Anda di halaman 1dari 23

BAB I Kecelakaan Kerja

2.2.1 Pengertian Kecelakaan Kerja


Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula
yang dapat menimbulkan korban manusia dan harta benda (Permenaker No. 03/MEN/1998).
Pengertian lain kecelakaan kerja adalah semula kejadian yang tidak direncanakan yang
menyababkan atau berpotensial menyebabkan cidera, kesakitan, kerusakan atau kerugian
lainya (Standar AS/NZS 4801:2001). Sedangkan definisi kecelakaan kerja menurut OHSAS
18991:2007 adalah kejadian yang berhubungan dengan pekerjaan yang dapat menyebabkan
cidera atau kesakitan (tergantung dari keparahanya) kejadian kematian atau kejadian yang
dapat menyebabkan kematian. Berikut ini beberapa pengertian kecelakaan kerja dari
beberapa sumber buku :  Menurutt Suma’mur (2009), Kecelakaan kerja adalah suatu
kejadian atau peristiwa yang tidak di inginkan yang merugikan terhadap manusi, merusak
harta benda atau kerugian terhadap proses.
• Menurut Gunawan dan Waluyo (2015), kecelakaan adalah suatu kejadian yang
(tidak direncanakan) dan tidak diharapkan yang dapat mengganggu proses
produksi/operasi, merusak harta benda/aset, mencederai manusia, atau merusak
lingkungan.
• Menurut Heinrich (1980), kecelakaan kerja atau kecelakaan akibat kerja adalah
suatu kejadian yang tidak terencana dan tidak terkendali akibat dari suatu
tindakan atau reaksi suatu objek, bahan, orang, atau radiasi yang mengakibatkan
cidera atau kemungkinan akibat lainnya.
• Menurut Reese (2009), kecelakaan kerja merupakan hasil langsung dari tindakan
tidak aman dan kondisi tidak aman, yang keduanya dapat dikontrol oleh
manajemen. Tindakan tidak aman dan kondisi tidak aman disebut sebagai
penyebab langsung (immediate/primary causes) kecelakaan karena keduanya
adalah penyebab yang jelas / nyata dan secara langsung terlibat pada saat
kecelakaan terjadi.
• Menurut Tjandra (2008), kecelakaan kerja adalah suatu kecelakaan yang terjadi
pada saat seseorang melakukan pekerjaan. Kecelakaan kerja merupakan peristiwa
yang tidak direncanakan yang disebabkan oleh suatu tindakan yang tidak berhati-
hati atau suatu keadaan yang tidak aman atau kedua-duanya.

2.2.2 Landasan Hukum


1. UUD1945 Pasal 27 Ayat 2 yang menyatakan :" setiap warga negara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
2. Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja.
3. Peraturan menteri tenaga kerja dan transmigrasi NO: PER,01/NEN/1981 tentang
penyakit-penyakit akibat kerja yang perlu dilaporkan.
4. Peraturan menteri tenaga kerja dan transmigrasi No.per 02/Men/1980 tentang
pemeriksaan tenaga kerja dalam menyelenggarakan keselamtan kerja.
2.2.3 Jenis-Jenis Kecelakaan Kerja
Menurut Bird dan Germain (1990), terdapat tiga jenis kecelakaan kerja, yaitu:
1. Accident, yaitu kejadian yang tidak diinginkan yang menimbulkan kerugian baik
bagi manusia maupun terhadap harta benda.
2. Incident, yaitu kejadian yang tidak diinginkan yang belum menimbulkan kerugian.
3. Near miss, yaitu kejadian hampir celaka dengan kata lain kejadian ini hampir
menimbulkan kejadian incident ataupun accident.
Berdasarkan lokasi dan waktu, kecelakaan kerja dibagi menjadi empat jenis, yaitu
(Sedarmayanti, 2011):
1. Kecelakaan kerja akibat langsung kerja.
2. Kecelakaan pada saat atau waktu kerja.
3. Kecelakaan di perjalanan (dari rumah ke tempat kerja dan sebaliknya, melalui jalan
yang wajar).
4. Penyakit akibat kerja.
Berdasarkan tingkatan akibat yang ditimbulkan, kecelakaan kerja dibagi menjadi tiga jenis,
yaitu (Suma’mur,1981):
1. Kecelakaan kerja ringan, yaitu kecelakaan kerja yang perlu pengobatan pada hari
itu dan bisa melakakukan pekerjaannya kembali atau istirahat < 2 hari. Contoh:
terpeleset, tergores, terkena pecahan beling, terjatuh dan terkilir.
2. Kecelakaan kerja Sedang, yaitu kecelakaan kerja yang memerlukan pengobatan
dan perlu istirahat selama > 2 hari. Contoh: terjepit, luka sampai robek, luka bakar.
3. Kecelakaan kerja berat, yaitu kecelakaan kerja yang mengalami amputasi dan
kegagalan fungsi tubuh. Contoh: patah tulang.

2.2.4 Konsep Dasar Terjadinya Kecelakaan Kerja


Pada dasarnya penyebab kecelakaan kerja dapat di kelompokkan menjadi dua, yaitu : ( Dr.
Suma'mur PK, 1989 ).
1. Unsafe Action
Faktor yang mempengaruhi " perbuatan bahaya " tersebut dapar dipengaruhi :
• Umur
• Tingkat Pendidikan
• Masa kerja
• Status tenaga kerja
• Unsafe Condition
2. Factor Agent ( pekerjaan sendiri )
• Waktu kerja
• Beban kerja
• Lama kerja
• Jenis pekerjaan
• Prosedur kerja
3. Factor Environment ( lingkungan )
• Kebisingan
• Kelembaban
• Bahan kimia berbahaya dan lain sebagainya
Sebagai dasar usaha pelaksanaan K3 dalam upaya pencapaian tujuan perusahaan yang
disertai nihil kecelakaan kerja adalah adanya teori penyebab terjadinya kecelakaan dan
kerugian akibat kecelakaan kerja.
2.2.5 Penyebab Terjadinya Kecelakaan Kerja Antara Lain :
Kecelakaan kerja terjadi karena perilaku personel yang kurang hati-hati atau ceroboh atau
bisa juga karena kondisi yang tidak aman, apakah itu berupa fisik, atau pengaruh lingkungan
(Widodo, 2015).
Berdasarkan hasil statistik, penyebab kecelakaan kerja 85% disebabkan tindakan yang
berbahaya (unsafe act) dan 15% disebabkan oleh kondisi yang berbahaya (unsafe condition).
Penjelasan kedua penyebab kecelakaan kerja tersebut adalah sebagai berikut (Ramli, 2010):
1. Kondisi yang berbahaya (unsafe condition) yaitu faktor-faktor lingkungan fisik
yang dapat menimbulkan kecelakaan seperti mesin tanpa pengaman, penerangan
yang tidak sesuai, Alat Pelindung Diri (APD) tidak efektif, lantai yang berminyak,
dan lain-lain.
2. Tindakan yang berbahaya (unsafe act) yaitu perilaku atau kesalahankesalahan
yang dapat menimbulkan kecelakaan seperti ceroboh, tidak memakai alat pelindung
diri, dan lain-lain, hal ini disebabkan oleh gangguan kesehatan, gangguan
penglihatan, penyakit, cemas serta kurangnya pengetahuan dalam proses kerja, cara
kerja, dan lain-lain.
Sedangkan menurut Ridley (2008), penyebab terjadinya kecelakaan kerja adalah sebagai
berikut: a. Situasi Kerja
1. Pengendalian manajemen yang kurang.
2. Standar kerja yang minim.
3. Tidak memenuhi standar.
4. Perlengkapan yang gagal atau tempat kerja yang tidak mencukupi.
a. Kesalahan Orang
1. Keterampilan dan pengetahuan yang minim.
2. Masalah fisik atau mental.
3. Motivasi yang minim atau salah penempatan.
4. Perhatian yang kurang.
b. Tindakan Tidak Aman
1. Tidak mengikuti metode kerja yang telah disetujui.
2. Mengambil jalan pintas.
3. Menyingkirkan atau tidak menggunakan perlengkapan keselamatan kerja. d.
Kecelakaan
1. Kejadian yang tidak terduga.
2. Akibat kontak dengan mesin atau listrik yang berbahaya.
3. Terjatuh.
4. Terhantam mesin atau material yang jatuh dan sebagainya. Kecelakaan kerja
juga bisa disebabkan oleh beberapa faktor sebagai berikut (Rachmawati, 2008):
1. Faktor fisik, yang meliputi penerangan, suhu udara, kelembaban, cepat rambat
udara, suara, vibrasi mekanis, radiasi, tekanan udara, dan lain-lain.
2. Faktor kimia, yaitu berupa gas, uap, debu, kabut, awan, cairan, dan bendabenda
padat.
3. Faktor biologi, baik dari golongan hewan maupun dari tumbuh-tumbuhan.
4. Faktor fisiologis, seperti konstruksi mesin, sikap, dan cara kerja.
5. Faktor mental-psikologis, yaitu susunan kerja, hubungan di antara pekerja atau
dengan pengusaha, pemeliharaan kerja, dan sebagainya.

2.2.6 Potensi Bahaya


Potensi bahaya yang sering dialami oleh karyawan yang bekerja pada unit produksi PT.
Teknik Tadakara Sumberkarya adalah :
• Tangan terjepit mesin bending
• Tangan atau jari terpotong mesin cutting
• Tangan kebeler insulock plat
• Kaki kejatuhan alat wiring
• Kaki kejatuhan busbar
2.2.7 Kerugian Akibat Kecelakaan, Antara Lain :
1. Aspek manusia ( cost to the victim), meliputi .
• Ketegangan jiwa atau (stress)
• Sakit
• Kehilangan upah
• Mengadakan pengeluaran ekstra
• Menjadi cacat tetap dan tidak mampu bekerja
• Meninggal dunia
• Berdampak ke keluarga dan sanak saudara
• Membawa efek kedalam suasana kerja karywan yang merasa tidak nyaman
2. Aspek financial, meliputi :
• Kehilangan pekerjaan ahli dan berpengalaman
• Kerugian produksi
• Kehilangan profit
• Pengeluran untuk menggantikan pekerja yang cacat atau meninggal dunia
dengan recruitment, traning, dan sebagainya
• Menaikkan premi asuransi
• Claim dari pihak ketiga bila dampaknya sampai keluar perusahaan

Gambar 2.1 Penyebab Kecelakaan

2.2.8 Klasifikasi Kecelakaan Kerja


Klasifiksi kecelakaan kerja menurut organisasi perburuan internasional (1962) adalah
sebagai berikut :
a. Klasifikasi menurut jenis kecelakaan :
• Terjatuh
• Tertimpa benda jatuh
• Tertimpa benda yang tidak bergerak
• Terjepit
• Gerakan yang melebihi kemapuan
• Pengaruh suhu tinggi
• Terkena arus listrik
• Kontak dengan bahan-bahan berbahaya dan radiasi
b. Klasifkasi menurut sifat dan kecelakaan :
• Mesin
• Alat dan angkut
• Peralatan lain
• Bahan-bahan,zat-zat,dan radiasi
• Lingkungan
c. Klasifikasi meurut sifat Iuka dan kelainan
• Patah tulang
• Memar
• Luka bakar
• Keracunan
• Mati lemas
• Pengaruh listrik
• Lain-lain
d. Klasifikasi menurut letak atau Iuka ditubuh :
• Kepala
• Badan
• Leher
• Anggota tubuh bagian atas
• Anggota tubuh bagian bawah
• Kelainan umum

2.2.9 Pencegahan Kecelakaan Kerja


Kecelakaan kerja dapat dicegah dengan memperhatikan beberapa faktor, antara lain sebagai
berikut (Suma’mur, 2009): a. Faktor Lingkungan
Lingkungan kerja yang memenuhi persyaratan pencegahan kecelakaan kerja, yaitu:
1. Memenuhi syarat aman, meliputi higiene umum, sanitasi, ventilasi udara,
pencahayaan dan penerangan di tempat kerja dan pengaturan suhu udara ruang kerja.
2. Memenuhi syarat keselamatan, meliputi kondisi gedung dan tempat kerja yang dapat
menjamin keselamatan.
3. Memenuhi penyelenggaraan ketatarumahtanggaan, meliputi pengaturan penyimpanan
barang, penempatan dan pemasangan mesin, penggunaan tempat dan ruangan.
b. Faktor Mesin dan peralatan kerja
Mesin dan peralatan kerja harus didasarkan pada perencanaan yang baik dengan
memperhatikan ketentuan yang berlaku. Perencanaan yang baik terlihat dari baiknya pagar
atau tutup pengaman pada bagian-bagian mesin atau perkakas yang bergerak, antara lain
bagian yang berputar. Bila pagar atau tutup pengaman telah terpasang, harus diketahui
dengan pasti efektif tidaknya pagar atau tutup pengaman tersebut yang dilihat dari bentuk dan
ukurannya yang sesuai terhadap mesin atau alat serta perkakas yang terhadapnya keselamatan
pekerja dilindungi. c. Faktor Perlengkapan kerja
Alat pelindung diri merupakan perlengkapan kerja yang harus terpenuhi bagi pekerja.
Alat pelindung diri berupa pakaian kerja, kacamata, sarung tangan, yang kesemuanya harus
cocok ukurannya sehingga menimbulkan kenyamanan dalam penggunaannya. d. Faktor
manusia
Pencegahan kecelakaan terhadap faktor manusia meliputi peraturan kerja,
mempertimbangkan batas kemampuan dan ketrampilan pekerja, meniadakan hal-hal yang
mengurangi konsentrasi kerja, menegakkan disiplin kerja, menghindari perbuatan yang
mendatangkan kecelakaan serta menghilangkan adanya ketidakcocokan fisik dan mental
Kecelakaan kerja juga dapat dikurangi, dicegah atau dihindari dengan menerapkan program
yang dikenal dengan tri-E atau Triple E, yaitu (Sedarmayanti,2011):
1. Engineering (Teknik). Engineering artinya tindakan pertama adalah melengkapi
semua perkakas dan mesin dengan alat pencegah kecelakaan (safety guards) misalnya
tombol untuk menghentikan bekerjanya alat/mesin (cut of switches) serta alat lain,
agar mereka secara teknis dapat terlindungi.
2. Education (Pendidikan). Education artinya perlu memberikan pendidikan dan
latihan kepada para pegawai untuk menanamkan kebiasaan bekerja dan cara kerja
yang tepat dalam rangka mencapai keadaan yang aman (safety) semaksimal
mungkin.
3. Enforcement (Pelaksanaan). Enforcement artinya tindakan pelaksanaan, yang
memberi jaminan bahwa peraturan pengendalian kecelakaan dilaksanakan.
2.2 Penerapan Sistem Manajemen
Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja adalah bagian dari sistem manajemen
secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencaan, tanggung jawab,
pelaksanaan, prosedur, proses, dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pngembangan,
penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamtan dan kesehatan
kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisiensi dan produktif (Permanaker No. per
05/Men/1996)
Sebagai upaya perusahaan untuk mencegah dan mengendalikan kerugian yang diakibatkan
kemungkinana adanya kecelakaan, kebakaran, kerusakan harta benda, kerusakan lingkungan
dan bahaya lainnya yang terjadi baik tenaga kerja maupun perusahaan, perlu adanya suatu
penerapan K3.
Penerapan K3 di CV Bintang Marina di dasari oleh :
• Setiap tenaga kerja berhak mendapatkan perlindungan atas keselamatan dalam
melakuakan pekerjaan untuk meningkaat kan produksi dan produktivitas.
• Setiap orang lainnya yang berada ditempat kerja perlu terjamin keselamatannya.
• Setiap sumber-sumber produksi harus digunakan secara aman dan efisien
• Pengurus atau pimpinan perusahaan harus diwajibkan memenuhi dan menaati semua
syarat-syarat dan kententuan keselamatan kerja yang berlaku bagi usaha dan tempat
kerja yang dijalankan.
• Setiap orang yang memasuki tempat kerja diwajibkan menaati semua peraturan dan
persyaratan keselamtan keia.  Tercapainya kecelakaan nihil.
2.3 Kebijakan K3 (safety policy)
Kebijakan merupakan arah yang ditentukan oleh top manajement untuk dipahami dan
dipatuhi serta menuntut partisipasi aktif dari karyawan dalam proses kerja yang ada
diperusahaan sehingga tujuan perusahaan dapat dicapai secara maksimal.
Ketetapan kebijakan K3 selama ini yang telah diterapkan di PT. Teknik Tadakara
Sumberkarya telah mengalami beberapa kali revisi sesuai dengan perkembangan perusahaan
yang ada. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan arah dalam usaha untuk menerapkan
Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan dan kesehatan kerja. Sehingga
tujuan perusahaan dapat dicapai, antara lain :
a. Meningkatkan kesejahteraan dan K3 karyawan.
b. Mencegah kejadian yang merugikan perushaan akibat dari kecelakaan
c. Semua karyawan wajib memahami,menghayati,dan bertanggung jawab atas pelaksanaan
K3 dan menjaga kebersihan lingkungan kerja.
Langkah positif yang di ambil perusahaan dalam usaha meningkatkan kesejahteraan dan
K3 karyawan serta mencegah kejadian yang merugikan perusahaan adalah dengan
menentukan pokok-pokok kebijakan K3. Sesuai dengan nilai-nilai dasar tersebut, PT.
Teknik Tadakara Sumberkarya menetapkan kebijakan K3 sebagai berikut:
a. Direksi berusaha untuk selalu meningkatkan perlindungan K3 bagi setiap orang yang
berada ditempat kerja serta mencegah adanya kejadian dan kecelakaan yang dapat
merugikan perusahaan.
b. Perusahaan menerapkan U.U.No 1/70 tentang K3, Permen No.05/Men/1996 tentang
SMK3 serta peraturan dan norma dibidang K3
c. Setiappimpinan atau supervise unit bertanggung jawab atas dipatuhinya ketentuan
K3 oleh setiap orang yang berada di unit kerjanya.
d. Setiap orang yang berada ditempat kerja wajib menerapkan serta melaksanakan
ketentuan dan pedoman K 3.
e. Dalam hal terjadi keadaan darurat dan/atau bencana pabrik,seluruh karyawan wajib
ikut serta melakukan tindakan penanggulangan. Di PT. Teknik Tadakara
Sumberkarya Surabaya,pelaksanaan K3 telah ditangani oleh pihak K3 secara
fungsional dan dapat memudahkan koordinasi dan control terhadap bahaya-bahaya
yang mungkin terjadi ditiap unit kerja dan bertanggung jawab atas penerapan dan
pengembangan K3 diperusahaan kepada manajamen.
2.4 Alat Pelindung Diri (APD)
Alat pelindung diri bukan merupakan alat untuk menghilangkan bahaya ditempat kerja,
tetapi hanya merupakan usaha pencegahan dan mengeliminer kontak antara bahaya dan
tenaga kerja sesuai dengan standart kerja yang di perbolehkan.
Sesuai dengan undang-undang No. 1 Tahun 1970, penyediaan alat pelindung diri adalah
menjadi keawajiban dan tanggungjawab bagi pengusaha atau pimpinan perusahaan.
a. Syarat-syarat alat pelindung diri
1. Memilikik daya pencegah dan memberikan peerlindungan yang efektif terhadap jenis
bahaya dihadapi oleh karyawan.
2. Kontruksi dan kemampuan harus memenuhi standar yang berlaku.
3. Efisien,ringan dan nyaman diapake.
4. Tidak menggangu gerakan-gerakan yang diperlukan.
5. Tahan lama dan pemeliharaannya mudah.
b. Jenis alat pelindung diri
Untuk usaha meminimalisasi kecelakaan yang disebabkan factor APD, tenaga kerja
diwajibkan untuk memakai APD sesuai standart dengan keadaan saat waktu bekerja saat itu.
Misalnya :
a. Alat pelindung kepala (head protection/safety helmet)
Setiap bekerja harus memakai safety helmet yang memenuhi standart guna melindungi
kepala dari benturan atau kejatuhan benda adapun contoh dari safety helmet yang sesuai
standar terlihat seperti dibawah ini:

Gambar 2.2 Alat Pelindung Kepala (Safäy Helmet)


b. Alat pelindung mata (eye protection)
Setiap tenaga kerja yang akan melakukan pekerjaan pada tempat kerja yang memungkinkan
terjadinya kecelakaan mata harus menggunakan alat pelindung mata untuk melindungi mata
dari berbagai macam benda yang akan masuk ke mata atau melindungi mata dari bahaya.
Adapun contoh alat pelindung mata, seperti terlihat di bawah ini :

Gambar 2.3 Alat Pelindung Mata / Kaca Mata Safety

c. Alat pelindung terhadap kebisingan (ear plug)


Digunakan pada pekerjaan yang kemungkinan akan menimbulkan suatu kebisingan atau
bunyi kontinyu tersebut lama-kelamaan akan berpengaruh terhadap gendang telinga,
sehingga diperlukan adanya alat pelindung terhadap kebisingan, seperti terlihat di bawah ini :

Gambar 2.4 Alat Pelindung Buat Kebisingan (ear plug)


d. Alat pelindung tangan (hand protection)
Sarung tangan sangat diperlukan semua pekerja dibagian produksi agar tangan selalu
terlindung dari kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja, misalnya terjepit, tergores dan
lain-lain.
Gamar 2.5 Alat Pelindung Tangan (Hand Protection)

e. Alat pelindung kaki (safety shoes)


Setiap pekerja mutlak untuk memakai sepatu boot karet atau bila ada memakai safety shoes,
terutama bagi tenaga kerja yang pekerjaanya selalu mengankat material yang berat

Gambar 2.6 Alat Pelindung Kaki (safety shoes)


2.5 Kesehatan kerja
Untuk mengatasu pengaruh buruk dari kondisi-kondisi kesehatan terhadap sector
tenaga kerja atau sector produksi maka perlu dilakukan :
a. Pembinaan keahlihan higien perusahaan dan kesehatan kerja dengan
Lembaga nasional.
b. Pembinaan tenaga kesehatan pada tingkat perusahaan dan di tingkatkan
pengarahan-pengarahan tenaga kesehatan kedalam sector produksi.
c. Diadakan pendidikan dan pelatihan (training) kepada karyawan tentang
pentingnya kesehatan kerja meningkatkan produktivitas tenaga kerja.
d. Mengoptimalkan pernana pelayanan kesehatan kerja (PKK) yang ada di
perusahaan.
2.6 Statistik Kecelakaan Kerja
Stastistik akibat kecelakaan kerja meliputi kecelakaan pada waku menjalankan akibat kerja,
Penyakit-penyakit akibat kerja atau yang berakibat kematian.
Sesuai dengan tujuan perusahaan yang ada,dalam usaha mengukur keberhasilan penerapan
K3 di perusahaan digunakan beberapa parameter sebagar berikut: ( Dr. Suma'mur P.K,
1981 )
2.6.1 Tingkat Frequency Kecelakaan (Frequency Rate ( FR ) ).
Tingkat frequency kecelakaan ( FR ) yaitu banyaknya kecelakaan setiap jam -
manusia.

Rumus :

2.6.2 Tingkat Keparahan Kecalakaan (Saverity Rate ( SR ) )


Tingkat keprahan kecelakaan ( SR ) adalah jumlah total hilangnya hari kerja
per. 1.000.000 jam manusia Rumus :

2.6.3 Safe - T - score (STS)


Digunakan untuk menunjuk kan perubahan pada banyak nya angka kecelakaan.
Rumus :

STS = FR Kini - FR Lalu

FR Lalu
2.6.4 Alat- Alat Yang Di gunakan Untuk Megevaluasi Masalah Tentang
Kecelakaan Kerja
Evaluasi teerhadap kecelakaan diperusahaan harus mampu mejawab apa yang
menjadi agar penyebab dari kecelakaan tersebut.Berkaitan dengan ini,kita dapat
menggunakan alat-alat yang sederhana yang telah popular.
1. Diagram pareto
Diagram pareto adalah grafik batang yang menunjukkan masalah berdasarkan urutan
banyaknya kejadian.masalah yang paling banyak terjadi ditunjukkan oleh gfrafik batang
pertama yang paling tinggi serta ditempatkan pada Sisi paling kiri dan seterusnya sampai
masalah paling sedikit terjadi ditunjukkan oleh grafik batang terkhir yang rendah serta
ditempatkan disisi paling kanan pada dasarnya diagram pareto dapat digunakan sebagai alat
interprestasi untuk
• Menentukan frequency relative dan urutan pengting nya urutan-urutan masalah
atau penyebab-penyebab dari masalah yng ada.
• Memfokuskan perhatuian pada isu-isu kritis dan pentingnya melalui pembuatan
rangking terhadap masalah-masalah atau penyebab dari masalahitu dalam bentuk
signifikan.
Pada dasarnya diagram pareto terdiri dari dua jenis yaitu:
1. Diagram pareto mengenai fenomena,diagram ini berkaitan dengan hasilhasil yang
tidak diinginkan dan digunakan untuk mengetahui apa masalah yang ada.
2. Diagram pareto mengenal penyebab, Diagram ini berkaitan dengan penyebab dalam
proses dan dipergunakan dalam proses untuk mengetahui apa penyevbab utama dari
masalah yang ada.
2. Diagram Sebab Akibat
1. Diagram sebab akibat adalah suatu diagram yang menunjukkan antara sebab dan
akibat.Diagram sebab-akibat dipergunakan untuk menunjukkan factorfaktor
penyebab (sebab) kecelakaan dan karakterristik dari kecelakaan (akibat) yang
disebabkan oleh factor-faktor penyebab itu.Diagaram sebab akibat ini sering juga
disebut sebagai diagram tulang ikan (fishbone diagram),karena bentuknya seperti
kerangka ikan.Pada dasarnya diagram sebab akibat dapat dipergunakan untuk
kebutuhan-kebutuhan berikut:
• Membantu identifikasi akar penyebab dari suatu masalah K3,  Membantu
membangkitkan ide-ide untuk solusi suatu masalah K3.
• Membantu dalam penyelidikan atau pencarian fakta lebih lanjutberkaitan
dengan masalah K3 itu sendiri.
2. Berdasarkan data yang di dapatkan pada bagian divisi listrik merupakan bagian yang
paling banyak mengalami kecelakaan. Jenis kecelakaan yang banyak terjadi adalah
tergores isulock plat. Penyebab terjadi kecelakaan disebab kan oleh beberapa faktor
yaitu.
Manusia peyebab utama terjadi nya kecelakaan kerja disebabkan oleh faktor manusia.
Kecelakaan yang di sebabkan manusia antara lain :
• Tidak menggunakan alat pelindung diri berupa sarung tangan. Sarung tangan ini
sangat penting sekali digunakan oleh pekerja pada divisi listrik guna melindungi
tangan berbagai macam jenis pekerjaan yang di lakukan untuk menghindari goresan
pada saat melakukan proses produksi.
• Kelelahan di akibat kan karena kurangnya istirahat. Hal ini akan mcyebabkan pekerja
akan kurang teliti dalam melakukan suatu pekerjaan. Dengan istirahat yang cukup,
akan memberikan kondisi fisik pekerja menjadi fit dan lebih baik lagi sehingga
menghasilkan produk yang baik dan mcmperkecil terjadinya kecelakaan pada pekerja
itu sendiri.
• Kelalaian pekerja akan meneybabkan terjadinya kecelakaan seperti halnya tidak
mengindahkan peringatan-peringatan tanda bahaya yang dibuat oleh perusahaan. I-Ial
ini memang sepele tetapi pekerja tetap melakukan hal tersebut schingga kecelakaan
kerja tetap akan terjadi.
Bentuk umum diagram sebab akibat di tunjukkkan dalam gambar di bawah ini :

Gambar 2.7 Bentuk Umum Diagram Sebab Akibat,


Dari kedua alat tersebut kita mendapatkan informasi dan hasil-hasil yang diinginkam oleh
perusahaan.
2.7 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu ini memberikan gambaran tentang penelitian – penelitian yang berkaitan
dengan K3 serta dapat dijadikan pandangan tentang penelitian berikutnya.

1. Pengaruh Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) terhadap kinerja karyawan studi
kasus PT Guna Mekar Industri, Semarang
Oleh Adyasti Andika Sari, Tahun 2016
Terdapat masalah yang berkaitan dengan kinerja karyawan yaitu mengenai target
yang tidak tercapai, banykanya produk cacat, serta ketidak disiplinan karyawan PT.
Guna Mekar Industri, Selain itu, Bertujuan untuk mengetahui hubungan antara
keselamatan dan kesehatan kerja terhadap kinerja, serta mengetahui seberapa besar
pengaruhnya subjek dalam penelitian ini berjumlah 60 orang (N = 60) karyawan di
PT Guna Mekar Industri, Alat ukur yang kinerja karyawan (@=0,908). Metode yang
digunkan adalah metode kuantitatif korelasiaonal, data dianalisis dengan analisis
regresi sederhana dengan menggunakan bantuan perangkat lunak SPSS 17.00 untuk
Windows, hasil menunjukan bahwa hipotesis diterima terdapat hubungan antara
keselamatan dan kesehatan kerja dengan kinerja (p<0,05). Keselamatan dan
kesehatan kerja memiliki pengaruh sebesar 42,4% terhadap kinerja karyawan.

2. Analisis Level Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) Proyek kontruksi


Terhadap Risiko dan Manajemen K3,
Oleh Ayuma Ersamayori Milen, Tahun 2016
Pembangunan yang dilakukan dengan teknologi sederhana maupun tinggi
tidak terhindar dari risiko kecelakaan kerja, menerapkan manjemen keselamatan dan
kesehatan kerja sangat penting karena dapat menciptakan lingkungan kerja yang baik
dan aman, tetapi semua tidak berhasil jika tidak ada komitmen yang baik dari seluruh
pihak yang terlibat dalam proyek. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai
penerapan sisten manajemen K3 dan mengkuantifikasi risiko kecelakaan kerja yang
terjadi dalam proyek kontruksi penelitian ini menggunakan data kuisoner. Responden
penelitian dari studi kasus proyek pembangunan terminal II bandara radin inten II,
Gedung parkir bandara radin inten II dan showroom auto 200 soekarnohatta.
Penelitian ini menggunakan program SPSS dan menggunakan metode uji frekuenso,
uji validasi dan uji reabilitas. Hasil penelitian ini adalah ketiga proyek memiliki
system manajemen dengan kategori sedang dan factor kecelakaan yang timbul
diakibatkan oleh kelalaian pada standar oprasional dan prosedur yang ada
2.8 Alir Proses Produksi
Gambar 2.8 Alir Proses Produksi

2.9 Spesifikasi Alir Proses Produksi


1. Material
Material yang di beli atau di datangkan oleh CV. Bintang Marina langsung
dari supplier, bentuk dan jenis material sesuai job order yang diterima oleh CV.
Bintang Marina.
Pada saat material dating ke workshop, pemeriksaan pertama kali dilakukan
oleh petugas warehouse yaitu pemeriksaan dokumen pengiriman barang apakah
sesuai dengan jumlah dan fisik barang yang ada,
2. Pemotongan
Proses Pemotongan adalah pemotongan profil secara manual atau
otomatis.pada proses pemotongan profil, dilakukan menggunakan mesin
potong
3. Proses Roll
Proses Roll adalah Proses diamana material yang sudah di potong di bentuk
sesuai pola dengan alat roll
4. Proses Pengelasan
Proses Pengelasan adalah proses di mana menggabungkan dua material
dengan cara di panasakan dengan elektroda
5. Finishing
Proses finishing adalah proses pembersihan dengan cara menggerinda
permukaan yang sudah di las
6. Proses Pakcing
Proses Packing adalah proses diaman material baja yang sudah selesai
painting, akan di pilah pilah rangkaian member sesuai pada daftar kebutuhan
untuk memudahkan assembling dan perakitan
BAB II KESEHATAN

Kesehatan kerja (Occupational health) merupakan bagian dari kesehatan masyarakat yang
berkaitan dengan semua pekerjaan yang berhubungan dengan faktor potensial yang
mempengaruhi kesehatan pekerja (dalam hal ini Dosen, Mahasiswa dan Karyawan). Bahaya
pekerjaan (akibat kerja), Seperti halnya masalah kesehatan lingkungan lain, bersifat akut atau
khronis (sementara atau berkelanjutan) dan efeknya mungkin segera terjadi atau perlu waktu
lama. Efek terhadap kesehatan dapat secara langsung maupun tidak langsung. Kesehatan
masyarakat kerja perlu diperhatikan, oleh karena selain dapat menimbulkan gangguan tingkat
produktifitas, kesehatan masyarakat kerja tersebut dapat timbul akibat pekerjaanya. Sasaran
kesehatan kerja khususnya adalah para pekerja dan peralatan kerja di lingkungan PSTKG.
Melalui usaha kesehatan pencegahan di lingkungan kerja masing-masing dapat dicegah
adanya penyakit akibat dampak pencemaran lingkungan maupun akibat aktivitas dan produk
PSTKG terhadap masyarakat konsumen baik di lingkungan PSTKG maupun masyarakat
luas. Kesehatan kerja mempengaruhi manusia dalam hubunganya dengan pekerjaan dan
lingkungan kerjanya, baik secara fisik maupun psikis yang meliputi, antara lain: metode
bekerja, kondisi kerja dan lingkungan kerja yang
6
mungkin dapat menyebabkan kecelakaan, penyakit ataupun perubahan dari kesehatan
seseorang. Pada hakekatnya ilmu kesehatan kerja mempelajari dinamika, akibat dan
problematika yang ditimbulkan akibat hubungan interaktif. Tiga komponen utama yang
mempengaruhi seseorang bila bekerja yaitu: 1. Kapasitas kerja: Status kesehatan kerja, gizi
kerja, dan lain-lain. 2. Beban kerja: fisik maupun mental. 3. Beban tambahan yang berasal
dari lingkungan kerja antara lain:bising, panas, debu, parasit, dan lain-lain. Bila ketiga
komponen tersebut serasi maka bisa dicapai suatu kesehatan kerja yang optimal. Sebaliknya
bila terdapat ketidakserasian dapat menimbulkan masalah kesehatan kerja berupa penyakit
ataupun kecelakaan akibat kerja yang pada akhirnya akan menurunkan produktifitas kerja.
Keselamatan dan kesehatan kerja difilosofikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga kerja pada
khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat
makmur dan sejahtera. Sedangkan pengertian secara keilmuan adalah suatu ilmu
pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan
dan penyakit akibat kerja. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) tidak dapat dipisahkan
dengan proses produksi baik jasa maupun industri. Perkembangan pembangunan setelah
Indonesia merdeka menimbulkan konsekwensi

7
meningkatkan intensitas kerja yang mengakibatkan pula meningkatnya resiko kecelakaan di
lingkungan kerja. Hal tersebut juga mengakibatkan meningkatnya tuntutan yang lebih tinggi
dalam mencegah terjadinya kecelakaan yang beraneka ragam bentuk maupun jenis
kecelakaannya. Sejalan dengan itu, perkembangan pembangunan yang dilaksanakan tersebut
maka disusunlah UU No.14 tahun 1969 tentang pokok- pokok mengenai tenaga kerja yang
selanjutnya mengalami perubahan menjadi UU No.12 tahun 2003 tentang ketenaga kerjaan.
Dalam pasal 86 UU No.13 tahun 2003, dinyatakan bahwa setiap pekerja atau buruh
mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja,
moral dan kesusilaan dan perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat serta nilai-nilai
agama. Untuk mengantisipasi permasalahan tersebut, maka dikeluarkanlah peraturan
perundangan-undangan di bidang keselamatan dan kesehatan kerja sebagai pengganti
peraturan sebelumnya yaitu Veiligheids Reglement, STBl No.406 tahun 1910 yang dinilai
sudah tidak memadai menghadapi kemajuan dan perkembangan yang ada. Peraturan tersebut
adalah Undang-undang No.1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja yang ruang lingkupnya
meliputi segala lingkungan kerja, baik di darat, didalam tanah, permukaan air, di dalam air
maupun udara, yang berada di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia

8
Undang-undang tersebut juga mengatur syarat-syarat keselamatan kerja dimulai dari
perencanaan, pembuatan, pengangkutan, peredaran, perdagangan, pemasangan, pemakaian,
penggunaan, pemeliharaan dan penyimpanan bahan, barang produk tekhnis dan aparat
produksi yang mengandung dan dapat menimbulkan bahaya kecelakaan. Walaupun sudah
banyak peraturan yang diterbitkan, namun pada pelaksaannya masih banyak kekurangan dan
kelemahannya karena terbatasnya personil pengawasan, sumber daya manusia K3 serta
sarana yang ada. Oleh karena itu, masih diperlukan upaya untuk memberdayakan lembaga-
lembaga K3 yang ada di masyarakat, meningkatkan sosialisasi dan kerjasama dengan mitra
sosial guna membantu pelaksanaan pengawasan norma K3 agar terjalan dengan baik.
Menurut Interntional Labour Organization (ILO) dan World Health Organization (WHO),
Kesehatan kerja merupakan promosi dan pemeliharaan kesejahteraan fisik, mental, dan sosial
pekerja pada jabatan apapun dengan sebaik- baiknya (Harrington & Gill, 2005). Upaya
kesehatan kerja ini ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari
gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan. Upaya
kesehatan kerja dilakukan pada pekerja baik di sektor formal maupun informal. Dalam
penyeleksian pemilihan calon pegawai pada suatu perusahaan / instansi, diperlukan adanya
pemeriksaan kesehatan baik secara fisik maupun

9
mental yang nantinya hasil pemeriksaan kesehatan ini digunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Dalam hal penyelenggaraan upaya kesehatan
kerja ini pengelola tempat kerja wajib melakukan segala bentuk upaya kesehatan melalui
upaya pencegahan, peningkatan, pengobatan dan pemulihan bagi tenaga kerja. Pengusaha
wajib menjamin kesehatan pekerja serta wajib menanggung seluruh biaya pemeliharaan
kesehatan pekerja. Tidak pengelola atau pengusaha saja yang berperan dalam
penyelenggaraan kesehatan kerja ini namun juga pekerjanya. Pekerja wajib menciptakan dan
menjagaa kesehatan tempat kerja yang sehat dan menaati peraturan yang berlaku di tempat
kerja. (UU No 36 Tahun 2009). Menurut International Labor Organization ( ILO) salah satu
upaya dalam menanggulangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja di tempat kerja adalah
dengan penerapan peraturan perundangan antara lain melalui : a.

Adanya ketentuan dan syarat-ayarat K3 yang selalu mengikuti perkembangan ilmu


pengetahuan, teknik dan teknologi ( up to date ) b.

Penerapan semua ketentuan dan persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja sesuai dengan
peraturan perundangan yang berlaku sejak tahap c.

Pengawasan dan pemantauan pelaksanaan K3 melalui pemeriksaan- pemeriksaan langsung di


tempat kerja. ILO dan WHO (1995) menyatakan kesehatan kerja bertujuan untuk
peningkatan dan pemeliharaan derajat kesehatan fisik, mental dan sosial yang setinggi-
tingginya bagi pekerja disemua jenis pekerjaan, pencegahan terhadap

10
gangguankesehatan pekerja yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan; perlindungan bagi
pekerja dalam pekerjaannya dari risiko akibat faktor yang merugikan kesehatan dan
penempatan serta pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja yang disesuaikan
dengan kondisi fisiologi dan psikologisnya. Secara ringkas merupakan penyesuaian
pekerjaan kepada manusia dan setiap manusia kepada pekerjaan atau jabatannya. Selanjutnya
dinyatakan bahwa fokus utama kesehatan kerja , yaitu: 1) Pemeliharaan dan peningkatan
kesehatan pekerja dan kapasitas kerja 2) Perbaikan lingkungan kerja dan pekerjaan yang
mendukung keselamatan dan kesehatan 3) Pengembangan organisasi kerja dan budaya kerja
kearah yang mendukung kesehatan dan keselamatan di tempat kerja juga meningkatkan
suasana sosial yang positif dan operasi yang lancar serta meningkatkan produktivitas
perusahaan. Dalam Permenaker No.3 tahun 1982 disebutkan tugas pokok kesehatan kerja
antara lain: 1. Pembinaan dan pengawasan atau penyesuaian pekerjaan terhadap tenaga kerja
2. Pembinaan dan pengawasan terhadap lingkungan kerja 3. Pembinaan dan pengawasan
perlengkapan sanitasi 4. Pembinaan danpengawasan perlengkapan kesehatan kerja 5.
Memberikan nasehat mengenai perencanaan dan pembuatan tempat kerja , pemilihan alat
pelindung diri yang diperlukan dan gizi serta penyelenggaraan makanan ditempat kerja

11
6. Memberikan laporan berkala tentang pelayanan kesehatan kerja kepada pengurus 7.
Memberikan saran dan masukan kepada manajemen dan fungsi terkait terhadap
permasalahan yang berhubungan dengan aspek kesehatan kerja.
B.

Tujuan Kesehatan Kerja


1.

Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat pekerja di semua lapangan


pekerjaan ketingkat yang setinggi-tingginya, baik fisik, mental maupun kesehatan sosial. 2.

Mencegah timbulnya gangguan kesehatan masyarakat pekerja yang diakibatkan oleh


tindakan/kondisi lingkungan kerjanya. 3.

Memberikan perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaanya dari kemungkinan bahaya yang
disebabkan olek faktor-faktor yang membahayakan kesehatan. 4.

Menempatkan dan memelihara pekerja di suatu lingkungan pekerjaan yang sesuai dengan
kemampuan fisik dan psikis pekerjanya.
C.

Kapasitas Kerja, Beban Kerja, Lingkungan Kerja


Kapasitas kerja,beban kerja, dan lingkungan kerja merupakan tiga komponen utama dalam
system kesehatan kerja. Dimana hubungan interaktif dan serasi antara ketiga komponen
tersebut akan menghasilkan kesehatan kerja yang baik dan optimal. Kapasitas kerja yang
baik seperti status kesehatan kerja dan gizi

12
kerja yang baik serta kemampuan fisik yang prima diperlukan agar pekerja dapat melakukan
pekerjaannya dengan baik. Beban kerja meliputi beban kerja fisik maupun mental. Akibat
beban kerja terlalu berat atau kemampuan fisik yang terlalu lemah dapat mengakibatkan
seseorang pekerja menderita gangguan atau penyakit akibat kerja. Kondisi lingkungan kerja
yaitu keadaan lingkungan tempat kerja pada saat bekerja, misalnya panas,debu,zat kimia dan
lain-lain, dapat merupakan bebam tambahan trhadap pekerja. Beban beban tambahan tersebut
secara sendiri-sendiri atau bersama sama menjadi gangguan atau penyakit akibat kerja.
Perhatian yang baik pada kesehatan kerja dan perlindungan risiko bahaya di tempat kerja
menjadikan pekerja dapat lebih nyaman dalam bekerja. Dalam Undang-undang No. 36 tahun
2009 dinyatakan bahwa kesehatan kerja diselenggarakan agar setiap pekerja dapat bekerja
secara sehat tanpa membahayakan diri sendiri dan masyarakat sekelilingnya, agar diperoleh
produktivitas kerja yang optimal sejalan dengan program perlindungan tenaga kerja
D.

Kebijakan Upaya Kesehatan Kerja (UKK)


Di Indonesia kebanyakan yang dilakukan dalam pelayanan upaya kesehatan kerja di tempat
pelayanan kerja yaitu :

UKK dilaksanakan secara paripurna, berjenjang dan terpadu.


Pelayanan kesehatan kerja merupakan kegiatan integral dari pelayanan kesehatan pada
kesehatan tingkat primer maupun rujukan

13

Pelayanan kesehatan kerja diperkuat dengan sistem informasi, surveilans & standar
pelayanan sesuai dengan peraturan undang-undang dan IPTEK.

Peningkatan mutu pelayanan kesehatan kerja paripurna


Promosi K3 dilaksanakan secara optimal


Peningkatan koordinasi pelaksanaan UKK pada Tingkat Nasional, Propinsi, Kabupaten/Kota,


Kecamatan & Kelurahan/Desa.

Memberdayakan Puskesmas sebagai jejaring pelayanan yang efektif dibidang kesehatan kerja
pada masyarakat pekerja utamanya di sektor informal.

Pengembangan wadah partisipatif kalangan pekerja informal (Pos UKK) sebagai mitra kerja
PKM dalam rangka membudayakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
E.

Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja


Yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan menurut Permenakertrans No Per/03/Men/1982
tentang pelayanan kesehatan tenaga kerja adalah usaha kesehatan yang dilaksanakan dengan
tujuan: 1. Memberikan bantuan kepada tenaga kerja dalam penyesuaian diri baik fisik
maupun mental, terutama dalam penyesuaian pekerjaan dengan tenaga kerja 2. Melindungi
tenaga kerja terhadap setiap gangguan kesehatan yang timbul dari pekerjaan atau lingkungan
kerja

14
3. Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental (rohani) dan kemampuan fisik tenaga kerja
4. Memberikan pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi bagi tenaga kerja yang menderita
sakit Setiap tenaga kerja berhak mendapatkan pelayanan kesehatan kerja. Penyelenggaraan
pelayanan kesehatan kerja ini dapat: diselenggarakan sendiri oleh pengurus, diselenggarakan
oleh pengurus dengan mengadakan ikatan dengan dokter atau pelayanan kesehatan lain, dan
atau pengurus dari beberapa perusahaan secara bersama-sama menyelenggarakan suatu
pelayanan kesehatan kerja. Pelayanan kesehatan kerja ini bertugas dalam:

Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja, pemeriksaan berkala dan pemeriksaan khusus


Pembinaan dan pengawasan atas penyesuaian pekerjaan terhadap tenaga kerja


Pembinaan dan pengawasan terhadap lingkungan kerja


Pembinaan dan pengawasan perlengkapan sanitair


Pembinaan dan pengawasan perlengkapan untuk kesehatan tenaga kerja


Pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit umum dan penyakit akibat kerja

Pertolongan pertama pada kecelakaan


Pendidikan kesehatan untuk tenaga kerja dan latihan untuk petugas pertolongan pertama
pada kecelakaanMemberikan nasehat mengenai
perencanaan dan pembuatan tempat kerja, pemilihan alat pelindung diri yang diperlukan dan
gizi serta penyelenggaraan makanan di tempat kerja

Membantu usaha rehabilitasi akibat kecelakaan atau penyakit akibat kerja


Pembinaan dan pengawasan terhadap tenaga kerja yang mempunyai kelainan tertentu dalam
kesehatannya

Memberikan laporan berkala tentang pelayanan kesehatan kerja kepada pengurus


Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kerja ini dipimpin dan dijalankan oleh seorang dokter
yang disetujui oleh Direktur. Dokter yang menjalankan pelayanan kesehatan ini diberikan
kebebasan profesional oleh pengurus. Selain itu mereka juga bebas memasuki tempat-tempat
kerja untuk melakukan pemeriksaan- pemeriksaan dan mendapatkan keterangan-keterangan
yang diperlukan dan jika diperlukan, keterangan-keterangan tersebut wajib diberikan kepada
pegawai pengawas keselamatan dan kesehatan kerja (Per 03/Men/1982).
F.

Pemeriksaan Kesehatan
Pada lingkungan kerja, pekerja dapat melakukan pemeriksaan kesehatan. Pemeriksaan
kesehatan ini dapat dilakukan sebelum kerja yaitu pemeriksaan kesehatan yang dilakukan
oleh dokter sebelum seorang tenaga kerja diterima untuk melakukan pekerjaan. Pemeriksaan
kesehatan sebelum kerja ini terdiri dari pemeriksaan fisik lengkap, kesegaran jasmani,
rontgen paru-paru (bilamana mungkin) dan laboratorium rutin, serta pemeriksaan lain yang
dianggap perlu.

16
Setelah pekerja terpilih, mereka berhak memperoleh pemeriksaan kesehatan secara berkala
maupun secara khusus. Pemeriksaan secara berkala adalah pemeriksaan kesehatan pada
watu-waktu tertentu terhadap tenaga kerja yang dilakukan oleh seorang dokter, pemeriksaan
ini dimaksudkan untuk mempertahankan derajat kesehatan tenaga kerjasesudah berada dalam
pekerjaannya, serta menilai kemungkinan adanya pengaruh-pengaruh dari pekerjaan seawal
mungkin yang perlu dikendalikan dengan usaha-usaha pencegahan. Jika pada pemeriksaan
kesehatan secara berkala ini ditemukan kelainan-kelainan atau gangguan-gangguan
kesehatan pada tenaga kerja maka pengurus wajib mengadakan tindak lanjut untuk
memperbaiki kelainan-kelainan tersebut dan sebab-sebabnya untuk menjamin
terselenggaranya keselamatan dan kesehatan kerja. Untuk menunjang agar pemeriksaan
kesehatan berkala ini mencapai sasaran yang luas, maka pengurus dapat memanfaatkan
pelayanan kesehatan diluar perusahaan. Sedangkan yang dimaksud dengan pemeriksaan
kesehatan khusus adalah pemeriksaan kesehatan yang dilakukan oleh dokter secara khusus
terhadap tenaga kerja tertentu. Pemeriksaan kesehatan ini dimaksudkan untuk menilai adanya
pengaruh-pengaruh dari pekerjaan tertentu terhadap tenaga kerja atau golongan-golongan
tenaga kerja tertentu. Akan tetapi, pemeriksaan kesehatan khusus ini dapat dilakukan pula
terhadap:

17

Tenaga kerja yang telah mengalami kecelakaan atau penyakit yang memerlukan perawatan
lebih dari 2 (dua minggu)

Tenaga kerja yang berusia diatas 40 (empat puluh) tahun atau tenaga kerja wanita dan tenaga
kerja cacat, serta tenaga kerja muda yang melakukan pekerjaan tertentu.

Tenaga kerja yang terdapat dugaan-dugaan tertentu mengenai gangguan-gangguan


kesehatannya perlu dilakukan pemeriksaan khusus sesuai dengan kebutuhan. Pemeriksaan
kesehatan khusus dapat juga diadakan bila terdapat keluhan-keluhan diantara tenaga kerja,
atau atas pengamat pegawai pengawas keselamatan dan kesehatan kerja, atau atas penilaian
Pusat Bina Hyperkes dan keselamatan dan balai-balainya atau atas pendapat umum di
masyarakat. Dokter yang melakukan pemeriksaan-pemeriksaan kesehatan ini adalah dokter
yang ditunjuk oleh pengusaha dan telah memenuhi syarat sesuai dengan Peraturan Menteri
Tenaga Kerja Transmigrasi dan Koperasi Nomor Per 10/Men/1976 dan syarat-syarat lain
yang dibenarkan oleh Direktur Jenderal pembinaan Hubungan Perburuhan dan Perlindungan
Tenaga Kerja (Per 02/Men/1980).
G.

Penyakit Akibat Kerja


Menurut Per 01/Men/1981 yang dimaksud Penyakit akibat kerja adalah setiap penyakit yang
disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja. Penyakit akibat kerja dapat ditemukan atau
didiagnosis sewaktu dilaksanakan pemeriksaan kesehatan kerja. Diagnosis penyakit akibat
kerja ditegakkan melalui serangkaian

18
pemeriksaan klinis dan pemeriksaan kondisi pekerja serta lingkungannya untuk
membuktikan adanya hubungan sebab akibat antara penyakit dan pekerjaannya. Setelah
ditegakkan diagnosis penyakit akibat kerja oleh dokter pemeriksa maka dokter wajib
membuat laporan medik yang bersifat rahasia (Kep 333/Men/1989). Agar penyakit akibat
kerja tidak terulang kembali diderita oleh tenaga kerja yang berada dibawah pimpinannya,
maka pengurus wajib dengan segara melakukan tindakan-tindakan preventif. Dalam hal ini
pengurus wajib menyediakan secara cuma-cuma semua alat perlindungan diri yang
diwajibkan penggunaanya oleh tenaga kerja yang berada dibawah pimpinannya (Per
01/Men/1981)
H.

Strategi Upaya Kesehatan Kerja


1.
Pembinaan Program 2.

Pembinaan Institusi 3.

Peningkatan Profesionalisme. 1)

Pembinaan Program

Perluasan jangkauan pelayanan ke seluruh lapisan masyarakat pekerja formal & informal
melalui sistem yankes yang sudah berjalan & potensi pranata sosial yang sudah ada.

Peningkatan mutu pelayanan dengan standardisasi, akreditasi & SIM (Sistem Informasi
Manajemen)

Promosi K3 dilaksanakan dengan pendekatan Advokasi, Bina Suasana, dan Pemberdayaan &
Pembudayaan K3 dikalangan dunia usaha & keluarganya serta masyarakat sekelilingnya

19

Pengembangan program Upaya Kesehatan Kerja melalui Kabupaten/Kota Sehat 2)

Pembinaan Institusi

Pengembangan jaringan yankesja yg meliputi Pos UKK, Klinik Perusahaan, Puskesmas,


BKKM (Balai Kesehatan Kerja Masyarakat) & Rumah Sakit

Pengembangan jaringan kerjasama & penunjang yankesja, baik lintas program maupun lintas
sektor

Pelembagaan K3 di tempat kerja yang merupakan wahana utama penerapan program K3


Memperjelas peran manajemen & serikat pekerja dalam program K3. 3) Peningkatan
Profesionalisme

Penambahan tenaga ahli K3 di tingkat Pusat, Propinsi dan Kabupaten/Kota.


Peningkatan Kemampuan & Keterampilan K3 petugas kesehatan melalui Diklat.


Pengembangan profesionalisme K3 bekerjasama dengan ikatan profesi terkait.


I.

Pelayanan Kesehatan Kerja


Pelayanan kesehatan kerja adalah pelayanan kesehatan yang diselenggarakan di tempat kerja
dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran,

20
kemauan, dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap tenaga kerja yang berdampak
positif bagi peningkatan produktifitas kerja. Syarat pengadaan pelayanan kesehatan kerja,
didasarkan pada :

UU NO.36 tahun 2009 tentang Kesehatan


Kepmenkes No. 920 tahun 1986 tentang upaya pelayanan swasta di bidang medik.

Permenakertrans RI No.03/MEN/1982 tentang Pelayanan Kesehatan kerja dimana Pelayanan


Kesehatan kerjadiadakan tergantung pada jumlah tenaga kerja & tingkat bahayanya
J.

Ruang Lingkup Kegiatan Pelayanan Kesehatan Kerja


Pemeriksaan dan seleksi calon pekerja & pekerja


Pemeliharaan kesehatan (promotif, preventif, kuratif & rehabilitatif)


Peningkatan mutu & kondisi tempat kerja


Penyerasian kapasitas kerja, beban kerja & lingkungan kerja


Pembentukan & pembinaan partisipasi masyarakat pekerja dalam pelayanan kesehatan kerja
K.

Jenis Program Pelayanan Kesehatan Kerja


Program Pelayanan kesehatan kerja lebih ditekankan pada pelayanan:

Promotif

Preventif

Kuratif

21

Rehabilitatif dan

Pelayanan Rujukan 1. Pelayanan Kesehatan Kerja Promotif, meliputi : · Pendidikan dan
penyuluhan tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) · Pemeliharaan berat badan yang
ideal · Perbaikan gizi, menu seimbang & pemilihan makanan yang sehat & aman, Higiene
Kantin. · Pemeliharaan lingkungan kerja yang sehat (Hygiene & sanitasi) · Kegiatan fisik :
Olah raga, kebugaran · Konseling berhenti merokok /napza · Koordinasi Lintas Sektor ·
Advokasi 2. Pelayanan Kesehata Kerja Preventif, meliputi : · Pemeriksaan kesehatan (awal,
berkala, khusus) · Imunisasi · Identifikasi & pengukuran potensi risiko · Pengendalian
bahaya (Fisik, Kimia, Biologi, Psikologi, Ergonomi)
Surveilans Penyakit Akibat Kerja (PAK), Penyakit Akibat Hubungan Kerja (PAHK),
Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) & penyakit lainnya. · Monitoring Lingkungan Kerja . 3.
Pelayanan Kesehatan Kerja Kuratif, meliputi : · Pertolongan pertama pada kasus emergency.
· Pemeriksaan fisik dan penunjang · Melakukan rujukan · Pelayanan diberikan pada pekerja
yang sudah mengalami gangguan kesehatan. · Pelayanan diberikan meliputi pengobatan
terhadap penyakit umum maupun penyakit akibat kerja. · Terapi Penyakit Akibat Kerja
(PAK) dengan terapi kasual/utama & terapi simtomatis 4. Pelayanan Kesehatan Kerja
Rehabilitatif, meliputi : · Rehabilitasi medik · Latihan dan pendidikan pekerja untuk dapat
menggunakan kemampuannya yang masih ada secara maksimal. · Penempatan kembali
pekerja yang cacat secara selektif sesuai kemampuannya.

23
5. Pelayanan Kesehatan Kerja Rujukan yaitu Rujukan pasien /penderita ke sarana kesehatan
yang lebih tinggi. · RUJUKAN MEDIK

> pengobatan & rehabilitasi

> Pos UKK

> Puskesmas

> BKKM

> RSU/RS.Khusus · RUJUKAN KESEHATAN : 1. Sampel Lingkungan

> Balai Teknik Kesehatan Lingkungan/Balai Kesehatan dan Keselamatan Kerja 2. Sampel
Laboratorium

> Balai Latihan Kerja 3. Kasus Pencemaran

> Kabupaten/Kota

Anda mungkin juga menyukai