Anda di halaman 1dari 12

A.

PENGERTIAN KONDISI AMAN


Aman (safe) adalah suatu kondisi dimana atau kapan munculnya sumber bahaya telah
dapat dikendalikan ke tingkat yang memadai, dan ini adalah lawan dari bahaya (danger).
B. PENGERTIAN ACCIDENT

Beberapa definisi baku adalah sebagai berikut:


1. Acccident adalah suatu kejadian yang tidak dapat diduga yang sering berakibat pada
cedera, kerugian lainnya.
2. Kejadian yang tidak direncanakan, kejadian yang diluar kendali yang dapat
mengakibatkan cedera pada manusia, kerusakan atau/ dan kerugian kerugian lainnya.
3. Kejadian yang tidak diharapkan, tidak direncanakan dalam suatu rangkaian kejadian.
Kerugiannya berupa gangguan fisik pada individu (cedera, penyakit), kerusakan pada
properti, kebangkrutan bisnis, atau kombinasi dari semuanya itu.
4. Accident adalah kejadian yang merupakan hasil dari serangkaian kejadian yang tidak
direncanakan/ tidak diinginkan/ tak terkendalikan/ tak terduga yang dapat menimbulkan
segala bentuk kerugian baik materi maupun non materi baik yang menimpa diri manusia,
benda benda fisik berupa kekayaan atau aset, lingkungan hidup, masyarakat luas. (Satrya,
2005).
Contohnya: ketika pekerja pada ketinggian terjatuh karena tali carmantel yang putus

C. DEFINISI INCIDENT
Accident dibedakan dengan ‘incident’. Perbedaan antara keduanya adalah ada atau
tidaknya loss (kerugian). Accident selalu disertai dengan timbulnya kerugian, sedangkan
incident tidak disertai dengan kerugian.
Incident adalah mirip dengan accident, namun bedanya adalah incident tidak disertai
dengan kerugian. Yang termasuk kedalam kategori incident adalah: nearmiss, dan
kejadian-kejadian berbahaya.
Contohnya: tali carmantel yang digunakan pekerja pada ketinggian putus.
D. DANGER (BAHAYA)
Merupakan tingkat bahaya dari suatu kondisi di mana atau kapan muncul sumber bahaya.
Danger adalah lawan dari aman atau selamat.
Contohnya: ketika pekerja pada ketinggian menggunakan tali carmantel yang sudah
hampir putus.

E. PENGERTIAN KECELAKAAN KERJA MENURUT PARA AHLI

Menurut suma’mur (1989), kecelakaan kerja adalah kecelakaan berhubungan


dengan hubungan kerja pada perusahaan. Hubungan kerja disini dapat berarti, bahwa
kecelakaan terjadi dikarenakan oleh pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan.

Kecelakaan menurut M. Sulaksmono (1997) adalah suatu kejadian tidak diduga


dan tidak dikehendaki yang mengacaukan proses suatu aktivitas yang telah diatur.
Kecelakaan akibat kerja adalah berhubungan dengan hubungan kerja pada perusahaan.
Hubungan kerja disini dapat berarti bahwa kecelakaan terjadi dikarenakan pekerjaan atau
pada waktu pekerjaan berlangsung.

F. Unsur-Unsur Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja mengandung unsur-unsur sebagai berikut: (Tarwaka, 2008)

1. Tidak diduga semula, oleh karena di belakang peristiwa kecelakaan tidak terdapat
unsur kesengajaan dan perencanaan

2. Tidak diinginkan atau diharapkan, karena setiap peristiwa kecelakaan akan selalu
disertai kerugian baik fisik maupun material

3. Selalu menimbulkan kerugian dan kerusakan, yang sekurang-kurangnya menyebabkan


gangguan proses kerja.
G. Penyebab kecelakaan kerja

Adapun penyebab kecelakaan kerja diantaranya adalah: (Tarwaka, 2008)

1. Sebab dasar atau asal mula

Sebab dasar merupakan sebab atau faktor yang mendasari secara umum terhadap
kejadian atau peristiwa kecelakaan. Sebab dasar kecelakaan kerja di industri antara lain
meliputi faktor:

a. Komitmen atau partisipasi dari pihak manajemen atau pimpinan perusahaan


dalam upaya penerapan K3 di perusahaan
b. Manusia atau para pekerjanya sendiri.
c. Kondisi tempat kerja, sarana kerja dan lingkungan kerja
2. Sebab Utama

Sebab utama dari kejadian kecelakaan kerja adalah adanya faktor dan persyaratan
K3 yang belum dilaksanakan secara benar (substandards). Sebab utama kecelakaan kerja
karena:

a. Faktor manusia atau dikenal dengan istilah tindakan tidak aman (Unsafe
Action) yaitu merupakan tindakan berbahaya dari para tenaga kerja yang
mungkin dilatarbelakangi oleh berbagai sebab antara lain:
- Kekurangan pengetahuan dan keterampilan (lack of knowledge and skill).
- Ketidakmampuan untuk bekerja secara normal (Inadequate Capability)
- Ketidakfungsian tubuh karena cacat yang tidak nampak (Biodilly defect).
- Kelelahan dan kejenuhan (Fatique and Boredom)
- Sikap dan tingkah laku yang tidak aman (Unsafe attitude and Habits)
- Kebingungan dan stres (Confuse and Stress) karena prosedur kerja yang
baru dan belum dipahami
- Belum menguasai/belum trampil dengan peralatan mesin-mesin baru
(Lack of skill)
- Penurunan konsentrasi (Difficulting in concerting) dari tenaga kerja saat
melakukan pekerjaan
- Sikap masa bodoh (Ignorance) dari tenaga kerja
- Kurang adanya motivasi kerja (Improper motivation) dari tenaga kerja
- Kurang adanya kepuasan kerja (Low job satisfaction)
- Sikap kecenderungan mencelakai diri sendiri

Manusia sebagai faktor penyebab kecelakaan seringkali disebut sebagai “Human


Error” dan sering disalah-artikan karena selalu dituduhkan sebagai penyebab terjadinya
kecelakaan. Padahal seringkali kecelakaan terjadi karena kesalahan desain mesin dan
peralatan kerja yang tidak sesuai.

b. Faktor lingkungan atau dikenal dengan kondisi tidak aman (Unsafe Condition)
yaitu kondisi tidak aman dari: mesin, peralatan, pesawat, bahan; lingkungan
dan tempat kerja; proses kerja; sifat pekerjaan dan sistem kerja. Lingkungan
dalam artian luas dapat diartikan tidak saja lingkungan fisik, tetapi juga
faktor-faktor yang berkaitan dengan penyediaan fasilitas, pengalaman manusia
yang lalu maupun sesaat sebelum bertugas, pengaturan organisasi kerja,
hubungan sesama pekerja, kondisi ekonomi dan politik yang bisa mengganggu
konsentrasi.

c. Interaksi manusia dan sarana pendukung kerja merupakan sumber penyebab


kecelakaan. Apabila interaksi antara keduanya tidak sesuai maka akan
menyebabkan terjadinya suatu kesalahan yang mengarah kepada terjadinya
kecelakaan kerja. Dengan demikian, penyediaan saran kerja yang sesuai
dengan kemampuan, kebolehan dan keterbatasan manusia, harus sudah
dilaksanakan sejak desain sistem kerja. Satu pendekatan
yang Holistic (Sederhana dan mudah dipahami secara
menyeluruh), Systemic (Secara menyeluruh pada sistem yang ada)
dan Interdisiplinary (antar disiplin pada bidang studi) harus diterapkan untuk
mencapai hasil yang optimal, sehingga kecelakaan kerja dapat dicegah sedini
mungkin. Kecelakaan kerja akan terjadi apabila terdapat kesenjangan atau
ketidak harmonisan interaksi antara manusia pekerja – tugas/pekerjaan –
peralatan kerja.

H. JENIS- JENIS HAZARD

Hazard disini adalah segala bentuk kegiatan (task), pekerjaan (job), benda/alat
yang dipergunakan (tools), serta lingkungan sekitar tempat kerja (environtment) yang
dapat berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja, baik
berupa incident maupun accident pada pekerjanya.

Terdapat jenis bahaya (hazard) sebagai konsep, yaitu:


1. Bahaya Mekanik (Biomechaical hazards)
Merupakan bahaya yang berasal dari benda-benda bergerak, benda-benda tajam, benda
yang berukuran lebih besar dan berat yang dapat menimbulkan risiko pada pekerja seperti
tersayat, tertusuk, terjepit, terhimpit, terpotong, tertabrak dan sebagainya.

2. Bahaya Fisik (Physical hazards)


Merupakan hazard yang berasal dari segala energi yang jumlahnya lebih besar dari
kemampuan diri pekerja menerimanya. Energi berlebih ini banyak berasal dari alat-alat
kerja yang ada disekitan tempat kita bekerja. Contohnya bising yang dapat berasal dari
penggunaan alat bersuara tinggi (seperti speaker, mesin las, bahkan suara knalpot yang
sudah dimodifikasi juga termasuk dalam bahaya fisik), sehingga nantinya pekerja
tersebut berpotensi terjadi tuli; getaran yang dapat berasal dari benda bergetaran tinggi
seperti mesin pembolong jalan, truk-truk besar,dsb, dimana dapat berpotensi kemandulan
pada pria, rusaknya jaringan syaraf tepi, bahkan hingga lumpuh; energi listrik, radiasi ion
dan non-ion, suhu ekstrim, dan sebagainya.
Macam- macam bahaya fisik
a. Bising
Bising adalah bunyi maupun suara-suara yang tidak dikeheendaki dan dapat mengganggu
kesehatan, kenyamanan, serta dapat menyebabkan gangguan pendengaran (ketulian). Di tempat
kerja, bising dapat timbul dari seluruh lokasi, dari area produksi, area generator, area kompresor,
area dapur, area umum seperti di pasar dan stasiun, hingga di area perkantoran, dari suara mesin,
suara benturan alat, hingga suara gaduh manusia.

b. Getar atau vibrasi


Getar dapat menimbulkan gangguan pendengaran, muskuloskeletal, keseimbangan, white finger,
dan hematuri mikroskopik akibat kerusakan saraf tepi dan jaringan pembuluh darah. Getar dapat
memajani seluruh tubuh (whole body vibration) seperti pemotong rumput yang membawa mesin
di punggungnya dan pengemudi. Selain itu, ada jenis getar segmental yang memajani tangan dan
lengan, contohnya adalah di pabrik atau bengkel otomotif, pekerja berisiko terpajan getar di
tangannya adalah mereka yang menggunaan alat tangan getar dan/ atau pneumatik perkusi,
seperti saat melakukan tugas mengebor logam dan memukul pelat baja.

c. Suhu ekstrem panas


Tekanan panas yang meelebihi kemampuan adaptasi, dapat menimbulkan heat cramp, heat
exhaustion, dan heat stroke, kelainan kulit. Di lingkungan kerja, tekanan panas (heat stress) dapat
timbul akibat pajanan ssuhu ekstrem panas yang bersumber dari peralatan maupun lokasi kerja
tertentu. Contoh peralatan kerja yang dapat mengeluarkan suhu ekstrem panas adalah tempat
pembakaran (furnace), dapur atau tempat pemanasan (boiler), mesin pembangkit listrik
(generator) atau mesin lainnya.

d. Suhu ekstrem dingin


Pajanan suhu ekstrem dingin di lingkungan kerja, dapat menimbulkan frostbite yang ditandai
dengan bagian tubuh mati rasa di ujung jari atau daun telinga, serta gejala hipotermia yaitu suhu
tubuh di bawah 35°C dan dapat mengancam jiwa. Pekerja yang berisiko terpajan bahaya suhu
ekstrem dingin adalah penyelam, pekerja di cold storage, di ruang panel yang menggunakan alat
elektronik dalam suhu ekstrem dingin, pekerja konstruksi, dan lainnya.

e. Cahaya
Cahaya yang kurang atau terlalu terang dapat merusak mata. Sering atau terus menerus bekerja
di bawah cahaya yang redup (insufisiensi) dalam jangka pendek menimbulkan ketidaknyamanan
pada mata (eye strain), berupa nyeri atau kelelahan mata, sakit kepala, mengantuk, dan fatigue,
dalam jangka panjang dapat menimbulkan rabun dekat (myopia) atau mempercepat terjadinya
rabun jauh pada usia yang lebih muda (presbyopia). Selain itu, cahaya yang menyilaukan juga
dapat menimbulkan eye strain dan kelainan visus. Sedangkan pekerja berisiko terpajan silaunya
cahaya contohnya pekerja yang menggunakan visual display terminal seperi komputer dan
televisi.

d. Tekanan
Tekanan hiperbarik adalah tekanan yang melebihi 1 atm/ BAR, sering diialami oleh orang yang
berada di bawah permukaan laut, semakin dalam lokasinya semakin tinggi tekanannya. Efek dari
tekanan hiperbarik adalah barotitis dan barotrauma yang dapat menimbulkan kerusakan telinga
tengah dan paru.

e. Radiasi pengion
Radiasi pengion antara lain adalah sinar alfa, sinar beta, sinar gamma, sinarX, dan neutron.
Pekerja berisiko terpajan radiasi pengion adalah mereka yang bekerja dengan alat atau mesin
yang menggunakan sinar yang memancarkan radiasi pengion, seperti radiografer di bagian
radiologi suatu klinik atau rumah sakit, pekerja di laboratorium kimia, pembangkit listrik tenaga
nuklir, dan lainnya. Efek buruk dari radiasi pengion adalah efek genetik, karsinogenik, dan
gangguan perkembangan janin.

f. Radiasi bukan pengion (gelombang eleektromagnetik)


Radiasi bukan pengion dapat menimbulkan kelainan kulit dan mata. Radiasi bukan pengion
merupakan bagian dari spektrum elektromagnetik dengan gelombang yang panjang (>100 nm)
dan berada dalam frekuensi rendah sehingga pancaran energinya tidka cukup kuat untuk
mengionisasi atom dari sel tubuh yang dilaluinya. Contoh penghasil radiasi bukan pengion antara
lain sinar inframerah (infrared), microwave, ultra-sound, video display terminal (VDT), sinar
ultraviolet, ponsel dan sinar laser. Pekerja berisiko misalnya tukang las, operator telepon,
operator VDT.

3. Bahaya Kimia (Chemical hazards)


Merupakan bahaya yang berasal dari bahan-bahan kimia, baik yang berbentuk padat, cair,
maupun gas. Contohnya merkuri, alkohol dan turunannya, timbal, dll (intinya semua
bahan kimia yang ada di tabel periodik. Masih ingat kan?..). Potensi risiko gangguan
yang dapat muncul pada kesehatan dan keselamatan pekerja bervariasi sesuai dengan
jenis bahan kimia yang terpajan pada diri pekerja, seperti merkuri dapat berisiko
rusaknya syaraf bahkan hingga ke otak sehingga lama-kelamaan tubuh menjadi selalu
bergetar tanpa henti (seperti fenomena kasus itai-itai di Jepang). Bahaya dan risiko dari
semua bahan kimia ini dapat dilihat penjelasannya di MSDS (material safety data sheet)
yang selalu tercantum disemua kemasan bahan kimia tsb. Risiko dari penggunaan bahan
kimia ini tidak hanya pada kesehatan saja tetapi juga kecelakaan seperti ledakan,
kebakaran, dll
Contoh bahaya Kimia
1. Logam berat

Banyak logam berat yang digunakan di berbagai tempat kerja, jarang dalam
bentuk murni namun dalam bentuk senyawa seperti timbal, merkuri, kadmium, krom,
cobalt, arsen, aluminium, berilium, nikel, dan mangan. Sebagai contoh timbal banyak
digunakan di industri baterai, kabel, insektisida, dan cat.

2. Solvent/ Pelarut organik

Pelarut organik adalah kelompok senyawa hidrokarbon (HC), seperti hidrokarbon


alifatik, hidrokarbon aromatik, atau hidrokarbon bersubtitusi. Pelarut organik yang
banyak digunakan di industri antara lain adalah asam sulfat, asam fosfat, benzena,
toluena, xylena, formaldehid, aseton, tetraklorokarbon, trikloretilen, alkohol, alkali, dan
ester. Penggunaan pelarut organik sangat luas hampir di semua bidang kegiatan manusia,
sebagai contoh antara lain digunakan untuk:

a) Melarutkan hidrokarbon lain seperti tar, lilin, minyak, dan bahan petrokimia

b) Memproduksi polimer dari monomer, misalnya monomer acrylamide menghasilkan


polimer acrylamide yang digunakan untuk penghancur pengendapan di bidang waste dan
water treatment

c) Membuat pupuk asam fosfat, pigment inorganik, serat tekstil buatan, bubur kertas dari
asam sulfat

d) Mengencerkan cat, tinta, perekat

e) Menghilangkan oli pada perlengkapan mesin

f) Mencuci pakaian cara kering (dry clean)

g) Sebagai bahan pemuti

h) Sebagai bahan pendukung dalam proses produksi di bidang farmasi

3. Gas dan uap

Gas dan uap di udara tempat kerja ada yang bersifat asphyxiants, iritasi lokal,
4. Bahaya Biologi (Biological hazards)
Merupakan bahaya yang berasal dari hewan-hewan atau mikroorganisme tak kasat mata
yang berada disekitaran tempat kerja dan dapat masuk kedalam tubuh tanpa kita ketahui
sehingga banyak penanganannya dilakukan setelah pekerja terinfeksi. Contoh: bisa ular,
berbagai macam virus dan bakteri, dll

5. Bahaya Psikososial (Psychosocial hazards)


Atau ada beberapa ahli menyebutnya sebagai bahaya dalam pengorganisasian pekerjaan,
merupakan bahaya yang berasal dari konflik batin dengan lingkungan yang ada di tempat
kerja, baik itu dengan rekan kerja maupun dengan fasilitas yang ada dilingkungan kerja
dimana krmudian dapat membuat seseorang mengalami stress hingga efek-efek buruk
lainnya dari stress. Contohnya: aksi bullying, kata-kata kasar dari rekan kerja, tekanan
dan himpitan pekerjaan, deadline pekerjaan yang tidak masuk akal, persaingan kerja
tidak sehat, kerjaan yang monoton, jenjang karir tidak bagus, alat bantu kerja yang tidak
memadai, dll

6. Bahaya Ergonomi (Ergonomic Hazards)


Merupakan bahaya yang berasal dari adanya ketidaksesuaian desain kerja (job,
task, environtment) dengan kapasitas tubuh pekerja sehingga menimbulkan rasa tidak
nyaman di tubuh, pegal-pegal, sakit pada otot, tulang dan sendi, dll. Contohnya, gerakan
repetitif (berulang-ulang) seperti membungkuk-berdiri-membungkuk, durasi dan
frekuensi bekerja melebihi batas, bekerja dengan postur tubuh yang janggal seperti
berputar di area pinggang, menunduk, pekerjaan yang mebutuhkan menjangkau terlalu
tinggi, mengangkat beban berat, statis duduk dipan komputer dalam waktu lama, dll

I. DUA KATEGORI KECELAKAAN KERJA INDUSTRI


Kecelakaan dalam kerja bisa dibagi menjadi dua kategori,
a. kecelakaan industri yaitu kecelakaan yang terjadi di tempat kerja karena adanya
sumber bahaya atau bahaya kerja
b. kecelakaan dalam perjalanan yaitu kecelakaan yang terjadi di luar tempat kerja
dengan adanya hubungan kerja (Santoso, 2005).

Terjadinya kecelakaan kerja adalah sesuatu yang tidak bisa diprediksi, akan tetapi
masih bisa dicegah. Untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja perlu dilakukan
beberapa tindakan preventif dengan memahami terlebih dahulu faktor-faktor yang
menyebabkan kecelakaan kerja.
Geller (2001) menyebutkan bahwa terdapat tiga faktor yang berkontribusi pada
kecelakaan kerja, yaitu environtment factor (lingkungan), person factor
(manusia), dan behaviour factors (perilaku).

J. PIRAMIDA KASUS KECELAKAAN

Piramida Kecelakaan Kerja menggambarkan statistik urutan (rangkaian) kejadian yang


terjadi menuju 1 (satu) kecelakaan fatal (kematian/cacat permanen). Lebih jelasnya
dapat dijabarkan dalam teori piramida kecelakaan kerja sebagai berikut :

Setiap terdapat 1 (satu) kejadian kecelakaan fatal (kematian/cacat permanen) maka di


dalam 1 (satu) kejadian fatal tersebut terdapat 10 (sepuluh) kejadian kecelakaan ringan
dan 30 (tiga puluh) kejadian kecelakaan yang menimbulkan kerusakan
aset/properti/alat/bahan serta 600 (enam ratus) kejadian nearmiss (hampir celaka)
sebelum terjadi 1 (satu) kejadian kecelakaan fatal tersebut. Piramida kecelakaan kerja
tersebut menggambarkan bahwa untuk (guna) mencegah kecelakaan fatal di tempat
kerja, maka harus terdapat upaya untuk menghilangkan (mengurangi) kejadian-
kejadian nearmiss di tempat kerjasehingga probabilitas menuju kejadian kecelakaan
fatal dan kejadian-kejadian lain sebelum menuju adanya 1 (satu) kejadian fatal dapat
dikurangi (tidak ada). Ilustrasi piramida kecelakaan kerja sebagaimana gambar di
bawah .
K. PRINSIP DASAR PENERAPAN K3

Aspek-aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang harus diperhatikan oleh perusahaan
antara lain adalah sebagai berikut (Anoraga, 2005):

a. Lingkungan kerja

Lingkungan kerja merupakan tempat dimana seseorang atau karyawan dalam beraktifitas
bekerja. Lingkungan kerja dalam hal ini menyangkut kondisi kerja, seperti ventilasi, suhu,
penerangan dan situasinya.

b. Alat kerja dan bahan

Alat kerja dan bahan merupakan suatu hal yang pokok dibutuhkan oleh perusahaan untuk
memproduksi barang. Dalam memproduksi barang, alat-alat kerja sangatlah vital yang digunakan
oleh para pekerja dalam melakukan kegiatan proses produksi dan di samping itu adalah bahan-
bahan utama yang akan dijadikan barang.
c. Cara melakukan pekerjaan

Setiap bagian-bagian produksi memiliki cara-cara melakukan pekerjaan yang berbeda-beda yang
dimiliki oleh karyawan. Cara-cara yang biasanya dilakukan oleh karyawan dalam melakukan
semua aktivitas pekerjaan, misalnya menggunakan peralatan yang sudah tersedia dan pelindung
diri secara tepat dan mematuhi peraturan penggunaan peralatan tersebut dan memahami cara
mengoperasionalkan mesin.

Prinsip-prinsip yang harus dijalankan perusahaan dalam menerapkan keselamatan dan kesehatan
kerja (K3) adalah sebagai berikut (Sutrisno dan Ruswandi, 2007):

1. Adanya APD (Alat Pelindung Diri) di tempat kerja.

2. Adanya buku petunjuk penggunaan alat dan atau isyarat bahaya.

3. Adanya peraturan pembagian tugas dan tanggung jawab.

4. Adanya tempat kerja yang aman sesuai standar SSLK (syarat-syarat lingkungan kerja)
antara lain tempat kerja steril dari debu,kotoran, asap rokok, uap gas, radiasi, getaran
mesin dan peralatan, kebisingan, tempat kerja aman dari arus listrik, lampu penerangan
cukup memadai, ventilasi dan sirkulasi udara seimbang, adanya aturan kerja atau aturan
keprilakuan.

5. Adanya penunjang kesehatan jasmani dan rohani ditempat kerja.

6. Adanya sarana dan prasarana yang lengkap ditempat kerja.

7. Adanya kesadaran dalam menjaga keselamatan dan kesehatan kerja.

Anda mungkin juga menyukai