Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan industri pembuatan kendaraan tidak terlepas dari unsur pendukung proses
produksi, seperti berbagai engineering atau mesin penggerak yang digunakan dan peran dari
pekerja sebagai objek dari proses tersebut. Sumber daya manusia merupakan peranan penting
bagi keberhasilan suatu organisasi atau perusahaan, karena manusia merupakan aset hidup yang
perlu dipelihara dan dikembangkan. Sehingga, interaksi antara unsur pendukung dari proses
produksi tersebut akan mengakibatkan peluang terjadinya kecelakaan kerja di lingkungan
industri jika tidak dilakukan pencegahan dan penanggulangan yang terencana dengan baik.
Tingkat kecelakaan kerja di dunia industri Indonesia menunjukkan angka yang cukup
tinggi (Kompas,2016). Menurut data Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Ketenagakerjaan, hingga akhir 2015 telah terjadi kecelakaan kerja sebanyak 105.182 kasus.
Sementara itu, untuk kasus kecelakaan berat yang mengakibatkan kematian tercatat sebanyak
2.375 kasus dari total jumlah kecelakaan kerja. Dirjen Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan
dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (PPK dan K3) Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker)
Muji Handaya mengatakan bahwa jumlah kecelakaan kerja dari tahun ke tahun mengalami tren
peningkatan. Total jumlah kecelakaan kerja siap tahunnya mengalami peningkatan hingga 5%.
Selain itu, untuk kecelakaan kerja berat tpeningkatannya cukup lumayan besar yakni sekitar 5%-
10% setiap tahunnya (Kontan, 2016). Menurut data BPJS, terdapat kasus kecelakaan yang setiap
harinya dialami para buruh dari setiap 100 ribu tenaga kerja dan 30% di antaranya terjadi di
sektor konstruksi (BPJS, 2015). Salah satu penyebab utama terjadinya kecelakaan kerja adalah
masih rendahnya pengetahuan dan kesadaran pelaku industri untuk menerapkan Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (K3) (Kompas, 2015).
Keselamatan kerja dan kesehatan kerja adalah upaya untuk menjamin dan menjaga
kesehatan serta keutuhan jasmani dan rohani para tenaga kerja khusunya manusia, untuk menuju
masyarakat yang adil dan makmur (Mangkunegara, 2009:123). Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) merupakan hal yang tidak terpisahkan dalam sistem ketenagakerjaan dan sumber
daya manusia. K3 tidak saja sangat penting dalam meningkatkan jaminan sosial dan
kesejahteraan para pekerjanya akan tetapi jauh dari itu K3 mempunyai dampak positif atas
keberlanjutan produktivitas kerja. Oleh sebab itu, isu K3 pada saat ini bukan sekedar kewajiban
yang harus diperhatikan oleh para pekerja, akan tetapi juga harus dipenuhi oleh sebuah sistem
pekerjaan. Dengan kata lain, pada saat ini K3 bukan semata sebagai kewajiban, akan tetapi sudah
menjadi kebutuhan bagi setiap pekerja dan bagi setiap bentuk kegiatan pekerjaan.
PT. Indomobil Suzuki International merupakan suatu perusahaan yang bergerak dibidang
manufacturing. PT Suzuki Indomobil Motor merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang
industri pembuatan kendaraan roda 4 dan roda 2. Produk yang dihasilkan dapat dipasarkan,baik
lokal maupun manca negara, dalam proses produksi ini mempunyai tujuan yaitu mendapatkan
laba yang tinggi dan tidak melupakan kondisi pekerja dan lingkungan sekitar. Untuk
menjalankan komitmen tersebut maka PT. Indomobil Suzuki International, mendirikan suatu
organisasi K3 yang menangani keselamatan, kesehatan para pekerja, K3 bertugas dalam
mengontrol dan meminimumkan jumlah kecelakaan kerja yang bisa terjadi. Memperbaiki
kesehatan para pekerja guna meningkatkan produktifitas pekerja dan perusahaan serta
mempelihara lingkungan sekitar agar terhindar dari limbah.Oleh karena itu, untuk lebih
memahami mengenai bagaimana penerapan pengelolaan dan pelaksanaan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja pada suatu perusahaan, maka makalah ini akan membahas mengenai
penerapan pengelolaan dan pelaksana Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) pada PT. Suzuki
Indomobil Motor.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana pengeolaan dan pelaksanan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di PT.
Suzuki Indomobil Motor?
BAB II
KERANGKA TEORI

2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Occupational Health Safety Asessment Series merupakan standar internasional untuk
penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja, (OHSAS 18001:2007)
mendefinisikan keselamatan dan kesehatan kerja sebagai kondisi dan faktor yang mempengaruhi
keselamatan dan kesehatan kerja serta orang lain yang berada di tempat kerja. Mathis dan
Jackson (2006:412), keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah kegiatan yang menjamin
terciptanya kondisi kerja yang aman, terhindar dari gangguan fisik dan mental melalui
pembinaan dan pelatihan, pengarahan dan kontrol terhadap pelaksanaan tugas dari karyawan dan
pemberian bantuan sesuai dengan aturan yang berlaku, baik dari lembaga pemerintah maupun
perusahaan dimana mereka bekerja. Menurut I Komang Ardana (2012:208) keselamatan dan
kesehatan kerja (K3) adalah upaya perlindungan yang ditujukan agar tenaga kerja dan orang lain
di tempat kerja atau selalu dalam keadaan selamat dan sehat sehingga setiap sumber produksi
dapat digunakan secara aman dan efisien.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja dikemukakan Mangkunegara dalam Hartatik
(2014:316) sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan
baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya, dan manusia pada umunya, hasil
karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan makmur. Menurut Ramli (2010: 78)
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) tidak dapat dipisahkan dengan proses produksi baik jasa
maupun industri. Perkembangan pembangunan setelah Indonesia merdeka menimbulkan
konsekuensi meningkatnya intensitas kerja yang mengakibatkan pula meningkatnya resiko
kecelakaan di lingkungan kerja.

2.2 Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Tujuan utama dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah memberikan jaminan
kondisi kerja yang aman dan sehat kepada setiap karyawan serta untuk melindungi sumber daya
manusianya.Mangkunegara dalam Hartatik (2014:317) menyatakan bahwa Keselamatan dan
Kesehatan Kerja memiliki beberapa tujuan diantaranya adalah :
Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja, baik secara
fisik, sosial, maupun psikologis.
Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaikbaiknya
Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya
Agar ada jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi pegawai
Agar meningkatan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja
Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau
kondisi kerja
Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja

2.3 Manfaat Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu sistem yang dirancang
untuk menjamin keselamatan yang baik pada semua personel di tempat kerja agar tidak
menderita luka maupun menyebabkan penyakit di tempat kerja dengan mematuhi atau taat pada
hukum dan aturan keselamatan dan kesehatan kerja, yang tercermin pada perubahan sikap
menuju keselamatan di tempat kerja. Rijuna Dewi (2006 dalam Jurnal Studi Manajemen dan
Organisasi, Volume 7:44).
Randall dan Jackson (1999:224) mengatakan, apabila perusahaan dapat melaksanakan
program keselamatan dan kesehatan kerja dengan baik, maka perusahaan akan dapat
memperoleh manfaat sebagai berikut:
1. Meningkatkan produktivitas karena menurunnya jumlah hari kerja yang hilang.
2. Meningkatkan efisiensi dan kualitas pekerja yang lebih komitmen.
3. Menurunnya biaya biaya kesehatan dan asuransi.
4. Tingkat kompensasi pekerja dan pembayaran langsung yang lebih rendah karena
menurunnya pengajuan klaim.
5. Fleksibilitas dan adaptabilitas yang lebih besar sebagai akibat dari partisipasi dan rasa
kepemilikan.
6. Rasio seleksi tenaga kerja yang lebih baik karena meningkatkan citra perusahaan.
7. Perusahaan dapat meningkatkan keuntungannya secara substansial.

2.4 Langkah-Langkah Penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja


Menurut Suardi (2007:23) langkah-langkah yang harus dilakukan dalam penerapan K3 adalah:
Menyatakan Komitmen
Penerapan sistem manajemen K3 atau penetapan kebijakan K3 tidak akan berjalan tanpa
adanya komitmen. Komitmen ini harus dinyatakan bukan hanya dalam kata-kata tetapi
juga harus dengan tindakan nyata agar dapat diketahui, dipelajari, dihayati dan
dilaksanakan oleh seluruh jajaran staf dan karyawan perusahaan. Staf dan karyawan
perusahaan juga harus mengetahui bahwa tanggung jawab dalam penerapan Sistem
Manajemen K3 bukan urusan bagian K3 saja, tetapi merupakan tanggung jawab seluruh
personel dalam perusahaan mulai dari manajemen puncak sampai karyawan terendah.
Menetapkan Cara Penerapan
Perusahaan dapat menggunakan jasa konsultan untuk menerapkan Sistem Manajemen
K3.
Membentuk Kelompok Kerja Penerapan
Jika perusahaan akan membentuk kelompok kerja sebaiknya anggota kelompok kerja
tersebut terdiri atas wakil dari setiap unit kerja, biasanya manajer unit kerja. Kelompok
kerja yang menerapkan sistem manajemen K3 yang paling bertanggung jawab terhadap
unit kerja yang bersangkutan.

Menetapkan Sumber Daya yang Diperlukan


Sumber daya di sini mencakup personel atau orang, perlengkapan, waktu, dan dana.
Orang yang dimaksud adalah beberapa orang yang diangkat secara resmi di luar tugas-
tugas pokoknya dan terlibat penuh dalam proses penerapan. Untuk perlengkapan, perlu
dipersiapkan ruangan tambahan untuk menyimpan dokumen atau komputer tambahan
untuk mengolah dan menyimpan data. Waktu yang diperlukan tidaklah sedikit terutama
bagi orang yang terlibat dalam penerapan, mulai mengikuti rapat, pelatihan, mempelajari
bahan-bahan pustaka, menulis dokumen mutu sampai menghadapi kegiatan audit dan
assesment. Sementara dana adalah dana yang diperlukan untuk membayar konsultan (bila
menggunakan konsultan), lembaga sertifikasi, dan biaya untuk pelatihan karyawan di luar
perusahaan.
Peninjauan Sistem
Kelompok kerja yang telah dibentuk kemudian mulai bekerja untuk meninjau sistem
yang sedang berlangsung untuk kemudian dibandingkan dengan persyaratan yang ada
dalam Sistem Manajemen K3. Peninjauan ini dapat dilakukan melalui dua cara yakni
dengan meninjau dokumen prosedur dan meninjau pelaksanaannya.
Penyusunan Jadwal Kegiatan
Setelah melakukan peninjauan sistem maka kelompok kerja dapat menyusun suatu jadwal
kegiatan.
Pengembangan Sistem Manajemen K3
Beberapa kegiatan yang perlu dilakukan dalam tahap pengembangan Sistem Manajemen
K3 antara lain mencakup dokumentasi, pembagian kelompok, penyusunan bagan alir,
penulisan manual Sistem Manajemen K3, prosedur dan instruksi kerja.
Penerapan Sistem
Penerapan sistem ini harus dilaksanakan sedikitnya tiga bulan sebelum pelaksanaan audit
internal. Waktu tiga bulan ini diperlukan untuk mengumpulkan bukti-bukti (dalam bentuk
rekaman tercatat) secara memadai dan untuk melaksanakan penyempurnaan sistem serta
modifikasi dokumen.
Proses Sertifikasi
Ada sejumlah lembaga sertifikasi Sistem Manajemen K3. Perusahaan dapat menentukan
lembaga sertifikasi yang sesuai dengan keinginan perusahaan.

Ramli, Soehatman. Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja OHSAS


18001. Edisi 1. halaman : 78-113 Dian Rakyat, Jakarta. 2010.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Gambaran Umum PT. Suzuki Indomobil Motor


PT Suzuki Indomobil Motor merupakan sebuah perusahaan Penanaman Modal Asing
(PMA) yang berdiri dengan kekuatan lima buah perusahaan. Perusahaan tersebut adalah sebagai
berikut: PT Indohero Steel & Engineering Co.; PT Indomobil Utama; PT Suzuki Indonesia
Manufacturing; PT Suzuki Engine Industry; dan PT First Chemical Industry. Lima perusahaan
tersebut bergabung (merger) dengan persetujuan dari presiden Republik Indonesia (RI) melalui
surat pemberitahuan tentang persetujuan presiden dari Ketua Badan Koordinasi Penanaman
Modal (BKPM) No.05/I/PMA/90 tanggal 1 Januari 1990 yang selanjutnya diperingati sebagai
tanggal berdirinya PT Suzuki Indomobil Motor yang bergerak dalam bidang usaha industri
komponen dan perakitan kendaraan bermotor Merk Suzuki roda dua (R2/sepeda motor) dan roda
empat (R4/mobil). Pusat perakitan kendaraan Merk Suzuki dengan jumlah karyawan 5000
orang berkapasitas produksi 100.000 unit mobil dan 1.200.000 unit sepeda motor per tahun.
Saat ini PT Indomobil Suzuki Internatioanl sudah menghasilkan kendaraan R4 (mobil)
antara lain Suzuki Forsa Esteem 1300 cc, Forsa Esteem 1600 cc, Suzuki Carry 100 cc, Suzuki
Carry Futura 1500 cc, Suzuki Vitara, Suzuki Side Kick, Suzuki Escudo, Suzuki Katana, Suzuki
Baleno, Suzuki Karimun, Suzuki Aerio, Suzuki Grand Escudo 1.6, Suzuki Grand Escudo 2.0,
Suzuki APV, APV Arena, Grand Vitara, dan yang terbaru Neo Baleno, SX4 (Cross Over) dan
lain-lain. Sedangkan untuk kendaraan R2 (motor) antara lain Sepeda Motor Suzuki RGR 150,
Suzuki RC 100 Bravo, Tornado 110, Shogun 110, Satria 120, Thunder 125 & Thunder 250,
Smash 110, Shogun 125, Satria 150, Spin R , Spin SR, dan lain-lain.
Pembuatan mobil di PT. Suzuki Indomobil Motor menggunakan mesin-mesin canggih
yang di dapat dari luar negeri. Selain menggunakan mesin dan tenaga manusia PT. Suzuki
Indomobil Motor juga menggunakan robot untuk membantu proses produksinya sehingga
pekerjaan yang sulit dilakukan oleh tenaga kerja atau pekerjaan yang dapat menimbulkan
kecelakaan dapat dihindari dan tenaga kerja akan mendapatkan derajat keselamatan dan
kesehatan kerja di perusahaan. Alat bantu kerja yang telah disediakan oleh PT. Suzuki Indomobil
Motor memiliki manfaat yang sangat besar untuk membantu dan memudahkan tenaga kerja
dalam melakukan pekerjaannya setiap hari.

3.2 Analisis Penerapan K3 pada PT. Suzuki Indomobil Motor


Dalam menjalanan pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) pada PT. Suzuki
Indomobil Motor yang merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri kendaraan
bermotor, maka PT. Indomobil Suzuki International, mendirikan suatu organisasi K3 yang
menangani keselamatan, kesehatan para pekerja, K3 bertugas dalam mengontrol dan
meminimumkan jumlah kecelakaan kerja yang bisa terjadi. Memperbaiki kesehatan para pekerja
guna meningkatkan produktifitas pekerja dan perusahaan serta mempelihara lingkungan sekitar
agar terhindar dari limbah. Menurut Suardi (2007:23) langkah-langkah yang harus dilakukan
dalam penerapan K3 yaitu menyatakan komitmen, menetapkan cara penerapan, membentuk
kelompok kerja penerapan, menetapkan sumber daya yang diperlukan, peninjauan sistem,
penyusunan jadwal kegiatan, pengembangan sistem manajemen K3, penerapan sistem dan proses
sertifikasi.
Dalam menyatakan komitmen, PT Suzuki Indomobil Motor memiliki pelaksanaan
prosedur kerja (SOP). (Standar Operational Procedure) di PT SIM dikenal sebagai ISOS
(Indomobil Suzuki Operational Standar) terbagi menjadi beberapa bagian diantaranya ISOS-
safety untuk keselamatan kerja, ISOS-Machine untuk peralatan dan teknis penggunaannya,
ISOS-Environment yang berkaitan dengan aspek lingkungan perusahaan, dan ISOS-work yakni
aturan mengenai jenis pekerjaan, kemudian dilengkapi dengan lembar instruksi kerja (LIK) yang
disesuaikan dengan proses kerja yang ada. Yang terdiri dari lima unit proses utama. Dalam hal
ini lebih ditekankan mengenai prosedur kerja keselamatan kerja (ISOS-S). Tujuan adanya
standar prosedur kerja tersebut adalah untuk menjelaskan prosedur kerja secara terstruktur
dengan memperhatikan aspek keselamatan kerja di berbagai proses kerja.
Dalam menetapkan cara penerapan, PT. Suzuki Indomobil Motor telah membentuk
Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3). Struktur organisasi P2K3
merupakan struktur organisasi formal, bergerak secara vertikal dari atas ke bawah yang diawali
oleh ketua P2K3.Selain itu, Prosedur anggaran yang dikeluarkan didalam menangani masalah
keselamatan kerja adalah melalui JAMSOSTEK besarnya jaminan JAMSOSTEK yang diberikan
kepada karyawan berdasarkan pada gaji karyawan dan sisanya dibantu oleh perusahaan.
Dalam membentuk kelompok kerja, setiap tahapan dalam pembuatan kendaraan bermotor
terdapat satu penanggung jawab terhadap K3 yang tugasnya melakukan pelaporan kepada ketua
penanggung jawab selama 1 minggu sekali.
Dalam menetapkan sumber daya yang diperlukan, PT. Suzuki Indomobil Motor sudah
melakukan pengendalian eliminasi yaitu dengan mengganti mesin pengelasan area dalam mobil
yang dulunya dikerjakan oleh tenaga kerja (manusia) sekarang perusahaan sudah menyediakan
robot untuk menggantikan pekerjaan tersebut sehingga akan mengurangi potensi kecelakaan
kerja yang ada. Pencatatan data dalam lembar kerja yang sudah dilakukan oleh tim yang
menerapkan K3 pada proses tahapan pembuatan kendaraan bermotor. Pencatatan tersebut
meliputi perbandingan kondisi sebelum dan sesudah diperbaiki. Hal ini bertujuan untuk
memantau sejauh mana proses perbaikan dari temuan yang telah dilakukan oleh tim . Data ini
disimpan oleh tim yang digunakan untuk arsip, namun ada beberapa penilaian yang dipasang di
papan pengumuman diperuntukkan untuk tenaga kerja agar mereka mengetahui hasil penilaian
dan perbaikan yang sudah dilakukan. Dengan ini diharapkan tenaga kerja senantiasa menjaga
area kerjanya agar tetap bersih dan rapi. Selain itu, setiap bagian proses pembuatan kendaraan
bermotor memiliki area istirahat tersendiri untuk para pekerjanya.Selain itu juga, pelatihan yang
diberikan perusahaan kepada pekerjanya mengenai bagaimana cara menggunakan alat-alat dalam
proses pembuatan kendaraan bermotoro dan alat pemadam kebakaran. Pelatihan ini sangat
bermanfaat bagi pekerja karena pekerja dapat mengetahui apa fungsi dan bagaimana cara
menggunakan alat pemadam kebakaran tersebut.

Anda mungkin juga menyukai