Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keselamatan dan kesehatan kerja atau K3 merupakan hal yang tidak terpisahkan
dalam sistem ketenagakerjaan dan sumber daya manusia. Keselamatan dan kesehatan
kerja tidak saja sangat penting dalam meningkatkan jaminan sosial dan kesejahteraan
para pekerjanya akan tetapi jauh dari itu keselamatan dan kesehatan kerja berdampak
positif atas keberlanjutan produktivitas kerjanya. Oleh sebab itu isu keselamatan dan
kesehatan kerja pada saat ini bukan sekedar kewajiban yang harus diperhatikan oleh
para pekerja, akan tetapi juga harus dipenuhi oleh sebuah sistem pekerjaan.
Kepala PT Jamsostek cabang Semarang I Ninuk Tri Hatmani mengatakan,
sampai dengan Oktober 2015 jumlah kasus kecelakaan kerja di wilayah Kabupaten
Grobogan, Kendal, dan Kota Semarang mencapai 1.525 kasus. Dibandingkan Oktober
2014 yang tercatat sebanyak 1.063 kasus, ada kenaikan 462 kasus. (Ayudea, 2015)
Bengkel Ahass 7158 Sahabat Sejati, yang terletak di daerah Tembalang, Kota
Semarang merupakan salah satu bengkel resmi dari PT. Astra Honda Motor (AHM)
sebegai layanan purna jual. Menurut penuturan manajer dari Bengkel Ahass 7158
Sahabat Sejati pada tahun 2015 terdapat 4 kecelakaan kerja yang melibatkan mekanik
bengkel. Dalam keseharianya terdapat kegiatan perawatan/perbaikan motor yang
melibatkan berbagai macam peralatan sangatlah berpotensi menyebabkan kecelakaan
kerja. Untuk meminimasi potensi bahaya yang ada di bengkel tersebut, maka diperlukan
identifikasi dan analisis bahaya sebagai salah satu langkah untuk menjaga kesehatan dan
keselamatan kerja (K3).
Para ahli K3 belajar dari kecelakaan kerja setelah melakukan analisis mendalam
tentang penyebab dasar kecelakaan tersebut. Kemudian mereka membuat terobosanterobosan baru guna mencegah agar kecelakaan yang sama tidak terulang kembali.
Maka analisis kecelakaan kerja menjadi penting agar kita bisa melakukan peningkatan
keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kita. Salah satu metode analisis kecelakaan
kerja adalah dengan metode Fault Tree analysis (FTA) dimana Fault Tree analysis

merupakan teknik untuk menghubungkan beberapa rangkaian kejadian yang


menghasilkan sebuah kejadian lain. Metode ini menggunakan pendekatan deduktif yang
mencari penyebab dari sebuah kejadian dan melakukan investigasi kecelakaan kerja
berdasarkan penyebab secara langsung dari kecelakaan tersebut. (Pandey, 2005)

1.2 Rumusan Masalah


Terdapat 4 kecelakaan kerja yang melibatkan mekanik bengkel Ahass 7158
Sahabat Sejati serta belum adanya identifikasi dan analisa potensi hazard sangatlah
riskan untuk terjadi kecelakaan kerja pada kemudian hari. Sehingga sangat diperlukan
identifikasi dan analisis potensi bahaya sehingga kedepanya bengkel Ahass 7158
Sahabat Sejati dapat melakukan tindakan yang tepat dalam mengatasinya.

1.3 Batasan Masalah


Berikut adalah batasan masalah dari penelitian ini :
1. Pekerjaan yang akan diidentifikasi adalah service sepeda motor oleh mekanik
dan tidak termasuk pada bagian menejerial.
2. Metode yang digunakan untuk analisa kecelakaan kerja menggunakan Fault Tree

Analysis (FTA) dan tidak menggunakan metode yang lain


3. Saran yang akan diberikan adalah solusi untuk pencegahan sebelum terjadi
kecelakaan saja.

1.4 Tujuan Penelitian


Tujuan dilakukanya penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui faktor faktor apa saja yang menjadi kecelakaan kecelakaan
kerja pada pekerjaan service sepeda motor di bengkel Ahass 7158 Sahabat Sejati
Semarang.
2. Untuk mengetahui bagaimana solusi untuk melakukan pencegahan terjadinya
kecelakaan kerja di bengkel Ahass 7158 Sahabat Sejati Semarang.

1.5 Sitematika Penulisan


Sistemnatika penulisan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
BAB I

PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan
penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
Berisi tentang landasan teori mengenai Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (K3) dan metode Fault Tree Analysis (FTA).

BAB III

METODE PENELITIAN
Bab ini akan membahas mengenai langkah-langkah dalam melakukan
penelitian

ini

berupa

metode-metode

yang

digunakan

dalam

menyelesaikan masalah, dan metode pengumpulan data


BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN


Bab ini akan membahas mengenai analisis dan pembahasan dari datadata yang yang ada pada bab pengumpulan dan pengolahan data.

BAB V

KESIMPULAN
Bab ini akan membahas hasil dari penelitian ini dengan menjawab tujuan
penelitian sebagai kesimpulan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Dengan Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja


2.1.1 Pengertian Keselamatan Kerja
Secara umum, keselamatan kerja merupakan segala upaya untuk mengurangi
kemungkinan terjadinya kecelakaan saat melakukan pekerjaan. Sedangkan pendapat
para ahli untuk keselamatan kerja yaitu:
1. Keselamatan kerja adalah kondisi keselamatan yang bebas dari resiko
kecelakaan dan kerusakan dimana kita bekerja yang mencakup tentang kondisi
bangunan, kondisi mesin, peralatan keselamatan, dan kondisi pekerja.
(Simanjuntak, 1994)
2. Keselamatan adalah merujuk pada perlindungan terhadap kesejahteraan fisik
seseorang terhadap cedera yang terkait dengan pekerjaan. Kesehatan adalah
merujuk pada kondisi umum fisik, mental dan stabilitas emosi secara umum.
2.1.2 Tujuan Keselamatan Kerja
Menurut undang undang no. 1 tahun 1970 pasal 3 menyebutkan bahwa tujuan
keselamatan kerja yaitu:
1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja
2. Mencegah dan mengurangi dan memadamkan bahaya kebakaran
3. Mencegah dan mengurangi bahaya bahaya peledakkan
Sehingga tujuan dari keselamatan kerja yaitu:
1. Melindungi keselamatan pekerja dalam melakukan pekerjaannya untuk
kesejahteraan hidup dan meningkatkan produktifitas nasional.
2. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada ditempat kerja.
3. Sumber produksi terpelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.
2.1.3 Pengertian Kesehatan Kerja
Kesehatan kerja merupakan spesialisasi ilmu kesehatan beserta prakteknya yang
bertujuan agar para pekerja atau masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan
setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun sosial dengan usaha preventif atau kuratif

terhadap penyakit atau gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh faktor pekerjaan dan
lingkungan serta terhadap penyakit umum. (Sumamur, 1996)
Undang-Undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan memberikan ketentuan
mengenai kesehatan kerja dalam Pasal 23, menyebutkan bahwa kesehatan kerja
dilaksanakan supaya semua pekerja dapat bekerja dalam kondisi kesehatan yang baik
tanpa membahayakan diri mereka sendiri atau masyarakat, dan supaya mereka dapat
mengoptimalkan produktivitas kerja mereka sesuai dengan program perlindungan
tenaga

kerja.

2.1.4. Tujuan Kesehatan Kerja


Tujuan dari kesehatan kerja yaitu untuk memperoleh derajat kesehatan yang
setinggi tingginya baik fisik, mental, dan sosial bagi masyarakat pekerja dan
masyarakat lingkungan tempat kerja, melalui usaha preventif terhadap gangguan
kesehatan akibat kerja dan lingkungan kerja. (Notoatmodjo, 2003)

2.2 Unsur Keselamatan Kerja


Unsur keselamatan kerja adalah bagian yang terdiri dari manusia dan sumber
sumber tenaga manusia serta material lainnya dalam rangka mencapai tujuan yang
ditetapkan. (Rumondang, 1996)
Unsur keselamatan kerja merupakan bagian dari ilmu manajemen yang terdiri
dari berbagai sumber dalam melangsungkan berbagai kegiatan dengan tujuan yang
hendak dicapai. Untuk mendapatkan hasil yang diinginkan maka unsur unsur
keselamatan kerja harus memenuhi syarat syarat yang ditetapkan agar sesuai dengan
fungsi manajemen yang ada,
Secara garis besar ada tiga unsur keselamatan kerja yang ditetapkan menurut
Depnaker (1996) yaitu :
1. Unsur manusia
Manusia merupakan unsure produksi yang digunakan secara aman dan
efisien, kelelahan kerja merupakan hal lazim dialami oleh manusia selaku
makhluk hidup. Dalam hal ini diperlukan penanganan dari tingkat kesehatan
dalam mencegah timbulnya masalah dalam produktivitas dalam pekerjaan.
Manusia atau tenaga kerja haras mempunyai pengetahuan dan keteratnpilan

yang cukup didalam melaksanakan pekerjaan serta jumlah tenaga kerja yang
menangani pekerjaan harus tepat. (Rumondang,1995)
Pencegahan kecelakaan dipandang dari aspek manusia harus bermula
pada hari pertama ketika semua karyawan mulai bekerja. Setiap karyawan harus
diberitahu secara tertulis uraian mengenai jabatannya yang mencakup fungsi,
hubungan kerja,wewenang, tugas dan tanggung jawab serta syarat-syarat
kerjanya. (Rumondang,1995)
Segi aspek manusia, gejala penyebab kecelakaan biasanya disebabkan
kurang trampil, kurang bergairah, terganggu emosinya. Hal-hal yang bisa
mencegah terjadinya kecelakaan kerja:
a. Setiap karyawan bertugas sesuai dengan pedoman dan penuntun yang
diberikan.
b. Setiap peraturan dan ketentuan keselamatan dan kesehatan kerja haras
dilaksanakan semaksimal mungkin.
c. Setiap kecelakaan atau kejadian yang merugikan harus segera dilaporkan
kepada
d. atasan.
e. Semua karyawan harus bersedia saling mengisi atau mengingatkan atas
perbutan yang dapat menimbulkan bahaya.
f. Peralatan dan perlengkapan keselamatan dan kesehatan kerja harus
dipakai atau digunakan.
Manusia adalah tenaga kerja merupakan "alat produksi" yang sangat
tidak efisien ditinjau dari aspek tenaga, keluaran, ketahanan fisik dan mental.
Seorang tenaga kerja tidak mampu dibebani lebih dari 30% dari tenaga
maksimumnya selama 8 (delapan) jam sehari. Beban yang berlebihan atau
lingkungan kerja yang kurang nyaman bagi manusia normal harus diimbangi
dengan pengurangan jam kerja dan istirahat lebih lama untuk mengembalikan
tenaganya.
2. Unsur peralatan
Keselamatan berawal pada perencanaan terutama dalam mendesain
peralatan atau lokasi yang dapat menimbulkan atau mencegah kecelakaan kerja.

Unsur peralatan merupakan salah satu factor penting dalam perencanaan agar
dapat melaksanakan tugas secara efektif dan efisien. Peralatan berdasarkan
kondisi harus dijadikan azas pemeliharaan semua peralatan guna mendeteksi
sedini mungkin bagian-bagian tersebut dan bukan menurut waktu pemakaian.
Peralatan berdasarkan kondisi harus dijadikan azas pemeliharaan semua
peralatan guna mendeteksi sedini mungkin bagian-bagian mesin yang dapat
menimbulkan bahaya. Tanpa peralatan yang teratur, keadaan mesin berubah
menjadi salah satu factor bahaya yang tersebut diatas, maka peralatan yang tidak
teratur adalah perbuatan yang berbahaya karena dapat menimbulkan keadaan
berbahaya. (Sumakmiir, 1994)
Alat yang digunakan untuk pekerja untuk menjaga kesehatan dan
keselamatan kerja diriya adalah Alat Pelindung Diri (APD). Alat Pelindung Diri
adalah alat yang digunakan untuk melindungi seseorang dalam bekerja dan
berfungsi untuk mengisolasi diri tubuh pekerja dari bahaya tempat kerja. Jenis
jenis alat pelindung diri yang harus digunakan oleh pekerja untuk mencegah
terjadinya kecelakaan kerja antara lain :
a. Alat pelindung kepala
b. Alat pelindung mata
c. Alat pelindung telinga
d. Alat pelindung pernapasan (masker(
e. Alat pelindung tangan
f. Alat pelindung kaki
3. Unsur metoda.
Keselamatan kerja juga dipengaruhi oleh metode seorang pekerja
melakukan pekerjaannya. Setiap pekerja bertujuan agar dapat melakukan
pekerjaan sebaik mungkin dan secepat mungkin agar dapat mencapai target yang
telah di tetapkan perusahaan. Untuk mencapai ttarget tersebut seorang pekerja
membutuhkan teknik dan taktik yang tepat sesuai dengan pekerjaannya.

2.3 Pengertian Keselamatan Kerja dan Macam Keselamatan Kerja


Kecelakaan adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan. Tidak
terduga, oleh karena di belakang peristiwa itu tidak terdapat unsur kesengajaan. Tidak
diharapkan, oleh karena peristiwa kecelakaan disertai kerugian material ataupun
penderitaan dari yang paling ringan sampai ke yang paling berat. (Sumamur, 1995)
Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang jelas tidak dikehendaki dan
seringkali tidak terduga semula yang dapat menimbulkan kerugian baik waktu, harta
benda atau properti maupun korban jiwa yang terjadi di dalam proses kerja industri atau
yang berkaitan dengannya. (Tarwaka, 2008)
Dapat disimpulkan bahwa kecelakaan kerja adalah kejadian merugikan yang
tidak terduga yang terjadi dalam proses kerja. Terdapat 8 jenis kecelakaan kerja utama
yaitu:
1. Terbentur (struck by)
Kecelakaan ini terjadi pada saat seseorang yang tidak diduga ditabrak
(pasif) atau ditampar sesuatu yang bergerak. Contoh : terkena pukulan palu,
ditabrak kendaraan.
2. Membentur (struck against)
Kecelakaan yang selalu timbul akibat pekerja yang bergerak (aktif)
terkena atau bersentuhan dengan beberapa objek. Contoh: terkena sudut atau
bagian yang tajam, menabrak pipapipa.
3. Terperangkap (caught in, caught on, caught between)
Contoh dari caught in adalah kecelakaan yang akan terjadi bila kaki
pekerja tersangkut di antara papanpapan yang patah di lantai. Contoh dari
caught on adalah kecelakaan yang timbul bila baju dari pekerja terkena pagar
kawat Contoh dari caught between adalah kecelakaan yang terjadi bila lengan
atau kaki dari pekerja tersangkut dalam bagian mesin yang bergerak.
4. Jatuh dari ketinggian (fall from above)
Kecelakaan ini banyak terjadi, yaitu jatuh dari tingkat yang lebih tinggi
ke tingkat yang lebih rendah. Contoh jatuh dari tangga atau atap.
5. Jatuh pada ketinggian yang sama (fall at ground level)

Beberapa kecelakaan yang timbul pada tipe ini seringkali berupa


tergelincir, tersandung, jatuh dari lantai yang sama tingkatnya.
6. Pekerjaan yang terlalu berat (over-exertion or strain)
Kecelakaan ini timbul akibat pekerjaan yang terlalu berat yang dilakukan
pekerja seperti mengangkat, menaikkan, menarik benda atau material yang
dilakukan di luar batas kemampuan.
7. Terkena aliran listrik (electrical contact)
Luka yang ditimbulkan dari kecelakaan ini terjadi akibat sentuhan
anggota badan dengan alat atau perlengkapan yang mengandung listrik.
8. Terbakar (burn)
Kondisi ini terjadi akibat sebuah bagian dari tubuh mengalami kontak
dengan percikan, bunga api, atau dengan zat kima yang panas.
(Anton, 1989)

2.4 Sebab-Sebab Kecelakaan Pencegahan Kecelakaan Kerja


Menurut Teori Domino Heinrich menjelaskan bahwa terdapat lima penyebab
kecelakaan kerja, yaitu :
1. Hereditas
Hereditas

merupakan

latar belakang seseorang pekerja, seperti

pengetahuan yang kurang atau mencakup sifat seseorang, seperti keras kepala.
2. Kesalahan manusia
Kelalaian manusia meliputi, motivasi rendah, stres, konflik, masalah
yang berkaitan dengan fisik pekerja, keahlian yang tidak sesuai, dan lain-lain.
3. Sikap dan kondisi tidak aman
Sikap/ tindakan tidak aman, seperti kecerobohan, tidak mematuhi
prosedur kerja, tidak menggunakan alat pelindung diri (APD), tidak mematuhi
rambu-rambu di tempat kerja, tidak mengurus izin kerja berbahaya sebelum
memulai pekerjaan dengan risiko tinggi, dan sebagainya. Sedangkan, kondisi
tidak aman, meliputi pencahayaan yang kurang, alat kerja kurang layak pakai,
tidak ada rambu-rambu keselamatan kerja, atau tidak tersedianya APD yang
lengkap.

4. Kecelakaan kerja
Kecelakaan kerja, seperti terpeleset, luka bakar, tertimpa benda di tempat
kerja terjadi karena adanya kontak dengan sumber bahaya.
5. Cedera
Dampak kerugian bisa berupa:
a. Pekerja: cedera, cacat, atau meninggal dunia
b. Pengusaha: biaya langsung dan tidak langsung
c. Konsumen: ketersediaan produk
Kelima faktor ini tersusun layaknya kartu domino yang diberdirikan. Jika satu
kartu jatuh, maka kartu ini akan menimpa kartu lain hingga kelimanya akan roboh
secara bersama. Kejadian ini akan memicu peristiwa beruntun yang menyebabkan
robohnya bangunan lain.
Menurut Heinrich, kunci untuk mencegah kecelakaan adalah dengan
menghilangkan sikap dan kondisi ptidak aman sebagai poin ketiga dari lima faktor
penyebab kecelakaan. Menurut penelitian yang dilakukannya, tindakan tidak aman ini
menyumbang 98% penyebab kecelakaan.
Pencegahan kecelakaan kerja pada umumnya adalah upaya untuk mencari
penyebab kecelakaan bukan mencari siapa yang salah. Dengan mengetahui dan
mengenal penyebab kecelakaan maka dapat disusun suatu rencana pencegahannya, hal
ini merupakan program K3. Untuk membuat program K3 dalam rangka pencegahan
kecelakaan kerja, beberapa tahap yang harus dipahami dan dilalui yaitu :
1. Identifikasi masalah dan kondisi tidak aman.
2. Model kecelakaan
3. Penyelidikan kecelakaan
4. Azas-azas pencegahan kecelakaan
5. Perencanaan dan pelaksanaan
(Manullang, et al, 2007)
Berdasarkan teori penyebab kecelakaan kerja maka dapat dirancang berbagai
upaya untuk mencegah kecelakaan kerja di tempat kerja, antara lain :
1. Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja melalui Pengendalian Di Tempat Kerja :
a. Pemantauan dan Pengendalian Kondisi Tidak Aman di tempat kerja.

b. Pemantauan dan Pengendalian Tindakan Tidak Aman di tempat kerja.


2. Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja melalui Pembinaan dan Pengawasan :
a. Pelatihan dan Pendidikan K3 terhadap tenaga kerja.
b. Konseling dan Konsultasi mengenai penerapan K3 bersama tenaga
kerja.
c. Pengembangan Sumber Daya ataupun Teknologi yang berkaitan
dengan peningkatan penerapan K3 di tempat kerja.
3. Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja melalui Sistem Manajemen :
a. Prosedur dan Aturan K3 di tempat kerja.
b. Penyediaan Sarana dan Prasarana K3 dan pendukungnya di tempat
kerja.Penghargaan dan Sanksi terhadap penerapan K3 di tempat kerja
kepada tenaga kerja.

2.5 Definisi Fault Tree Analysis (FTA)


Perkembangan dunia keselamatan kerja kini semakin pesat. Begitu banyak ilmu,
referensi, standard dan metode-metode yang baru guna terciptanya tempat kerja yang
semakin selamat dan sehat. Hal-hal baru tersebut justru lahir dari sesuatu yang paling
tidak diharapkan oleh para ahli K3, yaitu kecelakaan kerja.
Para ahli K3 belajar dari kecelakaan kerja setelah melakukan analisis mendalam
tentang penyebab dasar kecelakaan tersebut. Kemudian mereka membuat terobosanterobosan baru guna mencegah agar kecelakaan yang sama tidak terulang kembali.
Maka analisis kecelakaan kerja menjadi penting agar kita bisa melakukan peningkatan
keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kita. Salah satu metode analisis kecelakaan
kerja adalah dengan metode Fault Tree Analysis. (Pandey, 2005)

Fault Tree analysis (FTA) adalah Sebuah tekhnik untuk menghubungkan


beberapa rangkaian kejadian yang menghasilkan sebuah kejadian lain. Metode ini
menggunakan pendekatan deduktif yang mencari penyebab dari sebuah kejadian.
Metode ini dipakai untuk investigasi kecelakaan kerja dengan cara menganalisis
penyebab langsung hingga penyebab dasar dari kecelakaan kerja itu sendiri. Untuk
memudahkannya kita harus paham teori domino sebagai berikut:

Gambar 2.1 Teori Domino Heinrich

Dari teori di atas bisa disimpulkan bahwa kerugian yang ditimbulkan oleh
kecelakaan kerja diawali oleh lemahnya kontrol sehingga memunuculkan sebab dasar
kecelakaan lalu sebab langsung dari kecelakaan. Ini artinya apabila salah satu dari kartu
domino sebelum kerugian diambil, maka tidak akan muncul kerugian.
Fault Tree Analysis menggunakan prinsip ini untuk mengetahui penyebab dasar
dari sebuah kecelakaan. Literatur FTA banyak menyebutkan tentang simbol-simbol
penyebab serta gerbang penghubung (Gates) yang terdiri dari Gerbang Dan serta
Atau.

Gambar 2.2 Simbol dalam Fault Tree Analysis

Adapun hal-hal penting yang perlu diperhatikan dari Analisa Fault Tree
Sederhana ini adalah:
1.

Analisa dimulai dari kanan dan di akhiri di kotak paling kiri

2.

Kotak paling kanan adalah kotak yang menggambarkan kerugian yang didapat

3.

Setiap kotak dihubungkan oleh garis yang berarti kotak di sebelah kanan
disebabkan oleh kotak di sebelah kiri

4.

Apabila ada 1 kotak di kanan yang disebabkan oleh lebih dari 1 kotak di kiri
maka hubungan antara kotak-kotak itu adalah dan. Sebagai contoh: Kotak
Pekerja terpeleset di tangga disebabkan 4 hal yaitu:
a. Pekerja tidak menggunakan sepatu anti slip
b. Pekerja berjalan di tangga
c. Terdapat ceceran air di lantai
d. Pekerja tidak memegang handrail tangga
Jika seperti di atas, maka itu berarti ke-4 penyebab harus ada untuk bisa

menghasilkan Pekerja terpeleset di tangga. Ini juga berarti jika salah 1 dari ke-4
penyebab itu hilang, maka Pekerja terpeleset di tangga tidak akan terjadi.
Kelebihan dari analisa kecelakaan melalui metode fault tree analysis adalah:
1. Secara gamblang menjelaskan semua perbedaan interaksi penyebab untuk
menghasilkan kerugian
2. Penyebab dasar dan logis dalam penyebab kerugian bisa dimengerti
3. Dapat membuat tindakan pencegahan yang tepat untuk mengeliminir penyebab
dasar sehingga kerugian yang sama tidak akan muncul lagi
4. Dapat menghitung evaluasi kualitatif dan kuantitaif dari kerugian
(Vesely, et al, 1981)

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Kerangka Pikir


Berikut adalah kerangka pikir dari penelitian ini agar penelitian dapat dilakukan
secara sistematis dan terarah :

Gambar 3. 1 Kerangka Pikir Penelitian

3.2 Diagram Akur Penelitian


Berikut adalah diagram alur atau urutan dari penelitian yang akan dilakukan :

Gambar 3.2 Diagram Alur Penelitian

3.3 Pengumpulan Data


Pengumpulan data penelitian ini terdiri dari 2 studi yaitu studi pustaka dan studi
lapangan berikut penjelasanya :
1. Studi Pustaka
Studi pustaka dapat menunjang dan memberikan pengetahuan kepada
penulis mengenai permasalahan yang sedang dihadapi oleh perusahaan sehingga
permasalahan tersebut dapat dipecahkan dengan sebaik-baiknya. Dalam studi
pustaka ini, penulis membaca buku-buku referensi serta jurnal tentang topiktopik yang berkaitan dengan permasalahan. Selain itu. studi pustaka juga
digunakan penulis sebagai landasan teori pemecahan masalah.
2. Studi Lapangan
Studi lapangan dilakukan untuk mengetahui kondisi riil dari perusahaan.
Dengan mengamati project yang sedang berlangsung dapat memberikan
gambaran kepada penulis mengenai permasalahan yang sedang dihadapi oleh
perusahaan sehingga dapat membantu mempermudah penulis dalam memahami
permasalahan tersebut dan diharapkan dapat memberikan solusi pemecahan
masalah yang tepat.
3.4 Pengolahan dan Analisis Data
Dalam Melakukan pemecahan masalah berikut adalah tahapan pengolahan data
dan analisa yang akan dilakukan
1. Identifikasi Proses Kerja
Merupakan langkah awal, menggambarkan kegiatan service sepeda motor yang
ada di bengkel Ahass 7158 sahabat sejati semarang
2. Fault Tree Analysis (FTA)
Langkah-langkah yang dilakukan untuk pembuatan FTA yaitu:
a. Mendefinisikan problem dengan menjelaskan variabel penyebab
kecelakaan yang terjadi beserta penyebabnya.
b. Penentuan top event, intermediate event, dan basic event.
c. Pengkonstruksian pohon analisis setelah mendefinisikan kecelakaan
kemudian mengembangkan pohon kesalahan yang nantinya dapat

ditemukan penyebab dari kecelakaan dapat terjadi. Dan kemudian


mencari solusi bagaiman kecelakaan yang terjadi dapat diantisipasi
3. Analisis
Analisis dilakukan setelah menjabarkan pohon kesalahan yang telah dilakukan
agar nantinya bisa diberikan saran perbaikan

DAFTAR PUSTAKA
Anton, T,J. 1989. Occupational Safety and Health Management. Occupational Safety

and Health Management, New York: McGraw-Hill Inc


Ayudea, Fani. 2015. Angka Kecelakaan Kerja Masih Tinggi. Suara Merdeka. 19
November 2015
Manullang, H. et al. 2007. Analisis Penyebab Kecelakaan Kerja Dengan Menggunakan

Metode Fault Tree Analysis (Studi Kasus : PT. Wijaya Karya). Palembang :
Universitas Bina darma.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat (Prinsip-Prinsip Dasar).
Jakarta : Rineka Cipta
Pandey, M. 2005. Fault Tree Analysis. Waterloo : Diktat University of Waterloo.
Sumamur P. K. 1993. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta : Haji
Masagung.
Simanjuntak, Payaman J., 1994. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta
: HIPSMI.
Sumamur, P,K. 1995. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan Kerja, Jakarta:
PT Toko Gunung Agung.
Tarwaka. 2008, Keselamatan Dan Kesehatan Kerja. Surakarta: Harapan Press
Vesely, W.E, et al. 1981. Fault Tree Handbook. Washington D.C: U.S. Nuclear
Regulatory Commision

Anda mungkin juga menyukai