Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

Job Safety Analysis

Disususun oleh :

Kel. 6

1. Anggi Oktama

2. Elfina

3. Jody Prizaer

4. Lara Ifdia Vani

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

STIKES SYEDZA SAINTIKA PADANG

TAHUN AJARAN 2017/2018


BAB I

1. PENDAHULUAN
Keselamatan dan kesehatan kerja atau yang lebih dikenal dengan K3 merupakan
salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebass dari
pencemaran lingkungan sehingga dapat mengurangi potensi kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktifitas
kerja. Keselamatan kerja juga dapat diartikan sebagi upaya-upaya yang ditujukan untuk
melindungi pekerja, menjaga keselamatan orang lain, melindungi peralatan, tempat kerja,
bahan produksi, menjaga kelestarian lingkungan hidup dan melancarkan proses produksi.
Pada intinya keselamatan dan kesehatan kerja merupakan seperangkat kesatuan yang
melindungi pekerja, perusahaan, lingkungan hidup dan masyarakat sekitar dari bahaya
akibat kecelakaan kerja.
Menurut Suma’mur (2001: 245), keselamatan kerja merupakan serangkaian usaha
untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi para karyawan yang
bekerja di perusahaan yang tersebut. Menurut Mangkunegara (2002: 163), keselamatan
dan kesehatan kerja memiliki arti suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin kekutuhan
dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya,
manusisa pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju masyarakat yang adil dan
makmur. Hal-hal penyebab keselamatan kerja adalah :

a. Keadaan tempat lingkungan kerja


1. Penyusunan dan penyimpanan barang-barang yang berbahaya dan kurang
diperhitungkan keselamatannya.
2. Ruang kerja yang terlalu penuh.
3. Pembuangan kotoran dan limbah yang tidak sesuai dengan tempatnya.
4. Penerangan yang kurang memadai.
b. Pemakaian peralatan kerja.
1. Pengaman peralatan kerja yang sudah tua dan using.
2. Penggunaan alat berat maupun alat ringan tanpa pengaman yang baik.
Selain itu, keselamatan dan kesehatan kerja memiliki tujuan sebagai berikut
(Mangkunegara, 2002: 165):
1. Setiap pekerja diharapkan mendapatkan jaminan kesehatan dan keselamatan
kerja dalam ssegi fisik, social mauun psikologis dalam melakukan
pekerjaannya.
2. Supaya penggunaan peralatan kerja dan perlengkapannya dapat digunakan
seefisien mungkin dan mampu menyelektif peralatan yang digunakan.
3. Agar hasil produksi yang dihasilkan dapat semaksimal mungkin dan juga
terjaga kualitasnya.
4. Setiap pekerja akan mendapatkan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan
gizi yang memadai.
5. Agar meningkatakan semangat kerja, partisipasi kerja dan juga keserasian
kerja.
6. Terjaganya lingkungan tempat kerrja dan atau kondisi tempat erja agar pekerja
dapat terrhindat dari gangguan kesehatan kerja.
7. Timbulnya rasa aman, nyaman dan terlindungi yang dirasakan oleh setiap
pekerja.
Di dalam pembahasan makalah ini akan sijelaskan apa ituyang dimaksud dari job
safety analysis (JSA). Yang akan dijelaskan mengenai job safety analysis meliputi
pengertian, tujuan, dan lain sebagainya.
BAB II
PEMBAHASAN

1. Job Safety Analysis (JSA)


A. Pengertian
Job Safety Analysis (JSA)Job Safety Analysis (JSA) merupakan suatu
prosedur yang digunakan untuk membahas ulang metode atau cara dan melakukan
identifikasi pekerjaan yang memiliki potensi terjadinya kecelakaan kerja dan
dilakukan koreksi sebelum kecelakaan kerja terjadi. Dengan identifikasi potensi
kecelakaan kerja, merupakan langkah awal dalam menganalisa bahaya (hazard) dan
kecelakaan (accident) dalam usaha menciptakan keselamatan kerja di tempat kerja.
Job safety analysis (JSA) atau job hazard analysis (JHA) atau yang sering disebut pula
sebagai analisa keselamatan pekerjaan memiliki arti salah satu sistem atau proses
dimana penilaian resiko dan identifikasi bahaya (hazard) yang dalam pelaksanaannya
ditekankan pada identifikasi bahaya (hazard) yang muncul pada tiap-tiap tahapan
pekerjaan atau tugas yang dilakukan pekerja.
Secara sederhananya job safety analysis atau analisa keselamatan pekerjaan
adalah suatu metode atau cara yang digunakan untuk memeriksa kembali dan
menemukan bahaya-bahaya sebelum diabaikannya dalam merancang tempat kerja,
fasilitas atau alat kerja, peralatan mesin yang digunakan maupun proses kerja.
Menurut NOSA (1999), job safety analysis adalah salah satu usaha dalam
menganalisa tugas-tugas dan prosedur yang ada di dalam perusahaan. Job safety
analysis diartikan sebagai metode atau cara untuk mempelajari suatu pekerjaan dan
mengidentifikasi potensi bahaya (hazard) dan potensi insiden yang berhubungan
dengan setiap pekerjaan, pengembangan solusi juga diperlukan agar dapat
menghilangkan atau mengurangi dan mengkontrol bahaya (hazard) serta kecelakaan
(incident) dalam setiap pekerjaan. Apabila bahaya (hazard) telah diidentifikasi, maka
dapat dilakukan tindakan pengendalian dan pengontrolan yang berupa pengendalian
fisik atau pengontrolan prosedur kerja yang dapat mengurangi potensi bahaya
(hazard) pada pekerjaan. Dalam menjalankannya, pengontrolan prosedur job safety
analysis memerlukan pelatihan, pengawasan dan pengontrolan jalannya kerja yang
dikenal sebagai job safety analysis untuk mempermudah pemahaman prosedur kerja
kepada pekerja.
Kelebihan yang dapat diperoleh dari pelaksanaan job safety analysis adalah
sebagai berikut:
1. Sebagai upaya pencegahan kecelakaan (accident) pada saat proses bekerja.
2. Sebagai alat penunjang keselamatan atau safety training terhadap tenaga kerja
baru di dalam perusahaan.
3. Melakukan kajian ulang (review) pada prosedur pekerjaan setelah terjadi
kecelakaan kerja (working accident).
4. Memberikan instruksi kerja (pre job instruction) pada pekerjan yang baru
didapatkan.
5. Memberikan pelatihan kerja secara pribadi kepada pekerja agar dpat bekerja
secara maksimal.
6. Dapat Meninjau ulang SOP

Dalam pembuatan job safety analysis (JSA) terdapat cara ataupun teknik yang
dapat mempermudah dalam pengerjaannya adalah sebagai berikut :
1. Memilih pekerja yang tepat untuk melakukan observasi atau pengamatan,
contohnya pada pekerja yang berpengalaman dalam pengerjaan suatu pekerjaan,
mampu dan mau bekerja sama sekaligus dapat saling bertukar pikiran dan gagasan
pada sesama pekerja.
2. Apabila pekerja tersebut tidak faham akan peranannya dalam pembuatan job
safety analysis, maka pekerja tersebut akan diberi pengarahan terlebih dahulu
tentang maksud dan tujuan dari pembuatan job safety analisis itu sendiri.
3. Bersama pekerja tersebut melakukan pengamatan ataupun pengawasan terhadap
pekerjaan dan mencoba untuk membagi atau memilah pekerjaan tersebut menjadi
beberapa langkah dasar untuk mengerjaannya.
4. Mencatat pekerjaan yang telah dilakukan setelah membagi beberapa pekerjaan
tersebut.
5. Memeriksa dengan seksama maupun mendetail dan mendiskusikan hasil catatan
tersebut ke bagian pemimpin atau section head atas pekerjaan yang telah diamati.
B. Tujuan Pembuatan Job Safety Analysis (JSA)
Tujuan dari pelaksanaan Job safety analysis (JSA) secara umum adalah
bertujuan untuk mengidentifikasi potensi bahaya (hazard) disetiap aktivitas pekerjaan
sehingga tenaga kerja diharapkan dapat mengenali bahaya yang akan didapat sebelum
terjadi kecelakaan (accident) atau penyakit akibat kerja. Tujuan jangka panjang yang
dimiliki oleh program job safety analysis (JSA) ini diharapkan pekerja dapat ikut serta
berperan aktif dalam pelaksanan job safety analysis (JSA) sehingga dapat
menanamkan kepedulian pekerja terhadap kondisi wilayah kerjanya guna
menciptakan keadaan lingkungan kerja yang nyaman, aman dan dapat meminimalkan
kondisi yang tidak aman (unsafe condition) dan perilaku yang tidak aman (unsafe
action) untuk pekerja itu sendiri.

C. Manfaat Pembuatan dan Penggunaan Job Safety Analysis (JSA)


Pelaksanaan dari job safety analysis (JSA) mempunyai beberapa manfaat dan
keuntungan sebagai berikut :
1. Memberikan penjelasan yang sama kepada setiap pekerja tentang apa yang
harus dilakukan untuk mengerjakan pekerjaan dengan efisien dan aman.
2. Suatu alat pelatihan (training tools) yang efektif dan efisien untuk para pekerja
baru.
3. Point utama yang dapat dimasukkan dalam daftar keselamatan, pengarahan
sebelum memulai pekerjaan, observasi keselamatan, dan sebagai topic pada
rapat keselamatan kerja.
4. Membantu dalam penulisan tata cara atau prosedur keselamatan kerja untuk
jenis pekerjaan yang baru maupun pekerjaan yang mendapatkan modifikasi.
5. Sebgai alat (tools) pembantu yang efektif untuk mengendalikan potensi bahya
kecelakaan kerja pada pekerjaan yang dilakukan tidak sesuai dan rutin.

D. Tahapan-Tahapan Penyusunan Job Safety Analysis (JSA)


Analisa keselamatan kerja terdiri dari 5 fase sebagai berikut:
1. Memilih Jenis Pekerjaan yang Akan Dikerjakan.
Ketika menyusun suatu job safety analysis atau analisa keselamatan pekerjaan,
suatu pekerjaan dapat diklasifikasikan menjadi urutan langkah-langkah kerja atau
aktifitas kerja untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut. Pekerjaan yang dianalisa
biasanya dipilih berdasarkan prioritas mulai dari yang utama sampai yang terakhir.
Pekerjaan dengan pengalaman kecelakaan (accident) terburuk atau potensi bahaya
(hazard) yang tertinggi harus lebih dahulu dilakukannya analisa.
Ketika memilih pekerjaan, pertimbangkanlah terlebih dahulu faktor-faktor sebagai
berikut ini :
1) Frekuensi potensi dari kecelakaan kerja (accident working) atau yang berpotensi
memiliki bahaya (hazard).
2) Potensi keparahan penyakit akibat kerja dalam beberapa kondisi harus ditinjau ulang
dan diberikannya prioritas dari yang tertinggi sampai terendah jika terdapat potensi
untuk terjadinya luka-luka yang lebih parah. Hal ini antara lain :
a. Pekerjaan yang tidak biasa atau tidak rutin dikerjakan.
b. Sumber-sumber energy yang tinggi (listrik dan tekanan).
c. Beberapa kondisi konstruksi(tempat kerja tinggi, alat berat yang dijalankan,
tingkat aktivitas pekerja yang tinggi dalam daerah yang sempit atau kecil)
3) Jenis-jenis pekerjaan yang berulang-ulang karena pekerja sering dihadapkan kepada
bahaya (hazard) apa saja yang dimungkinkan untuk terjadi.
4) Hasil masukan-masukan dari pekerja dimana pekerjaan yang menurut mereka
mempunyai potensi bahaya (hazard) pada pekerjaan yang baru atau pekerjaan yang
tidak rutin dilakukan sebelumnya.
Proses job safety analysis atau analisa keselamatan pekerjaan harus dimasukkan kedalam
suatu cara untuk mengevaluasi pekerjaan yang baru dan pekerjaan yang tidak sering
dilakukan oleh pekerja, contohnya seperti : mematikan unit yang sudah tidak terpakai.

2. Membentuk Suatu Tim Job Safety Analysis (JSA) atau Analisa Keselamatan Pekerjaan.
Pekerjaan yang membuat job safety analysis (JSA) harus memiliki pengalaman
dan juga pengetahuan tentang pekerjaan yang akan dikerjakan, mempunyai kredibilitas
atau kepercayaan dalam group kerja dan dapat memahami proses pada analisa
keselamatan kerja. Syarat penting yang diperlukan lainnya adalah supportif, tidak
menghakimi satu sama lain, mau mendengarkan ide-ide maupun gagasan dari teman
kerja dan akan menemukan jawaban dari masalah bahaya (hazard) yang akan muncul
untuk membuat suatu tempat kerja yang aman, nyaman dan tentunya selamat.
Tim yang dibentuk bergantung pada organisasi dan banyaknya orang dalam grup
kerja. Sebagai tambahan terhadap pekerja yang mengerjakan pekerjaan tersebut,
anggota tim harus dipilih dari pekerja dari jenis pekerjaan yang lainnya seperti
supervisor dan spesialis keselamatan.
3. Mengidentifikasikan Suatu Pekerjaan Terlebih Dahulu
Sebelum memulai pencarian bahaya (hazard) yang yang memiliki potensi
menimbulkan kecelakaan kerja, pekerjaan harus dijelaskan dalam urutan langkah-
langkah proses kerja dimana setiap langkah tersebut menjelaskan apa yang sedang
terjadi pada pekerjaan yang bersangkutan. Sebuah keseimbangan yang terlalu
terperinci akan memiliki akibat terlalu banyaknya langkah yang akan diambil dan
penjelasan yang cenderung bersifat umum akan mengakibatkan langkah-langkah yang
penting akan terlewatkan karena tidak tertulis atau tertuang di dalam daftarnya.

4. Mengidentifikasi Bahaya (Hazard) yang Memiliki Potensi Kerusakan.


Dari proses penyusunan dan pembuatan tahapan kerja, secara tidak langsung
juga dapat menganalisa atau mengidentifikasi dampak dan bahaya (hazard) apa saja
yang akan muncul atau disebabkan dari setiap langkah kerja yang telah disusun
sebelumnya. Dari hasil proses yang dilakukan, diharapkan kondisi akibat atau
resiko apapun yang akan terjadi diharapkan dapat menghilangkan ataupun
meminimalkannya sampai batas terkecil yang dapat diterima dan ditoleransi dengan
baik menurut kaidah keilmuan maupun tuntutan standart dalam hukum. Bahaya
(hazard) disini dapat memiliki definisi sebagai suatu benda, bahan ataupun kondisi
yang bisa menyebabkan cidera, kerusakan dan atau kerugian dari pihak pekerja
(misalnya : kecelakaan kerja).
Identifikasi potensi bahaya (hazard) merupakan alat manajemen untuk
mengatur dan mengendalikan kerugian yang memiliki sifat proaktif dalam upaya
pengaturan dan pengendalian bahaya (hazard) yang akan terjadi di lapangan atau
tempat kerja. Dalam hal ini tidak ada seorang pekerja yang dapat meramalkan
seberapa parah atau seberapa besar akibat atau dampak kerugian yang akan terjadi
apabila suatu kecelakaan (incident or accident) telah terjadi, namun
pengidentifikasian bahaya (hazard) ini ditujukan untuk mencegah maupun
mengurangi terjadinya kecelakaan (incident atau accident) dengan melakukan
usaha-usaha yang telah ditentukan.

5. Membuat Penyelesaian atau Solusi dari Bahaya (Hazard) yang Akan Ditimbulkan.
Langkah terakhir dari penyusunan suatu job safety analysis (JSA) atau analisa
keselamatan pekerjaan adalah membuat saran ataupun rekomendasi perubahan
untuk meminimalisir dan menghilangkan bahaya-bahaya (hazard) yang akan
menimbulkan berpotensi kecelakaan kerja. Selama langkah ini dilakukan, biasanya
akan memiliki hasil yang lebih maksimal dan lebih baik apabila dimulai dari
langkah pertama, kedua dan langkah-langkah yang telah ditentukan selanjutnya
untuk dijalankan. Mengerjakan pekerjaan dengan merujuk pada langkah berikutnya
hanya setelah seluruh bahaya-bahaya (hazard) yang memiliki potensi kerusakan
dapat diminimalisir atau dapat dihilangkan dan semua kondisi kerja dalam keadaan
aman dan nyaman dari langkah-langkah yang telah dilakukan sebelumnya karena
adanya beberapa perubahan yang akan mengakibatkan perubahan pada langkah-
langkah berikutnya. Jika dibutuhkan, mulailah proses pembuatan dan penyusunan
job safety analysis dari pembuatan formulir analisa keselamatan pekerjaan baru
yang menjelaskan tentang langkah-langkah proses pekerjaan yang telah
dilakukannya modifikasi. Prinsip-prinsip yang dapat dilakukan untuk
menyelesaikannya adalah sebagai berikut :
a. Mengubah kondisi kerja yang dapat menimbulkan bahaya (hazard),
meperbaharui perkakas yang digunakan, material atau bahan yang
diperlukan, peralatan (tools) dan tata letak atau lokasi penempatan barang-
barang kerja. Hal ini adalah proses pendekatan yang lebih digunakan dan
disukai sehingga adanya persetujuan umum bahwa kondisi kerja memiliki
arti selamat (safe).
b. Mengubah proses langkah-langkah atau prosedur kerja. Menanyakan apa
yang seharusnya pekerja lakukan atau tidak dilakukannya agar dapat
menghilangkan bahaya-bahaya (hazard) tertentu yang dapat terjadi atau
mencegah potensi terjadinya kecelakaan kerja.
c. Temukanlah metode atau cara lain yang baru untuk mengerjakan pekerjaan
agar lebih efisien dan maksimal. Apabila langkah sebelumnya tidak
menghasilkan kondisi yang aman dan selamat dengan cara yang efisien
untuk menyelesaikan pekerjaan, maka tim harus melihat kembali terhadap
proses pekerjaan kerja itu sendiri. Selanjutnya tentukan tujuan dari
pekerjaan tersebut dan kemudian analisalah proses kerja tersebut untuk
mendapatkan cara lain agar dapat mencapai tujuan yang diinginkan tersebut
untuk menentukan mana yang paling tapat penggunaannya dalam proses
kerja.
6. Tempat Kerja (Working Area).
Merupakan tiap tempat, ruangan ataupun lapangan kerja yang tertutup atau terbuka,
bergerak atau tetap (konstan) dimana tenaga kerja bekerja dan sering ditugaskan
melakukan suatu pekerjaan untuk keperluan usaha dimana terdapat sumber bahaya
(hazard) sebagaimana sudah terperinci dalam pasal 2, “Termasuk tempat kerja
adalah semua ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya yang merupakan
bagian-bagian atau yang berhubungan dengan tempat kerja tersebut.
a. Bahaya (Hazard)
Bahaya atau yang sering disebut dengan hazard merupakan sumber atau
suatu kondisi dimana memungkinkan untuk dapat menimbulkan kerugian
berupa cidera kerja, penyakit kerja, kerusakan kerja maupun kemampuan
melakukan fungsi kerja yang telah ditetapkan.
Sumber-sumber bahaya (hazard) dapat berasal dari :
1. Manusia
Kesalahan utama yang menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja, kerugian
kerja ataupun kerusakan kerja dapat terletak pada pekerja yang kurang ahli, kurang
terampil dalam bekerja, kurang pengetahuan, kurang semangat, kurang tepat dan
terganggunya fikiran pada umumnya dapat menyebabkan kecelakaan kerja (work
accident) dan kerugian (Bennet N.B Silalahi dan Rumondang B. Silalahi, 1995).
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, kecelakaan disebabkan oleh
kelalaian manusia itu sendiri. Bahkan ada suatu pendapat yang pada akhirnya
menyatakan bahwa secara langsung atau tidak langsung semua kecelakaan kerja
(working accident) adalah dikarenakan faktor manusia itu sendiri. Kecelakaan kerja
tersebut dimungkinkan saja disebabkan oleh perencanaan perencanaan tempat kerja
atau perusahaan, kontraktor yang membangun tempat kerja tersebut, pembuat alat-
alat dan mesin-mesin yang digunakan, pengusaha, ahli kimia, ahli listrik, pimpinan
kelompok, pelaksana atau petugas yang melakukan pemeliharaan mesin atau
peralatan yang digunakan .(Suma’mur, 1996).
2. Bangunan Tempat Kerja, Peralatan dan Instalasi Kerja.
Bahaya dari bangunan tempat kerja, peralatan dan instansi kerja perlu mendapatkan
perhatian yang lebih. Konstruksi bangunan kerja harus kokoh dan memenuhi syarat
agar dapat menimbulkan rasa nyaman oleh para pekerja. Desain ruangan dan
tempat kerja harus menjamin keselamatan dan kesehatan kerja. Pencahayaan
ruangan yang cukup dan produksi bahan kimia yang digunakan sebagai bahan baku
dan bahan sekunder harus termanajemen. Ada bahan kimia yang merupakan hasil
dari bahan tersebut utamanya, termasuk bahan kimia berbahaya yang memiliki sifat
mudah meledak, menyebabkan iritan maupun beracun. (Syukri Sahab, 1997)
3. Bahan atau Material Kerjakan.
Bahan atau material kerja memiliki tingkat bahaya (hazard) dan pengaruh
terhadap lingkungan yang berbeda-beda. Ada yang memiliki tingkat bahaya sangat
tinggi dan ada ppula yang rendah. Pengaruh yang ditimbulkan juga ada yang dapat
segera dilihat dan ada yang membutuhkan waktu bertahun-tahun baru dapat
diketahui. Oleh sebab itu maka setiap pimpinan perusahaan harus tahu sifat dari
bahan yang digunakan sehingga dapat mengambil langkah-langkah yang tepat
untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang bisa
merugikan perusahaan. Untuk setiap bahan kimia yang berbahaya harus dilengkapi
dengan Material Safety Data Sheet (MSDS) yang dapat diminta pada pemasok
dengan memasukkannya pada kontak pemelian bahan. (Syukri Sahab, 1997).
Bahaya (hazard) yang dapat ditimbulkan dari bahan atau material kerja
meliputi berbagai resiko yang sesuai dengan sifat bahan, antara lain sebagai berikut
(Syukri Sahab, 1997) :
a. Mudah terbakar.
b. Mudah meledak
c. Menimbulkan alergi
d. Menimbulkan kerusakan pada kulit atau jaringan
e. Bersifat racun
f. Menyebabkan racun
g. Radioaktif

4. Cara Kerja
Cara kerja yang salah dapat membahayakan pekerja itu sendiri maupun pekerja lain
disekitarnya. Cara kerja yang dimaksudkan antara lain seperti :
1) Cara mengangkat dan mengangkut barang, apabila dilakukan dengan cara
yang salah dapat mengakibatkan kecelakaan dan cidera pada daerah tulang
punggung, lengan maupun daerah yang berpotensi mendapatkan cidera.
2) Cara kerja yang menyebabkan kecelakaan dan cidera terutama yang sering
terjadi adalah pada tulang punggung dan tangan.
3) Pemakaian APD yang tidak semestinya dan cara pemakaian yang kurang
tepat.

E. SOP yang dijalankan tidak sesuai.


1. Lingkungan Kerja
Bahaya dari lingkungan kerja yang ditimbulkan dapat digolongkan atas berbagai
jenis bahaya yang dapat mengakibatkan berbagai gangguan kesehatan kerja dan
penyakit akibat kerja. Bahaya tersebut misalnya seperti :
a. Faktor lingkungan fisik
Bahaya (hazard) yang ditimbulkan karena bersifat fisik seperti ruangan yang
terlalu panas, terlalu dingin, terlalu bising, penerangan yang kurang, getaran
yang dihasilkan berlebihan dan juga radiasi dari alat yang digunakan.
b. Faktor lingkungan kimia
c. Bahaya (hazard) yang ditimbulkan karena bersifat kimia berasal dari bahan-
bahan yang digunakan maupun bahan yang dihasilkan dalam proses produksi.
Bahan ini dapat menyebar ke lingkungan karena cara kerja yang yang
diterapkan salah, kerusakan atau kebocoran dari peralatan atau instalasi yang
digunakan dalam proses kerja.
d. Faktor lingkungan biologi
Bahaya (hazard) yang ditimbuulkan karenabersifat biologi disebabkan oleh
jasad renik yang ada, gangguan dari serangga maupun dari binatang lainnya
yang dapat ditemukan di tempat kerja.
e. Faktor ergonomic.
Gangguan yang disebabkan oleh fakotr ergonomic ini dapat berupa beban kerja
yang terlalu berat, peralatan yang digunakan tidak serasi dengan pekerja atau
tidak sesuai dengan antropometri tubuh para pekerja.
f. Faktor psikologi
Gangguan yang dapat terjadi karena factor psikologi dapat terjadi karena
keadaan lingkungan sosial tempat kerja yang tidak sesuai dengan pekerja dan
menimbulkan ketegangan jiwa pada pekerja, misalnya saja hubungan atasan dan
bawahan yang tidak harmonis.
g. Kecelakaan Kerja
Pengertian kecelakaan menurut pendapat Hammer (2001) kecelakaan
adalah ”kejadian yang tak terduga dan tidak diharapkan”. Maksud dari
pengertian tersebut disebut tak terduga dikarenakan di belakang peristiwa itu
tidak terdapat unsur kesengajaan dan juga unsur perencanaan. Maksud kejadian
yang tidak di harapkan karena di belakang semua kejadian terlebih tidak ada
unsur kesengajaan. Kecelakaan akibat kerja diartikan sebagai kecelakaan yang
berkaitan dengan hubungan kerja pada perusahaan. Kecelakaan dapat terjadi
karena tindakan yang berbahaya (unsafe action) dan keadaan yang berbahaya
(Unsafe condition). Unsafe condition merupakan suatu keadaan atau kondisi
fisik yang dapat secara langsung memungkinkan atau membiarkan terjadinya
suatu kecelakaan atau insiden kerja. Yang termasuk dalam keadaan yang
berbahaya (unsafe condition) addalah sebgai berikut :
1. Penutup atau pelindung keselamatan yang tidak tepat.
2. Perkakas, alat atau bahan yang sudah using.
3. Kemacetan
4. Sistem pemberian peringatan yang tidak tepat
5. Bahaya peledakan dan kebakaran
6. Tata anak tangga yang tidak standar
7. Keadaan atmosfer yang membahayakan (debu, uap, fume, kabut serta gas)
8. Bahaya listrik

Kecelakaan dapat terjadi karena tindakan yang tidak aman (unsafe action)
merupakan suatu pelanggaran dari setiap prosedur K3 yang dapat menyebabkan
terjadinya kecelakaan atau insiden. Tindakan-tindakan yang berbahaya (unsafe action)
seperti :
1. Mengoperasikan tanpa wewenang.
2. Gagal memberikan dan memastikan tanda peringatan.
3. Mengoperasikan dengan kecepatan berlebih.
4. Menggunakan perkakas yang salah.
5. Gagal menggunakan alat pelindung diri.
6. Memuat atau menempatkan secara tidak benar.
7. Mengambil posisi yang salah.
8. Mengangkat dengan cara yang tidak benar.
9. Mengabaikan standar yang diharuskan.
10. Bersenda gurau.
11. Minum minuman keras.
Teori penyebab terjadinya kecelakaan kerja salah satunya adalah teori domino
yang diungkapkan oleh Heinrich dan disempurnakan oleh Bird. Teori domino
menyatakan bahwa suatu kecelakaan tidak datang dengan sendirinya. Kecelakaan
dapat terjadi dikarenakan hasil dari tindakan dan kondisi yang tidak aman dan kedua
hal tersebut akan bergantung pada seluruh macam factor yang mempengaruhi.
Gabungan dari faktor-faktor inilah yang akan menyebabkan terjadinya kecelakaan
kerja (accident working). Hal tersebut seperti rangkaian kartu domino. Teori domino
itu menyebutkan bahwa pada setiap kecelakaan (accident) yang menimbulkan cidera,
terdapat lima faktor secara berurutan yang yang digambarkan sebagai lima domino
yang berdiri sejajar. (Rudi Suardi, 2005).

Rangkaian teori domino menurut Birds (1967) dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Lack of control (kurangnya pengontrolan)
Kurangnya pengontrolan atau pengendalian merupakan urutan paling awal
menuju suatu kejadian yang dapat mengakibatkan kerugian. Kontrol atau pengendaian
termasuk dalam salah satu tempat fungsi manajemen yaitu planning, organisazing,
actuating serta controlling. Tanpa menggunakan manajemen pengendalian atau
kontrol yang kuat dapat menyebabkan kecelakaan kerja dan rangkaian efek akan
mulai terjadi dan memicu berlanjutnya faktor kerugian.
Kurangnya kontrol atau pengendalian dapat disebabkan oleh faktor-faktor
sebagai berikut :
a. Tidak memadainya program kerja yang dijalankan. Hal ini tentunya dapat
menyebabkan terlalu sedikitnya program kerja yang sudah diterapkan.
b. Standar program kerja yang belum memadai.
c. Kurangnya kepatuhan terhadap standar program.
Domino pertama akan jatuh pada pihak manajemen kerja yang tidak mampu
mengoordinasi, memimpin, dan mengontrol pekerja dalam memenuhi standar kerja yang
telah ditentukan di awal.
2. Basic Cause (Penyebab dasar).
Pengontrolan atau pengendalian yang tidak mencukupi akan memberikan
peluang potensi pada penyebab dasar dari kejadian yang menyebabkan kerugian.
Penyebab dasar atau yang lebiih sering disebut dengan basic cause ini terbagi menjadi
dua hal yaitu :
a. Faktor manusia
Factor manusia memiliki kekurangan pada kemampuan fisik dan mental, kurangnya
keterampilan dasar dan juga kurangnya pengetahuan.
b. Faktor pekerjaan
Factor pekerjaan yang memiliki standar kerja yang tidak cukup dan standar pembelian
produk yang masih kurang.
3. Immediate Cause (penyebab langsung).
Immediate cause atau penyebab langsung dapat diartikan sebagai tindakan yang tidak
aman (unsafe action) dan kondisi tidak aman (unsafe condition). Menurut Heinrich
(Adi Mulya, 2008), menyebutkan bahwa kecelakaan kerja diakibatkan oleh tindakan
yang tidak aman, kondisi yang tidak aman dan juga disebabkan oleh factor yang tidak
disebutkan.
4. Incident or Accident (kejadian atau kecelakaan).
Incident atau kejadian adalah suatu kejadian dimana kejadian tersebut tidak
diinginkan yang apabila keadaannya memiliki perbedaan yang sedikit saja dapat
mengakibatkan luka (injury), kerusakan ataupun kerugian pada proses kerja. Accident
atau kecelakaaan adalah suatu kondisi yang tidak diinginkan dan dapat
mengakibatkan luka pada manusia, kerusakan properti ataupun kerugian pada proses
kerja.
5. Loss (kerugian)
Loss atau kerugian akan terjadi apabila seluruh tahapan diatas telah terjadi. Kerugian
akan memiliki pengaruh pada produktifitas kerja, keselamatan kerja, kesehatan kerja
serta keamanan di tempat kerja. POtensi kecelakaan kerja dapat dihindari dengan cara
sebagai berikut :
a. Menghilangkan atau mengurangi tindakan tidak nyaman (unsafe act) dari
semua pekerja yang terlibat, maksud penjelasan tersebut adalah semua pekerja
yang terlibat harus memperhatikan betapa pentingnya mengurangi pelanggaran
disetiap prosedur K3 yang dapat menimbulkan terjadinya kecelakaan kerja.
b. Menghilangkan atau mengurangi keadaan yang tidak nyaman (unsafe condition)
disemua wilayah tempat kerja. Maksud dari pernyataan tersebut adalah semua
pencegahan pada kondisi atau keadaan fisik yang dapat secara langsung
memungkinkan atau mengakibatkan terjadinya suatu kecelakaan atau insiden
sehingga dapat mengurangi suatu keadaan atau kondisi yang tidak aman (unsafe
condition).
c. Menerapkan standart operational procedure (SOP) sebagai panduan utama
dalam prosedur pelaksanaan kerja.
d. Menyediakan peralatan kerja, alat pelindung diri (APD) maupun bahan sesuai
dengan standar yang telah ditentukan, maksudnya adalah sebagai pilihan
terakhir yang dapat di lakukan untuk mencegah bahaya terhadap para pekerja.
e. Memberikan hukuman atau sanksi yang tegas kepada setiap pelanggar safety
procedure yang telah ditetapkan. Maksudnya adalah pelanggaran dapat terjadi
akibat kelalaian setiap pekerja dalam memenuhi semua peraturan dalam
keselamatan kerja, maka oleh karena itu perusahaan berusaha untuk
memberikan hukuman atau sanksi terhadap setiap pelanggar karena diharapkan
dapat mengurangi resiko bahaya (hazard) yang terjadi dan meningkatkan
pentingnya kesadaran diri untuk mematuhi peraturan keselamatan yang telah
dibuat.
6. Pengendalian (Control) Bahaya Kerja
Pengendalian bahaya (hazard) memiliki hierarki pengendalian bahaya yang
meliputi :
1) Eliminasi
Eliminasi adalh langkah mengurangi atau menghilangkan metode atau
cara, bahan ataupun proses kerja untuk mengurangi bahaya (hazard) secara
menyeluruh. Efektifitas dari penggumnaan metode eliminasi ini digunakan
karena dapat menghilangkan bahaya (hazard) sampai pada titik nol.
2) Substitusi
Subtitusi merupakan pengganti dari bahan atau material. Bahan
memiliki proses yang mempunyai nilai resiko dari yang tinggi sampai dengan
yang mempunyai nilai resiko yang kecil.
3) Administrasi
Administratif memiliki beberapa jenis pengendalian yang dapat dilakukan
antara lain :
a) Seleksi karyawan dan pengaturan jam kerja
b) Pelatihan dan penyamppaian kompetensi K3
c) Pembentukan K3 Representatif (Sub P3K3)
d) Pembuatan kebijakan K3 yang dibuat berdasarkan undang-undang K3 No. 1
tahun 1970.
e) Peraturan, prosedur dan instruksi kerja
f) Komunikasi potensi bahay
g) Promosi K3
7. Prosedur dan Tanda Peringatan
Prosedur dan tanda peringatan terhadap bahan kimia atau wilayah yang berpotensi
menimbulkan bahaya (hazard) yang ada di tempat kerja diberi tanda peringatan
ataupun tanda lainnya agar pekerja mengetahui bahwa bahan atau wilayah tersebut
dapat menimbulkan potensi bahaya. Selain itu starndard operational procedure (SOP)
ditujukan agar para pekerja mengetahui langkah-langkah yang harus sigunakan dalam
pemakaiannya.
8. Alat Pelindung Diri (APD)
Pelindungan diri pada pekerja yang dilakukan di tempat kerja adalah dengan
menyediakan Alat Pelindung Diri (APD) sesuai dengan jenis pekerjaan yang akan
dilakukan. Adapun APD yang perlu disediakan pada tempat kerja adalah sebagai berikut :
a. Pelindung kepala (safety helmet)
b. Pelindung pendengaran (ear plug, ear muff).
c. Pelindung mata dan muka (safety goggle, face shield).
d. Pelindung pernafasan (cotton mask, gas mask, airline respirator, Self Contained
Breathing Apparatus / SCBA).
e. Pelindung tangan (cotton glove, chemical gloves, welding gloves, asbes gloves).
f. Pelindung kaki (safety shoes)
g. Pelindung tubuh (coverall, chemical suit, fireman suit).
h. Pelindung jatuh dari ketinggian (safety belt, safety body hardness)
i. Monitoring
j.
1. Audit
Audit merupakan pemeriksaan secara sistematik dan independen untuk
menentukan suatu kegiatan dan hasil-hasil yang berkaitan dengan pengaturan yang
telah direncanakan dan dilaksanakan secara efektif dan tepat untuk mencapai
kebijakan dan tujuan perusahaan (Pungky W,002). Audit Sistem Manajemen K3 harus
dilaksanakan secara berkala agar mengetahui keefektifan dari penerapan Sistem
Manajemen K3. Audit harus dilakukan secara sistematik dan independen oleh pekerja
yang memiliki kompetensi kerja yang baik dengan menggunakan metode atau cara
yang telah ditetapkan.
Frekuensi audit harus ditentukan terlebih dahulu berdasarkan tinjauan kembali
hasil audit yang sebelumnya dan bukti-bukti sumber bahaya (hazard) yang akan
didapatkan di tempat kerja. Hasil audit harus digunakan oleh pengurus dalam proses
tinjauan ulang manajemen (Pungky W,2002).
2. Inspeksi
Program inspeksi K3 dilakukan agar mengetahui sumber potensi bahaya di
tempat kerja baik yang berasal dari keadaan tidak aman (unsafe condition), tindakan
yang tidak aman (unsafe action) maupun house keeping yang kurang baik di tempat
kerja. Setelah data hasil inspeksi didapatkan, data tersebut dapat dipelajari dan
dianalisa untuk menentukan dan merencanakan tindakan pencegaham serta perbaikan
yang akan dilakukan. Inspeksi K3 yang dapat dilakukan antara lain sebagai berikut :
a. Inspeksi peralatan keselamatan kerja
b. Inspeksi PPE (Personal Protected Equipment)
c. Inspeksi Sistem
d. Inspeksi Umum
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari penjelasan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa keselamatan dan
kesehatan kerja atau K3 merupakan seperangkat kesatuan yang melindungi pekerja,
perusahaan, lingkungan hidup dan masyarakat sekitar dari bahaya akibat kecelakaan
kerja. Setelah mengetahuai apa itu K3, kita juga harus mengenal apa itu yang dimaksud
dengan JSA atau Job Safety Analysis. Job Safety Analysis (JSA) adalah suatu prosedur
yang digunakan untuk membahas ulang metode atau cara dan melakukan identifikasi
pekerjaan yang memiliki potensi terjadinya kecelakaan kerja dan dilakukan koreksi
sebelum kecelakaan kerja terjadi. Dengan mempelajari apa itu K3 dan juga Job Safety
Analysis, diharapkan pekerja dapat meminimalisir bahkan menghilangkan potensi bahaya
(hazard) yang akan terjadi dalam proses bekerja.
B. SARAN
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan
lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber -
sumber yang lebih banyak yang tentunga dapat di pertanggung jawabkan.
LAMPIRAN

1. Apa itu job safety analysis?


a) Sebagai pengindentifikasi penyakit
b) Sebagai pengindentifikasi kesehatan
c) Suatu prosedur yang digunakan untuk mengidentifikasi potensi terjadinya kelelakaan
kerja
d) suatu prosedur yang digunakan untuk mengidentifikasi angka kejadian hipertensi
2. Berikut merupakan kelebihan job safety analysis kecuali?
a) Dapat memermudah pekerjaan dalam sebuah diagnosa
b) Sebagai upaya pencegahan kecelakaan
c) Sebagai alat penunjang keselamatan
d) Melakukan kajian ulang pada prosedur pekerjaan setelah terjadi kecelakaan kerja
3. Apa saja yang termasuk tujuan Job Safety Analysis?
a) Bertujunan untuk mengidentifikasi bahaya (Hazard)
b) Bertujuan memberikan kecelakan bagi pekerja
c) Bertujuan memberikan fasilitas uang untuk pekerja
d) Bertujuan untuk memberikan bonus tambahan bagi pekerja
4. Adapun sumber bahaya yang terjadi kecuali?
a) Manusia
b) Bangunan tempat kera
c) Bahan atau material kerja
d) Gaya bekerja
5. Apa saja bahaya dari lingkungan kerja? kecuali
a) Faktor fisik
b) Faktor lingkungan
c) Faktor lingkungan biologis
d) Faktor psikologis
6. Kecelakaan terjadi karena tindakan yang tidak aman, merupakan suatu pelanggaran dari
setiap prosedur K3, tindakan-tindakan yang berbahaya diantaranya kecuali?
a) Mengoperasiakan tanpa wewenang
b) Gagal memberikan dan memastikan tanda peringatan
c) Gagal mengguanakan alat pelindung dir (APD)
d) Lupa makan dan mandi
7. Pengendalian bahaya (Hazard) memiliki beberapa pengendalian bahaya yang meliputi?
a) Eliminasi, Biologi, Admnistrasi
b) Faktor lingkungan, Biologi, Orgonomi
c) Manusia, Bangunan, Bahan dan Material
d) Faktor Kimia, Psikologis, Lingkungan fisik
8. Kurangnya kontrol dan pengendalian dapat disebabkan oleh faktor seebagai berikut,
kecuali?
a) Tidak memadai program yang dijalankan
b) Tidak memadai jumlah pekerja
c) Stardar kerja yang belum memadai
d) Kurangnya kepatuhan terhadap standar kerja
9. Di tempat kerja harus menyediakan Alat Pelindung Diri (APD) sesuai dengan jenis
pekerjaan, adapun APD yang digunakan di tempat kerja adalah?
a) Pelindung kepala, mata dan wajah, pernapasan, telinga, tangan, kaki
b) Pelindung keluarga
c) Perlindungan barang
d) Perlindungan tempat tinggal
10. Inspeksi K3 yang dapat dilakukan yaitu, kecuali?
a) Inspeksi peralatan keselamatan kerja
b) Inspeksi PPT (Personal Protected Equipment)
c) Inspeksi keluarga dan tempat tinggal
d) Inspeksi Umum

Anda mungkin juga menyukai