TINJAUAN PUSTAKA
Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan yang ada hubungannya dengan kerja,
dimana kecelakaan terjadi karena pekerjaan atau pada waktu melaksanakan
pekerjaan. Ruang lingkup kecelakaan kerja diperluas hingga mencakup kecelakaan-
kecelakaan tenaga kerja yang terjadi pada saat perjalanan atau transport ke dan dari
tempat kerja. Dengan kata lain kecelakaan lalu lintas yang menimpa tenaga kerja
dalam perjalanan ke dan dari tempat kerja atau dalam rangka menjalankan
pekerjaannya juga termasuk kecelakaan kerja.
c) Teori Gordon
Menurut Gordon (1949), kecelakaan merupakan akibat dari interaksi antara
korban kecelakaan, perantara terjadinya kecelakaan, dan lingkungan yang
kompleks, yang tidak dapat dijelaskan hanya dengan mempertimbangkan salah
satu dari tiga faktor yang terlibat. Oleh karena itu, untuk lebih memahami
mengenai penyebab-penyebab terjadinya kecelakaan, maka karakteristik dari
korban kecelakaan, perantara terjadinya kecelakaan, dan lingkungan yang
mendukung harus dapat diketahui secara detail.
e) Teori Reason
Reason (1997) menggambarkan kecelakaan kerja terjadi akibat terdapat
“lubang” dalam sistem pertahanan. Sistem pertahanan ini dapat berupa
pelatihan-pelatihan, prosedur atau peraturan mengenai keselamatan kerja.
f) Teori Frank E. Bird Petersen
Bird melakukan penelusuran terhadap sumber yang mengakibatkan kecelakaan.
Bird mengadakan modifikasi teori domino Heinrich dengan menggunakan
teori manajemen, yang intinya adalah manajemen kurang kontrol, gejala
penyebab langsung (praktek di bawah standar), kontak peristiwa (kondisi di
bawah standar) dan kerugian gangguan (tubuh maupun harta benda).
Kecelakaan akibat kerja terjadi tanpa disangka-sangka dalam waktu sekejap mata.
Bennett (1991) mengemukakan bahwa di dalam setiap kejadian kecelakaan kerja,
terdapat empat faktor bergerak dalam satu kesatuan berantai, yakni a) faktor
lingkungan, b) faktor bahaya, c) faktor peralatan dan perlengkapan, dan d) faktor
manusia. Cara penggolongan sebab-sebab kecelakaan di berbagai negara tidak
sama. Namun ada kesamaan umum, yaitu kecelakaan disebabkan oleh dua
golongan penyebab, antara lain.
a. Penyebab langsung
(1) Perbuatan yang tidak aman (unsafe actions), didefinisikan sebagai segala
tindakan manusia yang dapat memungkinkan tejadinya kecelakaan pada diri
sendiri maupun orang lain. Contoh dari perbuatan yang tidak aman seperti:
- Tidak menggunakan alat yang telah disediakan.
- Salah menggunakan alat yang telah disediakan.
- Menggunakan alat yang sudah rusak.
- Metode kerja yang salah.
- Tidak mengikuti prosedur keselamatan kerja.
(2) Kondisi yang tidak aman (unsafe condition), didefinisikan sebagai suatu
kondisi lingkungan kerja yang dapat memungkinkan terjadinya kecelakaan.
Contoh kondisi yang tidak aman:
- Kondisi fisik, mekanik, peralatan.
- Kondisi permukaan tempat berjalan dan bekerja.
- Kondisi penerangan, ventilasi, suara dan getaran.
- Kondisi penataan lokasi yang salah.
b. Penyebab tidak langsung
(1) Fungsi manajemen proyek.
(2) Kondisi pekerja
Jenis Kelamin
Tingkat kecelakaan akibat kerja pada perempuan akan lebih tinggi daripada
pada laki-laki. Perbedaan kekuatan fisik antara perempuan dengan kekuatan
fisik laki-laki adalah 65%. Secara umum, kapasitas kerja perempuan rata-
rata sekitar 30% lebih rendah dari laki-laki. Tugas yang berkaitan dengan
gerak berpindah, laki-laki mempunyai waktu reaksi lebih cepat daripada
perempuan.
Koordinasi Otot
Koordinasi otot berpengaruh terhadap keselamatan pekerja. Diperkirakan
kekakuan dan reaksi yang lambat berperan dalam terjadinya kecelakaan
kerja.
Kecenderungan Celaka
Konsep popular dalam penyebab kecelakaan adalah “accident prone theory”.
Teori ini didasarkan pada pengamatan bahwa ada pekerja yang lebih besar
mengalami kecelakaan dibandingkan pekerja lainnya. Hal ini disebabkan
karena ciri-ciri yanga ada dalam pribadi yang bersangkutan.
Pengalaman Kerja
Semakin banyak pengalaman kerja dari seseorang, maka semakin kecil
kemungkinan terjadinya kecelakaan akibat kerja. Pengalaman untuk
kewaspadaan terhadap kecelakaan kerja bertambah baik sesuai dengan usia,
maka kerja atau lamanya bekerrja di tempat yang bersangkutan.
Tingkat Pendidikan
Pendidikan formal dan pendidikan non-formal akan mempengaruhi
peningkatan pengetahuan pekerja dalam menerima informasi dan perubahan,
baik secara langsung maupun tidak langsung. Tuntutan pekerjaan atau job
requirements pada seorang pekerja adalah.
1. Pengetahuan (pengetahuan dasar dan spesifik tentang pekerjaan)
2. Fungsional (keterampilan dasar dan spesifik dalam mengerjakan suatu
pekerjaan)
3. Afektif (kemampuan dasar dan spesifikasi dalam suatu pekerjaan)
Kelelahan
Kelelahan dapat menimbulkan kecelakaan kerja pada suatu industri.
Kelelahan merupakan suatu keadaan dimana seseorang tidak sanggup lagi
untuk melakukan aktivitasnya. Kelelahan ini ditandai dengan adanya
penurunan fungsi-fungsi kesadaran otak dan perubahan pada organ di luar
kesadaran. Kelelahan disebabkan oleh berbagai hal, antara lain kurang
istirahat, terlalu lama bekerja, pekerjaan rutin tanpa variasi, lingkungan
kerja yang buruk serta adanya konflik.
b. Faktor lingkungan
Lokasi/Tempat Kerja
Tempat kerja adalah tempat dilakukannya pekerjaan bagi suatu usaha,
dimana terdapat tenaga kerja yang bekerja, dan kemungkinan adanya
bahaya kerja di tempat itu. Disain di lokasi kerja yang tidak ergonomis dapat
menimbulkan kecelakaan kerja. Tempat kerja yang baik apabila lingkungan
kerja aman dan sehat.
Shift Kerja
Menurut National Occupational Health and Safety Committee, shift kerja
adalah bekerja di luar jam kerja normal, dari Senin sampai Jumat termasuk
hari libur dan bekerja mulai dari jam 07.00 sampai dengan jam 19.00 atau
lebih. Shift kerja malam biasanya lebih banyak menimbulkan kecelakaan
kerja dibandingkan dengan shift kerja siang, tetapi shift kerja pagi tidak
menutup kemungkinan dalam menimbulkan kecelakaan akibat kerja.
Sumber Kecelakaan
Sumber kecelakaan merupakan asal dari timbulnya kecelakaan, bisa
berawal dari jenis perlatan/perlengkapannya, berawal dari faktor human
error, dimana sumber dari jenis kecelakaan merambat ke tempat-tempat lain,
sehingga menimbulkan kecelakaan kerja.
d. Tentukan apakah jumlah pajanan yang dialami cukup besar untuk dapat
mengakibatkan penyakit.
Jika penyakit yang diderita hanya dapat terjadi pada keadaan pajanan tertentu,
maka pajanan yang dialami pasien di tempat kerja menjadi penting untuk diteliti
lebih lanjut dan membandingkannya dengan kepustakaan yang ada untuk dapat
menentukan diagnosis penyakit akibat kerja.
a) Tahap Persiapan
Merupakan tahapan atau langkah awal yang harus dilakukan suatu
organisasi/perusahaan. Langkah ini melibatkan lapisan manajemen dan sejumlah
personel, mulai dari menyatakan komitmen sampai dengan menetapkan
kebutuhan sumber daya yang diperlukan. Adapun, tahap persiapan ini antara lain
- Komitmen manajemen puncak.
- Menentukan ruang lingkup.
- Menetapkan cara penerapan.
- Membentuk kelompok penerapan.
- Menetapkan sumber daya yang diperlukan.
b) Tahap pengembangan dan penerapan
Sistem dalam tahapan ini berisi langkah-langkah yang hams dilakukan oleh
organisasi/perusahaan dengan melibatkan banyak personal, mulai dari
menyelenggarakan penyuluhan dan melaksanakan sendiri kegiatan audit internal
serta tindakan perbaikannya sampai dengan melakukan sertifikasi. Berikut ini
langkah-langkah spesifik dalam menerapkan Sistem Manajemen K3 dalam suatu
perusahaan.
Menyatakan komitmen
Pernyataan koniitmen dan penetapan kebijakan untuk menerapkan sebuah
Sistem Manajemen K3 dalam organisasi/manajemen harus dilakukan oleh
manajemen puncak. Penerapan Sistem Manajemen K3 tidak akan berjalan
tanpa adanya komitmen terhadap sistem manajemen tersebut. Manajemen
harus benar-benar menyadari bahwa merekalah yang paling bertanggung
jawab terhadap keberhasilan atau kegagalan penerapan Sistem Manajemen
K3.
Kegiatan penyuluhan
Penerapan Sistem Manajemen K3 adalah kegiatan dari dan untuk kebutuhan
personal perusahaan. Oleh karena itu perlu dibangun rasa adanya
keikutsertaan dari seluruh karyawan dalam perusahaan melalui program
penyuluhan.
Peninjauan sistem
Kelompok kerja penerapan yang telah dibentuk kemudian mulai bekerja
untuk meninjau sistem yang sedang berlangsung dan kemudian dibandingkan
dengan persyaratan yang ada da lam Sistem Manajemen K3. Peninjauan ini
dapat dilakukan melatui dua cara yaitu dengan meninjau dokumen prosedur
dan meninjau pelaksanaannya.
Penerapan sistem
Setelah semua dokumen selesai dibuat, maka setiap anggota kelompok kerja
kembali ke masing-masing untuk menerapkan sistem yang telah ditulis.
Proses sertifikasi
Ada sejumlah lembaga sertifikasi Sistem Manajemen K3. Misalnya sucofindo
melakukan sertifikasi terhadap Permenaker 05/Men/1996. Namun untuk
OHSAS 18001:1999 organisasi bebas menentukan lembaga sertifikasi
manapun yang diinginkan.
Saat bekerja, terdapat tiga unsur kelompok, yaitu manusia, perangkat keras dan
perangkat lunak. Oleh karena itu dalam melaksanakan pencegahan dan
pengendalian kecelakaan adalah dengan pendekatan kepada ketiga unsur kelompok
tersebut, yaitu.
a. Pendekatan terhadap kelemahan pada unsur manusia, antara lain.
Pemilihan / penempatan pegawai secara tepat agar diperoleh keserasian
antara bakat dan kemampuan fisik pekerja dengan tugasnya.
Pembinaan pengetahuan dan keterampilan melalui training yang relevan
dengan pekerjaannya.
Pembinaan motivasi agar tenaga kerja bersikap dan bertndak sesuai dengan
keperluan perusahaan.
Pengarahan penyaluran instruksi dan informasi yang lengkap dan jelas.
Pengawasan dan disiplin yang wajar.
Berbagai cara yang umum digunakan untuk meningkatkan keselamatan kerja dalam
industri dewasa ini diklasifikasikan sebagai berikut.
a. Peraturan-peraturan, yaitu ketentuan yang harus dipatuhi mengenai hal-hal
seperti kondisi kerja umum, perancangan, konstruksi, pemeliharaan,
pengawasan, pengujian dan pengoperasian peralatan industri, kewajiban-
kewajiban para pengusaha dan pekerja, pelatihan, pengawasan kesehatan,
pertolongan pertama dan pemeriksaan kesehatan.
b. Standarisasi, yaitu menetapkan standar-standar resmi, setengah resmi, ataupun
tidak resmi.
c. Pengawasan, sebagai contoh adalah usaha-usaha penegakan peraturan yang
harus dipatuhi.
d. Riset teknis, termasuk hal-hal seperti penyelidikan peralatan dan ciri-ciri dari
bahan berbahaya, penelitian tentang pelindung mesin, pengujian masker
pernapasan, penyelidikan berbagai metode pencegahan ledakan gas dan debu
dan pencarian bahan-bahan yang paling cocok serta perancangan tali kerekan
dan alat kerekan lainya
e. Riset medis, termasuk penelitian dampak fisiologis dan patologis dari faktor-
faktor lingkungan dan teknologi, serta kondisi-kondisi fisik yang amat
merangsang terjadinya kecelakaan.
f. Riset psikologis, sebagai contoh adalah penyelidikan pola-pola psikologis yang
dapat menyebabkan kecelakaan.
g. Riset statistik, untuk mengetahui jenis-jenis kecelakaan yang terjadi, berapa
banyak, kepada tipe orang yang bagaimana yang menjadi korban, dalam
kegiatan seperti apa dan apa saja yang menjadi penyebab.