Anda di halaman 1dari 13

The Importance Of Occupational Safety and Health for The Motivation of

Worker
Pentingnya Keselamatan dan Kesehatan Kerja bagi Motivasi Pekerja
by:
Mohamad Habib Alkadri
Program Studi Administrasi Bisnis
Politeknik Negeri Bandaung

Abstrak
Alkadri, Mohamad Habib (195211016), 2021. Pentingnya K3 bagi motivasi
karyawan.
Jurnal ini dilatarbelakangi oleh akibat terdapat banyaknya hal hal yang
dapat menyebabkan karyawan merasa demotivasi atau kekurangan motivasi
ketika kerja. Hal ini disebabkan oleh rasa tidak aman yang didapati oleh
karyawan khsusunya karyawan bagian operasional atau karyawan yang
berhubungan langsung dengan mesin yang bisa membahayakan. Dalam
karya tulis ini, penulis ingin membuktikan pentingnya K3 agar dapat
meningkatkan motivasi pekerja di perusahaan. Metode yang digunakan
melalui studi pustaka dan melakukan perbandingan beberapa jurnal. Hasil
dari karya tulis ini membuktikan bahwa K3 dapat sangat berpengaruh secara
signifikan terhadap kondisi motivasi para karyawan ketika bekerja.

Kata Kunci : Keselamatan Kerja, Kesehatan Kerja, Motivasi Karyawan

ABSTRACT

Alkadri, Mohamad Habib (195211016), 2021. The Importance OF


Occupational safety and Health for the motivation of worker.
This journal is motivated by the result that there are many things that can
cause employees to feel demotivated or lack motivation when working. This
is due to the feeling of insecurity experienced by employees, especially
operational employees or employees who are in direct contact with machines
that can be dangerous. In this paper, the author wants to prove the
importance of K3 in order to increase the motivation of workers in the
company. The method used is through literature study and comparisons of
several journals. The results of this paper prove that K3 can significantly
influence the motivational conditions of employees at work.

Keywords: Occupational Safety, Occupational Health, Employee Motivation


1. Pendahuluan
Sumber Daya Manusia dalam suatu susunan organisasi memiliki peran
yang sangat penting, dimana SDM dapat menjadi penentu bagi perusahaan akan
baik atau buruknya identitas mereka dimata umum. SDM juga dapat menjadi
kendali utama dalam proses produksi perusahaan, dikarenakan sarana yang ada
tidak akan berjalan atau berfungsi secara optimal ketika SDM yang dimiliki
perusahaan tidaklah berkualitas. Bisa kita simpulkan erat hubungannya antara
sarana, prasana dengan karyawan. Oleh sebab itu karyawan yang merupakan
sumber daya manusia-nya perusahaan perlu difasilitasi dan dijamin dalam beberapa
hal demi terciptanya output yang sesuai dengan keinginan perusahaan. Salah satu
bentuk usaha perusahaan akan hal tersebut adalah dengan menjalankan program
Kesehatan dan Keselamatan Kerja bagi karyawannya. Pelaksanaan program K3 ini
biasanya dikhususkan pada bagian operasionalisasi produksi perusahaan, yang
bertujuan untuk menjamin kecilnya resiko bahaya dan terjadinya kecelakaan
ataupun cedera yang diakibatkan oleh pekerjaan.
Resiko keselamatan ini merupakan aspek aspek dari lingkungan pekerjaan
yang biasanya dapat menyebabkan luka luka, keselo,kebakaran, tersengat aliran
listrik, patah tulang, dan kecelakaan lain lainnya yang tentunya membahayakan
fisik dari pekerja. Adapun faktor utama penyebab kecelakaan tersebut adalah faktor
dari pekerjanya sendiri, seperti akibat dari kesalahan prosedur kerja ataupun
keteledorannya sendiri. Faktor utama lainnya berasal dari faktor lingkungan, seperti
kepemimpinan/pengawasan kurang, peralatan dan bahan kurang, perawatan
peralatan yang kurang, standar kerja yang kurang dan lain lainnya. Melalui
penjelasan tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa K3 dilakukan oleh perusahaan
atas dasar untuk mencegah hal hal yang tidak diinginkan nantinya dan mewrupakan
salah satu bentuk perhatian yang diberikan kepada pekerja.
Perhatian lebih yang diberikan oleh perusahaan melalui K3 ini dapat
mendatangkan beberapa manfaat. Menurut Mangkunegara (2004: 162), selain
untuk mencegah karyawan mengalami kecelakaan dalam proses produksi
perusahaan, K3 juga bertujuan untuk meningkatkan semangat kerja, keharmonisan
kerja dan partisipasi kerja, dan dapat ditentukan bahwa kinerja karyawan dapat
ditingkatkan. Kemudian melalui K3 juga diharapkan dapat meningkatkan motivasi
kerja karyawan perusahaan. Tentunya, seiring dengan meningkatnya motivasi,
mungkin ada satu hal yang berdampak positif bagi perusahaan dan karyawannya.
Jika seseorang memiliki motivasi yang tinggi maka akan berdampak pada kinerja
orang tersebut.
Menurut Suprihanto (2003: 41), konsep motivasi adalah sebagai berikut:
“Motivasi adalah suatu konsep yang digunakan untuk mendeskripsikan kekuatan
untuk menginisiasi dan membimbing perilaku dalam atau antar individu.”
Berdasarkan ungkapan tersebut, kita dapat menarik kesimpulan jika dilaksanakan
dengan benar. , keselamatan dan kesehatan kerja dapat memberikan motivasi bagi
pekerja. Hal ini dikarenakan rasa aman dalam bekerja membuat para staf fokus pada
pekerjaan dan termotivasi untuk bekerja.
2. Kajian Pustaka
2.1 Keselamatan dan kesehatan kerja
2.1.1 Keselamatan Kerja
Menurut definisi Sugeng dalam Lambrie (2010: 235), keselamatan kerja
adalah “suatu bidang kegiatan yang bertujuan mencegah segala jenis
kecelakaan yang berkaitan dengan lingkungan dan lingkungan kerja”.
Kemudian menurut Swasto (2011: 107), “Keselamatan kerja melibatkan
seluruh proses perlindungan pekerja dari kemungkinan bahaya di
lingkungan kerja.
Swasto (2011:108) juga mengungkapkan terdapat beberapa faktor
yang dapat berpengaruh terhadap keselamatan kerja, sehingga berakibat
terhadap kecelakaan kerja, antara lain seperti berikut:
1. Tempat kerja dengan kondisi yang tidak aman
a. Layout
Adalah cara penyusunan mesin mesin pabrik beserta
perlengkapannya yang diperlukan dalam proses kegiatannya.
b. Sistem pencahayaan
Dalam sistem pencahayaann yang baik dapat memiliki
kemungkinan untuk para karyawannya melihat benda atau
obyek yang sedang dikerjakannya dengan jelas, jadi
kemungkinan untuk terjadinya kecelakaan atau hal hal yang
tidak diinginkan dapat dicegah.
c. Kondisi alat
Peralatan yang ada memiliki kondisi yang tidak memenuhi
syarat dapat menjadi salah satu penyebab terjadinya kecelakaan
kerja.

2. Perbuatan yang tidak memenuhi faktor keselamatan kerja.


a. Kecerobohan keamanan peralatan
kecelakaan dapat terjadi dikarenakan berasal dari dua hal, dari
faktor luar dan dari faktor manusia itu sedniri. Kebiasaan dari
mengamankan peralatan dapat menjadi penyebab kecelakaan.
Karena kebiasaan pengamanan tersebut dapat mencerminkan
bagaiaman peralatan, bahan bahan itu diamankan apakah
diamankan dengan aman atau tidak. Jika tidak maka
kecerobohan tersebut dapat menjadi salah satu penyebab
kecelakaan kerja.
b. Pemakaian alat pelindung diri
Pencegahan terhadap hal hal yang tidak diinginkan dapat
dilakukan dengan menggunakan pelindungan diri bagi para
pekerja ketika proses kerja berlangsung.
c. Penggunaan prosedur kerja
Dengan menggunakan prosedur kerja dapat memandu tata cara
mengerjakan sesuatu seusai dengan aturan yang harus dipatuhi
dala pelaksanaan kerjanya. Dengan begitu pelaksanaan
pekerjaan dapat dilakukan dengan baik juga berdasar prosedur
yang telah ditentukan, sehingga kecelakaan dan hal hal yang
tidak diinginkan dapat dihindari.

3. Kondisi mental pekerja


Para pekerja yang bekerja dibawah pressure atau yang dirasa jika
pekerjaan mereka dapat sewaktu waktu terancam atau tidak terjamin,
dapat mempunyai kemungkinan mengalami kecelakaan lebih besar
dibandingkan mereka yang tidak mengalami pressure.

2.1.1.1 Indikator Keselamatan Kerja


Moenir dalam Rahman(2009:13) mengungkapkan mengenai
indikator keselematan kerja dapat dilihat dari lingkungan kerjanya
secara fisik antara lain:
1. Peletakan barang atau benda yang tidak mebahayakan atau
dapat membuat celaka orang orang yang berada disekitar tempat
kerjanya.
2. Perlindungan bagi pekerja atau pekerja yang melayani
penyerahan alat alat kerja yang dapat membahayakan, dengan
cara memberikan alat pelindung yang tepat.
3. Penyediaan perlengkapan yang dapat digunakan untuk alat
pencegah, pertolongan juga perlindungan.
4. Melaksanakan program sosialisasi pencegahan kecelakan yang
bisa diberikan oleh perusahaan sebelumnya kepada para pekerja.

2.1.2 Kesehatan Kerja


Meily (2010:72) mengungkapkan “Kesehatan kerja adalah upaya
mempertahankan dan meningkatkan derajat kesehatan fisik, mental dan
kesejahteraan social semua pekerja yang setinggi-setingginya.” Pencegahan
gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh kondisi pekerjaan, melakukan
perlindungan terhadap pekerja dari faktor risiko pekerjaan yang dapat
membahayakan kesehatan, peletakan pemeliharaan pekerja dalam
lingkungan kerja dicocokan dengan kebutuhan kapabilitas fisiologinya,
psikologisnya, juga dapat disimpulkan sebagai adaptasi pekerjaan untuk
manusia dan setiap individu kepada pekerjaannya.
Lalu menurut Swasto (2011:110) mengatakan hahwa terdapat
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan kerja, seperti berikut :
1. Lingkungan tempat kerja
Meliputi:
• Kondisi fisik
Seperti penerangan, suhu udara, ventilasi ruangan,
tingkat kebisingan, getaran mekanis, radiasi juga tekanan
udara.
• Kondisi fisiologis
Dapat dilihat dari kontruksi peralatan, lalu sikap tubuh
dan cara operasi dalam melakukan pekerjaan, hal hal
yang dianggap dapat menimbulkan kelelahan fisik juga
bahan yang mengakibatkan perubahan fisik bagi pekerja.
• Kondisi khemis
Kondisi yang bisa dilihat dan uap gas, kabutm awan,
cairan, debu, asap, juga benda padat.

2. Mental Psikologis
Ini meliputi bagaimana hubungan kerja dalam kelompok/rekan
sepekerjaan, hubungan kerja antara atasan dengan bawahannya
atauapun sebaliknya, keadaan kerja, dan sebagainya.

2.1.2.1 Indikator Kesehatan Kerja


Terdapat tiga indikator kesehatan kerja yang diungkapkan
menurut Manullang (2006: 87) yakni:
1. Lingkungan kerja secara medis
Maksud lingkungan kerja secara medis adalah dilihat dari
sikap perusahaan ketika menangani hal hal seperti berikut :
• Kebersihan sekitar lingkungan kerja.
• Suhu udara dan ventilasinya
• Sistem pembuangan sampah juga limbah
industry
2. Lingkungan kesehatan tenaga kerja
Perusahaan melakukan upaya upaya untuk meningkatkan
kesehatan kerja dari para pekerjanya, dapat dilihat dari cara
perusahaan menyediakan air bersih disetiap sarana kamar
mandi/WC.
3. Pelayanan kesehatan pekerja merupakan wujud
pemeliharaan kesehatan pekerja.

2.2 Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Menurut Mangkunegara (2002: 163), “Kesehatan dan kesejahteraan kerja
yakni gagasan juga usaha, terutama agar menjamin keutuhan dan kesempurnaan
fisik dan mental pekerja, terutama seluruh individu, tenaga kerja dan pekerja"
Mangkunegara (2002: 165) mengatakan jika tujuan keselamatan dan
kesehatan kerja adalah seperti berikut:
• Untuk setiap pekerja mendapatkan jaminan keselamatan dan kesehatan
kerja yang baik secara fisik, social juga psikologisnya.
• Untuk setiap perlengkapan juga peralatan kerja yang digunakan dapat
secara efisien dan seefektif mungkin.
• Untuk semua hasil produksi dapat dipelihara keamanannya
• Untuk adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan dari
kebutuhan gizi pegawai
• Untuk meningkatkan kegembiraan, bekerja dalam harmoni dan
berpartisipasi dalam pekerjaan.
• Untuk terhindar dari hambatan kesehatan yang dapat disebabkan oleh
lingkungan kerja atau kondisi kerja
• Untuk pegawai merasa nyaman, aman dan terlindungngi ketika bekerja.

2.3 Motivasi
2.3.1 Definisi Motivasi kerja
Robbins (2003: 208) mengartikan motivasi sebagai kesediaan untuk
melakukan usaha yang besar untuk mencapai tujuan organisasi, yang
bergantung pada kemampuan usaha tersebut untuk memenuhi kebutuhan
individu. Motivasi setiap orang adalah untuk mewujudkan konsep dirinya
sendiri, yaitu hidup dengan cara yang sesuai dengan peran yang disukainya.
Sikap ini mencerminkan penghargaannya terhadap kemampuannya.
Manajer selalu bekerja dengan bawahannya, ia tidak bekerja sendiri,
melainkan mencari bantuan orang lain untuk melaksanakan pekerjaannya.
Oleh karena itu, pada setiap orang yang bekerja sama untuk mencapai suatu
tujuan tertentu, motivasi merupakan hal yang sangat penting.
Motivasi adalah proses psikologis yang ditentukan oleh faktor
internal (disebut faktor internal) Atau faktor eksternal). Faktor internal
seseorang dapat berupa kepribadian, sikap, pengalaman dan tingkat
pendidikan, atau perwujudan berbagai harapan dan ambisi di masa depan,
yang dapat disebabkan oleh pengaruh pemimpin, rekan kerja atau faktor
lainnya. Pada saat yang sama, karena pengaruh pemimpin, kolega, atau
faktor lain yang sangat rumit, faktor eksternal dapat disebabkan oleh
berbagai alasan. Robbins (2001: 166) mengatakan: "Motivasi adalah
kemauan untuk melakukan yang terbaik untuk mencapai tujuan organisasi
dan dipengaruhi oleh kemampuan untuk memenuhi kebutuhan beberapa
orang."
Berdasarkan definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa konsep
motivasi adalah suatu aktivitas dalam diri seseorang yang mengarah pada
munculnya semangat dan kekuatan.
2.3.2 Faktor faktor yang mempengaruhi Motivasi Kerja
Motivasi kerja karyawan biasanya merupakan perkara yang rumit
karena motivasi ini menurut Gomes (2003; 181) meliputi faktor pribadi dan
organisasi yang dapat mempengaruhi motivasi individu antara lain
kebutuhan, tujuan, sikap dan keterampilan. Sedangkan yang termasuk
dalam faktor-faktor yang berasal dari organisasi antara lain pembayaran
atau upah, keamanan kerja, rekan kerja, pengawasan, pujian, dan pekerjaan
itu sendiri
Sedangkan menurut Mangkunegara (2002: 74) dikemukakan bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi kerja, yaitu:
a. Perbedaan karakteristik diri sendiri antara lain ialah kebutuhan,
minat, sikap dan nilai.
b. Perbedaan ciri ciri pekerjaan.
Ini terkait dengan persyaratan jabatan untuk setiap pekerjaan,
sesuai penempatan bekerja sesuai dengan bidang keahliannya.
c. Perbedaan karakteristik organisasi (lingkungan pekerjaan),
termasuk peraturan kerja, iklim bekerja dan budaya kerja yang
disepakati.

2.3.3 Teori Motivasi Kerja


2.3.3.1 Teori Hierarki kebutuhan Maslow
Hasibuan (2005:105) menurut teori Maslow’s hierarchy of
needs (teori hierarki kebutuhan Maslow, Kebutuhan Individu dapat
dikategorikan menjadi lia tingkatan. Seperti berikut :
a. Kebutuhan fisiologis
Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan manusia yang
paling mendasar, karena kebutuhan tersebut sudah ada dan
dirasakan sejak manusia lahir. Kebutuhan ini meliputi:
sandang, pangan dan papan, gender dan kesejahteraan
pribadi.

b. Kebutuhan rasa aman


Kebutuhan untuk merasa aman ini juga mencakup
perlindungan dari bahaya kecelakaan kerja, jaminan hari tua
saat tidak bekerja (pensiun) dan lain sebagainya.

c. Kebutuhan social
Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial, sehingga
mereka memiliki kebutuhan sosial sebagai berikut:
• Kebutuhan merasa diterima oleh orang lain yang
tinggal dan bekerja dengan mereka
• Kebutuhan merasa dihormati, karena setiap individu
merasa dirinya penting
• Kebutuhan agar bisa berprestasi
• Kebutuhan agar ikut serta

d. Kebutuhan harga diri


Penghargaan diri baik itu dari bawahan, teman, atasan,
lingkungan juga keluarga yang lain. Contoh : pujian, tanda
penghargaan,dan lain lain.

e. Kebutuhan aktualisasi diri


Kebutuhan ini berkaitan dengan proses perkembangan
potensi yang sesungguhnya agar menunjukan kemampuan
yang dimiliki, keterampilan, dan potensi yang berada dalam
dirinya.
2.3.3.2 ERG
ERG (Existence Needs, Relatedness Needs, and Growth Needs)
Theory
Menurut Riva’I & Sagala (2009: 844) menjelaskan tiga kategori
kebutuhan individu dalam teori ERG, yaitu :
• Kebutuhan akan keberadaan
Kebutuhan ini merupakan kebutuhan akan semua hal yang
termasuk kedala kebutuhan secara fisik, materi juga
kebutuhan rasa aman, seperti gaji, keadaan kerja, jaminan
social dan lain lain.
• Kebutuhan akan keterkaitan
• Ini adalah kebutuhan tentang kemauan / kemauan untuk
menjaga hubungan penting antar manusia. Keinginan sosial,
serta status, membutuhkan interaksi dengan orang lain agar
dipuaskan.
• Kebutuhan akan pertumbuhan
Merupakan keinginan untuk mengembangkan pribadi.
Mencakup komponen internal dari kategori penghargaan
serta aktualisasi diri.
2.4 Hubungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan Motivasi Kerja
Kesehatan dan keselamatan kerja adalah keadaan kerja yang tidak
membahayakan proses produksi dan tidak menimbulkan cedera, penyakit,
kerusakan harta benda, dan gangguan lingkungan. Pada saat yang sama, motivasi
kerja merupakan faktor penting, dan perannya adalah untuk mendorong orang atau
pekerja yang ingin menjadi tujuan atau tujuan untuk mencapai tujuan dari semua
aktivitas dalam organisasi.
Menurut Mangkunegara (2002: 162), “selain berusaha menghindari
terjadinya kecelakaan dalam proses produksi perusahaan, kesehatan dan
keselamatan kerja juga bertujuan untuk meningkatkan semangat kerja, bekerja
secara harmonis dan berpartisipasi dalam bekerja”. Dengan meningkatnya
semangat masyarakat, keharmonisan kerja dan partisipasi karyawan dipastikan
motivasi pekerja akan meningkat. Untuk melaksanakan langkah-langkah untuk
meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja, terdapat kebutuhan mendesak
untuk menyediakan fasilitas tambahan (seperti peralatan dan perlengkapan
perlindungan kerja) dan peraturan kesehatan dan keselamatan kerja perusahaan.
Hubungan antara keselamatan dan kesehatan kerja dengan motivasi kerja
karyawan diperkuat oleh pernyataan Yusuf et al. (2012: 139) bahwa telah
dibuktikan kesehatan dan keselamatan kerja menciptakan rasa aman dan nyaman
serta dapat meminimalisir kemungkinan terjadinya kecelakaan. Perasaan nyaman
dan tidak adanya rasa takut akan kecelakaan akan meningkatkan motivasi kerja
karyawan dan meningkatkan efisiensinya.
Pendapat Yusuf et al. (2012: 139) juga sama dengan yang dikemukakan
Aditama (2002: 104) yaitu “jaminan keselamatan dan kesehatan kerja yang
diberikan perusahaan kepada karyawannya dapat bermanfaat dalam menjaga
produktivitas karyawan”. Hal ini semakin menegaskan bahwa dengan tetap
memastikan kesehatan dan keselamatan kerja, karyawan akan merasa aman dan
nyaman dalam melaksanakan pekerjaannya, berkat hasil yang dicapai karyawan
juga terjamin berkat motivasi kerja yang tinggi dari karyawan.

3. Metode
Karya tulis ini ditulis dengan menggunakan metode studi pustaka. Metode
pengumpulan data dilakukan dengan cara pencarian data dan informasi melalui
jurnal dan buku yang dapat endukung penulisan karya tulis ini.
4. Pembahasan
Mengukur seberapa pentingnya K3 dapat dilihat dari seberapa besar
pengaruh Keselamatan dan kesehatan kerja bagi motivasi para karyawan. Pengaruh
K3 ini bisa disimpulkan sangat signifikan dan memiliki dampak besar terhadap
kualitas motivasi karyawan untuk bekerja. Hal ini dikarenakan kesehatan dan
keselamatan kerja dapat menciptakan rasa aman dan nyaman terhadap karyawan,
sehingga karyawan bisa fokus bekerja tanpa harus mementingkan keselamatan
kerjanya. Juga produktivitas karyawan dapat sangat baik berkat adanya
keselamatan dan kesehatan kerja ini. Sehingga para pemegang kepentingan di
perusahaan tidak usah menghawatirkan kembali mengenai hasil kerja para
pekerjanya.
Untuk membuktikan seberapa besar pengaruh keselamatan dan Kesehatan
kerja terhadap Motivasi kerja para karyawan kita dapat mengetahuinya melalui
kajian penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa orang. Salah satunya
penelitian yang dilakukan oleh Bayu (2014) mengenai pengaruh keselamatan dan
kesehatan kerja terhadap motivasi kerja karyawan.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian explanatory research dengan
menggunakan uji hipotesa. Adapaun yang menjadi populasi dari penelitian ini
adalah karyawan PT Elnusa Tbk. Jakarta di bagian Drill & Oilfield Services dengan
responden sebanyak 595 responden, yang bersampel dengan jumlah sebanyak 86
responden. Pada penelitian ini juga menggunakan analisis data yaitu analisis
statistic deskriptif juga inferensial. Ini Ini menghasilkan bahwa Keselamatan kerja
dan kesehatan kerja terhadap variabel motivasi kerja yang digunakan dalam
persamaan regresi mampu memberikan kontribusi bagi setiap individu yang ada di
perusahaan 50,8% dan 49,2% berasal dari variabel eksternal lainnya, variabel lain
tersebut bersifat independen dan tidak dimasukkan dalam penelitian ini
Hal tersebut dapat meyakinkan kita bahwa pentingnya K3 bagi karyawan
khususnya dan perusahaan pada umumnya. Karena ketika para karyawan/pekerja
merasa aman berada dilingkungan kerja, maka output akan mengikuti dari rasa
aman dan nyaman tersebut. Hal ini karena terdapat sesuatu yang membuat para
pegawai termotivasi agar selalu memiliki produktivitas yang tinggi dikarenakan
perusahaan telah memberikan fasilitas yang terbaik untuk membuat para pekerja
merasa terdapat jaminan mengenai keamanannya ketika bekerja.
Keselamatan dan kesehatan kerja memiliki pengaruh sebagai peningkat
motivasi untuk para pekerja bekerja di pabrik atau bagian operasi tersebut. Hal ini
selaras dengan apa yang telah diteliti oleh Rukhyantii yang telah menyatakan jika
jaminan keselamatan kerja dapat dipandang sebagai satu factor peningkatan
motivasi kerja karyawan. Pengaruh keselamatan kerja yang terdiri dari faktor dari
dalamnya dirinya sendiri, faktor materialnya, faktor bahaya dan faktor yang
dihadapi bagi motivasi para pekerja di perusahaan tersebut.
5. Kesimpulan
Penulis dengan ini menyimpulkan jika perlindungan keselamatan bertujuan
agar dapat mencegah terjadinya kecelakaan kerja, kecelakaan kerja dapat
mengakibatkan kerusakan secara langsung ataupun tidak langsung pada bagian
produksi perusahaan, akibatnya dari kecelakaan kerja karyawan ini tidak dapat
bekerja secara totalitas, bahkan kegiatan karyawan juga dapat terhambat. Kesehatan
kerja juga merupakan faktor yang dapat meningkatkan motivasi kerja sehingga
berdampak positif pada kesehatan dan keselamatan kerja serta motivasi kerja.
Mengingat dampak kesehatan dan keselamatan kerja yang sangat besar pada bisnis,
setiap pengusaha atau pebisnis berkomitmen untuk melindungi, memelihara, dan
meningkatkan keselamatan dan kesehatan karyawan.
Pentingnya K3 agar dapat diberi perhatian lebih oleh berbagai pihak yang
terlibat dengan pekerjaan tersebut. Karena telahs terbukti bahwa pengaruh K3
sangat besar terhadap karyawan khususnya, dan perusahaan pada umumnya. Jika
motivasi dapat meningkat maka output dari pekerja akan sangat berbanding
nantinya dengan tujuan awal dari perusahaan.
Daftar Pustaka

Hedianto, Bayu Ramdan. "Pengaruh keselamatan dan kesehatan kerja (K3)


terhadap motivasi kerja karyawan (Studi pada Karyawan bagian Drilling & Oilfield
Services PT Elnusa Tbk. Jakarta)." Jurnal Administrasi Bisnis 10.1 (2014).
Munandar, M. Riyan. "Pengaruh Keselamatan, Kesehatan Kerja (K3) Dan Insentif
Terhadap Motivasi Dan Kinerja Karyawan (Studi Pada Pekerja Bagian Produksi PT.
Sekawan Karyatama Mandiri Sidoarjo)." Jurnal Administrasi Bisnis 9.1 (2014).
Moekijat. 1991. Latihan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Bandung : CV.
Mandar Maju.
Mangkunegara, A.A. Anwar Prabu. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia
Perusahaan. Bandung : Remaja Rosda Karya.
Manullang. 2006. Manajemen Personalia. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press
Yusuf, Ria Mardiana et al. 2012 The Influence of Occupational Safety and Health
on Performance with Job Satisfaction as Intervening Variables (Study on the
Production Employees in PT. Mahakarya Rotanindo, Gresik). American Journal of
Economics. Page : 136-140.
Gomes, Faustino Cardoso, 2003, Manajemen Sumber Daya Manusia, Penerbit Andi,
Yogyakarta.
Riva’i dan sagala. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan Dari
teori Praktik. Jakarta : PT Rajagrafindo Persada.
Robbins, Stephen P. 2003. Perilaku Organisasi. Jilid 1. Diterjemahkan Tim Indeks.
PT Indeks Kelompok Gramedia. Jakarta.
Rukhyanti, Novi. 2007. Pengaruh Penerepan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) Terhadap Kinerja Karyawan Melalui Motivasi Pada
Perusahaan Industri Garmen di Kawasan Industri Rancaekek”. Bandung: STIE
STAN Indonesia Mandiri.
Lampiran Plagiarisme
Alat : PlagiarismChecker X
• Plagiat : 11 %
• Original : 89%

Anda mungkin juga menyukai