Anda di halaman 1dari 26

MODUL II

KONSEP KECELAKAAN KERJA DAN PENYAKIT AKIBAT KERJA

1. Kecelakaan Kerja
Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang jelas tidak dikehendaki dan tidak
terduga yang dapat menimbulkan kerugian dan terjadi di dalam suatu proses
kerja atau yang berkaitan dengannya. Dengan demikian kecelakaan kerja
mengandung unsur-unsur sebagai berikut :
1) Tidak diduga semula, oleh karena dibelakang peristiwa kecelakaan tidak
terdapat unsur kesengajaan dan perencanaan;
2) Tidak diinginkan atau diharapkan, karena setiap peristiwa kecelakaan akan
selalu disertai kerugian baik fisik maupun mental;
3) Selalu menimbulkan kerugian dan kerusakan, yang sekurang-kurangnya
menyebabkan gangguan proses kerja.
Suatu pertanyaan patut diajukan,”apakah memang benar bahwa kejadian
kecelakaan itu tidak diduga semula?”.”Apakah seseorang secara sadar akan
mengambil resiko, meskipun mereka tidak menghendaki terjadinya kecelakaan
dan bahkan sebaliknya bahwa setiap orang selalu ingin selamat dan selalu
terhindar dari musibah?”. Apabila keadaannya demikian, maka semestinya
setiap orang harus mengembangkan suatu kepekaan terhadap adanya resiko
yang dapat mengancam keselamatan dirinya, melalui pengenalan sumber
bahaya (Hazards Recognition), yang selanjutnya direfleksikan dalam
pengambilan keputusan, tindakan atau kegiatan nyata untuk mengendalikan
setiap potensi bahaya di sekitarnya.
a. Sebab-Sebab Kecelakaan Kerja
Suatu kecelakaan kerja hanya akan terjadi apabila terdapat berbagai faktor
penyebab secara bersamaan pada suatu tempat kerja atau produksi. Dari
beberapa penelitian, para ahli memberikan indikasi bahwa suatu kecelakaan
kerja tidak dapat terjadi dengan sendirinya, akan tetapi terjadi oleh satu atau
beberapa faktor penyebab kecelakaan sekaligus dalam suatu kejadian.

23
Dalam buku ’’Accident Prevention’’, Heinrich (1972) mengemukakan suatu
teori sebab akibat terjadinya kecelakaan yang selanjutnya dikenal dengan
”Teori Domino”. Dari teori tersebut digambarkan bahwa timbulnya suatu
kecelakaan atau cidera disebabkan oleh 5 (lima) faktor penyebab yang secara
berurutan dan berdiri sejajar antara faktor satu dengan yang lainnya. Kelima
faktor tersebut adalah :
1) Domino kebiasaan;
2) Domino kesalahan;
3) Domino Tindakan dan kondisi tidak aman;
4) Domino kecelakaan;dan
5) Domino cidera
Selanjutnya Heinrich menjelaskan bahwa untuk mencegah terjadinya
kecelakaan adalah cukup dengan membuang salah satu kartu domino atau
memutuskan rangkaian mata rantai domino tersebut.
Berdasarkan teori dari Heinrich tersebut, Bird dan Germain (1986)
memodifikasi teori domino dengan merefleksikan ke dalam hubungan
manajemen secara langsung dengan sebab akibat kerugian kecelakaan. Model
penyebab kerugian melibatkan 5 (lima) faktor penyebab secara berentetan.
Kelima faktor dimaksud adalah :
1) Kurangnya pengawasan. Faktor ini antara lain meliputi ketidak tersediaan
program, standar program dan tidak terpenuhinya standar;
2) Sumber penyebab dasar. Faktor ini meliputi faktor personal dan faktor
kerja;
3) Penyebab langsung. Faktor ini meliputi tindakan dan kondisi yang tidak
sesuai dengan standar;
4) Insiden, terjadi karena adanya kontak dengan energi atau bahan-bahan
berbahaya;dan
5) Kerugian. Akibat rentetan faktor sebelumnya akan mengakibatkan
kerugian pada manusia itu sendiri, harta benda atau properti dan proses
produksi.

24
Selanjutnya Bird dan Germain menjelaskan bahwa, upaya pencegahan
kecelakaan akan berhasil dan efektif bila dimulai dengan memperbaiki
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja.
Setelah dilakukan perbaikan manajemen K3, selanjutnya dapat dilakukan
identifikasi dan evaluasi semua sumber penyebab, memprediksi gejala yang
timbul dan mencegah kontak dengan objek kerja. Pada akhirnya kerugian
kecelakaan dapat dihindarkan seminimal mungkin.
Meski banyak teori yang mengemukakan penyebab terjadinya kecelakaan di
tempat kerja, namun secara umum penyebab kecelakaan kerja dapat
dikelompokkan sebagai berikut:
1) Sebab Dasar atau Asal Mula. Sebab dasar merupakan sebab atau faktor
yang mendasari secara umum terhadap kejadian atau peristiwa
kecelakaan. Sebab dasar kecelakaan kerja antara lain meliputi faktor :
a) Komitmen atau partisipasi dari pihak manajemen atau pimpinan
perusahaan dalam upaya menerapkan K3 di perusahaannya;
b) Manusia atau para pekerjanya sendiri;dan
c) Kondisi tempat kerja, sarana kerja, dan lingkungan kerja.
2) Sebab Utama. Sebab utama dari kecelakaan kerja adalah adanya faktor
dan persyaratan K3 yang belum dilaksanakan secara benar
(Substandards). Sebab utama kecelakaan kerja meliputi faktor :
a) Faktor manusia atau dikenal dengan istilah tindakan tidak aman
(Unsafe Actions) yaitu merupakan tindakan berbahaya dari para tenaga
kerja yang mungkin dilatarbelakangi oleh berbagai sebab antara lain :
1. Kekurang pengetahuan dan keterampilan (Lack of knowledge and
skill);
2. Ketidakmampuan untuk bekerja secara normal (Inadequate
Capability);
3. Ketidakfungsian tubuh karena cacat yang tidak Nampak (Bodilly
Defect);
4. Kelelahan dan kejenuhan (Fatique and Boredom);

25
5. Sikap dan tingkah laku yang tidak aman (Unsafe altitude and
habits);
6. Kebingungan dan stres (Confuse and Stress)karena prosedur kerja
yang baru belum dapat dipahami ;
7. Belum menguasai / belum terampil dengan peralatan atau mesin-
mesin baru (Lack of Skill);
8. Penurunan konsentrasi (Difficulty in Concentrating)dari tenaga
kerja saat melakukan pekerjaan;
9. Sikap masa bodoh (Ignorance)dari tenaga kerja;
10. Kurang adanya motivasi kerja (Impropert Motivation)dari tenaga
kerja;
11. Kurang adanya kepuasan kerja (Low job Satisfaction);
12. Sikap kecenderungan mencelakai diri sendri ;dll
Manusia sebagai faktor penyebab kecelakaan sering kali disebut
sebagai ”Human Error” dan sering disalah-artikan karena selalu
dituduhkan sebagai penyebab terjadinya kecelakaan. Padahal sering
kali kecelakaan terjadi karena kesalahan desain mesin dan peralatan
kerja yang tidak sesuai.
b) Factor lingkungan atau dikenal dengan kondisi tidak aman (Unsafe
Conditions) yaitu tidak aman dari:
mesin, peralatan, bahan, lingkungan dan tempat kerja; proses kerja;
sifat pekerjaan dan sistem kerja. Lingkungan dalam arti luas dapat
diartikan tidak saja lingkungan fisik, tetapi juga faktor-faktor yang
berkaitan dengan penyediaan fasilitas, pengaturan organisasi kerja,
hubungan sesama pekerja, kondisi ekonomi dan politik yang bias
mengganggu konsentrasi.
c) Interaksi Manusia dan Parana Pendukung Kerja. Interaksi manusia dan
pendukung kerja merupakan sumber penyebab kecelakaan. Apabila
interaksi antara keduanya tidak sesuai maka akan menyebabkan
terjadinya suatu kesalahan yang mengarah kepada terjadinya
kecelakaan kerja. Dengan demikian, penyedian sarana kerja yang

26
sesuai dengan kemampuan, kebolehan, dan keterbatasan manusia,
harus sudah dilaksanakan sejak desain sistem kerja. Satu pendekatan
yang Holistik, Sistemic dan Interdisiplinary harus diterapkan untuk
mencapai hasil yang optimal, sehingga kecelakaan kerja dapat dicegah
sedini mungkin. Kecelakaan kerja akan terjadi apabila terdapat
kesenjangan atau ketidakharmonisan interaksi antara manusia pekerja -
tugas/pekerjaan - peralatan kerja - lingkungan kerja dalam suatu
organisasi kerja, seperti diilustrasikan seperti pada Gambar 2.1.

O TUGAS-TUGAS

G
PEKERJA
A KINERJA
N

I
LINGKUNGAN
S KERJA

A PERALATAN
KERJA
S
KECELAKAAN
I

Gambar 2.1. Hubungan Organisasi, Kinerja dan Kecelakaan

Dari ilustrasi tersebut pada Gambar 2.1, nampak bahwa kinerja tidak dapat
dicapai dengan baik, karena terjadinya kecelakaan kerja yang disebabkan oleh
interaksi antara faktor yang ada dalam oraganisasi tidak berjalan sebagaimana
mestinya. Untuk dapat menyelenggarakan program pengendalian potensi

27
bahaya dengan baik maka komponen-komponen di dalam sistem kerja tersebut
harus dipahami dengan baik pula.

b. Potensi Bahaya
Setiap proses produksi, peralatan/mesin dan tempat kerja yang digunakan
untuk menghasilkan suatu produk, selalu mengandung potensi bahaya tertentu
yang bila tidak mendapat perhatian secara khusus akan dapat menimbulkan
kecelakaan kerja. Potensi bahaya yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja
dapat berasal dari berbagai kegiatan atau aktivitas dalam pelaksanaan operasi
atau juga berasal dari luar proses kerja. Identifikasi potensi bahaya di tempat
kerja yang beresiko menyebabkan terjadinya jecelakaan kerja antara lain
disebabkan oleh berbagai faktor:
1. Kegagalan komponen, antara lain berasal dari :
a. Rancangan komponen pabrik termasuk peralatan/mesin dan tugas-
tugas yang tidak sesuai dengan kebutuhan pemakai;
b. Kegagalan yang bersifat mekanis;
c. Kegagalan sistem pengendalian;
d. Kegagalan sistem pengaman yang disediakan;
e. Kegagalan operasional peralatan kerja yang digunakan;dll.
2. Kondisi yang menyimpang dari suatu pekerjaan,yang bisa terjadi akibat :
a. Kegagalan pengawasan atau monitoring;
b. Kegagalan manual suplai dari bahan baku;
c. Kagagalan pemakaian dari bahan baku;
d. Kegagalan dalam prosedur shut-down dan start-up;
e. Terjadinya pembentukan bahan antara bahan sisa dan sampah yang
berbahaya;dll.
3. Kesalahan manusia dan organisasi, seperti :
a. Kesalahan operator/manusia;
b. Kesalahan sistem pengamanan;
c. Kesalaan dalam mencampur bahan produksi berbahaya;
d. Kesalahan komunikasi;

28
e. Kesalahan atau kekurangan upaya dalam perbaikan dan perawatan alat;
f. Melakukan pekerjaan-pekerjaan yang tidak sah atau tidak sesuai
prosedur kerja aman; dll.
4. Pengaruh kecelakaan dari luar yaitu terjadinya kecelakaan dalam suatu
industri akibat kecelakaan lain di luar pabrik, seperti :
a. Kecelakaan pada waktu pengangkut produk;
b. Kecelakaan pada stasiun pengisian bahan;
c. Kecelakaan pada pabrik disekitarnya;dll
5. Kecelakaan akibat adanya sabotase, yang bisa dilakukan oleh orang luar
ataupun dari dalam pabrik, bisanya hal ini akan sulit untuk diatasi atau
dicegah, namun faktor ini frekuensinya sanagt kecil dibandingkan faktor
penyebab lainnya.
Faktor penyebab kecelakaan harus diteliti dan ditemukan, agar selanjutnya
dapat dilakukan tindakan perbaikan yang ditunjukan pada sebab terjadinya
kecelakaan, sehingga kerugian dan kerusakan dapat diminimalkan dan
kecelakaan serupa tidak terulang kembali. Dengan mengetahui dan mengenal
faktor penyebab kecelakaan, maka akan dapat dibuat suatu perencanaan dan
langka-langka pencegahan yang baik dalam upaya memberikan perlindungan
kepada tenaga kerja. Untuk memperjelas adanya faktor penyebab kecelaakaan
kerja, maka perlu dibuat suatu “Klasifikasi kecelakaan Kerja” yang dapat
diberikan informasi secara jelaas tentang penyebab dan jenis kecelakaan yang
timbul.

c. Klasifikasi Kecelakaan Kerja


Menurut International Labour Organization (ILO), kecelakaan kerja di
industri dapat dklasifikasikan menurut jenis kecelakaan, agen penyebab atau
objek kerja, jenis cidera atau luka dan lokasi tubuh yang terluka. Klasifikasi
kecelakaan kerja secara garis besar dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Klasifikasi menurut jenis kecelakaan.
a. Terjatuh
b. Tertimpa atau kejatuhan benda atau objek kerja

29
c. Tersandung benda atau objek, terbentur kepada benda, terjepit antara
dua benda
d. Gerakan-gerakan paksa atau peregangan otot berlebihan
e. Terpapar kepada atau kontak dengan benda panas atau suhu tinggi
f. Terkena arus listrik
g. Terpapar kepada atau bahan-bahan berbahaya atau radiasi, dll
2. Klasifikasi menurut agen penyebabnya
a. Mesin-mesin, seperti ; mesin penggerak kecuali motor elektrik, mesin
transmisi, mesin-mesin produksi, mesin-mesin pertambangan, mesin-
mesin pertanian, dll.
b. Sarana alat angkat dan angkut, seperti; fork-lift, alat angkut kereta, alat
angkut beroda selain kereta, alat angkut di perairan, alat angkut di
udara, dll.
c. Peralatan-peralatan lain seperti ; bejan tekan, tanur / dapur peleburan,
instalasi listrik termasuk motor listrik, alat-alat tangan listrik, perkakas,
tangga, peranca, dll.
d. Bahan-bahan berbahaya dan radiasi seperti; bahan mudah meledak,
debu, gas, cairan, bahan kimia, radiasi, dll.
e. Lingkungan kerja seperti; tekanan panas dan tekanan dingin, intensitas
kebisingan tinggi, getaran, dan ruang di bawah tanah, dll.
3. Klasifikasi menurut jenis luka dan cederanya
a. Patah tulang
b. Keseleo/dislokasi/terkilir
c. Kenyerian otot dan kejang
d. Gagar otak dan luka bagian dalam lainnya
e. Amputansi dan enukleasi
f. Luka tergores dan luka luar lainnya
g. Memar dan retak
h. Luka bakar
i. Keracunan akut
j. Aspixia atau sesak napas

30
k. Efek terkena arus listrik
l. Efek terkena paparan radiasi
m. Luka pada banyak tempat dibagian tubuh,dll.
4. Klasifikasi menurut lokasi bagian tubuh yang terluka.
a. Kepala; Leher; Badan; Lengan; Kaki; Berbagai bagian tubuh
b. Luka umum, dll.

d. Kerugian Akibat Kecelakaan Kerja


Sebagian besar pengurus atau manajer perusaahan tidak mengetahui berapa
besar biaya yang harus dikeluarkan akibat kejadian kecelakaan. Dari
penilaiansecara tradisional di tempat kecelakaan mereka hanya melihat biaya
pengobatan dan kompensasi kepada pekerja akibat kecelakaan tersebut. Hal
terburuk mereka dapat menerima biaya yang tidak terelakan yang
berhubungan dengan usahannya atau mengira bahwa biaya kecelakaan
ditanggung oleh perusahaan asuransi. Hanya sedikit dari mereka yang
mengetahui faktor-faktor yang sama yang menyebabakan kecelakaan juga
menyebabakan kerugian produksi, penurunan kualitas kerja dan pengeluaran
biaya ekstra.
Sementara itu, untuk dapat mengetahui faktor penyebab kecelakaan adalah
dengan melakukan langkah-langkah besar didalam upaya pengendalian
seluruh kerugian akibat kecelakaan.
Setiap kecelakaan adalah malapetaka, kerugian dan kerusakan kepada
manusia,harta benda atau property dan proses produksi. Implikasi yang
berhubungan dengan kecelakaan sekurang-kurangnya berupa gangguan
kinerja perusahaan dan penurunan keuntungan perusahaan.Pada dasarnya
akibat dari peristiwa kecelakaan dapat di lihat dari besar kecilnya biaya yang
dikeluarkan bagi terjadinya suatu peristiwa kecelakaan. Pada umumnya
kerugian akibat kecelakaan kerja cukup besar dan dapat mempengaruhi upaya
peningkatan produktivitas perusahaan. Secara garis besar kerugian akibat
kecelakaan kerja dapat dikelompokan menjadi :

31
1. Kerugian/biaya langsung (Direct costs): yaitu suatu kerugian yang dapat
dihitung secara langsung dari mulai terjadi peristiwa sampai tahap
rehabilitasi, seperti :
a. Penderitaan tenaga kerja yang mendapat kecelakaan dan keluarganya
b. Biaya pertolongan pertama pada kecelakaan
c. Biaya pengobatan dan perawatan
d. Biaya angkut dan biaya rumah sakit
e. Biaya kompensasi pembayaran asuransi kecelakaan
f. Upah selama tidak mampu bekrja
g. Biaya perbaikan peralatan yang rusak, dll
2. Kerugian/biaya tidak langsung atau terselubung (indirect costs) : yaitu
merupakan kerugian berupa biaya yang dikeluarkan dan meliputi suatu
yang terlihat pada waktu atau beberapa waktu setelah terjadinya
kecelakaan, biaya tidak langsung ini antara lain mencakup :
a. Hilangnya waktu kerja dari tenaga kerja yang mendapat kecelakaaan
b. Hilangnya waktu kerja dari tenaga kerja lainnya, seperti rasa ingin tahu
dan rasa simpati serta setiakawan untuk membantu dan memberikan
pertolongan pada korban, menghantarnya ke rumah sakit, dll
c. Terhentinya proses produksi sementara, kegagalan pencapaian target,
kehilangan bonus, dll.
d. Kerugian akibat kerusakan mesin, perkakas atau peralatan kerja
lainnya.
e. Biaya penyelidikan dan ststus sosial lainnya seperti :
1) Mengunjungi tenaga kerja yang sedang menderita akibat
kecelakaan
2) Menyelidiki sebab-sebab terjadinya kecelakaan
3) Mengatur dan menunjuk tenaga kerja lain untuk meneruskan
pekerjaan dari tenaga kerja yang menderita kecelakaan
4) Merekrut dan melatih tenaga kerja baru
5) Timbulnya ketegangan dan stress serta menurunnya moral dan
mental tenaga kerja.

32
Pada umumnya kita terfokus pada kerigian atau biaya langsung, padahal
kenyatannya, kerugian atau biaya-biaya yang tidak lanngsung dan terselubung
jauh lebih besar dan mempunyai dampak lebih luas. Hal ini dapat dilihat dari
Fenomena Gunung Es, dimana puncak gunung es yang Nampak hanya
sebagian kecil hanya sebagian kecil dibandingkan dengan dibagian yang
terpendam didalamnya dan belum kelihatan pada saat kejadian. Denagn
demikian jelas bawa disamping kerugian langsung akibat kejadian kecelakaan,
kerugian tidak langsung harus mendapatkan perhatian serius karena sangat
mempengaruhi kelangsungan proses produksi perusahaan secara keseluruhan.
Dilain pihak, Bird dan Germain (1986), membedakan jenis-jenis kerugian
yang disebabkan karena kecelakaan kerja secara lebih detail seperti tersebut
dalam table 1.1.
Table 2.1. Kerugian akibat Kecelakaan Kerja
No. Jenis Kerugian No. Komponen Kerugian

1 Waktu kerja hilang dari 1.1 Waktu produktif hilang oleh karena
korban pekerja mengalami cidera dan tidak
dengan kompensasi atau asuransi.
2 Waktu kerja hilang dari 2.1 Waktu kerja hilang oleh teman-teman
teman-teman korban korban yang ada di tempat kejadian,
membantu dan memberi pertolongan
pada korban, dll.
2.2 Waktu kerja hilang karena simpati
atau rasa keingintahuan, dan
gangguan pekerjaan pada saat
kejadian dan membicarakan kasus
yang terjadi, saling bercerita
mengenai kejadian yang serupa,
2.3 kasak-kusuk mengenai kejadian
kecelakaan, dll.
Waktu kerja hilang insidentil untuk

33
membersikan tempat kejadian,
mengumpulkan dana untuk
membantu korban dan keluarganya,
dll.
3 Waktu kerja hilang dari 3.1 Waktu kerja hilang dari supervisor
supervisor untuk membantu dan memberi
pertolongan korban
3.2 Investigasi penyebab kecelakaan,
seperti : investigasi awal, tindak
lanjut, penelitian untuk pencegahan,
3.3 dll
Mengatur kelangsungan pekerjaan,
mendapatkan material baru,
3.4 menjadwal ulang pekerjaan, dll.
Memilih dan melatih pekerja baru
3.5 atau memindah tugaskan pekerja lain
Menyiapkan laporan kecelakaan,
seperti; laporan sakit/cidera, laporan
3.6 kerusakan property, laporan, dll.
Partisipasi untuk ikut mendengarkan
para kasus kecelakaan, dll.
4 Kerugian umum 4.1 Waktu produktif hilang akibat
kesedihan, shock, trauma, proses
kerja menjadi lambat, dll.
4.2 Kerugian akibat dari penghentian
mesin-mesin produksi, kendaraan,
pabrik, fasilitas, dll serta pengaruh
peralatan dan jadwal kerja baik yang
bersifat sementara maupun jangka
panjang.

34
4.3 Efektifitas korban sering berkurang
setelah kembali kerja yang mungkin
disebabkan karena cacat fisik atau
trauma psikologis.
4.4 Kerugian usaha secara umum karena
penurunan publik image.
4.5 Biaya dapat meningkat untuk
pembayaran asuransi karena sering
terjadi kecelakaan di tempat kerja
4.6 Aneka ragam kerugian lain yang
berhubungan dengan kasus
kecelakaan.
5 Kerugian Properti 5.1 Biaya pengeluaran untuk keadaan
emergensi
5.2 Biaya untuk penyelamatan dan
penggantian peralatan dan material.
5.3 Biaya untuk perbaikan material dan
peralatan.
5.4 Biaya untuk waktu perbaikan dan
pemindahan peralatan yang
menyebabkan penurunan
produktifitas dan penundaan jadwal
pemeliharaan peralatan lainnya.
5.5 Biaya untuk tindakan korektif selain
perbaikan.
5.6 Kerugian karena suku cadang
peralatan yang rusak.
5.7 Biaya untuk penyelamatan dan
emergensi peralatan.
5.8 Kerugian produksi selama periode
kejadian kecelakaan , dll

35
e. Pencegahan Kecelakaan Kerja
Kecelakaan-kecelakaan kerja pada umumnya adalah upaya untuk mencari
penyebab dari suatu kecelakaan dan bukan mencari siapa yang salah. Dengan
mengetahui dan mengenal penyebab kecelakaan maka dapat disusun suatu
rencana pencegahannya, yang mana hal ini merupakan program K3, yang pada
hakekatnya adalah merupakan rumusan dari suatu strategi bagamana
menghilangkan atau mengendalikan potensi bahaya yang sudah diketahui.
Untuk membuat program K3 dalam rangka pencegahan kecelakaan kerja,
beberapa tahapan yang harus dipahami dan lalui yaitu :
1. Identifikasi masalah dan kondisi tidak aman. Kesadaran akan adanya
potensi bahaya disuatu tempat kerja merupakan langkah kerja pertama dan
utama di dalam upaya pencegahan kecelakaan secara efektif dan efesien.
Data yang diperoleh dari hasil identifikasi akan sangat bermanfaat dalam
merencanakan dan melaksanakan suatu upaya pencegahan kecelakaan
selanjutnya.
Identifikasi masalah ini antara lain seperti :
a. Pengenalan jenis pekerjaan yang mengandung resiko terjadinya
kecelakaan;
b. Pengenalan komponen peralatan dan bahan-bahan berbahaya yang
digunakan dalam proses kerja;
c. Lokasi pelaksanaan pekerjaan;
d. Sifat dan kondisi tenaga kerja yang menangani;
e. Perhatian manajemen terhadap kecelakaan;
f. Sarana dan peralatan pencegahan dan pengendalian yang tersedia
2. Model Kecelakaan, yang menunjukkan bagaimana suatu kecelakaan bisa
terjadi. Untuk menemukan sebab-sebab kecelakaan, dikenal berbagai
model kecelakaan seperti :
a. Model kecelakaan biasa, yang secara sederhana menggambarkan
kemungkinan sebab terjadinya kecelakaan, yaitu misalnya hadirnya
seseorang disuatu tempat yang mengandung potensi bahaya.

36
b. Model analisa pohon kesalahan (Foult-Tree Analysis-FTA), yaitu
suatu metode untuk mengidentifikasi suatu kombinasi antara kegagalan
peralatan dan kesalahan manusia,dengan memakai procedure “Top-
down” yang dimulai dari kejadian kecelakan.
c. Model analisa pohon kejadian (Event-Tree Analysis-ETA), yaitu
suatu teknik untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi potensi
kecelakaan yang mungkin terjadi sebagai akibat kegagalan atau
gangguan atau biasa disebut awal mula kejadian.
d. Model Hazops (Hazard and operation study), yaitu suatu metode yang
digunakan untuk mengetahui, mengenal dan mengidentifikasi semua
potensi bahaya yang terdapat dalam suatu pelaksanaan operasi suatu
proses produksi.
3. Penyelidikan Kecelakaan (Analisa Kecelakaan), yaitu suatu upaya yang
dilakukan untuk secara lebih teliti mengetahui sebab-sebab dan proses
terjadinya kecelakaan. Analisa ini dapat mempergunakan berbagai metode,
seperti; metode Hazan (Hazards Analysis). Dengan metode ini akan dapat
diramalkan terjadinya suatu kecelakaan, sebab terjadinya kecelakaan dan
seberapa besar kecelakaan akan terjadi.
4. Azas –azas pencegahan kecelakaan, yaitu prinsip-prinsip tentang sebab
kecelakaan yang harus dikenal dan diketahui untuk menentukan sebab-
sebab terjadinya suatu kecelakaan, dimana dikenal 3 (tiga) azas yaitu:
a. Azas Rumit (kompleks) yaitu adanya beberapa sebab yang mandiri
atau tidak berhubungan satu dengan yang lain yang bila digabung akan
menyebabkan suatu kecelakaan.
b. Azas Arti (penting), yaitu faktor penyebab utama (paling penting)
dalam terjadinya suatu kecelakaan.
c. Azas Urutan, yaitu rangkaian dari berbagai sebab yang menyebabkan
terjadinya kecelakaan.
5. Perencanaan dan Pelaksanaan. Upaya pencegahan kecelakaan harus
segera dilakukan setelah melalui tahapan-tahapan identifikasi masalah,
penentuan model dan metode analisis kecelakaan serta pemahaman asas

37
manfaat pencegahan kecelakaan. Dari penjelasan tersebut dapat dikatan
bahwa upaya pencegahan kecelakaan yang baik adalah yang mengandung
dan memperhatikan aspek-aspek seperti tersebut dibawah ini :
a. Desain pabrik, Desain pabrik harus memperhatikan kinerja K3 bagi
setiap orang yang berada di pabrik,seperti :
1) Pengaturan dan pembagian areal pabrik yang cukup aman dan
memberikan keleluasan bila terjadi kecelakaan;
2) Dinding pemisah antara ruangan atau bangunan yang dapat
menjamin dan menghambat menjalarnya suatu kondisi yang
berbahaya;
3) Penyedian alat pengaman yang sesuai dan cukup pada setiap
peralatan, serta pada lokasi yang tepat, sebagai contoh:
pemasangan hydrant untuk penanggulngan kebakaran, dll
b. Desain komponen dan peralatan pabrik. Semua komponen dan
peralatan pabrik yang digunakan harus dirancang sesuai dengan
persyaratan yang ditetapkan. Rancangan yang tidak sesuai sering
menjadi penyebab terjadinya kecelakaan yang mengakibatkan
terjadinya kerugian. Komponen dan peralatan pabrik yang perlu
mendapat perhatian antara lain adanya :
1) Beban Statik (Static Loads);
2) Beban dinamik (Dinamic Loads);
3) Tekanan internal dan eksternal;
4) Harapan hidup peralatan pabrik;
5) Beban berhubungan dengan perubahan suhu dan pengaruh dari luar
industri, dll
Pada peralatan atau mesin-mesin yang mengandung potensi
bahaya,perlu dibuatkan pengaman peralatan atau mesin
seperlunya,dimana pengaman tersebut harus memenuhi beberapa
persyaratan antara lain :
a) Harus memberikan perlindungan yang positif,dimana tenaga
kerja dicegah agar tidak bersentuhan secara langsung pada

38
bagian mesin yang berbahaya,apabila pengaman tidak bekerja
maka mesin dapat mati dengan sendirinya atau penggunaan
system pengucian otomatis;
b) Mencegah semua jangkauan ke daerah berbahaya saat mesin
beroperasi;
c) Tidak menyebabkan operator kurang nyaman atau kurang
leluasa saat bekerja ,sehingga pengaman disingkirkan oleh
tenaga kerja;
d) Tidak mengganggu proses produksi itu sendiri;
e) Pengaman harus dapat beroperasi secara otomatis atau hanya
dengan upaya minimum;
f) Harus sesuai dengan pekerjaan dan mesin yang diberi
pengaman ;
g) Harus menjadi bagian yang terpadu (Bulit-in)dengan mesin dan
tidak menjadi beban tambahan;
h) Memberikan keleluasaan dalam pemeriksaan,perbaikan dan
perawatan tanpa harus menyingkirkan pengamannya;
i) Harus mampu melindungi terhadap kemungkinan operasional
yang tidak terduga dan bukan hanya perlingan terhadap bahaya
normal, dll.
c. Pengoperasian dan pengendalian. Setiap pengoperasian suatu proses
produksi memerlukan sistem pngendalian proses, agar tetap aman dan
selamat dalam batas-batas yang telah di tentukan. Sistem pengendalia yang
dignakan antara lan meliputi :
1) Pengendalian secara manual
2) Pengendalian secara otomatis
3) Sistem pengendali “automatic shut down”
4) Sistem alarm otomatis maupun manual, dll
d. Sistem keselamatan. Setiap proses atau instalasi memerlukan suatu sistem
pengamanan yang bentuk dan desainnya tergantung pada potensi bahaya
dan resiko yang ada ditempat kerja. Sistem pengamanan harus disediakan

39
baik terhadap kemungkinan terjadi penyimpangan kondisi, kegagalan
komponen dan peralatan serta sarana perlindungan teknis.
e. Pencegahan kesalahan manusia dan organisasi. Hal ini merupakan
bagian penting dan harus diperhatikan dalam pelaksanaan pencegahan
kecelakaan kerja. Upaya ini antara lain meliputi :
1) Pekerjaan yang sesuai dan mudah di kerjakan
2) Tanda-tanda atau simbol-simbol yang jelas dan nyata dalam
penampilan panel pengendali
3) Peralatan komunikasi yang benar serta pelathan yang sesuai dengan
jenis pekerjaan. dll
f. Pemeliharaan dan monitoring. Pemeliharaan dan monitoring yang
teratur oleh tenaga kerja yang terlatih dan berpengalaman akan
menciptakan sistem keselamatan kerja yang baik.
g. Pengawasan. Pengawasaan terhadap komponen pabrik perlu dilakukan
secara teratur dan terus menerus untuk memastikan bahwa segalah
sesuatunya berjalan sesuai apa yang telah direncanakan.
h. Mengurangi akibat yang terjadi. Hal ini dapat dilakukan dengan suatu
konsep perencanaan dan penyedian sarana untuk suatu upaya K3, yang
antara lain meliputi:
1) Penyediaan tenaga terlatih untuk penanggulangan keadaan darurat;
2) Penyediaan sistem alarm yang langsung brhubungan dengan pusat-
pusat penanggulangan keadaan darurat;
3) Penyediaan anti-dote untuk menghadapi suatu keadaan terlepasnya
bahan-bahan kimia beracun,dll.
i. Pelatihan kepda semua pihak yang terlibat dalam proses produksi.
j. Sistem pelaporan yang relevan serta standar dan perbaikan lingkungan
kerja.

40
2. Penyakit Akibat Kerja (PAK)
a. Faktor Dan Potensi Bahaya Penyebab Penyakit Akibat Kerja
Setiap tempat kerja selalu terdapat berbagai potensi bahaya yang dapat
mempengaruhi kesehatan tenaga kerja atau dapat menyebabkan timbulnya
penyakit akibat kerja. Gangguan ini dapat berupa gangguan fisik maupun
psikis terhadap tenaga kerja. Pengenalan potensi bahaya di tempat kerja
merupakan dasar untuk mengetahui pengaruh nya terhadap tenaga kerja, serta
dapat dipergunakan untuk mengadakan upaya-upaya pengendalian potensi
bahaya dalam rangka pencegahan penyakit akibat kerja yang mungkin terjadi.
Secara umum, potensi bahaya lingkungan kerja dapat berasal atau bersumber
dari berbagai faktor, antara lain:
1. Faktor teknis, yaitu potensi bahaya yang berasal atau terdapat pada
peralatan kerja yang digunakan atau dari pekerjaan itu sendiri .
2. Faktor lingkungan, yaitu potensi bahaya yang berasal dari atau berada di
dalam lingkungan, yang bisa bersumber dari proses produksi termasuk
bahan baku, baik produk antara maupun hasil akhir.
3. Faktor manusia, dimana manusia adalah merupakan atau mengandung
potensi bahaya yang cukup besar terutama apabila manusia melakukan
pekerjaan tidak berada dalam kondisi kesehatan yang prima, baik fisik
maupun psikis
Selanjutnya untuk lebih mempermudah pemahaman tentang adanya potensi
bahaya seperti tersebut di atas,maka potensi bahaya yang dapat menyebabkan
gangguan kesehatan dapat dikelompokkan antara lain sebagai berikut :
1. Potensi Bahaya Fisik : yaitu potensi bahaya yang dapat menyebabkan
gangguan-gangguan kesehatan terhadap tenaga kerja yang terpapar,
misalnya : terpapar kebisingan intensitas tinggi, suhu ekstrim (panas dan
dingin) intensitas penerangan kurang memadai, getaran, radiasi, dll.
2. Potensi bahaya yang kimia: yaitu potensi bahaya yang berasal dari bahan-
bahan kimia yang digunakan dalam proses produksi. Potensi bahaya ini
dapat memasuki atau mempengaruhi tubuh tenaga kerja melalui cara:
inhalation (melalui jalan pernafasan), ingestion (melalui mulut ke saluran

41
pencernaan) atau skin contact (melalui kulit). Terjadinya pengaruh potensi
bahaya kimia ini terhadap tubuh tenaga kerja sangat tergantung dari : jenis
bahn kimia atau kontaminan, bentuk potensi bahaya (debu, gas, uap, asap
dll), adanya racun bahan (toksisitas), cara masuk ke dalam tubuh, dll.
3. Potensi Bahaya Biologis: yaitu potensi bahaya yang berasal atau
ditimbulkan oleh kuman-kuman penyakit yang terdapat diudara, yang
berasal dari atau bersumber pada tenaga kerja yang menderita penyakit-
penyakit tertentu,misalnya : TBC, Hepatitis A/B, Aids, dll, ataupun yang
berasal dari bahan-bahan yang digunakan dalam proses produksi.
4. Potensi Bahaya Fisiologis: yaitu potensi bahaya yang berasal atau
disebabkan oleh penerapan Ergonomi yang tidak baik atau tidak sesuai
dengan norma-norma Ergonomi yang berlaku,dalam melakukan pekerjaan
serta peralatan kerja, termasuk : sikap dan cara kerja yang tidak sesuai,
pengaturan kerja yang tidak tepat, beban kerja yang tidak sesuai dengan
kemampuan pekerja ataupun ketidakserasian antara manusia dan mesin.
5. Potensi Bahaya Psiko-sosial : yaitu potensi bahaya yang berasal atau
ditimbulkan oleh kondisi aspek-aspek psikologi ketenagakerjaan yang
kurang baik atau kurang mendapatkan perhatian seperti : penempatan
tenaga kerja yang tidak sesuai dengan bakat, minat, kepribadian, motivasi,
temperamen atau pendidikannya, sistem seleksi dan klasifikasi tenaga
kerja yang tidak sesuai, kurangnya keterampilan tenaga kerja dalam
melakukan pekerjaan sebagai akibat kurangnya latihan kerja yang
diperoleh, serta hubungan antara individu yang tidak harmoni dan tidak
serasi dalam organisasi kerja. Kesemuanya terdapat akan menyebabkan
terjadinya stres akibat kerja.
6. Potensi Bahaya dari Proses Produksi : yaitu potensi bahaya yang berasal
atau ditimbulkan oleh berbagai kegiatan yang dilakukan dalam proses
produksi, yang sangat tergantung dari: bahan dan peralatan yang dipakai,
kegiatan serta jenis kegiatan yang dilakukan.

42
b. Pengaruh Potensi Bahaya Terhadap Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang terpapar dengan potensi bahaya lingkungan kerja tertentu
dalam waktu yang tertentu pula, akan mengalami gangguan-gangguan
kesehatan, baik fisik maupun psikis, sesuai dengn jenis dan besarnya potensi
bahaya yang ada, atau dengan kata lain akan timbul penyakit akibat kerja.
Penyakit akibat kerja akan timbul apabila potensi bahaya yang memapari
tenaga kerja berada dalam waktu dan kadar yang melebihi nilai ambang batas
yang diperkenankan.Tergantung dari jenis dan bentuk potensi bahaya yang
ada,maka dikenal berpengaruh potensi bahaya terhadap kesehatan tenaga kerja
yang terpapar, seperti:
1. SECARA FISIK : dimana potensi bahaya fisik yang ada akan
menyebabkan gangguan atau kerusakan bagian-bagian tubuh tertentu,
seperti:
a. Kebisingan yang melebihi Nilai Ambang Batas (> 85 dBA), bisa
menyebabkan kerusakan pada telingn sehingga timbul ketulian yang
bersifat sementara maupun tetap stetelah terpapar untuk jangka waktu
tertentu dan tanpa proyeksi yang memadai
b. Iklim kerja tang terlalu panas, bisa menyebabkan meningkatnya
pengeluaran cairn tubuh melalui keringat sehingga bisa terjadi
dehidrasi dan gangguan kesehatan lainnya yang lebih berat.
c. Getaran yang kuat dan terus-menerus bisa menyebabkan gangguan
atau kerusakan pada otot, tulang dan saraf.
d. Penerangan yang tidak baik (kurang terang, silau) bisa menyebabkan
kelelahan dan kerusakan pada mata.
e. Radiasi yang berlebihan dapt meyebabkan kerusakan pada jaringan-
jaringan tubuh, dan bila berlangsung untuk waktu yang lama dan terus
menerus bisa menyebabkan timbulnya kanker.
f. Pelaksanaan pekerjaan yang tidak benar dan tidak sesuai dengan
norma-norma ergonomi, bisa menyebabkan kelelahan dengan segala
akibatnya, gangguan muskuloskeletal dan bila berlangsung terus-
menerus ntuk waktu yang lama bisa timbul perubahan bentuk tubuh.

43
2. SECARA PSIKIS : dimana adanya potensi bahaya lingkungan kerja yang
mempengaruhi tenaga kerja secara psikologis yang menyebabkan ras tidak
aman dan rasa takut dalam mlaksanakan pekerjaannya. Keadaan seperti ini
disamping menyebabkan penurunan produktivitas kerja, juga akan dapat
menyebabkan gangguan psikologis bagi tenaga kerja, misalnya dengan
terjadinya konflk dalam diri tenaga kerja yng bila tidak segra diatasi dapat
menyebabkan tmbulnya sters kerja, baik perorangan maupun kelompok.
Hubungan antar manusia di dalam suatu organisasi kerja atau pekerjaan
yang sangat menentukan keberhasilan tenaga kerja dalam melakukan
tugasnya sehngga perlu dibina dan ditingkatkan, untuk menciptakan suatu
ketenangan bekerja dan berusaha di dalam tempat kerja.
3. SECARA LOKAL : dimana potensi bahaya yang mengenai bagian-
bagian tibuh tertentu akan mnyebabkan gangguan atau perubahan pada
bagian tersebut, misalnya : Dermatitis atau ekzema yang dpat terjadi
sebagai akbt kontak dengan bahan-bahan iritan, gangguan paru akibat
inhalasi debu yang ada dalam udara, sesak napas sebagai akibat inhalasi
bahn-bahan yang bersifat asiksian, kerusakan jaringan secara lokal sebagai
akibat kecelakaan kerja, sindrom saluran karpal pada operator komputer,
dll.
4. SECARA SISTEMIK : dimana poteni bahaya yang ada akan masuk
kedaam aliran darah dan akan menyebabkan kerusakan kerja ringan atau
organ tubuh bagian dalam sehingga terjadi gangguan kesehatan secara
umum, misalnya : bahan kimia beracun, Bahan dalam bentuk gas, uap,
kuman-kuman penyakit yang terdapat di udara, bisa masuk kedalam aliran
darah tubuh melalui saluran pernapsan maupun pencernaan, dan bisa
menyebabkan gangguan atau perubahan pada berbagai organ tubuh
sehngga terjadi gejala-gejala secara umum.
5. SECARA KHUSUS : Beberapa jenis bahan berbahaya dapat
menyebabkan gangguan khusus pada bagian tubuh tertentu, seperti
merusak saraf, merusak jaringan otak, menyebabkan kelainan darah
(pembentukan dan pematangan sel-sel darah)

44
c. Evaluasi Potensi Bahaya Lingkungan Kerja
Setelah semua potensi bahaya yang ada dapat dikenali dan diketahui
Pengaruhnya terhadap tenaga kerja, maka langkah selanjutnya adalah
melakukan evaluasi potensi bahaya tersbut sebagai persiapan pelaksanaan
upaya pengendalian selanjutnya. Dalam melakukan evaluasi potensi bahaya
ini harus di prhatikan beberapa hal, antara lain :
1. Identifikas potensi bahaya, langka pertama yang harus dilakukan sebelum
melakkan evaluasi adalah melakukan pengenalan melalui identiviksi
potensi bahaya.
2. Pengkuran potensi budaya, yang bisa dilakukan secara langsung atai tidak
langsung. Pengukuran ini bisa berupa pengukuran secara kualitati maupun
kuantitatif. Untuk melakukan pengukuran potensi bahaya lingkungan kerja
ini dibutuhkan peralatan pengukur yang khusus tergantung dari pada jenis
dan bentuk potensi bahaya yang akan diukur.
3. Sampling, untuk melakukan evaluasi ini harus diadakan dengan tetap
memperhatikan jenis dan bentuk potensi bahaya serta pengaruhnya
terhadap kesehatan tenaga kerja yang terpapar.pengunaan teknik dan
metode sampling yang tepat akan sangat menentukan hasil evaluasi
selanjutnya.
4. Standardisasi, dimaksudkan untuk membandingkan hasil pengukuran yang
diperoleh dengan nilai ambang batas yang berlaku. Nilai yang lebih tinggi
dari NAB harus mendapatkan perhatian karena merupakan potensi bahaya
yang dapat menyebabkan gangguan pada tenaga kerja.
5. Biological monitoring, dengan melakukan berbagai pemeriksaan terhadap
tenaga kerja (dara,urin dll) sesuai dengan jenis dan bentuk potensi bahaya
yang ada, untuk mengetahui apakah da pengaruh potensi bahaya tersebut
terhadap kesehatan tenaga kerja. Jadi adanaya pengaruh potensi bahay
tehadap kesehatan tenaga kerja dapat dipantau dengan mengadakan
pemeriksaan-pemerikasaan kesehatan secara berkala atau khusus, sesui
dengan jenis dan bentuk potensi bahaya yang ada.

45
6. Record keeping, yaitu pencatatan dan pengumpulan data dari semua hal
yang berhubungan dengan potensi bahaya yang ada. Ternyata bahwa
pencatatan dan penyimpanan data mengenai potensi bahaya yang ada,
merupakan hal yang sangat penting dan akn sangat bermanfaat untuk
perencanaan pengendalian bahaya selanjutnya serta upaya-upaya
perbaikan sistem dan cara kerja di tempat kerja.

d. Penyelenggaraan Pemeriksaan Kesehatan Kerja


Pemeriksaan kesehatan adalah merupakan pemeriksaan terhadap seorang
tenaga kerja secara medis untuk menilai kondisi kerja. Kondisi yang dinilai
meliputi; kondisi dan derajat kesehatan, ada tidaknya peyakit yang diderita
dan jenis penyakit yang diderita oleh para pekerja. Pemeriksaan kesehatan
pekerja dilakukan oleh dokter perusahaan yang ditunjuk yang meliputi
pemeriksaan badan umum, pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan
pembantu diagnostik. Jenis pemeriksaan kesehatan tenaga kerja meliputi:
1. Pemeriksaan Kesehatan Awal (Sebelum kerja/prakerja). Pemeriksaan
kesehatan awal dalah pemeriksaan kesehatan yang dilakukan oleh dokter
perusahan yang di tunjuk sebelum tenaga kerja diterima bekerja atau pada
saat rekruitmen. Pemeriksaan kesehatan awal bertujuan agar tenga kerja
yang diterima :
a. Berada dalam kondisi kesehatan yang setinggi-tingginya;
b. Tidak menderita penyakit menular;dan
c. Kondisi kesehatan calon pekerja sesuai dengan pekerjaan yang akan
dilakukan.
2. Pemeriksaan KesehatanBerkala (periodik).Pemeriksaan ini dilakukan oleh
dokter perusahaan yang ditunjuk terhadap tenaga kerja dalam jangka
waktu tertentu secara periodik selama tenaga kerja bekerja di
perusahaan.Pemeriksaan kesehatan berkala bertujuan untuk:
a. Menjaga dan mempertahankan kondisi kesehatan tenaga kerja;
b. Menemukan gangguan secara dini dan pengobatan secara dini;

46
c. Menemukan gangguan kesehatan akibat pekerjaan secara dini dan
menghindarkan cacat tubuh akibat paparan pencemaran dan untuk
menentukan program pengendalian lingkungan kerja selanjutnya;
d. Pemeriksaan kesehatan ini dilakukan sekurang-kurangnya setahun
sekali dan tergantung dari kondisi lingkungan kerja/fktor bahaya yang
dihadapi para pekerja.
3. Pemeriksaan Kesehatan Khusus.Pemeriksaan kesehatan ini dimaksudkan
untuk menilai adanya pengaruh-pengaruh dari pekerjaan tertentu terhadap
tenaga kerja atau golongan tenaga kerja tertentu. Pemeriksaan kesehatan
khusus dilakukan antara lain terhadap :
a. Tenaga kerja yang pernah mengalami kecelakaan atau penyakit yang
memerlukan perawatan lebih dari 2 minggu;
b. Tenaga kerja yang berusia di atas 40 tahun, tenaga kerj wanita, tenaga
kerja cacat dan tenaga kerja mudah yang mampu melakukan pekerjaan
tertentu;
c. Tenaga kerja yang terdapat dugaan-dugaan kuat mengalmi ganggun
kesehatan akibat pekerjaannya.

DAFTAR PUSTAKA
Bird, E, F and Germain, G, L. 1989. Practical Loss Control Leadership. Edisi
Revisi.USA : Division Of International Loss Control Institute.

Harrianto, Ridwan. 2010. Bahan Ajar Kesehatan Kerja. EGC. Jakarta.

Heinrich, H.W. 1980. Industrial Accident Prevention. Mc. Graw-Hill Book


Company. New York.

Hughes, Phil and Ed Ferrett. 2007. Introduction to Health and Safety at Work.
Published by Elsevier Limited. New York.

Kurniawidjaja, L. Meily. 2012. Teori dan Aplikasi Kesehatan Kerja. Edisi Ketiga.
UI Press. Jakarta.

Suardi, Rudi. (2005) Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Edisi
I, PPM, Jakarta.

47
Tarwaka. 2008. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Harapan Press. Surakarta-
Indonesia.

Taylor G, Easter K. (2004) Enhancing Occupational Safety and Health, Elsevier,


Amsterdam.

48

Anda mungkin juga menyukai