Anda di halaman 1dari 24

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Sejak berkembangnya Revolusi Industri yang mengawali penemuan-

penemuan penting bagi kehidupan, hingga saat ini tidak menutup munculnya
pengetahuan baru serta teknologi baru bagi seluruh dunia pada setiap belahan
bumi. Generasi muda berlomba-lomba mengadakan riset, analisis, percobaan dan
lain-lain guna menopang kesejathteraan kehidupan masa kini. Globalisasi pun
tidak luput dari faktor penopang munculnya pengetahuan dan teknologi yang
mudah diakses.
Selain revolusi indutri yang berbanding searah dengan kepentingan
kemanusiaan, seperti halnya pekerjaan, penghasilan dan kesejahteraan sosial
berkehidupan. Dalam pekerjaan pun juga tidak luput dari berkembangnya
berbagai metode untuk terus mengembangkan perusahaan dalam mewujudkan
efektif dan efisien dalam bekerja. Namun banyak kendala dalam perwujudan
keefektifan dan keefisienan tersebut, contohnya saja kecelakaan dalam bekerja.
Karena kecelakaan kerja dapat mengganggu proses produksi, maka melatar
belakangi munculnya teori analisa resiko kecelakaan dalam bekerja. Teori analisa
tersebut adalah HIRA (Hazard Identification and Risk Assessment) dan FTA
(Fault Tree Analysis).
Hazard(s) didefinisikan sebagai Source, situation, or act with a potential
for harm in terms of human injury or ill helath, or a combinationof these. Dari
definisi ini juga terlihat bahwa resiko yang dimanage termasuk resiko kesehatan
(resiko terhadap terjadinya ill health). Ill health sendiri diartikan sebagai
identifiable, adverse physical or mental condition arising from and/or made
worse by work activity and/or work-related situation. Dalam konteks ini maka
resiko yang dibahas adalah potensi penyakit yang muncul akibat pekerjaan atau
yang dipengaruhi oleh faktor pekerjaan.

1.2

Rumusan Masalah
1.

Bagaimanakah cara menganalisis kecelakan kerja pada area mesin


Cop Blanding Tank PT Gunanusa Utama Fabricators dengan metode
Fault Tree Analysis dan Hazard Identification and Risk Assessment?

2.

Apakah manfaat dari menganalisis kecelakaan kerja dengan metode


Fault Tree Analysis dan Hazard Identification and Risk Assessment?

1.3

Tujuan
1.

Untuk menganalisis masalah kecelakaan kerja pada area mesin Cop


Blanding Tank PT Gunanusa Utama Fabricators dengan metode FTA
dan HIRA

2.

Untuk mengetahui manfaat dari menganlisis kecelakaan kerja dengan


metode FTA dan HIRA

1.4

3.

Untuk menemukan faktor-faktor kecelakaan kerja

4.

Untuk menginvestigasi suatu kegagalan

Batasan Masalah
Batasan masalah dalam laporan analisa ini adalah :
1.

Laporan ini sebagai tugas besar dalam mata kuliah K3 (Kesehatan,


dan Keselamatan Kerja)

2.

Metode yang digunakan dalam analisa ini adalah Metode HIRA dan
Metode FTA

3.

Penelitian dilakukan di bagian mesin Cop Blanding Tank PT


Gunanusa Utama Fabricators Kota Jakarta

1.5

Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan laporan ini adalah BAB I membahas tentang latar

belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika


penulisan. BAB II berisi tentang materi dan teori mendalam mengenai FTA dan
HIRA. BAB III berisi tentang metodologi penelitian. BAB IV berisi tentang
analisis hasil dari percobaan dan pembahasannya. BAB V membahas kesimpulan
dari data yang diperoleh dari percobaan yang telah dilakukan dan saran yang
diberikan untuk percobaan selanjutnya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Kesehatan dan Keselamatan Kerja


Terkait dalam komitmen negara pada UUD 1945 yang mengacu pada pasal

27 ayat (2) yang menyatakan bahwa tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan
dan perlindungan yang layak bagi kemanusiaan, maka dibentuklah UndangUdang Keselamatan Kerja yang bertujuan untuk pembentukan UUKK, yaitu
bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapatkan perlindungan keselamatannya
dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan dan meningkatkan produksi serta
produktivitas nasional. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah program
yang dibuat oleh perusahaan maupun pekerja sebagai upaya pencegahan
timbulnya kecelakaan dan penyakit akibat kerja dengan cara mengenali hal-hal
yang berpotensi menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta tindakan
antisipatif apabila terjadi panyakit dan kecelakaan akibat kerja, dengan tujuan
untuk mengurangi biaya perusahaan apabila timbul kecelakaan dan penyakit
akibat kerja (T. & Trisyulianti, 2007, hal. 1). Definisi K3 menurut OHSAS
18001:2007 dalam terms and definitions yaitu kondisi-kondisi dan faktor-faktor
yang berdampak, atau dapat berdampak pada kesehatan dan keselamatan
karyawan atau pekerja lain (termasuk pekerja kontrak dan personel kontraktor,
atau orang lain di tempat kerja) (Miftah, 2012, hal. 5). Dimana definisi K3 yang
dirumuskan oleh ILO/WHO Joint Safety and Health Comittee, yaitu:
Occupational Health and Safety is the promotion and maintenance of the
highest degree of physical, mental and social well-being of all occupation; the
prevention among workers of departures from health caused by their working
conditions; the protection of workers in their employment from risk resulting
from factors adverse to health; the placing and maintenance of the worker in
an occupational environment adapted to his physiological and psychological
equipment and to summarize the adaptation of work to man and each man to
his job.

2.2

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)


Berdasarkan Undang-undang No.1 tahun 1970, pasal 3 (Simanjuntak, 2010,

hal. 2) pihak manajemen berkewajiban menerapkan syarat-syarat keselamatan


kerja yang beberapa diantaranya adalah mencegah dan mengurangi kecelakaan,
memberi pertolongan pada kecelakaan, dan syarat lain yang fungsinya adalah
untuk melindungi tenaga kerja atau karyawan, serta orang lain yang ada di tempat
kerja. Ditambahkan pula dari Permenaker 04/MEN/1987, pasal 2 (Simanjuntak,
2010, hal. 2) bahwa kebijakan dan komitmen ini akan dilaksanakan oleh seluruh
elemen dalam sistem manajemen tersebut, termasuk diantaranya adalah P2K3
yang dibentuk oleh perusahaan itu sendiri. Selain daripada itu pada tahun 1999
BSI dengan badan-badan sertifikasi dunia telah meluncurkan pula sebuah standar
sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang diberi nama
Occupational Health and Safety Management System (OHSAS 18001), sehingga
struktur yang dimiliki THE ILO/OSH 2001 pun memiliki kesamaan dengan
OHSAS 18001 (Simanjuntak, 2010, hal. 6-7).
Sekiranya perlu pula memberikan edukasi dan pelatihan kepada pekerja
mengenai keselamatan dan kesehatan kerja untuk memiliki behavioral safety.
Behavioral safety lebih menekankan aspek perilaku manusia terhadap terjadinya
kecelakaan di tempat kerja, walaupun sulit untuk di kontrol secara tepat karena
80-90% dari seluruh kecelakaan kerja yang terjadi disebabkan oleh unsafe
behavior (Luckyta & Partiwi, 2012, hal. 1). Menurut Luckyta & Pratiwi (2012,
hal. 1) unsafe behavior adalah tipe perilaku yang mengarah pada kecelakaan
seperti bekerja tanpa menghiraukan keselamatan, melakukan pekerjaan tanpa ijin,
menyingkirkan peralatan keselamatan, operasi pekerjaan pada kecepatan yang
berbahaya, menggunakan peralatan tidak standar, bertindak kasar, kurang
pengetahuan, cacat tubuh atau keadaan emosi yang terganggu. Dengan
menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja maka manfaat
yang didapatkan oleh perusahaan maupun pekerja ialah sebagai berikut
(Simanjuntak, 2010, hal. 9-12):

1.

Perlindungan karyawan
Tujuan penerapan SMK3 adalah memberi perlindungan kepada pekerja,
yaitu

asset

perusahaan

yang

harus

dipelihara

dan

dijaga

keselamatannya. Dengan adanya jaminan K3 maka pekerja akan lebih


optimal dalam bekerja, memberikan kepuasan, dan loyal pada
perusahaan dibandingkan dengan pekerja yang terancam keselamatan
dan kesehatan kerjanya.
2.

Memperlihatkan kepatuhan pada peraturan dan undang-undang


Perusahaan yang melakukan pembangkangan terhadap peraturan dan
undang-undang seperti citra yang buruk, tuntutan hukum dari badan
pemerintah, seringnya menghadapi permasalahan dengan tenaga
kerjanya tentunya akan mengakibatkan kebangkrutan. Perusahaan yang
telah menunjukkan itikad baiknya dalam mematuhi peraturan
perundangan, membuat mereka dapat beroperasi secara normal dengan
menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja.

3.

Mengurangi biaya
Penerapkan SMK3 dapat mencegah terjadinya kecelakaan, kerusakan
atau sakit akibat kerja, sehingga tidak perlu mengeluarkan biaya yang
ditimbulkan akibat kejadian tesebut. Memang diperlukan biaya cukup
besar dalam jangka untuk menerapkan SMK3, seperti sertifikasi setiap
enam bulan yang memerlukan audit, tetapi penerapan SMK3 yang
dilaksanakan secara efektif dan penuh komitmen membuat nilai uang
yang dikeluarkan tersebut jauh lebih kecil dibandingkan dengan biaya
yang ditimbulkan akibat kecelakaan kerja.

4.

Membuat sistem manajemen yang efektif


Keuntungan perusahaan yang sebesar-besarnya akan dicapai dengan
adanya sistem manajemen perusahaan yang efektif. Banyak variabel
yang ikut membantu pencapaian sebuah sistem manajemen yang
efektif, yaitu mutu, lingkungan, keuangan, teknologi informasi dan K3.

5. Meningkatkan kepercayaan dan kepuasan pelanggan


Karyawan yang terjamin keselamatan dan kesehatan kerjanya akan
bekerja lebih optimal dan tentu akan meningkatkan kualitas produk
dan jasa yang dihasilkan dibandingkan sebelum dilakukan penerapan
sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerta. Citra organisasi
terhadap

kinerjanya

akan

semakin

meningkat

yang

akan

meningkatkan kepercayaan pelanggan.

2.3

Kecelakaan Kerja
Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang jelas tidak dikehendaki dan sering kali

tidak terduga yang dapat menimbulkan kerugian baik waktu, harta benda atau
properti maupun korban jiwa yang terjadi di dalam suatu proses kerja industri atau yang
berkaitan dengannya. (Tarwaka, 2012).
Suatu kecelakaan kerja hanya akan terjadi apabila terdapat berbagai faktor
penyebab secara bersamaan pada suatu tempat kerja atau proses produksi. Dari
beberapa penelitian memberikan indikasi bahwa suatu kecelakaan kerja tidak
dapat terjadi dengan sendirinya, akan tetapi terjadi oleh satu atau beberapa faktor
penyebab kecelakaan sekaligus dalam suatu kejadian. (Tarwaka, 2012) Secara
umum penyebab kecelakaan ada dua, yaitu unsafe action (faktor manusia) dan unsafe
condition (faktor lingkungan). (Anizar, 2009)
Keadaan hampir celaka, yang dalam istilah safety disebut dengan insiden (incident),
ada juga yang menyebutkan dengan istilah near miss atau near -accident,
adalah suatu kejadian atau peristiwa yang tidak diinginkan dimana dengan keadaan yang
sedikit berbeda akan mengakibatkan bahaya terhadap manusia, merusak harta benda atau
kerugian terhadap proses. Risiko adalah manifestasi atau perwujudan potensi bahaya
(hazard event) yang mengakibatkan kemungkinan kerugian menjadi lebih besar. Tergantung dari
cara pengelolaannya, tingkat risiko mungkin berbeda dari yang paling ringan atau rendah sampai
ke tahap yang paling berat atau tinggi. Melalui analisis dan evaluasi semua potensi bahaya dan
risiko, diupayakan tindakan minimalisasi atau pengendalian agar tidak terjadi bencana
atau kerugian lainnya. (Budiono, 2008. )

Risiko K3 (Keselamatan dan kesehatan kerja) adalah risiko yang berkaitan


dengan sumber bahaya yang timbul dalam aktivitas bisnis yang menyangkut aspek manusia,
peralatan, material, dan lingkungan kerja. Umumnya risiko K3 (keselamatandan
kesehatan kerja) dikonotasikan sebagai hal negatif (negative impact) antara lain: (Ramli,
2010)
1. Kecelakaan terhadap manusia dan asset perusahaan
2. Kebakaran dan peledakan
3. Penyakit akibat kerja
4. Kerusakan sarana produksi
5. Gangguan operasi
Kecelakaan kerja merupakan kecelakaan seseorang atau kelompok dalam
rangka melaksanakan kerja dilingkungan industri atau perusahaan. Kecelakaan kerja biasanya
timbul sebagai gabungan dari beberapa faktor, seperti faktor peralatan, lingkungan kerja,
dan pekerja itu sendiri. Dalam suatu pabrik, terkadang ada mesin yang kurang
baik, seperti tidak dilengkapi alat pengamanan yang cukup, maka kondisi seperti
ini dapat menjadi sumber risiko. (Sondang, 2009)

2.4

Hazard Identification and Risk Assessment (HIRA)


Hazard Identification and Risk Assessment (HIRA) merupakan salah satu

metode identifikasi kecelakaan kerja dengan penilaian risiko sebagai salah satu
poin penting untuk mengimplementasikan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3). Dilakukannya HIRA bertujuan untuk mengidentifikasi
potensi-potensi bahaya yang terdapat di suatu perusahaan untuk dinilai besarnya
peluang terjadinya suatu kecelakaan atau kerugian. Identifikasi bahaya dan
penilaian risiko serta pengontrolannya harus dilakukan diseluruh aktifitas
perusahaan, termasuk aktifitas rutin dan non rutin, baik pekerjaan tersebut
dilakukan oleh karyawan langsung maupun karyawan kontrak, supplier dan
kontraktor, serta aktifitas fasilitas atau personal yang masuk ke dalam tempat
kerja.
Cara melakukan identifikasi bahaya dengan mengidentifikasi seluruh
proses/area yang ada dalam segala kegiatan, mengidentifikasi sebanyak mungkin

aspek keselamatan dan kesehatan kerja pada setiap proses/area yang telah
diidentifikasi sebelumnya dan identifikasi K3 dilakukan pada suatu proses kerja
baik pada kondisi normal, abnormal, emergency, dan maintenance.
Langkah-langkah membuat HIRA atau Hazard Identification and Risk
Assesstment adalah:
1. Menentukan kegiatan yang akan diidentifikasi
2. Mengidentifikasi sumber bahaya, yang terdiri dari:
a.

Alat atau bahan yang digunakan

b.

Bahaya potensial

c.

Kerugian atau dampak

3. Menentukan nilai resiko:


a.

Bobot konsekuensi atau keparahan, didapat dari tabel tingkat


keparahan dimana tingkat keparahan
Tabel 2.1 Tabel Tingkat Keparahan

Tingkatan

Kriteria

Penjelasan

(Insignificant) tidak

Tidak ada cidera, kerugian

bermakna

materi sangat kecil


Cidera ringan, memerlukan

(Minor ) kecil

perawatan P3K, langsung dapat


ditangani di lokasi kejadian,
kerugian materi sedang
Hilang hari kerja, memerlukan

(Moderate) sedang

perawatan medis, kerugian


materi cukup besar
Cidera yang mengakibatkan

(Major) besar

cacat atau hilang fungsi tubuh


secara total, kerugian materi
besar

b.

Menyebabkan kematian,

(Catastrophic) bencana

kerugian materi sangat besar

Bobot kemungkinan terjadi, didapat dari tabel kemungkinan atau


peluang terjadinya potensi kecelakaan

Tabel 2.2 Tabel Kemungkinan Potensi Kecelakaan


Tingkatan

Kriteria

Penjelasan

Almost Certain (hampir


pasti akan terjadi)

Terjadi hampir pada semua


keadaan, misalnya terjadi 1
kejadian dalam setiap hari

Likely (cenderung untuk


terjadi)

Sangat mungkin terjadi pada


semua keadaan. Misalnya terjadi
1 kejadian dalam 1 minggu

Moderate (mungkin dapat


terjadi)

Dapat terjadi sewaktu-waktu.


Misalnya terjadi kejadian dalam
1 bulan

Unlikely (kecil
kemungkinan terjadi)

Mungkin terjadi sewaktu-waktu.


Misalnya terjadi 1 kejadian
dalam 1 tahun

Rare (jarang sekali)

Hanya dapat terjadi pada


keadaan tertentu. Misalnya
terjadi 1 kejadian dalam lebih
dari 1 tahun

4. Nilai resiko, merupakan penggabungan dari nilai bobot konsekuensi dan


bobot kemungkinan sehingga untuk ke tahap berikutnya yaitu tahap
kategori resiko. Berikut adalah matriks penilaian resiko:

10

Tabel 2.3 Matriks Penilaian Resiko


Kemungkinan
(Peluang)

Keparahan (Akibat)
1

5. Kategori resiko, merupakan penilaian resiko yang didapat dari matriks


resiko. Berikut adalah tabel keterangan matriks resiko:

Tabel 2.4 Tabel Keterangan Matriks


Huruf

Keterangan

Ekstreme Risk (Resiko Ekstrim), memerlukan penanggungan


segera atau penghentian kegiatan atau keterlibatan manajemen
puncak. Perbaikan sesegera mungkin

High Risk (Resiko Tinggi), memerlukan pihak pelatihan oleh


manajemen, penjadwalan tindakan perbaiakn secepatnya

Moderate Risk (Resiko Menengah), penanganan oleh manajemen


terkait

Low Risk (Resiko Rendah), kendalikam dengan prosedur rutin

6. Pengendalian Resiko
Pengendalian Resiko adalah proses untuk mengetahui adanya suatu
bahaya dan menentukan usaha mengatasinya.

11

2.5

Fault Tree Analysis


Fault Tree Analysis adalah suatu teknik yang digunakan untuk

mengidentifikasi risiko yang berperan terhadap terjadinya kegagalan. Metode ini


dilakukan dengan pendekatan yang bersifat top down, yang diawali dengan
asumsi kegagalan atau kerugian dari kejadian puncak (top event) kemudian
merinci sebab-sebab suatu top event sampai pada suatu kegagalan dasar (root
cause).
Fault Tree Analysis merupakan metode yang efektif dalam menemukan inti
permasalahan karena memastikan bahwa suatu kejadian yang tidak diinginkan
atau kerugian yang ditimbulkan tidak berasal pada satu titik kegagalan. Fault Tree
analysis mengidentifikasi hubungan antara faktor penyebab dan ditampilkan
dalam bentuk pohon kesalahan yang melibatkan gerbang logika sederhana.
Gerbang logika menggambarkan kondisi yang memicu terjadinya kegagalan, baik
kondisi tunggal maupun sekumpulan dari berbagai kondisi. Jadi secara umum
metode Fault Tree Analysis adalah sebuah metode menyelesaikan kasus apabila
terjadi sesuatu kegagalan atau hal yang tidak diiinginkan dengan mencari akarakar permasalahan Basic Event yang muncul dan diuraikan dari setiap indikasi
kejadian puncak (Top Event). Berikut merupakan symbol-simbol yang ada pada
Fault Tree Analysis dapat dilihat pada Tabel

Tabel 2.5 Tabel Simbol FTA


Simbol

Fungsi

= Menyatakan top event yang akan dianalisis

= Menyatakan event dasar (basic event), event yang tidak


membutuhkan pengembangan lebih lanjut dan independen dengan
event lain.
= Menyatakan and gate ,jika event di atasnya terjadi maka semua
event dibawahnya harus terjadi.

12

Tabel 2.6 Tabel Simbol FTA (Lanjutan)


= Menyatakan or gate , jika event di atasnya terjadi maka paling
sedikit satu dari event dibawahnya harus terjadi
= Menyatakan transfer gate, terdapat dua jenis transfer gate, yaitu
triangel-in dan triangle-out. Triangle-in merupakan titik dimana subfault tree bisa dimulai sebagao kelanjutan pada transfer-out
(triangle-out). Triangle-out merupakan titik dimana fault tree
dipecah menjadi sub-fault tree.
= Undeveloped event atau kejadian tidak berkembang, yaitu suatu
kejadian kegagalan tertentu yang tidak dicari penyebabnya baik
karena kejadiannya tidak cukup berhubungan atau karena tidak
tersedia informasi yang terkait
= Conditioning event, yaitu suatu kondisi atau batasan khusus yang
diterapkan pada suatu gerbang. Kejadian output terjadi jika kejadian
input
= External event, yaitu kejadian yang diharapkan muncul secara
normal dan tidak termasuk kedalam kejadian gagal
= Intermediate event, simbol ini berisi kejadian yang muncul dari
kombinasi kejadian-kejadian input gagal yang masuk ke gerbang
= Gerbang INHIBIT, merupakan kasus khusus dari gerbang AND.
Output disebabkan oleh suatu input tetapi juga harus memenuhi
kondisi tertentu sebelum input dapat menghasilkan output.

13

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Obyek, Tempat, dan Waktu Penelitian
Tempat yang kami jadikan penelitian berlokasi di divisi Produksi bagian
Fluid Utility PT Gunanusa Utama Fabricators Kota Jakarta. Perusahaan ini
memproduksi komponen dan peralatan yang menggunakan besi, serta terdapat
anjungan pengeboran minyak. Area yang diamati adalah pada mesin Cop
Blanding Tank. Waktu penelitian dilakukan pada tanggal 24 Desember 2015
dimana data yang diambil telah tercatat dari tahun 2011-2014.
3.2 Identifikasi Potensi Bahaya
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang menggambarkan
sejumlah data yang kemudian dianalisis dan dibandingkan berdasarkan kenyataan
yang sedang berlangsung. Agar selanjutnya dapat mencoba untuk memberikan
pemecahan masalah yang ada supaya memperoleh hasil yang lebih baik dari
sebelumnya. Dengan menggunakan Penelitian ini kita dapat mengidentifikasi
bahaya-bahaya apa saja yang berpotensi terjadi. Penilitian ini memusatkan
perhatian pada sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja dengan
menggunakan metode Hazard Identification and Risk Assesment (HIRA) dan
Fault Tree Analysis (FTA). Adapun metode-metode tersebut dapat dijelaskan
lebih lanjut seperti dibawah ini.
1) HIRA (Hazard Identification and Risk Assesment)
Dengan menggunakan metode HIRA identifikasi potensi bahaya dapat
dilakukan dengan cara survey keselamatan kerja, patroli keselamatan kerja,
mengambil sampel keselamatan kerja, audit keselamatan kerja, pemeriksaan
lingkungan, pemeriksaan alat pelindung diri ataupun alat-alat safety, laporan
kecelakaan, dan masukan baik kritik maupun saran dari para pekerja. Apabila
identifikasi tersebut telah selesai, maka kita dapat mengevaluasi apa saja yang

14

harus diperbaiki dan dilengkapi guna menciptakan terciptanya keselamatan


kerja.
2) FTA (Fault Tree Analysis)
Pada metode ini dibuat model pohon kesalahan (fault tree). Model pohon
kesalahan ini didapatkan dari hasil wawancara dengan manajemen ataupun
pekerja. Selain itu dilakukan pengamatan secara langsung terhadap prosesproses yang dikerjakan di lapangan. Selanjutnya sumber-sumber kecelakaan
kerja dari hasil tersebutlah yang akan digambarkan dalam bentuk model
pohon kesalahan.

15

BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN

4.1 Uraian Kegiatan


Pada tahap ini dilakukan proses penguraian dari kegiatan yang berada di
lantai produksi berdasarkan urutan pekerjaan yang didapatkan dari urutan proses
produksi yang diberikan oleh perusahaan. Mesin yang diamati adalah mesin
Cop Blanding Tank. Uraian kegiatan untuk mesin tersebut adalah :
1. Mempersiapkan alat pelindung diri yang akan digunakan.
2. Memeriksa kondisi keadaan mesin.
3. Melakukan proses kerja.
4. Memeriksa apabila ada kesalahan dalam proses kerja.

4.2 Jenis Kegiatan Berdasarkan Mesin


Keterangan mesin diperoleh dari data kecelakaan kerja selama periode 20112014. Berikut jenis kegiatan pada mesin Cop Blanding Tank :
1. Menaiki tangga masuk ke dalam tangki.
2. Mencuci dalam tangki dan blade mixer dengan sabun.
3. Proses pencucian tangki.

4.3 Identifikasi Potensi Bahaya


Setalah jenis kegiatannya diuraikan maka tahapan selanjutnya yaitu
melakukan proses analisis dan identifikasi potensi bahaya untuk masingmasing kegiatan dalam kegiatan produksi dibantu dengan data-data yang telah
diperoleh pada hasil wawancara dan lain-lain. Berikut ini merupakan tabel potensi
bahaya pada mesin Cop Blanding Tank.

16

Tabel 4.1 Potensi Bahaya Berdasarkan Mesin Cop Blanding Tank

No
1

Jenis Kegiatan
Menaiki tangga masuk ke dalam

Potensi Bahaya
Terjatuh karena tangga licin

tangki

Mencuci dalam tangki dan blade

Terjadi iritasi mata akibat

mixer dengan sabun

sabun, tangan tergores oleh


blade mixer

Proses pencucian tangki


3

Sesak karena kekurangan


oksigen

4.4 Penilaian Keparahan (Severity)


Penilaian risiko dapat ditentukan berdasarkan potensi bahaya yang dapat
terjadi dengan cara mengidentifikasi klasifikasi tingkat keparahan bahaya
(severity). Kategori keparahan bahaya nya (severity) diantaranya adalah kategori
yang parah atau catastrophic dengan tingkat 5 dengan definisi yaitu luka parah
yang menyebabkan kematian atau kehilangan sistem, kategori tingkat 3 yaitu
marginal dengan definisi luka sedang, dan kategori tingkat 2 yaitu luka
ringan yang hanya membutuhkan pertolongan pertama. Penilaian keparahan
dilakukan dengan cara melihat potensi bahaya pada suatu kegiatan sehingga dapat
mengetahui uraian bahaya serta kategori dan skor terhadap keparahan yang
terjadi. Penilaian keparahan pada mesin Cop Blanding Tank dapat dilihat pada
tabel dibawah ini.

17

Tabel 4.2 Nilai Keparahan Bahaya Mesin Cop Blanding Tank

No

Menaiki tangga
1

masuk ke dalam
tangki

Mencuci tangki
dan blade mixer

Potensi

Jenis Kegiatan

Proses pencucian
tangki

Bahaya
Terjatuh
dari tangga

Uraian Bahaya

Severity/
Keparahan
3

Luka sedang dan


hanya membutuhkan
perawatan medis

Terjadi

Luka ringan yang

iritasi dan

hanya membutuhkan

tergores

pertolongan pertama

Sesak nafas

Kematian atau

dalam

kehilangan sistem

tangki

(pingsan)

4.5 Nilai Frekuensi


Penilaian frekuensi yaitu dengan cara melihat data dari perusahaan tentang
frekuensi seringnya suatu kecelakaan kerja yang terjadi dengan melihat
rujukan klasifikasi paparan bahaya. Penilaian frekuensi pada mesin Cop Blanding
Tank dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.3 Nilai Frekuensi Bahaya pada Mesin Cop Blanding Tank

No

Jenis Kegiatan

Potensi Bahaya

Frekuensi
Kejadian/3

Kekerapan

tahun
1
2
3

Menaiki tangga masuk

Terjatuh dari tangga

ke dalam tangki
Mencuci tangki dan

Terjadi iritasi dan

3 kali
7 kali

blade mixer
Proses pencucian

tergores
Sesak nafas

2 kali

tangki

D
D
E

18

4.6 Hazard Identification and Risk Assessment (HIRA)


Setelah melakukan keseluruhan rangkaian identifikasi bahaya selanjutnya
dibuat tabel HIRA sebagai identifikasi bahaya. Tabel Hazard Identification
and Risk Assessment pada mesin Cop Blanding Tank dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 4.4 Hazard Identification and Risk Assessment Pada Mesin Cop Blanding Tank

No

Kegiatan

Identifikasi Sumber
Bahaya
Aspek

1.

Menaiki tangga
masuk ke dalam
tangki

Tangga
yang
licin

2.

Mencuci tangki
dan
blade mixer

Alat
produksi
yang
tajam

3.

Proses
pencucian tangki

Kondisi
tangki
sempit

Dampak
Terjatuh,
menyebabkan
cedera
Iritasi
pada kulit
dan
Cedera
ringan
Sesak
napas,
kematian

Penilaian Resiko
Severity

Nilai
Frekuensi

Kategori
Resiko

3D

Nilai
Resiko

Keterangan
Matriks
Penanganan
oleh
manajemen
terkait

2D

Kendalikan
dengan
prosedur
rutin

5E

Pelatihan
oleh
manajamen

Pengendalian
Resiko
Gunakan
sepatu anti
slip berbahan
karet
Gunakan
APD:
warepack dan
sarung tangan
Menambah
ventilasi udara

4.7 Analisis Menggunakan Metode Fault Tree Analysis (FTA)


Berdasarkan hasil identifikasi potensi bahaya menggunakan metode
Hazard Identification and Risk Assessment, dapat diketahui bahwa masih terjadi
potensi bahaya yang mempunyai resiko yang tinggi dan prioritas risiko yang
mempunyai tingkatan prioritas menengah sehingga dapat dianalisis kondisi
kegiatan yang terjadi pada potensi-potensi bahaya tersebut menggunakan metode
FTA. Prioritas risiko utama pada mesin Cop Blanding Tank yaitu kekurangan
oksigen akibat kondisi tangki yang sempit yang dapat menyebabkan sesak napas
dan kematian. Prioritas risiko yang kedua yaitu terpeleset dan terjatuh dari tangga
yan licin. Dan prioritas yang paling rendah adalah alat produksi yang tajam dan
sabun dari bahan kima yang dapat mengakibatkan cedera ringan dan iritasi pada
kulit. Berikut ini adalah beberapa hasil analisis FTA beberapa penyebab potensi
bahaya.

19

Gambar 4.1 Penyebab Potensi Bahaya Sesak Napas

20

Iritasi pada kulit dan


tergores

Sabun
pembersih
menggunakan
zat kimia

Pekerja tidak
menggunakan APD

Alat-alat
produksi
yang tajam
tajam

Kurangnya
pengawasan

Kurangnya
kesadaran
pekerja
terhadap K3

APD tidak berfungsi


secara maksimal

APD tidak
sesuai
dengan
pekerja

Pekerja
merasakan
sakit saat
menggunakan

Gambar 4.2 Penyebab Potensi Bahaya Iritasi pada Kulit dan Tergores

21

Terjatuh dan
terpeleset

Benda menghalangi
jalan

Jalan relatif
sempit dan
terjal pada
tangga

Selang air
melintang
di jalan

Tangga yang
licin dan becek

Peletakkan
wadah air tidak
sesuai fungsi

Gambar 4.3 Penyebab Potensi Bahaya Terjatuh dan Terpeleset

22

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisa yang telah kami lakukan, didapatkan kesimpulannya
adalah:
1. Analisa yang dilakukan

pada area mesin Cop Blanding Tank PT

Gunanusa Utama Fabricators terdapat beberapa potensi bahaya yang di


analisa, berupa:
a. Terjatuh dari tangga
b. Terjadinya iritasi atau tergores
c. Dan sesak nafas
2. Penanggulangan resiko yang harus di lakukaan agar menghindari potensi
kecelakaan pada PT. Gunanusa Utama Fabricators adalah:
a. Gunakan sepatu anti slip berbahan karet
b. Gunakan APD (Alat Pelindung Diri) berupa; warepack dan sarung
tangan
c. Menambah ventilasi udara
3. Faktor-faktor kecelakaan kerja yang ada pada PT. Gunanusa Utama
Fabricators berupa:
a. Tangga di perusahaan yang licin
b. Alat produksi yang tajam
c. Sabun yang terbuat dari zat-zat kimia berbahaya
d. Kondisi tangki yang sempit dan sesak

23

5.2 Saran
Berdasarkan analisa yang telah kami buat, saran yang dapat digunakan adalah
lebih pergunakan APD (Alat Pelindung Diri) dalam bekerja, agar dapat terhindar
dari kecelakaan kerja, berupa terpeleset dari lantai yang licin. Dan untuk
perusahaan, agar memperbanyak ventilasi udara agar siklus udara menjadi sehat.
Dan menyediakan APD yang lengkap untuk pekerja.

24

DAFTAR PUSTAKA

Hirzi, Pradipta. 2011. Analisa Kesehatan dan Keselamatan Kerja Proyek


Menggunkan Fault Tree Analysis (FTA) (Study Kasus Pada Proyek Jalan
Hotmix Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Sumbawa. Cilegon: Universitas
Brawijaya
Okti, Febi Patria. 2007. Identifikasi Penyebab Dasar Kecelakaan Kerja Dengan
Metoda Fault Tree Analysis (FTA) di Unit Produksi IV PT. Semen Padang
Sumatera Barat. Depok: Universitas Indonesia
Wanda

Qurnia.

Laporan

Khusus

/7164685/Laporan_khusus_PKL

PKL

https://www.academia.edu

Anda mungkin juga menyukai