Rumus :
FR Lalu
2.6.4 Alat- Alat Yang Di gunakan Untuk Megevaluasi Masalah Tentang
Kecelakaan Kerja
Evaluasi teerhadap kecelakaan diperusahaan harus mampu mejawab apa yang
menjadi agar penyebab dari kecelakaan tersebut.Berkaitan dengan ini,kita dapat
menggunakan alat-alat yang sederhana yang telah popular.
1. Diagram pareto
Diagram pareto adalah grafik batang yang menunjukkan masalah berdasarkan urutan
banyaknya kejadian.masalah yang paling banyak terjadi ditunjukkan oleh gfrafik batang
pertama yang paling tinggi serta ditempatkan pada Sisi paling kiri dan seterusnya sampai
masalah paling sedikit terjadi ditunjukkan oleh grafik batang terkhir yang rendah serta
ditempatkan disisi paling kanan pada dasarnya diagram pareto dapat digunakan sebagai alat
interprestasi untuk
• Menentukan frequency relative dan urutan pengting nya urutan-urutan masalah
atau penyebab-penyebab dari masalah yng ada.
• Memfokuskan perhatuian pada isu-isu kritis dan pentingnya melalui pembuatan
rangking terhadap masalah-masalah atau penyebab dari masalahitu dalam bentuk
signifikan.
Pada dasarnya diagram pareto terdiri dari dua jenis yaitu:
1. Diagram pareto mengenai fenomena,diagram ini berkaitan dengan hasilhasil yang
tidak diinginkan dan digunakan untuk mengetahui apa masalah yang ada.
2. Diagram pareto mengenal penyebab, Diagram ini berkaitan dengan penyebab dalam
proses dan dipergunakan dalam proses untuk mengetahui apa penyevbab utama dari
masalah yang ada.
2. Diagram Sebab Akibat
1. Diagram sebab akibat adalah suatu diagram yang menunjukkan antara sebab dan
akibat.Diagram sebab-akibat dipergunakan untuk menunjukkan factorfaktor
penyebab (sebab) kecelakaan dan karakterristik dari kecelakaan (akibat) yang
disebabkan oleh factor-faktor penyebab itu.Diagaram sebab akibat ini sering juga
disebut sebagai diagram tulang ikan (fishbone diagram),karena bentuknya seperti
kerangka ikan.Pada dasarnya diagram sebab akibat dapat dipergunakan untuk
kebutuhan-kebutuhan berikut:
• Membantu identifikasi akar penyebab dari suatu masalah K3, Membantu
membangkitkan ide-ide untuk solusi suatu masalah K3.
• Membantu dalam penyelidikan atau pencarian fakta lebih lanjutberkaitan
dengan masalah K3 itu sendiri.
2. Berdasarkan data yang di dapatkan pada bagian divisi listrik merupakan bagian yang
paling banyak mengalami kecelakaan. Jenis kecelakaan yang banyak terjadi adalah
tergores isulock plat. Penyebab terjadi kecelakaan disebab kan oleh beberapa faktor
yaitu.
Manusia peyebab utama terjadi nya kecelakaan kerja disebabkan oleh faktor manusia.
Kecelakaan yang di sebabkan manusia antara lain :
• Tidak menggunakan alat pelindung diri berupa sarung tangan. Sarung tangan ini
sangat penting sekali digunakan oleh pekerja pada divisi listrik guna melindungi
tangan berbagai macam jenis pekerjaan yang di lakukan untuk menghindari goresan
pada saat melakukan proses produksi.
• Kelelahan di akibat kan karena kurangnya istirahat. Hal ini akan mcyebabkan pekerja
akan kurang teliti dalam melakukan suatu pekerjaan. Dengan istirahat yang cukup,
akan memberikan kondisi fisik pekerja menjadi fit dan lebih baik lagi sehingga
menghasilkan produk yang baik dan mcmperkecil terjadinya kecelakaan pada pekerja
itu sendiri.
• Kelalaian pekerja akan meneybabkan terjadinya kecelakaan seperti halnya tidak
mengindahkan peringatan-peringatan tanda bahaya yang dibuat oleh perusahaan. I-Ial
ini memang sepele tetapi pekerja tetap melakukan hal tersebut schingga kecelakaan
kerja tetap akan terjadi.
Bentuk umum diagram sebab akibat di tunjukkkan dalam gambar di bawah ini :
Penelitian terdahulu ini memberikan gambaran tentang penelitian – penelitian yang berkaitan
dengan K3 serta dapat dijadikan pandangan tentang penelitian berikutnya.
1. Pengaruh Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) terhadap kinerja karyawan studi
kasus PT Guna Mekar Industri, Semarang
Oleh Adyasti Andika Sari, Tahun 2016
Terdapat masalah yang berkaitan dengan kinerja karyawan yaitu mengenai target
yang tidak tercapai, banykanya produk cacat, serta ketidak disiplinan karyawan PT.
Guna Mekar Industri, Selain itu, Bertujuan untuk mengetahui hubungan antara
keselamatan dan kesehatan kerja terhadap kinerja, serta mengetahui seberapa besar
pengaruhnya subjek dalam penelitian ini berjumlah 60 orang (N = 60) karyawan di
PT Guna Mekar Industri, Alat ukur yang kinerja karyawan (@=0,908). Metode yang
digunkan adalah metode kuantitatif korelasiaonal, data dianalisis dengan analisis
regresi sederhana dengan menggunakan bantuan perangkat lunak SPSS 17.00 untuk
Windows, hasil menunjukan bahwa hipotesis diterima terdapat hubungan antara
keselamatan dan kesehatan kerja dengan kinerja (p<0,05). Keselamatan dan
kesehatan kerja memiliki pengaruh sebesar 42,4% terhadap kinerja karyawan.
Kesehatan kerja (Occupational health) merupakan bagian dari kesehatan masyarakat yang
berkaitan dengan semua pekerjaan yang berhubungan dengan faktor potensial yang
mempengaruhi kesehatan pekerja (dalam hal ini Dosen, Mahasiswa dan Karyawan). Bahaya
pekerjaan (akibat kerja), Seperti halnya masalah kesehatan lingkungan lain, bersifat akut atau
khronis (sementara atau berkelanjutan) dan efeknya mungkin segera terjadi atau perlu waktu
lama. Efek terhadap kesehatan dapat secara langsung maupun tidak langsung. Kesehatan
masyarakat kerja perlu diperhatikan, oleh karena selain dapat menimbulkan gangguan tingkat
produktifitas, kesehatan masyarakat kerja tersebut dapat timbul akibat pekerjaanya. Sasaran
kesehatan kerja khususnya adalah para pekerja dan peralatan kerja di lingkungan PSTKG.
Melalui usaha kesehatan pencegahan di lingkungan kerja masing-masing dapat dicegah
adanya penyakit akibat dampak pencemaran lingkungan maupun akibat aktivitas dan produk
PSTKG terhadap masyarakat konsumen baik di lingkungan PSTKG maupun masyarakat
luas. Kesehatan kerja mempengaruhi manusia dalam hubunganya dengan pekerjaan dan
lingkungan kerjanya, baik secara fisik maupun psikis yang meliputi, antara lain: metode
bekerja, kondisi kerja dan lingkungan kerja yang
6
mungkin dapat menyebabkan kecelakaan, penyakit ataupun perubahan dari kesehatan
seseorang. Pada hakekatnya ilmu kesehatan kerja mempelajari dinamika, akibat dan
problematika yang ditimbulkan akibat hubungan interaktif. Tiga komponen utama yang
mempengaruhi seseorang bila bekerja yaitu: 1. Kapasitas kerja: Status kesehatan kerja, gizi
kerja, dan lain-lain. 2. Beban kerja: fisik maupun mental. 3. Beban tambahan yang berasal
dari lingkungan kerja antara lain:bising, panas, debu, parasit, dan lain-lain. Bila ketiga
komponen tersebut serasi maka bisa dicapai suatu kesehatan kerja yang optimal. Sebaliknya
bila terdapat ketidakserasian dapat menimbulkan masalah kesehatan kerja berupa penyakit
ataupun kecelakaan akibat kerja yang pada akhirnya akan menurunkan produktifitas kerja.
Keselamatan dan kesehatan kerja difilosofikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga kerja pada
khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat
makmur dan sejahtera. Sedangkan pengertian secara keilmuan adalah suatu ilmu
pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan
dan penyakit akibat kerja. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) tidak dapat dipisahkan
dengan proses produksi baik jasa maupun industri. Perkembangan pembangunan setelah
Indonesia merdeka menimbulkan konsekwensi
7
meningkatkan intensitas kerja yang mengakibatkan pula meningkatnya resiko kecelakaan di
lingkungan kerja. Hal tersebut juga mengakibatkan meningkatnya tuntutan yang lebih tinggi
dalam mencegah terjadinya kecelakaan yang beraneka ragam bentuk maupun jenis
kecelakaannya. Sejalan dengan itu, perkembangan pembangunan yang dilaksanakan tersebut
maka disusunlah UU No.14 tahun 1969 tentang pokok- pokok mengenai tenaga kerja yang
selanjutnya mengalami perubahan menjadi UU No.12 tahun 2003 tentang ketenaga kerjaan.
Dalam pasal 86 UU No.13 tahun 2003, dinyatakan bahwa setiap pekerja atau buruh
mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja,
moral dan kesusilaan dan perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat serta nilai-nilai
agama. Untuk mengantisipasi permasalahan tersebut, maka dikeluarkanlah peraturan
perundangan-undangan di bidang keselamatan dan kesehatan kerja sebagai pengganti
peraturan sebelumnya yaitu Veiligheids Reglement, STBl No.406 tahun 1910 yang dinilai
sudah tidak memadai menghadapi kemajuan dan perkembangan yang ada. Peraturan tersebut
adalah Undang-undang No.1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja yang ruang lingkupnya
meliputi segala lingkungan kerja, baik di darat, didalam tanah, permukaan air, di dalam air
maupun udara, yang berada di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia
8
Undang-undang tersebut juga mengatur syarat-syarat keselamatan kerja dimulai dari
perencanaan, pembuatan, pengangkutan, peredaran, perdagangan, pemasangan, pemakaian,
penggunaan, pemeliharaan dan penyimpanan bahan, barang produk tekhnis dan aparat
produksi yang mengandung dan dapat menimbulkan bahaya kecelakaan. Walaupun sudah
banyak peraturan yang diterbitkan, namun pada pelaksaannya masih banyak kekurangan dan
kelemahannya karena terbatasnya personil pengawasan, sumber daya manusia K3 serta
sarana yang ada. Oleh karena itu, masih diperlukan upaya untuk memberdayakan lembaga-
lembaga K3 yang ada di masyarakat, meningkatkan sosialisasi dan kerjasama dengan mitra
sosial guna membantu pelaksanaan pengawasan norma K3 agar terjalan dengan baik.
Menurut Interntional Labour Organization (ILO) dan World Health Organization (WHO),
Kesehatan kerja merupakan promosi dan pemeliharaan kesejahteraan fisik, mental, dan sosial
pekerja pada jabatan apapun dengan sebaik- baiknya (Harrington & Gill, 2005). Upaya
kesehatan kerja ini ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari
gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan. Upaya
kesehatan kerja dilakukan pada pekerja baik di sektor formal maupun informal. Dalam
penyeleksian pemilihan calon pegawai pada suatu perusahaan / instansi, diperlukan adanya
pemeriksaan kesehatan baik secara fisik maupun
9
mental yang nantinya hasil pemeriksaan kesehatan ini digunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Dalam hal penyelenggaraan upaya kesehatan
kerja ini pengelola tempat kerja wajib melakukan segala bentuk upaya kesehatan melalui
upaya pencegahan, peningkatan, pengobatan dan pemulihan bagi tenaga kerja. Pengusaha
wajib menjamin kesehatan pekerja serta wajib menanggung seluruh biaya pemeliharaan
kesehatan pekerja. Tidak pengelola atau pengusaha saja yang berperan dalam
penyelenggaraan kesehatan kerja ini namun juga pekerjanya. Pekerja wajib menciptakan dan
menjagaa kesehatan tempat kerja yang sehat dan menaati peraturan yang berlaku di tempat
kerja. (UU No 36 Tahun 2009). Menurut International Labor Organization ( ILO) salah satu
upaya dalam menanggulangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja di tempat kerja adalah
dengan penerapan peraturan perundangan antara lain melalui : a.
Penerapan semua ketentuan dan persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja sesuai dengan
peraturan perundangan yang berlaku sejak tahap c.
10
gangguankesehatan pekerja yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan; perlindungan bagi
pekerja dalam pekerjaannya dari risiko akibat faktor yang merugikan kesehatan dan
penempatan serta pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja yang disesuaikan
dengan kondisi fisiologi dan psikologisnya. Secara ringkas merupakan penyesuaian
pekerjaan kepada manusia dan setiap manusia kepada pekerjaan atau jabatannya. Selanjutnya
dinyatakan bahwa fokus utama kesehatan kerja , yaitu: 1) Pemeliharaan dan peningkatan
kesehatan pekerja dan kapasitas kerja 2) Perbaikan lingkungan kerja dan pekerjaan yang
mendukung keselamatan dan kesehatan 3) Pengembangan organisasi kerja dan budaya kerja
kearah yang mendukung kesehatan dan keselamatan di tempat kerja juga meningkatkan
suasana sosial yang positif dan operasi yang lancar serta meningkatkan produktivitas
perusahaan. Dalam Permenaker No.3 tahun 1982 disebutkan tugas pokok kesehatan kerja
antara lain: 1. Pembinaan dan pengawasan atau penyesuaian pekerjaan terhadap tenaga kerja
2. Pembinaan dan pengawasan terhadap lingkungan kerja 3. Pembinaan dan pengawasan
perlengkapan sanitasi 4. Pembinaan danpengawasan perlengkapan kesehatan kerja 5.
Memberikan nasehat mengenai perencanaan dan pembuatan tempat kerja , pemilihan alat
pelindung diri yang diperlukan dan gizi serta penyelenggaraan makanan ditempat kerja
11
6. Memberikan laporan berkala tentang pelayanan kesehatan kerja kepada pengurus 7.
Memberikan saran dan masukan kepada manajemen dan fungsi terkait terhadap
permasalahan yang berhubungan dengan aspek kesehatan kerja.
B.
Memberikan perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaanya dari kemungkinan bahaya yang
disebabkan olek faktor-faktor yang membahayakan kesehatan. 4.
Menempatkan dan memelihara pekerja di suatu lingkungan pekerjaan yang sesuai dengan
kemampuan fisik dan psikis pekerjanya.
C.
12
kerja yang baik serta kemampuan fisik yang prima diperlukan agar pekerja dapat melakukan
pekerjaannya dengan baik. Beban kerja meliputi beban kerja fisik maupun mental. Akibat
beban kerja terlalu berat atau kemampuan fisik yang terlalu lemah dapat mengakibatkan
seseorang pekerja menderita gangguan atau penyakit akibat kerja. Kondisi lingkungan kerja
yaitu keadaan lingkungan tempat kerja pada saat bekerja, misalnya panas,debu,zat kimia dan
lain-lain, dapat merupakan bebam tambahan trhadap pekerja. Beban beban tambahan tersebut
secara sendiri-sendiri atau bersama sama menjadi gangguan atau penyakit akibat kerja.
Perhatian yang baik pada kesehatan kerja dan perlindungan risiko bahaya di tempat kerja
menjadikan pekerja dapat lebih nyaman dalam bekerja. Dalam Undang-undang No. 36 tahun
2009 dinyatakan bahwa kesehatan kerja diselenggarakan agar setiap pekerja dapat bekerja
secara sehat tanpa membahayakan diri sendiri dan masyarakat sekelilingnya, agar diperoleh
produktivitas kerja yang optimal sejalan dengan program perlindungan tenaga kerja
D.
Pelayanan kesehatan kerja merupakan kegiatan integral dari pelayanan kesehatan pada
kesehatan tingkat primer maupun rujukan
13
Pelayanan kesehatan kerja diperkuat dengan sistem informasi, surveilans & standar
pelayanan sesuai dengan peraturan undang-undang dan IPTEK.
Memberdayakan Puskesmas sebagai jejaring pelayanan yang efektif dibidang kesehatan kerja
pada masyarakat pekerja utamanya di sektor informal.
Pengembangan wadah partisipatif kalangan pekerja informal (Pos UKK) sebagai mitra kerja
PKM dalam rangka membudayakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
E.
14
3. Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental (rohani) dan kemampuan fisik tenaga kerja
4. Memberikan pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi bagi tenaga kerja yang menderita
sakit Setiap tenaga kerja berhak mendapatkan pelayanan kesehatan kerja. Penyelenggaraan
pelayanan kesehatan kerja ini dapat: diselenggarakan sendiri oleh pengurus, diselenggarakan
oleh pengurus dengan mengadakan ikatan dengan dokter atau pelayanan kesehatan lain, dan
atau pengurus dari beberapa perusahaan secara bersama-sama menyelenggarakan suatu
pelayanan kesehatan kerja. Pelayanan kesehatan kerja ini bertugas dalam:
Pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit umum dan penyakit akibat kerja
Pendidikan kesehatan untuk tenaga kerja dan latihan untuk petugas pertolongan pertama
pada kecelakaanMemberikan nasehat mengenai
perencanaan dan pembuatan tempat kerja, pemilihan alat pelindung diri yang diperlukan dan
gizi serta penyelenggaraan makanan di tempat kerja
Pembinaan dan pengawasan terhadap tenaga kerja yang mempunyai kelainan tertentu dalam
kesehatannya
Pemeriksaan Kesehatan
Pada lingkungan kerja, pekerja dapat melakukan pemeriksaan kesehatan. Pemeriksaan
kesehatan ini dapat dilakukan sebelum kerja yaitu pemeriksaan kesehatan yang dilakukan
oleh dokter sebelum seorang tenaga kerja diterima untuk melakukan pekerjaan. Pemeriksaan
kesehatan sebelum kerja ini terdiri dari pemeriksaan fisik lengkap, kesegaran jasmani,
rontgen paru-paru (bilamana mungkin) dan laboratorium rutin, serta pemeriksaan lain yang
dianggap perlu.
16
Setelah pekerja terpilih, mereka berhak memperoleh pemeriksaan kesehatan secara berkala
maupun secara khusus. Pemeriksaan secara berkala adalah pemeriksaan kesehatan pada
watu-waktu tertentu terhadap tenaga kerja yang dilakukan oleh seorang dokter, pemeriksaan
ini dimaksudkan untuk mempertahankan derajat kesehatan tenaga kerjasesudah berada dalam
pekerjaannya, serta menilai kemungkinan adanya pengaruh-pengaruh dari pekerjaan seawal
mungkin yang perlu dikendalikan dengan usaha-usaha pencegahan. Jika pada pemeriksaan
kesehatan secara berkala ini ditemukan kelainan-kelainan atau gangguan-gangguan
kesehatan pada tenaga kerja maka pengurus wajib mengadakan tindak lanjut untuk
memperbaiki kelainan-kelainan tersebut dan sebab-sebabnya untuk menjamin
terselenggaranya keselamatan dan kesehatan kerja. Untuk menunjang agar pemeriksaan
kesehatan berkala ini mencapai sasaran yang luas, maka pengurus dapat memanfaatkan
pelayanan kesehatan diluar perusahaan. Sedangkan yang dimaksud dengan pemeriksaan
kesehatan khusus adalah pemeriksaan kesehatan yang dilakukan oleh dokter secara khusus
terhadap tenaga kerja tertentu. Pemeriksaan kesehatan ini dimaksudkan untuk menilai adanya
pengaruh-pengaruh dari pekerjaan tertentu terhadap tenaga kerja atau golongan-golongan
tenaga kerja tertentu. Akan tetapi, pemeriksaan kesehatan khusus ini dapat dilakukan pula
terhadap:
17
Tenaga kerja yang telah mengalami kecelakaan atau penyakit yang memerlukan perawatan
lebih dari 2 (dua minggu)
Tenaga kerja yang berusia diatas 40 (empat puluh) tahun atau tenaga kerja wanita dan tenaga
kerja cacat, serta tenaga kerja muda yang melakukan pekerjaan tertentu.
18
pemeriksaan klinis dan pemeriksaan kondisi pekerja serta lingkungannya untuk
membuktikan adanya hubungan sebab akibat antara penyakit dan pekerjaannya. Setelah
ditegakkan diagnosis penyakit akibat kerja oleh dokter pemeriksa maka dokter wajib
membuat laporan medik yang bersifat rahasia (Kep 333/Men/1989). Agar penyakit akibat
kerja tidak terulang kembali diderita oleh tenaga kerja yang berada dibawah pimpinannya,
maka pengurus wajib dengan segara melakukan tindakan-tindakan preventif. Dalam hal ini
pengurus wajib menyediakan secara cuma-cuma semua alat perlindungan diri yang
diwajibkan penggunaanya oleh tenaga kerja yang berada dibawah pimpinannya (Per
01/Men/1981)
H.
Pembinaan Institusi 3.
Peningkatan Profesionalisme. 1)
Pembinaan Program
Perluasan jangkauan pelayanan ke seluruh lapisan masyarakat pekerja formal & informal
melalui sistem yankes yang sudah berjalan & potensi pranata sosial yang sudah ada.
Peningkatan mutu pelayanan dengan standardisasi, akreditasi & SIM (Sistem Informasi
Manajemen)
Promosi K3 dilaksanakan dengan pendekatan Advokasi, Bina Suasana, dan Pemberdayaan &
Pembudayaan K3 dikalangan dunia usaha & keluarganya serta masyarakat sekelilingnya
19
Pembinaan Institusi
Pengembangan jaringan kerjasama & penunjang yankesja, baik lintas program maupun lintas
sektor
Memperjelas peran manajemen & serikat pekerja dalam program K3. 3) Peningkatan
Profesionalisme
20
kemauan, dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap tenaga kerja yang berdampak
positif bagi peningkatan produktifitas kerja. Syarat pengadaan pelayanan kesehatan kerja,
didasarkan pada :
Kepmenkes No. 920 tahun 1986 tentang upaya pelayanan swasta di bidang medik.
Pembentukan & pembinaan partisipasi masyarakat pekerja dalam pelayanan kesehatan kerja
K.
Promotif
Preventif
Kuratif
21
Rehabilitatif dan
Pelayanan Rujukan 1. Pelayanan Kesehatan Kerja Promotif, meliputi : · Pendidikan dan
penyuluhan tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) · Pemeliharaan berat badan yang
ideal · Perbaikan gizi, menu seimbang & pemilihan makanan yang sehat & aman, Higiene
Kantin. · Pemeliharaan lingkungan kerja yang sehat (Hygiene & sanitasi) · Kegiatan fisik :
Olah raga, kebugaran · Konseling berhenti merokok /napza · Koordinasi Lintas Sektor ·
Advokasi 2. Pelayanan Kesehata Kerja Preventif, meliputi : · Pemeriksaan kesehatan (awal,
berkala, khusus) · Imunisasi · Identifikasi & pengukuran potensi risiko · Pengendalian
bahaya (Fisik, Kimia, Biologi, Psikologi, Ergonomi)
Surveilans Penyakit Akibat Kerja (PAK), Penyakit Akibat Hubungan Kerja (PAHK),
Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) & penyakit lainnya. · Monitoring Lingkungan Kerja . 3.
Pelayanan Kesehatan Kerja Kuratif, meliputi : · Pertolongan pertama pada kasus emergency.
· Pemeriksaan fisik dan penunjang · Melakukan rujukan · Pelayanan diberikan pada pekerja
yang sudah mengalami gangguan kesehatan. · Pelayanan diberikan meliputi pengobatan
terhadap penyakit umum maupun penyakit akibat kerja. · Terapi Penyakit Akibat Kerja
(PAK) dengan terapi kasual/utama & terapi simtomatis 4. Pelayanan Kesehatan Kerja
Rehabilitatif, meliputi : · Rehabilitasi medik · Latihan dan pendidikan pekerja untuk dapat
menggunakan kemampuannya yang masih ada secara maksimal. · Penempatan kembali
pekerja yang cacat secara selektif sesuai kemampuannya.
23
5. Pelayanan Kesehatan Kerja Rujukan yaitu Rujukan pasien /penderita ke sarana kesehatan
yang lebih tinggi. · RUJUKAN MEDIK
–
> pengobatan & rehabilitasi
–
> Pos UKK
–
> Puskesmas
–
> BKKM
–
> RSU/RS.Khusus · RUJUKAN KESEHATAN : 1. Sampel Lingkungan
–
> Balai Teknik Kesehatan Lingkungan/Balai Kesehatan dan Keselamatan Kerja 2. Sampel
Laboratorium
–
> Balai Latihan Kerja 3. Kasus Pencemaran
–
> Kabupaten/Kota