk hari
saat terjadi kecelakaan

Sumber : . Bureau of Labor Statistics, U.S. Department of


Labor, 2008
Klasifikasi Jenis Cidera Akibat Kecelakaan Kerja

Adalah jumlah hari kerja karyawan yang tidak


Tidak mampu bekerja atau cidera dengan mampu untuk mengerjakan pekerjaan rutinnya
kerja terbatas (Restricted duty) dan ditempatkan pada pekerjaan lain
sementara atau yang sudah di modifikasi

Kecelakaan kerja ini tidak termasuk cidera


Cidera dirawat di rumah sakit (Medical hilang waktu kerja, tetapi kecelakaan kerja
Treatment Injury) yang ditangani oleh dokter, perawat, atau
orang yang memiliki kualifikasi untuk
memberikan pertolongan pada kecelakaan

Sumber : . Bureau of Labor Statistics, U.S. Department of


Labor, 2008
Klasifikasi Jenis Cidera Akibat Kecelakaan Kerja

Adalah cidera ringan akibat kecelakaan


kerja yang ditangani menggunakan alat
pertolongan pertama pada kecelakaan
Cidera ringan (first aid injury)
setempat, contoh luka lecet, mata
kemasukan debu, dan lain-lain.

Adalah suatu kejadian yang potensial,


yang dapat menyebabkan kecelakaan
Kecelakaan yang tidak menimbulkan
kerja atau penyakit akibat kerja kecuali
cidera (Non-Injury Incident)
kebakaran, peledakan dan bahaya
pembuangan limbah.

Sumber : . Bureau of Labor Statistics, U.S. Department of


Labor, 2008
Definisi Rate

• Incident rate
Adalah jumlah kejadian/kecelakaan cidera atau sakit akibat kerja setiap seratus
orang karyawan yang dipekerjakan.
• Frekuensi rate
Adalah jumlah kejadian cidera atau sakit akibat kerja setiap satu juta jam kerja
• Loss Time Injury Frekuensi Rate
Jumlah cidera atau sakit akibat kecelakaan kerja dibagi satu juta jam kerja
• Severity Rate
Waktu (hari) yang hilang dan waktu pada (hari) pekerjaan alternatif yang hilang
dibagi satu juta jam kerja
• Total Recordable Injury Frekuensi Rate
Jumlah total cidera akibat kerja yang harus dicatat (MTI, LTI & Cidera yang
tidak mampu bekerja) dibagi satu juta jam kerja

Sumber : . Bureau of Labor Statistics, U.S. Department of


Labor, 2008
PAK, KAK, CAKK pada Perawat
PAK pada Perawat

Penyakit Akibat Kerja pada Perawat, berdasarkan agen penyebabnya penyakit dapat
dibedakan menjadi :
1. Agen Biologi : Bahaya biologi cditempat kerja terdiri atas infeksi akut dan kronis,
bakteri, mikroba, bahan beracun, reaksi alergi dan iritan.
2. Agen Kimia : penggunaan lateks, hydrogen peroksida, merkuri, gas anastesi, obat-
obatan sitotoksik, Aldehid (formaldehid) di kamar mayat, dan glutaraldehid untuk
endoskopi dapat menimbulkan masalah pernafasan.
3. Agen Fisika : Agen fisika seperi panas, dingin, listrik, cahaya dan radiasi ionisasi.
Agen fisika lainnya seperti kebisingan yang tinggi akibat pemajanan pekerja terhadap
ultrasound pada pemecahan batu ginjal. Kemudian radiasi pengion juga tidak luput
terhadap perawat dibagian rontegen, sedangkan radiasi elektromagnetik bukan pengion
seperti laser yang dipakai dibagian bedah, dermatologi, oftalmologi dan ginekologi
juga dapat menimbulkan resiko kerusakan mata.

Sumber : Maria, 2015


KAK pada Perawat

•  Kecelakaan kerja merupakan kejadian eksternal yang kebetulan, tiba-tiba, tidak


terduga yang terjadi selama jam kerja dan atau dalam perjalanan ke dan dari tempat
kerja. Contoh kecelakaan kerja berdasarkan definisi tersebut, perawat terpeleset
(slip), tersandung (trip), dan terjatuh (fall).

• Kecelakaan akibat kerja dapat terjadi ketika perawat melupakan atau melewatkan
tahapan sederhana namun berarti bagi kesehatan dan keselamatan pasien dan diri
perawat. Tahapan tersebut seperti perawat tidak menggunakan prinsip one hand
saat membuka dan menutup suntikan, tidak menutup, memutar atau melepas jarum
bekas dengan prinsip satu tangan dan tidak membuang benda infeksius ke dalam
wadah khusus infeksius yang telah disediakan.

Sumber : Bell, J. Collins, James. Dalsey, Elizabeth. Sublet, 2010


CAKK pada Perawat

• Cedera akibat kerja merupakan dampak fisik seperti patah, retak, luka dan
sebagainya yang diakibatkan oleh kecelakaan.
• Beberapa penyebab utama cedera dibidang perawatan kesehatan meliputi,
overexertion, kegiatan mengangkat dan memindahkan pasien, tertusuk jarum
suntik, kekerasan, dan kekurangan sumber daya manusia. Dampak cedera akibat
kerja perawat terbesar adalah sprain dan strain, Bergesernya cakram
intervertebralis, tertularnya penyakit HIV/AIDS, Hepatitis B atau C, infeksi
patogen, fraktur, dan cedera kepala .
• Sprain dan strain menurut OSHA merupakan cedera yang paling sering dilaporkan
di antara petugas kesehatan (Occupational Safety and Health Administration,
2013). Cedera ini memengaruhi bahu dan punggung bagian bawah. Mekanika
tubuh yang salah saat memindahkan atau mengangkat pasien dapat merusak
cakram intervertebralis (penopang medulla spinalis).

Sumber : Bell, J. Collins, James. Dalsey, Elizabeth. Sublet, 2010


Upaya Penanggulangan dan Manajemen Risiko
• Manajemen risiko adalah proses mengevaluasi berbagai opsi untuk memitigasi risiko dan
menyelaraskan organisasi dalam penerapannya.
• Manajer risiko harus menemukan jawaban atas pertanyaan seperti “Seberapa aman itu?” dan
“Seberapa besar risiko yang dapat diterima?”

Manajemen risiko mencakup beberapa langkah dasar:


1. Mengidentifikasi dan menilai
2. Merencanakan dan mengelola,
3. Mengukur, memantau, dan melaporkan efektivitas.

Komponen pendukung yang mempengaruhi kekuatan langkah-langkah manajemen risiko tersebut antara lain :
4. Tata kelola dan kepatuhan,
5. Kebijakan dan prosedur,
6. Teknologi dan sistem, serta
7. Budaya berbasis risiko.

Sumber : Mansdorf, 2019


Sumber : Mansdorf, 2019
Elemen Utama dari Proses Manajemen Resiko

1. Penetapan tujuan
Menetapkan strategi, kebijakan organisasi dan ruang lingkup manajemen risiko yang akan dilakukan.

2. Identifikasi risiko
Mengidentifikasi apa, mengapa dan bagaimana factor-faktor yang mempengaruhi terjadinya risiko untuk analisis
lebih lanjut.

3. Analisis risiko
Dilakukan dengan menentukan tingkatan probabilitas, eksposure dan konsekuensi yang akan terjadi. Kemudian
ditentukan tingkatan risiko yang ada.

4. Evaluasi risiko
Membandingkan tingkat risiko yang ada dengan kriteria standar.
- Setelah itu tingkatan risiko yang ada untuk beberapa hazard dibuat tingkatan prioritas manajemennya.
- Jika tingkat risiko ditetapkan rendah, maka risiko tersebut masuk ke dalam kategori yang dapat diterima dan
mungkin hanya memerlukan pemantauan saja tanpa harus melakukan pengendalian.

Sumber : Miladil, 2021


Lanjutan...

5. Pengendalian risiko
Melakukan penurunan derajat probabilitas dan konsekuensi yang ada dengan
menggunakan berbagai alternatif metode, bisa dengan transfer risiko, daln lain-lain.
6. Monitor dan Review
Monitor dan review terhadap hasil system manajemen risiko yang dilakukan serta
mengidentifikasi perubahan-perubahan yang perlu dilakukan.
7. Komunikasi dan konsultasi
Komunikasi dan konsultasi dengan pengambil keputusan internal dan eksternal untuk
tindak lanjut dari hasil manajemen risiko yang dilakukan

Sumber : Miladil, 2021


Proses Manajemen Resiko

1. Mengidentifikasi dan menganalisis eksposur kerugian.


2. Pertimbangkan teknik risiko alternatif
3. Pilih teknik manajemen risiko terbaik
4. Menerapkan teknik yang dipilih
5. Memantau dan menyempurnakan program manajemen risiko.

Sumber : Carrol, 2009


Daftar Pustaka

• Peraturan menteri kesehatan republik indonesia nomor 56 tahun 2016 tentang penyelenggaraan
pelayanan penyakit akibat kerja
• Peraturan presiden republik indonesia. Nomor 7 tahun 2019 tentang penyakit akibat kerja
• Van der molen, & frings-dresen. (2019). Penyakit akibat kerja: dari penyembuhan hingga
pencegahan. Jurnal kedokteran klinis, 8 (10), 1681.
• Newfang, d. A., johnson, g. T., & harbison, r. D. (2015). Controls of occupational diseases. Hamilton
& hardy’s industrial toxicology, 13–18.
• Redjeki, Sri. 2016. Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Kementrian Kesehatan RI
• Triyono, M. B. dll. 2014. Buku Ajar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Universitas Negeri
Yogyakarta
• Fitra, Miladil. (2021). Analisis Risiko Keselamatan dan Keselamatan Kerja (ARK3). Jakarta :
Azkiya Publishing
• Mansdorf, S.Z. (2019). Handbook of occupational Safety And Health 3th Ed. USA : Wiley
• Carroll, Roberta. (2009). Risk Management Handbook for Health Care Organization. San
Fransisco : Jossey-Bass
Daftar Pustaka

• Azmi, R. (2008). Penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja oleh P2K3 untuk
meminimalkan kecelakaan kerja di PT. Wijaya Karya Beton tahun 2008 (Skripsi). FKM, USU, Medan.
• Hanggraeni, D. (2012). Manajemen sumber daya manusia. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia.
• Hiperkes. (2008, April 4). Keselamatan kerja. Diakses September 28, 2021, dari
https://hiperkes.wordpress.com.
• ILO. (2013). Keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja sarana untuk produktivitas. Diakses tanggal
28 ,september 2021, dari https://www.ilo.org.
• Kepmenkes RI No. 432 Tahun 2007 Tentang Pedoman Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
di Rumah Sakit.

• Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesian Nomor 66. (2016). Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Rumah Sakit. Jakarta.
• Ramli, S. (2010). Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja OHSAS 18001. Jakarta: Dian Rakyat.

• Suma’mur, P.K. (2009). Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (HIPERKES). Jakarta: CV Sagung Seto.

Anda mungkin juga menyukai